laporan fix.docx

23
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia kaya akan sumberdaya alam yang melimpah, terutama pada bidang agroindustri. Berbagai macam komoditas pada bidang agroindustri sangat berpotensi untuk dikembangkan dan dapat dijadikan sebagai produk andalan asli Indonesia. Salah satu contoh produk agroindustri yang terkenal dalam ranah perdagangan yaitu minyak atsiri. Minyak atsiri digunakan secara luas pada parfum, kosmetik, perasa makanan dan minuman, dan juga pada produk pembersih rumah tangga. Berbagai macam tanaman seperti jeruk purut, cengkeh, daun nilam, kayu putih, serai dan lain-lain, dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku utama pembuatan minyak atsiri. Selain itu, berbagai macam bunga pun dapat dijadikan sebagai bahan utama dalam pembuatan minyak atsiri karena aroma bunga yang harum sehingga keharumannya tersebut dapat dimanfaatkan. Minyak atsiri merupakan minyak yang mudah menguap dan banyak digunakan dalam industri sebagai pemberi aroma dan rasa. Nilai jual dari minyak atsiri sangat ditentukan oleh kualitas minyak dan kadar komponen utamanya. Minyak atsiri di Indonesia sebagian besar masih diusahakan oleh masyarakat awam, sehingga minyak yang dihasilkan tidak memenuhi persyaratan mutu yang ditetapkan. Kualitas ataupun mutu minyak atsiri ditentukan oleh karakteristik alamiah dari masing-masing minyak tersebut dan bahan-bahan asing yang tercampur di dalamnya. Adanya bahan-bahan asing tersebut dengan sendirinya akan merusak mutu minyak atsiri yang bersangkutan. Bila tidak memenuhi persyaratan mutu, maka nilai jual minyak tersebut akan jauh lebih murah. Teknologi isolasi atau ekstraksi minyak atsiri pun bermacam- macam yaitu penyulingan, ekstraksi dengan pelarut, pengepresan, dan enfleurasi. Pada prinsipnya, isolasi minyak atsiri dilakukan untuk memperbaiki mutu minyak atsiri. Berbagai metode dilakukan untuk memisahkan senyawa-senyawa yang tercampur di dalam minyak atsiri. Senyawa-senyawa yang dipisahkan tersebut umumnya dapat menurunkan mutu minyak atsiri, sehingga apabila ingin mendapatkan mutu minyak atsiri yang tinggi perlu dilakukan berbagai metode isolasi. Metode isolasi yang digunakan pada praktikum ini adalah metode penyulingan dengan uap langsung (steam distillation) yang menggunakan bahan baku berupa daun jeruk purut dan metode ekstraksi dengan

Upload: kiki-amelia-lubis

Post on 13-Aug-2015

211 views

Category:

Documents


11 download

TRANSCRIPT

Page 1: laporan fix.docx

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia kaya akan sumberdaya alam yang melimpah, terutama pada bidang agroindustri.

Berbagai macam komoditas pada bidang agroindustri sangat berpotensi untuk dikembangkan dan

dapat dijadikan sebagai produk andalan asli Indonesia. Salah satu contoh produk agroindustri yang

terkenal dalam ranah perdagangan yaitu minyak atsiri. Minyak atsiri digunakan secara luas pada

parfum, kosmetik, perasa makanan dan minuman, dan juga pada produk pembersih rumah tangga.

Berbagai macam tanaman seperti jeruk purut, cengkeh, daun nilam, kayu putih, serai dan lain-lain,

dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku utama pembuatan minyak atsiri. Selain itu, berbagai macam

bunga pun dapat dijadikan sebagai bahan utama dalam pembuatan minyak atsiri karena aroma bunga

yang harum sehingga keharumannya tersebut dapat dimanfaatkan.

Minyak atsiri merupakan minyak yang mudah menguap dan banyak digunakan dalam industri

sebagai pemberi aroma dan rasa. Nilai jual dari minyak atsiri sangat ditentukan oleh kualitas minyak

dan kadar komponen utamanya. Minyak atsiri di Indonesia sebagian besar masih diusahakan oleh

masyarakat awam, sehingga minyak yang dihasilkan tidak memenuhi persyaratan mutu yang

ditetapkan. Kualitas ataupun mutu minyak atsiri ditentukan oleh karakteristik alamiah dari masing-

masing minyak tersebut dan bahan-bahan asing yang tercampur di dalamnya. Adanya bahan-bahan

asing tersebut dengan sendirinya akan merusak mutu minyak atsiri yang bersangkutan. Bila tidak

memenuhi persyaratan mutu, maka nilai jual minyak tersebut akan jauh lebih murah.

Teknologi isolasi atau ekstraksi minyak atsiri pun bermacam-macam yaitu penyulingan,

ekstraksi dengan pelarut, pengepresan, dan enfleurasi. Pada prinsipnya, isolasi minyak atsiri dilakukan

untuk memperbaiki mutu minyak atsiri. Berbagai metode dilakukan untuk memisahkan senyawa-

senyawa yang tercampur di dalam minyak atsiri. Senyawa-senyawa yang dipisahkan tersebut

umumnya dapat menurunkan mutu minyak atsiri, sehingga apabila ingin mendapatkan mutu minyak

atsiri yang tinggi perlu dilakukan berbagai metode isolasi.

Metode isolasi yang digunakan pada praktikum ini adalah metode penyulingan dengan uap

langsung (steam distillation) yang menggunakan bahan baku berupa daun jeruk purut dan metode

ekstraksi dengan pelarut serta enfleurasi yang menggunakan bahan baku bunga melati dan bunga

sedap malam.

Untuk meningkatkan kualitas minyak dan nilai jualnya, bisa dilakukan dengan beberapa proses

isolasi atau ekstraksi baik secara fisika ataupun kimia. Oleh karena itu, dilakukan beberapa teknik atau

metode ekstraksi minyak atsiri dengan berbagai bahan baku utama untuk mengetahui kecocokan

antara bahan baku yang digunakan dengan metode yang digunakan pula.

B. Tujuan

Tujuan dilakukannya praktikum ini adalah untuk mengetahui macam-macam metode ekstraksi atau isolasi minyak atsiri, mengetahui proses dari masing-masing metode yang dilakukan, dan mengetahui kadar dari komponen utama minyak atsiri yang dibuat.

Page 2: laporan fix.docx

II. METODOLOGI

A. Bahan dan Alat

Bahan : Daun jeruk purut, bunga melati, bunga sedap malam, air, pelarut organik

n-heksana/petroleum ester, etanol, dan lemak.

Alat : Ketel suling, labu florentine, gelas ukur, timbangan, pisau, talenan, erlenmeyer, pendingin

balik, klafenger, aufhauser, neraca, ekstraktor, evaporator, gelas beker, kaca enfleurasi, dan

sudip.

B. Prosedur kerja

- Penyulingan - Ekstraksi dengan pelarut

Minyak dan rendemen

Distilat yang dihasilkan dipisahkan dalam labu florentine dan disimpan dalam botol

Tetesan kondesat pertama diamati dan dicatat. Penyulingan kurang lebih 2 jam.

Suhu pada ketel uap dinaikkan, tekanan diatur dan dikontrol

Labu florentine dipasang dan air dialirkan melalui kondensor

Bahan yang telah ditimbang dimasukkan ke dalam ketel

Boiler dipanaskan sampai suhu maksimal 80oC

Ketel suling diisi air secukupnya.

Minyak murni

Alkohol dan minyak atsiri dipisahkan dengan penyulingan pada tekanan dan suhu rendah.

Concrete dimurnikan dengan alkohol dan kemudian disaring.

Pengotor dipisahkan dengan cara penyulingan pada suhu dan tekanan rendah. Diperoleh concrete

Pelarut murni dipompakan ke dalam ekstraktor

Dimasukkan dalam ekstraktor

Simplisia

Page 3: laporan fix.docx

- Enfleurasi - Kadar air

- Kadar Minyak atsiri

10-30 g sampel + 50-100 ml toluena dicampur

Lemak dihamparkan secara merata pada lapisan tipis

plat kaca

Volume yang tetampung dibaca

Campuran tersebut didistilasi sampai volume

air tidak bertambah

Minyak atsiri dipisahkan dari alkohol dengan

evaporasi.

Lemak dipisahkan dari alkohol dengan cara

disaring.

Lemak diekstraksi dengan alkohol, lalu didinginkan

pada suhu rendah.

Lemak yang sudah jenuh dikerok dengan

menggunakan sudip.

Mahota bunga diletakkan pada lemak selama 24 jam.

50-100 g sampel +akuades sampai terendam

Volum minyak yang tertampung dibaca

Didistilasi hingga voleme minyak tidak bertambah

Page 4: laporan fix.docx

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Pengamatan

Terlampir

B. Pembahasan

Minyak atsiri adalah zat cair yang mudah menguap bercampur dengan persenyawaan padat

yang berbeda dalam hal komposisi dan titik cairnya, larut dalam pelarut organik dan tidak larut dalam

air. Berdasarkan sifat tersebut, maka minyak atsiri dapat diekstrak dengan empat macam metode, yaitu

penyulingan (distillation), pengepresan (expression), ekstraksi dengan pelarut (solvent extraction) dan

enfleurasi.

Penyulingan adalah proses pemisahan komponen yang berupa cairan atau padatan dari dua

macam campuran atau lebih berdasarkan perbedaan titik uapnya. Jumlah minyak yang menguap

bersama-sama uap air ditentukan oleh tiga faktor, yaitu besarnya tekanan uap yang digunakan, berat

molekul dari masing-masing komponen dalam minyak dan kecepatan minyak yang keluar dari bahan

(Satyadiwiria 1979). Semakin cepat aliran uap air dalam ketel suling, maka jumlah minyak yang

dihasilkan per kg kondensat uap semakin rendah, sebaliknya semakin lambat gerakan uap dalam ketel

maka waktu penyulingan lebih lama dan rendemen minyak per jam rendah.

Proses penyulingan minyak atsiri, secara umum terdapat tiga metode yang biasa digunakan

yaitu proses penyulingan dengan air (water destilation), penyulingan dengan uap (steam destilation),

serta penyulingan dengan air dan uap (water and steam destilation).

Pada metode penyulingan dengan air (water distillation), bahan tanaman yang akan disuling

mengalami kontak langsung dengan air mendidih. Minyak atsiri akan dibawa oleh uap air yang

kemudian didinginkan dengan mengalirkannya melalui pendingin. Hasil sulingan adalah minyak atsiri

yang belum murni. Perlakuan ini sesuai untuk minyak atsiri yang tidak rusak oleh pemanasan

(Guenther 1987). Cara ini biasa digunakan untuk menyuling minyak aromaterapi seperti mawar dan

melati. Penyulingan dengan air ini biasa disebut juga dengan penyulingan langsung. Proses

penyulingan langsung terlihat mudah dalam penanganan dan penggunaannya namun ternyata

mengakibatkan kerugian berupa kehilangan hasil dan penurunan mutu. Penyulingan langsung dapat

mengakibatkan teroksidasi dan terhidrolisis, selain itu menyebabkan timbulnya hasil sampingan yang

tidak dikehendaki. Kelemahan lainnya dari cara penyulingan ini adalah karena tidak baik digunakan

untuk bahan-bahan yang fraksi sabun, bahan yang larut dalam air dan bahan yang sedang disuling

dapat hangus jika suhu tidak diawasi. Keuntungan dari penggunaan sistim penyulingan ini adalah

karena baik digunakan untuk menyuling bahan yang berbentuk tepung dan bunga-bungaan yang

mudah membentuk gumpalan jika kena panas.

Metode penyulingan dengan uap (steam distillation) disebut juga penyulingan uap atau

penyulingan tak langsung. Pada metode ini bahan tumbuhan dialiri uap panas dengan tekanan tinggi.

Uap air selanjutnya dialirkan melalui pendingin dan hasil sulingan adalah minyak atsiri yang belum

murni. Cara ini baik digunakan untuk bahan tumbuhan yang mempunyai titik didih yang tinggi

(Guenther 1987). Selain itu, penyulingan dengan metode ini biasa dipakai juga untuk bahan baku yang

membutuhkan tekanan tinggi pada proses pengeluaran minyak dari sel tanaman. Sistem penyulingan

ini tidak baik dilakukan terhadap bahan yang mengandung minyak atsriri yang mudah rusak oleh

pemanasan dan air. Minyak yang dihasilkan dengan cara penyulingan, baunya akan sedikit berubah

dari bau asli alamiah, terutama minyak atsiri yang berasal dari bunga-bungaan. Salah satu kelebihan

model ini antara lain sebuah ketel uap dapat melayani beberapa buah ketel penyulingan yang dipasang

seri sehingga proses produksi akan berlangsung lebih cepat. Namun memerlukan konstruksi ketel

Page 5: laporan fix.docx

yang lebih kuat, alat-alat pengaman yang lebih baik dan sempurna dan biaya yang diperlukan lebih

mahal ( Lutony dan Rahmayati 2000).

Penyulingan dengan air dan uap (water and steam distillation) biasa dikenal dengan sistem

kukus. Cara ini sebenarnya mirip dengan sistem perebusan, hanya saja bahan baku dan air tidak

bersinggungan langsung karena dibatasi dengan saringan diatas air.Cara ini paling banyak dilakukan

pada dunia industri karena cukup membutuhkan sedikit air sehingga bisa menyingkat waktu proses

produksi. Bahan tumbuhan yang akan disuling dengan metode penyulingan air dan uap ditempatkan

dalam suatu tempat yang bagian bawah dan tengah berlobang-lobang yang ditopang di atas dasar alat

penyulingan. Ketel diisi dengan air sampai permukaan air berada tidak jauh di bawah saringan, uap air

akan baik bersama minyak atsiri kemudian dialirkan melalui pendingin. Metode penyulingan dengan

sistem kukus ini dapat menghasilkan uap dan panas yang stabil oleh karena tekanan uap yang konstan.

Metode kukus ini terdapat sistem kohobasi yaitu air kondensat yang keluar dari separator masuk

kembali secara otomatis ke dalam ketel agar meminimkan kehilangan air. Sistem kukus kohobasi

lebih menguntungkan karena terbebas dari proses hidrolisa terhadap komponen minyak atsiri dan

proses difusi minyak dengan air panas. Keuntungan lain dengan menggunakan sistim penyulingan ini

adalah lama penyulingan relatif lebih singkat dan rendemen minyak lebih besar. Selain itu

dekomposisi minyak akibat panas akan lebih baik dibandingkan dengan metode uap langsung (Direct

Steam Distillation). Hasil sulingannya adalah minyak atsiri yang belum murni (Guenther 1987). Dari

segi komersial penyulingan dengan air dan uap cukup ekonomis. Biaya relatife murah, rendemen

cukup memadai dan mutunya dapat diterima dengan baik oleh konsumen (Lutony dan Rahmayati

2000).

Penyulingan dengan uap langsung memiliki efisiensi penyulingan yang lebih tinggi

dibandingkan dengan penyulingan air dan penyulingan air-uap. Hal ini disebabkan waktu penyulingan

relatif singkat dan rendemen yang dihasilkan tinggi, namun membutuhkan peralatan yang lebih

kompleks dan mahal.

Bahan yang digunakan untuk ekstraksi dengan metode penyulingan dengan uap langsung

adalah daun jeruk purut. Menurut Sarwono (1986), jeruk purut adalah salah satu anggota suku jeruk-

jerukan, Rutacea, dari jenis Citrus. Nama latinnya adalah Citrus hystrix. Buahnya tidak umum

dimakan, karena tak enak rasanya. Banyak mengandung asam dan berbau wangi agak keras.   Tinggi

pohonnya antara 2-12 meter. Batangnya agak kecil, bengkok atau bersudut dan bercabang rendah.

Batang yang telah tua berbentuk bulat, berwarna hijau tua, polos atau berbintik-bintik. Daun jeruk

purut berwarna hijau kekuningan dan berbau sedap. Bentuknya bulat dengan ujung tumpul dan

bertangkai. Tangkai daun bersayap lebar, sehingga hampir menyerupai daun. Daun ini banyak dipakai

untuk bumbu masakan. Buah jeruk purut lebih kecil dari kepalan tangan, bentuknya seperti buah pir,

tetapi banyak tonjolan dan berbintil. Kulit buahnya tebal dan berwarna hijau. Buah yang matang benar

berwarna sedikit kuning. Warna daging buahnya hijau kekuningan, rasanya sangat masam dan agak

pahit.

Tabel 1. Komposisi Kimia Daun Jeruk Purut / 100 gram

Komponen Kimia Komposisi (%)

Kalori 146,0

Kadar air 57,1

Lemak 3,1

Protein 6,8

Karbohidrat 29,0

Fiber 8,2

Page 6: laporan fix.docx

Kadar abu 4,0

Ca(mg) 1,672

P(mg) 20,0

Fe(mg) 3,8

Karoten 1,185

Vitamin : Thiamin (mg) 0,20

Riboflavin (mg) 0,35

Niacin (mg) 1,0

Asam Askorbat (mg) 20,0

Sumber : Sarwono (1986)

Daun jeruk purut yang biasanya digunakan sebagai bahan utama pembuatan minyak atsiri ini

mengandung tanin 1,8%, steroid triterpenoid, dan minyak asiri 1-1,5% v/b. Kulit buah mengandung

saponin, tanin 1%, steroid triterpenoid, dan minyak asiri yang mengandung sitrat 22,5% v/b.

Minyak atsiri yang dihasilkan dari penyulingan daun jeruk lime (Citrus hystrix) dan dalam

perdagangan disebut kaffir lime oil. Daun jeruk purut sehari-hari diperdagangkan dan digunakan

sebagai bumbu atau penyedap dalam berbagai masakan. Bila dilihat dari aspek kimia, komponen

utama dari minyak ini adalah senyawa sitral, menyerupai minyak sereh dapur atau lemon grass oil.

Flavor minyak daun jeruk purut agak berbeda dari flavor minyak sereh dapur. Minyak daun jeruk

purut lebih segar dan lebih lembut, sehingga banyak digunakan dalam pengolahan makanan,

sementara minyak sereh dapur banyak digunakan dalam formula parfum. Penyulingan minyak daun

jeruk purut belum banyak dilakukan, namun dengan berkembang-nya industri makanan, minuman dan

flavor, minyak daun jeruk purut merupakan salah satu alternatif yang potensial. Hasil penyulingan

yang dilakukan di Balitro, rendemen minyak daun jeruk purut berkisar antara 1,0-1,5% (Sarwono,

1986).

Menurut Sastrohamidjojo (2004), jika daun jeruk purut disuling, dihasilkan minyak asiri

yang berwarna dari tidak berwarna (bening) sampai kehijauan (tergantung cara ekstraksi), berbau

harum mirip bau daun (jeruk purut). Minyak asiri hasil destilasi (penyulingan) menggunakan uap

mengandung 57 jenis komponen kimia. Yang utama dan terpenting adalah sitronelal dengan jumlah

81, 49 persen, sitronelol 8,22 persen, linalol 3,69 persen dan geraniol 0,31 persen. Komponen lainnya

ada dalam jumlah yang sedikit dan rendemen yang diperoleh dari destilasi uap 2,77 persen.

Rendemen yang dihasilkan dari proses penyulingan dengan uap langsung adalah 0,93 %

(b/b). Hasil yang didapat ini telah mendekati nilai 1% yang berarti telah mendekati hasil yang sangat

baik, karena nilai rendemen yang baik untuk semua bahan yang mengalami pengolahan lanjut adalah

sebesar 1%. Rendemen minyak atsiri yang seharusnya memiliki nilai mendekati 1% telah didapatkan

dalam proses penyulingan ini. Hal tersebut baik karena kebutuhan sampel akan proses penyulingan

selanjutnya dapat diprediksi terlebih dahulu agar semua sampel dapat digunakan.

Pada praktikum ini, setelah didapatkan minyak jeruk purut yang dibuat dengan cara

penyulingan dengan uap langsung (steam distillation), selanjutnya dilakukan pengujian terhadap

minyak tersebut. Pengujiannya terdiri dari pengujian kadar air dan kadar minyak yang terkandung di

dalam minyak jeruk purut yang dihasilkan sebelumnya.

Kadar air dari minyak atsiri adalah kandungan air yang terkandung di dalam minyak atsiri

dalam hal ini adalah minyak jeruk purut. Pengujian kadar air ini bermanfaat untuk pendahuluan bagi

pengujian atau pengolahan selanjutnya. Dengan mengetahui kadar air yang terkandung di dalam

minyak atsiri maka sebagai praktikan dapat lebih memahami perlakuan dan pengolahan mana yang

tepat untuk minyak atsiri tersebut.

Page 7: laporan fix.docx

Kadar air dari minyak jeruk purut ini dilakukan dengan cara distilasi dengan menggunakan

pelarut toluenal dan xilene. Pengujian kadar air pada minyak jeruk purut ini menggunakan kedua

pelarut tersebut karena titik didihnya lebih tinggi dibandingkan dengan titik didih air dan berat

jenisnya pun lebih rendah dibandingkan dengan berat jenis air sehingga pada tabung posisi air berada

di bawah minyak atsiri dan mempermudah dalam melakukan distilasi. Pengujian ini menggunakan

tabung lavenger karena sifat dari minyak atsiri yang volatil sehingga dapat menahan minyak atsiri

yang menguap.

Berdasarkan pengujian yang dilakukan, didapatkan kadar air minyak jeruk purut sebesar

54,37 % (b/v). Menurut Wijaya et.al. (2000), kadar air minyak atsiri jeruk purut sekitar 60-70%.

Hasil yang didapatkan berdasarkan pengujian yang dilakukan kurang sedikit dari kadar air minyak

atsiri yang sesuai dengan literatur yang ada. Hal ini disebabkan proses distilasi yang dilakukan

praktikan kemungkinan terdapat kesalahan atau ketidaktepatan dalam tahapan prosedur yang ada.

Kadar minyak dari minyak atsiri adalah kandungan minyak yang terkandung di dalam

minyak atsiri, dalam hal ini adalah minyak jeruk purut. Pengujian kadar minyak ini bermanfaat untuk

pendahuluan untuk mengetahui rendemen minyak yang seharusnya mendekati 1% agar kebutuhan

sampel pada proses penyulingan selanjutnya dapat diprediksi berapa banyak yang akan digunakan.

Pengujian kadar minyak ini dilakukan dengan cara distilasi dengan menggunakan akuades.

Berdasarkan pengujian yang dilakukan, didapatkan kadar minyak jeruk purut sebesar 1,82 %

(b/v). Menurut Wijaya et.al. (2000), kadar minyak atsiri sekitar 0,82%. Hasil yang didapat melampaui

kadar minyak atsiri yang seharusnya. Hal ini disebabkan penggunaan sampel segar atau yang telah

dikeringanginkan sebelum proses destilasi akan mempengaruhi hasil destilasi, demikian pula dengan

proses perajangan sampel. Dinding sel tanaman bersifat tidak permeabel terhadap minyak atsiri.

Untuk bahan-bahan minyak atsiri yang tidak tahan terhadap panas ataupun tekanan, proses

ekstraksi dilakukan dengan ekstraksi pelarut mudah menguap atau dengan ekstraksi lemak padat.

Ekstraksi dengan pelarut mudah menguap menggunakan prinsip kelarutan senyawa-senyawa minyak

atsiri terhadap beberapa jenis pelarut. Terdapat beberapa jenis pelarut yang dapat melarutkan minyak

atsiri, sebagian besar pelarut tersebut bersifat semi polar atao non polar. Sedangkan ekstraksi dengan

lemak padat menggunakan prinsip penyerapan senyawa minyak atsiri dengan lemak (Ketaren 1985).

Prinsip ekstraksi dengan pelarut mudah menguap adalah melarutkan minyak atsiri dalam

bahan dengan pelarut organik yang mudah menguap. Proses ekstraksi biasanya dilakukan dalam suatu

wadah yang disebut ekstraktor. Bunga yang ingin diekstrak dimasukkan kedalam ekstraktor dan

kemudian pelarut menguap diumpankan ke dalam ekstraktor. Pelarut yang biasa digunakan adalah

petroleum ether, carbon tetra clorida, chloroform dan pelarut lainnya yang bertitik didih rendah.

Pelarut organik akan berpenetrasi ke dalam jaringan bunga dan akan melarutkan minyak serta bahan

non volatil yang berupa resin, lilin dan pigmen. Hasil ekstraksi merupakan campuran dari pelarut dan

minyak atsiri yang disebut dengan concrete. Jika concrete dilarutkan dalam alkohol maka minyak

atsiri akan larut sempurna namun zat lilin akan terpisah (Ketaren 1985). Menurut Atawia (1988),

pelarut yang paling sesuai untuk ekstraksi minyak bunga adalah heksan, karena jumlah dan kualitas

concrete yang dihasilkan paling baik. Mutu minyak yang diproduksi dengan cara ekstraksi

menggunakan pelarut menguap dipengaruhi oleh mutu bahan baku bunga, varietas, tingkat

kemekaran, teknik pemrosesan, waktu ekstraksi, lama ekstraksi, dan bulan panen. Jika dilihat dari

minyak atsiri yang dihasilkan, ekstraksi dengan pelarut memberi minyak atsiri yang memiliki mutu

yang lebih baik dibandingkan dengan minyak atsiri hasil proses penyulingan (Ketaren 1985).

Pada proses ekstraksi pelarut mudah menguap perlu diperhatikan beberapa tahapan.

Pemilihan jenis pelarut yang akan digunakan merupakan tahap awal dalam ekstraksi ini. Karakteristik

masing-masing pelarut berbeda-beda sehingga zat-zat yang dilarutkan juga berbeda. Karakteristik

Page 8: laporan fix.docx

yang perlu diperhatikan dalam pemilihan pelarut adalah harus dapat melarutkan zat wangi secara

sempurna, memiliki titik didih cukup rendah sehingga mudah diuapkan, pelarut tidak larut air dan

pelarut tidak boleh bereaksi dengan bahan. Beberapa jenis pelarut yang dianggap baik untuk ekstraksi

adalah petroleum ether dan benzena. Penggunaan campuran berbagai pelarut dapat menghasilkan

rendemen dan mutu minyak yang cukup baik dibandingkan dengan pelarut murni. Hasil dari ekstraksi

berupa campuran minyak dengan pelarut yang kemudian memasuki tahap pemekatan. Pemekatan

dilakukan dengan menguapkan pelarut sehingga yang tersisa hanya fraksi terlarutnya. Minyak atsiri

yang diperoleh dari hasil pemekatan kemudian dimurnikan untuk menghilangkan senyawa lain seperti

lilin, pigmen dan resin (Ketaren 1985).

Enfleurasi adalah proses ekstraksi minyak atsiri dengan menggunakan lemak padat pada

suhu rendah yang pada dasarnya menggunakan prisnsip absorbsi. Metode ini digunakan untuk

mengekstrak minyak bunga-bungaan seperti melati, sedap malam dan jenis lainnya. Minyak dari

bungan-bungan sangat cocok diekstrak dengan metode enfluerasi karena sifat bunga yang masih

melanjutkan kegiatan fisiologisnya dan menghasilkan minyak yang menguap dengan waktu singkat

walaupun sudah dipetik. Selain itu, kegiatan bunga akan terhenti dan mati bila terkena panas atau

terendam dalam pelarut organik, sehingga metode ekstraksi pada suhu tinggi atau yang menggunakan

pelarut akan menghasilkan rendemen yang rendah bila diterapkan sebagai metode ektraksi minyak

dari bunga-bungaan (Ketaren 1985).

Syarat-syatat lemak yang perlu diperhatikan dalam pemilihan jenis lemak untuk metode ini

diantaranya adalah :1) Lemak tidak berbau, karena bila berbau akan mencemari bau minyak atsiri

yang dihasilkan. Bila yang ada hanya lemak yang berbau maka terlebih dahulu harus dilakukan proses

deodorisasi terhadap lemak tersebut; 2) Konsistensi lemak yang sesuai, karena lemak yang terlalu

keras akan memiliki daya absorbsi yang rendah, sedangkan bila terlalu lunak, maka lemak akan

banyak melekat pada bunga dan susah untuk dipisahkan. Pengaturan konsistensi lemak ini bisa

dilakukan dengan mencampur beberapa jenis lemak bisa lemak nabati maupun hewani; 3) Lemak

harus halal karena dibeberapa negara masalah kehalalan sangat diperhatikan; 4) Harga lemak yang

akan digunakan, bila minyak yang dihasilkan terletak pada kelas mutu yang sama maka tentunya

harga lemak yang murah tentu jadi pilihan (Ketaren 1985).

Prinsip kerja proses enfleurasi cukup sederhana. Jenis bunga tertentu setelah dipetik masih

meneruskan aktivitas fisiologinya, sehingga memproduksi minyak dan mengeluarkan bau wangi.

Lemak mempunyai daya absorpsi yang tinggi. Bila lemak dicampur dan melakukan kontak dengan

bunga yang berbau wangi, maka lemak akan mengabsorpsi minyak yang dikeluarkan oleh bunga

tersebut (Guenther 1987).

Dalam melakukan ekstraksi lemak padat dibutuhkan peralatan berupa pelat gelas berbentuk

kotak (chassis) dengan ukuran panjang 75 cm, lebar 60 cm dan tebal 5 cm. Pelat gelas tersebut

dipolesi dengan lemak dan bunga disebarkan dalam ruangan di antara 2 susunan pelat gelas. Dengan

cara ini minyak yang menguap dari bunga akan diabsorb oleh lemak. Bunga yang telah diekstrak

diganti dengan bunga segar setelah 24-36 jam dan umumnya 0,5 kg lemak dapat menyerap minyak

atsiri dari bunga dengan berat 1,25 – 1,50 kg. Hasil ekstraksi berupa campuran minyak atsiri dengan

lemak yang disebut dengan pomade. Kemudian minyak bunga tersebut diekstraksi dari lemak dengan

menggunakan alkohol dan selanjutnya alkohol dipisahkan dengan cara evaporasi (Guenther 1987).

Pada praktikum, dilakukan proses ekstraksi bunga dengan metode ektraksi dengan pelarut

menguap dan enfleurasi, bunga yang digunakan adalah bunga melati dan sedap malam. Pada proses

ekstraksi dengan pelarut menguap, digunakan pelarut berupa hexane yang prosesnya dilakukan selama

24 jam. Sedangkan pada proses enfleurasi digunakan mentega putih yang prosesnya juga dilakukan

selama 24 jam. Mentega putih (Shortening/Compound fat) adalah lemak padat yang mempunyai sifat

Page 9: laporan fix.docx

plastis dan kestabilan tertentu dan umumnya berwarna putih (Winarno,1991). Pada umumnya

sebagian besar mentega putih dibuat dari minyak nabati seperti minyak biji kapas, minyak kacang

kedelai, minyak kacang tanah dan lain-lain. Mentega putih mengandung 80% lemak dan 17% air

(Wahyuni dan Made, 1998).

Tanaman melati (Jasminum sp.) termasuk dalam famili Oleaceace adalah tanaman pengahsil

minyak atsiri yang dikenal dengan jasmine oil. Species tanaman melati yang digunakan sebagai

sumber minyak melati antara lain: Jasminum grandiflorum, J. officinale (di Perancis), J. grandiflorum

L (di Italia) serta J. grandiflorum L, J. auriculatum, J. sambac, J. augustifolium, J. officinale , dan J.

pubescens di India. Bunga melati yang paling baik dan paling banyak dimanfaatkan adalah melati

gambir (Jasmine officinale) karena minyak atsiri yang dihasilkan memiliki aroma yang sangat

memikat dan tidak mudah menguap. Minyak melati banyak digunakan sebagai bahan baku industri

kosmetik, parfume, farmasi, sabun dan produk yang berbau wangi lainnya. Selain itu, minyak melati

dapat pula digunakan sebagai pengganti bunga segar pada pembuatan teh melati. Concrete yang

dihasilkan berwarna cokelat karena adanya pigmen bunga yang ikut terekstrak, berbentuk lilin karena

lapisan lilin pada bunga ikut larut dan memiliki aroma khas melati. aAbsolute minyak melati (jamine

oil) bersifat lenggket, jernih, kuning sedikit cokelat dengan aroma yang harum. Secara umum,

rendemen absolut minyak melati yang dihasilkan dengan proses ekstraksi dengan pelarut menguap

adalah 0,15%-0,19% b/b. Menurut Suyanti (2001), dengan metode enfleurasi, rendemen minyak yang

dihasikan bisa mencapai 0,562%-1,151% (b/b).

Tabel 2. Komposisi minyak melati

Sumber : Ketaren, 1985

Bunga sedap malam (Polyantes tuberosa L) termasuk famili Amaryllidaceae yang berasal

dari Meksiko. Tanaman bunga berumbi ini mempunyai batang beruas-ruas dengan rangkaian bunga

berwarna putih, susunan bunga majemuk, berbunga terus menerus sepanjang tahun dan beraroma

harum sepanjang malam. Bunga sedap malam merupakan salah satu jenis bunga penghasi minyak

atsir yang digunakan sebagai bahan kosmetik dan sabun. Minyak sedap malam yang diekstrak dengan

metode pelarut menguap, menghasikan rendemen absolute sebesar 0,02%-0,14% (b/b), sedangkan

apabila menggunakan metode enfleurasi rendemen absolut yang dihasilkan dapat mencapai 0,52%-

0,72% (b/b) (Sailah, 2000).

Tabel 3. Komposisi kimia minyak sedap malam hasil ekstraksi pelarut menguap selama 24 jam.

Komponen Kandungan komponen (%)

Mekar 25-50% Mekar 75%

Nerol 0 0,25

Benzil alkohol 0,51 0,20

Komponen Jumlah (%)

Benzil asetat 65

D linalool 15,5

Linalool asetat 7,5

Benzil alkohol 6,0

Jasmone 3,0

Indole 2,5

Metil anthramilate 0,5

Phenol Sedikit sekali

Page 10: laporan fix.docx

Geraniol 0,23 1,65

Eugenol 1 0

Metil antranilat 2,46 2,30

Asam fenil acetat 0,79 2,29

Fernesol 0,80 2,98

Benzil benzoat 1,24 2,65

Indol 1,63 0

Total Komponen 7,66 12,32

Tabel 4. Komponen kimia bunga sedap malam hasil enfleurasi dengan sortening snow white

Komponen Kandungan komponen (%)

Asam butirat 0,01

Nerol 1,34

Geraniol 0,10

Benzil alkohol 0,30

Eugenol 0,15

Metil salisilat 1,38

Farnesol 0,93

Metil antranilat 0,11

Total komponen 4,32

Berdasarkan praktikum yang dilakukan, absolut minyak melati yang dihasilkan dengan

metode pelarut menguap adalah 0,15% (b/b), dengan bobot minyak 0,16 gram dari 100,6 gram bahan

segar. Hasil rendemen yang didapatkan ini sesuai dengan literatur yaitu antara 0,15%-0,19%. Aroma

melati yang didapat lebih tercium dalam hexan dari pada dalam alkohol, hal ini disebabkan karena

adanya proses penguapan pada proses pemisahan hexane dan minyak yang menyebabkan beberapa

kandungan minyak ikut terangkat, sehingga pada saat dicampur alkohol aromanya berkurang. Hasil

rendemen sebesar 0,15% menunjukkan bahwa proses yang dilakukan selama praktikum sudah

melalui metode yang benar. Melati yang digunakan mekar 50-75%, yang merupakan fase terbaik

untuk dilakukan ekstraksi karena minayak atsiri sudah banyak terbentuk dan baru sedikit yang

menguap. Hasil dari metode enfleurasi menunjukkan bahwa minyak yang dihasilkan berwarna kuning

jernih dan kental, hal ini sesuai denga literatur yang didapat yang menandakan bahwa minyak yang

dihasilkan dari metode enfleurasi adalah minyak yang sudah murni tanpa adanya campuran dari

pigmen dan lapisan lilin.

Minyak sedap malam yang dihasilkan dengan metode pelarut menguap adalah 7,2% (b/b),

dengan bobot minyak 7,21 gram dari 100,02 gram bahan segar. Hasil yang didadapat ini jauh lebih

dari persentase literatur yang didapat yaitu 0,02%-0,14% (b/b). Hasil yang didapat dengan metode

pelarut ini justru sesuai dengan literatur hasil yang didapat dengan metode enfleurasi yaitu 0,52%-

0,72% (b/b). Hal ini dapat disebabkan karena pada saat praktikum, pelarut yang digunakan tidak

menguap secara sempurna sehingga masih banyak yang tertinggal. Selain itu, tingginya rendemen

yang dihasilkan dapat disebabkan karena bunga sedap malam yang digunakan mekar 50-100%,

sehingga jumlah minyak atsiri yang didapat maksimal. Hasil dari metode enfleurasi menunjukkan

minyak yang dihasilkan berwarna kuning cerah, jernih, dan kental. Dari rendemen yang dihasilkan,

dapat terlihat bahwa bunga sedap malam memiliki rendemen minyak atsiri yang lebih tinggi dari pada

Page 11: laporan fix.docx

bunga melati, namum penampakan minyak atsiri yang dihasilkan hampir sama, yaitu kuning jernih

dan kental.

IV. PENUTUP

A. Kesimpulan

Minyak atsiri adalah zat cair yang mudah menguap bercampur dengan persenyawaan padat

yang berbeda dalam hal komposisi dan titik cairnya, larut dalam pelarut organik dan tidak larut dalam

air. Berdasarkan sifat tersebut, maka minyak atsiri dapat diekstrak dengan empat macam metode, yaitu

penyulingan (distillation), pengepresan (expression), ekstraksi dengan pelarut (solvent extraction) dan

enfleurasi. Penyulingan adalah proses pemisahan komponen yang berupa cairan atau padatan dari dua

macam campuran atau lebih berdasarkan perbedaan titik uapnya, dimana secara umum terdapat tiga

metode yang biasa digunakan yaitu proses penyulingan dengan air (water destilation), penyulingan

dengan uap (steam destilation), serta penyulingan dengan air dan uap (water and steam destilation).

Untuk bahan-bahan minyak atsiri yang tidak tahan terhadap panas ataupun tekanan, proses ekstraksi

dilakukan dengan ekstraksi pelarut mudah menguap atau dengan ekstraksi lemak padat. Ekstraksi

dengan pelarut mudah menguap menggunakan prinsip kelarutan senyawa-senyawa minyak atsiri

terhadap beberapa jenis pelarut, sedangkan ekstraksi dengan lemak padat menggunakan prinsip

penyerapan senyawa minyak atsiri dengan lemak.

Kadar air dari minyak atsiri adalah kandungan air yang terkandung di dalam minyak atsiri

dalam hal ini adalah minyak jeruk purut. Berdasarkan pengujian yang dilakukan, didapatkan kadar air

minyak jeruk purut sebesar 54,37 % (b/v). Hasil yang didapatkan berdasarkan pengujian yang

dilakukan kurang sedikit dari kadar air minyak atsiri yang sesuai dengan literatur (60-70%). Hal ini

disebabkan proses distilasi yang dilakukan praktikan kemungkinan terdapat kesalahan atau

ketidaktepatan dalam tahapan prosedur yang ada.

Kadar minyak dari minyak atsiri adalah kandungan minyak yang terkandung di dalam

minyak atsiri. Berdasarkan pengujian yang dilakukan, didapatkan kadar minyak jeruk purut sebesar

1,82 % (b/v). Hasil yang didapat melampaui kadar minyak atsiri yang disebutkan di literatur (0,82%).

Hal ini disebabkan penggunaan sampel segar atau yang telah dikeringanginkan sebelum proses

destilasi akan mempengaruhi hasil destilasi, demikian pula dengan proses perajangan sampel.

Berdasarkan praktikum yang dilakukan, absolut minyak melati yang dihasilkan dengan

metode pelarut menguap adalah 0,15% (b/b). Hasil rendemen yang didapatkan ini sesuai dengan

literatur yaitu antara 0,15%-0,19%. Hasil rendemen sebesar 0,15% menunjukkan bahwa proses yang

dilakukan selama praktikum sudah melalui metode yang benar. Sedangkan hasil dari metode

enfleurasi menunjukkan bahwa minyak yang dihasilkan berwarna kuning jernih dan kental, hal ini

sesuai denga literatur yang didapat yang menandakan bahwa minyak yang dihasilkan dari metode

enfleurasi adalah minyak yang sudah murni tanpa adanya campuran dari pigmen dan lapisan lilin.

Minyak sedap malam yang dihasilkan dengan metode pelarut menguap adalah 7,2% (b/b).

Hasil yang didadapat ini jauh lebih dari persentase literatur yang didapat yaitu 0,02%-0,14% (b/b).

Hasil yang didapat dengan metode pelarut ini justru sesuai dengan literatur hasil yang didapat dengan

metode enfleurasi yaitu 0,52%-0,72% (b/b). Hal ini dapat disebabkan karena pada saat praktikum,

pelarut yang digunakan tidak menguap secara sempurna sehingga masih banyak yang tertinggal.

Selain itu, tingginya rendemen yang dihasilkan dapat disebabkan karena bunga sedap malam yang

digunakan mekar 50-100%, sehingga jumlah minyak atsiri yang didapat maksimal. Hasil dari metode

enfleurasi menunjukkan minyak yang dihasilkan berwarna kuning cerah, jernih, dan kental. Dari

rendemen yang dihasilkan, dapat terlihat bahwa bunga sedap malam memiliki rendemen minyak atsiri

Page 12: laporan fix.docx

yang lebih tinggi dari pada bunga melati, namum penampakan minyak atsiri yang dihasilkan hampir

sama, yaitu kuning jernih dan kental.

Page 13: laporan fix.docx

B. Saran

Mohon praktikumnya dilaksanakan tepat waktu dan kondisi sewaktu praktikum dikondusifkan, sehingga praktikum lebih efektif dan efisien.

Page 14: laporan fix.docx

DAFTAR PUSTAKA

Atawia, B.A., S.A.S.Halabo and M.K. Morsi.1988. Effect of tipe of solvent on quantity and quality of

jasmine concrete and absolute. Egyptian: J. Food. Sci.16(1 – 2): 213 –224.

Guenther, E. 1987. Minyak Atsiri Jilid 1. Jakarta: Universitas Indonesia Press.

Ketaren, S.1985. Pengantar Teknologi Minyak Atsiri. Jakarta : Balai Pustaka.

Lutony, TL dan Rahmayati, Y. 2000. Minyak Atsiri. Jakarta : Penebar Swadaya.

Sailah, I., Ketaren, Sunarmani, dan Suyanti. 2000. Ekstraksi Minyak Atsiri dari Bunga Sedap malam.

Bogor: laporan hasil penelitian kerja sama Penelitian IPB.

Sarwono, B. 1986. Jeruk dan Kerabatnya. Jakarta : Penebar Swadaya.

Sastrohamidjojo, H. 2004. Kimia Minyak Atsiri. Yogyakarta : Universitas Gajah Mada.

Satyadiwiria, Y, 1979. Pembuatan Minyak Atsiri. Medan : Dinas Pertanian.Suyanti, S. Prabawati, D.A. Endang, dan Sjaifulah. 2001. Pengaruh jenis absorbent dan frekuensi

penggantian bunga terhadap mutu minyak melati. J. Hort. 11(1):51-57.

Wahyuni dan Made. 1998. Teknologi Pengolahan Pangan Hewani Tepat Guna. Jakarta : Cv Akademika Pressindo.

Wijaya, C. Hanny, S. Sudirman, F. K. Hidayat. 2000. Ekstraksi Minyak Atsiri dari Daun Jeruk Purut pada Skala Pilot Plan. Bogor : Insititut Pertanian Bogor Press.

Winarno, F.G. 1991. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Page 15: laporan fix.docx

LAMPIRAN

Minyak Jeruk Purut

1. Rendemen minyak jeruk purutBobot awal : 2.500 gr

Bobot minyak : 23,25 gr

presentase rendemen minyak ¿ 23,25 gr2500 gr

×100 %

= 0,93 % (b/b)

2. Kadar air daun jeruk purutbobot awal : 10,3 gr

volume air : 5,6 ml

kadar air ¿ 5,6 ml10,3 gr

× 100 %

= 54,37 % (b/v)

3. Kadar minyak atsiri daun jeruk purutbobot awal : 43,84 gr

volume minyak atsiri : 0,8 ml

kadar minyak atsiri = 0,8 ml

43,84 gr× 100 %

= 1,82 % (b/v)

Metode Enfleurasi

Komoditas Bobot Awal Hasil Enfleurasi

Bunga Melati 232,38 gram

Page 16: laporan fix.docx

Bunga Sedap Malam 289,02 gram

Metode Ekstraksi Pelrut

Bunga Melati Bunga Sedap Malam

Bobot awal 100,6 gram 100,02 gram

Bobot minyak atsiri 0,16 gram 7,21 gram

Kadar minyak 0,15 % (b/b) 7,2 % (b/b)

Aroma minyak (dalam hexan) + + + + +

Aroma minyak (dalam alkohol) + +

Page 17: laporan fix.docx

Laporan Praktikum Hari/Tanggal : Selasa, 26 Februari 2013

Teknologi Minyak Atsiri, Rempah Golongan/Kelompok : P2/3

Dan Fitofarmaka Dosen : Dwi Setyaningsih

Asisten :

1. Arnis Sinta W (F34090063)

2. Anik Setianingsih (F34090082)

TEKNOLOGI ISOLASI MINYAK ATSIRI

Rhama Rakhmatullah (F34100057)

Tri Wahyuni Puspa D. (F34100062)

Hafizd Adityo Utomo (F34100063)

Fleni Ayu Kenia H. (F34100065)

Kiki Amelia Lubis (F34100071)

DEPARTEMEN TEKONOLOGI INDUSTRI PERTANIAN

FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2013