laporan kasus dhf fix.docx

26
LAPORAN KASUS DENGUE HEMORRHAGIC FEVER (DHF) DERAJAT II Disusun oleh: 1. Erwin U. (H2A008018) 2. Marisa (H2A008029) 3. Puji R. (H2A008030) 4. Rani D. (H2A008031) 5. Retno Ayu M. (H2A008033) 6. Subur W . (H2A008043) 7. Rifa Siti N. (H2A008035) 8. Rifka W . (H2A008036) 9. Romadhoni (H2A008037) 10. Rosy M.T. (H2A008038) 11. Septia P.P. (H2A008041) 12. Wiwik D.N. (H2A008045)

Upload: subur-widiyanto

Post on 03-Jan-2016

1.188 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: LAPORAN KASUS dhf fix.docx

LAPORAN KASUS

DENGUE HEMORRHAGIC FEVER (DHF) DERAJAT II

Disusun oleh:

1. Erwin U. (H2A008018)

2. Marisa (H2A008029)

3. Puji R. (H2A008030)

4. Rani D. (H2A008031)

5. Retno Ayu M. (H2A008033)

6. Subur W . (H2A008043)

7. Rifa Siti N. (H2A008035)

8. Rifka W . (H2A008036)

9. Romadhoni (H2A008037)

10. Rosy M.T. (H2A008038)

11. Septia P.P. (H2A008041)

12. Wiwik D.N. (H2A008045)

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG

2012

Page 2: LAPORAN KASUS dhf fix.docx

PENDAHULUAN

I. Latar Belakang

Penyakit Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) atau Demam Berdarah Dengue (DBD)

merupakan penyakit akibat infeksi virus Dengue ini ditemukan nyaris di seluruh belahan

dunia terutama di negara-negara tropik dan subtropik baik sebagai penyakit endemik maupun

epidemik. Kejadian Luar Biasa (KLB) dengue biasanya terjadi di daerah endemik dan

berkaitan dengan datangnya musim penghujan.1

Sampai saat ini infeksi virus Dengue tetap menjadi masalah kesehatan di Indonesia.

Indonesia dimasukkan dalam kategori “A” dalam stratifikasi DHF oleh World Health

Organization (WHO) 2001 yang mengindikasikan tingginya angka perawatan rumah sakit

dan kematian akibat DHF, khususnya pada anak. Menurut data di Depkes RI (2010),

penyakit DHF di Indonesia pada tahun 2008 terdapat 137.469 kasus, 1.187 kasus diantaranya

meninggal, CFR (Case Fatality Rate) sebesar 0,86%. Pada tahun 2009 terdapat 154.855

kasus, 1.384 kasus diantaranya meninggal, CFR sebesar 0,89%. 2

Jumlah penderita penyakit DHF di Semarang tahun 2009 jumlah penderita DHF sebanyak

3883 orang, pada 2010 ini naik menjadi 5556 kasus. Kota Semarang menduduki peringkat

pertama di Jawa Tengah. Usia yang paling sering terkena DHF adalah 5 – 15 tahun.3

Gejala DBD ditandai dengan manifestasi klinis, yaitu demam tinggi, perdarahan

terutama perdarahan kulit, hepatomegali, dan kegagalan peredaran darah (circulatory failure).

Selain itu terdapat kriteria laboratoris yaitu trombositopeni dan hemokonsentrasi (hematokrit

menigkat). Pasien yang terinfeksi virus dengue akan terjadi respon berupa sekresi mediator

vasoaktif yang berakibat peningkatan permeabilitas pembuluh darah dan perembesan

cairan ke ekstravaskuler (plasma leakege), yang ditandai dengan peningkatan hematokrit. Hal

ini berpotensi mengakibatkan keadaan hipovolemia dan syok. Penyakit DHF yang tidak

segera mendapat perawatan mencapai 50%, akan tetapi angka kematian tersebut dapat

diminimalkan mencapai 5% bahkan bisa mencapai 3% atau lebih rendah lagi dengan tindakan

atau pengobatan cepat.4

Berdasarkan dari uraian latar belakang di atas maka, pada laporan kasus ini akan lebih

banyak dibahas mengenai DHF, sehingga dapat memberikan informasi dan menambah

pengetahuan yang benar kepada pasien, keluarga, maupun masyarakat.

1

Page 3: LAPORAN KASUS dhf fix.docx

KASUS

I. Identitas Pasien :

Nama penderita : An. A

Umur/tgl lahir : 1 Maret 1999

Jenis kelamin : Laki-laki

Pendidikan : Kelas 1 SMP

Agama : Islam

Alamat : Jalan Wonodri Sendang Raya no. 14 Semarang

Tanggal Masuk : Selasa, 24 April 2012

Nomer CM :

Identitas Ayah :

Nama ayah : Tn. X

Umur : 38 Tahun

Pendidikan : SI

Agama : Islam

Pekerjaan : Pegawai Bank Swasta

Alamat : Jalan Wonodri Sendang Raya no. 14 Semarang

Identitas Ibu :

Nama ibu : Ny. Y

Umur : 33 Tahun

Pendidikan : SMA

Agama : Islam

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Alamat : Jalan Wonodri Sendang Raya no. 14 Semarang

II. Anamnesa

Anamnesa dilakukan tanggal 24 April 2012 jam 10.00 WIB secara alloanamnesis dari ibu pasien

Keluhan utama : Panas

2

Page 4: LAPORAN KASUS dhf fix.docx

Riwayat Perjalanan Penyakit :

2 hari SMRS setelah pulang bermain dari rumah temannya, pasien mengeluh panas secara

terus menerus dengan suhu badan 390C, keluhan mual dan muntah disangkal, hanya merasa

badan pegal-pegal dan lemas. Ibu pasien memeriksakan pasien ke dokter Spesialis Anak pada

hari itu juga, kemudian diberi obat paracetamol dan vitamin. Pasien mengaku panas turun setelah

minum obat, namun setengah jam kemudian mengeluh panas lagi. Pasien dianjurkan untuk

melakukan pemeriksaan darah di laboratorium. Hasil pemeriksaan laboratorium menunjukan :

trombosit 150.000 dan hematokrit 40%.

1 hari SMRS pasien masih mengeluh panas dengan suhu dengan 390C, keluhan yang

dirasakan pusing, nyeri sekitar mata, nyeri telinga, dan badan pegal-pegal, mual muntah

disangkal dan didapatkan bintik-bintik merah seperti bekas gigitan nyamuk.

Saat masuk rumah sakit pasien datang dengan keluhan panas tampak sakit sedang. Pasien

masih merasakan keluhan yang sama seperti keluhan satu hari yang lalu. BAB dan BAK

dirasakan lancar dan tidak ada kelainan. Keluhan berupa mimisan, gusi berdarah, nyeri ulu hati

dan mual muntah disangkal. Tanda ruam atau bekas gigitan nyamuk disangkal.

Riwayat Penyakit Dahulu

Riwayat kejang (+) saat bayi

Anak belum pernah menderita sakit seperti ini (DHF) sebelumnya.

Riwaya penyakit yang pernah diderita :

ISPA : (+) batuk pilek

Asma : (+)

Peny. Jantung : (-)

Bronkitis : (-)

Diare : (-)

Pnemonia : (-)

Morbili : (-)

Typhoid : (-)

Varisela : (-)

Operasi : (-)

Trauma : (-)

Malaria : (-)

Reaksi Alergi : (-)

Polio : (-)

3

Page 5: LAPORAN KASUS dhf fix.docx

Riwayat Penyakit Keluarga

Tidak ada anggota keluarga sakit seperti ini (DHF) sebelumnya.

Riwaya penyakit yang pernah diderita :

ISPA : Disangkal

Asma : Disangkal

Jantung : Disangkal

Typhoid : Disangkal

Operasi : Disangkal

Trauma : Disangkal

Malaria : Disangkal

Reaksi Alergi : Disangkal

Silsilah Keluarga

Keterangan:

Laki-laki

Perempuan

Bayi Ani (pasien)

Tinggal dalam satu rumah

Riwayat Sosial Ekonomi

Ayah bekerja sebagai pegawai bank, ibu bekerja sebagai ibu rumah tangga. Penghasilan keluarga

selama sebulan cukup untuk mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari untuk 3 orang. Biaya rumah

sakit menggunakan asuransi Jamsostek Kesan sosial ekonomi baik.

4

Page 6: LAPORAN KASUS dhf fix.docx

Riwayat Lingkungan

Dalam rumah dihuni 3 orang. Lingkungan sekitar rumah bersih, tapi tetangga kurang

memperhatikan kebersihan lingkungan. Menguras bak air rumah seminggu sekali dan menutup

tempat penampungan air. Genangan air dilingkungan rumah hanya air comberan biasa. Teman

pasien juga ada mengeluh demam. Lingkungan rumah belum pernah dilakukan fogging.

Data Khusus

Riwayat Perinatal

Prenatal : ANC 5 kali dibidan, imunisasi TT 2 kali sebelum menikah dan ketika hamil.

Obat yang diminum selama hamil : vitamin, asam folat dan tablet besi

Penyakit selama kehamilan : trauma (-), hipertensi (-), DM (-), IMS (-), panas

tinggi (-), penyakit lain (-)

Natal : Lahir cukup bulan secara spontan dari ibu usia 20 tahun, ditolong bidan, aterm,

BBL : 3200 gr, PBL 50 cm, tidak ada kelainan.

Post Natal : Periksa di bidan, anak sehat.

Riwayat Makan

Umur Makanan Jumlah Frekuensi

1. 0-6 bulan

2. 7 bulan-2tahun

ASI eksklusif

MP ASI

Semaunya anak

Ibu tidak ingat

Semaunya anak

Ibu tidak ingat

Kesan : Asi eksklusif, kualitas dan kuantitas cukup

Riwayat Imunisasi

Imunisasi Frekuensi UsiaBCG 1 0 bulanDPT 5 2, 4, 6, 18 bulan dan 5 tahunHepatitis B 3 0, 1, 6 bulanPolio 6 0, 2, 4, 6, 18 bulan dan 5 tahunCampak 2 9 bulan dan 6 tahunImunisasi tambahan -

Kesan : Imunisasi dasar lengkap sesuai umur

5

Page 7: LAPORAN KASUS dhf fix.docx

Riwayat perkembangan anak :

Senyum spontan : 2 bulan

Tengkurap : 3 bulan

duduk dengan bantuan : 5 bulan

gigi keluar : 7 bulan

merangkak : 8 bulan

berdiri : 10 bulan

berjalan : 12 bulan

bicara : 19 bulan.

Kesan : perkembangan anak sesuai dengan umur

III. PEMERIKSAAN FISIK

Pemeriksaan fisik dilakukan tanggal 24 April 2012 jam 10.10 WIB

Keadaan umum : tampak sakit, lemas (+), tampak kurus

Kesadaran : kompos mentis

Status Gizi : BB : 48 kg, TB : 170 cm, BMI : 16,60 kg/m2 (kesan kurus)

Vital Sign :

TD : 110/70 mmHg

Nadi : 92 x/menit (regular, isi dan tegangan cukup)

RR : 28 x/menit (thorako abdominal)

Suhu : 38,50C (axilla)

BB : 48 kg

TB : 170 cm

BMI : 16,60 kg/m2, Kesan : kurus

Status Internus :

Kulit : Turgor kembali cepat

ditemukan bintik-bintik merah seperti digigit nyamuk (+)

Kepala : mesocephal, tidak ditemukan kelainan

Mata : konjungtiva anemis (-/-)

6

Page 8: LAPORAN KASUS dhf fix.docx

perdarahan subconjungtiva (-/-)

sklera ikterik (-/-)

pupil isokor 3 mm. Reflek pupil (+N/+N)

Hidung : cuping hidung (-)

Secret (-)

epistaksis (-)

obstruksi (-)

Mulut : sianosis (-)

gusi berdarah (-)

karies gigi (-)

lidah kotor (-)

Tonsil T1-T1, hiperemis (-), kripte melebar (-)

Dinding faring posterior : hiperemis (-), jaringan granulasi (-)

Telinga : Sekret (-/-)

Serumen (-/-)

membran timpani putih seperti mutiara, cone light (+)

laserasi (-/-)

Leher : pembesaran kelenjar Limfe (-/-)

pembesaran kelenjar tiroid (-/-)

Thoraks :

Cor :

Inspeksi : iktus kordis tidak tampak

Palpasi : iktus cordis teraba kuat angkat (+)

Perkusi : Batas atas : SIC II linea parasternal kiri

Batas kanan bawah : SIC V linea sternalis kanan

Batas kiri bawah : SIC V 1-2 cm linea midclavikula kiri

Pinggang jantung : SIC III linea parasternal kiri

Kesan : konfigurasi jantung dalam batas normal

7

Page 9: LAPORAN KASUS dhf fix.docx

Auskultasi : Regular, Suara jantung murni : BJ Mitral 1 > BJ Mitral 2

BJ Aorta 1 < BJ Aorta 2

BJ Pulmonal 1 < BJ Pulmonal 2

BJ Trikuspidal 1 > BJ Tricuspidal 2

Suara jantung tambahan : bising (-), Gallop (-)

Pulmo :

Dextra SinistraDepanInspeksi:

- Bentuk dada- Hemitorak statis dinamisPalpasi : - Stem fremitus- Nyeri tekanPerkusi :Auskultasi :- Suara dasar- Suara tambahan :

WheezingRBHStridor

DbnSimetris

Dex=sin(-)

Sonor, pekak bagian basal paru

Vesikuler

(-)(+) bagian basal

(-)

DbnSimetris

Dex=sin(-)

Sonor seluruh lapang paru

Vesikuler

(-)(-)(-)

BelakangInspeksi:

- Bentuk dada- Hemitorak statis dinamisPalpasi : - Stem fremitus- Nyeri tekanPerkusi :Auskultasi :- Suara dasar- Suara tambahan :

WheezingRBHStridor

DbnSimetris

Dex=sin(-)

Sonor, pekak bagian basal paru

Vesikuler

(-)(+) bagian basal

(-)

DbnSimetris

Dex=sin(-)

Sonor seluruh lapang paru

Vesikuler

(-)(-)(-)

Paru depan Paru belakang

RBH (+) RBH (+)

8

Page 10: LAPORAN KASUS dhf fix.docx

Abdomen :

Inspeksi : bentuk datar

Warna seperti kulit di sekitar

Venektasi (-)

Auskultasi : bising usus normal ( peristaltic setiap 5 detik )

Palpasi : nyeri tekan (-)

Defance muscular (-)

Hepar teraba 2cm dibawah arcus costa (kesan hepatomegali)

Lien tidak teraba (dbn)

Tes undulasi (+), Ginjal tidak teraba

Perkusi : Tympani ke pekak

Pekak sisi (+)

Pekak alih (+)

Nyeri ketok ginjal (-/-)

Status Anogenital

Genitalia : dalam batas normal

Anus : dalam batas normal

Ekstermitas

Superior InferiorAkral dinginOedemSianosisGerakReflex fisiologisReflex patologisCRT

-/--/--/-

Dbn+/+-/-

<2”

-/--/--/-

Dbn+/+-/-

<2”

9

Page 11: LAPORAN KASUS dhf fix.docx

Status Neurologis

Superior Inferior

kanan kiri kanan kiri

Gerakan normal normal normal normal

Tonus normal normal normal normal

Trofi eutrofi eutrofi eutrofi eutrofi

Klonus - - - -

Reflek fisiologis + + + +

Reflek patologis - - - -

Rangsang Meningeal - - - -

Pemeriksaan Rumple Lead

Ditemukan 15 ptekie dalam lingkaran dengan diameter 3 cm di bagian volar lengan bawah dekat

fossa cubiti.

IV. Pemeriksaan Penunjang

Tanggal 23 April 2012

NO PEMERIKSAAN HASIL NILAI NORMAL

1 DARAH TEPI

Hemoglobin 13 L. 12-17.5 : P. 11,5-16.0 g/dl

Leokosit 4700 4.000 – 11.000 / mm3

Eritrocyt 4.300.000 4 – 6 juta/mm3

LED 10 L < 15 : P < 20 mm/jam

Hematokrit 42 20 %

Trombosit 140.000 150.000 – 400.000/mm3

2 DIFF COUNT

Eosinofil 2 2 – 6 %

Basofil 0 0 – 1 %

Neutrofil 59 50 – 70 %

Limfosit 39 20 – 40 %

Monosit 1 2 – 8 %

10

Page 12: LAPORAN KASUS dhf fix.docx

V. Diagnosis Banding

a. Demam dengue

b. DBD Derajad II

VI. Diagnosis Kerja

DBD Derajat II

VII.Penatalaksanaan

1. Assesment : DBD

Usulan pemeriksaan penunjang (bila perlu) :

X-Ray thorax posisi PA / setengah duduk dan RLD (Right Lateral Decubitus)

Tes Serologi :

- HI test (Uji hambat Hemaglutinasi)

- Uji Elisa Antidengue IgM dan IgG

- Elektrolit (hanya apabila terjadi fase syok)

Terapi :

Nonmedikamentosa :

- Istirahat cukup

- Banyak minum (air putih/ jus buah/ susu) minimal 1-2 liter per hari

Medikamentosa :

- Infus Ringer Laktat 4 tetes per menit (untuk maintenance)

- Paracetamol 3x500 mg per hari

- Vitamin C

Monitoring :

Monitoring keadaan umum : demam.

Monitoring vital sign

Monitoring Hb, Ht, dan Trombosit tiap 6 jam

Monitoring tanda-tanda syok

Balance cairan (tampung urin)

Lingkar perut

Palpasi hepar

11

Page 13: LAPORAN KASUS dhf fix.docx

Edukasi:

a. Menggalangkan 3M

b. Saat tidur disarankan pake kelambu

c. Pasien diberitahu agar minum yang banyak dan makan teratur

d. Pasien diberi tahu agar istirahat cukup.

e. Orang tua harap segera lapor bila terdapat tanda syok dan perdarahan

VIII. Prognosa

Quo ad vitam : dubia ad bonam

Quo ad sanam : dubia ad bonam

Quo ad fungsionam : dubia ad bonam

12

Page 14: LAPORAN KASUS dhf fix.docx

PEMBAHASAN

Infeksi virus dengue tergantung dari faktor yang mempengaruhi daya tahan tubuh dengan

faktor-faktor yang mempengaruhi virulensi virus. Dengan demikian infeksi virus dengue dapat

menyebabkan keadaan yang bermacam-macam, mulai dari tanpa gejala (asimtomatik), demam

ringan yang tidak spesifik (undifferentiated febrile illness), Demam Dengue, atau bentuk yang

lebih berat yaitu Demam Berdarah Dengue (DBD) dan Sindrom Syok Dengue (SSD).5

Pasien laki-laki 13 tahun, pada saat pertama kali datang ke Rumah Sakit, pasien telah

mengalami panas yang telah berlangsung selama 2 hari, suhu terakhir 39oC, bersifat persisten

(terus menerus), disertai pegal-pegal dan badan lemas,, mual muntah disangkal. Sehari sebelum

masuk Rumah Sakit keluhan masih sama namun ditambah dengan rasa pusing dan nyeri sekitar

mata dan telinga. Dikarenakan pada area endemik demam berdarah dengue kebanyakan terdapat

pada usia dibawah 15 tahun maka pada pasien ini dapat dicurigai adanya infeksi virus dengue,

terlebih lagi manifestasi klinisnya yang mirip dengan gejala dengue yaitu panas dengan sakit

kepala berat, mual, muntah, dan infeksi saluran pernafasan atas (pharingitis).5

Pemeriksaan fisik pada saat masuk rumah sakit pasien masih mengeluh panas dengan

suhu 38,5oC, tekanan darah 110/70 mmHg, nadi 92 kali per menit, pernafasan 28 kali per menit

berat badan anak tersebut 48 kg, tinggi badan 170 cm. Ditemukan bintik-bintik merah (ptekie) di

ekstremitas bawah kanan dan kiri. Didapatkan ronki basah halus didaerah basal paru kanan,

hepar teraba 2 cm dibawah arcus costa (hepatomegali), pekak alih (+), pekak sisi (+), tes

undulasi (+). Tidak didapatkan tanda tanda anemia, sianosis, ikterus, ekstrimitas hangat dan

tidak terdapat oedema. Tes rumple leede (tes tourniquet) pada anak tersebut didapatkan hasil

yang positif 1 ptekie dalam lingkaran dengan diameter 3cm dibagian folar lengan bawah dekat

fosa cubiti.

Salah satu fitur yang dapat digunakan untuk definisi secara klinis dari demam berdarah

dengue adalah hasil yang positif dari tes tourniquet, Tes tourniquet merefleksikan fragilitas dari

kapiler dan trombositopeni, pada penelitian yang dilakukan pada 240 anak di India pada tahun

1996 (Kabra et al. 1999), didapatkan tes tourniquet positif pada 40% anak dengan demam

dengue, 18% anak dengan demam dengue dengan perdarahan yang tidak lazim, 62% anak

dengan demam berdarah dengue dan 64% anak dengan dengue syok sindrom. Pada penelitian

lain yang melibatkan 172 anak di Thailand (Kalayanarooj et al. 1997), tes tourniquet positif pada

36% anak dengan demam dengue, 52% anak dengan demam berdarah dengue, dan 21% pada

13

Page 15: LAPORAN KASUS dhf fix.docx

anak dengan infeksi viral selain dengue. Pada penelitian yang melibatkan 1136 anak di Vietnam

yang dicurigai menderita infeksi dengue didapatkan bahwa tes tourniquet memiliki sensitifitas

41.6% untuk demam dengue, spesifitas 94,4%. Tes ini tidak dapat membedakan antara demam

dengue (45% positif) dan demam berdarah dengue (38% positif). Sebagai kesimpulan tes

tourniquet mempunyai nilai yang rendah dalam diagnosa dari infeksi demam dengue di rumah

sakit, namun ketika digunakan pada komunitas, hasil positif dari tes tourniquet sangat membantu

dalam memprediksi adanya infeksi dengue, tetapi hasil yang negatif dari tes tourniquet tidak

menyingkirkan adanya kemungkinan infeksi dengue.6

Pemeriksaan laboratorium darah pada tanggal 23 April 2012 didapatkan kadar

haemoglobin 13g/dl, hematokrit 42 %, trombosit 140.000/mm3, dan leukosit 4.700/mm3. Nilai

laboratorium ini menunjukan adanya trombositopenia (<100.000/mm3), trombositopeni

merupakan kelainan laboratorium yang sering didapatkan sebagai manifestasi klinis dari demam

berdarah dengue, sedangkan pada demam dengue nilai trombosit jarang berada dibawah

100.000/mm3.7

Perdarahan merupakan manifestasi yang sering didapatkan pada infeksi dengue,

perdarahan sangat bervariasi dan muncul bervariasi pada tubuh. Demam dengue juga telah

dihubungkan dengan manifestasi perdarahan yang tidak lazim. Perdarahan pada demam berdarah

merupakan multifaktorial. Penurunan pada platelet dan fibrinogen merupakan dua faktor yang

paling berkaitan dengan kelainan hemostatik perdarahan pada demam berdarah. . Perdarahan

spontan telah dihubungkan dengan jumlah trombosit < 20.000. Pada penelitian di india,

ditemukan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan dalam manifestasi perdarahan antara

pasien dengan tromositopenia maupun non trombositopenia.8

Dari penemuan pada anamnesa, pemeriksaan fisik dan laboratorium pada hari pertama

pasien masuk rumah sakit dapat didiagnosa sebagai demam dengue karena telah memenuhi

kriteria WHO untuk demam dengue, yaitu demam, pusing, tes tourniquet yang positif, dan

leukopenia. Adanya peningkatan nilai hematokrit pada pemeriksaan ini menunjukkan adanya

hemokonsentrasi dan uji torniquete (+) sebagai tanda manifestasi perdarahan, diagnosa pasien

telah berubah dari demam dengue menjadi demam berdarah dengue grade II.

Meskipun pada pasien ini pertama kali didiagnosa demam dengue, namun adanya faktor

faktor resiko untuk terjadinya syok harus dicermati, sehingga dapat meramalkan akan terjadinya

kedaruratan. Indicator fase syok ditandai dengan suhu turun pada hari ke 4-5, jarak systole dan

14

Page 16: LAPORAN KASUS dhf fix.docx

diastole memendek <20 mmHg, nadi cepat tanpa demam, hipotensi/tekanan darah turun,

leucopenia < 5.000/ul. Berdasarkan tanda-tanda tersebut berarti anak ini belum masuk kepada

fase syok.

Pasien dapat dipulangkan apabila memenuhi keadaan dimana tampak perbaikan secara

klinis, tidak demam selama 24 jam tanpa antipiretik, tidak dijumpai distres pernafasan

(disebabkan oleh efusi pleura atau asidosis), hematokrit stabil, jumlah trombosit cenderung naik

> 50.000/pl, tiga hari setelah syok teratasi, dan nafsu makan membaik.

15

Page 17: LAPORAN KASUS dhf fix.docx

RINGKASAN

An. A, laki-laki, usia 13 tahun datang dengan keluhan panas sejak 2 hari yang lalu.

RPS :

Suhu badan 390C axilla, badan pegal (+), lemas (+). Periksa ke dokter Sp A, diberi obat

paracetamol dan vitamin. Hasil pemeriksaan lab : trombosit 150.000, Ht 40%,. pusing (+), bintik

merah (-), nyeri sekitar mata (+), nyeri telinga (+), BAB dan BAK lancar, tidak ada kelainan.

Riwayat dahulu DBD (-)

Riwayat DBD dalam keluarga (-)

Pemeriksaan fisik :

Suhu : 38,5 0C (axila), Hepatomegali (+), Asites (+), Tes rample lead (+), Wheezing (+)

Abdomen :

Palpasi Hepar teraba 2 cm dibawah arcus costa (kesan hepatomegali), tes undulasi (+)

Perkusi : Tympani ke pekak, Pekak sisi (+), Pekak alih (+)

DD : demam dengue

PP : trombosit 150.000/mm3

Dx : demam add causa DHF derajat 2

Treatment :

Medika mentosa : anti piretik (paracetamol)

Suportif : mengatasi kehilangan cairan plasma sebagai akibat peningkatan permeabilitas

kapiler dan perdarahan. Cairan intraventa diberikan apabila (1) anak terusmenerus muntah, tidak

mau minum, demam tinggi, dehidrasi karena dapat mempercepat terjadinya syok. (2) nilai

hematokrit cenderung meningkat.

16

Page 18: LAPORAN KASUS dhf fix.docx

DAFTAR PUSTAKA

1. Djunaedi, D. 2006. Demam Berdarah Dengue (DBD). Malang : Penerbit Universitas

Muhammadiyah Malang.

2. Dinas Kesehatan Kota Semarang, 2011. Data Kasus Demam Berdarah Dengue Kota

Semarang Tahun 2006 sampai dengan 2010. Semarang. Dinas Kesehatan Kota Semarang.

3. Departemen Kesehatan RI. 2010. Data Kasus DBD Per Bulan Di Indonesia Tahun 2010,

2009 Dan Tahun 2008. Diunduh dari http://www.penyakitmenular.infouserfilesdata-

20kasus-20DBD209-20februari202011.pdf

4. Subandrio, A. 1984. Perkembangan Pemeriksaan Serologi untuk Konfirmasi Infeksi Dengue

di Bagian Mikrobiologi FK UI, dalam B. Haryanto et, al, (ed) : Berbagai Aspek

Demam Berdarah Dengue dan Penanggulangannya, Pusat Penelitian Kesehatan Lembaga

Penelitian UI.

5. Gibbons RV, Vaughn DW. Dengue: an escalating problem. BMJ, (online), 2002;324;1563-

1566, (http://www.bmj.com, diakses 21 februari 2008).

6. Phuong CXT, Nhan NT, Wills B et al. Evaluation of the World Health Organization standard

tourniquet test and a modified tourniquet test in the diagnosis of dengue infection in Viet

Nam. Tropical Medicine and International Health. february 2002 volume 7 no 2 pp 125–132

7. Behrman RE, Kliegman RM, Jenson HB. 2004. Nelson textbook of pediatrics 17th ed.

Saunders. Philadelphia.

17