trauma kimia
TRANSCRIPT
Trauma KimiaNur Hanisah030.06.333
Pendahuluan
• Trauma bahan kimia dapat terjadi dalam laboratorium, industry dan pekerjaan yang memakai bahan kimia.
• Bahan kimia yang dapat mengakibatkan kelainan pada mata dapat dibedakan dalam bentuk :• Trauma asam• Trauma alkali
• Pengaruh bahan kimia sangat bergantung pada pH, kecepatan dan jumlah bahan kimia yang diserap.
• Bahan asam akan segera mengadakan presipitasi dan koagulasi dengan protein jaringan kemudian nekrosis. Biasanya hanya terbatas konjungtiva atau lapisan kornea yang superfisial.
• Bahan basa atau alkali dapat menembus kornea masuk ke dalam kamera okuli anterior terus sampai ke retina dalam waktu yang singkat. Bahan alkali bersifat koagulasi sel-sel dan terjadi proses saponifikasi, dehidrasi serta eksfoliasi.
Anatomi dan fisiologi Segmen Anterior Mata
Konjungtiva
• Merupakan membrane yang menutupi sclera dan kelopak mata bagian belakang.• Konjungtiva terdiri atas 3 bahagian:
• 1. Konjungtiva tarsalis yang menutupi tarsus, konjungtiva tarsal sukar digerakan dari tarsus.
• 2. Konjungtiva bulbi menutupi sclera dan mudah digerakkan dari sclera dibawahnya
• 3. Konjungtiva forniks yang merupakan tempat peralihan konjungtiva tarsal dan konjungtiva bulbi.
Kornea
Kornea (latin, cornum= seperti tanduk) adalah selaput bening mata yang tembus cahaya, merupakan lapis jaringan yang menutup bola mata sebelah depan dan terdiri atas lapis:
1. Epitel: terdiri atas 5 lapis sel epitel tidak bertanduk yang saling tumpang tindih; satu lapis basal, sel polygonal dan sel gepeng.
2. Membran Bowman: merupakan kolagen yang tersusun tidak teratur seperti stroma dan berasal dari bagian depan stroma.
3. Stroma: terdiri atas lamel yang merupakan susunan kolagen yang sejajar satu dengan lainnya
4. Membran decement: merupakan membrane aselular dan merupakan batas belakang stroma yang dihasilkan oleh sel endotel
5. Endotel: berasal dari mesotelium, berlapis satu bentuk heksagonal.
Uvea
• Lapis vaskular di dalam bola mata yang terdiri atas iris, badan siliar dan koroid. Iris mempunyai kemampuan mengatur secara otomatis masuknya sinar ke dalam bola mata.• Reaksi pupil ini merupakan juga indicator untuk fungsi
simpatis (midriasis) dan parasimpatis (miosis) pupil. • Badan siliar merupakan susunan otot melingkar dan
mempunyai system ekskresi dibelakang limbus. • Radang badan siliar akan mengakibatkan melebarnya
pembuluh darah di daerah limbus, yang mengakibatkan mata merah yang merupakan gambaran karakteristik peradangan intraocular.
Sudut bilik mata depan• Sudut bilik mata yang dibentuk jaringan
korneosklera dengan pangkal iris.• Pada bagian ini terjadi pengaliran
keluar cairan bilik mata. Bila terdapat hambatan pengaliran keluar cairan mata akan terjadi penimbunan cairan bilik mata di dalam bola mata sehingga tekanan bola mata meninggi atau glaucoma.
• Berdekatan dengan sudut ini didapatkan jaringan trabekulum, kanal schelmm, baji sclera, garis Schwalbe dan jonjot iris
Trauma Kimia
• Trauma kimia adalah trauma yang disebabkan oleh bahan kimia, baik berupa cairan benda padat maupun gas.
• Zat kimia penyebab trauma dibagi menjadi 2 golongan, yaitu asam dan basa .
• Menurut Fithria Aldi cit Ramanjit Sihota, trauma kimia pada mata dua kali lebih sering pada bahan kimia yang bersifat basa dibandingkan bahan kimia yang bersifat asam
Definisi
Epidemiologi
• Lebih dari 60% dari trauma kimia terjadi dalam kecelakaan kerja, 30% di rumah, dan 10% akibat kekerasan.• Sebanyak 20% trauma kimia secara signifikan
mengakibatkan cacat visual dan kosmetik.• Hanya 15% dari pasien dengan trauma kimia berat yang
mencapai perbaikan visual yang fungsional.
Bahan Asam
• Umumnya asam menyebabkan cedera (trauma) ocular termasuk asam sulfat, asam hidroklorik, asam nitrat, asam asetat, asam khromik, dan asam hidrofluorat.
• Ledakan accu mobil, yang menyebabkan luka bakar (cedera) asam sulfat, mungkin merupakan asam yang paling sering mencederai mata.
• Asam hidrofluorat dapat ditemukan pada pembersih karat di rumah, pengkilat alumunium, dan petugas pembersihan. Industri tertentu yang menggunakan asam hidrofluorat untuk membersihkan batu bata, pengikisan kaca, electropolishing, tanning kulit. Asam hidrofluorat juga digunakan untuk fermentasi control di pabrik.
Bahan Basa
• Zat alkali pada umumnya mengandung ammonium hidroksida, potasium hidroksida, sodium hidroksida, kalsium hidroksida, dan magnesium hidroksida. Zat yang mengandung seperti senyawa tersebut dan dapat ditemukan di rumah seperti larutan alkali, semen, kapur, dan ammonia.
• Semprotan balon udara dengan sodium hidroklorida pada pemompaan dan mungkin dapat menyebabkan keratitis alkali. Selain itu, bunga api dan percikan api mengandung magnesium hidroksida dan fosfor.
Etiologi
Patofisiologi : Trauma Asam
Molekul hidrogen merusak
permukaan okular dengan mengubah pH
Anion merusak dengan cara denaturasi
protein, presipitasi dan
koagulasi.
Koagulasi protein umumnya mencegah penetrasi yang lebih
lanjut dari zat asam, dan menyebabkan tampilan ground glass dari stroma korneal yang mengikuti trauma akibat asam. Sehingga trauma pada mata
yang disebabkan oleh zat kimia asam cenderung lebih ringan
daripada trauma yang diakibatkan oleh zat kimia
basa4
Patofisiologi: Trauma Basa
• Bahan kimia basa akan memberikan iritasi ringan pada mata apabila dilihat dari luar. Namun, pada bagian dalam mata, trauma basa ini mengakibatkan suatu kegawatdaruratan.• Basa menembus kornea, camera oculi anterior, dan sampai
retina dengan cepat, dan mengakibatkan pecah atau rusaknya sel jaringan. • Pada pH yang tinggi alkali akan mengakibatkan persabunan
disertai dengan disosiasi asam lemak membrane sel. Akibat persabunan membrane sel akan mempermudah penetrasi lebih lanjut dari pada alkali.
Patofisiologi: Trauma Basa Akibatnya akan terjadi gangguan
penyembuhan epitel
yang berkelanjuta
n dengan tukak kornea
dan dapat terjadi
perforasi kornea
dilepas juga kolagenase yang akan merusak kolagen kornea.
Keratosit juga
membentuk kolagenase akif melalui kolagenase
laten.
Kolagenase laten
berubah menjadi
kolagenase aktif akibat terdapatnya
tripsin, plasmin
ketepepsin.
Klasifikasi: Thoft
Hiperemi konjungtiva disertai dengan keratitis pungtata1.
Derajat 1
Hiperemi konjungtiva disertai dengan hilang epitel kornea.
Derajat 2Hiperemi disertai dengan nekrosis konjuntiva dan lepasnya epitel kornea1.
Derajat 3
Konjungtiva perilimal nekrosis sebanyak 50%1.
Derajat 4
Klasifikasi: Huges
Derajat I• Prognosis baik.• Terdapat erosi epitel kornea• Tidak ada iskemia dan nekrosis kornea. ataupun konjungtiva
Derajat II• Prognosa baik• Pada kornea terdapat kekeruhan yang ringan.• Iskemia < 1/3 limbus
Derajat IIIPrognosis baikKekeruhan kornea sehingga sulit melihat iris & pupil secara jelasTerdapat iskemia 1/3 sampai ½ limbus & nekrosis ringan kornea dan konjungtiva
Derajat IV • Prognosis buruk• Kekeruhan kornea pupil tidak dapat dilihat• Konjungtiva dan sclera pucat.• Iskemia > ½ limbus
Diagnosis: Anamnesis
Nyeri (sangat sering kali )Terasa mengganjal (seperti ada benda asing)Penglihatan kabur
Robek parah
Fotofobia
Mata Merah
Paling sering, pasien datang dengan riwayat cairan atau gas yang disiramkan atau disemprotkan ke mata atau partikel jatuh ke mata.
Menanyakan pasien mengenai sifat khusus bahan kimia dan mekanisme cedera (misalnya, mudah terpercik vs semburan dengan kecepatan tinggi)
Keluhan mata
Diagnosis: Pemeriksaan Fisik• Pemeriksaan fisik secara menyeluruh harus
ditunda sampai mata terkena irigasi deras, dan pH permukaan mata dinetralisasi. • Tetes anestesi topikal dapat digunakan untuk
membantu kenyamanan pasien dan kerjasama. • Setelah irigasi, pemeriksaan mata secara
menyeluruh dilakukan dengan perhatian khusus diberikan untuk• kejernihan dan keutuhan kornea• tingkat iskemia limbal• TIO
Manifestasi Klinis• : visual ketajaman awal dapat menurun karena kerusakan epitel kornea, kabut, lakrimasi
meningkat, atau ketidaknyamanan. Dalam kimia moderat-untuk-sensasi terbakar parah terlihat segera setelah cedera, kabut kornea mungkin minimal pada presentasi dengan visi yang baik, tetapi dapat meningkat secara signifikan dengan waktu, sangat menurunkan penglihatan
Penurunan ketajaman visual
• Peningkatan TIO secara tiba-tiba bisa disebabkan oleh deformasi dan pemendekan kolagen, sehingga mempersempit ruang anterior. Peningkatan TIO yang lama secara mendadak berkaitan dengan tingkat peradangan segmen anterior.
Peningkatan TIO
• Berbagai derajat hiperemis konjungtiva dan pembengkakan adalah hal yang memungkinkan, dan bahkan cedera kimia ringan dapat menimbulkan respon konjungtiva berlebihan.
Inflamasi konjungtiva
• lebih sering ditemukan dengan cedera partikulat, seperti plester. Jika tidak dikeluarkan, partikel-partikel sisa dapat berfungsi menjadi reservoir untuk pelepasan kimia lanjutan dan cedera. Partikel-partikel ini harus dikeluarkan sebelum penyembuhan permukaan mata dimulai
Partikel dalam konjungtiva forniks
Menifestasi Klinis
Iskemia Perilimbal• Tingkat iskemia limbal (pemucatan) mungkin adalah indikator prognosis yang paling penting untuk
penyembuhan kornea masa depan karena sel-sel induk limbal bertanggung jawab atas repopulasi epitel kornea. Secara umum, semakin besar tingkat kepucatan , semakin buruk prognosisnya.
Defek kornea epitel• Kerusakan epitel kornea dapat berkisar dari keratitis epitel pungtata (KEP) difus ringan
dengan defek epitel lengkap.
Kabut stroma• Kabut dapat berkisar dari kornea jernih (kelas 0) ke kekeruhan lengkap (kelas 5) tanpa
melihat ke dalam ruang anterior
Reaksi inflamasi bilik anterior• hal ini dapat bervariasi dengan melihat sel dan flare pada reaksi fibrinoid yang kuat ruang
anterior. Secara umum, hal ini lebih sering terjadi dengan cedera alkali karena penetrasi yang lebih dalam
Kerusakan adnexal / parut• Mirip dengan cedera kimia pada daerah kulit lainnya, hal ini dapat mengakibatkan masalah paparan
berat jika jaringan parut menghambat penutupan kelopak mata, karena itu, menunjukkan permukaan mata yang sudah rusak4.
Penatalaksanaan
Trauma
1. Menghilangk
an penyebab (irigasi)
2.Mempercepat
penyembuhan
3. Kontrol Inflamasi
4. Mencegah infeksi
5. Kontrol TIO
6. Kontrol Nyeri
7.Perawatan Bedah
1. Menghilangkan Penyebab (irigasi)
• Irigasi sebanyaknya sesegera mungkin adalah terapi tunggal yang paling penting untuk mengobati luka kimia. Jika tersedia, mata harus dibius sebelum diirigasi.• Idealnya, mata harus diairi dengan larutan buffer steril
seimbang, seperti larutan garam normal atau larutan Ringer laktat. • Namun, irigasi langsung bahkan dengan air keran biasa
lebih diutamakan tanpa menunggu cairan yang ideal
2. Mempercepat penyembuhan ocular (epitel)• Mata terluka kimia memiliki kecenderungan untuk kurang
menghasilkan air mata yang memadai, sehingga air mata buatan tambahan memainkan peran penting dalam penyembuhan4.• Askorbat memainkan peranan penting dalam remodeling
kolagen, yang menyebabkan peningkatan dalam penyembuhan kornea. Terap pemasangan lensa kontak balutan sampai epitel telah diregenerasi dapat membantu dalam beberapa pasien. • Transplantasi Membran amnion di mata dengan cedera akut
mata meningkatkan penyembuhan lebih cepat dari defek epitel pada pasien dengan cedera grade moderat.
3. Kontrol Inflamasi
• Mediator inflamasi dilepaskan pada permukaan mata pada saat cedera yang menyebabkan nekrosis jaringan dan mengikat reaktan inflamasi lebih lanjut.
• Respon inflamasi yang kuat tidak hanya menghambat reepitelisasi tetapi juga meningkatkan risiko ulserasi dan perforasi kornea.
• Steroid topical dapat digunakan secara aman pada pada minggu pertama untuk mengatasi uveitis tanpa meningkatkan risiko pencairan kornea.
• mengurangi sejumlah pembentukan symblepharon.
Minggu Pertama
• Namun, saat minggu-minggu kedua dan ketiga, fibroblast, mungkin berasal dari keratocytes sekitarnya, kembali memenuhi daerah aseluler yang cedera.
• Steroid topikal harus dihindari pada periode ini karena dapat menghambat sintesis kolagen dan dengan demikian meningkatkan ulserasi kornea dan pencairan.
Minggu 2-3
• Setelah minggu ketiga, repopulasi fibrokistik kornea telah terjadi dan kortikosteroid dapat sekali lagi dapat digunakan jika diperlukan.
• Sitrat berfungsi meningkatkan penyembuhan luka kornea dan menghambat PMNs melalui kelatisasi kalsium.
• Sebuah penelitian menunjukkan hasil visual yang lebih baik dengan menggunakan antara askorbat dan sitrat untuk mengendalikan cedera kimia pada mata.
Minggu 3<
4. Mencegah Infeksi
• Bila epitel kornea hilang, mata rentan dengan infeksi.• Antibiotik profilaksis topikal dapat dipilih sebagai terapi
tahap awal
5. Kontrol Tekanan Intraokular
• Penggunaan aqueos supresan (diuretic) sangat dianjurkan untuk mengurangi TIO sekunder karena cedera kimia, keduanya dipilih sebagai terapi awal dan pada saat pemulihan tahap lanjut, jika TIO tinggi (> 30 mm Hg)
6. Kontrol Nyeri
• Cedera kimia berat dapat sangat menyakitkan. • Spasme siliaris dapat ditangani dengan penggunaan agen
sikloplegik, namun, obat nyeri oral mungkin diperlukan pada awalnya untuk mengontrol rasa sakit
7. Perawatan Bedah
• Menghilangkan memicu kimia
• Setelah menanamkan anestesi topikal, menyapu fornices dengan pembersih telingalembab steril untuk menghilangkan bahan asing yang ditahan.
• Teknik ini sangat penting ketika partikulat (misalnya, plester) bertanggung jawab atas cedera.
Meningkatkan penyembuhan
permukaan okular• Nekrotik
Debride konjungtiva / jaringan kornea
• Amnion Sementara membran tempelan
• Limbal transplantasi sel induk
• Menumbuhkan sel induk lembar transplantasi kornea epitel
Mencegah infeksi:
• perekat jaringan Cyanoacrylate dapat diterapkan untuk pengobatan perforasi kornea kecil.
Visual rehabilitasi
• Menembus keratoplasty dengan atau tanpa ekstraksi katarak
• Keratoprosthesis
Kontrol TIO
• Glaukoma penyaring bedah atau penempatan shunt tabung air dapat
• digunakan untuk kasus TIO peningkatan refrakter untuk manajemen pengobatan
Prognosis
• Secara umum, prognosis cedera kimia mata secara langsung berkorelasi dengan keparahan cedera yang dihasilkan terhadap struktur mata dan adneksa.• Banyak sistem klasifikasi dan revisi yang karenanya ditujukan
untuk mengelompokkan trauma pada mata dalam kaitannya dengan prognosis yang ada, termasuk sistem berikut: Hughes, Roper-Hall, dan Pfister.• Pada intinya, semua sistem bertujuan untuk mengukur:• tingkat keterlibatan epitel kornea• tingkat hilangnya sel batang limbal• tingkat keterlibatan konjungtiva
Prognosis
Grade 0 - defek Minimal epitel, stroma kornea jelas, tidak ada iskemia limbal.
Grade 1 - defek epitel parsial-lengkap, stroma kornea jelas, tidak ada iskemia limbal.
Grade 2 - defek epitel parsial-lengkap, kabut stroma ringan, tidak ada atau
hanya iskemik limbal ringanGrade 3 - defek epitel Lengkap, kabut stroma moderat, kurang dari sepertiga dari limbus iskemik
Grade 4 - defek epitel Lengkap, kabut stroma kabur rincian iris, sepertiga
sampai dua pertiga dari limbus iskemik
Grade 5 - defek epitel Lengkap, kekeruhan stroma, lebih dari dua pertiga dari limbus adalah iskemik.
Kesimpulan• Trauma kimia pada mata dapat berasal dari bahan yang bersifat asam dengan pH < 7 dan
bahan yang bersifat basa dengan pH > 7. • Trauma basa biasanya memberikan dampak yang lebih berat daripada trauma asam, karena
bahan-bahan basa memiliki dua sifat yaitu hidrofilik dan lipolifik dimana dapat masuk secara cepat untuk penetrasi sel membran dan masuk ke sudut mata depan, bahkan sampai retina. Sementara trauma asam akan menimbulkan koagulasi protein permukaan, dimana merupakan suatu barier pelindung sehingga zat asam tidak penetrasi lebih dalam lagi.
• Gejala utama yang muncul pada trauma mata adalah epifora, blefarospasme dan nyeri yang hebat. Trauma kimia merupakan satu-satunya jenis trauma yang tidak memerlukan anamnesa dan pemeriksaan yang lengkap.
• Penatalaksanaan yang terpenting pada trauma kimia adalah irigasi mata dengan segera samapai pH mata kembali normla dan diikuti dengan pemberian obat terutama antibiotik, multivitamin, antiglaukoma, dll. Selain itu dilakukan juga upaya promotif dan preventif kepada pasien
• Prognosis cedera kimia mata secara langsung berkorelasi dengan keparahan cedera yang dihasilkan terhadap struktur mata dan adneksa
TERIMA KASIH