trauma kimia edit

40
MAKALAH TRAUMA KIMIA PADA MATA Disusun Oleh : 1. Nida Fauziyah Noor P 17420213107 2. Nurul Chafifah P 17420213108 3. Pangestu Rakhmawati P 17420213109 4. Rasika Wiguna P 17420213110 5. Rendi Faridawati P 17420213111 6. Riana Azzahra Devie P 17420213112 7. Robula Emir P 17420213113 8. Saguh Febrianto P 17420213114 9. Sevti Yuni Nuraini P 17420213115 10. Anggres P KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA 1

Upload: nida

Post on 22-Jan-2016

250 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

laporan pendahuluan

TRANSCRIPT

Page 1: Trauma Kimia Edit

MAKALAH

TRAUMA KIMIA PADA MATA

Disusun Oleh :

1. Nida Fauziyah Noor P 17420213107

2. Nurul Chafifah P 17420213108

3. Pangestu Rakhmawati P 17420213109

4. Rasika Wiguna P 17420213110

5. Rendi Faridawati P 17420213111

6. Riana Azzahra Devie P 17420213112

7. Robula Emir P 17420213113

8. Saguh Febrianto P 17420213114

9. Sevti Yuni Nuraini P 17420213115

10. Anggres P

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLTEKKES KEMENKES SEMARANG

PRODI DIII KEPERAWATAN PURWOKERTO

2015

1

Page 2: Trauma Kimia Edit

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Mata adalah salah satu organ yang memiliki sistem pelindung yang

cukup baik seperti rongga orbita, kelopak, dan jaringan retrobulbar.Selain

itu terdapatnya refleks memejam dan mengedip, tetapi mata masih sering

mendapatkan trauma dari dunia luar.Trauma dapat mengakibatkan

kerusakan pada bola mata, kelopak mata, saraf mata, dan rongga orbita.

Kerusakan mata akan dapat menimbulkan penyulit sehingga mengganggu

fungsi penglihatan.

Trauma mata merupakan tindakan sengaja maupun tidak disengaja

yang dapat mengakibatkan perlukaan pada mata. Perlukaan yang

ditimbulkan dapat ringan, sedang, maupun berat. Pada mata dapat terjadi

beberapa trauma terdiri dari trauma tumpul, trauma tembus bola mata,

trauma kimia, dan trauma radiasi.

Trauma kimia mata merupakan salah satu kegawatdaruratan mata

yang membutuhkan penatalaksanaan sesegera mungkin. Akibat buruk

yang akan ditimbulkan jika penatalaksanaan trauma terlambat adalah

timbulnya berbagai komplikasi yang salah satunya menyebabkan kebutaan

bahkan kehilangan mata. Lebihdari 800.000 kasus trauma mata yang

berhubungan dengan pekerjaan terjadi setiap tahunnya. Dibandingkan

dengan wanita, laki-laki memiliki rasio terkena trauma mata 4 kali lebih

besar. Dari data WHO tahun 2008 trauma okular berakibat kebutaan

unilateral sebanyak 19 juta orang, 2,3 juta mengalami penurunan visus

bilateral, dan 1,6 juta mengalami kebutaan bilateral akibat cedera mata.

Sebagian besar (84%) merupakan trauma kimia. Rasio frekuensi 

bervariasi trauma asam:basa antara 1:1 sampai 1:4. Secara international,

80% dari trauma kimiawi dikarenakan oleh pajanan karena pekerjaan1.

Trauma kimia pada mata adalah trauma yang mengenai bola mata

akibat terpaparnya bahan kimia baik yang bersifat asam atau basa pada

2

Page 3: Trauma Kimia Edit

bola mata. Trauma kimia diakibatkan oleh zat asam dengan pH < 7

ataupun zatbasa pH > 7 yang dapat menyebabkan kerusakan struktur bola

mata.Tingkat keparahan trauma dikaitkan dengan jenis, volume,

konsentrasi, durasi pajanan, dan derajat penetrasi dari zat kimia tersebut.

Trauma bahan kimia dapat terjadi pada kecelakaan dalam laboratorium,

industri, pekerjaan yang memakai bahan kimia, pekerjaan pertanian, dan

peperangan memakai bahan kimia serta paparan bahan kimia dari alat-alat

rumah tangga. Setiap trauma kimia pada mata memerlukan tindakan

segera. Irigasi daerah yang terkena trauma kimia merupakan tindakan yang

harus segera dilakukan. Oleh karena itu, diperlukan pengetahuan yang

spesifik mengenai trauma mata yang sering terjadi di lingkungan

masyarakat, salah satunya adalah trauma kimia.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana anatomi dari mata ?

2. Apa pengertian dari trauma kimia pada mata ?

3. Apa etiologi dari trauma kimia pada mata ?

4. Bagaimana klasifikasi trauma kimia pada mata ?

5. Bagaimana patofisiologi pada trauma kimia pada mata ?

6. Bagaimana gejala klinis pada trauma mata ?

7. Bagaimana pemeriksaan pada trauma mata ?

8. Bagaimana penatalaksanaan pada trauma kimia pada mata ?

9. Bagaimana komplikasi pada trauma mata ?

3

Page 4: Trauma Kimia Edit

BAB II

PEMBAHASAN

A. Anatomi Mata

Gambar Anatomi mata tampak melintang

Mata merupakan alat indra yang terdapat pada manusia. Secara konstan mata

menyesuaikan jumlah cahaya yang masuk, memusatkan perhatian pada objek

yang dekat dan jauh serta menghasilkan gambaran yang kontinu yang dengan

segera dihantarkan ke otak. Bola mata berbentuk bulat dengan panjang maksimal

24 mm. Bola mata di bagian depan (kornea memiliki kelengkungan yang lebih

tajam, sehingga terdapat bentuk dengan 2 kelengkungan yang berbeda. Bola mata

dibungkus oleh 3 lapisan, yaitu sklera, jaringan uvea, dan retina. Struktur lain dari

bola mata terdiri dari :

4

Page 5: Trauma Kimia Edit

1) Sklera (bagian putih mata) : merupakan lapisan luar mata yang berwarna

putih dan relatif kuat. Merupakan jaringan ikat yang kenyal dan

memberikan bentuk pada mata.

2) Jaringan uvea: merupakan jaringan vaskular yang terdiri dari iris, badan

siliar, dan koroid. Jaringan uvea dan sklera dibatasi oleh ruang yang

potensial mudah dimasuki darah bila terjadi perdarahan pada ruda paksa

(perdarahan suprakoroid).

3) Retina: merupakan lapisan yang terletak paling dalam dan mempunyai

susunan lapis sebanyak 10 lapis yang merupakan lapisan membran

neurosensoris yang akan merubah sinar menjadi rangsangan pada saraf

optik dan diteruskan ke otak.

4) Konjungtiva : selaput tipis yang melapisi bagian dalam kelopak mata dan

bagian luar sklera.

5) Kornea : struktur transparan yang menyerupai kubah yang tembus cahaya,

merupakan pembungkus dari iris, pupil dan bilik anterior serta membantu

memfokuskan cahaya. Merupakan lapis jaringan yang menutup bola mata

depan dan secara histologis terdiri dari epitel, membran bowman, stroma,

membran descement, dan endotel.

5

Page 6: Trauma Kimia Edit

a.

b. Gambar Histologi kornea4

6) Pupil : daerah hitam di tengah-tengah iris.

7) Iris : jaringan berwarna yang berbentuk cincin, menggantung di belakang

kornea dan di depan lensa. Iris memiliki kemampuan mengatur secara

otomatis masuknya cahaya ke dalam bola mata dengan cara merubah

ukuran pupil. Badan siliar merupakan susunan otot yang melingkar dan

mempunyai sistem ekskresi di belakang limbus.

8) Lensa : struktur cembung ganda yang tergantung diantara humor aqueus

dan vitreus; berfungsi membantu memfokuskan cahaya ke retina.

9) Saraf optikus : kumpulan jutaan serat saraf yang membawa pesan visuil

dari retina ke otak.

10) Humor aqueus : cairan jernih dan encer yang mengalir diantara lensa dan

kornea (mengisi segmen anterior mata), serta merupakan sumber makanan

bagi lensa dan kornea; dihasilkan oleh prosesus siliaris.

6

Page 7: Trauma Kimia Edit

11) Humor vitreus : gel transparan yang terdapat di belakang lensa dan di

depan retina (mengisi segmen posterior mata).

Bola mata terbagi menjadi 2 bagian, masing-masing terisi oleh cairan:

1) Segmen anterior : mulai dari kornea sampai lensa, berisi humor aqueus

yang merupakan sumber energi bagi struktur mata di dalamnya. Segmen

anterior sendiri terbagi menjadi 2 bagian (bilik anterior : mulai dari kornea

sampai iris, dan bilik posterior : mulai dari iris sampai lensa). Dalam

keadaan normal, humor aqueus dihasilkan di bilik posterior, lalu melewati

pupil masuk ke bilik anterior kemudian keluar dari bola mata melalui

saluran yang terletak ujung iris.

2) Segmen posterior : mulai dari tepi lensa bagian belakang sampai ke retina,

berisi humor vitreus yang membantu menjaga bentuk bola mata.

Mata mempunyai otot, saraf serta pembuluh darah. Beberapa otot bekerja

sama menggerakkan mata. Setiap otot dirangsang oleh saraf kranial tertentu.

Tulang orbita yang melindungi mata juga mengandung berbagai saraf lainnya,

yaitu:

1) Saraf optikus membawa gelombang saraf yang dihasilkan di dalam

retina ke otak

2) Saraf lakrimalis merangsang pembentukan air mata oleh kelenjar air

mata

3) Saraf lainnya menghantarkan sensasi ke bagian mata yang lain dan

merangsang otot pada tulang orbita.

Arteri oftalmika dan arteri retinalis menyalurkan darah ke mata kiri dan

mata kanan, sedangkan darah dari mata dibawa oleh vena oftalmika dan vena

retinalis. Pembuluh darah ini masuk dan keluar melalui mata bagian

belakang3.

7

Page 8: Trauma Kimia Edit

Gambar 2.3 Otot-otot penggerak bola mata2

B. Pengertian Trauma Kimia pada Mata

1. Trauma asam

Trauma kimia asam pada mata merupakan salah satu

keadaan kedaruratan oftalmologi karena dapat menyebabkan

cedera pada mata, baik ringan, berat, bahkan sampai kehilangan

penglihatan. Trauma kimia asam pada mata disebabkan oleh

paparan bahan kimia yang bersifat asam yang dapat merusak

struktur bola mata tersebut.Trauma kimia asam diakibatkan oleh

zat asam dengan pH<7, dapat menyebabkan kerusakan struktur

bola mata. Tingkat keparahan trauma dikaitkan dengan jenis,

volume, konsentrasi, durasi pajanan, dan derajat penetrasi dari zat

kimia asam tersebut5.

Trauma kimia asam dapat terjadi pada kecelakaan di

laboratorium, industri, pekerjaan yang memakai bahan kimia asam,

pekerjaan pertanian, dan peperangan yang memakai bahan kimia

asam serta paparan bahan kimia asam dari alat-alat rumah tangga.

Setiap trauma kimia asam pada mata memerlukan tindakan segera.

Irigasi daerah yang terkena trauma kimia asam merupakan

tindakan yang harus segera dilakukan.

Trauma kimia asam bersifat lebih ringan dibandingkan

dengan trauma kimia basa karena cedera jaringan yang lebih fokus,

selain itu epitel kornea dapat memberikan perlindungan terhadap

asam lemah. Pada saat terkena bahan asam maka ion hidrogen akan

merubah pH permukaan, sedangkan anion terkait bereaksi dengan

epitel dan sel stroma superfisial untuk mengendapkan dan

mendenaturasi protein permukaan. Protein yang di gumpalkan

tersebut berfungsi sebagai penghalang superfisial dan mencegah

8

Page 9: Trauma Kimia Edit

cedera intraokular. Asam kuat dapat menembus dan menghasilkan

pola cedera yang sebanding dengan sebuah luka bakar basa, seperti

kerusakan jaringan yang dalam pada mata yang mencapai pH 2,5

atau kurang.

2. Trauma Basa

Trauma basa merupakan rudapaksa mata yang disebabkan

oleh bahan kimia basa. Trauma basa biasanya lebih berat daripada

trauma asam, karena bahan-bahan basa memiliki dua sifat yaitu

hidrofilik dan lipolifik dimana dapat secara cepat untuk penetrasi

sel membran dan masuk ke bilik mata depan, bahkan sampai retina.

Trauma basa akan memberikan iritasi ringan pada mata apabila

dilihat dari luar. Namun, apabila dilihat pada bagian dalam mata,

trauma basa ini mengakibatkan suatu kegawatdaruratan. Basa akan

menembus kornea, kamera okuli anterior sampai retina dengan

cepat, sehingga sering berakhir dengan kebutaan. Pada trauma basa

akan terjadi penghancuran jaringan kolagen kornea. Bahan kimia

basa bersifat koagulasi sel dan terjadi proses saponifikasi, disertai

dengan dehidrasi18.

Bahan alkali atau basa akan mengakibatkan pecah atau

rusaknya sel jaringan. Pada pH yang tinggi alkali akan

mengakibatkan saponifikasi disertai dengan disosiasi asam lemak

membran sel. Akibat saponifikasi tersebut, maka akan

mempermudah penetrasi lebih lanjut. Gangguan penyembuhan

epitel yang berkelanjutan dengan ulkus kornea akan

mengakibatkan terjadinya perforasi kornea. Kolagenase ini mulai

dibentuk 9 jam sesudah trauma dan puncaknya terdapat pada hari

ke 12-21. Biasanya ulkus pada kornea mulai terbentuk 2 minggu

setelah trauma kimia. Pembentukan ulkus berhenti hanya bila

terjadi epitelisasi lengkap atau vaskularisasi telah menutup dataran

depan kornea. Bila alkali sudah masuk ke dalam bilik mata depan

maka akan terjadi gangguan fungsi badan siliar. Cairan mata

9

Page 10: Trauma Kimia Edit

susunannya akan berubah, yaitu jumlah kadar glukosa dan askorbat

yang berkurang, padahal kedua unsur ini memegang peranan

penting dalam pembentukan jaringan kornea.

Gambar 2.4 Trauma kimia asam pada mata

C. Etiologi

1. Etiologi trauma asam

Trauma kimia asam biasanya disebabkan bahan-bahan yang

tersemprot atau terpercik pada wajah. Berikut ini merupakan penyebab

trauma kimia yang bersifat asam pada mata:

Komponen Aktif Sumber Utama Catatan

Asam sulfat (H2SO4) Pembersih industri, air

accu

Percampuran dengan air

mata menyebabkan

cedera panas, dapat

disertai dengan adanya

benda asing atau robekan

jaringan

Asam sulfit (H2SO3) - Terbentuk dari

percampuran sulfur

diokida (SO2) dengan

air mata

- Pengawet

Relatif lebih mudah

berpenetrasi

dibandingkan asam

lainnya

10

Page 11: Trauma Kimia Edit

buah/sayuran

- Bahan pemutih

- Bahan pendingin

Asam hidrofluorik (HF) Bahan pemoles/pemutih

kaca, pemisah mineral,

alkilasi bensin, produksi

silicon

Mudah berpenetrasi dan

menyebabkan trauma

yang parah

Asam klorida (HCL) Digunakan sebagai larutan

31-38%

Kerusakan berat bila

konsentrasi pekat dan

pajanan kronis

Asam cuka

(CH3COOH)

Cuka 4-10%, cuka biang

80%, asam asetat glasial

90%

Trauma ringan bila

konsentrasi <10%,

kerusakan meningkat bila

konsentrasi pekat

Chromik (Cr2O3) Industri pelapisan krom Pajanan yang kronis

dapat menyebabkan

konjungtivitis kronis

dengan brown

discoloration

Trauma kimia asam yang paling parah disebabkan oleh asam

hidrofluorik karena berat molekulnya yang rendah dan ukurannya yang

kecil, fluroride akan menembus masuk ke stroma dan menyebabkan cedera

kornea serta segmen anterior. Asam sulfat merupakan penyebab trauma

kimia mata tersering. Asam sulfat bereaksi dengan air dan masuk ke dalam

robekan pre kornea untuk memproduksi panas yang mendestruksi epitel

kornea serta konjungtiva. Salah satu kejadian yang mengakibatkan luka

bakar asam sulfat adalah ledakan accu mobil, yang mungkin merupakan

penyebab tersering dari luka bakar kimia pada mata.

2. Etiologi trauma kimia basa

Beberapa bahan penyebab trauma kimia basa, antara lain:

a. Produk pembersih dalam rumah tangga (amoniak)

11

Page 12: Trauma Kimia Edit

b. Pupuk (amoniak)

c. Shampoo, sabun

d. Semen, tiner, lem, kapur gamping

e. Freon/bahan pendingin lemari es

f. Sodium hidroksida

g. Potassium hidroksida

D. Klasifikasi

1. Trauma Asam

Trauma kimia asam dapat diklasifikasikan sesuai dengan derajat

keparahan yang ditimbulkan akibat bahan kimia penyebab trauma.

Klasifikasi ini juga bertujuan untuk penatalaksanaan yang sesuai

dengan kerusakan yang muncul serta indikasi penentuan prognosis.

Klasifikasi ditetapkan berdasarkan tingkat kejernihan kornea dan

keparahan iskemik limbus. Selain itu klasifikasi ini juga untuk menilai

patensi dari pembuluh darah limbus (superficial dan profundus).

Klasifikasi tingkat keparahan akibat rudapaksa kimia berdasarkan M.J.

Roper-Hall:

Tabel Klasifikasi Trauma Kimia

Gradasi Kornea Konjungtiva Prognosis

I Erosi kornea Iskemia (-) Baik

II Keruh, detail iris jelas Iskemia < ½

limbus

Baik

III Kerusakan epitel total, stroma

keruh, detail iris kabur

Iskemia 1/3 – ½

limbus

Kurang

baik

IV Keruh/putih, detail iris tak

tampak

Iskemia > ½

limbus

Jelek

12

Page 13: Trauma Kimia Edit

a b

c d

Gambar 2.5 Derajat keparahan trauma kimia berdasarkan Roper-Hall

(a) Gradasi I; (b) Gradasi II; (c) Gradasi III; (d) Gradasi IV

2. Trauma Basa

Menurut klasifikasi Thoft, trauma basa dapat dibedakan dalam:

a. Derajat 1: hiperemi konjungtiva, dan keratitis pungtata.

b. Derajat 2: hiperemi konjungtiva dan hilang epitel kornea.

c. Derajat 3: hiperemi disertai dengan nekrosis konjungtiva dan

lepasnya kornea.

d. Derajat 4: Konjungtiva perilimal nekrosis sebanyak 50%.

13

Page 14: Trauma Kimia Edit

Gambar 2.11 Klasifikasi Trauma Kimia menurut Thoft20, (a) derajat 1, (b) derajat

2, (c) derajat 3, (d) derajat 4.

E. Patofisiologi

Proses perjalanan penyakit pada trauma kimia ditandai oleh 2 fase,

yaitu fase kerusakan yang timbul setelah terpapar bahan kimia serta fase

penyembuhan.Kerusakan yang terjadi pada trauma kimia yang berat dapat

diikuti oleh hal-hal berikut:

1) Terjadi nekrosis pada epitel kornea dan konjungtiva disertai

gangguan dan oklusi pembuluh darah pada limbus

2) Hilangnya stem cell limbus dapat berdampak pada vaskularisasi

dan konjungtivalisasi permukaan kornea atau menyebabkan

kerusakan persisten pada epitel kornea dengan perforasi dan ulkus

kornea bersih

3) Penetrasi yang dalam dari suatu zat kimia dapat menyebabkan

kerusakan dan presipitasi glikosaminoglikan dan opasifikasi kornea

4) Penetrasi zat kimia sampai ke kamera okuli anterior dapat

menyebabkan kerusakan iris dan lensa

5) Kerusakan epitel siliar dapat mengganggu sekresi askorbat yang

dibutuhkan untuk memproduksi kolagen dan memperbaiki kornea

6) Hipotoni dan phthisis bulbi sangat mungkin terjadi

7) Proses penyembuhan epitel kornea dan stroma diikuti oleh proses-

proses berikut:

8) Terjadi penyembuhan jaringan epitelium berupa migrasi atau

pergeseran dari sel-sel epithelial yang berasal dari stem cell limbus

9) Kerusakan kolagen stroma akan difagositosis oleh keratosit

sehingga terjadi sintesis kolagen baru.

F. Gejala Klinis

Terdapat gejala klinis utama yang muncul pada trauma kimia yaitu,

epifora, blefarospasme, dan nyeri berat. Trauma akibat bahan yang bersifat

asam biasanya dapat segera terjadi penurunan penglihatan akibat nekrosis

14

Page 15: Trauma Kimia Edit

superfisial kornea. Sedangkan pada trauma basa, kehilangan penglihatan

sering bermanifestasi beberapa hari sesudah kejadian. Namun sebenarnya

kerusakan yang terjadi pada trauma basa lebih berat dibanding trauma

asam.

G. Pemeriksaan

Pemeriksaan yang seksama sebaiknya ditunda sampai mata yang

terkena zat kimia sudah terigasi dengan air dan pH permukaan bola mata

sudah netral. pH permukaan mata diperiksa dengan meletakkan secarik

kertas indikator di forniks. Obat anestesi topikal atau lokal sangat

membantu agar pasien tenang, lebih nyaman dan kooperatif sebelum

dilakukan pemeriksaan. Setelah dilakukan irigasi, pemeriksaan dilakukan

dengan perhatian khusus untuk memeriksa kejernihan dan keutuhan

kornea, derajat iskemik limbus, tekanan intra okular, konjungtivalisasi

pada kornea, neovaskularisasi, peradangan kronik dan defek epitel yang

menetap dan berulang

Pemeriksaan yang didapatkan umumnya, visus menurun, kelopak

mata bengkak kadang-kadang ada luka bakar, konjungtiva hiperemi,

kemosis, karena bahan kimia basa bisa terjadi iskemi dan nekrosis pada

konjungtiva dan sklera, tergantung dari berat ringannya keadaan. Kornea

edema, tes fluoresin (+) hingga kekeruhan kornea yang hebat21.

Selain itu juga bisa dilakukan pemeriksaan pH bola mata secara

berkala dengan kertas lakmus. Tujuan pemeriksaan kertas lakmus ini

adalah untuk mengetahui jenis bahan kimia dan sebagai media

pemeriksaan evaluasi hasil irigasi hingga pH normal, atau tidak.

Pemeriksaan bagian anterior mata dengan lup atau slit lamp bertujuan

untuk mengetahui lokasi luka. Pemeriksaan oftalmoskopi direk dan indirek

juga dapat dilakukan. Pemeriksaan fluoresin tes untuk mengetahui adanya

defek pada kornea. Selain itu dapat pula dilakukan pemeriksaan tonometri

untuk mengetahui tekanan intraokular.

15

Page 16: Trauma Kimia Edit

H. Penatalaksanaan

Penatalaksana trauma mata bergantung pada berat ringannya

trauma ataupun jenis trauma itu sendiri. Namun demikian ada empat

tujuan utama dalam mengatasi kasus trauma okular, yaitu memperbaiki

penglihatan, mencegah terjadinya infeksi, mempertahankan struktur dan

anatomi mata, serta mencegah sekuele jangka panjang. Tata laksana

trauma kimia mencakup tata laksana secara umum dan secara khusus.

1. Tata Laksana Umum

a) Irigasi mata dan jaringan sekitar. Semua rudapaksa /trauma kimia

merupakan kasus emergensi/darurat, sebaiknya pertolongan

pertama mulai dilakukan pada tempat kejadian sesegera mungkin,

dengan cara mencuci/irigasi dengan air bersih (air mineral, air

sumur, air PDAM) sesering mungkin sebelum dirujuk ke rumah

sakit terdekat. Berikan anestesi lokal tetes mata diikuti irigasi

dengan aquades steril, cairan fisiologis (normal salin, ringer laktat)

secara manual, memakai spuit 20 cc disposable, atau secara drip /

continuousirrigation dengan infusion set. Irigasi selain ditujukan

pada kornea mata, juga untuk fornik superior/inferior, bila ada sisa

bahan kimia dapat dibersihkan dengan lidi kapas steril basah atau

pinset. Irigasi minimal 1 liter untuk masing-masing mata, untuk

bahan kimia asam irigasi dilakukan selama ½ jam.

b) Double eversi pada kelopak mata dilakukan untuk memindahkan

material yang terdapat pada bola mata. Selain itu tindakan ini dapat

menghindarkan terjadinya perlengketan antara konjungtiva

palpebral, konjungtiva bulbi, dan konjungtiva forniks.

c) Debridemen pada daerah epitel kornea yang mengalami nekrotik

sehingga dapat terjadi re-epitelisasi pada kornea. Selanjutnya

diberikan bebat (perban) pada mata dan artificial tear (air mata

buatan)

16

Page 17: Trauma Kimia Edit

Gambar 2.6 Irigasi dan pembebatan pada mata

2. Tata laksana khusus berdasarkan fase peristiwa

a) Fase kejadian (immediate)

Tujuan tindakan pada fase ini yaitu menghilangkan material

bahan asam hingga sebersih mungkin. Tindakan yang dilakukan

antara lain:

- Irigasi (dengan cara sama seperti pada tata laksana umum)

- Diagnosis ditegakkan lewat anamnesis, gejala klinis, serta

pemeriksaan oftalmologis

b) Fase akut (sampai hari ke-7)

Tujuan tindakan pada fase ini adalah mencegah terjadinya

penyulit. Prinsip terapi dengan medikamentosa dan pembedahan.

Medikamentosa ditujukan untuk mempercepat proses reepitelisasi

kornea, mengontrol tingkat peradangan, mencegah infeksi

sekunder, mencegah peningkatan tekanan bola mata,

suplemen/antioksidan. Medikamentosa yang diberikan pada pasien

trauma kimia asam antara lain:

1) Steroid

17

Page 18: Trauma Kimia Edit

Bertujuan untuk mengurangi inflamasi dan infiltrasi

neutrophil. Namun pemberian steroid dapat menghambat

penyembuhan stroma dengan menurunkan sintesis kolagen

dan menghambat migrasi fibroblast. Untuk itu steroid hanya

diberikan secara inisial dan di-tappering off setelah 7-10 hari.

Dexametason 0,1% eye drop dan Prednisolon 0,1% eye drop

diberikan setiap 2 jam. Bila perlu dapat diberikan Prednisolon

IV 50-200 mg.

2) Sikloplegik

Untuk mengistirahatkan iris, mencegah iritis dan sinekia

anterior. Atropin 1% eye drop atau Scopolamin 0,25%

diberikan 2 kali sehari.

3) Asam askorbat (vitamin C)

Mengembalikan keadaan jaringan scorbutik dan

meningkatkan penyembuhan luka dengan membantu

pembentukan kolagen matur oleh fibroblast kornea. Natrium

askorbat 10% topical diberikan setiap 2 jam. Untuk dosis

sistemik dapat diberikan sampai dosis 2 gram per hari.

4) Beta bloker/karbonik anhidrase inhibitor

Untuk menurunkan tekanan intraocular dan mengurangi

resiko terjadinya glaukoma sekunder. Diberikan secara oral

Asetazolamid (Diamox) 500 mg.

5) Antibiotik

Diberikan untuk mencegah infeksi oleh kuman oportunis.

Tetrasiklin efektif untuk menghambat kolagenase,

menghambat aktivitas neutrophil dan mengurangi

pembentukan ulkus. Dapat diberikan bersamaan antara

topical dan sistemik.

6) Asam hyaluronik

Untuk membantu proses reepitelisasi kornea dan

menstabilkan barrier fisiologis. Asam sitrat menghambat

18

Page 19: Trauma Kimia Edit

aktivitas neutrophil dan mengurangi reson inflamasi. Natrium

sitrat 10% topical diberikan setiap 2 jam selama 10 hari.

Tujuannya untuk mengeliminasi fagosit fase kedua yang

terjadi 7 hari setelah trauma.

Tindakan pembedahan terbagi atas pembedahan segera dan

pembedahan lanjut. Tindakan pembedahan segera merupakan

pembedahan yang sifatnya segera dibutuhkan untuk revaskularisasi

limbus, mengembalikan populasi sel limbus dan mengembalikan

kedudukan forniks.

Tabel 2.3 Penatalaksanaan Fase II

Tindakan Gradasi I Gradasi II Gradasi III Gradasi IV

A - Bandage lens Bandage lens Bandage lens

B AB +

steroid

tetes 4-6x

Kortikosteroid

tetes 6x

Dexamethasone/

Prednisolon

tetes/jam

Dexamethasone/

Prednisolon

tetes/ 30 menit

C AB +

steroid

tetes 4-6x

Tetrasiklin

salep 4x

Doxysiklin

2x100mg

Tetrasiklin salep

4x

Doxysiklin

2x100mg

Tetrasiklin salep

4x

Doxysiklin

2x100mg

D - Timolol 0,5%

tetes 2x

Timolol 0,5%

tetes 2x

Asetazolamide

2x500mg

Timolol 0,5%

tetes 2x

Asetazolamide

2x500mg

E Sulfas

atropin

1% tetes

2x

Vitamin

C

Sulfas atropin

1% tetes 2x

Vitamin C

2000mg

Sulfas atropin

1% tetes 2x

Vitamin C

2000mg

Sulfas atropin

1% tetes 2x

Vitamin C

2000mg

19

Page 20: Trauma Kimia Edit

4x500mg

F - - Nekrotomi +

graft

konjungtiva

limbus

Nekrotomi +

graft

konjungtiva

limbus

c) Fase pemulihan dini (early repair: hari ke-7 sampai dengan hari ke-21)

Tujuan tindakan pada fase ini yaitu membatasi tingkat penyulit.

Masalah yang dihadapi pada fase ini antara lain hambatan reepitelisasi

kornea, gangguan fungsi kelopak mata, hilangnya sel goblet, ulserasi

stroma hingga perforasi kornea. Prinsip dan tata laksana sama seperti fase

sebelumnya, disesuikan dengan kondisi pasien.

Tabel 2.4 Penatalaksanaan Fase III

Tindakan Gradasi I Gradasi II Gradasi III Gradasi IV

A Reepitelialisasi

sempurna

Reepitelialisasi

sempurna

Bandage lens

diteruskan

Bandage lens Bandage lens

B AB + steroid

tetes tapering

off

Kortikosteroid

tetes tapering

off

Dexamethasone/

Prednisolon

tetes tappoff/

stop, ganti

dengan:

NSAID tetes

(Indometason/

Diclofenax) 6x

Dexamethasone/

Prednisolon

tetes tappoff/

stop, ganti

dengan:

NSAID tetes

(Indometason/

Diclofenax) 6x

C AB + steroid

tetes tapering

off

Tetrasiklin

salep 2x

Doxysiklin

2x100mg

Tetrasiklin salep

2x

Doxysiklin

2x100mg

Tetrasiklin salep

2x

Doxysiklin

2x100mg

D - Peningkatan Peningkatan Timolol 0,5%

20

Page 21: Trauma Kimia Edit

TIO (-) timolol

stop

TIO (-) timolol

stop

tetes 2x

Asetazolamid +

ion K diteruskan

E Uveitis (-) :

sulfas atropin

dihentikan

Uveitis (-) :

sulfas atropin

dihentikan

Vitamin C

2000 mg

Sulfas atropin

1% tetes 3x

Vitamin C 2000

mg/hari

Retinoic acid

salep 2x

Sulfas atropin

1% tetes 3x

Vitamin C 2000

mg/hari

Vitamin A dan

E

F - - Jaringan

nekrotik (+) :

eksisi

Fungsi kelopak

(+) : tarsoaphy

Jaringan

nekrotik (+) :

eksisi

Mukosa

bibir/amnion (+)

: stem cell

limbus / sklera/

facial

d) Fase pemulihan akhir (late repair: setelah hari ke-21)

Tujuan tindakan pada fase ini adaah rehabilitasi fungsi penglihatan.

Prinsipnya mempercepat proses reepitelisasi kornea atau optimalisasi

fungsi epitel permukaan.

Tabel 2.5 Penatalaksanaan pada Fase IV

Tindakan Gradasi I Gradasi II Gradasi III Gradasi IV

A Solcosery 3x Epiteliopati

(+) : Solcosery

4x

Epiteliopati (+) :

Solcosery 4x

Retinoic acid

1% 1x malam

Reepitelialisasi

(+) : bandage

lens diteruskan

B - NSAID tetes4x NSAID tetes 4x

Medroxy

progesteron 1%

NSAID tetes 4x

Medroxy

progesteron 1%

21

Page 22: Trauma Kimia Edit

4x 4x

C - - - Tetrasiklin salep

4x

Doxyiklin

2x100mg

D - - - Peningkatan TIO

(-) : Timolol

0,5% tappoff

Asetazolamid +

ion K dihentikan

E - - - Uveitis (-) :

sulfas atropine

dihentikan

Vitamin C 2000

mg/hari

Vitamin A dan E

F - - - Graft

konjungtiva

limbus / terapetik

keratoplasti,

keratoprostesis

I. Komplikasi Trauma Mata

1. Trauma Asam

a) Komplikasi segera:

1. Glaukoma akut

Dapat terjadi 2-4 jam setelah trauma, hal ini karena adanya

pelepasan prostaglandin yang merangsang terjadinya uveitis

2. Ekspose kornea, perlunakan kornea

b) Komplikasi jangka panjang :

1. Simblefaron

22

Page 23: Trauma Kimia Edit

Merupakan kelainan dengan gejala gerak mata terganggu,

diplopia, lagoftalmus, sehingga kornea dan penglihatan terganggu.

Dapat diatasi dengan simblefarektomi.

Gambar 2.7 Simblefaron

2. Sindrom mata kering (keratitis Sicca)

Sindrom mata kering diatasi dengan air mata buatan, lensa

kontak “bandage”, atau tarsorafi

Gambar 2.8 Keratitis sicca

3. Katarak traumatika

Dapat diatasi dengan ekstraksi lensa

23

Page 24: Trauma Kimia Edit

Gambar 2.9 Katarak traumatika

4. Sikatrik kornea

Dapat diatasi dengan keratoplasti

Gambar 2.10 Sikatrik kornea8

5. Glaukoma sudut tertutup

Pasien mengeluhkan gejala khas yaitu tajam penglihatan

menurun, mata merah, nyeri pada mata yang mendapat serangan

yang berlangsung beberapa jam, melihat pelangi (halo) di sekitar

lampu, mual, dan muntah. Dapat diatasi dengan obat-obatan anti

glaukoma untuk menurunkan tekanan intraokuler serta tindakan

bedah iridektomi perifer atau trabekulektomi.

6. Entropion

Adalah kelopak mata yang terbalik atau membalik ke dalam

tepi jaringan, terutama tepi kelopak bawah. Entropion dapat terjadi

24

Page 25: Trauma Kimia Edit

akibat senilitas, spasme, sikatriks. Dalam kasus trauma kimia asam

entropion terjadi akibat adanya spasme dan sikatriks.

2. Trauma Basa

Komplikasi yang dapat terjadi pada kasus trauma basa pada mata antara

lain :

a) Segera:

1) Kornea keruh, pembentukan jaringan parut, edema, neovaskuler 

2) Glaukoma, luka bakar alkalis menyebabkan peningkatan tekanan

intraokular dengan segera karena terjadi kontraksi sklera dan

kerusakan anyaman trabekular Peningkatan tekanan sekunder (2-4

jam kemudian) terjadi akibat pelepasan prostaglandin, yang

berpotensi menimbulkan uveitis berat, tetapi sulit dipantau melalui

kornea yang opak.

3) Perlunakan kornea akibat perforasi akibat berlanjutnya aktivitas

kolagenase.

b) Jangka Panjang:

1) Simblefaron, adalah gejala gerak mata terganggu, diplopia,

lagoftalmus, sehingga kornea dan penglihatan terganggu. Trauma

kimia sedang samapai berat pada konjungtiva bulbi dan palpebra

dapat menyebabkan simblefaron (adhesi anatara palpebra dan

konjungtiva bulbi).

2) Keratitis Sika (Sindroma mata kering).

3) Sikatrik Kornea. 

4) Katarak traumatik, trauma basa pada permukaan mata sering

menyebabkan katarak. Komponen basa yang mengenai mata

menyebabkan peningkatan pHcairan akuos dan menurunkan kadar

glukosa dan askorbat. Hal ini dapat terjadi akut ataupun perlahan-

lahan. Trauma kimia asam sukar masuk ke bagian dalam mata maka

jarang terjadi katarak traumatik. 

5) Entropion dan ptisis bulbi.

25

Page 26: Trauma Kimia Edit

BAB III

KESIMPULAN

Trauma kimia pada mata dapat berasal dari bahan yang bersifat asam

dengan pH < 7 dan bahan yang bersifat basa dengan pH > 7. Trauma basa

biasanya memberikan dampak yang lebih berat dari pada trauma asam, karena

bahan-bahan basa memiliki dua sifat yaitu hidrofilik dan lipolifik dimana dapat

masuk secara cepat untuk penetrasi sel membran dan masuk ke sudut mata depan,

bahkan sampai retina. Sementara trauma asam akan menimbulkan koagulasi

protein permukaan, dimana merupakan suatu barier pelindung sehingga zat asam

tidak penetrasi lebih dalam lagi.  Gejala utama yang muncul pada trauma mata

adalah epifora, blefarospasme dan nyeri yang hebat. Trauma kimia merupakan

satu-satunya jenis trauma yang tidak memerlukan anamnesa dan pemeriksaan

yang lengkap.

Penatalaksanaan yang terpenting pada trauma kimia adalah irigasi mata

dengan segera samapai pH mata kembali normal dan diikuti dengan pemberian

obat terutama antibiotik, multivitamin, antiglaukoma, Selain itu dilakukan juga

upaya promotif dan preventif kepada pasien. Menurut data statistik 90% kasus

trauma dapat dicegah apabila dalam menjalankan suatu pekerjaan menggunakan

pelindung yang tepat.

26

Page 27: Trauma Kimia Edit

DAFTAR PUSTAKA

1. Micheal D.Wagonerr, MD. 2010. Chemical Injuries of the Eye: Current Concepts in Pathophysiology and Therapy. ELSEVIER.

2. Maryono, Suparman. 2009. Penatalaksanaan Trauma Kimia pada Mata. Bandung: CSS.

3. Ilyas, Sidarta. 2010. Penuntun Ilmu Penyakit Mata. Edisi Ketiga. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

4. Victor, P Eroschenko. 2010. Atlas Histologi Defiore. Jakarta: EGC.

5. Randleman, JB Bansal. 2014. Ophtalmologic Approach to Chemical Burns. AS: Medscape.

6. Supartoto, Agus. 2007. Trauma Mata dan Rekonstruksi. Dalam: Hartono, Suhardjo. Ilmu Kesehatan Mata. Jogjakarta: FK UGM.

7. Belin MW, Catalano RA, Scott JL. Burns of the eye. In: Catalano RA, Belin MW, editors. Ocular emergencies. Philadelphia: WB Saunders; 1992. p. 179–96.

8. Ilyas, Sidarta. 2008. Atlas Ilmu Penyakit Mata. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

9. Gunawan, Wasidi. 2008. Kegawatdaruratan dalam Ilmu Penyakit Mata. Dalam: Purnasidha, Henry Ed. Clinical Update: Emergency Cases. Jogjakarta: Press Jogjakarta.

 

27