trauma kimia pada mata

39
REFERAT TRAUMA KIMIA PADA MATA Disusun oleh Hadi Akbar (06700033) Ricky herdianto (06700107) Pembimbing : dr Bagas Kumoro Sp.M

Upload: gungde-oden

Post on 11-Dec-2014

107 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

refrat

TRANSCRIPT

Page 1: Trauma Kimia Pada Mata

REFERAT

TRAUMA KIMIA PADA MATA

Disusun oleh

Hadi Akbar (06700033)

Ricky herdianto (06700107)

Pembimbing : dr Bagas Kumoro Sp.M

LAB/SMF ILMU KESEHATAN MATA RSD Dr SOEBANDI JEMBER

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS WIJAYA KUSUMA

SURABAYA

2012

Page 2: Trauma Kimia Pada Mata

BAB 1

PENDAHULUAN

Trauma mata adalah tindakan sengaja maupun tidak yang menimbulkan

perlukaan mata. Trauma mata merupakan kasus gawat darurat mata, dan dapat juga

sebagai kasus polisi. Perlukaan yang ditimbulkan dapat ringan sampai berat atau

menimbulkan kebutaan bahkan kehilangan mata. Alat rumah tangga sering

menimbulkan perlukaan atau trauma mata. Di sini, kita akan membahas tentang

trauma kimia pada mata yang melibatkan trauma akibat basa dan asam pada mata. (4)

Trauma kimia pada mata merupakan salah satu keadaan kedaruratan

oftalmologi karena dapat menyebabkan cedera pada mata, baik ringan, berat bahkan

sampai kehilangan penglihatan. Trauma kimia pada mata merupakan trauma yang

mengenai bola mata akibat terpaparnya bahan kimia baik yang bersifat asam atau

basa yang dapat merusak struktur bola mata tersebut. Trauma kimia diakibatkan oleh

zat asam dengan pH < 7 ataupun zat basa pH > 7 yang dapat menyebabkan kerusakan

struktur bola mata. Tingkat keparahan trauma dikaitkan dengan jenis, volume,

konsentrasi, durasi pajanan, dan derajat penetrasi dari zat kimia tersebut. Mekanisme

cedera antara asam dan basa sedikit berbeda. Trauma bahan kimia dapat terjadi pada

kecelakaan yang terjadi dalam laboratorium, industri, pekerjaan yang memakai bahan

kimia, pekerjaan pertanian, dan peperangan memakai bahan kimia serta paparan

bahan kimia dari alat-alat rumah tangga. Setiap trauma kimia pada mata memerlukan

tindakan segera. Irigasi daerah yang terkena trauma kimia merupakan tindakan yang

harus segera dilakukan. (4)

Berdasarkan data CDC tahun 2000 sekitar 1 juta orang di Amerika Serikat

mengalami gangguan penglihatan akibat trauma. 75% dari kelompok tersebut buta

pada satu mata, dan sekitar 50.000 menderita cedera serius yang mengancam

penglihatan setiap tahunnya. Setiap hari lebih dari 2000 pekerja di amerika Serikat

menerima pengobatan medis karena trauma mata pada saat bekerja. Lebih dari

1

Page 3: Trauma Kimia Pada Mata

800.000 kasus trauma mata yang berhubungan dengan pekerjaan terjadi setiap

tahunnya. Dibandingkan dengan wanita, laki-laki memiliki rasio terkena trauma mata

4 kali lebih besar. Dari data WHO tahun 1998 trauma okular berakibat kebutaan

unilateral sebanyak 19 juta orang, 2,3 juta mengalami penurunan visus bilateral, dan

1,6 juta mengalami kebutaan bilateral akibat cedera mata. Sebagian besar (84%)

merupakan trauma kimia. Rasio frekuensi  bervariasi trauma asam:basa antara 1:1

sampai 1:4. Secara international, 80% dari trauma kimiawi dikarenakan oleh pajanan

karena pekerjaan. Menurut United States Eye Injury Registry (USEIR), frekuensi di

Amerika Serikat mencapai 16 % dan meningkat di lokasi kerja dibandingkan dengan

di rumah. Lebih banyak pada laki-laki (93 %) dengan umur rata-rata 31 tahun. (6)

Pada referat ini juga, kita akan membahas tentang anatomi mata yang penting

kaitannya dengan trauma kimia pada mata ini.

2

Page 4: Trauma Kimia Pada Mata

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1.Anatomi dan Fisiologi Mata

Gambar 1 : Anatomi mata (eyemakeart.wordpress.com)

Mata merupakan alat indra yang terdapat pada manusia. Secara konstan mata

menyesuaikan jumlah cahaya yang masuk, memusatkan perhatian pada objek yang

dekat dan jauh serta menghasilkan gambaran yang kontinu yang dengan segera

dihantarkan ke otak. Di sini akan di bahas struktur dan fungsi mata. Mata kita terdiri

dari bermacam-macam struktur sekaligus dengan fungsinya. Struktur dari mata itu

3

Page 5: Trauma Kimia Pada Mata

sendiri atau bisa di sebut dengan anatomi mata meliputi sklera, konjungtiva, kornea,

pupil, iris, lensa, retina, saraf optikus, humor aqueus, serta humor vitreus yang

masing-masingnya memiliki fungsi atau kerjanya sendiri. (8)

Sklera (bagian putih mata) : merupakan lapisan luar mata yang berwarna putih dan relatif kuat.

Konjungtiva : selaput tipis yang melapisi bagian dalam kelopak mata dan bagian luar sklera.

Kornea : struktur transparan yang menyerupai kubah, merupakan pembungkus dari iris, pupil dan bilik anterior serta membantu memfokuskan cahaya.

Gambar 2 : anatomi kornea(duniamata.blogspot.com)

Pupil : daerah hitam di tengah-tengah iris.

4

Page 6: Trauma Kimia Pada Mata

Iris : jaringan berwarna yang berbentuk cincin, menggantung di belakang kornea dan di depan lensa; berfungsi mengatur jumlah cahaya yang masuk ke mata dengan cara merubah ukuran pupil.

Lensa : struktur cembung ganda yang tergantung diantara humor aqueus dan vitreus; berfungsi membantu memfokuskan cahaya ke retina.

Retina : lapisan jaringan peka cahaya yang terletak di bagian belakang bola mata; berfungsi mengirimkan pesan visuil melalui saraf optikus ke otak.

Saraf optikus : kumpulan jutaan serat saraf yang membawa pesan visuil dari retina ke otak.

Humor aqueus : cairan jernih dan encer yang mengalir diantara lensa dan kornea (mengisi segmen anterior mata), serta merupakan sumber makanan bagi lensa dan kornea; dihasilkan oleh prosesus siliaris.

Humor vitreus : gel transparan yang terdapat di belakang lensa dan di depan retina (mengisi segmen posterior mata).

Bola mata terbagi menjadi 2 bagian, masing-masing terisi oleh cairan:

1. Segmen anterior : mulai dari kornea sampai lensa, berisi humor aqueus yang

merupakan sumber energi bagi struktur mata di dalamnya. Segmen anterior

sendiri terbagi menjadi 2 bagian (bilik anterior : mulai dari kornea sampai iris,

dan bilik posterior : mulai dari iris sampai lensa). Dalam keadaan normal,

humor aqueus dihasilkan di bilik posterior, lalu melewati pupil masuk ke bilik

anterior kemudian keluar dari bola mata melalui saluran yang terletak ujung

iris.

2. Segmen posterior : mulai dari tepi lensa bagian belakang sampai ke retina,

berisi humor vitreus yang membantu menjaga bentuk bola mata.

5

Page 7: Trauma Kimia Pada Mata

Otot Mata, Saraf Mata, dan Pembuluh Darah

Mata mempunyai otot, saraf serta pembuluh darah. Beberapa otot bekerja

sama menggerakkan mata. Setiap otot dirangsang oleh saraf kranial tertentu. Tulang

orbita yang melindungi mata juga mengandung berbagai saraf lainnya, yaitu : (8)

Saraf optikus membawa gelombang saraf yang dihasilkan di dalam retina ke

otak

Saraf lakrimalis merangsang pembentukan air mata oleh kelenjar air mata

Saraf lainnya menghantarkan sensasi ke bagian mata yang lain dan

merangsang otot pada tulang orbita.

Arteri oftalmika dan arteri retinalis menyalurkan darah ke mata kiri dan mata kanan,

sedangkan darah dari mata dibawa oleh vena oftalmika dan vena retinalis. Pembuluh

darah ini masuk dan keluar melalui mata bagian belakang. (8)

Gambar 3 : Otot-otot penggerak bola mata(duniamata.blogspot.com)

6

Page 8: Trauma Kimia Pada Mata

Fotoreseptor Mata.

Sel-sel fotoreseptor di dalam mata terdiri atas dua jenis, yaitu sel-sel batang

dan sel-sel kerucut. Pada manusia, terdapat sekitar 7 juta sel kerucut dan kurang lebih

125 juta sel batang untuk setiap mata. Sel-sel batang merupakan sel-sel yang sangat

peka terhadap cahaya dengan intensitas rendah. Sel-sel batang berperan dalam proses

penglihatan di malam hari atau tempat-tempat gelap untuk menghasilkan ketajaman

pengelihatan yang rendah. Sayangnya, sel-sel batang tidak mampu mendeteksi warna.

Sel-sel ini tersebar di seluruh retina, kecuali di fovea. Di dalam sel-sel batang terdapat

pigmen fotosensitif rodopsin (warna merah muda atau ungu). Rodopsin hanya 1 jenis,

sehingga hanya ada 1 jenis sel batang. Jika rodopsin terpapar atau menyerap cahaya,

rodopsin akan terurai menjadi opsin dan retinal. Sebaliknya, jika tidak ada cahaya

atau gelap, rodopsin akan terbentuk kembali. (8)

Gambar 4 : anatomi retina(duniamata.blogspot.com)

7

Page 9: Trauma Kimia Pada Mata

Perlu diketahui bahwa penguraian rodopsin menjadi opsin dan retinal jauh

lebih cepat ketimbang pembentukannya kembali. Pada saat rodopsin “menghilang”,

sel-sel kerucutlah yang digunakan untuk proses melihat. Dalam keadaan gelap total,

butuh sekitar 30 menit untuk membentuk kembali rodopsin sehingga kita dapat

melihat. Itulah sebabnya kita tidak dapat langsung melihat dengan jelas ketika beralih

dari tempat terang ke tempat yang sangat gelap. Berbeda dengan sel-sel batang, sel-

sel kerucut peka terhadap intensitas cahaya yang tinggi dan perbedaan panjang

gelombang sehingga berperan dalam proses penglihatan di siang hari atau di tempat-

tempat terang. (2,8)

Sel-sel kerucut menghasilkan  penglihatan dengan ketajaman yang tinggi. Sel

kerucut hanya terdapat di fovea. Di dalam sel-sel kerucut terdapat pigmen fotosensitif

iodopsin. Berdasarkan bentuknya, iodopsin dibagi 3. Masing-masing peka terhadap

panjang gelombang cahaya yang berbeda. Ketiga jenis iodopsin tersebut peka

terhadap warna merah, miru dan hijau. Karena itu maka sel-sel kerucut mampu

mendeteksi warna. Berdasarkan iodopsin yang dikandungnya, sel-sel kerucut terbagi

atas tiga jenis, yaitu sel kerucut biru, sel kerucut hijau, dan sel kerucut merah. Nama-

nama tersebut berdasarkan warna cahaya yang diserap oleh sel-sel kerucut. Jika

ketiga sel kerucut tersebut mendapatkan stimulasi yang sama, maka kita akan melihat

warna putih. (2,8)

8

Page 10: Trauma Kimia Pada Mata

2.2 TRAUMA KIMIA PADA MATA

2.2.1 Trauma Asam Pada Mata.

Asam dipisahkan dalam dua mekanisme, yaitu ion hidrogen dan anion dalam

kornea. Molekul hidrogen merusak permukaan okular dengan mengubah pH,

sementara anion merusak dengan cara denaturasi protein, presipitasi dan koagulasi.

Koagulasi protein umumnya mencegah penetrasi yang lebih lanjut dari zat asam, dan

menyebabkan tampilan ground glass  dari stroma korneal yang mengikuti trauma

akibat asam. Sehingga trauma pada mata yang disebabkan oleh zat kimia asam

cenderung lebih ringan daripada trauma yang diakibatkan oleh zat kimia basa.(6,9)

Bahan kimia asam yang mengenai jaringan akan mengadakan denaturasi dan

presipitasi dengan jaringan protein disekitarnya, karena adanya daya buffer dari

jaringan terhadap bahan asam serta adanya presipitasi protein maka kerusakannya

cenderung terlokalisir. Bahan asam yang mengenai kornea juga mengadakan

presipitasi sehingga terjadi koagulasi, kadang-kadang seluruh epitel kornea terlepas.

Bahan asam tidak menyebabkan hilangnya bahan proteoglikan di kornea. Bila trauma

diakibatkan asam keras maka reaksinya mirip dengan trauma basa. (6,9)

Bila bahan asam mengenai mata maka akan segera terjadi koagulasi protein

epitel kornea yang mengakibatkan kekeruhan pada kornea, sehingga bila konsentrasi

tidak tinggi maka tidak akan bersifat destruktif seperti trauma alkali. Biasanya

kerusakan hanya pada bagian superfisial saja. Koagulasi protein ini terbatas pada

daerah kontak bahan asam dengan jaringan. Koagulasi protein ini dapat mengenai

jaringan yang lebih dalam. (5,6,9)

Bahan kimia bersifat asam contohnya asam sulfat, air accu, asam sulfit, asam

hidrklorida, zat pemutih, asam asetat, asam nitrat, asam kromat, asam hidroflorida.

Akibat ledakan baterai mobil, yang menyebabkan luka bakar asam sulfat, mungkin

merupakan penyebab tersering dari luka bakar kimia pada mata. Asam Hidroflorida

9

Page 11: Trauma Kimia Pada Mata

dapat ditemukan dirumah pada cairan penghilang karat, pengkilap aluminum, dan

cairan pembersih yang kuat. Asam hidroflorida adalah satu pengecualian. Asam

lemah ini secara cepat melewati membran sel, seperti alkali. Ion fluoride dilepaskan

ke dalam sel, dan memungkinkan menghambat enzim glikolitik dan bergabung

dengan kalsium dan magnesium membentuk insoluble complexes. Nyeri local yang

ekstrim bisa terjadi sebagai hasil dari immobilisasi ion kalsium, yang berujung pada

stimulasi saraf dengan pemindahan ion potassium. Fluorinosis akut bisa terjadi ketika

ion fluoride memasuki sistem sirkulasi, dan memberikan gambaran gejala pada

jantung, pernafasan, gastrointestinal, dan neurologik. (5,6,9)

10

Page 12: Trauma Kimia Pada Mata

Bagan 1 : Patofisiologi dan Gejala Trauma Asam Pada Mata.( Randleman, J.B.

Bansal, A. S. Burns Chemical. eMedicine Journal. 2009) (5,6,9)

Bahan kimia asam

Asam cenderung berikatan dengan protein

Menyebabkan koagulasi protein plasma

Koagulasi protein ini, sebagai barrier yang membatasi penetrasi dan kerusakan lebih

lanjut

Luka hanya terbatas pada permukaan luar saja.

Asam masuk ke bilik mata depan menimbulkan iritis dan katarak.

Gangguan persepsi

penglihatan

11

Page 13: Trauma Kimia Pada Mata

Gambar 5: menunjukkan koagulasi protein yang berlaku pada mata akibat trauma

asam, dan menimbulkan kekeruhan pada kornea, dimana yang nantinya akan

cenderung untuk masuk ke bilik depan mata dan bisa menimbulkan katarak.

( Randleman, J.B. Bansal, A. S. Burns Chemical. eMedicine Journal. 2009)

Gambar 6 : menunjukkan mata yang pada bagian konjungtiva bulbi yang hiperemis

dan pupil yang melebar karena peningkatan tekanan intraokular. Randleman, J.B.

Bansal, A. S. Burns Chemical. eMedicine Journal. 2009

12

Page 14: Trauma Kimia Pada Mata

Penangganan Trauma Asam.

Pada saat mata terkena asam di tempat kejadian, tindakan pertama yang harus

diambil adalah dengan irigasi bagian mata yang terkena dengan menggunakan air

keran yang mengalir atau menggunakan garam fisiologis jika ada selama 15-30

menit. (5,7)

Pada saat di rumah sakit, dapat diberikan anestesi topikal, larutan natrium

bikarbonat 3% dan kemudian bisa diberi antibiotic. Pada trauma asam, karena

terbentuknya barrier proteksi, mata yang terkena pada dasarnya akan kembali normal.

(5,7)

2.2.2 Trauma Basa Pada Mata.

Trauma basa biasanya lebih berat daripada trauma asam, karena bahan-bahan

basa memiliki dua sifat yaitu hidrofilik dan lipolifik dimana dapat secara cepat untuk

penetrasi sel membran dan masuk ke bilik mata depan, bahkan sampai retina. Trauma

basa akan memberikan iritasi ringan pada mata apabila dilihat dari luar. Namun,

apabila dilihat pada bagian dalam mata, trauma basa ini mengakibatkan suatu

kegawatdaruratan. Basa akan menembus kornea, kamera okuli anterior sampai retina

dengan cepat, sehingga berakhir dengan kebutaan. Pada trauma basa akan terjadi

penghancuran jaringan kolagen kornea. Bahan kimia basa bersifat koagulasi sel dan

terjadi proses safonifikasi, disertai dengan dehidrasi. (5,9)

Bahan alkali atau basa akan mengakibatkan pecah atau rusaknya sel jaringan.

Pada pH yang tinggi alkali akan mengakibatkan safonifikasi disertai dengan disosiasi

asam lemak membrane sel. Akibat safonifikasi membran sel akan mempermudah

penetrasi lebih lanjut zat alkali. Mukopolisakarida jaringan oleh basa akan

menghilang dan terjadi penggumpalan sel kornea atau keratosis. Serat kolagen kornea

akan bengkak dan stroma kornea akan mati. Akibat edema kornea akan terdapat

serbukan sel polimorfonuklear ke dalam stroma kornea. Serbukan sel ini cenderung

13

Page 15: Trauma Kimia Pada Mata

disertai dengan pembentukan pembuluh darah baru atau neovaskularisasi. Akibat

membran sel basal epitel kornea rusak akan memudahkan sel epitel diatasnya lepas.

Sel epitel yang baru terbentuk akan berhubungan langsung dengan stroma

dibawahnya melalui plasminogen aktivator. Bersamaan dengan dilepaskan

plasminogen aktivator dilepas juga kolagenase yang akan merusak kolagen kornea. (5,9)

Selain itu gangguan penyembuhan epitel yang berkelanjutan dengan ulkus

kornea dan dapat terjadi perforasi kornea. Kolagenase ini mulai dibentuk 9 jam

sesudah trauma dan puncaknya terdapat pada hari ke 12-21. Biasanya ulkus pada

kornea mulai terbentuk 2 minggu setelah trauma kimia. Pembentukan ulkus berhenti

hanya bila terjadi epitelisasi lengkap atau vaskularisasi telah menutup dataran depan

kornea. Bila alkali sudah masuk ke dalam bilik mata depan maka akan terjadi

gangguan fungsi badan siliar. Cairan mata susunannya akan berubah, yaitu terdapat

kadar glukosa dan askorbat yang berkurang. Kedua unsur ini memegang peranan

penting dalam pembentukan jaringan kornea. (5,9)

Bahan kimia bersifat basa contohnya NaOH, CaOH, amoniak, Freon/bahan

pendingin lemari es, sabun, shampo, kapur gamping, semen, tiner, lem, cairan

pembersih dalam rumah tangga, soda kuat.

14

Page 16: Trauma Kimia Pada Mata

Patofisiologi Trauma Basa Pada Mata. (3,5,9)

Proses perjalanan penyakit pada trauma kimia ditandai oleh 2 fase, yaitu fase

kerusakan yang timbul setelah terpapar bahan kimia serta fase penyembuhan:

Kerusakan yang terjadi pada trauma kimia yang berat dapat diikuti oleh hal-hal

sebagai berikut:

Terjadi nekrosis pada epitel kornea dan konjungtiva disertai gangguan

dan oklusi pembuluh darah pada limbus.

Hilangnya stem cell limbus dapat berdampak pada vaskularisasi dan

konjungtivalisasi permukaan kornea atau menyebabkan kerusakan

persisten pada epitel kornea dengan perforasi dan ulkus kornea bersih.

Penetrasi yang dalam dari suatu zat kimia dapat menyebabkan

kerusakan dan presipitasi glikosaminoglikan dan opasifikasi kornea.

Penetrasi zat kimia sampai ke kamera okuli anterior dapat

menyebabkan kerusakan iris dan lensa.

Kerusakan epitel siliar dapat mengganggu sekresi askorbat yang

dibutuhkan untuk memproduksi kolagen dan memperbaiki kornea.

Hipotoni dan phthisis bulbi sangat mungkin terjadi.

Penyembuhan epitel kornea dan stroma diikuti oleh proses-proses berikut:

Terjadi penyembuhan jaringan epitelium berupa migrasi atau

pergeseran dari sel-sel epitelial yang berasal dari stem cell limbus

Kerusakan kolagen stroma akan difagositosis oleh keratosit terjadi

sintesis kolagen yang baru.

15

Page 17: Trauma Kimia Pada Mata

Bagan 2 : Patofisiologi trauma basa yang merusak mata (American College of

Emergency Phycisians. Management of Ocular Complaints)

Bahan kimia alkali

Pecah atau rusaknya sel jaringan dan Persabunan disertai disosiasi asam lemak

membran sel → penetrasi lebih lanjut

Mukopolisakarida jaringan menghilang & terjadi penggumpalan sel kornea

Serat kolagen kornea akan membengkak & kornea akan mati

Edema → terdapat serbukan sel polimorfonuklear ke dalam stroma, cenderung

disertai masuknya pemb.darah (Neovaskularisasi)

Dilepaskan plasminogen aktivator & kolagenase (merusak kolagen kornea)

Terjadi gangguan penyembuhan epitel

Berkelanjutan menjadi ulkus kornea atau perforasi ke lapisan yang lebih dalam

16

Page 18: Trauma Kimia Pada Mata

Klasifikasi Trauma Basa Pada Mata. (3)

Menurut klasifikasi Thoft, truma basa dapat dibedakan dalam :

Derajat 1: kornea jernih dan tidak ada iskemik limbus (prognosis sangat baik)

Derajat 2: kornea berkabut dengan gambaran iris yang masih terlihat dan terdapat

kurang dari 1/3 iskemik limbus (prognosis baik)

Derajat 3: epitel kornea hilang total, stroma berkabut dengan gambaran iris tidak jelas

dan sudah terdapat ½ iskemik limbus (prognosis kurang)

Derajat 4: kornea opak dan sudah terdapat iskemik lebih dari ½ limbus (prognosis

sangat buruk)

Gambar 7: Klasifikasi Trauma Kimia, (a) derajat 1, (b) derajat 2, (c) derajat 3, (d) derajat 4(A new classification of ocular surface burns.Harminder S Dua, Anthony J King, Annie Joseph)

17

Page 19: Trauma Kimia Pada Mata

Klasifikasi ini juga bertujuan untuk penatalaksaan yang sesuai dengan kerusakan

yang muncul serta indikasi penentuan prognosis. Klasifikasi ditetapkan berdasarkan

tingkat kejernihan kornea dan keparahan iskemik limbus.

Menurut klasifikasi Hughes :

Ringan

Prognosis baik

Terdapat erosi epitel kornea

Kekeruhan yang ringan pada kornea

Tidak terdapat iskemia dan nekrosis kornea ataupun konjungtiva

Sedang

Prognosis baik

Kornea keruh, sehingga sukar melihat iris dan pupil secara terperinci

Terdapat nekrosis dan iskemi ringan pada konjungtiva dan kornea

Berat

Prognosis buruk

Akibat kekeruhan kornea, pupil tidak dapat dilihat

Konjungtiva dan sklera pucat

2.3 Diagnosis dan Penangganan Trauma Kimia Pada Mata.

2.3.1 Diagnosis

Diagnosis pada trauma mata dapat ditegakkan melalui gejala klinis, anamnesis

dan pemeriksaan fisik dan penunjang. Namun hal ini tidaklah mutlak dilakukan

dikarenakan trauma kimia pada mata merupakan kasus gawat darurat sehingga hanya

diperlukan anamnesa singkat. (3,9)

18

Page 20: Trauma Kimia Pada Mata

Gejala Klinis.

Terdapat gejala klinis utama yang muncul pada trauma kimia yaitu, epifora,

blefarospasme, dan nyeri berat. Trauma akibat bahan yang bersifat asam biasanya

dapat segera terjadi penurunan penglihatan akibat nekrosis superfisial kornea.

Sedangkan pada trauma basa, kehilangan penglihatan sering bermanifestasi beberapa

hari sesudah kejadian. Namun sebenarnya kerusakan yang terjadi pada trauma basa

lebih berat dibanding trauma asam. (3,7)

Anamnesis.

Pada anamnesis sering sekali pasien menceritakan telah tersiram cairan atau

tersemprot gas pada mata atau partikel-partikelnya masuk ke dalam mata. Perlu

diketahui apa persisnya zat kimia dan bagaimana terjadinya trauma tersebut

(misalnya tersiram sekali atau akibat ledakan dengan kecepatan tinggi) serta kapan

terjadinya trauma tersebut. (3)

Perlu diketahui apakah terjadi penurunan visus setelah cedera atau saat cedera

terjadi. Onset dari penurunan visus apakah terjadi secara progresif atau terjadi secara

tiba tiba. Nyeri, lakrimasi, dan pandangan kabur merupakan gambaran umum trauma.

Dan harus dicurigai adanya benda asing intraokular apabila terdapat riwayat salah

satunya apabila trauma terjadi akibat ledakan. (3,7,8)

Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan yang seksama sebaiknya ditunda sampai mata yang terkena zat

kimia sudah terigasi dengan air dan pH permukaan bola mata sudah netral. Obat

anestesi topikal atau lokal sangat membantu agar pasien tenang, lebih nyaman dan

19

Page 21: Trauma Kimia Pada Mata

kooperatif sebelum dilakukan pemeriksaan. Setelah dilakukan irigasi, pemeriksaan

dilakukan dengan perhatian khusus untuk memeriksa kejernihan dan keutuhan

kornea, derajat iskemik limbus, tekanan intra okular, konjungtivalisasi pada kornea,

neovaskularisasi, peradangan kronik dan defek epitel yang menetap dan berulang. (3)

Pemeriksaan Penunjang.

Pemeriksaan penunjang dalam kasus trauma kimia mata adalah pemeriksaan

pH bola mata secara berkala dengan kertas lakmus. Irigasi pada mata harus dilakukan

sampai tercapai pH normal. Pemeriksaan bagian anterior mata dengan lup atau slit

lamp bertujuan untuk mengetahui lokasi luka. Pemeriksaan oftalmoskopi direk dan

indirek juga dapat dilakukan. Selain itu dapat pula dilakukan pemeriksaan tonometri

untuk mengetahui tekanan intraokular. (3,9)

2.3.2 Penatalaksanaan.

Tatalaksana Emergensi. (5,7,9)

1.Irigasi

Merupakan hal yang krusial untuk meminimalkan durasi kontak mata dengan

bahan kimia dan untuk menormalisasi pH pada saccus konjungtiva yang harus

dilakukan sesegera mungkin. Larutan normal saline (atau yang setara) harus

digunakan untuk mengirigasi mata selama 15-30 menit samapi pH mata menjadi

normal (7,3). Pada trauma basa hendaknya dilakukan irigasi lebih lama, paling sedikit

2000 ml dalam 30 menit. Makin lama makin baik. Jika perlu dapat diberikan anastesi

topikal, larutan natrium bikarbonat 3%, dan antibiotik. Irigasi dalam waktu yang lama

lebih baik menggunakan irigasi dengan kontak lensa (lensa yang terhubung dengan

sebuah kanul untuk mengirigasi mata dengan aliran yang konstan.

20

Page 22: Trauma Kimia Pada Mata

2.Double eversi pada kelopak mata

Dilakukan untuk memindahkan material yang terdapat pada bola mata. Selain

itu tindakan ini dapat menghindarkan terjadinya perlengketan antara konjungtiva

palpebra, konjungtiva bulbi, dan konjungtiva forniks.

3.Debridemen

Pada daerah epitel kornea yang mengalami nekrotik sehingga dapat terjadi re-

epitelisasi pada kornea.Trauma kimia ringan (derajat 1 dan 2) dapat diterapi dengan

pemberian obat-obatan seperti steroid topikal, sikloplegik, dan antibiotik profilaksis

selama 7 hari. Sedangkan pada trauma kimia berat, pemberian obat-obatan bertujuan

untuk mengurangi inflamasi, membantu regenerasi epitel dan mencegah terjadinya

ulkus kornea.

Medikamentosa. (5)

Steroid bertujuan untuk mengurangi inflamasi dan infiltrasi neutofil. Namun

pemberian steroid dapat menghambat penyembuhan stroma dengan menurunkan

sintesis kolagen dan menghambat migrasi fibroblas. Untuk itu steroid hanya diberikan

secara inisial dan di tappering off setelah 7-10 hari. Dexametason 0,1% ED dan

Prednisolon 0,1% ED diberikan setiap 2 jam. Bila diperlukan dapat diberikan

Prednisolon IV 50-200 mg

Sikloplegik untuk mengistirahatkan iris, mencegah iritis dan sinekia posterior.

Atropin 1% ED atau Scopolamin 0,25% diberikan 2 kali sehari.

Asam askorbat mengembalikan keadaan jaringan scorbutik dan meningkatkan

penyembuhan luka dengan membantu pembentukan kolagen matur oleh fibroblas

kornea. Natrium askorbat 10% topikal diberikan setiap 2 jam. Untuk dosis sitemik

dapat diberikan sampai dosis 2 gr.

21

Page 23: Trauma Kimia Pada Mata

Beta bloker/karbonik anhidrase inhibitor untuk menurunkan tekanan intra okular

dan mengurangi resiko terjadinya glaukoma sekunder. Diberikan secara oral

asetazolamid (diamox) 500 mg.

Antibiotik profilaksis untuk mencegah infeksi oleh kuman oportunis. Tetrasiklin

efektif untuk menghambat kolagenase, menghambat aktifitas netrofil dan mengurangi

pembentukan ulkus. Dapat diberikan bersamaan antara topikal dan sistemik

(doksisiklin 100 mg).

Pembedahan. (5,8)

Pembedahan Segera: sifatnya segera dibutuhkan untuk revaskularisasi

limbus, mengembalikan populasi sel limbus dan mengembalikan kedudukan forniks.

Prosedur berikut dapat digunakan untuk pembedahan:

Pengembangan kapsul Tenon dan penjahitan limbus bertujuan untuk

mengembalikan vaskularisasi limbus juga mencegah perkembangan ulkus

kornea. 

Transplantasi stem sel limbus dari mata pasien yang lain (autograft) atau dar

donor  (allograft) bertujuan untuk mengembalikan epitel kornea menjadi

normal. 

Graft membran amnion untuk membantu epitelisasi dan menekan fibrosis 

Pembedahan Lanjut: pada tahap lanjut dapat menggunakan metode berikut:

Pemisahan bagian-bagian yang menyatu pada kasus conjungtival bands dan

simblefaron. 

Pemasangan graft membran mukosa atau konjungtiva. 

Koreksi apabila terdapat deformitas pada kelopak mata. 

22

Page 24: Trauma Kimia Pada Mata

Keratoplasti dapat ditunda sampai 6 bulan. Makin lama makin baik, hal ini

untuk memaksimalkan resolusi dari proses inflamasi.  

Keratoprosthesis bisa dilakukan pada kerusakan mata yang sangat berat

dikarenakan hasil dari graft konvensional sangat buruk. 

2.4 Komplikasi. (8)

Komplikasi dari trauma mata juga bergantung pada berat ringannya trauma, dan jenis trauma yang terjadi. Komplikasi yang dapat terjadi pada kasus trauma basa pada mata antara lain:

1. Simblefaron, adalah gejala gerak mata terganggu, diplopia, lagoftalmus,

sehingga kornea dan penglihatan terganggu. 

2. Kornea keruh, edema, neovaskuler 

3. Sindroma mata kering 

4. Katarak traumatik, trauma basa pada permukaan mata sering menyebabkan

katarak. Komponen basa yang mengenai mata menyebabkan peningkatan pH

cairan akuos dan menurunkan kadar glukosa dan askorbat. Hal ini dapat

terjadi akut ataupun perlahan-lahan. Trauma kimia asam sukar masuk ke

bagian dalam mata maka jarang terjadi katarak traumatik. 

5. Glaukoma sudut tertutup 

6. Entropion dan phthisis bulbi

23

Page 25: Trauma Kimia Pada Mata

Gambar 8 : Simblefaron.(catatanmahasiswafk.blogspot)

Gambar 9 :Ptisis Bulbi.(catatanmahasiswafk.blogspot)

2.5 Prognosis. (5)

Prognosis trauma kimia pada mata sangat ditentukan oleh bahan penyebab

trauma tersebut. Derajat iskemik pada pembuluh darah limbus dan konjungtiva

merupakan salah satu indikator keparahan trauma dan prognosis penyembuhan.

Iskemik yang paling luas pada pembuluh darah limbus dan konjungtiva memberikan

prognosa yang buruk. Bentuk paling berat pada trauma kimia ditunjukkan dengan

24

Page 26: Trauma Kimia Pada Mata

gambaran “cooked fish eye” dimana prognosisnya adalah yang paling buruk, dapat

terjadi kebutaan.

Gambar 10 : cooked fish eye (catatanmahasiswafk.blogspot)

Trauma kimia sedang samapai berat pada konjungtiva bulbi dan palpebra dapat

menyebabkan simblefaron (adhesi anatara palpebra dan konjungtiva bulbi). Reaksi

inflamasi pada kamera okuli anterior dapat menyebabkan terjadinya glaukoma

sekunder.

25

Page 27: Trauma Kimia Pada Mata

BAB 3

KESIMPULAN

Trauma kimia pada mata dapat berasal dari bahan yang bersifat asam dengan

pH < 7 dan bahan yang bersifat basa dengan pH > 7. Trauma basa biasanya

memberikan dampak yang lebih berat daripada trauma asam, karena bahan-bahan

basa memiliki dua sifat yaitu hidrofilik dan lipolifik dimana dapat masuk secara cepat

untuk penetrasi sel membran dan masuk ke sudut mata depan, bahkan sampai retina.

Sementara trauma asam akan menimbulkan koagulasi protein permukaan, dimana

merupakan suatu barier pelindung sehingga zat asam tidak penetrasi lebih dalam lagi. 

Gejala utama yang muncul pada trauma mata adalah epifora, blefarospasme dan nyaei

yang hebat. Trauma kimia merupakan satu-satunya jenis trauma yang tidak

memerlukan anamnesa dan pemeriksaan yang lengkap.

Penatalaksanaan yang terpenting pada trauma kimia adalah irigasi mata

dengan segera samapai pH mata kembali normal dan diikuti dengan pemberian obat

terutama antibiotik, multivitamin, antiglaukoma, Selain itu dilakukan juga upaya

promotif dan preventif kepada pasien. Menurut data statistik 90% kasus trauma dapat

dicegah apabila dalam menjalankan suatu pekerjaan menggunakan pelindung yang

tepat.

26

Page 28: Trauma Kimia Pada Mata

DAFTAR PUSTAKA

1. Adeola Kosoko, BA, M3 , Chemical Ocular Burns: A Case Review

2. Arthur Lim Siew Ming and Ian J. Constable. Color Atlat of Ophthalmology

Third Edition. Washington. 2005. 

3. Dua, H. S., King, A.J., Joseph, A. 2001 New classification for ocular surface

burns, 85: 1379-1383, British Journal of Ophthalmology.

4. Ilyas, Sidarta. Penuntun Ilmu Penyakit Mata. Edisi Ketiga. Fakultas

Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta. 2008.

5. Michelle Lin MD;American College of Emergency Phycisians. Management

of Ocular Complaints 

6. Randleman, J.B. Bansal, A. S. Burns Chemical. eMedicine Journal. 2009. 

7. Stephen J Morgan, Chemical burns of the eye: causes and management;

British Journal of Ophthalmology.

8. Vaughan DG, Taylor A, and Paul RE. Oftalmologi Umum.Widya medika.

Jakarta. 2000.

9. Wagoner D Michael;Chemical injuries of the eye:pathophysiology and

therapy

10. William G. Fernandez, MD, MPHa; Chemical, Thermal, and Biological

Ocular Exposures

27