tr trauma kimia

43
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Saat ini kasus trauma zat kimia korosif (asam kuat dan basa kuat) banyak terjadi. Hal ini pada umumnya terjadi karena ketidaksengajaan, misalnya kelalaian kerja, kecelakaan serta anak-anak yang menelan zat-zat korosif secara tidak sengaja. Meskipun kasus pembunuhan maupun usaha bunuh diri dengan zat kimia korosif masih rendah namun secara statistik terjadi peningkatan kasus tersebut secara signifikan setiap tahunnya. Asam merusak dan membunuh sel-sel dengan koagulasi sel sedangkan basa mencairkan sel. Kontak yang terlalu lama dapat menyebabkan kerusakan parah pada jaringan manusia dan, jika pasien selamat, menyebabkan jaringan parut dan kecacatan. Bahan kimia lain seperti oksidan dan logam tertentu juga dapat menyebabkan trauma kimia yang demikian. Membatasi lamanya paparan terhadap bahan kimia dapat sangat mengurangi efek kerusakan terhadap tubuh. Kasus trauma akibat zat kimia korosif asam dan basa kuat di Indonesia yang menyebabkan kematian kurang terekspos di media massa sehingga sulit untuk mengetahui statistiknya karena pada umumnya kasus-kasus tersebut sudah ditangani terlebih dahulu oleh dokter-dokter bedah. Pencetus terjadinya kasus tersebut antara lain yaitu perselingkuhan dan penolakan lamaran (44,3%), perselisihan (30,37%), kecelakaan industri 1

Upload: wahyuekamaulyani

Post on 17-Jul-2016

131 views

Category:

Documents


15 download

DESCRIPTION

trauma kmia

TRANSCRIPT

Page 1: Tr Trauma Kimia

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Saat ini kasus trauma zat kimia korosif (asam kuat dan basa kuat) banyak terjadi. Hal ini

pada umumnya terjadi karena ketidaksengajaan, misalnya kelalaian kerja, kecelakaan serta

anak-anak yang menelan zat-zat korosif secara tidak sengaja. Meskipun kasus pembunuhan

maupun usaha bunuh diri dengan zat kimia korosif masih rendah namun secara statistik

terjadi peningkatan kasus tersebut secara signifikan setiap tahunnya.

Asam merusak dan membunuh sel-sel dengan koagulasi sel sedangkan basa

mencairkan sel. Kontak yang terlalu lama dapat menyebabkan kerusakan parah pada

jaringan manusia dan, jika pasien selamat, menyebabkan jaringan parut dan kecacatan.

Bahan kimia lain seperti oksidan dan logam tertentu juga dapat menyebabkan trauma kimia

yang demikian. Membatasi lamanya paparan terhadap bahan kimia dapat sangat mengurangi

efek kerusakan terhadap tubuh.

Kasus trauma akibat zat kimia korosif asam dan basa kuat di Indonesia yang

menyebabkan kematian kurang terekspos di media massa sehingga sulit untuk mengetahui

statistiknya karena pada umumnya kasus-kasus tersebut sudah ditangani terlebih dahulu oleh

dokter-dokter bedah. Pencetus terjadinya kasus tersebut antara lain yaitu perselingkuhan dan

penolakan lamaran (44,3%), perselisihan (30,37%), kecelakaan industri (8,22%), ketidak

sengajaan (4,48%), dan penyebab lain (12,03%).

Zat kimia korosif (asam kuat dan basa kuat) dapat mengiritasi tubuh secara lokal

maupun sistemik. Efek zat kimia korosif yang mengiritasi jaringan tubuh menyebabkan

peradangan lokal dan kerusakan jaringan. Efek zat kimia korosif pada sirkulasi tubuh

menyebabkan reaksi sistemik antara lain paralysis saluran respirasi, kerusakan fungsi

detoksifikasi hati, gagal ginjal akut, dan reaksi peradangan pada saluran gastrointestinal.Zat

kimia korosif masuk ke dalam tubuh dengan berbagai cara antara lain melalui oral, inhalasi,

parenteral dan percutan.

Pada berbagai kasus trauma zat kimia korosif ditemukan tanda-tanda pemeriksaan

forensik yang berbeda. Hal ini sangat bergantung pada jenis zat kimia korosif tersebut.

Untuk itu kita perlu memahami lebih lanjut tentang jenis-jenis zat kimia korosif tersebut.

1

Page 2: Tr Trauma Kimia

B. Tujuan

Mengetahui definisi trauma zat kimia, klasifikasi zat kimia dan efek zat kimia pada

tubuh.

Mengetahui perbedaan trauma berdasarkan zat kimia.

Mengetahui patofisiologi trauma akibat zat kimia.

Mengetahui pemeriksaan forensik pada kasus trauma zat kimia.

C. Manfaat

Penulisan referat ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan dan wawasan

kepada mahasiswa/mahasiswi mengenai trauma zat kimia, klasifikasi dan efek zat

kimia pada tubuh, perbedaan trauma berdasarkan jenis zat kimia, serta gambaran

pemeriksaan forensik pada kasus trauma zat kimia.

2

Page 3: Tr Trauma Kimia

BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi

Trauma kimia adalah iritasi dan kerusakan pada jaringan manusia yang disebabkan oleh

paparan bahan kimia, biasanya melalui kontak langsung dengan bahan kimia atau

uapnya. Trauma kimia dapat terjadi di rumah, di tempat kerja atau sekolah, atau sebagai

akibat dari kecelakaan atau serangan. Banyak luka akibat cairan kimia terjadi tanpa

sengaja melalui penyalahgunaan produk seperti perawatan rambut, kulit dan kuku.

Sebagian besar trauma kimia disebabkan baik oleh asam kuat atau basa kuat (misalnya,

asam hidroklorida atau natrium hidroksida.

Trauma kimia bisa disebabkan oleh asam atau basa yang kontak langsung dengan

jaringan. Asam didefinisikan sebagai donor proton (H+), dan basa didefinisikan sebagai

akseptor proton (OH-). Basa juga dikenal sebagai alkali. Kedua asam dan basa dapat

menyebabkan kerusakan jaringan yang signifikan pada suatu kontak dengan anggota

tubuh. Kekuatan asam didefinisikan oleh betapa kuat donor proton, kekuatan basa

ditentukan oleh seberapa kuat ia mengikat proton. Kekuatan asam dan basa didefinisikan

dengan menggunakan skala pH, yang berkisar antara 1-14 dan logaritmik. Suatu asam

kuat memiliki pH 1 dan basa kuat memiliki pH 14. Apabila mempunyai pH 7 ini

dikatakan netral.

B. Epidemiologi

Di seluruh dunia bahan korosif biasanya digunakan untuk kekerasan dengan bahan

kimia. Zat yang paling umum digunakan adalah alkali dan asam sulfat . Pada tahun

2008, American Association of Poison Control Center ( AAPCC ) melaporkan 26.596

kasus tereksposur terhadap zat asam. Sebanyak 34.741 kasus terpapar zat kimia basa,

9.958 kasus terpapar peroksida, dan 58.892 kasus terpapar zat pemutih. Selama tahun

2008 tersebut, 1.868 kasus terpapar fenol. Cedera luka bakar karena zat kimia berjumlah

sekitar 2-6% dari keseluruhan cedera luka bakar pada pusat perawatan lanjutan.

3

Page 4: Tr Trauma Kimia

Diseluruh dunia, zat korosif pada umumnya digunakan untuk kejahatan

penganiayaan. Zat korosif yang paling banyak digunakan adalah larutan alkali dan asam

sulfat.

Pada tahun 2008, the American Association of Poison Control Centers,

melaporkan paparan asam dan produk yang mengandung asam dan zat kimia berbahaya

lainnya memperlihatkan bahwa 10 korban meninggal, 83 kasus keracunan tingkat berat,

dan 1788 kasus keracunan tingkat sedang. Paparan dari produk yang mengandung alkali

dan zat kimia lainnya terdapat 9 korban meninggal, 168 kasus keracunan tingkat berat,

dan 2684 kasus keracunan tingkat sedang. Paparan akibat peroksida tidak ada korban

yang meninggal, 9 orang keracunan tingkat berat, dan 154 kasus keracunan tingkat

sedang. Paparan akibat bahan pemutih dan produk yang mengandung hipoklorit terdapat

2 orang meninggal, 43 kasus keracunan tingkat berat, dan 2016 kasus keracunan tingkat

sedang. Paparan dari produk yang mengandung fenol tidak ada korban yang meninggal,

2 kasus keracunan tingkat berat, dan 70 kasus keracunan tingkat sedang.

Penganiayaan dengan bahan zat kimia berbahaya di seluruh dunia lebih sering

terjadi terhadap wanita. Orang dewasa dan anak-anak hamper sama jumlahnya terpapar

dengan zat kimia berbahaya. Orang dewasa yang terpapar dengan zat kimia yang

bersifat korosif lebih sering menderita luka bakar yang berat.

C. Klasifikasi

Zat korosif dapat dibagi menjadi 2 yaitu :

1. Anorganik

Asam

Asam mineral contohnya asam hidroklorida (HCl), asam sulfat (H2SO4),

asam nitrat (HNO3).

Asam organik contohnya asam asetat, asam oksalat, asam karbolat,.

Basa: contohnya amoniak (NH4OH), kalium hidroksida (KOH), natrium

hidroksida (NaOH).

2. Organik: contohnya fenol dan formaldehid.

4

Page 5: Tr Trauma Kimia

D. Etiologi Dan Mekanisme Trauma Kimia

a) Mata

Trauma kimia pada mata merupakan salah satu keadaan kedaruratan oftalmologi

karena dapat menyebabkan cedera pada mata, baik ringan, berat bahkan sampai

kehilangan penglihatan. Trauma kimia pada mata merupakan trauma yang mengenai bola

mata akibat terpaparnya bahan kimia baik yang bersifat asam atau basa yang dapat

merusak struktur bola mata tersebut.

Trauma Basa

Trauma basa biasanya lebih berat daripada trauma asam, karena bahan-bahan basa

memiliki dua sifat yaitu hidrofilik dan lipolifik dimana dapat secara cepat untuk

penetrasi sel membran dan masuk ke bilik mata depan, bahkan sampai retina. Trauma

basa akan memberikan iritasi ringan pada mata apabila dilihat dari luar. Namun,

apabila dilihat pada bagian dalam mata, trauma basa ini mengakibatkan suatu

kegawatdaruratan. Basa akan menembus kornea, kamera okuli anterior sampai retina

dengan cepat, sehingga berakhir dengan kebutaan. Pada trauma basa akan terjadi

penghancuran jaringan kolagen kornea. Bahan kimia basa bersifat koagulasi sel

danterjadi proses safonifikasi, disertai dengan dehidrasi.

Bahan alkali atau basa akan mengakibatkan pecah atau rusaknya sel jaringan.

Pada pH yang tinggi alkali akan mengakibatkan safonifikasi disertai dengan disosiasi

asam lemak membrane sel. Akibat safonifikasi membran sel akan mempermudah

penetrasi lebih lanjut zat alkali. Mukopolisakarida jaringan oleh basa akan menghilang

dan terjadi penggumpalan sel kornea atau keratosis. Serat kolagen kornea akan

bengkak dan stroma kornea akan mati. Akibat edema kornea akan terdapat serbukan

sel polimorfonuklear ke dalam stroma kornea. Serbukan sel ini cenderung disertai

dengan pembentukan pembuluh darah baru atau neovaskularisasi. Akibat membran sel

basal epitel kornea rusak akan memudahkan sel epitel diatasnya lepas. Sel epitel yang

baru terbentuk akan berhubungan langsung dengan stroma dibawahnya melalui

plasminogen aktivator. Bersamaan dengan dilepaskan plasminogen aktivator dilepas

juga kolagenase yang akan merusak kolagen kornea. Akibatnya akan terjadi gangguan

penyembuhan epitel yang berkelanjutan dengan ulkus kornea dan dapat terjadi

perforasi kornea. Kolagenase ini mulai dibentuk 9 jam sesudah trauma dan puncaknya

5

Page 6: Tr Trauma Kimia

terdapat pada hari ke 12-21. Biasanya ulkus pada kornea mulai terbentuk 2 minggu

setelah trauma kimia. Pembentukan ulkus berhenti hanya bila terjadi epitelisasi

lengkap atau vaskularisasi telah menutup dataran depan kornea. Bila alkali sudah

masuk ke dalam bilik mata depan maka akan terjadi gangguan fungsi badan siliar.

Cairan mata susunannya akan berubah, yaitu terdapat kadar glukosa dan askorbat yang

berkurang. Kedua unsur ini memegang peranan penting dalam pembentukan jaringan

kornea.

Trauma Asam

Asam dipisahkan dalam dua mekanisme, yaitu ion hidrogen dan anion dalam

kornea. Molekul hidrogen merusak permukaan okular dengan mengubah pH,

sementara anion merusak dengan cara denaturasi protein, presipitasi dan koagulasi.

Koagulasi protein umumnya mencegah penetrasi yang lebih lanjut dari zat asam, dan

menyebabkan tampilan ground glass dari stroma korneal yang mengikuti trauma

akibat asam.Sehingga trauma pada mata yang disebabkan oleh zat kimia asam

cenderung lebih ringan daripada trauma yang diakibatkan oleh zat kimia basa.

Asam hidroflorida adalah satu pengecualian.Asam lemah ini secara cepat

melewati membran sel, seperti alkali.Ion fluoride dilepaskan ke dalam sel, dan

memungkinkan menghambat enzim glikolitik dan bergabung dengan kalsium dan

magnesium membentuk insoluble complexes.Nyeri local yang ekstrim bisa terjadi

sebagai hasil dari immobilisasi ion kalsium, yang berujung pada stimulasi saraf

dengan pemindahan ion potassium. Fluorinosis akut bisa terjadi ketika ion fluoride

memasuki system sirkulasi, dan memberikan gambaran gejala pada jantung,

pernafasan,gastrointestinal, dan neurologik.

Bila bahan asam mengenai mata maka akan segera terjadi koagulasi protein epitel

kornea yang mengakibatkan kekeruhan pada kornea, sehingga bila konsentrasi tidak

tinggi maka tidak akan bersifat destruktif seperti trauma alkali. Biasanya kerusakan

hanya pada bagian superfisial saja.Koagulasi protein ini terbatas pada daerah

kontakbahan asam dengan jaringan. Koagulasi protein ini dapat mengenai jaringan

yang lebih dalam.

6

Page 7: Tr Trauma Kimia

Mekanisme Trauma Mata

Mekanisme trauma kimia pada mata tidak jauh berbeda antara bahan yang bersifat

asam dan basa. Zat alkali lipofilik dan menembus lebih cepat daripada asam.

Saponifikasi asam lemak membran sel menyebabkan gangguan sel dan kematian.

Selain itu, menghidrolisis ion hidroksil intraseluler glikosaminoglikan dan kolagen

denatures. Jaringan yang rusak merangsang respon inflamasi, yang merusak jaringan

lebih lanjut oleh pelepasan enzim proteolitik. Hal ini disebut nekrosis liquefaktif.

Zat alkali dapat masuk ke ruang anterior cepat (dalam waktu kurang lebih 5-15

menit), memperlihatkan iris, tubuh ciliary, lensa, dan jaringan trabecular kerusakan

lebih lanjut. Kerusakan permanen terjadi pada nilai pH di atas 11,5.

Trauma kimia asam menyebabkan koagulasi protein dalam epitel kornea, yang

membatasi penetrasi lebih lanjut. Jadi, trauma kimia ini biasanya nonprogressive dan

dangkal. asam hydrofluoric adalah pengecualian. Ini adalah asam lemah yang dengan

cepat melintasi membran sel sebagai tetap nonionized. Dengan cara ini, asam

hydrofluoric bertindak seperti sebuah alkali, menyebabkan nekrosis liquefactive.

Selain itu, ion fluorida dilepaskan ke dalam sel. ion Fluoride dapat menghambat enzim

glikolisis dan dapat digabungkan dengan kalsium dan magnesium untuk membentuk

kompleks tak larut.

Gambar 1. Efek zat korosif pada mata

7

Page 8: Tr Trauma Kimia

b) Kulit

Luka bakar kimia iritasi dan kerusakan jaringan manusia yang disebabkan oleh

paparan bahan kimia, biasanya melalui kontak langsung dengan bahan kimia atau asap

nya. Luka bakar kimia dapat terjadi di rumah, di tempat kerja atau sekolah, atau

sebagai akibat dari kecelakaan atau penyerangan.

Banyak luka bakar kimia terjadi tanpa sengaja melalui penyalahgunaan produk seperti

untuk perawatan rambut, kulit, dan kuku. Meskipun cedera memang terjadi di rumah,

risiko mempertahankan kimia terbakar jauh lebih besar di tempat kerja, terutama

dalam bisnis dan pabrik yang menggunakan sejumlah besarbahankimia.

Sebuah perubahan permanen dalam warna kulit dapat terjadi bila bahan kimia

tertentuhubungi kulit. Bahan kimia yang dapat menyebabkan ini termasuk tar, aspal

produk,dan beberapa desinfektan.

Sejumlah besar produk industri dan komersial mengandung konsentrasi berpotensi

beracun asam, basa, atau bahan kimia lain yang dapat menyebabkan luka bakar ,

Beberapa produk lebih umum terdaftar sebagai berikut:

Asam

Asam sulfat umumnya digunakan dalam pembersih toilet bowl, pembersih saluran

air, pembersih logam, cairan baterai mobil, amunisi, dan manufaktur pupuk.

Konsentrasi berkisar dari asam 8% menjadi asam hampir murni. The

terkonsentrasi asam yang sangat kental dan lebih padat daripada air. Hal ini juga

menghasilkan panas yang signifikan bila diencerkan. Atribut ini membuat asam

sulfat pembersih saluran yang efektif. Asam sulfat pekat bersifat higroskopis.

8

Page 9: Tr Trauma Kimia

Dengan demikian, menghasilkan luka dermal oleh dehidrasi, cedera termal, dan

cedera kimia.

Asam nitrat umumnya digunakan dalam ukiran, pemurnian logam, electroplating,

dan pupuk manufaktur.

Asam fluorida umumnya digunakan dalam karat, pembersih ban, pembersih

keramik, etsa kaca, perawatan gigi, penyamakan, semikonduktor, pendingin dan

pupuk manufaktur, dan penyulingan minyak bumi. Ini sebenarnya adalah asam

lemah, dan dalam bentuk encer, tidak akan menyebabkan pembakaran langsung

atau nyeri pada kontak.

Asam klorida umumnya digunakan dalam pembersih toilet bowl, pembersih

logam, flux solder, manufaktur pewarna, pemurnian logam, aplikasi pipa, kolam

renang pembersih, dan bahan kimia laboratorium. Konsentrasi berkisar 5-44%.

Asam klorida juga dikenal sebagai asam muriatic.

Asam fosfat umumnya digunakan dalam pembersih logam, rustproofing,

disinfektan, deterjen, dan manufaktur pupuk.

Asam asetat umumnya digunakan dalam pencetakan, pewarna, rayon dan topi

manufaktur, desinfektan dan penetralisir gelombang rambut. Cuka asam asetat

encer.

Asam format umumnya digunakan dalam lem pesawat, penyamakan, dan

pembuatan selulosa.

Asam Chloroacetic

Asam Monochloroacetic digunakan dalam produksi karboksimetilselulosa,

phenoxyacetates, pigmen, dan beberapa obat. Ini memiliki toksisitas sistemik

9

Page 10: Tr Trauma Kimia

signifikan karena masuk dan blok siklus asam trikarboksilat, respirasi sel

menghambat. Hal ini sangat korosif.

Asam Dichloroacetic digunakan dalam manufaktur bahan kimia. Ini adalah asam

lemah dari asam trikloroasetat, dan tidak menghambat respirasi selular.

Asam trikloroasetat digunakan di laboratorium dan manufaktur kimia. Hal ini

sangat korosif dan "perbaikan" jaringan itu kontak. Ini tidak menghambat

respirasi selular.

Fenol dan Kresol. Fenol, juga dikenal sebagai asam karbol, merupakan asam

organik lemah yang digunakan dalam pembuatan resin, plastik, farmasi, dan

disinfektan. Kresol adalah dihydroxybenzenes yang digunakan sebagai pengawet

kayu, agen degreasing, dan intermediet kimia. Zat-zat ini sangat mengiritasi kulit

dan dapat diserap melalui kulit untuk menghasilkan toksisitas sistemik.

Basa

Natrium hidroksida dan kalium hidroksida digunakan dalam pembersih drain,

pembersih oven, tablet CLINITEST, dan pembersih gigi tiruan. Mereka sangat

korosif. Tablet CLINITEST mengandung 45-50% natrium hidroksida (NaOH)

atau kalium hidroksida (KOH). Padat atau terkonsentrasi NaOH atau KOH lebih

padat daripada air dan menghasilkan panas yang signifikan bila diencerkan.

Kedua panas yang dihasilkan dan alkalinitas berkontribusi untuk luka bakar.

 Kalsium hidroksida juga dikenal sebagai kapur dipuaskan. Hal ini digunakan

dalam mortar, plester, dan semen. Hal ini tidak seperti kaustik NaOH, KOH, atau

kalsium oksida.

 Sodium dan kalsium hipoklorit merupakan bahan umum dalam pemutih rumah

tangga dan solusi klorinasi kolam renang. Renang chlorinators juga mengandung

NaOH dan memiliki pH sekitar 13,5, membuat mereka sangat kaustik. Rumah

Tangga pemutih memiliki pH sekitar 11 dan jauh lebih korosif.

Kalsium oksida, juga dikenal sebagai kapur, adalah bahan kaustik dalam semen.

Ini menghasilkan panas bila diencerkan dengan air dan dapat menghasilkan luka

bakar termal atau kaustik.

10

Page 11: Tr Trauma Kimia

Amonia digunakan dalam pembersih dan deterjen. Bentuk encer tidak sangat

korosif. Gas amonia anhidrat digunakan dalam sejumlah aplikasi industri,

terutama di bidang manufaktur pupuk. Hal ini sangat higroskopis (memiliki

afinitas tinggi untuk air). Ini menghasilkan cedera dengan pengeringan dan panas

pengenceran selain menyebabkan luka bakar kimia. Hal ini dapat menyebabkan

luka bakar pada kulit serta cedera paru.

Fosfat yang biasa digunakan dalam berbagai jenis deterjen rumah tangga dan

pembersih. Zat meliputi kalium fosfat tribasic, trisodium fosfat, dan natrium

tripolifosfat.

Silikat termasuk natrium silikat dan natrium metasilicate. Mereka digunakan

untuk menggantikan fosfat dalam deterjen. Pencuci Piring deterjen alkali,

terutama untuk pembangun seperti silikat dan karbonat. Mereka cukup korosif.

Natrium karbonat digunakan dalam deterjen. Hal ini cukup basa, tergantung pada

konsentrasi.

Lithium hidrida digunakan untuk menyerap karbon dioksida dalam aplikasi

teknologi ruang angkasa. Ini keras bereaksi dengan air untuk menghasilkan

hidrogen dan litium hidroksida. Hal ini dapat menghasilkan luka bakar termal dan

basa.

Oksidan Pemutih: klorit adalah bahan kimia utama yang digunakan sebagai

pemutih di Amerika Serikat. Rumah Tangga pemutih bersifat basa dengan pH 11-

12, tetapi cukup encer bahwa itu adalah minimal mengiritasi kulit. Lebih

terkonsentrasi, industri klorit kekuatan mungkin lebih merusak kulit.

Peroksida: Rumah Tangga-grade hidrogen peroksida (3%) menghasilkan

minimal-untuk-tidak iritasi kulit. Konsentrasi 10% dapat menyebabkan parestesia

dan blansing kulit. Konsentrasi 35% atau lebih akan menyebabkan terik langsung.

Chromates: dikromat Kalium dan asam kromat adalah bahan kimia industri umum

digunakan dalam penyamakan, kain waterproofing, inhibitor korosi, lukisan, dan

percetakan, dan mereka juga digunakan sebagai agen pengoksidasi dalam reaksi

kimia. Kromat dapat menyebabkan luka bakar pada kulit dan toksisitas sistemik

berikutnya, termasuk gagal ginjal.

11

Page 12: Tr Trauma Kimia

Manganates: Kalium permanganat merupakan oksidator kuat yang digunakan

dalam larutan encer sebagai desinfektan atau agen pembersih. Dalam larutan

encer, itu minimal mengiritasi kulit. Dalam bentuk terkonsentrasi atau kristal

murni, dapat menyebabkan luka bakar parah, ulserasi, dan toksisitas sistemik.

Zat lain

 Fosfor putih: Bahan kimia ini digunakan sebagai pembakar dalam pembuatan

amunisi, kembang api, dan pupuk. Fosfor putih secara spontan teroksidasi di

udara pada fosfor pentoksida, memberi dari api kuning dan asap putih tebal

dengan bau bawang putih. Setelah ledakan amunisi atau kembang api, partikel

kecil fosfor dapat menjadi tertanam di kulit dan terus membara.

Logam: lithium Elemental, natrium, kalium, dan magnesium bereaksi dengan air,

termasuk air pada kulit.

 Pewarna rambut mengandung persulfat dan solusi terkonsentrasi peroksida.

Straightening agen mungkin berisi terkonsentrasi alkali. Luka bakar kimia dapat

terjadi jika ini tidak diencerkan dengan benar atau memiliki waktu kontak yang

lama dengan kulit kepala. Luka bakar dengan berbagai produk yang telah

dilaporkan dalam literatur.

Cedera Airbag: Inflasi cepat airbag dicapai melalui dekomposisi cepat natrium

azida untuk menghasilkan gas nitrogen. Natrium yang dihasilkan kemudian

bereaksi dengan kalium nitrat dan silikon dioksida untuk menghasilkan gas. Pada

langkah kedua, sejumlah kecil natrium hidroksida dan natrium karbonat

dihasilkan. Airbag dapat menghasilkan lecet, luka dan memar melalui kekuatan

fisik ekspansi yang cepat. Mereka juga dapat menghasilkan luka bakar kimia

alkali. Ini terutama tentang kapan lecet kornea terjadi karena airbag.

12

Page 13: Tr Trauma Kimia

Zat korosif dapat menyebabkan kerusakan parah atau serius pada kulit.

Luka bakar kimia dapat mengakibatkan dari paparan singkat ke korosif substansi.

zat korosif termasuk basa kuat (dasar) bahan atau asam. Kulit adalah jaringan

parut hasil yang umum.

Mekanisme Trauma Kulit

Tubuh memiliki beberapa proteksi yang spesifik dan perbaikan untuk mekanisme

termal, listrik, radiasi dan kimia luka bakar. Denaturasi protein merupakan efek

umum dari semua jenis luka bakar. Namun, trauma kimia memiliki beberapa

perbedaan dibandingkan dengan luka bakar termal. Trauma kimia lebih dihasilkan

dari terpaparnya bahan kimia dalam tempo waktu yang lama, dan paparan ini akan

berlanjut sampai ke ruang gawat darurat sedangkan trauma termal, dihasilkan dari

terpaparnya bahan kimia dalam waktu yang singkat. Ada juga beberapa perbedaan

dari segi biokimia. Diantaranya Struktur protein yang tidak melibatkan urutan asam

amino yang spesifik, namun ada sturktur tiga dimensi tergantung pada kekuatan

ikatan yang lemah, seperti ikatan hidrogen atau ikatan van der Waal. Ketiga struktur

dimensi ini merupakan kunci elemen pada akitivitas biologi pada protein, dan mudah

di pengaruhi oleh faktor eksternal.

Aplikasi panas atau bahan kimia, terutama gangguan pH, yang bisa

menyebabkan struktur menjadi tidak teratur. Luka termal merupakan koagulasi

protein yang cepat disebabkan oleh reaksi silang, sedangkan pada proses

penghancuran protein pada luka bakar kimia kelnjutan dari mekanisme lain terutama

hydrolisi mekanisme ini mungkin kelanjutan sampai ada munculnya unsur agen

pertahanan terutama pada lapisan dalam . Selain itu, bahan kimia yangt bertindak

dalam sistem tubuh jika komponen kimia ini bersikulasi dalam tubuh koban dengan

potensi. Tingkat keparahan kimia luka bakar ditentukan oleh:

a. Konsentrasi,

b. Jumlah pembakaran agen,

c. Durasi kontak dengan kulit,

d. Penetrasi dan,

13

Page 14: Tr Trauma Kimia

e. Mekanisme aksi.

Cedera kimia diklasifikasikan baik oleh mekanisme tindakan pada kulit atau

kelas kimia agen. Khas luka bakar pada kulit dapat dibagi menjadi tiga derajat,

berdasarkan jumlah kerusakan yang disebabkan oleh luka bakar:

Derajat satu

Hampir semua orang memiliki pengalaman beberapa luka bakar tingkat pertama

selama ada kehidupan dalam bentuk sunburns. Luka bakar tingkat pertama

cukup kecil, hanya menyebabkan kerusakan kulit sementara untuk lapisan atas

kulit, epidermis. Warna kulit berubah menjadi merah muda atau merah dan

mungkin menjadi sangat sensitif atau menyakitkan. Setelah 3-6 hari, epidermis

kulit yang rusak, meninggalkan bekas luka-bebas, kulit dan jaringan benar-

benar sembuh. Setiap pengobatan untuk luka bakar tingkat pertama hanya

bertujuan untuk meringankan ketidaknyamanan yang disebabkan oleh luka

bakar.

Derajat dua

Luka bakar tingkat dua lebih parah daripada luka bakar tingkat pertama.

Lapisan atas kulit (epidermis) hancur dan dermis juga rusak, menyebabkan kulit

menjadi merah atau pucat, peningkatan atau penurunan sensasi tergantung pada

kedalaman luka bakar, dan pembentukan blister. Luka bakar tingkat dua

memakan waktu sekitar 21 hari untuk sembuh, dengan gelar dalam kedua

membakar mungkin membutuhkan cangkok kulit yang kemudian mengambil

lebih banyak waktu untuk menyembuhkan. Untuk informasi tentang pengobatan

luka bakar tingkat dua lihat halaman berikut: Pengobatan Luka bakar minor dan

Pengobatan Luka bakar sedang dan berat.

Derajat ketiga

Luka bakar tingkat tiga menghancurkan semua lapisan kulit, mungkin

menyebabkan kerusakan lebih dalam. Karena kulitnya hancur, luka bakar

tingkat tiga tampak kering dan kulit seperti, pucat, merah atau jerawatan coklat,

dan benar-benar sensitif karena saraf yang hancur juga. Luka bakar tingkat tiga

biasanya membutuhkan cangkok kulit dan dapat mengambil bulan untuk

menyembuhkan, dengan pengrusakan permanen mungkin. Untuk informasi

14

Page 15: Tr Trauma Kimia

tentang pengobatan luka bakar tingkat tiga, lihat Pengobatan Luka bakar sedang

dan berat.

c) Paru

Sumber yang paling umum dari cedera yang disebabkan kebakaran inhalasi

disebabkan oleh sesak nafas adalah yang disebabkan oleh karbon monoksida. Karbon

monoksida (CO) dilepaskan selama pembakaran semua bahan organik, yang paling

umum kayu dalam kebakaran.

Sesak nafas umum yang terkait dengan cedera inhalasi hidrogen sianida. Hal ini

biasanya dihasilkan dari pembakaran polyurethane (busa), wol, sutra, dan kertas,

semua yang biasanya ditemukan di rumah. Konsentrasi serendah 45-55 bagian per

juta dapat menyebabkan kematian dalam waktu kurang dari satu jam, sedangkan

konsentrasi lebih dari 280 bagian per juta penyebab kematian hampir seketika.9

Sianida mengikat sitokrom c oksidase dalam membran mitokondria dan denatures

itu, yang mencegah fosforilasi oksidatif (sel tidak dapat menghasilkan energi yang

diperlukan). Hal ini menyebabkan kematian sel dan menyebabkan kerusakan pada

sistem saraf pusat dan jantung.

Peran sebenarnya dari hidrogen sianida dalam menyebabkan kematian cedera

inhalasi masih bisa diperdebatkan. Hal ini terutama diyakini cedera yang disebabkan

oleh senyawa asfiksia lebih umum seperti karbon monoksida.

Cedera inhalasi kimia sangat bervariasi dan benar-benar tergantung pada toksin

yang menyebabkan cedera, konsentrasi dihirup, dan panjang eksposur. Ukuran dari

partikel terhirup juga mempengaruhi jenis cedera. Partikel yang lebih besar tetap

dalam nasofaring dan saluran udara utama. Partikel kecil yang dapat menyebar

dengan mudah dapat pindah ke saluran udara yang lebih kecil dan alveoli, berpotensi

menyebabkan kerusakan lebih parah daripada partikel yang lebih besar.

Partikel itu sendiri biasanya tidak menyebabkan kerusakan langsung, tetapi bahan

kimia beracun yang dihasilkan oleh api dapat larut dalam air pada partikel. Kelarutan

bahan kimia juga dapat mempengaruhi lokasi cedera. Misalnya, HCl dan SO2

merupakan gas yang sangat larut ketika diproduksi oleh kebakaran. Karena mereka

begitu larut, mereka dengan cepat dapat mengiritasi saluran udara utama. Tapi bahan

15

Page 16: Tr Trauma Kimia

kimia kurang larut seperti nitrogen dioksida dan fosgen jauh lebih larut dan

mempengaruhi area yang lebih dalam ke paru-paru.

Mekanisme Trauma Pada Paru

Ada tiga mekanisme yang menyebabkan cedera pada trauma inhalasi, yaitu kerusakan

jaringan karena suhu yang sangat tinggi, iritasi paru-paru dan asfiksia. Hipoksia

jaringan terjadi karena sebab sekunder dari beberapa mekanisme. Prosespembakaran

menyerap banyak oksigen, dimana di dalam ruangan sempit seseorangakan

menghirup udara dengan konsentrasi oksigen yang rendah sekitar 10-13%.Penurunan

fraksi oksigen yang diinspirasi (FIO2) akan menyebabkan hipoksia.

Keracunan karbonmonoksida dapat menyebabkan turunnya kapasitas transportasi

oksigen dalam darah oleh hemoglobin dan penggunaan oksigen ditingkat seluler.

Karbonmonoksida mempengaruhi berbagai organ di dalam tubuh,organ yang paling

terganggu adalah yang mengkonsumsi oksigen dalam jumlahbesar, seperti otak dan

jantung.

Beberapa literatur menyatakan bahwa hipoksia ensefalopati yang terjadiakibat

dari keracunan CO adalah karena injuri reperfusi dimana peroksidasi lipid

danpembentukan radikal bebas yang menyebabkan mortalitas dan morbiditas.

Efek toksisitas utama adalah hasil dari hipoksia seluler yang disebabkan

olegangguan transportasi oksigen. CO mengikat hemoglobin secara reversible, yang

menyebabkan anemia relatif karena CO mengikat hemoglobn 230-270 kali lebih kuat

dar ipada oksigen. Kadar HbCO 16% sudah dapat menimbulkan gejala klinis .CO

yang terikat hemoglobin menyebabkan ketersediaan oksigen untuk jaringanmenurun.

CO mengikat myoglobin jantung lebih kuat daripada mengikat hemoglobinyang

menyebabkan depresi miokard dan hipotensi yang menyebabkan

hipoksiajaringan.Keadaan klinis sering tidak sesuai dengan kadar HbCO yang

menyebabkankegagalanrespirasi di tingkat seluler.CO mengikatcytochromes c dan

P450 yang mempunyai daya ikat lebihlemah dari oksigen yang diduga menyebabkan

defisit neuropsikiatris. Beberapapenelitian mengindikasikan bila CO dapat

menyebabkan peroksidasi lipid otak danperubahan inflamasi di otak yang dimediasi

oleh lekosit. Proses tersebut dapatdihambat dengan terapi hiperbarik oksigen. Pada

16

Page 17: Tr Trauma Kimia

intoksikasi berat, pasienmenunjukkan gangguan sistem saraf pusat termasuk

demyelisasi substansia alba.Hal ini menyebabkan edema dan dan nekrosis fokal.

Penelitian terakhir menunjukkan adanya pelepasan radikal bebas nitric oxidedari

platelet dan lapisan endothelium vaskuler pada keadaan keracunan CO

padakonsentrasi 100 ppm yang dapat menyebabkan vasodilatasi dan edema serebri.

CO dieliminasi di paru-paru. Waktu paruh dari CO pada temperatur ruanganadalah 3

- 4 jam. Seratus persen oksigen dapat menurunkan waktu paruh menjadi 30– 90

menit, sedangkan dengan hiperbarik oksigen pada tekanan 2,5 atm denganoksigen

100% dapat menurunkan waktu paruh samapai 15-23 menit.

d) Saluran Pencernaan

Di negara maju dan berkembang, trauma kimia pada sistem pencernaan akibat

menelan baik tidak disengaja atau untuk mencederai diri sendiri telah berkurang

dibandingkan sebelumnya. Hal ini dikaitkan dengan peraturan yang lebih ketat

terhadap deterjen dan bahan korosif lainnya, serta kesan dari kesadaran umum.

Dilaporkan bahwa luka lambung terjadi pada 85,4% dari trauma kimia asam pada

saluran pencernaan, terutama melibatkan bagian distal gaster dengan 44,4%

menyebabkan komplikasi stenosi pilorus atau antrum.

Mekanisme Trauma Pada Saluran Pencernaan

Trauma yang disebabkan oleh asam menyebabkan nekrosis koagulasi pada jaringan

yang terkontak sehingga koagulum terbentuk sehingga menghalangi penetrasi lanjut

ke jaringan di bawahnya. Di sisi lain, trauma kaustik menyebabkan nekrosis

likuefikasi yaitu sebuah proses yang menyebabkan pembubaran protein dan kolagen,

saponifikasi lemak, dehidrasi jaringan dan trombosis darah sehingga menyebabkan

cedera jaringan yang lebih dalam.

E. Dampak Terhadap Organ

1) Mata

Trauma kimia pada mata merupakan trauma yang mengenai bola mata akibat

terpaparnya bahan kimia baik yang bersifat asam atau basa yang dapat merusak

struktur bola mata tersebut. Trauma kimia biasanya hasil dari suatu zat yang

17

Page 18: Tr Trauma Kimia

disemprotkan atau disiramkan di muka. Trauma kimia alkali lebih sering terjadi

daripada trauma kimia asam dan cenderung lebih merugikan.

Insidens terjadinya trauma kimia pada mata lebih dari 60% trauma kimia

terjadi di tempat kerja, 30% terjadi di rumah dan 10% adalah dari tindakan

kekerasan. Trauma kimia pada mata lebih sering terjadi pada laki-laki daripada

perempuan. Hal ini mungkin mencerminkan dominasi laki-laki dalam bidang

industri, seperti konstruksi dan pertambangan, sehingga terjadi resiko tertinggi

untuk cedera mata.

2) Kulit

Luka bakar kimia merupakan reaksi iritan yang akut yang dapat menyebabkan

trauma pada kulit yang irrefersibel dan terjadi kematian sel. Bahan kimia pun

dapat menyebabkan luka bakar pada kulit. Luka bakar dapat merusak jaringan

otot, tulang, pembuluh darah dan jaringan epidermal yang mengakibatkan

kerusakan yang berada di tempat yang lebih dalam dari akhir sistem persarafan.

Seorang korban luka bakar dapat mengalami berbagai macam komplikasi yang

fatal termasuk diantaranya kondisi shock, infeksi, ketidakseimbangan elektrolit

(inbalance electrolit) dan distress pernapasan. Selain komplikasi yang berbentuk

fisik, luka bakar dapat juga menyebabkan distress emosional dan psikologis yang

berat dikarenakan cacat akibat luka bakar dan bekas luka (scar).

3) Paru

Luka bakar inhalasi dapat disebabkan oleh asam hidroklorik, amonia, klorin, atau

bahan kimia lainnya setelah seseorang menghirup zat kimia ini. Edema saluran

pernapasan atas, gangguan pernapasan, dan toksisitas karbon monoksida (CO)

adalah contoh dari trauma kimia dari inhalasi. Gejala ini muncul dalam waktu 12

sampai 24 jam setelah kejadian luka bakar. Juga suatu kondisi yang jarang dapat

terjadi di mana bahan kimia mengoksidasi hemoglobin paru-paru yang

mengakibatkan gangguan transportasi oksigen (methemoglobinemia) dan

gangguan pernapasan.

18

Page 19: Tr Trauma Kimia

4) Saluran Pencernaan

Di negara maju dan berkembang, trauma kimia pada sistem pencernaan akibat

menelan baik tidak disengaja atau untuk mencederai diri sendiri telah berkurang

dibandingkan sebelumnya. Hal ini dikaitkan dengan peraturan yang lebih ketat

terhadap deterjen dan bahan korosif lainnya, serta kesan dari kesadaran umum.

Dilaporkan bahwa luka lambung terjadi pada 85,4% dari trauma kimia

asam pada saluran pencernaan, terutama melibatkan bagian distal gaster dengan

44,4% menyebabkan komplikasi stenosi pilorus atau antrum.

F. Pemeriksaan Kedokteran Forensik

1. Asam

1. Pada pemeriksaan luar didapatkan:

Tanda terbakar yang berwarna coklat kemerahan atau hitam, kering dan keras

sesuai dengan bagian yang terkena

2. Pada pemeriksaan dalam didapatkan:

Mukosa teriritasi, memberikan gambaran merah terang atau merah kecoklatan,

mungkin didapatkan ulserasi.

Tanda iritasi pada laring dan edema pada glotis.

Peradangan yang memberikan gambaran pseudomembran pada trakea dan

bronkus yang mengakibatkan kerusakan epitel superfisial dan nekrosis yang

dapat terjadi sampai kelapisan submukosa.

2. Basa

1. Pada pemeriksaan luar didapatkan:

Luka terlihat basa dan edematous berwarna merah kecoklatan, perabaan lunak

dan licin.

2. Pada pemeriksaan dalam didapatkan:

Membran mukosa lembut, bengkak, edema dan merah dengan sedikit bintik

coklat.

Pemeriksaan Luar

19

Page 20: Tr Trauma Kimia

1. Mata

Pada pemeriksaan fisik awal, penilaian terhadap luka-luka yang berpotensi

mengancam jiwa. Pemeriksaan fisik awal pada mata mungkin terbatas pada pH dan

ketajaman visual. Setelah irigasi berlebihan, pemeriksaan ophthalmologi penuh

diperlukan. Ini dapat mengungkapkan robek, injeksi konjungtiva, injeksi scleral,

kerusakan kornea, opacification kornea, uveitis, glaukoma, atau perforasi. Kemudian

pencatatan penurunan ketajaman visual. Evaluasi fluorescein diperlukan untuk

menentukan tingkat cedera.

Tingkat trauma pada mata adalah berdasarkan:

Klasifikasi Hughes Klasifikasi Thoft

1. Ringan:

- Prognosis baik

- Terdapat erosi epitel kornea

- Pada kornea terdapat kekeruhan

ringan

- Tidak ada iskemia dan nekrosis

kornea ataupun konjungtiva

Derajat 1: hiperemi

disertai dengan keratitis pungtata

2. Sedang:

- Prognosis baik

- Kekeruhan kornea sehingga sulit

melihat iris & pupil secara jelas

- Terdapat iskemia & nekrosis

ringan kornea dan konjungtiva

Derajat 2: hiperemi

disertai dengan hilang epitel kornea.

3. Sangat berat:

- Prognosis buruk

- Kekeruhan kornea pupil tidak

dapat dilihat

Derajat 3: hiperemi

dengan nekrosis konjungtiva dan

lepasnya epitel kornea.

Derajat 4: konjungtiva perilimal

20

Page 21: Tr Trauma Kimia

nekrosis sebanyak 50%

2. Kulit

Luka bakar adalah luka yang terjadi akibat sentuhan permukaan tubuh dengan

benda-benda yang menghasilkan panas (api, cairan panas, listrik, dll) atau zat-zat yang

bersifat membakar (asam kuat, basa kuat). Perubahan-perubahan pada kulit sesuai

dengan derajat luka bakarnya. Oleh karena itu, pada pemeriksaan luar perlu ditentukan:

keadaan luka, luas luka, dan dalamnya luka. Pada pemeriksaan luka ini perlu dicari

adanya tanda-tanda reaksi vital berupa daerah yang berwarna merah pada perbatasan

pada daerah yang terbakar.

Untuk mengkaji beratnya luka bakar harus dipertimbangkan beberapa faktor

antara lain :

a) Persentasi area (luasnya) luka bakar pada permukaan tubuh.

b) Kedalaman luka bakar.

c) Anatomi lokasi luka bakar.

d) Umur klien.

e) Riwayat pengobatan yang lalu.

f) Trauma yang menyertai atau bersamaan.

Berdasarkan derajat kedalamannya Luka bakar diklasifikasi menjadi derajat 1, 2,

dan 3. Kadang-kadang digunakan pula istilah derajat 4 pada kulit yang hangus terbakar

mirip arang. Klasifikasi tersebut ialah:

a) Luka bakar derajat 1 atau superficial burn. Luka bakar permukaan yang tidak

terlalu serius dan hanya mengenai lapisan kulit bagian atas. Kulit kering, eritema,

nyeri karena ujung saraf sensorik teriritai. Sering kali disertai pembentukan vesikel

(gelembung berisi cairan).

b) Luka bakar derajat 2 atau partial thickness burn (luka bakar parsial). Artinya luka

bakar mengenai sebagian dari ketebalan kulit, bagian dermis masih ada yang sehat.

Luka bakar dengan kedalaman ini sering kali disertai dengan rusaknya struktur di

bawah kulit, seperti folikel rambut, kelenjar sebaseus (minyak), atau jaringan

kolagen. 

21

Page 22: Tr Trauma Kimia

c) Luka bakar derajat 3 atau full thickness burn. Luka bakar mengenai seluruh

ketebalan kulit. Struktur di bawah kulit pun sering kali mengalami kerusakan.

Sekalipun demikian, kulit tidaklah lenyap, musnah, atau hilang, tetapi rusak.

d) Luka bakar derajat 4 yakni luka terlihat hitam bagai arang, nekrotik.

3. Paru

Jalan napas, pernapasan, dan sirkulasi harus diperiksa pada korban trauma kimia.

Pada pemeriksaan paru-paru bisa didapatkan peningkatan laju napas, bunyi mengi, dan

suara ronki kasar di paru-paru yang berhubungan dengan edema. Semua tanda ini

menunjukkan individu mengalami kesulitan pernafasan.

4. Pencernaan

Pada pemeriksaan luar, tanda khususnya yaitu bercak pada bibir, pipi, dagu dan

leher, sama halnya dengan luka bakar pada mukosa dari bibir sampai ke lambung,

kadang-kadang sampai ke usus halus. Perforasi esophagus dan gaster umumnya terjadi

karena asam sulfat dan asam hidroklorida.

Pemeriksaan Dalam

1. Mata

Pada mata dilakukan beberapa pemeriksaan dalam untuk mengetahui penyebab

trauma pada mata. Pada palpebra: permukaan tarsal kelopak mata. Pada kornea dinilai

pada korpus alienum, aberasi, laserasi. Konjungtiva bulbaris terjadi perdarahan, laserasi.

Pada sklera terdapat luka tertutup oleh perdarahan.

2. Kulit

Pada korban yang meninggal karena luka bakar bahan kimia, tidak ditemukan

kelainan yang spesifik, dimana kelainan-kelainan yang ditemukan pada pemeriksaan

dalam juga bisa dijumpai pada keadaan-keadaan lain. Efek sistemik jika mengalami

trauma kimiawi haruslah selalu diantisipasi. Contohnya, dalam menggunakan asam

karbolik atau phenol untuk pengelupasan yang dalam, setiap dokter membutuhkan

pemeriksaan jantung dan resiko dari kerusakan ginjal. Asam hydrofluoric bisa

22

Page 23: Tr Trauma Kimia

menyebabkan hipokalemia dan tetanus, disamping itu asam monocloroasetic dapat

memproduksi metabolik asidosis dan masalah CNS.

a) Jantung

Udem interstitial dan fragmentasi myocardium dapat terjadi pada penderita

dengan luka bakar thermis, tetapi perubahan-perubahan ini tidak khas dan dapat

ditemukan keadaan-keadaan lain. Pada penderita dengan septicemia, ditemukan adanya

metastase fokus sepsis pada myokardium dan endokardium. Perubahan lain berupa

gambaran peteki pada pericardium dan endokardium

b) Ginjal

Organ ini tidak terpengaruh langsung pada luka bakar thermik. Perubahan yang

terjadi pada organ ini biasanya merupakan akibat dari komplikasi yang terjadi. Pada

korban ynang mengalami komplikasi berupa syok yang lama, dapat terjadi acute tubular

necrosis pada tubulus proksimal dan distal serta thrombosis vena. Acute tubular

nekrosis in diduga disebabkan adanya heme cast pada medulla yang bisa ditemukan

pada pemeriksaan mikroskopik. Pada korban yang mengalami luka bakar yang fatal,

dapat ditemukan adanya pembesaran ginjal. Traktus genitalis merupakan sumber infeksi

yang potensial pada luka bakar, terutama pada korban yang memakai dauer kateter,

dimana populasi bakteri yang ditemukan biasanya tidak berbeda dengan populasi yang

terjadi, bakteri tersebut antara lain: pseudomonas, aerobacter, staphylococcus, dan

proteus.

c) Susunan saraf pusat

Dilaporkan adanya perubahan-perubahan pada susunan saraf pusat berupa edema,

kongesti, kenaikan tekanan intracranial dan herniasi dari tonsilla cerebellum melewati

foramen magnum serta adanya perdarahan intracranial. Tetapi perubahan-perubahan ini

diduga terjadi akibat adanya gangguan keseimbangan air dan elektrolit, karena

kebanyakan pada pasien dengan luka bakar terjadi kenaikan temperature tubuh tidak

lebih dari satu derajat, jadi dengan demikian, otak tidak selalu terpengaruh oleh jejas

23

Page 24: Tr Trauma Kimia

thermik. Sel-sel neuron tidak menunjukkan perubahan-perubahan abnormal kecuali sel-

sel purkinye yang menunjukkan perubahan degenerative. Pada penderita yang

mengalami komplikasi berupa sepsis, maka dapat ditemukan adanya mikroabses dan

meningitis hematogenous.

3. Paru

Pada pemeriksaan post mortem, trauma kimia meninggalkan kesan korosi pada

saluran pernapasan dari tahap ringan hingga petengahan. Selain itu didapatkan juga

kongesti dan edema paru pada trauma kimia yang disebabkan oleh bahan korosif asam.

Inhalasi bahan kimia menyebabkan kerusakan sel yang parah pada saluran pernapasan.

4. Pencernaan

Pada pemeriksaa dalam yang didapatkan pada trauma kimia, ditemukan perforasi

atau ruptur gaster yang paling sering ditemukan oleh kerana trauma asam sulfurik,

diikuti oleh asam nitrik dan asam hidroklorik.

Pada gambaran post mortem ditemukan kerusakan pada kulit dengan warna

kehitaman pada daerah trauma. Tergantung dari kepekatan dari asam, dinding gaster

akan mengalami edema, deskuamasi, perdarahan, ulserasi hingga perforasi.

G. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan yaitu:

1. Pemeriksaan dengan menggunakan kertas lakmus yang akan menunjukkan perubahan

warna.

2. Pemeriksaan patologi anatomi pada lapisan kulit.

Asam kuat (H2SO4)

Pada pemeriksaan jaringan akibat luka asam kuat, terjadi penebalan pada lapisan

epidermis dan adanya granul-granul pada vesikel kolagen berbentuk gelombang

dan hiperemis.

Basa (NaOH)

Pada pemeriksaan jaringan akibat luka basa kuat akan terjadi penebalan dan

nekrosis di semua jaringan sel di lapisan epidermis dan dermis.

24

Page 25: Tr Trauma Kimia

H. Aspek Medikolegal

Dalam Pasal 131 menyebut bahwa:

1) Dalam hal penyidik untuk kepentingan peradilan menangani seorang korban baik

luka, keracunan ataupun mati yang diduga karena peristiwa yang merupakan tindak

pidana, ia berwenang mengajukan permintaan keterangan ahli kepada ahli

kedokteran kehakiman atau dokter dan atau ahli lainnya.

2) Permintaan keterangan ahli sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan secara

tertulis, yang dalam surat itu disebutkan dengan tegas untuk pemeriksaan luka atau

pemeriksaan mayat dan atau pemeriksaan bedah mayat.

3) Mayat yang dikirim kepada ahli kedokteran kehakiman atau dokter pada rumah

sakit harus diperlakukan secara baik dengan penuh penghormatan terhadap mayat

tersebut dan diberi label yang memuat identitas mayat, dilak dengan diberi cap

jabatan yang dilekatkan pada ibu jari kaki atau bagian lain badan mayat.

Trauma kimia yang disebabkan oleh penganiayaan dapat diancam dalam Pasal 35 KUHP

di mana:

(1) Penganiayaan diancam dengan pidana penjara paling lama dua tahun delapan bulan

atau denda paling banyak tiga ratus rupiah.

(2) Jika perbuatan mengakibatkan luka-luka berat, yang bersalah dikenakan pidana

penjara paling lama lima tahun.

(3) Jika mengakibatkan mati, dikenakan pidana penjara paling lama tujuh tahun.

(4) Dengan penganiayaan disamakan sengaja merusak kesehatan.

(5) Percobaan untuk melakukan kejahatan ini tidak dipidana.

Pasal 352 KUHP

(1) Kecuali yang tersebut dalam pasal 353 dan 356, maka penganiayaan yang tidak

menimbulkan penyakit atau halangan untuk menjalankan pekerjaan jabatan atau

pencaharian, diancam sebagai penganiayaan ringan, dengan pidana penjara paling

lama tiga bulan atau denda paling banyak tiga ratus rupiah. Pidana ditambah

sepertiga bagi orang yang bekerja padanya, atau menjadi bawahannya.

(2) Percobaan untuk melakukan kejahatan ini tidak dipidana.

25

Page 26: Tr Trauma Kimia

Derajat berat dari trauma kimia dapat dikenakan pidana sesuai dengan Pasal 90

KUHP. Yang mendifinisikan luka berat sebagai:

- Jatuh sakit atau mendapat luka yang tidak memberi harapan akan sembuh sama

sekali, atau yang menimbulkan bahaya maut.

- Tidak mampu terus-menerus untuk menjalankan tugas jabatan atau pekerjaan

pencaharian.

- Kehilangan salah satu panca indera.

- Mendapat cacat berat (verminking).

- Menderita sakit lumpuh.

- Terganggunya daya pikir selama empat minggu lebih.

- Gugurnya atau matinya kandungan seorang perempuan.

BAB III

PENUTUP

26

Page 27: Tr Trauma Kimia

A. Kesimpulan

Trauma kimia adalah iritasi dan kerusakan pada jaringan manusia yang disebabkan oleh

paparan bahan kimia, biasanya melalui kontak langsung dengan bahan kimia atau

uapnya. Trauma kimia

Klasifikasi

Anorganik

Asam

Asam mineral contohnya asam hidroklorida (HCl), asam sulfat (H2SO4),

asam nitrat (HNO3).

Asam organik contohnya asam asetat, asam oksalat, asam karbolat,.

Basa: contohnya amoniak (NH4OH), kalium hidroksida (KOH), natrium

hidroksida (NaOH).

Organik: contohnya fenol dan formaldehid.

Trauma kimia bisa mengenai mata,kulit,paru, dan pencernaan

DAFTAR PUSTAKA

27

Page 28: Tr Trauma Kimia

Ahmad Yani Dwi, Suhendro Gatut. 2007. The Comparison Of Tetracycline And

Doxycycline Treatment On Corneal Ephitelial Wound Healing In The Rabbit Acid-Burn

Model. Jornal Oftalmologi Indonesia Vol 5. Surabaya: Departement of Oftalmologi

Universitas Airlangga

Budiyanto A, Widhiatmaka W, Sudiono S, Winardi T, Mun’im A, Sidhi, Hertian S, et al.

Ilmu Kedokteran Forensik. 1997. First Edition. Jakarta: Bagian Kedokteran Forensik

Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia

Corrosive Acid Poisoning-A Case Report.New Delhi 2011. www.ijfmt.com (Diakses

Pada Tanggal 30 Oktober 2014)

Idries, Dr. Abdul Mun’im. 1997. Pedoman Ilmu Kedokteran Forensik. Edisi Pertama.

Binapura Aksara: Jakarta Barat.

Ilyas S. 2002. Ilmu Penyakit Mata Edisi Ketiga. Jakarta: Sagung Seto

Snepherd R, Simpsons. Forensik Medicine 12th edition. USA: Oxford University Prees.

2003

Vaughan, Daniel G. 2000. Oftalmologi Umum. Jakarta: Widya Medika

http://www.jasajurnal.com/201/12/trauma-kimia-kecelakaan-kerja-regulasi.html (Diakses

Pada Tanggal 30 Oktober 2014)

28