sidang keempat belas majlis bahasa indonesia...

25
1 SIDANG KEEMPAT BELAS MAJLIS BAHASA INDONESIA-MALAYSIA (MBIM) (Denpasar: Bali, Indonesia,10 - 15 Maret 1980)

Upload: lamdieu

Post on 06-Mar-2019

218 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

1

SIDANG KEEMPAT BELAS

MAJLIS BAHASA INDONESIA-MALAYSIA

(MBIM)

(Denpasar: Bali, Indonesia,10 - 15 Maret 1980)

2

Pernyataan Bersama

Sebagai kelanjutan Sidang Ketiga Belas antara Panitia Kerja Sama Kebahasaan Indonesia-

Malaysia dan Jawatankuasa Tetap Bahasa Melayu yang diadakan di Seri Negeri, Ibu Pejabat

Kerajaan Negeri Melaka, Malaysia, dari tanggal 3 sampai tanggal 7 September 1979, Majelis

Bahasa Indonesia-Malaysia dalam sidang-sidangnya yang diadakan di Denpasar, Bali,

Indonesia, dari tanggal 10 sampai 15 Maret 1980, setelah meneliti dan mengesahkan keputusan

Sidang Ketiga Belas Majelis Bahasa Indonesia-Malaysia serta perubahan-perubahannya dan

membahas kertas-kertas kerja dari kedua pihak, mengambil keputusan mengenai tata kerja dan

peristilahan bidang-bidang: (1) Teknik Mesin/Kejuruteraan Mekanik, (2) Minerologi, (3)

Antropologi, (4) Sosiologi, dan (5) Statistika/Statistik, serta hal-hal lain yang perinciannya

seperti terlampir.

Panitia Kerja Sama Jawatankuasa Tetap

Kebahasaan Indonesia-Malaysia, Bahasa Malaysia,

PROF. DR. AMRAN HALIM DATUK HAJI HASSAN BIN AHMAD

Ketua Pengerusi

Denpasar, Bali Indonesia

14 Mac 1980

3

KEPUTUSAN UMUM

Majelis Bahasa Indonesia-Malaysia dalam sidangnya yang keempat belas pada tanggal 10---15

Maret 1980 bersetujui mengenai hal-hal sebagai berikut:

1. Pengesahan Hasil Sidang XIII MBIM

(1) Sidang XIV Majelis Bahasa Indonesia-Malaysia mengesahkan hasil Sidang XIII

yang diadakan di Melaka, Malaysia, pada tanggal 3--8 September 1979 dengan

tambahan dan perubahan-perubahannya.

(2) Sidang XIV mengesahkan Hasil Sidang XIII MBIM dengan menyetujui

perubahan Keputusan Umum sebagai berikut.

Pasal VII. 4: Contoh diubah menjadi

1) dehumidification - penyahlembapan/pengawalengasan;

dehumidifikasi

2) decalcification - penyahkapuran/pengawakapuran;

dekalsifikasi

Pasal IX.3 Tambahkan “dan bahasa Indonesia” sesudah

“… -lisis bahasa Malaysia”.

Pasal X.1.ii nomor 2 seharusnya dibaca “Mineralogi”;

nomor 4 seharusnya dibaca “Statistik/Statistika”

Pasal X.2.ii nomor 3 seharusnya dibaca “Statistik/Statistika”

Majelis bersetuju memberi kesempatan kepada Kelompok Mineralogi menyelesaikan

pembahasan istilah Mineralogi dalam Sidang XIV MBIM dan mengikutsertakan bidang

Petrologi dalam Sidang XV dan Sidang XVI MBIM.

Dengan demikian, di dalam dokumen yang berhubungan dengan Sidang XIV MBIM

“Petrologi” hendaklah dibaca “Mineralogi”.

2. Penulisan Gabungan Kata

Sesuai dengan keputusan Sidang XIII MBIM Pasal VII.1.3, pihak Indonesia telah

mengemukakan daftar gabungan kata yang dipakai Indonesia (C-15/PKIM-14/Daftar

Gabungan Kata).

Setelah mempelajari daftar tersebut dalam hubungannya dengan daftar kata Malaysia

(Kertas H Tiga JKTBM dalam Sidang XIII MBIM) serta kertas kerja pihak

Indonesia (I-21/PKIM-14/Kata Majmuk) dan kertas kerja pihak Malaysia

4

(Kertas H JKTBM Sidang XIV MBIM Kata Majmuk), Majlis bersetuju mengambil

keputusan sebagai berikut.

Majlis menegaskan kembali penulisan gabungan kata sesuai dengan Pedoman

Umum Ejaan sebagai berikut.

(1) Gabungan kata yang unsur-unsurnya terdiri daripada dua kata dasar atau lebih

dituliskan terpisah.

Contoh: meja tulis sepatu roda

lampu baca hari kerja

kapal terbang ahli fikir

(2) Gabungan kata yang unsur pertamanya bukan kata dasar dituliskan

serangkai.

Contoh: prasejarah subsistem

wawancara sosiolinguistik

inframerah pribumi

(3) Pengulangan Gabungan Kata

(i) Pengulangan gabungan kata yang unsur pertamanya berupa nominal/ kata

benda dilakukan dengan mengulang unsur pertamanya saja.

Contoh: kapal-kapal terbang lampu-lampu baca

ahli-ahli pikir hari-hari kerja

meja-meja tulis sepatu-sepatu roda

(ii) Gabungan kata yang tidak mengikuti kaedah sintaksis bahasa

Indonesia/bahasa Melayu diulangi seluruhnya.

Contoh: bumiputra-bumiputra

(iii) Pengulangan gabungan kata yang unsur pertamanya bukan nomina/ kata

benda dilakukan dengan mengulangi bentuk itu.

Contoh: sukarelawan-sukarelawan (I/M)

tunawisma-tunawisma (I)

setiausaha-setiausaha (M)

(4) Kata Majmuk

Konsep mengenai kata majmuk masih perlu dipelajari lebih lanjut.

3. Penyempurnaan Pedoman Umum Ejaan dan Pedoman Umum Pembentukan Istilah

5

Sesuai dengan keputusan Sidang XIII MBIM, Pasal V.2.1 pihak Indonesia telah

menyampaikan hasil tinjauan mengenai Pedoman Umum Ejaan dan Pedoman Umum

Pembentukan Istilah (D-16/PKIM-14/Pedoman Umum Ejaan dan J-21/PKIM-

14/PUPI).

Majelis bersetuju bahwa pihak Malaysia akan mempelajari hasil tinjauan mengenai

kedua pedoman tersebut dan mengemukakan pandangannya dalam Sidang XV MBIM.

4. Pengejaan Nama Mineral

Sesuai dengan keputusaan Sidang XIII, MBIM, Pasal VII, 3 setelah membicarakan

kembali pengejaan nama Mineral, Majelis mengambil keputusan sebagai berikut:

(1) Sesuai dengan keputusan Sidang XIV MBIM, Pasal 9 nomor (3) nama mineral

yang berasal dari nama orang ditulis menurut ejaan Latinnya dengan

menggunakan huruf kecil.

Contoh: ackermannite menjadi ackermannit

hausmannite menjadi hausmannit

(2) Nama mineral dan batuan yang berasal dari nama tempat disesuaikan ejaannya

dengan ejaan Indonesia/bahasa Malaysia.

Contoh: icelandite eslandit/aislandit

bauxito bauksit

5. Rencana Kerja MBIM

Setelah mempelajari dan mempertimbangkan rencana bidang peristilahan MBIM yang

dikemukakan oleh pihak Indonesia, Majelis bersetuju menetapkan bidang peristilahan

untuk sidang-sidang MBIM sebagai beriktu:

(a) Sidang XV (1980) :

(1) Antropologi

(2) Sosiologi

(3) Statistika/Statistik

(4) Hukum Internasional (Publik)/Undang-Undang Antarabangsa (Awam)

(5) Petrolgoi

Persiapan: (6) Hidrologi

(7) Ilmu Kependudukan

(8) Meteorologi

(b) Sidang XVI (1981) :

6

(1) Hukum Internasional (Publik)/Undang-Undang Antarabangsa (Awam)

(2) Petrologi

(3) Hidrologi

(4) Ilmu Kependudukan

(5) Meterologi

Persiapan: (6) Administrasi Niaga/Pentadbiran Perniagaan

(7) Kesehatan Masyarakat/Kesihatan Masyarakat

(c) Sidang XVIII (1981) :

(1) Hidrologi

(2) Ilmu Kependudukan

(3) Meteorologi

(4) Administrasi Niaga/Pentadbiran Perniagaan

(5) Kesehatan Masyarakat/Kesihatan Masyarakat

Persiapan: (6) Oseanologi

(7) Teknologi Makanan

(8) Zoologi

(d) Sidang XVIII (1982):

(1) Administrasi Niaga/Pentadbiran Perniagaan

(2) Kesehatan Masyarakat/Kesihatan Masyarakat

(3) Oseanologi

(4) Teknologi Makanan

(5) Zoologi

Persiapan: (6) Perkebunan/Pengurusan Ladang

(7) Teknik Listrik/Kejuruteraan Elektrik

(e) Sidang XIX (1982) :

(1) Oseanologi

(2) Teknologi Makanan

(3) Zoologi

(4) Perkebunan/Pengurusan Ladang

(5) Teknik Listrik/Kejuruteraan Elektrik

Persiapan: (6) Perikanan

(7) Peternakan/Perternakan

(8) Tata Negara

(f) Sidang XX (1983) :

(1) Perkebunan/Pengurusan Ladang

(2) Teknik Listrik/Kejuruteraan Elektrik

(3) Perikanan

(4) Peternakan/Perternakan

7

(5) Tata Negara

Persiapan: (6) Hukum Internasional (Privat)/

Undang-Undang Antara Bangsa (Pribadi)

(7) Pelayaran

6. Sistem Kerja MBIM

(1) Majelis bersetuju bahwa bahan untuk bidang-bidang baru sebagai bahan persiapan

untuk sidang MBIM berikutnya dipertukarkan dalam sidang yang sedang

berlangsung.

(2) Majelis bersetuju bahwa kedua pihak saling menukar peristilahan bidang-bidang

yang sudah mengikuti sidang Majelis dua kali.

(3) Majelis menegaskan perlunya kedua pihak mengadakan penyelarasan hasil kerja

istilah antarbidang. Hasil penyelarasan itu akan dipertukarkan.

7. Akronim dan Singkatan

Majelis telah membahas kertas kerja “Akronim dan Singkatan” (Kertas I JKTBM

Sidang ke-14 MBIM) yang disiapkan oleh Malaysia dan mengambil keputusan sebagai

berikut.

(1) Bentuk lengkap singkatan nama khas antarabangsa hendaklah diterjemahkan ke

bahasa Indonesia/bahasa Malaysia dan singkatannya didasarkan atas padannya

dalam bahasa Indonesia/bahasa Malaysia.

Contoh:

UNO (United Nations Organization) - PBB (Perserikatan Bangsa-Bangsa) (I);

(Pertubuhan Bangsa-Bangsa Bersatu) (M)

(2) Apabila dalam bahasa Indonesia/bahasa Malaysia tidak dapat padanan yang sama

bagi nama khas antarabangsa tersebut, singkatannya didasarkan atas padanan

bahasa masing-masing.

Contoh:

TAT (Thematic Apperception Test) - TAT (Tes Apersepsi Tematik) (I)

UAT (Ujian Apersepsi Tematik) (M)

(3) Singkatan dan akronim nama khas yang umum dipakai di kalangan antarabangsa

dapat dikekalkan.

Contoh: Unesco

Asean

8

WHO

(4) Singkatan, termasuk singkatan nama khas, dilafazkan menurut nama huruf abjad

bahasa Indonesia/bahasa Melayu.

Contoh: WHO we-ha-o (I)

dabliu-ec-o (M)

FAO ef-a-o (I)

ef-e-o (M)

BCG be-ce-ge (I)

bi-si-ji (M)

(5) Bahagian II kertas kerja tersebut yang berisi pedoman singkatan untuk

perpustakaan akan dikemukakan kepada para pakar perpustakaan di Indonesia

untuk ditanggapi.

8. Pemantapan Pembentukan Istilah

Sesuai dengan keputusan Sidang XIII MBIM, pihak Indonesia mengajukan kertas kerja

mengenai pemantapan pedoman pembetukan istilah, khususnya istilah Kimia,

yaiitu:

1. E-17/PKIM-14/Pedoman Khusus Istilah Kimia;

2. F-18/PKIM-14/Tata Nama Kimia Anorganik;

3. G-19/PKIM-14/Tata Nama Kimia Organik.

Di samping itu, pihak Indonesia mengemukakan naskah “Dua Pedoman Pelengkap

Pembentukan Istilah” (No. H-20/PKIN-14/Dua Pedoman Pelengkap).

Majelis bersetujui bahwa keempat bahan tersebut akan diteliti oleh pihak Malaysia dan

hasil pertimbangannya akan dikemukakan dalam Sidang XV MBIM.

Majelis bersetujui bahwa keempat bahan tersebut akan diteliti oleh pihak Malaysia dan

hasil pertimbangannya akan dikemukan dalam Sidang XV MBIM.

9. Pembentukan Istilah Warna

Dalam rangka pembakuan istilah warna, sesuai dengan keputusan Sidang XIII MBIM,

Majelis bersetuju bahwa kertas kerja yang dikemukakan pihak Indonesia mengenai hal

ini (B-14/PKIM-14/Istilah Warna) akan diteliti oleh pihak Malaysia. Hasilnya akan

disampaikan dalam Sidang XV MBIM.

10. Tempat dan Waktu Sidang XV MBIM

Sidang XV MBIM akan diadakan di Malaysia pada tanggal 8--13 September 1980.

Pihak Malaysia akan menentukan tempatnya kemudian.

9

11. Keputusan dalam Hubungan dengan Sidang Kelompok

Setelah mendengarkan laporan mengenai hasil sidang kelompok dalam Sidang XIV

MBIM, Majelis mengambil keputusan sebagai berikut.

(a) Majelis menerima dan mengesahkan hasil sidang Kelompok Antropologi.

(b) Majelis menerima dan mengesahkan hasil sidang Kelompok Statistika/Statistik

dengan catatan bahwa hubungan langsung antara para anggota Kelompok yang

diadakan di luar sidang MBIM hendaklah dilangsungkan dengan mengirimkan

tembusan surat-menyurat yang bersangkutan kepada Panitia Kerja/Kebahasaan

Indonesia-Malaysia pada pihak Indonesia dan kepada Jawatankuasa Tetap Bahasa

Malaysia pada pihak Malaysia. Dengan demikian, Panitia Kerja Sama

Kebahasaan Indonesia-Malaysia dan Jawatankuasa Tetap Bahasa Malaysia dapat

mengikuti perkembangan kerja Kelompok.

(c) Majelis menerima dan mengesahkan hasil kerja Kelompok Mineralogi dengan

catatan sebagai berikut.

(1) Nama mineral dan nama batuan yang berasal dari nama orang atau nama

tempat dieja sesuai dengan Keputusan Umum Sidang XIV MBIM No. 4, (1)

dan (2).

(2) Penulisan gabungan kata dilakukan sesuai dengan Keputusan Umum Sidang

XIV MBIM No. 2, (1), (2), dan (3).

(d) Majelis menerima dan mengesahkan hasil sidang Kelompok Teknik Mesin/

Kejuruteraan Mekanik dengan catatan bahwa penentuan kategori istilah menjadi

A, B, C, atau D diatur sebagai berikut.

(1) Istilah-istilah seperti karakteristik; ciri (I)/ciri (M) dan pelindung; kanopi

(I)/pelindung; pepayung (M) digolongkan ke dalam kategori A dengan

catatan bahwa istilah yang sama dalam bahasa Indonesia/bahasa Malaysia

hendaklah diutamakan.

(2) Istilah-istilah seperti pipa (I)/paip (M) dan diafragma (I)/diafram (M)

digolongkan ke dalam kategori B.

(e) Majelis menerima dan mengesahkan hasil sidang kelompok Sosiologi dengan

catatan sebagai berikut.

(1) Apabila terdapat lebih dari satu padanan istilah dalam bahasa

Indonesia/bahasa Malaysia untuk satu konsep yang sama, padanan yang

paling tepat bagi konsep yang tersangkutan didahulukan dalam

urutannya.

10

(2) Majelis mengakui kenyataan bahwa penyeragaman ejaan yang hanya sedikit

saja berbeda seperti dalam pengejaan pembaharuan (I)/ pembaruan

(M) dan anonimitas (I)/ anonimiti (M) belum dapat dicapai. Istilah-istilah

seperti ini digolongkan ke dalam kategori B (istilah yang disetujui bersama

tetapi berbeda bentuknya).

(3) Majelis juga mengakui kenyataan bahwa penyeragaman penggunaan

imbuhan seperti pada keanehlakuan (I)/anehlakuan (M) dan kerangka

rujukan (I)/rangka rujukan (M) belum dapat dicapai. Istilah-stilah seperti ini

digolongkan ke dalam kategori B (istilah yang disetujui bersama tetapi

berbeda bentuknya).

(4) Padanan istilah-istilah seperti sociolinguistics dan subsystem dalam bahasa

Indonesia/bahasa Malaysia adalah sosiolinguistik dan subsistem (bukan

linguistik sosial dan sistimsub) karena bentuk-bentuk seperti itu diserap

sebagai bentuk utuh ke dalam bahasa Indonesia/bahasa Malaysia.

LAPORAN SIDANG KELOMPOK ANTROPOLOGI

I. Sidang

Sidang kelompok 1 : Senin, 10 Maret 1980

Pukul 14.00—16.30

Sidang kelompok 2 : Selasa, 11 Maret 1980

Pukul 8.30—12.30

Sidang kelompok 3 : Selasa, 11 Maret 1980

Pukul 14.00—16.30

Sidang kelompok 4 : Rabu, 12 Maret 1980

Pukul 8.30—12.30

Sidang kelompok 5 : Rabu, 12 Maret 1980

Pukul 14.00—16.30

Sidang kelompok 6 : Jumat, 14 Maret 1980

Pukul 8.30—11.00

II. Anggota Sidang

1. Dra. Anrini Sofion (Indonesia, Ketua)

2. Drs. M.J. Melalatoa (Indonesia)

3. Dr. M. Fauzi H. Jaacob (Malaysia)

11

4. Prof. Madya Hairi bin Abdullah (Malaysia)

5. Drs. Abdul Murad (Indonesia, Pendamping/Sekretaris)

III. Dokumen

1. Istilah Antropologi No. 1-PKIM-14-Antropologi.

2. Kertas E JKTBM Sidang ke-14 Peristilahan Antropologi.

IV. Bahan Rujukan

1. Ramali, Ahmadi dan K.St. Pamoentjak. 1960. Kamus Kedokteran. Jakarta: Gita

Karya

2. Bodher, Lawrits. 1965. International Dictionary of European Ethnology and

Folkelore, Volume II. Copenhagen: Rosenkilde and Bagger.

3. Brunvand, Jan Harold. 1968. The Study of American Folklore, An Introduction.

New York: W.W. Norton and Company, Inc.

4. Clipton, James A. 1968. Introduction to Cultural Antropology, Essay int the Scope

and Methods of the Science of Man. Boston: Houghton Mifflin Company.

5. Dalton, George. 1974. Tribal and Peasants Economics.

6. Dundes, Alan, 1965. The Story of Folklore. Englewood Cliffs, New York:

Prentice Hall Inc.

7. Echols, John M and Hassan Shadily. 1966. Kamus Inggris-Indonesia. Jakarta: PT

Gramedia.

8. English, Horace B and A. Champney English. 1959.

A Comprehensive Dictionary of Psychological and Psychoanalytical Term: a

guide to usage. New York, London, Toronto, Longmans: Green and Co.

9. Fairchaild, Henry Pratt and 120 authorities. 1959. Dictionary of Sociology and

Related Sociology and Related Science. Littlefield: Adam and Co.

10. Firth, Raymond, 1938. Economic Antropology.

11. Gould, Julius and W.L. Kolb (ed). 1964. A Dictionary of the Social Science.

Complied under the Auspices of the United Nation Education, Scientific and

Cultural Organization. New York: The Free Press.

12. Heibert, Paul G. 1976. Cultural Anthropology. Philadelphia: J.B. Sippincott

Company.

13. Hoebel, E.A. Frost Everett. 1976. Cultural and Social Anthropology. New York:

Mc Graw Book Company.

14. Iskandar. 1970. Kamus Dewan. Kuala Lumpur: Dewan Dewan Bahasa dan Pustaka.

15. Koentjaraningrat. 1967. Pokok-pokok Antropologi Sosial. Jakarta: Penerbit Dian

Rakyat.

16. Koentjaraningrat. 1974. Pengantar Antropologi. Cetakan V. Jakarta: Aksara Baru.

17. Kroebel, A.L. 1948. Anthropology. Race-Language-Psychology-Prehistory. New

York: Harcour, Brace and Company.

18. Linton, R. 1957. Tree of Culture. New York: Alfred A Knopf.

19. Poerwadarminta, W.J.S. 1976. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: PN Balai

Pusataka.

12

20. Reading, Hugo. 1977. A Dictionary of the Social Science. London: Routledge and

Kegan Paul.

21. Sill, David L. (ed). 1972. International Encyclopedia of the Social Sciences.

Volume 1--7. New York: The Macmillan Company and The Free Press, London,

Collier-Macmillan Publishers.

22. Spradley and David W. Mc. Curdy. 1975. Anthropology, The Cultural Perspective.

New York: John Wiley and Son, Inc.

23. Theodorson, George A and A.G. Theodorson. 1969.

Modern Dictionary of Sociogy. The Consepts and Terminology of Sociology and

Related Disciplines. New York: Thomas Y Crowell Company.

24. Webster’s Georgraphical Dictionary. Springfield, Mass, U.S.A.: G. and G. Merriam

Co. Publishers.

25. Winnick, Charles. 1958. Dictionary of Anthropology. Littlefield: Adam and Co.

26. Zardrozny, J.T. 1959. Dictionary of Social Science.

V. Cara Kerja

Kelompok Antropologi setuju untuk membicarakan dokumen Kertas E JKTBM Sidang

ke-14 MBIM Peristilahan Antropologi terlebih dahulu, kemudian membahas dokumen

Istilah Antropologi No. 1-PKIM-14-Antropologi.

VI. Masalah

-

VII. Hasil Kerja

Kategori A : Istilah yang disetujui bersama 462

Ketegori B : Istilah yang disetujui bersama ----

tetapi berbeda bentuk (ejaan dan morfologi)

Kategori C : Istilah yang disetujui berbeda 176

Kategori D : Istilah yang disetujui untuk ditangguhkan 369

Kategori D : Istilah yang disetujui untuk digugurkan ----

----------------

Jumlah 1007

VIII. Rencana Kerja Selanjutnya

Masing-masing pihak akan meneliti lebih lanjut persetujuan pokok mengenai

klasifikasi yang telah dikemukakan oleh pihak Indonesia.

13

VIII. Usul-usul

Daftar istilah hasil sidang XIV MBIM dan daftar yang belum sempat dibicarakan

hendaknya disampaikan kepada anggota kelompok Antropologi kedua belah pihak jauh

sebelum sidang XV MBIM.

Denpasar, 14 Maret 1980

LAPORAN HASIL SIDANG KELOMPOK STATISTIKA/STATISTIK

I. Sidang

Sidang 1 : Senin, 10 Maret 1980

Pukul 14.00--16.30

Sidang 2 : Selasa, 11 Maret 1980

Pukul 8.30--12.30

Sidang 3 : Selasa, 11 Maret 1980

Pukul 14.00--16.30

Sidang 4 : Rabu, 12 Maret 1980

Pukul 8.30--12.30

Sidang 5 : Jumat, 12 Maret 1980

Pukul 8.30--11.30

II. Anggota Sidang

1. Prof. Dr. Ir. Andi Hakim Nasoetion (Indonesia, Ketua)

2. Dr. Barizi, M.ES. (Indonesia)

3. Dr. Mohd. Nawi bin Abd. Rahma (Malaysia)

4. Maman Sunantri (Indonesia, Pendamping/Penulis)

III. Dokumen

1. Daftar Istilah Statistika (No. 4/PKIN-14/Statistika)

2. Daftar Peristilahan Statistik (Kertas G/JKTM Sidang Ke-14 MBIM)

3. Keputusan Sidang XIII Majelis Bahasa Indonesia-Malaysia di Melaka (Malaysia),

September 1979.

IV. Bahan Rujukan

1. Andi Hakim Nasoetion dan Barizi. 1977. Kamus Istilah Statistika. Jakarta: Pusat

Pembinaan dan Pengembangan Bahasa.

14

2. Dewan Bahasa dan Pustaka. 1978. Pedoman Umum Pembentukan Istilah. Kuala

Lumpur.

3. Iskandar, Teuku. 1970. Kamus Dewan. Kuala Lumpur: Dewan Bahasa dan Pustaka.

4. Kendall, Maurice G. Willian R. Buckland. 1972. A Dictionary of Statistical Terms.

London: Oliver & Boyd Edinburgk.

5. Purwadarmina, W.J.S. 1976. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: PN Balai

Pustaka.

6. Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. 1978. Pedoman Umum Pembentukan

Istilah. Jakarta.

V. Cara Kerja

1. Sidang Kelompok sepakat membahas serentak dua dokumen bahan Sidang XIV

MBIM dengan dokumen Indonesia digunakan sebagai bahan pokok pembicaraan,

sedang dokumen Malaysia akan dijadikan bahan pokok pembicaraan untuk Sidang

MBIM berikutnya (Sidang XV). Kedua dokumen tersebut yang disusun menurut

urutan huruf A--Z, adalah masing-masing:

a. Istilah Statistika (Inggris-Indonesia), yang berisi 2389 istilah; dan

b. Peristilahan Statistika (Inggeris-Malaysia), yang berisi 801 istilah.

2. Kelompok juga sepakat menggunakan bentuk penyajian istilah yang ditetap

Majelis, yaitu:

A. Istilah yang disetujui bersama

B. Istilah yang disetujui bersama tetapi berbeda bentuknya

(ejaan dan morfologi)

C. Istilah yang disetujui berbeda.

D. Istilah yang disetujui untuk ditangguhkan

E. Istilah yang disetujui untuk digugurkan karena bukan istilah dasar.

VI. Masalah

1. Banyak istilah statistika/statistik yang sudah dipakai berbeda sehingga sulit di buat

sama.

2. Banyak istilah statistika/statistik yang berkaitan dengan bidang lain. Kadang-

kadang konsep statistika/statistik ditafsirkan berlainan oleh bidang lain, misalnya:

average, mean.

3. Istilah-istilah statistika/statistik yang belum banyak beredar baik di Indonesia

maupun di Malaysia, dibuat secara optimal menjadi istilah yang disetujui bersama.

4. Bagaimana kita dapat menyakinkan para pemakai untuk menggunakan istilah-

istilah yang telah disusun?

15

5. Istilah-istilah sinonim yang ada dalam bahasa Inggris seharusnya diberi satu istilah

padanan dalam bahasa Indonesia/Malaysia. Misalnya: change over design,

crossover design.

VII. Hasil Kerja

Kategori A : Istilah yang disetujui bersama 172

Ketegori B : Istilah yang disetujui bersama

tetapi berbeda bentuk (ejaan dan morfologi) -

Kategori C : Istilah yang disetujui berbeda 202

Kategori D : Istilah yang disetujui untuk ditangguhkan 12

Kategori D : Istilah yang disetujui untuk digugurkan 246

----------------

Banyak istilah yang dibahas sampai dengan tanggal 14 Maret 1980 632

VIII. Rencana Kerja Selanjutnya

Rencana kerja Kelompok Statistika/Statistik diselaraskan kepada rencana kerja

Keputusan Sidang XIV MBIM.

IX. Usul-usul

1. Arus pertukaran bahan pustaka mengenai statistika/statistik dalam bahasa Indonesia

dan bahasa Malaysia diatur secara timbal balik, supaya usaha penyelarasan istilah

statistika/statistik antara kedua negara yang bersangkutan dapat ditingkatkan.

2. Kelompok Statistika/Statistik di Indonesia dan Malaysia supaya dapat mengadakan

hubungan langsung dalam rangka usaha penyelarasan istilah yang bersangkutan.

Denpasar, 14 Maret 1980

LAPORAN HASIL SIDANG KELOMPOK MINERALOGI

I. Sidang

Sidang 1 : Senin, 10 Maret 1980

Pukul 14.00--16.30

Sidang 2 : Selasa, 11 Maret 1980

Pukul 8.30--12.30

Sidang 3 : Selasa, 11 Maret 1980

Pukul 14.00--16.30

Sidang 4 : Rabu, 12 Maret 1980

16

Pukul 8.30--12.30

Sidang 5 : Jumat, 14 Maret 1980

Pukul 8.30--11.30

II. Anggota Sidang

1. Ir. Thio Kian Hie (Indonesia, Ketua)

2. Drs. M.M. Purbo-Hadiwidjoyo (Indonesia)

3. Dr. H. Hussin (Malaysia)

4. Encik Mohd. Suhudi Muda (Malaysia)

5. Datuk Prof. Dr. Haji Mohd. Ghazali

bin Haji Abdul Rahman (Malaysia)

6. Tuan Haji Amat Juhari Moain (Malaysia)

7. Drs. Sri Timur Suratman (Indonesia, Pendamping/

Sekretaris)

III. Dokumen

1. Kertas D JKTBM Sidang ke-14 MBIM Peristilahan Petrologi

2. Kertas B JKTBM Sidang ke-14 MBIM Perkara Berbangkit dari Sidang ke-13

MBIM

3. Sidang XIV Majelis Bahasa Indonesia-Malaysia, Istilah Petrologi

IV. Bahan Rujukan

1. Turner, F.J. 1968. Metamorphic Petrology. Mineral and Field Aspects. McGraw-

Hill Book Company.

2. Williams, H. et.al. 1958. Petrology: An Introduction to the Study of Rocks in Thin

Section. W.H. Freeman & Company.

3. Pettijohn, F.J. 1957. Sedimentry Rocks. New York: Harper & Brothers.

4. Harker, A. 1974. Metamorphism: A Study of the Transformations of Rock Masses.

London: Chapman and Hall.

5. Carozzi, A.V. 1960. Microscopic Sedimentary Petrography. John Wiley & Sons

Inc.

6. Turner, F.J. et al. 1960, Igneous and Metamorphic PetrologyIgneous and

Metamorphic Petrology. McGraw-Hill Book Company Inc.

7. Ringwood, A.E. 1975. Composition and Petrology of the Earth’s Mantle. McGraw-

Hill Book Company Inc.

8. Greensmith, J.T. 1971. Petrology of the Sedimentary Rocks. Thomas Murphy &

Company.

9. Hurbult, Cornelius Ss. 11971. Dana’s Manual of Mineralogy. John Willey & Sons

Inc.

10. Deer. 1969. An Introduction to the Rock Forming Minerals. Howie & Zussman,

Longman, Green & Co.

11. Grim. 1953. Clay Mineralogy.

17

12. Kerr, Paul F. Optical Mineralogy.

13. American Geological Institute. 1962. Dictionary of Geological Terms. New York:

Dolphine Books Doubleday & Company.

14. Hutchinson, Charles S. 1973. Laboratory Handbook of Petrographic Techniques. A

Wilet Interscience Publication.

15. Royal Geological & Mining Society of the Netherlands. 1959.

Geological Nomenclature, English-Dutch-French-German. Gorinchem:

16. Gary, Margaret et al. Glosary of Geology. Washington, D.C.:

American Geopraphical Institute.

17. Purbo-Hadiwidjoyo, M.M. 1975. Peristilahan Geologi dan Ilmu yang Berhubungan.

Bandung: Penerbit Universitas ITB.

18. Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. 1975. Pedoman Umum Pembentuka

Istilah.

19. Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. 1975. Pedoman Umum Ejaan Yang

Disempurnakan.

20. W.J.S. Poerwadarminta. 1976. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai

Pustaka.

21. Teuku Iskandar. 1970. Kamus Dewan. Kuala Lumpur: Dewan Bahasa dan Pustaka.

22. Freund, Hugo. 1966. Applied Ore Microscopy Theory and Technique. New York:

The Macmillan Company.

23. Clason, W.E. 1978. Elsevier’s Dictionary of Metalurgy and Metal Working.

Amsterdam: Elsevier Scientific Publishing Company.

24. Chamber’s W. and R. 1966. Chamber’s Mineralogical Dictionary. London.

25. Tjia, H.D. 1975. Istilah Geologi. Jabatan Geologi Universiti Kebangsaan Malaysia.

26. Dewan Bahasa dan Pustaka. 1976. Buku Istilah Geografi Inggeris-Malaysia-

Inggeris).

27. Chamber’s Dictionary of Science and Technology. T. and A. Constable Ltd.

28. Istilah Geologi. 1972. Fakulti Sains Universiti Malaya.

29. Little, William, 1964. The Shorter Oxford Englissh Dictionary on Historical

Principles. Oxford University Press.

30. Dewan Bahasa dan Pustaka. 1975. Kamus Dwibahasa Bahasa Inggeris-Bahasa

Malaysia.

V. Cara Kerja

1. Sidang Kelompok bersepakat untuk membahas bahan seperti tersebut dalam pasal

III (Dokumen) berdasarkan urutannya.

Dari Kerta D JKTBM Sidang ke-14 MBIM Peristilahan Petrologi dibahas:

(a) Bahagian II. Istilah Kemineralan

A. Istilah Kristalografi dan Mineralogi dan Istilah Krisalografi dan

Mineralogi (usulan pertama) istilah yang sama.

(hlm. 11--9)

18

(b) B. Istilah Kristalografi dan Mineralogi dan istilah Kristalografi dan

Mineralogi (usulan pertama) yang perlu dibincangkan

(hlm. 10--33)

(c) Skala Jangka Masa Geologi berupa Tabel.

(d) B. Istilah Petrologi terpenting. (hlm. 4--10)

Kumpulan I, II, III, IV, V, VI, VII, VIII, IX, X, XI, XII.

Dari Kertas B JKTBM Sidang ke-14 MBIM Perkara Berbangkit dari Sidang ke-13

MBIM dibahas: Lampiran A.

2. Latar belakang cara kerja

Kelompok Mineralogi bersepakat menyelesaikan pembahasan istilah mineralogi

Sidang XIII MBIM (Kertas D JKTBM Sidang ke-14 MBIM Peristilahan Petrologi).

Hal ini dilakukan mengingat kristalografi dan mineralogi merupakan prasyarat bagi

petrologi.

VI.. Masalah

1. Pengejaan nama mineral dan nama batuan yang berasal dari nama tempat dan nama

orang. Dalam hal ini Kelompok berpendapat sebagai berikut.

a. Nama mineral dan batuan yang berasal dari nama tempat dieja sesuai dengan

pedoman Umum Ejaan Yang Disempurnakan.

Contoh: icelandite --- eslandit/asilandit

2. Penulisan gabungan kata seperti batupasir, batu pasir, atau batu-pasir. Dalam hal ini

Kelompok berpendapat bahwa penulisannya harus serangkai berdasarkan

pertimbangan semantik seperti berikut.

Contoh:

batu = benda yang keras

pasir = butiran yang lepas; bahan pembentuknya

Tidak menjadi soal, dapat berupa magnetit

(mineral berbesi), kuarsa (Si02) atau lainnya

batupasir = keras, tetapi tidak lepas; butiran pasir

mungkin sudah tidak dapat dikenali lagi;

bahan telah berubah menjadi ‘batuan’.

3. Penyelarasan istilah antarbidang seperti: resource, environment, apparent angle,

axial plane, aqua regia.

19

VII. Hasil Kerja

Kategori A : Istilah yang disetujui bersama 504 istilah

Ketegori B : Istilah yang disetujui bersama

tetapi berbeda bentuknya (ejaan dan morfologi) 6

Kategori C : Istilah yang disetujui berbeda 15

Kategori D : Istilah yang disetujui untuk ditangguhkan 479

Kategori D : Istilah yang disetujui untuk digugurkan -

---------------

Jumlah 1004

VIII. Rencana Kerja Selanjutnya

Istilah mineralogi yang berasal dari nama orang dan tempat akan disesuaikan ejaannya

menurut ketentuan Sidang XIV MBIM.

Denpasar, 14 Maret 1980

LAPORAN SIDANG KELOMPOK TEKNIK MESIN/KEJURUTERAAN MEKANIK

I. Sidang

Sidang 1 : Senin, 10 Maret 1980

Pukul 14.00--16.30

Sidang 2 : Selasa, 11 Maret 1980

Pukul 8.30--12.30

Sidang 3 : Selasa, 11 Maret 1980

Pukul 14.00--16.30

Sidang 4 : Rabu, 12 Maret 1980

Pukul 8.30--12.30

Sidang 5 : Jumat, 14 Maret 1980

Pukul 8.30--11.30

II. Anggota Sidang

1. Dr. Ir. Darmawan Harsokoesoemo (Indonesia, Ketua)

2. Drs. Warsowiwoho, BME (Indonesia)

3. Ir. Mohd. Zawawi Mahmood (Malaysia)

4. Drs. Adi Sunaryo (Indonesia, Pendamping/

20

III. Dokumen

1. Dokumen No. 5/PKIM-14/Teknik Mesin

2. Kertas C JKTBM Sidang ke-14 MBIM/Peristilahan Kejuruteraan Mekanik

IV. Bahan Rujukan

1. Aswir, B.S., dkk. 1958. Kamus Teknik Inggris-Belanda-Indonesia) . Jakarta:

Pradnya Paramita.

2. Carmichael, Colin. 1950. Kent’s Mechanical Engineers Handbook. Tokyo: Toppan

Company Ltd.

3. Collcot M.A., T.C. 1971. Chamber’s Dictionary of Science and Technology.

London: T and A Constable Ltd.

4. Dewan Bahasa dan Pustaka. 1970. Buku Istilah Kejuruteraan. Kuala Lumpur.

5. Dewan Bahasa dan Pustaka. 1978. Buku Istilah Senibina, Perancangan dan Kuantiti

(Inggris-Malaysia-Indonesia). Kuala Lumpur.

6. Dewan Bahasa dan Pustaka. 1978. Daftar Kata-kata Pinjaman Umum dalam Ejaan

Rumi Baru Bahasa Malaysia. Kuala Lumpur.

7. Dewan Bahasa dan Pustaka. 1978. Pedoman Umum Pembentukan Istilah Bahas

Malaysia. Kuala Lumpur.

8. Dewan Bahasa dan Pustaka. 1978. Pedoman Umum Ejaan Bahasa Malysia. Kuala

Lumpur.

9. Dewan Bahasa dan Pustaka. 1979. Kamus Dwibahasa Bahasa Inggris- Bahasa

Malaysia. Kuala Lumpur

10. Echols, John M. dan Hassan Sadily. 1975. An English-Indonesia Dictionary. Ithaca:

Cornell University Press.

11. Harsokoesoemo, Dr. Ir. Darmawan, Drs. Warsowiwoho, BME, Ir. Nastopo. 1979.

Daftar Istilah Teknik Mesin. Bandung: Lab. Elemen Mesin ITB.

12. Iskandar, Dr. Teuku. 1978. Kamus Dewan. Kuala Lumpur: Dewan Bahasa dan

Pustaka.

13. Poerwadarminta, W.J.S. 1976. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai

Pustaka.

14. Pusat Bahasa Universiti Malaya. 1978. Buku Istilah Kejuruteraan. Kuala Lumpur.

15. Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. 1975. Pedoman Umum Ejaan Bahasa

Indonesia yang Disempurnakan. Jakarta.

16. Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. 1975. Pedoman Umum Pembentukan

Istilah. Jakarta.

17. Salisbury, J. Kenneth. 1950. Kent’s Mechanical Engineers Handbook. Tokyo

Company, Ltd.

V. Cara Kerja

Kelompok Teknik Mesin/Kejuruteraan Mekanik menggunakan dua dokumen (lihat III).

Kertas C JKTBM dari Malaysia telah selesai dibahas. Pengkategorian hasilnya dapat

dilihat pada VII. Dokumen No. 5/PKIN-14/Teknik Mesin dari Indonesia yang memuat

lebih kurang enam ribu istilah tidak sempat dibahas. Dokumen ini diusulkan untuk

21

dijadikan salah satu bahan rujukan dalam penyusunan istilah teknik mesin oleh

Kelompok Kejuruteraan Mekanik di Malaysia. Kelompok Teknik Mesin di Indonesia

mengharapkan dapat menerima hasil penyusunan istilah kejuruteraan mekanik oleh

Kelompok Kejuruteraan mekanik di Malaysia.

VI. Masalah

1. Kelompok menghadapi masalah dalam menentukan kategori istilah seperti berikut

yang menjadi A, B, atau C.

Inggris Indonesia Malaysia Kategori

a. characteristics karakteristik ciri A atau C

b. pipe pipa paip B atau C

c. diaphragm diafragma diafram B atau C

d. canopy pelindung; kenopi pelindung; A atau C

pepayung

e. screw sekrup skru B atau C

f. pump pompa pam B atau C

2. Kelompok menghadapi masalah dalam memilih bentuk istilah yang berbeda antara

Indonesia dan Malaysia untuk konsep yang sama.

Inggris Indonesia Malaysia

a. control unit unit kendali unit kendalian

b. connecting rod batang hubung batang penghubung

c. mobile cran kran gerak; kren bergerak;

kran bergerak kren gerak

VII. Hasil Kerja

Kategori A : Istilah yang disetujui bersama 361

Ketegori B : Istilah yang disetujui bersama tetapi

berbeda bentuknya (ejaan dan morfologi) 96

Kategori C : Istilah yang disetujui berbeda 684

Kategori D : Istilah yang disetujui untuk ditangguhkan ---

Kategori D : Istilah yang disetujui untuk digugurkan 3

-----------------

Jumlah 1144

VIII. Rencana Kerja Selanjutnya

1. Penyusunan istilah teknik mesin/kejuruteraan mekanik di Indonesia dan di Malaysia

dilanjutkan berdasarkan pedoman pembentukan istilah yang sudah disetujui

bersama.

22

2. Dokumen pihak Indonesia No.5/PK/TEK yang disertakan pada Sidang XIII MBIM

ditarikh kembali dan diganti dengan Dokumen No. 5/PKIN-14/Teknik Mesin yang

disertakan pada Sidang XIV MBIM.

Denpasar, 14 Meret 1980

LAPORAN SIDANG KELOMPOK SOSIOLOGI

I. Sidang

Sidang 1 : Senin, 10 Maret 1980

Pukul 14.00--16.30

Sidang 2 : Selasa, 11 Maret 1980

Pukul 8.30--12.30

Sidang 3 : Selasa, 11 Maret 1980

Pukul 14.00--16.30

Sidang 4 : Rabu, 12 Maret 1980

Pukul 8.30--12.30

Sidang 5 : Rabu, 12 Maret 1980

Pukul 14.00--16.30

Sidang 6 : Jumat, 14 Maret 1980

Pukul 8.30--11.30

II. Anggota Sidang

1. Prof. Dr. Harsja W. Bachtiar (Indonesia, Ketua)

2. Dr. Harun Derauh (Malaysia)

3. Dra. Anidal Hasjir (Indonesia)

4. Dra. Hartini Supadi (Indonesia/Sekretaris)

III. Dokumen

1. Kertas F JKTBM Sidang ke-14 MBIM, Peristilahan Sosiologi

2. No. 3/PKIM-14/Sosiologi, Istilah Sosiologi

IV. Bahan Rujukan

1. Theodorson, G.A. dan A.G. Theodorson, 1970. Modern Dictionary of Sociology

2. Mitchell, G. Duncan, ed. 1973. A Dictionary of Sociology

23

3. Rademaker, L. ed., 1978. Sociologische Encyclopedie, 2 jilid

4. Dewan Bahasa dan Pustak, 1977. Istilah Sosiologi-Antropologi-Sosiologi

5. Iskandar, R, 1970. Kamus Dewan

6. Poerwadarminta, W.J.S., 1976. Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta

7. Reading, H.F., 1976. A Dictionary of The Social Sciences

8. Pedoman Umum Ejaan Yang Disempurnakan

9. Pedoman Umum Pembentukan Istilah

V. Cara Kerja

1. Kertas kerja No. 3/PKIN-14/Sosiologi, Istilah Sosiologi dibahas bersama dari

istilah yang berhuruf awal A-- dan I--L dan dari Kertas F JKTBM, Sidang XIV

MBIM, Peristilahan Sosiologi dibahas istilah yang berhuruf awal D--H

2. Kelompok menyatukan daftar dari kedua pihak (Indonesia/Malaysia)

VI. Masalah

1. Penyusunan Istilah Menurut Abjad

Kelompok berpendapat bahwa daftar istilah yang menurut abjad disusun kembali

menurut huruf awal kata yang mengandung konsep utama (entri pokok).

Contoh: direct leadership seharusnya leadership direct

idealistic culture seharusnya culture, idealistic

2. Urutan Penempatan Istilah Pilihan

Kelompok menghadapi masalah dalam penentuan urutan padanan istilah

Indonesia/Malaysia yang lebih dari satu.

Contoh:

juvenile budak-budak, juvenil; atau juvenil; budak-budahk (M)

3. Perbedaan Ejaan

Kelompok berpendapat bahwa penyeragaman istilah dapat Diperluas seandainya

diperoleh kata sepakat mengenai penyeragaman ejaan-ejaan yang hanya sedikit saja

berbeda.

Contoh: Indonesia Malaysia

pembaharuan pembaruan

sibernetika sibernetik

anonimitas anonimiti

kode kod

24

kasus kes

4. Awalan co-dan Kata Dasar Nama Mulai dengan Huruf o

Kelompok berpendapat bahan di dalam penyesuaian ejaan istilah, bentuk co-

menjadi ko-

Bentuk ko- dipertahankan (tanpa pengguguran huruf o) di depan bentuk yang

berhuruf awal o

Contoh: cooperation kooperasi

coordination koordinasi

5. Penggunaan Imbuhan yang Tidak Seragam

Kelompok menghadapi masalah perbedaan penggunaan imbuhan pada istilah yang

bentuk dasarnya sama, sehingga mengurangi keseragaman.

Contoh: keanehlakuan aneh lakuan

kedominan ekologi dominanan ekologi

ketergantungan emosi pergantungan emosi

6. Istilah yang Berkaitan dengan Nama Orang dan Nama Tempat

Kelompok berpendapat bahwa perlu adanya pola pembentukan istilah yang

berkaitan dengan nama orang atau nama tempat yang berlaku secara umum,

sehingga istilah yang sejenis tidak perlu didaftarkan satu per satu.

Contoh: Guttman Scale skala Guttman

Parsonian theory teori Parson

7. Gabungan Kata

Kelompok berpendapat bahwa pada sejumlah istilah, urutan unsur-unsurnya tidak

sesuai dengan kaidah tata bahasa Indonesia/Malaysia.

Contoh: sosioeconomic status status sosial ekonomi

(seharusnya: status ekonomi sosial)

sociolinguistics sosiolinguistik (seharusnya:

linguistik sosial)

subsystem subsistem (seharusnya sistemsub)

VII. Hasil Kerja

Kategori A : Istilah yang disetujui bersama 393

Ketegori B : Istilah yang disetujui bersama tetapi

25

berbeda bentuknya (ejaan dan morfologi) 28

Kategori C : Istilah yang disetujui berbeda 179

Kategori D : Istilah yang disetujui untuk ditangguhkan 164

Kategori D : Istilah yang disetujui untuk digugurkan 17

--------------

Jumlah 881

2. Jumlah istilah hasil gabungan daftar kedua belah fihak 989 istilah. Dari jumlah ini

dikeluarkan 56 istilah psikologi

25 istilah antropologi

4 istilah statistika

VIII. Rencana Kerja

Untuk Sidang ke-15 MBIM, kelompok Sosiologi berusaha membuat daftar yang

seragam meliputi:

a. mencantumkan istilah yang tersebut dalam daftar istilah Malaysia dan yang tidak

tersebut dalam daftar istilah Indonesia dan sebaliknya;

b. mengeluarkan istilah yang lebih merupakan istilah bidang-bidang pengetahuan ilmu

lain seperti bidang psikologi, antropologi dan statistika;

c. menambah jumlah istilah dasar sosiologi.

IX. Usul-usul

Daftar istilah Sosiologi yang sudah disepakati hendaklah disebarluaskan di antara para

pengajar sosiologi di perguruan tinggi dan orang-orang lain yang berkepentingan di

Indonesia/Malaysia.