skenario 1 ruang 11 modul tuli
DESCRIPTION
read moreTRANSCRIPT
SKENARIO 1
Kata Sulit : - Pria 34thn
- Vertigo 3 minggu
- Nyeri kepala 1 minggu
- Otore 2 hari yang lalu
- Mulut menceng
- Keluar cairan sejak 7thn hilang timbul
- Pendengaran telinga kanan menurun sejak 5thn lalu
Masalah Dasar : Pria 34thn datang dengan keluhan pusing berputar sejak 3
minggu yang lalu.
Pertanyaan :
1. Anatomi
2. Fisiologi
Beberapa organ yang berperan penting dalam proses pendengaran
adalah membran tektoria, sterosilia dan membran basilaris. Interaksi ketiga
struktur penting tersebut sangat berperan dalam proses mendengar. Pada
bagian apikal sel rambut sangat kaku dan terdapat penahan yang kuat antara
satu bundel dengan bundel lainnya, sehingga bila mendapat stimulus akustik
akan terjadi gerakan yang kaku bersamaan. Pada bagian puncak stereosillia
terdapat rantai pengikat yang menghubungkan stereosilia yang tinggi dengan
stereosilia yang lebih rendah, sehingga pada saat terjadi defleksi gabungan
stereosilia akan mendorong gabungan-gabungan yang lain, sehingga akan
menimbulkan regangan pada rantai yang menghubungkan stereosilia tersebut.
Keadaan tersebut akan mengakibatkan terbukanya kanal ion pada membran sel,
maka terjadilah depolarisasi. Gerakan yang berlawanan arah akan
mengakibatkan regangan pada rantai tersebut berkurang dan kanal ion akan
menutup. Terdapat perbedaan potensial antara intra sel, perilimfa dan
endolimfa yang menunjang terjadinya proses tersebut. Potensial listrik koklea
disebut koklea mikrofonik, berupa perubahan potensial listrik endolimfa yang
berfungsi sebagai pembangkit pembesaran gelombang energi akustik dan
sepenuhnya diproduksi oleh sel rambut luar (May, Budelis, & Niparko, 2004).
Pola pergeseran membran basilaris membentuk gelombang berjalan
dengan amplitudo maksimum yang berbeda sesuai dengan besar frekuensi
stimulus yang diterima. Gerak gelombang membran basilaris yang timbul oleh
bunyi berfrekuensi tinggi (10 kHz) mempunyai pergeseran maksimum pada
bagian basal koklea, sedangkan stimulus berfrekuensi rendah (125 kHz)
mempunyai pergeseran maksimum lebih kearah apeks. Gelombang yang timbul
oleh bunyi berfrekuensi sangat tinggi tidak dapat mencapai bagian apeks,
sedangkan bunyi berfrekuensi sangat rendah dapat melalui bagian basal maupun
bagian apeks membran basilaris. Sel rambut luar dapat meningkatkan atau
mempertajam puncak gelombang berjalan dengan meningkatkan gerakan
membran basilaris pada frekuensi tertentu. Keadaan ini disebut sebagai cochlear
amplifier.
Skema proses mendengar diawali dengan ditangkapnya energi bunyi oleh
telinga luar, lalu menggetarkan membran timpani dan diteruskan ketelinga
tengah melalui rangkaian tulang pendengaran yang akan mengamplifikasi
getaran tersebut melalui daya ungkit tulang pendengaran dan perkalian
perbandingan luas membran timpani dan tingkap lonjong. Energi getar yang
telah diamplifikasikan akan diteruskan ke telinga dalam dan di proyeksikan pada
membran basilaris, sehingga akan menimbulkan gerak relatif antara membran
basilaris dan membran tektoria. Proses ini merupakan rangsang mekanik yang
menyebabkan terjadinya defleksi stereosilia sel-sel rambut, sehingga kanal ion
terbuka dan terjadi pelepasan ion bermuatan listrik dari badan sel. Keadaan ini
menimbulkan proses depolarisasi sel rambut, sehingga melepaskan
neurotransmiter ke dalam sinapsis yang akan menimbulkan potensial aksi pada
saraf auditorius, lalu dilanjutkan ke nukleus auditorius sampai ke korteks
pendengaran.
3. Histologi
HISTOLOGI TELINGA
Telinga Luar:
Daun telinga:
-tulang rawan elastis
-jaringan kulit tipis, posterior lebih tebal dari anterior
-folikel rambut, glandula sudorifera
-lobus auricula: jaringan adiposa
Meatus Acusticus Externus:
-dinding luar: kartilago elastis
-dinding dalam: os temporal
-jaringan kulit tipis, folikel rambut, glandula sebasea, glandula serumen (modifikasi
glandula sudorifera , apokrin)
-sekret glandula serumen bercampur dengan sekret glandula sebasea disebut serumen
(earwax) yang sifatnya bakterisid, berwarna kecoklatan
Membran Timpani:
-luar; epidermis tipis tanpa rambut dan kelenjar
-dalam: epitel selapis gepeng/ kuboid, jaringan pengikat kolagen, jaringan pengikat
elastis, fibroblas
-Pars flaccid/ membran Sharpnell: kuadran anterosuperior, daerah segitiga kecil yang
lunak, tidak terdapat serat kolagen
-Pars tensa: bagian terbesar di luar pars flaccid
Telinga Tengah:
Kavum Timpani:
-os malleus, os incus, os stapes
-dilapisi mukosa yang terdiri dari epitel selapis gepeng/ kuboid, lamina propia tipis, dan
periosteum
Tuba Eustachii:
-2/3 bagian: kartilago elastis
-1/3 bagian: tulang
-epitel selapis silindris
-lamina propia tipis
-mukosa dekat nasofaring: kelenjar tubuloalveolar, sel goblet, limfosit
Telinga Dalam:
Koklea:
-scala vestibuli: dinding dilapisi jaringan pengikat tipis dengan epitel selapis gepeng
-scala media/ ductus cochlearis dengan membrana vestibularis Reissner
-scala tympani: dinding dilapisi jaringan pengikat tipis dengan epitel selapis gepeng
4. Patomekanisme
Terjadinya otitis media supuratif kronik hampir selalu dimulai dengan otitis
media berulang pada anak jarang dimulai setelah dewasa.
Focus infeksi biasanya berasal dari nasofaring mencapai telingatengah melalui
tuba eusthacius. Kadang-
kadang infeksi berasal dari telinga luar masuk ke telinga tengah melalui perforasi
membrane timpani . maka terjadilah proses inflamasi. Bila terbentuk pus akan
terperangkap didalam kantong mukosa di telinga tengah. Dengan pengobatan yang
cepat adekuat dan dengan perbaikan fungsi ventilasi telinga tengah, biasanya proses
patologis akan berhenti dan kelainan mukosa akan kembali normal. Walaupun kadang-
kadang terbentuk jaringan granulasi, polip, ataupun terbentuk kantong abses didalam
lipatan mukosa yang masing-masing harus dibuang. Mukosa teling tengah mempunyai
kemampuan besar untuk kembali normal. Bila terjadi perforasi membrane timpani yang
permanen, mukosa telinga tengah akan terpapar kedunia luar sehingga memungkinkan
terjadinya infeksi berulang setiap waktu.
OMSK tipe bahaya
Kolesteatoma timpani merupakan massa pelepasan epitel keratin dalam kapsul
epitel skuamous berlapis yang menyerupai tumor, dan terjadi dalam kavum timpani.
Kolesteatoma timpani dapat merupakan penyakit akuisital (kolesteatoma tipani
sekunder), tetapi juga bersifat congenital (kolesteatoma timpani primer). Kolesteatoma
timpani jenis akuisital sampai saat ini disepakati merupakan hasil pertumbuhan dari
a. Epitel skuamus kanalis auditoris aksternus kea rah medial melalui perforasi
membrane timpani
b. Kantong retraksi (invaginasi pars flaksida
c. Berasal dari pertumbuhan lapisan basal membrane timpani kearah medial
menuju kavum timpani.
Kolesteatoma timpani jenis akuisital dibedakan menjadi dua : primer dan sekunder.
Etiopatogenesis kolesteatoma timpani jenis akuisital primer adalah akibat gangguan
fungsi tuba auditiva yang selanjutnya menyebabkan retraksi pars flaksida. Akibatnya
aerasi pada ruang epitimpanum menjadi jelek. Selanjutnya ti,bul kamtomg retraksi,
terjadi perubahan pola migrasi epitel mebran timpani, kemudian menyebabkan
akumulasi sel epitel keratin. Kantong retraksi ini dapat membesar sampai ke sekitar
audiroria, dinding apitimpani dan sekitar.
Kolesteatoma bila terbentuk akan terus meluas. Karena merupakan debris keratin,
akan lembab karena menyerap air sehingga mengundang infeksi. Kolesteatoma
mengerositulang yang terkena baik efek penekanan oleh penumpukan debris keratin,
maupun akibat aktifitas mediasi enzim osteoklas
5. Anamnesis
1. Identitas pasien (nama,umur,alamat,pekerjaan)
2. Keluhan utama, dapat berupa:
a. Gangguan pendengaran (tuli), bila ada maka perlu ditanyakan:
Apakah keluhan tersebut pada satu atau dua telinga?
Apakah timbulnya tiba-tiba atau bertambah berat secara bertahap?
Sudah berapa lama diderita/dirasakan?
Adakah riwayat trauma telinga, seperti (tertampar, terpapar bising,
trauma akustik)?
Riwayat penggunaan obat-obatan ototoksik sebelumnya?
Apakah pernah menderita penyakit infeksi virus?
Apakah gangguan pendengaran ini dialami sejak masih bayi dan juga
terdapat gangguan dalam berbicara?
Apakah gangguan ini lebih terasa di tempat yang bising atau tenang?
b. Tinnitus (suara berdenging)
Apakah tinnitus disertai dengan gangguan pendengaran atau tidak?
c. Vertigo
Apakah keluhan ini timbul pada posisi kepala tertentu atau berkurang
bila pasien berbaring dan timbul lagi bila bangun dengan gerakan kepala
yang cepat?
d. Otore
Apakah sekret keluar dari satu atau kedua telinga?
Sudah berapa lama terjadi?
Apakah disertai rasa nyeri atau tidak?
3. Riwayat penyakit sekarang?
4. Riwayat penyakit dahulu
5. Riwayat penggunaan obat-obatan
6. Riwayat penyakit keluarga
6. Pemeriksaan fisik dan Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan Fisik
Daun telinga
Diperhatikan bentuk serta tanda – tanda peradangan atau
pembengkakan. Daun telinga ditarik untuk menentukan nyeri tarik dan menekan
tragus untuk menentukan nyeri tekan.
Daerah mastoid
Adakah abses atau fistel di belakang telinga.
Mastoid diperkusi untuk menentukan nyeri ketok.
Liang telinga
Lapang atau sempit, adakah edema pada dinding, hiperemis atau
ada furunkel. Perhatikan adanya polip atau jaringan granulasi, tentukan
dari mana asalnya. Apakah ada serumen atau sekret.
membran timpani
Nilai warna, reflek cahaya, perforasi dan tipenya dan gerakannya.
Warna membrane timpani normal putih seperti mutiara. Reflex cahaya
normal berbentuk kerucut, warna seperti air raksa. Bayangan kaki maleus
jelas kelihatan bila terdapat retraksi membrane timpani ke arah dalam.
Perforasi umumnya berbentuk bulat. Gerakan membrane timpani
normal dapat dilihat dengan memakai balon otoskop. Pada sumbatan
tuba eustachius, tidak terdapat gerakan membrane timpani ini.
Tes Penala: tes kualitatif.
1. Tes Rinne: tes untuk membandingkan hantaran melalui udara dan hantaran
melalui tulang pada telinga yang diperiksa.
2. Tes Weber: tes pendengaran untuk membandingkan hantaran tulang telinga
kanan dan telinga kiri
3. Tes Schwabach: membandingkan hantaran tulang orang yang diperiksa
dengan pemeriksa yang pendengarannya normal
4. Tes Bing (Tes Oklusi)
5. Tes Stenger: digunakan pada pemeriksaan tuli anorganik (simulasi atau pura
– pura tuli)
Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Audiometri
Pada pemeriksaan ini biasanya dijumpai tuli konduktif, bila infeksi
berulang – berulang dapat terjadi tuli saraf. Gangguan pendengaran pada
nada rendah lebih berat dibandingkan nada tinggi. Pemeriksaan ini terutama
untuk mengetahui perjalanan penyakit dan evaluasi setelah pengobatan atau
operasi. Tapi dapat pula dijumpai adanya tuli sensorineural, beratnya
ketulian tergantung besar dan letak perforasi membrane timpani serta
keutuhan dan mobilitas.
2. Pemeriksaan Radiologi
Tidak banyak membantu dalam menegakkan diagnosis, tapi sebaiknya
dilakukan untuk menilai keadaan mastoid dan frosa cranii media.
a. Proyeksi Schuller
Memperlihatkan luasnya pneumatisasi mastoid dari arah lateral
dan atas. Foto ini berguna untuk pembedahan karena memperlihatkan
posisi sinus lateral dan tegmen.
b. Proyeksi Mayer atau Owen
Diambil dari arah anterior telinga tengah. Akan tampak gambaran
tulang – tulang pendengaran sehingga dapat diketahui apakah kerusakan
tulang telah mengenai struktur – struktur.
c. Proyeksi Stenver
Memperlihatkan gambaran sepanjang pyramid petrosus dan yang
lebih jelas memperlihatkan kanalis auditorius interna, vestibulum dan
kanalis semisirkularis. Proyeksi ini menempatkan antrum dalam potongan
melintang sehingga dapat menunjukkan adanya pembesaran.
d. Proyeksi Chause III
Memberi gambaran secara longitudinal sehingga dapat
memperlihatkan kerusakan dini dinding lateral. Politomografi dan atau CT
scan dapat menggambarkan kerusakan tulang oleh karena kolesteatom.
3. Pemeriksaan Bakteriologi
Infeksi telinga tengah biasanya masuk melalui tuba dan berasal dari
hidung, sinus paranasalis, adenoid atau faring. Kuman penyebab biasanya
Pneumococcus, Staphylococcus pyogenes, Streptococcus pneumonia, atau
Haemophilus influenza.
7. Diagnosis utama dan Diagnosis banding
Diagnosis: Otitis Media Supuratif Kronik(OMSK)
Merupakan radang telinga tengah dengan perforasi membrane timpani
permanen disertai keluarnya secret encer/kental/bening/nanah yang
intermiten/persisten selama lebih dari 12 minggu
Diagnosis bedasarkan Keluhan & Gejala
• Otore : pus pada MAE
– Kental / busuk Kolest./destruksi tulang
– Encer Mukosa hipertrofi
• Pendengaran menurun
– Sekret dalam MAE
– Perforasi
– Penebalan mukosa
– Kerusakan osikula
Pemeriksaan Telinga (Otoskopi)
• Sekret pada MAE
• Perforasi membran timpani
• Mukosa :
– Menebal
– Granulasi / polip
– kolesteatoma
Pemeriksaan Pendengaran
• Suara bisik
• Tes garpu suara
• Audiogram
Tuli Konduksi/campuran
X-Foto mastoid (Posisi Schuller)
• Mastoid : Sklerotik; proc mastoid < antrum <, sel udara sedikit
Rongga kolesteatoma
OMSK tipe bahaya :tipe lanjut:
disebut pula penyaakit atik-koantral karean menenai tulang dinding liang
telinga luar.atik,antrum, dan sel mastoid
abses/fistula retroaurikuler
polip/jaringan granulasi di liang telinga
kolesteoma: kantong retraksi atau kista epithelial berisi deskumasi epitel di
telinga tengah (traung pneumatic pada tulang temoral)yang terus
membersar apabila terdapat sumbatan pada laing telinga
KOMPLIKASI INTRATEMPORAL:
- Mastoiditis
- Abses subperiosteal
- Labirintitis
- Petrositis : Akibat kolesteatoma dpt merusak fistula pd kanalis
semisirkularis lateral atau foramen ovale : Keluhan : vertigo, mual, muntah
- Paresis fasialis (N. VII) (mulut menceng,mata terbuka,tidak dapat kumur2)
Diagnosa banding :
Otitis Media AKut
Gejala klinik : pada anak yang lebih besar atau orang dewas selain rasa
nyeri terdapat pula gangguan pendengaran berupa rasa penuh di telinga atau
rasa kurang dengar
Otitis Media serosa Akut:
Adalah keadaan terbntuknya secret di telinga tengah secara tiba-tiba
yang di sebabkan oleh gangguan fungsi tuba.sering pada orang dewasa
Gejala : gejala yang menonjol pada OMSA biasanya pendengaran
berkurang.terdapat rasa tersumbat pada telinga atau suara sendiri terdengar
lebih nyaring atau berbeda.rasa sedikit nyeri dalam telinga dapat terjadi pada
saat awal tuba terganggu,yang menyebabkan timbulnya tekanan
negative.tinitus,vertigo atau pusing kadang-kadang ada dalam bentuk
ringan.gangguan keseimbangan.sensai cairan bergerak dalam telinga saat
perubahan posisi kepala
8. Etiologi dan Faktor resiko
Etiologi
Kejadian OMSK hampir selalu dimulai dengan otitis media berulang pada
anak, jarang dimulai setelah dewasa. Faktor infeksi biasanya berasal dari
nasofaring (adenoiditis, tonsilitis, rinitis, sinusitis), mencapai telinga tengah
melalui tuba Eustachius. Fungsi tuba Eustachius yang abnormal merupakan
faktor predisposisi yang dijumpai pada anak dengan cleft palate dan down’s
syndrom. Faktor host yang berkaitan dengan insiden OMSK yang relatif tinggi
adalah defisiensi immun sistemik. Penyebab OMSK antara lain:
1. Lingkungan
Hubungan penderita OMSK dan faktor sosial ekonomi belum jelas,
tetapi mempunyai hubungan erat antara penderita dengan OMSK dan
sosioekonomi, dimana kelompok sosioekonomi rendah memiliki insiden
yang lebih tinggi. Tetapi sudah hampir dipastikan hal ini berhubungan
dengan kesehatan secara umum, diet, tempat tinggal yang padat.
2. Genetik
Faktor genetik masih diperdebatkan sampai saat ini, terutama
apakah insiden OMSK berhubungan dengan luasnya sel mastoid yang
dikaitkan sebagai faktor genetik. Sistem sel-sel udara mastoid lebih kecil
pada penderita otitis media, tapi belum diketahui apakah hal ini primer
atau sekunder.
3. Otitis media sebelumnya.
Secara umum dikatakan otitis media kronis merupakan kelanjutan
dari otitis media akut dan atau otitis media dengan efusi, tetapi tidak
diketahui faktor apa yang menyebabkan satu telinga dan bukan yang
lainnya berkembang menjadi kronis.
4. Infeksi
Bakteri diisolasi dari mukopus atau mukosa telinga tengah hampir
tidak bervariasi pada otitis media kronik yang aktif menunjukkan bahwa
metode kultur yang digunakan adalah tepat. Organisme yang terutama
dijumpai adalah Gram- negatif, flora tipe-usus, dan beberapa organisme
lainnya.
5. Infeksi saluran nafas atas
Banyak penderita mengeluh sekret telinga sesudah terjadi infeksi
saluran nafas atas. Infeksi virus dapat mempengaruhi mukosa telinga
tengah menyebabkan menurunnya daya tahan tubuh terhadap
organisme yang secara normal berada dalam telinga tengah, sehingga
memudahkan pertumbuhan bakteri.
6. Autoimun
Penderita dengan penyakit autoimun akan memiliki insiden lebih
besar terhadap otitis media kronis.
7. Alergi
Penderita alergi mempunyai insiden otitis media kronis yang lebih
tinggi dibanding yang bukan alergi. Yang menarik adalah dijumpainya
sebagian penderita yang alergi terhadap antibiotik tetes telinga atau
bakteria atau toksin-toksinnya, namun hal ini belum terbukti
kemungkinannya.
8. Gangguan fungsi tuba eustachius.
Pada otitis kronis aktif, dimana tuba eustachius sering tersumbat
oleh edema tetapi apakah hal ini merupakan fenomen primer atau
sekunder masih belum diketahui. Pada telinga yang inaktif berbagai
metode telah digunakan untuk mengevaluasi fungsi tuba eustachius dan
umumnya menyatakan bahwa tuba tidak mungkin mengembalikan
tekanan negatif menjadi normal (Kumar S, 1996).
Faktor-faktor Penyebab Terjadinya OMSK:
Faktor Rinogen
Infeksi saluran nafas atas yang kronis : rinitis, adenoiditis, sinusitis
gangguan fungsi tuba eustachi yang kronis
Faktor Eksogen
Kebersihan MAE yang jelek, korek-korek, mandi di kali
Faktor Endogen
Keadaan umum yang jelek, malnutrisi, DM, Alergi
Perforasi membrane timpani yang menetap
Metaplasia skuamosa atau perubahan parologik yg menetap lainnya
pd telinga tengah
Obstruksi menetap terhadap aerasi telinga tengah terutama rongga
mastoid; misalnya jaringan parut, penebalan mukosa, polip, jaringan
granulasi atau sklerotik
9. Epidemiologi
Prevalensi OMSK pada beberapa negara antara laindipengaruhi, kondisi
sosial, ekonomi, suku, tempat tinggal yang padat, hygiene dan nutrisi yang jelek.
Kebanyakkan studi mengukur nilai prevalensi bukannya menilai angka insidensi.
survei pada 7 propinsi di Indonesia pada tahun 1996 ditemukan insiden Otitis
Media Supuratif Kronis (atau yang oleh awam dikenal sebagai "congek") sebesar
3% dari penduduk Indonesia. Dengan kata lain dari 220 juta penduduk Indonesia
diperkirakan terdapat 6,6 juta penderita OMSK. Jumlah penderita ini kecil
kemungkinan untuk berkurang bahkan mungkin bertambah setiap tahunnya
mengingat kondisi ekonomi masih buruk, kesadaran masyarakat akan kesehatan
yang masih rendah dan sering tidak tuntasnya pengobatan yang dilakukan
(Cermin dunia kedokteran no.134, 2002)
10. Manifestasi klinis
Gangguan pendengaran, biasanya konduktif namun dapat pula
bersifat campuran
Nyeri, tidak lazim dikeluhkan bila ada dapat berarti ancaman
komplikasi akibat hambatan pengaliran sekret, terpaparnya dura
meter atau dinding sinus lateralis, atau ancaman pembentukan
abses otak.
Vertigo, gejala ini memberikan kesan adanya fistula, berarti ada
erosi pada labirin tulang sering kali pada kanalis semisirkularis
horisontalis.
Pengeluaran sekret dari telinga
11. Penatalaksanaan
Pengobatan penyakit telinga kronik yang efektif harus didasarkan pada
faktor-faktor penyebabnya dan pada stadium penyakitnya dengan demikian
pada waktu pengobatan haruslah dievaluasi faktor-faktor yang menyebabkan
penyakit menjadi kronis, perubahan-perubahan anatomi yang menghalangi
penyembuhan serta mengganggu fungsi, dan proses infeksi yang terdapat
ditelinga. Bila didiagnosis kolesteatom maka mutlak harus dilakukan operasi,
tetapi obat-obatan dapat digunakan untuk mengontrol infeksi sebelum operasi.
Prinsip pengobatan tergantung dari jenis penyakit dan luasnya infeksi, dimana
pengobatan dapat dibagi atas ;
1. Konservatif
2. Operatif : Untuk penanganan pada kasus (skenario 1) mutlak harus dilakukan
tindakan operasi, yaitu :
Mastoidektomi radikal
Dilakukan pada OMSK tipe atikoantral dengan infeksi atau kolesteatom
yang sudah meluas.Pada operasi ini rongga mastoid dan kavum timpani
dibersihkan dari semua jaringan patologik. Dinding batas antara liang telinga luar
dan telinga tengah dengan rongga mastoid diruntuhkan, sehingga ketiga daerah
anatomi tersebut menjadi satu ruangan.
12. Komplikasi dan Prognosis
OMSK tidak menyerang tulang sehingga jarang menimbulkan komplikasi,
tetapi jika tidak mencegah invasi organisme baru dari nasofaring superimpose
otitis media suparatif akut eksaserbasi yang dapat menimbulkan komplikasi
dengan terjadinya tromboplebitis vaskuler.
Prognosis dengan pengobatan local, otorea dapat mongering. Tetapi sisa
perforasi sentral yang berkepanjangan memudahkan infeksi dari nasofaring atau
bakteri dari meatus eksterna khususnya terbawa oleh air, sehingga penutupan
membrane timpani disarankan.
13. Edukasi dan Pencegahan
Untuk mengurangi angka kesakitan dan kematian akibat OMSK,
diperlukan usaha-usaha penanggulangan OMSK baik secara promotif, preventif,
kuratif, dan rehabilitative. Lini kesehatan terdepan misalnya Puskesmas, Balai
Kesehatan, dll memiliki peran yang besar baik di tingkat promotif, kuratif serta
deteksi dini timbulnya komplikasi akibat OMSK.
Agar usaha penanggulangan penyakit OMSK dan komplikasinya dapat
mencapai sasaran yaitu menurunnya morbiditas dan mortalitas akibat penyakit
OMSK, maka diperlukan pengetahuan,pengenalan, dan pencegahan penyakit
OMSK oleh masyarakat bersama-sama kader dan tenaga kesehatan. Selain itu
diperlukan peningkatan pengetahuan dan keterampilan bagi tenaga kesehatan di
lini terdepan untuk mendiagnosis OMSK dan komplikasi yang ditimbulakan.
14. Apa hubungan mulut menceng dengan keluhan pasien?
Bagian mulut dipersarafi oleh Saraf fasialis dibagian fosa kranii posterior
memasuki tulang temporal melalui meatus akustikus internus ditutupi oleh
tulang yang sangat tipis kemudian kerusakan akibat kolesteatoma dan jaringan
granul yang mengerosi tulang saraf terkena akibat kontak langsung dengan
materi purulen.
Paralisis/mengakibatkan paralisis nervus fasialis (mulut menceng)
DAFTAR PUSTAKA
1. Djaafar ZA. Kelainan telinga tengah. Dalam: Soepardi EA, Iskandar N, Ed. Buku Ajar ilmu
kesehatan telinga hidung tenggorok kepala leher. Edisi kelima. Jakarta: FKUI, 2001.
2. Paparella MM, Adams GL, Levine SC. Penyakit telinga tengah dan mastoid. Dalam:
Effendi H, Santoso K, Ed. BOIES buku ajar penyakit THT. Edisi 6. Jakarta: EGC, 1997.
3. http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/21586/4/Chapter%20II.pdf
4. Kuliah Pakar tahun 2011, Dr. Ny. M. Pelealu-T, SpTHT-KL : OTITIS MEDIA PURULENTA
KRONIK
5. Buku BOIES, buku ajar penyakit THT edisi 6.
6. file:///C:/Documents%20and%20Settings/USER/My%20Documents/Downloads/
Documents/Chapter%20II_2.pdf Universitas Sulawesi Utara.
7. Buku Ajar Ilmu Kesehatan THT edisi Keenam, FKUI
8. Buku Kapita Selekta Kedokteran edisi IV ,essentials medicine
9. Patofisiologi OMSK. Ppt
10. Slide Kuliah Pakar dr. G. Tanudjaja, Anatomi Indra Pendengaran.