penyebab tuli konduktif
DESCRIPTION
refrat THTTRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
Gangguan pendengaran menggambarkan kehilangan pendengaran di salah
satu atau kedua telinga. Salah satu jenis gangguan pendengaran adalah tuli
konduktif. Tuli konduktif adalah tuli yang disebabkan karena suara tidak
dihantarkan secara efisien mulai dari kanalis, membran timpani sampai ke tulang
pendengaran di telinga bagian tengah.1
Pada tahun 2000 dilaporkan terdapat 250 juta penduduk dunia yang
menderita gangguan pendengaran. Indonesia termasuk dalam empat besar negara
dengan prevalensi gangguan pendengaran cukup tinggi (4,6%). Berdasarkan hasil
Survei Nasional Kesehatan Indera Penglihatan dan Pendengaran di 7 provinsi tahun
1993-1996 ditemukan prevalensi ketulian 0,4% dan gangguan pendengaran 16,8%.
Penelitian di Shuan, China tahun 2001 menemukan dari 4.164 sampel yang diteliti,
20.39% atau sebanyak 849 responden menderita tuli konduktif.2
Sesuai dengan definisinya, penyebab tuli konduksi dapat berasal dari
telinga luar atau telinga tengah baik berupa trauma, infeksi atau keadaan lain
seperti plak serumen.3
Manifestasi klinis tuli konduktif sangat beragam dan tidak selalu timbul
bersamaan. Yang pasti pasien dengan penyakit ini akan sulit mendengar orang lain
berbicara sedangkan manifestasi lainnya tergantung dari apa penyebab tuli
konduksi itu sendiri.3 Oleh karena itu, tujuan penulisan referat ini adalah mengenali
beberapa penyebab tuli konduktif sehingga penyakit ini dapat didiagnosis secara
dini dan menghindari terjadinya misdiagnosis sehingga terapi yang diberikan tepat.
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II. I Definisi
Tuna rungu/tuli dalam deskripsi yang dikeluarkan oleh WHO adalah
mereka yang kehilangan keseluruhan kemampuan untuk mendengar, baik dari
salah satu atau kedua telinganya.3 Tuna wicara/bisu adalah ketidakmampuan
seseorang untuk berbicara. Bisu dapat juga disebabkan oleh gangguan pada organ-
organ seperti tenggorokan, pita suara, paru-paru, mulut, lidah, dan sebagainya, Bisu
umumnya diasosiasikan dengan tuli.4
II.2 Anatomi telinga
a.Bagian-bagian telinga
Telinga dibagi atas telinga luar, telinga tengah dan telinga dalam
1.Telinga Luar, terdiri dari :
- Auricula/daun telinga/pinna, untuk menerima dan mengumpulkan suara
yang masuk, mendeteksi dan mencari arah suara.teriri dari tulang rawan
elastin dan kulit.
- Liang telinga (Meatus Akustikus Eksternus), Pada 1/3 bagian awalnya
dihasilkan cairan serumen.
2
2.Telinga tengah, terdiri dari :
- Membran timpani/gendang telinga, penghubung antara teinga luar dan
telingah dalam. Bentuknya bundar dan cekung. Bagian atas disebut pars
flaksida dan bagian bawah disebut pars tensa.
- Osikulus auditorius. Tulang-tulang pendengaran maleus, inkus dan stapes.
Maleus melekat pada membran timpani, maleus melekat pada inkus, dan
inkus melekat pada stapes. Stapes terletak pada foraen ovale yang
berhubungan dengan koklea.
- Tuba eustachius, saluran penghubung telinga tengah dan nasoparing.
Yang berfungsi untuk menjaga keseimbangan tekanan udara dalam
cavum tymphani.Bagian lateral berupa dinding dari tulang dan selalu
terbuka, sedangkan di dinding medial tersusun dari tulang rawan yang
biasanya menutup kecuali bila menelan, mengunyah atau menguap.
3
3. Telinga dalam, terdiri dari :
- Labirin (telinga dalam) mengandung organ pendengaran dan keseimbangan,
terletak pada pars petrosa os temporal. Labirin terdiri dari :
Labirin bagian tulang, terdiri dari : kanalis semisirkularis, vestibulum, dan
koklea.
Labirin bagian membran, yang terletak didalam labirin bagian tulang, terdiri
dari: kanalis semisirkularis, utrikulus, sakulus, sakus dan duktus
endolimfatikus serta koklea.
Antara labirin bagian tulang dan membran terdapat suatu ruangan yang
berisi cairan perilimfe yang berasal dari cairan serebrospinalis dan filtrasi
dari darah.Didalam labirin bagian membran terdapat cairan endolimfe yang
diproduksi oleh stria vaskularis dan diresorbsi pada sakkus endolimfatikus.
- Vestibulum
Vestibulum adalah suatu ruangan kecil yang berbentuk oval, memisahkan
koklea dari kanalis semisirkularis. Pada dinding lateral terdapat foramen
ovale ( fenestra vestibuli ) dimana footplate dari stapes melekat disana.
Sedangkan foramen rotundum terdapat pada lateral bawah.Pada dinding
medial bagian anterior terdapat lekukan berbentuk spheris yang berisi
makula sakkuli dan terdapat lubang kecil yang berisi serabut saraf
4
vestibular inferior.Makula utrikuli terletak disebelah belakang atas daerah
ini.Pada dinding posterior terdapat muara dari kanalis semisirkularis dan
bagian anterior berhubungan dengan skala vestibuli koklea.
- Kanalis Semisirkularis
Terdapat 3 buah kanalis semisirkularis : superior, posterior dan lateral yang
membentuk sudut siku sempurna satu sama lain. Pada vestibulum terdapat 5
muara kanalis semisirkularis dimana kanalis superior dan posterior bersatu
membentuk krus kommune sebelum memasuki vestibulum.
- Koklea
Terletak didepan vestibulum menyerupai rumah siput dengan
panjang.Koklea memiliki sumbu yang disebut modiolus yang berisi berkas
saraf dan suplai darah dari arteri vertebralis.Kemudian serabut saraf ini
berjalan ke lamina spiralis ossea untuk mencapai sel-sel sensorik organ
Corti.
Koklea bagian tulang dibagi dua oleh suatu sekat.Bagian dalam sekat ini
adalah lamina spiralis ossea dan bagian luarnya adalah lamina spiralis
membranasea, sehingga ruang yang mengandung perilimfe terbagi dua yaitu
skala vestibuli dan skala timpani.Kedua skala ini bertemu pada ujung
koklea yang disebut helikotrema.Skala vestibuli berawal pada foramen
ovale dan skala timpani berakhir pada foramen rotundum.Pertemuan antara
lamina spiralis ossea dan membranasea kearah perifer membentuk suatu
membran yang tipis yang disebut membran Reissner yang memisahkan
skala vestibuli dengan skala media (duktus koklearis).
Duktus koklearis berbentuk segitiga, dihubungkan dengan labirin tulang
oleh jaringan ikat penyambung periosteal dan mengandung end organ dari
N. koklearis dan organ Corti. Duktus koklearis berhubungan dengan
sakkulus dengan perantaraan duktus Reuniens.Organ Corti terletak diatas
membran basilaris yang mengandung organel-organel penting untuk
mekanisme saraf perifer pendengaran. Organ Corti terdiri dari satu baris sel
rambut dalam yang berisi kira-kira 3000 sel dan 3 baris sel rambut luar yang
berisi kira-kira 12.000 sel. Sel-sel ini menggantung lewat lubang-lubang
5
lengan horizontal dari suatu jungkat-jungkit yang dibentuk oleh sel-sel
penyokong. Ujung saraf aferen dan eferen menempel pada ujung bawah sel
rambut.Pada permukaan sel rambut terdapat strereosilia yang melekat pada
suatu selubung yang cenderung datar yang dikenal sebagai membran
tektoria.Membran tektoria disekresi dan disokong oleh limbus.
- Sakulus dan utrikulus
Terletak didalam vestibulum yang dilapisi oleh perilimfe kecuali tempat
masuknya saraf didaerah makula. Sakulus jauh lebih kecil dari utrikulus
tetapi strukturnya sama. Sakulus dan utrikulus ini berhubungan satu sama
lain dengan perantaraan duktus utrikulo-sakkularis yang bercabang menjadi
duktus endolimfatikus dan berakhir pada suatu lipatan dari duramater pada
bagian belakang os piramidalis yang disebut sakkus endolimfatikus, saluran
ini buntu. Sel-sel persepsi disini sebagai sel-sel rambut yang dikelilingi oleh
sel-sel penunjang yang terletak pada makula.Pada sakulus terdapat makula
sakuli dan pada utrikulus terdapat makula utrikuli.
Perdarahan
Telinga dalam memperoleh perdarahan dari a. auditori interna (a.
labirintin)yang berasal dari a.serebelli inferior anterior atau langsung dari a.
basilaris yang merupakan suatu end arteri dan tidak mempunyai pembuluh
darah anastomosis.
Setelah memasuki meatus akustikus internus, arteri ini bercabang 3
yaitu :
- Arteri vestibularis anterior yang mendarahi makula utrikuli, sebagian
makula sakuli, krista ampularis, kanalis semisirkularis superior dan lateral
serta sebagian dari utrikulus dan sakulus.
- Arteri vestibulokoklearis, mendarahi makula sakuli, kanalis semisirkularis
posterior, bagian inferior utrikulus dan sakulus serta putaran basal dari
koklea.
6
- Arteri koklearis yang memasuki modiolus dan menjadi pembuluh-pembuluh
arteri spiral yang mendarahi organ Corti, skala vestibuli, skala timpani
sebelum berakhir pada stria vaskularis.
Aliran vena pada telinga dalam melalui 3 jalur utama.Vena auditori interna
mendarahi putaran tengah dan apikal koklea.Vena akuaduktus koklearis
mendarahi putaran basiler koklea, sakulus dan utrikulus dan berakhir pada
sinus petrosus inferior.Vena akuaduktus vestibularis mendarahi kanalis
semisirkularis sampai utrikulus.Vena ini mengikuti duktus endolimfatikus
dan masuk ke sinus sigmoid.
b. Persarafan
N. akustikus bersama N. fasialis masuk ke dalam porus dari meatus
akustikus internus dan bercabang dua sebagai N. vestibularis dan N. koklearis.
Pada dasar meatus akustikus internus terletak ganglion vestibulare dan pada
modiolus terletak ganglion spirale.
II.3 Fisiologi pendengaran dan berbahasa
Proses mendengar diawali dengan ditangkapnya energi bunyi oleh daun
telinga dalam bentuk gelombang yang dialirkan melalui udara atau tulang ke
koklea. Getaran tersebut menggerakan membran timpani diteruskan ke telinga
tengah melalui rangkaian tulang pendengaran yang akan mengamplifikasi getaran
melaiui daya ungkit tulang pendengaran dan perkalian perbandingan luas membran
timpani dan tingkap lonjong. Energi getar yang telah diamplifikasi ini akan
diteruskan ke stapes yang menggerakkan tingkap lonjong sehingga perilimfa pada
skala vestibule bergerak. Getaran diteruskan melaiui membran Reissner yang
mendorong endolimfa, sehingga akan menimbulkan gerak relatif antara membran
basilaris dan membran tektoria. Proses ini merupakan rangsang mekanik yang
menyebabkan terjadinya defleksi stereosilia sel-sel rambut, sehingga kanal ion
terbuka dan terjadi penglepasan ion bermuatan listrik dari badan sel. Keadaan ini
menimbulkan proses depolarisasi sel rambut, sehingga melepaskan neuro
transmitter ke dalam sinapsis yang akan menimbulkan potensial aksi pada saraf
7
auditorius. Lalu dilanjutkan ke nukleus auditorius sampai korteks pendengaran
(area 39-40) di lobus temporalis.5
Dalam proses perkembangan bicara, suara atau kata-kata yang diterima di
pusat pendengaran di otak, akan diterjemahkan untuk kemudian di ubah ke dalam
aktivitas motorik pernafasan dan traktus vokalis sehingga anak dapat menirukan suara atau
kata-kata seperti yang di dengar oleh anak. Produksi kata-kata dalam berbicara
mencangkup fase respirasi, fonasi. Dan resonansi tidak akan sempurna apabila tidak di
sertai peran serta input sensorik dari organ pendengaran.1
II.4 Etiologi
Ketulian adalah salah satu gejala dari suatu penyakit telinga sehingga perlu
dicari penyakit yang dapat menyebabkan gejala tuli tersebut. Kalau kita lihat tuli
hanya merupakan satu macam gejala dari penyakit telinga, maka gejala yang satu
ini tentu penyebabnya banyak sekali. Oleh karenanya harus ada suatu sistem yang
dianut untuk mencari penyakit tersebut2:
a) Berdasarkan kelainan patologi, ketulian dapat disebabkan oleh karena:
Kelainan kongenital, trauma, benda asing, radang dan neoplasma/Tumor.
Semua kelaianan patologi tersebut dapat menimbulkan ketulian terutama
bila prosesnya ditelinga.
b) Berdasarkan lokalisasi proses kelainan, sesuai dengan anatomi telinga sehingga
proses kelainannya dapat terjadi ditelinga luar, telinga tengah, telinga dalam,
saraf telinga, batang otak dan otak
c) Berdasarkan jenis ketulian2
Tuli hantaran (conductive hearing loss), hantaran tulang > hantaran udara
(HT>HU) HT = Normal. Selisih hantaran tulang dan hantaran udara
lebih dari 1,5 dB11
Tuli saraf (sensorineural hearing loss), kelaianan terjadi pada fase elektrik.
Hantaran tulang < hantaran udara.
Tuli campuran, yaitu campuran antara tuli penghantaran dan tuli saraf.
Tuli sentral, bila proses kelainannya terdapat di batang otak atau diotaknya
sendiri
8
d) Berdasarkan derajat ketuliannya
Tuli (sama sekali tidak dapat. mendengar).
Kekurangan pendengaran yang dapat dibedakan atas: ringan, sedang, berat.
Kekurangan Pendengaran Ringan
Klinis penderita sukar diajak bercakap-cakap pada jarak kurang lebih tiga
meter, pada pemeriksa audiometric nada murni, pada frekuensi percakapan turun
15 dB sampai 30 dB.
Kekurangan pendengaran sedang
Klinis percakapan pada jarak satu meter sudah mendapat kesukaran untuk
mengerti arti kata. Pada pemeriksaan audiometri nada murni pada frekuensi
percakapan turun sampai 30 dB sampai 60 dB.
Kekurangan Pendengaran Berat
Pada pemeriksaan audiornetri nada murni, penurunannya mencapai 60 dB atau lebih.
e) Berdasarkan waktu terjadinya tuli, dapat dibedakan atas2:
1. Kongenital (tuli sejak lahir)
Herediter (penyakit turunan) : aplasia (agenesis), abiotrofi dan penyimpangan
kromosom.6
Prenatal (infra uterin) masa kehamilan : keracunan, infeksi virus dan
penyakit menahun pada ibu.
Perinatal : trauma/persalinan (waktu lahir), anoksia, prematur dan narkose
yang dalam.
2. Tuli yang didapat (acquired hearing loss) 2
Kekurangan pendengaran tipe hantaran (konduksi) dan kekurangan
pendengaran tipe sensorineural.
9
II.5 Patofisiologi
Input informasi melalui jalur pendengaran memegang peranan yang penting
dalam proses belajar bicara, sehingga gangguan pendengaran yang berat akan
menghambat perkembangan bicara pada anak, karena berkurangnya input sinyal
akustik. Fungsi pendengaran harus baik agar anak dapat mendengar suara dengan
jelas, baik dalam pola titi nada (pitch), volume/kekerasan, tekanan dan pola suara
atau kata-kata. Gangguan pendengaran yang didapat setelah anak sudah mampu
berbicara (periode postlingual/post verbal), perbendaharaan kata dan struktur kalimat
umumnya tidak mengalami gangguan, tetapi anak dapat mengalami gangguan cara
pengucapan dan kwalitas suara (prosodi). Hal tersebut karena anak tidak dapat lagi
mendengar dengan jelas kata-kata yang didengarnya begitu juga hal nya dengan umpan
balik suaranya sendiri (auditory feedback), dibandingkan dengan sebelum mengalami
masalah pendengaran. Apabila tidak ditangani, gangguan pendengaran post verbal dapat
mengakibatkan penurunan jumlah perbendaharaan kata-kata yang sudah ada. Gangguan
pendengaran yang dialami anak sejak lahir (periode pralingual/pra-verbal) tidak hanya
berakibat keterlambatan proses perkembangan bicara, akan tetapi juga mempengaruhi
jumlah perbendaharaan kata-kata, mekanisme bersuara yang dapat memberikan arti
yang berbeda dalam bahasa (fonologi) dan kemampuan dalam menyusun kalimat.1
II.6 Manifestasi klinis
Perkembangan auditorik sesuai dengan usia anak, antara lain :5
Usia 0-4 bulan : Kemampuan respon auditorik masih terbatas dan bersifat refleks
Dapat ditanya apakah bayi kaget mendengar suara keras atau terbangun ketika
sedang tidur. Respons berupa refleks auropalpebral maupun refleks Moro.
Usia 4-7 bulan respons memutar kepala ke arah bunyi yang terletak di bidang
horizontal, walaupun belum konsisten. Pada usia 7 bulan otot leher cukup kuat
sehingga kepala dapat diputar dengan cepat ke arah sumber suara.
Usia 7-9 bulan dapat mengidentifikasi dengan tepat asal sumber bunyi dan bayi
dapat memutar kepala dengan tegas dan cepat.
Usia 9-13 bulan bayi sudah mempunyai keinginan yang besar untuk mencari
sumber bunyi dari sebelah atas, dan pada usia 13 bulan mampu melokalisir bunyi
10
dari segala arah dengan cepat.
Pada usia 2 tahun pemeriksa harus lebih teliti karena anak tidak akan
memberi reaksi setelah beberapa kali mendapat stimulus yang sama. Hal ini
disebabkan karena anak .sudah mampu memperkirakan sumber suara. 5,8
Perkembangan bicara erat kaitannya dengan tahap perkembangan
mendengar pada bayi, sehingga adanya gangguan pendengaran perlu dicurigai apabila :5
Usia 12 bulan : belum dapat mengoceh (babbling) atau meniru bunyi
Usia 18 bulan : tidak dapat menyebut 1 kata yang mempunyai arti
Usia 24 bulan : perbendaharaan kata kurang dari 10 kata
Usia 30 bulan : belum dapat merangkai 2 kata
Semua yang dijelaskan diatas merupakan perkembangan auditorik dan bicara
yang normal . Sedangkan pada anak yang mengalami gangguan auditorik maka
tergantung tipe atau derajat ketulian yang akan berakhir pada keterbatasan bicara.1
1. Gangguan pendengaran tipe sensori-neural
Disini anak-anak akan mengalami deskriminasi kata-kata, baik dalam periode pra-
verbal ataupun post-verbal, hanya pada anak-anak yang memiliki gangguan pendengaran
selelah kemampuan bicaranya sempurna akan mengalami kesulitan mengerti arti
percakapan karena gangguan diskriminasi kata-kata dan kemunduran kwalitas suara dan
artikulasi.
2. Gangguan pendengaran tipe konduktif
Gangguan tipe ini dapat mempengaruhi perkembangan bicara sekalipun
masalahnva tidak seberat tipe sensori-neural, karena tuli konduktif kokleanya
normal sehingga tidak mengakibatkan gangguan kemampuan diskriminasi kata-kata.
3. Gangguan pendengaran tipe sensorineural unilateral
Biasanya gangguan pendengaran yang sebelah sisi sehat maka, sering tidak
terdeteksi sejak awal, biasanya anak-anak suka menerima telpon dari telinga disisi yang
sehat. Atau anak sulit dibangunkan dengan suara apabila tidur dalam posisi miring
ketelinga; yang normal. Umumnya perkembangan bicara anak baik.1
II.7 Pemeriksaan
11
Beberapa pemeriksaan pendengaran yang dapat dilakukan pada bayi dan
anak;
1. Behavioral Observation Audiometry (BOA)
Tes ini berdasarkan respon aktif pasien terhadap stimulus bunyi dan
merupakan respons yang disadari (voluntary response). Metoda ini dapat
mengetahui seluruh sistem auditorik termasuk pusat kognitif yang lebih tinggi.
Pemeriksaan dilakukan pada ruangan yang cukup tenang (bising lingkungan tidak
lebih dari 60 dB) idealnya pada ruang kedap suara (sound proof room). Sebagai
sumber bunyi sederhana dapat digunakan tepukan tangan, tambur, bola plastik
berisi pasir, remasan kertas, minyak bel, terompet karet, mainan yang mempunyai
frekuensi tinggi (squaker toy) dll. Dinilai kemampuan anak dalam memberikan
respon terhadap sumber bunyi tersebut.
Pemeriksaan Behavior Observation Audiometry dibedakan menjadi
(1) Behavioral reflex audiometry dan (2) Behavioral response audiometry.5
2. Timpanometri
Pemeriksaan ini diperlukan untuk menilai kondisi telinga tengah.
Gambaran timpanometri yang abnormal (adanya cairan atau tekanan negatif di
telinga tengah) merupakan petunjuk adanya gangguan pendengaran konduktif.
Melalui probe tone (sumbat liang teiinga) yang dipasang pada liang telinga dapat
diketahui besarnya tekanan di liang telinga berdasarkan energi suara yang di
pantulkan kembali (kearah luar) oleh gendang telinga. Pada orang dewasa atau bayi
berusia diatas 7 bulan digunakan probe tone frekuensi 226 Hz. Khusus untuk bayi
dibawah usia 6 bulan tidak digunakan probe tone 226 Hz karena akan terjadi
resonansi pada liang telinga sehingga harus digunakan probe tone frekuensi tinggi
(668,678 atau 1000 Hz).
Terdapat 4 jenis timpaninogram yaitu:5
1. Tipe A (normal).
2. Tipe AD (diskontuinitas tulang-tulang pendengaran)
3. Tipe As (kekauan rangkaian tulang pendengaran)
4. Tipe B (cairan di dalam teiinga tengah)
5. Tipe C (gangguan fungsi tuba eustachius
12
Timpanometri merupakan pemeriksaan pendahuluan sebelum tes OAE
13
3. Audiometri nada murni
Pemeriksaan dilakukan dengan menggunakan audiometer, dan hasil
pencatatannya disebut sebagai audiogram, Dapat dilakukan pada anak berusia
lebih dari 4 tahun yang koperatif. Sebagai sumber suara digunakan nada murni
(pure tone) yaitu bunyi yang hanya terdiri dari 1 frekuensi. Pemeriksaan
dilakukan pada ruang kedap suara, dengan menilai hantaran suara melalui udara
(air conduction) melalui headphone pada frekuensi 125, 250, 5000, 1000, 2000,
4000, 8000 Hz. Hantaran suara melalui tulang (bone conduction) diperiksa dengan
memasang bone vibrator pada processus mastoid yang dilakukan pada frekuensi
500,1000,2000,4000 Hz.5
14
-300 -200 -100 +100 +200
Tipe A: gambaran spt grafik dibawah, menunjukkan tekanan udara di telinga tengah normal. Tipe A ini terbagi menjadi 3 sub grupyaitu:A: bentuk grafik normal As : puncak lebih tinggi biasanya menunjukkan tekanan yang beriebih di telinga tengahmuncul pada dislokasi tulang pendengaran, kekakuan membrana timpaniAs : Puncak lebih pendek dari normal menunjukkan kekakuan, seperti pada otosklerosisTipe B:Tidak didapatkan puncak/flat, biasanya disebabkan karena adanya cairan ditelinga tengah atau adanya perforasi membrana timpani, atau adanya serumen.Tipe C : ada puncaknya namun bergeser ke kirimenunjukkan adanya tekanan negalif biasanya disebabkan karena disfungsi tuba.
4. Otoacoustic emission (OAE) ;
Suara yang berasal dari dunla luar di proses oleh koklea menjadi stimulus
listrik, selanjutnya dikirim ke batang otak melalui saraf pendengaran. Sebagian energi
bunyi tidak dikirim ke saraf pendengaran melainkan kembali menuju keliang
telinga. Pemeriksaan OAE merupakan pemeriksaan elektrofisiologik untuk menilai fungsi
koklea yang objektif, otomatis (menggunakan kriteria pass/lulus dan refer/tidak lulus)
tidak invasive, mudah, tidak membutuhkan waktu lama dan praktis sehingga sangat
efisien untuk, program skrining pendengaran bayi baru lahir (universal newborn
hearing screening). Pemeriksaan tidak harus di ruang kedap suara, cukup di
ruangan yang tenang.5
II.8 Penatalaksanaan
Prinsip penanganan anak dengan gangguan pendengaran adalah usaha
memaksimalkan penggunaan sisa pendengaran yang ada. Sasaran utama daiam
penanganan dibidang habilitasi audiologi adalah menfasilitasi anak dengan
informasi akustik sehingga dapat meningkatkan kemampuan anak
mengembangkan komumkasi verbal anak.1 \
Alat Bantu Mendengar (ABM) adalah alat elektronik yang biasanya dipakai
di belakang telinga dalam lubang telinga. ABM membuat suara terdengar lebih
keras, jadi seseorang yang mengalami gangguan pendengaran dapat mendengar,
berkomunikasi dan berpartisipasi lebih aktif dalam kehidupan kesehariannya. Alat
ini terdiri dari 3 komponen utama: mikrophone, amplifier dan speaker. ABM
menerima suara melalui mikrophone yang mengubah sinyal suara menjadi sinyal
listrik kemudian mengirimkannya ke amplifier. Amplifier meningkatkan kekuatan
sinyal listrik dan mengirimkannya ke telinga pemakai ABM melalui speaker.9
ABM terutama berguna untuk memperbaiki pendengaran dan
pemahaman bicara orang
yang mengalami gangguan pendengaran pada bagian luar, tengah dan dalam telinga.
Kerusakan pendengaran pada telinga bagian dalam disebut dengan gangguan dengar
saraf atau sensorineural hearing loss dan kerusakan bagian telinga tengah dan luar
disebut dengan gangguan dengar konduktif atau conductive hearing loss.
Kerusakan pada telinga bisa disebabkan oleh penyakit, penuaan, kecelakaan atau
bekerja lama pada daerah dengan kebisingan yang sangat tinggl.
15
Suara yang sudah dikeraskan oleh ABM masuk melalui telinga luar,
tengah dan dalam. Proses selanjutnya suara menyebabkan vibrasi pada telinga
tengah dan dalam. Hair cells atau biasa disebut dengan rambut saraf
pendengaran yang masih baik akan mendeteksi vibrasi yang paling besar dan
mengubahnya menjadi sinyal saraf yang kemudian diteruskan ke otak. Semakin
rusak rambut saraf pendengaran, maka semakin parah kondisi pendengaran
pendengar dan ABM dengan penguatan yang besar dibutuhkan untuk
membangunkan rambut saraf pendengaran. Akan tetapi, akan ada batasan
kekuatan pengerasan yang dikeluarkan oleh ABM. Bahkan jika rambut saraf
pendengaran terlalu parah kerusakannya dan ABM pun sudah tidak bisa
memberikan penguatan yang memadai, dalam situasi ini mungkin ABM tidak bisa
membantu
lagi.9
Beberapa model Alat Bantu Dengar (ABM) yang ada di pasaran. Model
ABM didasarkan pada bagaimana ABM tersebut diletakkan serta penguatan yang
dibutuhkan. Umumnya ABM diletakkan dibelakang telinga dan dalam lubang
telinga
Behind-the-ear (BTE) terdiri dari plastik atau casing tempat menyimpan
komponen alat bantu dengar yang dirancang mengikuti struktur telinga
belakang kemudian disambungkan dengan earmold atau cetakan telinga yang
dipasangkan pada telinga bagian luar. Suara yang ditangkap dari ABM
diteruskan ketelinga melalul earmold atau cetakan telinga. BTE umumnya
digunakan semua umur mulai dari penurunan pendengaran ringan sampai
dengan penurunan pendengaran berat.
In-the-ear (ITE) ABM yang dipasangkan dalam telinga bagian luar dan
digunakan untuk penurunan pendengaran ringan sampai dengan berat.
Beberapa ITE dilengkapi dengan fitur seperti telecoil. Telecoil adalah magnet
lilitan magnet yang berfimgsi untuk menangkap suara melaiui melaiui lilitan
magnet tersebut bukan melalul mikrophon. Fitur ini memberikan kemudahan
pemakai afat bantu mendengar untuk berbicara melaiui telephon. Telecoil
juga berfungsi untuk menangkap suara yang dikeluarkan oleh induction loop
system. ITE umumnya tidak digunakan oleh anak-anak dan orang tua.10
16
Canal
ABM model terdiri dari dua model. In-the-canal (ITC) dipakai dalam lubang
telinga. Dan compleiely-in-canal (CIC) hampir tidak terlihat dalam lubang
telinga. Kedua model ini umumnya digunakan untuk penurunan pendengaran
ringan sampai dengan pendengaran moderat.9
Teknologi ABM berbeda-beda tergantung jenis proses. Ada dua perbedaan
teknologi analog dan digital.
Analog, bekerja dengan merubah suara ke dalam sinyal listrik yang
kemudian memperbesar sinyal listrik tersebut. Analog dirancang untuk berbagai
derajat penurunan pendengaran. Untuk menyesuaikan seting atau konfigurasi
yang tepat, Audiologist akan membantu untuk melakukan petneriksaan sebelum
fitting. Setelah derajat serta respon setiap frekuensi diketahui, selanjutnya
audiologist akan melakukan perubahan dan disesuaikan dengan konfigurasi yang
pa l ing cocok dengan hasil pemeriksaan.1
Implan koklea
Alat bantu dengar memang bisa memperbaiki pendengaran seseorang, namun
pengidap ketulian parah tidak akan dapat mendengar dengan baik rneskipun dibantu alat
pendengaran. Jika begitu keadaaannya, dia bisa memperoleh manfaat dari implan koklear.
Implan koklear adalah alat yang dimasukkan ke dalam telinga bagian dalam, Alat ini
memberikan pendengaran yang berguna bagi pengidap ketulian total atau parah hingga
pengidap ketulian berat akibat saraf-pengindera. Alat ini tidak berfungsi seperti alat
bantu dengar yang menguatkan bunyi, melainkan memintas bagian dalarn telinga yang
rusak untuk merangsang serabut saraf indera pendengaran yang tersisa.
II.9 Penyebab tuli konduksi
Tuli konduktif disebabkan kelainan di telinga luar atau telinga tengah.
Kelainan telinga luar yang menyebabkan tuli konduktif adalah otalgia, atresia
liang telinga, sumbatan oleh serumen, otitis eksterna sirkumskripta, otitis eksterna
maligna, dan osteoma liang telinga. Kelainan telinga tengah yang menyebabkan
tuli konduktif ialah sumbatan tuba eustachius, otitis media, otosklerosis,
timpanisklerosia, hemotimpanum, dan dislokasi tulang pendengaran.Ganguan
17
yang menyebabkan tuli konduktif berarti berbagai gangguan yang menyebabkan
terhambatnya konduksi suara ke telinga tengah, Jadi jika ada berbagai gangguan
pada telinga luar maupun telinga tengah sehingga menyebabkan gangguan
hantaran suara, maka ini termasuk tuli konduktif. Umumnya, gangguan
pendengaran konduktif tidak menyebabkan ketidakmampuan total untuk
mendengar, tetapi menyebabkan hilangnya kenyaringan dan kehilangan kejelasan.
Dengan kata lain, suara didengar, tapi suara tersebut lemah, teredam, dan
terdistorsi.Berbagai gangguan yang menyebabkan tuli konduktif adalah :
Gangguan pada telinga luar, yaitu mulai dari daun telinga, liang telinga, ataupun
sampai pada membran Tymphani.
- Microtia dan atresia liang telinga
Mikrotia merupakan suatu dimana daun telinga bentuknya lebih kecil dan
tak sempurna, sedangkan atresia liang telinga berarti suatu keadaan dimana tidak
terbentuknya liang telinga. keadaan ini umumnya di dapat sejak lahir yang
merupakan kelainan embriologi dan sering terjadi pada salah satu telinga, namun
dapat juga terjadi pada kedua telinga. Jika terjadi pada kedua telinga, maka
kemungkinan adanya syndroma kranio-facial. Penyebab keadaan ini belum di
ketahui secara pasti, di duga ada hubungannya dengan faktor genetik, infeksi
virus, intoksikasi bahan kimia dan obat teratogenik untuk menggugurkan
kandungan.
Kedua keadaan ini dapat menyebabkan tuli konduktif karena :
Pada Bentuk daun telinga yang kecil walaupun tidak sepenuhnya
menyebabkan ketulian namun berdampak pada sedikitnya frekuensi dan kekuatan
suara yang masuk ke telinga dalam, karena fungsi daun telinga adalah untuk
mengumpulkan suara dari dunia luar untuk di bawa ke telinga tengah, Jadi jika
suara sedikit di kumpulkan maka akan menyebabkan gangguan pendengaran.
Tidak semua mikrotia menyebabkan gangguan tuli konduktif, keadaan ini
dapat menyebabkan tuli konduktif jika di sertai atresia liang telinga. Atresia liang
telinga (tidak ada liang telinga) akan menyebabkan tidak bisanya suara atau bunyi
sampai pada telinga tengah, sehingga otomatis tidak ada suara yang masuk
ketelinga tengah.
18
- Adanya cairan (sekret, air) ataupun benda asing pada liang telinga
Adanya benda asing pada liang telinga, baik berupa cairan, biji-bijian
ataupun seranggga dapat menggangu konduksi atau hantaran suara.
Benda asing pada liang telinga dapat berupa benda mati ataupun benda
hidup misalnya serangga. Untuk mengatasi masalah ini, sebaiknya untuk serangga
atau benda yang hidup dimatikan dahulu baru kemudian di keluarkan dari liang
telinga.
Gangguan pendengaran bisa terjadi akibat sumbatan langsung pada liang
telinga ataupun karena penderita mencoba membersihkan sehingga resiko
terdorong ke bagian tulang kanalis, terjadi laserasi kulit dan membran timpani
sehingga terjadi nyeri dan penurunan pendengaran
Selain keluhan berupa gangguan tuli konduktif, dapat juga merasa tidak
enak ditelinga, rasa nyeri telinga / otalgia, sekret bisa bercampur darah, keadaan
sakit kepala, pada keadaan lanjut meningitis
- Polip telinga
Polip telinga adalah pertumbuhan massa lunak di saluran (eksternal)
telinga luar. Ini dapat menempel pada gendang telinga (membran timpani), atau
mungkin tumbuh dari ruang telinga tengah. Polip telinga biasanya terbentuk dari
iritasi kronis pada kulit saluran telinga atau gendang telinga, iritasi kronis ini
paling sering disebabkan oleh infeksi ( otitis externs kronis), ataupun karena
Cholesteatoma, tumor ataupun benda asing.Gejala klinis polip telinga
berhubungan dengan masalah infeksi yang mendasarinya. Seringkali ada rasa
sakit dan gatal di liang telinga, dan mungkin ada beberapa drainase yang
terinfeksi. Karena saluran telinga memiliki pertumbuhan polip di dalamnya,
sehingga mencegah suara masuk ke telinga tengah akibatnya adanya gangguan
tuli konduktif
- Sumbatan oleh serumen
Serumen adalah hasil dari produksi kelenjar sebasea, kelenjar seruminosa
yang terdapat dibagian kartilago liang telinga luar dan epitel kulit yang terlepas
dan pertikel debu. Dalam keadaan normal serumen terdapat disepertiga luar liang
telinga karena kelenjar tersebut hanya ditemukan didaerah ini dan keluar dengan
19
sendirinya dari liang telinga akibat migrasi epitel kulit yang bergerak dari arah
membrane timpani menuju keluar serta dibantu oleh gerakan rahang sewaktu
mengunyah.
Serumen memiliki banyak manfaat antara lain menjaga kanalis akustikus
eksternus dengan barier proteksi yang akan melapisi dan mambasahi kanalis. Sifat
lengketnya yang alami dapat menangkap benda asing, menjaga secara langsung
kontak dengan bermacam-macam organisme, polutan, dan serangga. Serumen
juga mepunyai pH asam (sekitar 4-5) sehinnga tidak dapat ditumbuhi oleh
organisme sehingga dapat membantu menurunkan resiko infeksi pada kanalis
akustikus eksternus. Tanpa kotoran telinga, kulit dalam telinga akan menjadi
kering, pecah-pecah, terinfeksi atau terendam air dan sakit.
Gejala dapat timbul jika sekresi serumen berlebihan akibatnya dapat
terjadi sumbatan serumen akibatnya pendengaran berkurang sehingga
menyebabkan tuli konduktif. Rasa nyeri timbul apabila serumen keras membatu
dan menekan dinding liang telinga. Telinga berdengung (tinitus), pusing (vertigo)
bila serumen telah menekan membrane timpani,kadang-kadang disertai batuk oleh
karena rangsangan nervus vagus melalui cabang aurikuler.
- Otitis eksterna
Otitis eksterna biasanya ditunjukkan dengan adanya infeksi bakteri pada
kulit liang telinga tetapi dapat juga disebabkan oleh infeksi jamur. Infeksi ini bisa
menyerang seluruh saluran (otitis eksterna generalisata) atau hanya pada daerah
tertentu sebagai bisul (furunkel). Pada umumnya penyebab dari otitis eksterna
adalah infeksi bakteri seperti Staphyilococcus aureus, Staphylococcus albus, E.
colli. Selain itu juga dapat disebabkan oleh penyebaran yang luas dari proses
dermatologis yang non-infeksius. Keluhannya dapat berupa adanya nyeri telinga
(otalgia) dari yang sedang sampai berat, berkurangnya atau hilangnya
pendengaran, tinnitus atau dengung, demam, discharge yang keluar dari telinga,
gatal-gatal (khususnya pada infeksi jamur atau otitis eksterna kronik), rasa nyeri
yang sangat berat (biasanya pada pasien yang imunocompopromais, diabetes,
otitis eksterna maligna). Selain itu juga ditemukan adanya tanda nyeri tekan pada
tragus dan sakit pada saat mengunyah atau membuka mulut jika keadaannya berat.
20
Tuli konduktif yang terjadi biasanya karena bisul atau farukel menymbat
liang telinga ataupun pada kondisi kronis dapat di temukan keluarnya cairan
berbau busuk, cairan ini dapat mengganggu konduksi suara yang masuk ke teling
tengah.
- Tumor pada telinga luar dan tengah
Tumor di telinga luar atau tengah, salah satu dapat menyebabkan
gangguan pendengaran. Tumor pada dasarnya merupakan istilah yang
menggambarkan adanya suatu benjolan yang abnormal. Tumor pada telinga luar
dapat berupa tumor jinak maupun ganas. Tumor jinak yang biasa di temukan
berupa oxostose, adenoma, osteoma. Sedangkan tumor ganas dapat berupa
squamosa sel karsinoma, basal sel karsinoma dan adenokarsinoma. Tumor pada
telinga tengah dapat berupa tumor jinak yaitu polip, granuloma dan glomus
jugulare, sedangkan tumor ganasnya dapat berupa squamosa sel karsinoma,
sarkoma dan adenokarsinoma. Tumor yang ada pada telinga luar maupun tengah
akan menutup saluran telinga sehingga akan menyebabkan hilangnya pendengaran
dan juga menyebabkan kotoran pada telinga
- Sumbatan tuba eustachius
Sumbatan pada tuba dapat menyebabkan tuli konduktif. Sumbatan pada
tuba dapat di sebabkan oleh perubahan tekanan udara luar dengan telinga tengah,
akibat kegagalan membuka tuba oleh karena ganguan pada otot m.tensor
velipalatini (biasanya pada gangguan kongenital ataupun akibat desakan tumor.
Adanya sumbatan tuba ini akan menyebabkan rupturnya pembuluh pembluh darah
kapiler- kapiler kecil yang ada pada telinga tengah, akibatnya terjadi penumpukan
cairan di telingah tengah. Adanya penumpukan cairan di telinga tengah ini akan
mengganggu konduksi suara.
- Infeksi telinga tengah
Infeksi telinga tengah atau otitis media, merupakan infeksi telinga pada
telinga tengah yang umumnya di sebabkan oleh bakteri. Dapat di bedakan atas
otitis media akut dan kronis. Kejadian otitis media akut lebih sering terjadi pada
anak-anak. Hilangnya pendengaran pada otitis media bisa karena kerusakan
membrana timpani berupa perforasi, ruptura, sikatriks yang terjadi pada otitis
21
media akut supuratif, ataupun akibat glue ear yaitu menumpuknya cairan kental
seperti lem yang di sebabkan oleh hasil sisa dari Otitis media supuratif kronis
maupun karena otitis media efusi kronis.
- Cairan (darah atau hematotimpanum karena trauma kepala)
Hemotimpanum dapat diartikan terdapatnya darah pada kavum timpani
dengan membrana timpani berwarna merah atau biru. Warna tidak normal ini
disebabkan oleh cairan steril bersama darah di dalam telinga tengah. Keadaan ini
dapat menyebabkan tuli konduktif, biasanya ada sensasi penuh atau tekanan.
Hemotimpanum bukan merupakan suatu penyakit akan tetapi lebih kepada suatu
gejala dari penyakit yang sering disebabkan oleh karena trauma. Tuli konduktif
dapat terjadi oleh adanya darah yang memenuhi kavum tympani.
Pada umumnya hemotimpanum disebabkan oleh epistaksis, gangguan
darah dan trauma tumpul kepala. Dan yang paling dilaporkan adalah
hemotimpanum yang terjadi akibat trauma kepala. Barotrauma dapat juga
menyebabkan hemotimpanum misalnya, perjalanan udara dan hyperbaric oxygen
chamber, penyelaman kompresi udara (SCUBA) atau penyelaman dengan
menahan napas. Barotrauma telinga tengah tidak jarang menimbulkan kerusakan
telinga dalam.
- Gangguan pada tulang- tulang pendengaran
Gerakan sendi tulang pendengaran terganggu oleh sikatriks,
mengalami destruksi karena otitis media, oleh ankilosis stapes pada otosklerosis,
adanya perlekatan-perlekatan dan luksasi karena trauma maupun infeksi, atau
bawaan karena tak terbentuk salah satu osikula.
- Otalgia
Otalgia adalah suatu gejala yang lazim terjadi, dan bisa dilukiskan sebagai
rasa terbakar, berdenyut atau menusuk, bisa bersifat ringan atau sangat hebat, atau
konsisten dan intermittent atau sementara. Pada keadaan terakhir, biasanya sesuai
ini dilukiskan sebagai nyeri tajam yang masuk. Rasa nyeri pada telinga ini karena
telinga dipersarafi oleh saraf yang kaya (nervus kranialis V, VII, IX, dan X selain
cabang saraf servikalis kedua dan ketiga), maka kulit di tempat ini menjadi sangat
sensitif.
22
Penyebab otalgia dapat dibedakan menjadi dua , yaitu Otalgia primer dan
Otalgia sekunder. Otalgia primer di sebabkan Otitis Externa, Polikondritis, Otitis
Media, Barotrauma, Mastoiditis Supuratif akut. Pada Otalgia sekunder dapat di
karenakan nyeri alih (Reffered otalgia) oleh Nervus Trigeminus (N.V) seperti
penyakit Gigi, Iritasi Sinus Paranasal, Iritasi Durameter, Lesi di rongga mulut.
Otalgia sekunder juga akibat Nyeri alih oleh nervus fasialis (bell’s palsy, infeksi
herpes zoster), Nyeri alih oleh nervus glossopharyngeal (Tonsilitis akut,
peritonsilitis atau abes peritonsilar)
Kehilangan pendengaran akibat otalgia dapat terjadi melalui mekanisme
yaitu Nyeri di temporomandibularis, nyeri dari bagian lain seperti laring, faring,
vertigo, iritasi lokal, kemudian nyeri ini menjalar, nyeri ini menjalar ke telinga
karena kulit telinga banyak saraf (nervus kranialis V, VII, IX, dan X selain cabang
saraf servikalis kedua dan ketiga.) akibat selanjutnya Kulit menjadi sensitif, Bila
tidak diatasi kemungkinan saraf menjadi kebas akibatnya Gangguan pendengaran
karena saraf kurang peka
- Otosklerosis
Otosklerosis adalah penyakit pada kapsul tulang labirin yang mengalami
spongiosis si daerah kaki stapes, sehingga stapes menjadi kaku dan tidak dapat
menghantarkan getaran suara ke labirin dengan baik. Otosklerosis merupakan
salah satu penyebab umum tuli konduktif pada orang dewasa. Otosklerosis
merupakan gangguan herediter yang dimulai sejak remaja dengan bentuk
dominant autosomal yang diwariskan.
- Keratosis obsturans eksterna
Keratosis obliterans adalah pertumbuhan yang berlebihan dari jaringan
epitel liang telinga luar, berwarna putih seperti mutiara, sehingga membentuk
gumpalan dan menimbulkan rasa penuh serta kurang dengar. Keratosis obturans
pada umumnya terjadi pada pasien usia muda antara umur 5-20 tahun dan dapat
menyerang satu atau kedua telinga. Etiologi keratosis obturans hingga saat ini
belum diketahui. Namun, mungkin disebabkan akibat dari eksema, seboroik dan
furonkulosis. Penyakit ini kadang-kadang dihubungkan dengan bronkiektasis dan
sinusitis kronik
23
Pada pasien dengan keratosis obturans terdapat tuli konduktif akut, nyeri
yang hebat, liang telinga yang lebih lebar (karena adanya erosi tulang yang
menyeluruh sehingga liang telinga tampak lebih luas), membran timpani utuh tapi
lebih tebal dan jarang ditemukan adanya sekresi telinga. Gangguan pendengaran
dan rasa nyeri yang hebat disebabkan oleh desakan gumpalan epitel berkeratin di
liang telinga
- Kolesteatom
Kolesteatom adalah suatu kista epiterial yang berisi deskuamasi epitel
(keratin). Deskuamasi tersebut dapat berasal dari kanalis auditoris externus (liang
telinga) atau membrana timpani. Apabila terbentuk terus dapat menumpuk
sehingga menyebabkan kolesteatom bertambah besar. Kolesteatoma dapat terjadi
di kavum timpani dan atau mastoid. Kolesteatoma biasanya terjadi karena tuba
eustachian yang tidak berfungsi dengan baik karena terdapatnya infeksi pada
telinga tengah. Saat tuba eustachian tidak berfungsi dengan baik udara pada
telinga tengah diserap oleh tubuh dan menyebabkan di telinga tengah sebagian
terjadi hampa udara. Keadaan ini menyebabkan pars plasida di atas colum maleus
membentuk kantong retraksi, migrasi epitel membran timpani melalui kantong
yang mengalami retraksi ini sehingga terjadi akumulasi keratin. Kantong tersebut
menjadi kolesteatoma. Perforasi telinga tengah yang disebabkan oleh infeksi
kronik atau trauma langsung dapat menjadi kolesteatoma. Kolesteatoma sangat
berbahaya dan merusak jaringan sekitarnya yang dapat mengakibatkan hilangnya
pendengaran dengan akibatnya hilangnya tulang mastoid, osikula, dan
pembungkus tulang saraf
24
BAB IIIPENUTUP
1. Kesimpulan
Orang yang dilahirkan didunia ini tidak akan luput dari suatu penyakit yang
dapat menyebabkan ketulian seperti juga penyakit-penyakit lainnya. Tuli dapat terjadi
juga waktu masih di dalam kandungan (prenatal),waktu dilahirkan (peri-natal) dan
sesudah lahir (postnatal). Tuli sesudah lahir dapat terjadi tepat setelah lahir atau di dalam
perjalanan hidupnya, dimana dapat mengganggu aktivitas verbal nya setelah beranjak
dewasa. Oleh karena itu hal yang perlu dilakukan adalah penatalaksanaan yang tepat
dalam penanggulanggan tuna-rungu wicara dengan mempertimbangkan penggunaan alat
bantu dengar ataupun implant koklea.
Penyebab-penyebab tuli konduktif adalah mikrotia dan atresia liang
telinga, adanya cairan (sekret, air) ataupun benda asing pada liang telinga, polip
telinga, sumbatan oleh serumen, otitis eksterna, tumor pada telinga luar dan
tengah, sumbatan tuba eustachius, infeksi telinga tengah, cairan (darah atau
hematotimpanum karena trauma kepala), gangguan pada tulang- tulang
pendengaran, otalgia, otosklerosis, keratosis obsturans eksterna, kolesteatom.
2. Saran
Pendengaran mempunyai peranan yang sangat besar bagi seseorang untuk
bisa berbahasa dan berkomunikasi. Oleh karena itu, perlu dilakukan adanya
deteksi dini terhadap gejala-gejala ketulian, secara khusus pada anak setelah lahir
dan balita agar dapat dengan segera diatasi, sehingga tidak menghambat proses
pembelajaran terhadap berbahsa dan berkomunikasi.
25
DAFTAR PUSTAKA
1. prevalensi gangguan pendengaran pada siswa Sekolah Menengah Atas
(SMA). Available from http://repository.usu.ac.id/bitstream/
123456789/21550/5/Chapter%20I.pdf
2. Telinga sehat pendengaran baik. Available from
http://www.depkes.go.id/index.php/berita/press-release/840 telinga-sehat-
pendengaran-baik.html
3. Conductive hearing loss. Available from
http://www.veterans-uk.info/publications/conductive_hearing_loss.pdf
4. Lulusan Dokter 2004-2005, panitia. Mengenal Keterlambatan wicara
pada'anak. Makalah symposium sehari 2004; P 1 -37
5. Dr.soetomo, Dr.hany soepardjo. $ebab-sebab ketulian dipandang dari
sudut-THT. Diambil dari: http//:www.kalbe.co.id/files/cdk/files/02
sebabsebabketulian.pdf
6. Tuli Kongenital. Diambil dari: http//:myrhythm.wordpress.com
7. Tuna wicara. Diambil dari: http//:www.wikipedia.com
8. Dwi Restuti Ratna, Dr.Dr,sp.THT. Buku ajar ilmu kesehatan Telinga Hidung
Tenggorok
9. kepala dan leher. Edisi Keenam. Jakarta.2007.PS 1-7 ,
10. Higler Adams Boies. Buku ajar penyakit THT. Tuli kongenital Edisi 6.
Jakarta. 1997. PI 22-26
11. Sherwood lauralee. Fisiologi manusia dari sel ke sel: Telinga
pendengaran. Dan keseimbangan. Edisi 2.jakarta.2001.P176-88
12. Mansjoer Arif. Kapita selekta kedokteran. Gangguan pendengaran pada bayi
dsii aiiak. Edisi ketiga. Jakarta.2001.P87
13. Penanganan ketuliian. Diambil dari: http://hearing.kasoem.co.id/alat-bantu-
dengfir/ alat-banLu-mendengar-abm-bag-2 :
14. Alot bantu dengar. Diambil dari:
http://www.alatbantudengar.com/hearing- instruments.php Hasibuan R3 A.
H. Otologi. P 126 - 127
26