makalah tuli

49
MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK PRESBIKUSIS DI Susun Oleh : Irwan apriandi Enny triani tyas angraini Relin rosmidianyah Inta lestari Yora nopriani Nivota sari Winda apriani Kelompok : IV SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN ( STIKES ) TRI MANDIRI SAKTI

Upload: irwan-afriandi

Post on 28-Nov-2015

456 views

Category:

Documents


23 download

DESCRIPTION

tuli

TRANSCRIPT

Page 1: Makalah Tuli

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK PRESBIKUSIS

DI Susun Oleh :

Irwan apriandi

Enny triani tyas angraini

Relin rosmidianyah

Inta lestari

Yora nopriani

Nivota sari

Winda apriani

Kelompok : IV

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN ( STIKES )

TRI MANDIRI SAKTI

BENGKULU

2013

Page 2: Makalah Tuli

KATA PENGANTAR

Dengan segala kerendahan hati penulis panjatkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT,

karena atas rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul

“asuhan keparawatan geronti presbikusis”.

Penulis menyadari bahwa masih banyak sekali kekurangan yang belum terjangkau oleh

penulis, maka penulis mengharapkan kritik dan saran serta masukan yang membangun demi

kesempurnaan makalah ini.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada

Ns. Ida rahmawati, S. Kep selaku dosen Mata Kuliah Keperawatan gerontik dan beberapa pihak

yang telah membantu dalam penulisan makalah ini.

Semoga amal baik yang telah diberikan kepada saya mendapat imbalan yang setimpal

dari Allah SWT.Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Bengkulu, juni 2013

Penulis

Page 3: Makalah Tuli

DAFTAR ISI

Kata pengantar …………………………………………………..

Daftar isi …………………………………………………..

BAB I pendahuluan

a. Latar belakang …………………………………………………..

b. Rumusan masalah …………………………………………………..

c. Tujuan penulisan …………………………………………………..

BAB II tinjauan teoritis

a. Definisi …………………………………………………..

b. Etiologi …………………………………………………..

c. Patopisiologi …………………………………………………..

d. Manifestasi klinis …………………………………………………..

e. Penatalaksanaan …………………………………………………..

f. Pemeriksaan penunjang …………………………………………………..

BAB III konsep askep

a. Pengkajian …………………………………………………..

b. Analisis …………………………………………………..

c. Diagnosa keperawatan …………………………………………………..

d. Intervensi …………………………………………………..

e. Evaluasi …………………………………………………..

BAB IV penutup

Kesimpulan …………………………………………………..

Saran …………………………………………………..

Daftar pustaka

Page 4: Makalah Tuli

BAB I

PENDAHULUAN

1.1.Latar belakang

Perubahan patologik pada organ auditorik akibat proses degenerasi pada orang tua

(geriatri ), menyebabkan gangguan pendengaran. Jenis ketulian yang terjadi pada kelompok

geriatri umumnya adalah tuli saraf, namun juga dapat berupa tuli konduktif atau tuli campur.

Istilah presbikusis atau presbiakusis, atau tuli pada orang tua diartikan sebagai gangguan

pendengaran sensorineural pada individu yang lebih tua. Yang khas daripadanya, presbikusis

menyebabkan gangguan pendengaran bilateral terhadap frekuensi tinggi yang diasosiasikan

dengan kesulitan mendiskriminasikan kata-kata, dan juga gangguan terhadap pusat pengolah

informasi pada saraf auditorik. Selain itu, bentuk lain dari presbikusis pernah dilaporkan.

Hubungan antara usia yang lanjut dengan ketulian pada frekuensi yang tinggi pertama sekali

dipaparkan oleh Zwaardemarker pada 1899. Sejak itu, penelitian lebih lanjut dilakukan untuk

mengetahui perubahan patologik yang terjadi pada presbikusis, tetapi mekanisme terjadinya

masih belum diketahui.

Presbikusis merupakan masalah yang penting dalam masyarakat. Hal ini terjadi pada

populasi lansia yang merupakan akibat dari penurunan fungsi yang berhubungan dengan usia.

Sebagai tambahan, bertambahnya umur menyebabkan gangguan konsentrasi untuk mengingat

memori sehingga terjadi kesulitan dalam memahami pembicaraan khususnya pada suasana yang

bising. Akhirnya, penurunan fungsi pendengaran ini akan mengakibatkan isolasi dari sejumlah

orang tua/lansia dengan cara membatasi penggunaan telepon, menyebabkan mereka melepaskan

kesempatan bersosialisasi seperti menghadiri konser musik, kegiatan-kegiatan sosial, dan lain

sebagainya.

Yang paling mungkin terjadi pada usia lanjut, sehingga disebut tuli karena usia, adalah

hilangnya pendengaran akibat faktor ekstrinsik seperti bising atau ototoksisitas atau faktor

intrinsik seperti predisposisi genetik terhadap hilangnya pendengaran. Tuli pada pasien usia

lanjut dapat juga disebabkan oleh kombinasi faktor kausatif.

Page 5: Makalah Tuli

1.2.Tujuan

Tujuan umun : dari penulisan makalah ini adalah untuk menambah wawasan tentang

presbikusis.

Tujuan khusus :

Mengetahui apa itu presbikusis

Apa penyebeb presbikusis

Bagaimana gejala presbikusis

Bagaimana penatalaksanaan pada presbikusis

Apa pemeriksaan pada presbikusis

Diagnose presbikusis

Klasifikasi presbikusis

Page 6: Makalah Tuli

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

2.1. Definisi

Gangguan pendengaran merupakan suatu keadaan yang menyertai lanjutnya usia. Dengan

makin lanjutnya usia terjadi degenerasi primer di organ corti berupa hilangnya sel epitel syaraf

yang di mulai pada usia pertengahan (Vander Cammen, 1991)

Kehilangan pendengaran pada lansia disebut presbikusis. fenonema tersebut sebagai

suatu penyakitsimetris bilateral pada pendengaran yang berkembang secara progresif lambat

terutama memengaruhi nada tinggi dan dihubungkan dengan penuaan. Penyebabnya tidak

diketahui, tetapi berbagai faktor yang telah diteliti adalah: nutrisi, faktor dan arteriosklerosis.

Penurunan pendengaran terutama berupa sensorineural, tetapi juga dapat berupa komponen

konduksi yang berkaitan dengan presbiskusis.

(Rees and Deekert, 1990)

2.2. Klasifikasi Gangguan Pendengaran

a. Gangguan Pendengaran Tipe Konduktif

            Gangguan bersifat mekanik, sebagai akibat dari kerusakan kanalis auditorius, membrana

timpani atau tulang-tulang pendengaran. Salah satu penyebab gangguan pendengaran tipe

konduktif yang terjadi pada usia lanjut adalah adanya serumen obturans, yang justru sering

dilupakan pada pemeriksaan. Hanya dengan membersihkan lobang telinga dari serumen ini

pendengaran bisa menjadi lebih baik.

b. Gangguan Pendengaran Tipe Sensori-Neural

            Penyebab utama dari kelainan ini adalah kerusakan neuron akibat bising, prebiakusis,

obat yang oto-toksik, hereditas, reaksi pasca radang dan komplikasi aterosklerosis.

c. Prebiakusis

Page 7: Makalah Tuli

            Hilangnya pendengaran terhadap nada murni berfrekwensi tinggi, yang merupakan suatu

fenomena yang berhubungan dengan lanjutnya usia. Bersifat simetris, dengan perjalanan yang

progresif lambat. Terdapat beberapa tipe presbiakusis, yaitu :

1)        Presbiakusis Sensorik

Patologinya berkaitan erat dengan hilangnya sel neuronal di ganglion spiralis. Letak dan

jumlah kehilangan sel neuronal akan menentukan apakah gangguan pendengaran yang timbul

berupa gangguan atas frekwensi pembicaraan atau pengertian kata-kata.

2)        Prebiakusis Strial

Abnormalitas vaskularis striae berupa atrofi daerah apical dan tengah dari kohlea.

Prebiakusis jenis ini biasanya terjadi pada usia yang lebih muda disbanding jenis lain.

3)        Prebiakusis Konduktif Kohlear

Diakibatkan oleh terjadinya perubahan mekanik pada membrane basalis kohlea sebagai akibat

proses dari sensitivitas diseluruh daerah tes.

d. Tinitus

Suatu bising yang bersifat mendengung, bisa bernada tinggi atau rendah, bisa terus

menerus atau intermiten. Biasanya terdengar lebih keras di waktu malam atau ditempat yang

sunyi. Apabila bising itu begitu keras hingga bisa didengar oleh dokter saat auskkkultasi disebut

sebagai tinnitus obyektif.

e. Persepsi Pendengaran Abnormal

            Sering terdapat pada sekitar 50% lansia yang menderita presbiakusis, yang berupa

suatu peningkatan sensitivitas terhadap suara bicara yang keras. Tingkat suara bicara yang pada

orang normal terdengar biasa, pada penderita tersebut menjadi sangat mengganggu.

f.       Gangguan Terhadap Lokalisasi Suara

            Pada lansia seringkali sudah terdapat gangguan dalam membedakan arah suara,

terutama dalam lingkungan yang agak bising.

2.3 Etiologi

Page 8: Makalah Tuli

Umumnya diketahui bahwa presbikusis merupakan akibat dari proses degenerasi. Diduga

kejadian presbikusis mempunyai hubungan dengan faktor-faktor herediter, pola makanan,

metabolisme, arteriosklerosis, infeksi, bising, gaya hidup atau bersifat multifaktor. Menurunnya

fungsi pendengaran secara berangsur merupakan efek kumulatif dari pengaruh faktor-faktor

tersebut diatas.

Biasanya terjadi pada usia lebih dari 60 tahun. Progesifitas penurunan pendengaran

dipengaruhi oleh usia dan jenis kelamin, pada laki-laki lebih cepat dibandingkan dengan

perempuan.

2.4.patopisiologi

vestibulocochlearis ( VIII ). Pada koklea perubahan yang mencolok ialah atrofi dan

degenerasi sel-sel rambut penunjang pada organ korti. Proses atrofi disertai dengan perubahan

vaskuler juga terjadi pada stria vaskularis. Selain itu terdapat pula perubahan, berupa

berkurangnya jumlah dan ukuran sel-sel ganglion dan saraf. Hal yang sama terjadi juga pada

myelin akson saraf.

Banyak peneliti menyelidiki penyebab dari ketulian ini. Crowe dan rekannya, Saxen,

Gacek dan Schuknecht telah mempelajari perubahan histologik dari koklea pada telinga

seseorang dengan presbikusis. Gacek dan Schucknecht mengidentifikasi 4 lokasi penuaan koklea

dan membagi presbikusis menjadi 4 tipe berdasarkan lokasi tersebut. Perubahan histologik ini

berhubungan dengan gejala yang timbul dan hasil pemeriksaan auditorik.

Adapun keempat tipe dari prebikusis adalah sebagai berikut :

2.4.1. Presbikusis sensorik

Tipe ini menunjukkan atrofi dari epitel disertai hilangnya sel-sel rambut dan sel

penyokong Organ Corti. Prosesnya berasal dari bagian basal koklea dan perlahan-lahan menjalar

ke daerah apeks. Perubahan ini berhubungan dengan penurunan ambang frekuensi tinggi, yang

dimulai setelah usia pertengahan. Secara histology, atrofi dapat terbatas hanya beberapa

millimeter awal dari basal koklea. Proses berjalan dengan lambat. Beberapa teori mengatakan

perubahan ini terjadi akibat akumulasi dari granul pigmen lipofusin.

Page 9: Makalah Tuli

2.4.2. Presbikusis Neural

Tipe ini memperlihatkan atrofi dari sel-sel saraf di koklea dan jalur saraf pusat.

Schuknecht memperkirakan adanya 2100 neuron yang hilang setiap dekadenya ( dari totalnya

sebanyak 35000 ). Hilangnya neuron ini dimulai pada awal kehidupan dan mungkin diturunkan

secara genetik. Efeknya tidak disadari sampai seseorang berumur lanjut sebab gejala tidak akan

timbul sampai 90 % neuron akhirnya hilang. Atrofi terjadi mulai dari koklea, dengan bagian

basilarnya sedikit lebih banyak terkena dibanding sisa dari bagian koklea lainnya. Tetapi, tidak

didapati adanya penurunan ambang terhadap frekuensi tinggi bunyi. Keparahan tipe ini

menyebabkan penurunan diskriminasi kata-kata yang secara klinik berhubungan dengan

presbikusis neural dan dapat dijumpai sebelum terjadinya gangguan pendengaran.

2.4.3. Presbikusis Metabolik

Kondisi ini dihasilkan dari atrofi stria vaskularis. Stria vaskularis normalnya berfungsi

menjaga keseimbangan bioelektrik dan kimiawi dan juga keseimbangan metaboliK dari koklea.

Atrofi dari stria ini menyebabkan hilangnya pendengaran yang direpresentasikan melalui kurva

pendengaran yang mendatar ( flat ) sebab seluruh koklea terpengaruh. Diskriminasi kata-kata

dijumpai. Proses ini berlangsung pada seseorang yang berusia 30-60 tahun. Berkembang dengan

lambat dan mungkin bersifat familial.

2.4.4. Presbikusis Mekanik ( presbikusis konduktif koklear )

Kondisi ini disebabkan oleh penebalan dan kekakuan sekunder dari membran basilaris

koklea. Terjadi perubahan gerakan mekanik dari duktus koklearis dan atrofi dari ligamentum

spiralis. Berhubungan dengan tuli sensorineural yang berkembang sangat lambat.

Perubahan histologik presbikusis jarang sekali ditemukan hanya pada satu area saja,

karena perkembangan presbikusis melibatkan perbuahan simultan pada banyak tempat. Hal ini

menjelaskan sulitnya menghubungan gejala klinik atau tanda dengan lokasi anatomik yang

spesifik, seperti yang dikemukakan oleh Suga dan Lindsay juga oleh Nelson dan Hinojosa.

Page 10: Makalah Tuli

Banyaknya penelitian terbaru ditujukan untuk mengetahui penyebab sebenarnya dari

presbikusis. Sebahagian besar menitikberatkan pada abnormalitas genetik yang mendasarinya,

atau memiliki peranan ataupun mencetuskan perkembangan dari penyakit ini.

Salah satu penemuan yang paling terkenal sebagai penyebab potensial presbikusis adalah

mutasi genetik pada DNA mitokondrial. Penurunan perfusi ke koklea dihubungkan dengan

umum mungkin berperan dalam pembentukan metabolit oksigen reaktif, yang efek sampingnya

mempengaruhi struktur telinga dalam. Kerusakan DNA mitokondrial dapat menyebabkan

berkuranya posforilasi oksidatif, yang berujung pada masalah fungsi neuron di telinga dalam.

Nutrisi dan anatomi diduga berperan juga dalam menyebabkan presbikusis. Berner, dkk,

menjumpai adanya hubungan antara defisiensi asam folat dan vitamin B12 dengan hilangnya

pendengaran tetapi hubungannya tidak signifikan secara statisti. Martin Villares menemukan

hubungan antara level kolesterol yang tinggi dengan berkurangnya pendengaran. Walaupun

pneumatisasi dari mastoid tidak berhubungan dengan terjadinya presbikusis pada penelitian yang

dilakukan oleh Pata, dkk, tetapi perubahan ultrastruktur pada lempeng kutikular tampak

berhubungan dengan riwayat ketulian pada frekuensi tinggi pada studi terhadap tulang temporal

manusia yang dilakukan oleh Scholtz.

2.5.  Tanda Dan Gejala

Gejala klinik bervariasi antara masing-masing pasien dan berhubungan dengan perubahan

yang terjadi pada koklea dan saraf sekitarnya. Keluhan utama presbikusis berupa berkurangnya

pendengaran secara perlahan dan progresif, simetris pada kedua telinga, yang saat dimulainya

tidak disadari.

Keluhan lain adalah adanya telinga berdenging ( tinnitus ). Pasien dapat mendengar suara

percakapan, tetapi sulit untuk memahaminya, terutama bila diucapkan secara cepat dengan latar

belakang yang riuh ( cocktail party deafness). Terkadang suara pria terdengar seperti suara

wanita. Bila intensitas suara ditinggikan akan timbul rasa nyeri di telinga, hal ini disebabkan oleh

faktor kelelahan ( recruitment ).

Page 11: Makalah Tuli

2.6.  Penatalaksanaan

Rehabilitasi sebagai upaya untuk mengembalikan fungsi pendengaran dilakukan dengan

pemasangan alat bantu dengar ( hearing aid ). Pemasangan alat bantu dengar hasilnya akan lebih

memuaskan bila dikombinasikan dengan latihan membaca ujaran ( speech reading ), dan latihan

mendengar ( auditory training ), prosedur pelatihan tersebut dilakukan bersama ahli terapi wicara

( speech therapist ).

Tujuan rehabilitasi pendengaran adalah memperbaiki efektifitas pasien dalam komunikasi

sehari-hari. Pembentukan suatu program rehabilitasi untuk mencapai tujuan ini tergantung pada

penilaian menyeluruh terhadap gangguan komunikasi pasien secara individual serta kebutuhan

komunikasi sosial dan pekerjaan. Partisipasi pasien ditentukan oleh motivasinya. Oleh karena

komunikasi adalah suatu proses yang melibatkan dua orang atau lebih, maka keikutsertaan

keluarga atau teman dekat dalam bagian-bagian tertentu dari terapi terbukti bermanfaat.

Membaca gerak bibir dan latihan pendengaran merupakan komponen tradisional dari

rehabilitasi pendengaran. Pasien harus dibantu untuk memanfaatkan secara maksimal isyarat-

isyarat visual sambil mengenali beberapa keterbatasan dalam membaca gerak bibir. Selama

latihan pendengaran, pasien dapat melatih diskriminasi bicara dengan cara mendengarkan kata-

kata bersuku satu dalam lingkungan yang sunyi dan yang bising. Latihan tambahan dapat

dipusatkan pada lokalisasi, pemakaian telepon, cara-cara untuk memperbaiki rasio sinyal-bising

dan perawatan serta pemeliharaan alat bantu dengar.

Program rehabilitasi dapat bersifat perorangan ataupun dalam kelompok. Penyuluhan dan

tugas-tugas khusus paling efektif bila dilakukan secara perorangan, sedangkan program

kelompok memberi kesempatan untuk menyusun berbagai tipe situasi komunikasi yang dapat

dianggap sebagai situasi harian normal untuk tujuan peragaan ataupun pengajaran.9

Pasien harus dibantu dalam mengembangkan kesadaran terhadap isyarat-isyarat

lingkungan dan bagaimana isyarat-isyarat tersebut dapat membantu kekurangan informasi

dengarnya. Perlu diperagakan bagaimana struktur bahasa menimbulkan hambatan-hambatan

tertentu pada pembicara. Petunjuk lingkungan, ekspresi wajah, gerakan tubuh dan sikap alami

cenderung melengkapi pesan yang diucapkan. Bila informasi dengar yang diperlukan untuk

Page 12: Makalah Tuli

memahami masih belum mencukupi, maka petunjuk-petunjuk lingkungan dapat mengisi

kekurangan ini. Seluruh aspek rehabilitasi pendengaran harus membantu pasien untuk dapat

berinteraksi lebih efektif dengan lingkungannya.

Terdapat beberapa pilihan terapi untuk penderita presbikusis, diantaranya:

1. kurangi paparan terhadap bising.

2. Gunakan pelindung telinga (ear plegs atau ear muffs) untuk mencegah kerusakan lebih

lanjut.

3. Gunakan alat bantu dengar .

4. Lakukan latihan untuk meningkatkan keterampilan membaca gerak bibir dan latihan

mendengar.

5. Berbicaralah kepada penderita presbikusis dengan nada rendah dan jelas. Dengan

memahami kondisi yang dialami oleh para lansia dan memberikan terapi yang tepat bagimereka,

diharapkan kita dapat membatu mengatasi masalah sosial yang mungkin mereka alami

akibatadanya keterbatasan fungsi pendengaran mereka.

2.7.Pemeriksaan Fisik

Tidak dijumpai keabnormalan pada pemeriksaan fisik. Tetapi dengan pemeriksaan

otoskopi tampak membran timpani suram, dan jika dilakukan tes penala, maka akan

menunjukkan suatu tuli sensorineural yang bilateral.

2.8. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan misalnya pemeriksaan audiometric nada

murni, menunjukkan tuli saraf nada tinggi, bilateral dan simetris.Pada tahap awal terdapat

penurunan yang tajam ( sloping ) setelah frekuensi 2000 Hz. Gambaran ini khas pada presbikusis

sensorik dan neural. Kedua jenis presbikusis ini sering ditemukan. Garis ambang dengar pada

audiogram jenis metabolik dan mekanik lebih mendatar, kemudian pada tahap berikutnya

berangsur-angsur terjadi penurunan. Pada semua jenis presbikusis tahap lanjut juga terjadi

penurunan pada frekuensi yang lebih rendah.Pemeriksaan audiometri tutur menunjukkan adanya

gangguan diskriminasi wicara ( speech discrimination ). Keadaan ini jelas terlihat pada

presbikusis jenis neural dan koklear.

Page 13: Makalah Tuli

BAB III

KONSEP ASKEP

3.1. Pengkajian

Nama panti : BPPLU pagar dewa provinsi Bengkulu

Alamat panti ` : jl. Adam malik no. 9 pagar dewa provinsi Bengkulu

Tanggal masuk : 12 Juni 2013

Tanggal pengkajian : 14 juni 2013

No register ; 12345678910

A. Identitas klien

Nama : KK.R

Alamat : jln. Prumnas unib Bengkulu

Jenis kelamin : Laki-laki

Umur : 58 tahun

Status perkawinan : duda

Agama : islam

Suku : palembang

Pendidikan terakhir : sajana hukum

Lama tinggal dipanti ; 5 bulan

Sumber pendapatan : pensiunan

Keluarga yang dapat dihubungi : Ny. H

Riwayat pekerjaan : Wiraswasta

B. Alasan kunjungan ke panti

Page 14: Makalah Tuli

KK.R mengatakan dibawa kepanti oleh anaknya karena tidak ada yang peduli dan jarang

mendapat perhatian dari anak-anaknya ataupun keluarga yang lain sedangkan suami

NK.R sudah meninggal 1 tahun yang lalu.

C. Riwayat kesehatan

a)      Keluhan utama

Klien susah mendengar pesan atau rangsangan suara

b)      Riwayat kesehatan sekarang

Saat sekarang keluarga klien mengatakan susah mendengar pesan atau rangsangan

berupa suara. Ketika berbicara dengan orang lain klien tidak mengerti terhadap

pembicaraan.Untuk lebih mengerti, klien sering meminta untuk mengulangi pembicaraan.

Keluarga klien mengatakan lebih senang menyendiri dan dengan kesendiriannya itu klien

mengekspresikan kesepian dan keluarga klien mengatakan bahwa klien sering menarik diri dari

lingkungan dan tidak mau tampil bersama anggota keluarga. Untuk mengisi kebosanannya,

kakek mengatakan bahwa klien  lebih banyak tidur dan tidak mau melakukan aktivitas apapun.

Komunikasi dengan klien sebagian besar berjalan melalui pesan-pesan  tertulis. 

c)      Riwayat penyakit dahulu

Dikaji dari keluarga klien, apakah klien mengalami penyakit akut maupun kronis. :

1. Sejak kapan gangguan pendengaran mulai dirasakan klien ? biasanya prebikusis sering muncul

pada umur 60 tahun keatas ,tapi hal tersebut belum terlalu mengganggu bagi klien.

2. Apakah klien pernah mengalami cedera kepala dan mengalami alergi terhadap berbagai

makanan dan minuman.

3.Bagaimana gaya hidup klien, apakah klien seorang perokok berat atau tidak.         

4.Apakah Klien sering terpajan dengan suara bising ?

d)      Riwayat kesehatan keluarga

Apakah ada keluarga yang menderita penyakit pada sistem pendengaran, apakah ada

kelurga yang menderita DM.

Page 15: Makalah Tuli

D .  Pemeriksaan Fisik

1.Pengkajian Daun telinga

a)      Inspeksi: 

   Kesimetrisan daun telinga (simetris kiri dan kanan)

   Posisi telinga normal yaitu sebanding dengan titik puncak

  Penempatan pada lipatan luar mata ( masih terdapat/tampak atau tidak)

  Terdapat pembengkakan pada Auditorius eksternal atau tidak.

b)      Palpasi: 

1)      Apakan terdapat nyeri raba

2)      Apakah ada pembengkakan 

E.  Pemeriksaan Penunjang

a)      Pemeriksaan otoskopik

Menggunakan alat otoskop untuk memeriksa meatus akustikus eksternus dan

membran timpani dengan cara inspeksi: 

Hasil: 

1)      Serumen berwarna kuning, konsistensi kental. 

2)      Dinding liang telinga berwarna merah muda 

F.     Tes ketajaman pendengaran

1)      Tes penyaringan sederhana 

Hasil:

1. Biasanya klien tidak mendengar secara jelas angka-angka yang disebutkan

2.  Klien tidak mendengar secara jelas detak jarum jam pada jarak 1–2 inchi. 

2)     Uji rinne 

Hasil:  Biasanya klien tidak mendengarkan adanya getaran garpu tala dan

tidak jelas mendengar adanya bunyi dan saat bunyi menghilang.

.

G.Status fisiologis

Page 16: Makalah Tuli

Postur tulang : Tegap

Tanda – tanda vital dan status gizi :

Suhu : 37 ˚c

Tekanan darah : 12o / 70 mmhg

Nadi : 80 x/i

Respirasi : 20 x/i

Bb : 60 kg

Tb : 175 cm

H.Pengkajian head to toe :

1. Kepala

Kebersihan : bersih

Kerontokan rambut : tidak

Keluhan : tidak

2. Mata

Konjungtiva : anemis

Sklera : ikterik

Strabismus : tidak

Penglihatan : normal

Peradangan : tidak

Riwayat katarak : tidak ada.

Keluhan : tidak ada keluhan

3. Hidung

Bentuk : simetris

Peradangan : tidak

Penciuman : tidak terganggu

4. Mulut dan tenggorokan

Kebersihan : bersih

Page 17: Makalah Tuli

Mukosa : lembab

Peradangan/ stamatitis : tidak ada

Gigi geligi : lengkap

Radang gusi : tidak ada

Kesulitan mengunyah : tidak

Kesulitan menelan : tidak

5. Telinga

Kebersihan : kurang bersih

Peradangan : ada peradangan

Pendengaran : tuli

Keluhan lain :nyeri pada telinga

6. Leher

Pembesaran kljar tirood : ada

Jvp : tidak

Kaku kuduk :tidak

7. Dada

Bentuk dada : simetris

Retraksi : Ada

Wheezing : tidak

Ronchi : tidak ada

Suara jantung tambahan : tidak ada

Iotus cordis : teraba satu jari

8. Abdomen

Bentuk : simestris

Nyeri tekan : tidak ada

Kembung : tidak ada

Bising usus : 12x/i

Massa ; tidak

9. Genitalia

Kebersihan : bersih

Haemoroid : tidak

Page 18: Makalah Tuli

Hernia : tidak

10. Ektremitas

Kekuatan otot : 555 555

555 555

Postur tubuh : tegap ( normal)

Rentang gerak : maksimal

Deformitas : tidak

Tremor : tidak

Edema kaki : tidak

Penggunaan alat bantu : tidak

Reflek

11. Integument

kebersihan : bersih

Warna : tidak ( sawo matang )

Kelembaban : lembab

Gangguan pada kulit : tidak ada

e. Pengkajian keseimbangan untuk lansia ( tinneti, ME dang inter , SF. 1998 )

1. Perubahan posisi atau gerakan keseimbangan

Bangun dari kursi :

KK.R masih dapat bangun dari duduk dengan kali gerakan , pada saat berdiri

pertama kali nenek tampak stabil.

Duduk di kursi :

Reflek Kanan Kiri

Bisep + +

Triceps + +

Knee + +

Achiles + +

Page 19: Makalah Tuli

KK. R duduk dikursi secara perlahan dan mengatur posisi duduk untuk bersandar

dan posisi yang nyaman.

Menahan dorongan pada sternum

KK.R dapat menahan dorongan pada sternum.

Mata tertutup

KK.R menggerakan kaki dan memegang objek dukungan yang teraba untuk

menahan dorongan.

Perputaran leher

KK.R dapat berputar,Gerakan menggapai sesuatu

KK.R masih bisa menggapai sesuatu dengan bahu fleksi

Membukuk

KK.R masih mampu membungkuk untuk mengambil objek-objek kecil seperti

pulpenn dari lantai, tidak memerlukan usaha multiple untuk bangun.

2. Komponen gaya bergerak atau berjalan

Saat diminta berjalan pada tempat yang telah ditentukan KK.R tampak ragu dan

perlahan berjalan pada tempat yang ditentukan, tanpa memegang objek.

Ketinggian langkah kaki

KK. R tidak menggeser / menyeret kaki dan tidak mengangkat kaki terlalu tinggi.

Kontinuitas langkah kaki.

Setelah langkah-langkah awal, kontiunitas langkah kaki tidak konsisten.

Kesimetrisan langkah

Panjang langkah kaki kanan dan kiri tidak simetris, ada perbedaan yang

signifikan.

Penyimpangan jalur saat berjalan tidak terjadi berbalik

KK. R berhenti terlebih dahulu sebelum berbalik dan mulai membalikkan langkah

dengan perlahan.

I. pengkajian psikososial

hubungan dengan orang lain dalam wisma :

1. Tidak kenal

2. Sebatas kenal√

Page 20: Makalah Tuli

3. Mampu berinteraksi√

4. Mampu bekerjasama

→ KK.R tidak mampu berinteraksi dengan baik pada teman-teman diwismanya dan

sehingg hubungan yang terbina kurang baik hubungan dengan orang lain di luar

wisma di dalam panti.

1. Tidak kenal

2. Sebatas kenal√

3. Mampu berinteraksi

4. Mampu bekerjasama

→ KK.R mengatakan teman-temannya jarang datang kewismanya untuk

mengobrol bersama-sama.

1. Selalu

2. Sering

3. Jarang√

4. Tidak pernah

→ Kk. R jaramg melakukan interaksi dengan teman-teman di wisma lainnya

biasanya kakek hanya diam di wismanya.

Stabilitas emosional

1. Labil √

2. Stabil

3. Iritabel

4. Datar

→ Kk. R mengatakan emosinya kadang-kadang labil karena sering kesal dengan

teman sewismanya.

Motivasi penghuni panti

1. Kemauan sendiri √

Page 21: Makalah Tuli

2. Terpaksa

→KK. R mengatakan masuk ke panti di bawa oleh anaknya. Karna kekek yang

meminta tidak ada factor keterpaksaan dari siapapun, karena di rumah juga tidak

ada yang mengurusinya karna anak nya bekerja pulang sore jdi kakek merasa sepi

kalau di rumah.

Frekuensi kunjungan keluaraga

1. 1 kali/bulan

2. 2 kali/ bulan √

3. Tidak pernah

→ KK. R mengatakan anaknya sering mengunjunginya dip anti. KK.R

mengatakan merasa senang karena dikunjungi karena bisa mengobrol tentang

keluarga lainnya.

J.Masalah emosional

Pertanyaan tahap 1 :

a. Apakah klien mengalami susah tidur : tidak ada

b. Ada masalah atau banyak pikiran : ya kakek tidak suka dengan teman di

panti.

c. Apakah klien murung atau menangis sendiri : tidak

d. Apakah klien sering was-was atau kwatir : tidak

lanjutkan pertanyaan tahap ke 2

Jika jawabannya ya 1 atau lebih

Pertanyaan tahap 2

1. Keluhan lebih dari 3 bulan atau lebih dari 1 bulan 1 kali dalam satu bulan?

Ya, lebih dari 1 bulan.

2. Ada masalah atau banyak pikiran ?

Page 22: Makalah Tuli

Ya, kakek mengatakan tidak suka dengan temam panti yang jarang bermain

dengannya

3. Ada gangguan atau masalah dengan orang lain ?

Tidak ada

4. Menggunakan obat tidur atau penenang atas anjuran dokter ?

Tidak ada.

K.Pengukuran tingkat depresi

Skala depresi geriatric ( GDS) , yesavage dkk, 1983

No Pernyataan

1. Apakah bapak/ibu sekarang ini merasa puas

dengan kehidupannya ?

Ya Tidak√

2. Apakah bapak/ibu telah meninggalkan banyak

kegiatan atau kesenangan akhir-akhir ini ?

Ya √ Tidak

3. Apakah bapak/ibu sering merasa hampa/kosong

dalam hidup ini ?

Ya √ Tidak

4. Apakah bapak/ibu sering merasa bosan ? Ya√ Tidak

5. Apakah bapak / ibu merasa mempunyai harapan

yang baik di masa depan ?

Ya Tidak√

6. Apakah bapak/ibu mempunyaipikiran jelek yang

mengganggu terus menerus ?

Ya Tidak √

7. Apakah bapak/ibu memiliki semangat yang baik

setiap saat ?

Ya √ Tidak

8. Apakah bapak/ibu takut bahasa sesuatu yang

buruk akan terjadi pada anda ?

Ya Tidak √

9. Apakah bapak /ibu bahagia sebagian besar

waktu?

Ya Tidak √

10. Apakah bapak/ibusering merasa tidak mampu

berbuat apa-apa?

Ya Tidak √

Page 23: Makalah Tuli

11. Apakah bapak/ibu sering merasa resah dan

gelisah?

Ya Tidak √

12. Apakah bapak/ibu lebih senang tinggal dirumah

daripada keluar dan mengerjakan sesuatu?

Ya√ sTidak

13. Apakah bapak /ibu sering merasa khawatir

tentang masa depan?

Ya Tidak√

14. Apakah bapak/ibu akhir-akhir ini sering pelupa? Ya Tidak √

15. Apakah bapak/ibu piker bahwa hidup bapak/ibu

sekarang menyenangkan?

Ya Tidak √

16. Apakah bapak/ibu sering merasa sedih dan putus

asa?

Ya Tidak √

17. Apakah bapak/ibu merasa tidak berharga akhir-

akhir ini?

Ya √ Tidak

18. Apakah bapak/ibu sering merasa khawatir

tentang masa lalu?

Ya√ Tidak

19. Apakah bapak/ibu merasa hidup ini

menggembirakan?

Ya Tidak √

20. Apakah sulit bagi Bapak/ibu untuk memulai

kegiatan yang baru?

Ya√ Tidak

21. Apakah bapak/ibu merasa penuh semangat? Ya Tidak √

22. Apakah bapak/ibu merasa situasi sekarang ini

tidak ada harapan?

Ya√ Tidak

23. Apakah bapak/ibu berfikir bahwaorang lain

lebih baik keadaannya daripada bapak/ibu?

Ya Tidak √

24. Apakah bapak/ibu sering marah karena hal

sepele?

Ya√ Tidak

25. Apakah bapak/ibu sering merasa ingin

menangis?

Ya Tidak √

26. Apakah bapak/ibu sulit berkonsentrasi? Ya √ Tidak

27. Apakah bapak/ibu merasa senang waktu bangun Ya√ Tidak

Page 24: Makalah Tuli

tidur dipagi hari?

28. Apakah bapak/ibu tidak suka berkumpul di

pertemuan social?

Ya√ Tidak

29. Apakah mudah bagi bapak/ibu membuat suatu

keputusan?

Ya√ Tidak

30. Apakah pikiran bapak/ibu masih tetap mudah

dalam memikirkan sesuatu seperti dulu?

Ya Tidak √

Sumber : Burns, 1991. Assasment Scales in old Age Psychiatry Martin Duintz Ltd.

London,P 2-3

Scor : Hitung jumlah jawaban yang bercetak tebal ( setiap jawaban yang bercetak tebal

mempuyai nilai 1)

0 – 1 = Not depressed

11 – 20 = Mild depressed

21 – 30 = Severe depressed

Nilai 15 : depresi ringan sampe sedang.

L.Pengukuran tingkat kerusakan intelektual

Short portable mental status questioner ( SPMSQ) :

Benar Salah Nomor Pertanyaan

√ 1 Tanggal berapa

hari ini ?

√ 2 Hari apa sekarang

Page 25: Makalah Tuli

?

√ 3 Apa nama tempat

ini ?

√ 4 Dimana alamat ini

?

√ 5 Berapa umur anda

?

√ 6 Kapan anda

lahir ?

√ 7 Siapa presiden

Indonesia?

√ 8 Siapa presiden

Indonesia

sebelumnya ?

√ 9 Siapa nama ibu

anda?

√ 10 Kurangi 3 dari 20

dan tetap

pengurangan 3

dari setiap

anggota baru,

secara menurun.

Jumlah : 10 0

Sumber : burn, 1999. Assessment scales in old age psychiatry. Martin dunitz,ltd. London p. 55-

57.

Interpretasi

Salah 0-2 : fungsi intelektual utuh

Page 26: Makalah Tuli

Salah 3-4 : fungsi intelektual kerusakan ringan

Salah 5-7 : fungsi intelektuaal kerusakan sedang

Salah 8-10 ; fungsi intelektual kerusakan berat

Hasilnya : salah 0-2 : fungsi intelektual utuh.

D. identitas aspek kognitif

Mini mental state examination ( MMSE) ; folstein MF , 1995

Skor

minimum

Skor

manual

Orientasi

5 5 Sekarang (hari),(tanggal), ( bulan), (tahun), berapa

dan musim apa? 5

5 0 Sekarang kita berada dimana? (jalan),9no,rumah),

(kota),(kabupaten),(provinsi).

3 3 Registrasi

Pewawancara menyebutkan nama 3 buah benda,1

detik untuk tiap benda. Kemudian mintalah pasien

mengulangi ke3 nama tersebut berikan satu angka

untuk setiap jawaban yang benar. Bila masih salah,

ulang penyebutan k 3 nama tersebut sampai ia dapat

mengulangnya dengan benar. Hitunglah jumlah

percobaan dan catatlah ( kertas,pena,jam)

(jumlah percobaan : 3) 3

5 0 Hitunglah berturut-turut selang 7 mulai dari 100

kebawah 1 angka untuk tiap jawaban yang benar.

Berhenti setelah 5 hitungan (93,86,72,65).

Kemungkinan lain : ejalah kata”dunia” dari akhir

keawal ( a-i-n-u-a) 0

Page 27: Makalah Tuli

Mengingat kembali ( RECALL).

3 3 Tanyakan kembali nama ke3 benda yang telah

disebutkan diatas berikan 1 angka untuk setiap

jawaban yang benar. 3

9 7 a. Apakah nama benda-benda ini ? ( perlihatkan

pena dan buku) 2

b. Ulanglah kalimat berikut : jika tidak dan atau

tapi (1).

c. Laksanakan 3 buah perintah ini : “ peganglah

selembar kertas dengan tangan kananmu,

lipatlah kertas itu pada pertengahan dan

letakkan di lantai (3).

d. Bacalah dan laksanakan perintah berikt : “

pejamkan mata anda”. (1).

e. Tulislah sebuah kalimat (1).

f. Tirukan gambar ini (0)

Skor total 18

Sumber : burn,1999. Assessment scales in old age psychiatry. Marthin dunitz ltd. London. P.35.

Skor

Nilai 24-30 : normal

Nilai 17-23 : probable gangguan kognitif

Nilai 0-16 : definitive gangguan kognitif

Page 28: Makalah Tuli

Hasilnya 18 : probable gangguan kognitif

M. Pengkajian perilaku terhadap kesehatan

Kebiasaan merokok : KK.R mengatakan tidak merokok.

a. Pola pemenuhan kebutuhan sehari-hari

Pola pemenuhan kebutuhan nutrisi :

Nenek r mengatakan nenek makan 3x sehari.

Pola pemenuhan cairan:

kakek mengatakan tidak sering minum air putih hanya minum 4-5 gelas, nenek lebih sering

minum teh atau kopi. nenek juga mengatakan jika banyak minum nenek malas bolak balik ke

kamar mandi.

Pola kebiasaan tidur

kakek mengatakan tidak ada masalah pada pola tidur nya.

Pola eliminasi bab/bak

kakek mengatakan bab 1x/sehari , tidak ada keluhan dengan proses bab. kakek

mengatakan ia sering kencing dalam sehari bisa 4-6 kali sehari bila banyak minum, tidak

ada keluhan dalam proses bak.

Pola aktivitas

kakek mengatakan masih mampu untuk melakukan pekerjaan rumah tangga, untuk

melakukan kegiatan keterampilan nenek tidak bisa lagi. kakek mengatakan mandi

3x/sehari dengan menggunakan sabun mandi, gosok gigi gigi. Nenek mengatakan masih

bisa mencuci pakaian nya, dalam sehari nenek mengganti baju saat mandi pagi dan

mandi sore.

b. Tingkat kemandirian dalam kehidupan sehari-hari

Pengkajian fungsional berdasarkan barthel indeks ; Mahoney & barthel, 1965

Page 29: Makalah Tuli

No Aktivitas Nilai

Bantuan Mandiri Nilai

manu

lar

1 Makan 5 10 10

2 Berpindah dari kursi roda ke tempat tidur dan

sebaliknya termasuk duduk di tempat tidur.

5-10 15 15

3 Kebersihan diri ,mencuci

muka ,menyisir,mencukur dan

Menggosok gigi

o 5 5

4 Aktivitas toilet 5 10 10

5 Berjalan di jalan yang datar (jika tidak mampu

berjalan

Lakukan dengan kursi roda)

10 15 10

6 Mandi 0 5 5

7 Naik turun tangga 5 10 10

8 Berpakaian termasuk mengenakan sepatu 5 10 10

9 Mengontrol defekasi 5 10 10

10 Mengontrol berkemih 5 10 10

JUMLAH 100 95

Sumber : Burns,1999.Assesment Scales m old Age psychiatry.Martin Dunitz Ltd.London,P.133

Penilaian

0-2 : Ketergantungan

21-61 : Ketergantungan berat/sangat tergantung

Page 30: Makalah Tuli

62-90 : Ketergantungan berat

91-99 : Ketergantungan ringan

100 : Mandiri

Hasil : Tingkat kemandirian kk a dalam kehidupan sehari-hari berada pada tingkat

ketergantungan ringan dengan score 95

N. Pengkajian lingkungan

Pemukiman

Luas bangunan 15x15m berbentuk rumah dengan 6 buah kamar, 1 ruang TV, 2 kamar

mandi, teras depan dan teras samping. Bangunan sudah permanen , atap genteng, dinding

tembok dan lantai keramik. Lantai dalam wisma dalam keadaan bersih, ventilasi dan

jendela ada ditiap kamar dan ruangan, pencahayaan baik.

Sanitasi

Penyediaan air bersih menggunakan sumur yang di alirkan melalui pipa, kalau untuk air

minum kakek mengambil air yang disediakan dari dapur umum atau dari air galon yang

ada di ruangan. Untuk toileting menggunakan jamban leher angsa secara bersama dimana

jarak septic tank > 10 meter. Untuk pembuangan sampah, sampah ditimbun dan dibakar di

belakan wisma oleh petugas panti atau nenek yang membersihkan lingkungan sekitar

rumah.

Fasilitas

kake mengatakan di panti biasanya ada kegiatan lansia kadang kakek tidak suka ikutan

kegiatan senam lansia tersebut. Untuk taman di wisma cempaka tidak ada, hanya ada

halaman samping yang ditanami pepohonan. kakek mengatakan jika ada acara pertemuan

atau TAK biasanya ruangan yang dipakai adalah ruang aula untuk sarana hiburan yang

dimanfaatkan adalah TV, sarana ibadah di panti ada yaitu mushola

Keamanan dan transportasi

Page 31: Makalah Tuli

kakek mengatakan jalan mau ke panti tidak rata, banyak turunan dan licin karena jenis

lantainya keramik, tidak ada alat transportasi yang kakek miliki, tidak ada juga sarana

komunikasi yang bisa digunakan. Cara penyebaran informasi hanya secara langsung dari

mulut ke mulut.

O. Pengkajian spritual/ kultural

1. Pelaksanaan ibadah

kakek mengatakan beragama islam, kakek mengatakan ia sholat 5 waktu setiap hari.

2. Keyakinan tentang kesehatan

kakek mengatakan ia sakit karena sudah tua dan juga karena kehendak Allah, klien

juga sering melaksanakan sholat 5 waktu.

Pengkajian pada lansia yang mengalami gangguan pada sistem pendengaran meliputi hal-

hal sebagai berikut ini:

1.      Meminta untuk mengulang pembicaraan

2.      Jawaban tidak sesuai dengan pertanyaan

3.      Memalingkan kepala terhadap pembicraan

4.      Kesulitan membedakan pembicaraan serta bunyi suara orang lainyang parau atau bergumam.

5.      Masalah pendengaran pada kumpulan yang besar, terutama dengan latar belakang yang

bisisng, berdering / berdesis yang konstan.

6.      Volume bicara meningkat

7.      Sering merasa sedih, di tolak lingkungan, malu, menarik diri, bosan, depresi, dan frustasi.

8.      Ketergantungan dalam melakukan aktivitas pemenuhan kebutuhan sehari-hari (mandi,

berpakaian, ke kamar kecil, makan, BAB/BAK, serta berpindah) .

Analisa data

Nama : KK.R

DX : presbikusis

No

.

Data Etiologi Masalah

Page 32: Makalah Tuli

1 Ds :

Klien sering menalami

kesulitan mendengar.

klien jg mengatakan

telinganya berdenging

Do: klien tampak sulit

mendengar.

Terdapat serum di telinga

yang menjadi atrofi

Penumpukan serum di

telinga

Ketidak mampuan

mendengar

2. Klien mengatakan kadang

dapat mendengar tapi sulit

memahami pembicaraan

Klien juga mengatakan

tidak silit untuk

mengucapkan kata-kata yg

riuh

Klien mengatakan nyeri bila

mendengar suara yang

keras di telingah.

Degenerasi tl. Pendengaran Gangguan komunikasi

Diagnosa keperawatan

a.       Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan degenerasi tulang pendengaran bagian

dalam.

b.      Harga diri rendah berhubungan dengan penurunan fungsi pendengaran.

c.       Kurang aktivitas berhubungan dengan menarik diri dengan lingkungan.

d. ketidak mampuan mendengar berhubungan dengan penumpukan serum

Intervensi Keperawatan

a.       Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan degenerasi tulang pendengaran bagian dalam

Tujuan : komunikasi verbal klien berjalan dengan baik

Page 33: Makalah Tuli

Kriteria Hasil :

Dalam 1 hari klien dapat :

1)      Menerima pesan melalui metode alternatif

2)      Mengerti apa yang diungkapkan

3)      Memperlihatkan suatu peningkatan kemampuan untuk berkomunikasi

4)      Menggunakan alat bantu dengar dengan cara yang tepat

   Intervensi :

1)      Kaji tingkat kemampuan klien dalam penerimaan pesan

2)      Periksa apakah ada serumen yang mengganggu pendengaran

3)      Bicara dengan pelan dan jelas

4)      Gunakan alat tulis pada waktu menyampaikan pesan

5)      Beri dan ajarkan klien pada penggunaan alat bantu dengar

6)      Pastikan alat bantu dengar dapat berfungsi dengan baik

7)      Anjurkan klien untuk menjaga kebersihan telinga.

B .Harga diri rendah berhubungan dengan penurunan fungsi pendengaran.

Tujuan : klien dapat menerima keadaan dirinya

Kriteria Hasil :

Secara bertahap klien dapat :

1)      Mengenal perasaan yang menyebabkan perilaku menarik diri

2)      Berhubungan sosial dengan orang lain

3)      Mendapat dukungan keluarga mengembangkan kemampuan klien untuk berhubungan dengan

orang lain

4)      Membina hubungan saling percaya dengan perawat .

   Intervensi :

1)      Kaji pengetahuan klien tentang perilaku menarik diri dan tanda-tandanya.

2)      Beri kesempatan pada klien untuk mengungkapkan perasaan penyebab klien tidak mau bergaul

atau menarik diri

Page 34: Makalah Tuli

3)      Diskusi bersama klien tentang perilaku menarik diri, tanda-tanda serta penyebab yang mungkin

4)      Beri pujian terhadap kemampuan klien mengungkapkan perasaan

5)      Diskusikan tentang keuntungan dari berhubungan dan kerugian dari perilaku menarik diri

6)      Dorong dan bantu klien untuk berhubungan dengan orang lain

7)      Beri pujian atas keberhasilan yang telah dicapai klien

8)      Bina hubungan saling percaya dengan klien

9)      Anjurkan anggota keluarga untuk secar rutin dan bergantian mengunjungi klien

10)  Beri reinforcement positif atas hal-hal yang telah dicapai oleh keluarga

11)  Bina hubungan saling percaya dengan menggunakan prinsip hubungan terpeutik

C. Kurang aktivitas berhubungan dengan menarik diri dengan lingkungan.

   Tujuan : klien dapat melakukan aktivitas tanpa kesulitan

Kriteria Hasil

Secara bertahap klien dapat :

1)      Menceritakan perasaan-perasaan bosan

2)      Melaporkan adanya peningkatan dalam aktivitas yang menyenangkan.

3)      Menceritakan metode koping terhadap perasaan marah atau depresi yang disebabkan oleh

kebosanan.

c)      Intervensi :

1)      Beri motivasi untuk dapat saling berbagi perasaan dan pengalaman

2)      Bantu klien untuk mengatasi perasaan marah dari berduka

3)      Variasikan rutinitas sehari-hari

4)      Libatkkan individu dalam merencanakan rutinitas sehari-hari

5)      Rencanakan suatu aktivitas sehari-hari

6)      Beri alat bantu dengar dalam melakukan aktivitas

Page 35: Makalah Tuli

BAB IV

PENUTUP

4.1.kesimpulan

Gangguan pendengaran merupakan suatu keadaan yang menyertai lanjutnya usia. Dengan

makin lanjutnya usia terjadi degenerasi primer di organ corti berupa hilangnya sel epitel syaraf

yang di mulai pada usia pertengahan (Vander Cammen, 1991)

Kehilangan pendengaran pada lansia disebut presbikusis. fenonema tersebut sebagai

suatu penyakitsimetris bilateral pada pendengaran yang berkembang secara progresif lambat

terutama memengaruhi nada tinggi dan dihubungkan dengan penuaan. Penyebabnya tidak

diketahui, tetapi berbagai faktor yang telah diteliti adalah: nutrisi, faktor dan arteriosklerosis.

Penurunan pendengaran terutama berupa sensorineural, tetapi juga dapat berupa komponen

konduksi yang berkaitan dengan presbiskusis. Diduga kejadian presbikusis mempunyai

hubungan dengan faktor-faktor herediter, pola makanan, metabolisme, arteriosklerosis, infeksi,

bising, gaya hidup atau bersifat multifaktor. Menurunnya fungsi pendengaran secara berangsur

merupakan efek kumulatif dari pengaruh faktor-faktor tersebut diatas.

Biasanya terjadi pada usia lebih dari 60 tahun. Progesifitas penurunan pendengaran

dipengaruhi oleh usia dan jenis kelamin, pada laki-laki lebih cepat dibandingkan dengan

perempuan.

4.2.Saran

Semoga dengan kita bersama-sama mempelajari, membahas, dan membaca makalah ini,

kita dapat mengerti mengenai Cidera Kepala, dan nantinya jika kita menemukan pasien di rumah

sakit dengan penderita Cidera kepala InsyaAllah kita bisa menanganinya.

Page 36: Makalah Tuli

DAFTAR PUSTAKA

1. Rusmarjono, Kartosoediro S. Odinofagi. Dalam : Soepardi E, Iskandar N (eds). Buku

Ajar Ilmu Kesehatan Telinga - Hidung – Tenggorok Kepala Leher. Jakarta : FK UI.

2001. h. 9-15,33-34.

2. Inner ear, Presbycusis, Available from www.emedicine.com, Last update on July 9,

2008.

3. Ear Diagram, available from www.entusa.com