chancroid - ulcus mole final

26
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dengan perkembangan zaman, tindakan seksual di luar nikah semakin sering dilakukan. 1,2 Parahnya lagi disertai dengan tindakan hobi berganti-ganti pasangan. 1 Bahkan daerah untuk bermukimnya pekerja seks komersial semakin banyak dibangun. 1 Hal ini menjadi pemacu kuat dalam meningkatnya Infeksi Menular Seksual (IMS). 1 Selain itu, kurangnya higienitas dan kurangnya pengetahuan masyarakat akan kesehatan juga menjadi faktor pemicu dalam meningkatnya IMS. 1 Seandainya saja masyarakat lebih mengerti higienitas dan menyadari penggunaan kondom dapat membantu mengurangi IMS, maka kemungkinan besar PMS tidak begitu banyak. 2 Penyakit-penyakit kelamin tersebut banyak macamnya salah satunya Chancroid (Ulkus Mole). 1,2 Chancroid adalah infeksi menular seksual yang akut, ulseratif, dan biasanya terlokalisasi di genitalia atau anus dan sering disertai pembesaran kelenjar di daerah inguinal. 1,2,3 Chancroid diketahui menyebar dari satu orang ke orang lain melalui hubungan seksual. 1,2,3 Penyebaran infeksi chancroid (ulkus mole) dari kontak seksual dengan wanita pekerja seks yang memiliki ulkus genital. 2 1

Upload: ralph-henson

Post on 15-Dec-2015

23 views

Category:

Documents


7 download

DESCRIPTION

A1

TRANSCRIPT

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dengan perkembangan zaman, tindakan seksual di luar nikah semakin

sering dilakukan.1,2 Parahnya lagi disertai dengan tindakan hobi berganti-ganti

pasangan.1 Bahkan daerah untuk bermukimnya pekerja seks komersial semakin

banyak dibangun.1 Hal ini menjadi pemacu kuat dalam meningkatnya Infeksi

Menular Seksual (IMS).1 Selain itu, kurangnya higienitas dan kurangnya

pengetahuan masyarakat akan kesehatan juga menjadi faktor pemicu dalam

meningkatnya IMS.1

Seandainya saja masyarakat lebih mengerti higienitas dan menyadari

penggunaan kondom dapat membantu mengurangi IMS, maka kemungkinan

besar PMS tidak begitu banyak.2 Penyakit-penyakit kelamin tersebut banyak

macamnya salah satunya Chancroid (Ulkus Mole).1,2 Chancroid adalah infeksi

menular seksual yang akut, ulseratif, dan biasanya terlokalisasi di genitalia atau

anus dan sering disertai pembesaran kelenjar di daerah inguinal.1,2,3 Chancroid

diketahui menyebar dari satu orang ke orang lain melalui hubungan seksual.1,2,3

Penyebaran infeksi chancroid (ulkus mole) dari kontak seksual dengan wanita

pekerja seks yang memiliki ulkus genital.2 Kemungkinan penyebaran chancroid

setelah seseorang berhubungan seksual adalah 0,35%.2

Chancroid termasuk golongan penyakit yang ditularkan melalui hubungan

seksual,3 ditetapkan sesuai dengan postulat KOCH pada tahun 1889.2,4,5 Penyakit

ini lebih banyak terdapat pada daerah-daerah dengan tingkat sosial ekonomi

rendah.3 Laporan-laporan hanya datang dari beberapa Negara yang sudah

berkembang, karena kesukaran menemukan penyebabnya.3 Karena kurangnya

fasilitas diagnostik, sering terjadi salah diagnosis secara klinis sebagai sifilis

stadium pertamaa.3 CHAPEL dkk. (1977) hanya dapat menemukan H.ducreyi

pada sepertiga jumlah kasus yang secara klinis dibuat diagnosis sebagai

chancroid.1,3,5

1

Kemudian Penyakit ini juga banyak ditemukan di negara berkembang,

khususnya di negara tropis dan subtropis.2,3 Chancroid paling banyak terjadi di

bagian dunia yang memiliki sarana kesehatan yang kurang misalnya di Afrika,

Asia, dan Karibia.4,5 Di Afrika bagian selatan dan timur, dimana yang melakukan

sirkumsisi agak rendah dan prevalensi HIV yang tinggi, menyebabkan daerah ini

endemik terhadap chancroid.3 Daerah dimana kejadian ini masih kurang, yaitu di

Afrika Barat.4,5 Di Kenya, chancroid menular melalui penderita HIV mulai

muncul sejak tahun 1980-an, diduga dari pekerja seks komersial dan pasien yang

terkena penyakit infeksi menular seksual.6

Dilaporkan, sejak terjadi peningkatan penggunaan kondom oleh pekerja

seks komersial maka kejadian dari ulkus genitalia mulai menurun.1 Chancroid

menyebabkan nyeri ulkus pada genitalia, 50% kasus disertai dengan limfadenitis

inguinal unilateral.9 Bila tidak ditangani akan membentuk abses yang dapat

ruptur secara spontan, menghasilkan ulkus yang tidak bisa terobati.3 Chancroid

juga diketahui menjadi kofaktor utama transmisi infeksi HIV-1.4 Hubungan ini

terutama pada penyebaran HIV heteroseksual di Afrika.7,8

Untuk mencegah perkembangan Chancroid yang disebabkan oleh

Haemophilus Ducrey, maka harus dimengerti bagaimana etiologi, epidemiologi,

pathogenesis, gejala klinis, komplikasi yang dapat terjadi, prognosis dan

pengobatan dari chancroid.7,8,9

2

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi

Ulkus mole (ulcus molle) merupakan penyakit ulseratif akut,

biasanya terjadi di genitalia.1 Penyakit ini sering dihubungkan dengan adenitis

ingunal atau bubo, yang disebabkan oleh infeksi Haemophilus ducreyi, basil

gram negatif yang juga bersifat anaerob fakultatif, yang membutuhkan hemin

(faktor X) untuk pertumbuhannya.1,2,3

2.2 Epidemiologi

Penyakit ini bersifat endemik dan tersebar di daerah tropik dan subtropik,

terutama di kota dan pelabuhan.1 Selain itu dapat terjadi di daerah yang memiliki

sarana kesehatan yang kurang misalnya di Afrika, Asia, dan Karibia.2 Di Afrika

bagian selatan dan timur, dimana yang melakukan sirkumsisi agak rendah dan

prevalensi HIV yang tinggi, menyebabkan daerah ini endemik terhadap ulkus

mole.2,3

Pengaruh Sirkumsisi terhadap pengurangan risiko chancroid dibuktikan

dengan 7 penelitian dari 5145 peserta, dengan hasil enam dari tujuh studi

menemukan penurunan risiko chancroid antara laki-laki disunat, dengan empat

dari studi ini melaporkan hasil secara statistik signifikan.2 Sementara bukti kuat

diperlukan dari desain penelitian lebih ketat, bukti terbaik yang tersedia saat ini

mendukung promosi sunat untuk laki-laki sebagai strategi untuk mengurangi

risiko chancroid, dan harus dipromosikan terutama di daerah di mana prevalensi

HIV dan infeksi menular seksual tinggi.1,2 Akan tetapi, satu penelitian

menetapkan chancroid serologis tidak menemukan hubungan dengan sunat.3,4

Perbaikan tingkat ekonomi mempengaruhi berkurangnya frekuensi

penyakit ini di negara-negara yang lebih maju.2 Akan tetapi, di amerika serikat,

insidensi chancroid terus meningkat sejak tahun 1980an.2,3 Data terakhir

mengisyaratkan bahwa chancroid mungkin kurang terdiagnosis di amerika

serikat, karena sebagian besar klinik STD tidak memiliki fasilitas untuk

3

mengisolasi H. ducreyi, dan pemeriksaan yang didasarkan pada metode reaksi

berantai polymerase belum tersedia luas.2 Penyakit ini juga dijumpai sebagai

kasus-kasus terisolasi di masyarakat industri dan disebarkan oleh orang yang

pernah berpergian ke daerah endemik.Selain penularan melalui hubungan

seksual, secara kebetulan juga dapat mengenai jari dokter atau perawat.3,4,5

Frekuensi pada wanita dilaporkan lebih rendah, dimana perbandingan

antara laki-laki dan wanita yang berpotensi adalah 10 : 1.4 Hal ini mungkin

disebabkan oleh kesukaran dalam membuat diagnosis dan pria sering melakukan

prostitusi dibanding wanita.4 Penderita lebih banyak terjadi pada laki-laki

heterosexual dan biasanya pada wanita pekerja seks.3,5 Selain itu, penyakit ini

lebih banyak mengenai golongan kulit berwarna.3 Beberapa faktor menunjukkan

bahwa terdapat pembawa kuman ( carrier) basil Ducreyi, tanpa gejala klinis.3,4,5

2.3 Etiologi

Basil Haemophilus. ducreyi berbentuk batang pendek, ramping dengan

ujung membulat, tidak bergerak dan tidak membentuk spora, gram negatif,

anaerob fakultatif yang membutuhkan hemin (faktor X) untuk pertumbuhan,

mereduksi nitrat menjadi nitrit, dan mempunyai DNA berisi guanosine plus-

cytosine fraksi 0,38 mole dan tidak membutuhkan faktor V (dinukleotida

nikotinamid adenasin).1 Basil sering kali berkelompok, berderet membentuk

rantai, terutama dapat dilihat pada biakan sehingga disebut juga streptobacillus

Basil ini pada lesi Basil ini pada lesi terbuka di daerah genital sukar ditemukan

karena tertutup oleh infeksi sekunder, lebih mudah dicari bila bahan pemeriksaan

berupa nanah yang diambil dengan cara aspirasi abses kelenjar inguinal.2 Kuman

ini sukar dibiak.1,2

Dalam karangan-karangan terakhir mengenai penyebab penyakit ini

timbul keragu-keraguan, apakah ulkus mole merupakan penyakit disebabkan oleh

suatu organisme (H.ducreyi), atau satu penyakit campuran yang disebabkan oleh

lebih daripada satu organisme.1 CHAPEL (1978) menyatakan bahwa organisme

selain H. ducreyi dapat menimbulkan ulkus yang tidak dapat dibedakan dengan

ulkus mole, dan beberapa ulkus mengandung flora polimicrobial.2

4

Karena kesukaran menemukan penyebab dan ditemukannya organisme

yang multiple yang dapat diisolasi dari ulkus penis, timbul kesukaran mencari

hubungan antara gambaran klinis dan penemuan laboratorik.1,2

2.4 Patogenesis

H. ducreyimenghasilkan toksin sitoletal, faktor virulensi penting pada

patogenesis ulkus mole.2 Diduga toksin ini yang meyebabkan prognosis ulkus

pada genitalia sulit untuk sembuh.2 Penyebaran ulkus mole melalui virus yang

menyerang sistem imun manusia yang menurun.1,2 Reseptor berupa simokin

CCR5 dan CXCR4 yang termasuk kelas 7 transmembran G-protein-reseptor, dan

ikatan alami yang menyerang sel imun pada satu tempat dan terbentuk inflamasi.1

CCR5 dan 2 co-reseptor penting, esensial keluar menjadi HIV.2 H. ducreyi

memfasilitasi penularan HIV dengan menyediakan entri portal diakses,

mempromosikan pelepasan virus, merekrut makrofag dan sel-sel CD4 pada kulit.2

Gambar 2.1 Bakteri Haemophilus ducreyi dengan mikroskop electron. ( diambil dari kepustakaan ke - 6 )

Dimana makrofag yang terdapat di dalam lesi dari cancroid berpeluang

besar meningkatkan ekspresi dari CCR5 dan CXCR4 bersama dengan sel darah

perifer, sel CD4 T berpeluang menurunkan regulasi dari CCR5.6,7 Beta-simokin

RANTES (mengaktifkan regulasi, sel T normal dan sekretnya) dalam ikatan yang

penting untuk CCR5.1 RANTES menimbukan papul dan pustul dari infeksi ulkus

mole tetapi tidak menyebabkan infeksi pada kulit.6,8 Bersama dengan mukosa dan

barier kulit, muncul sel dengan regulasi yang menurun dari HIV-1 co-reseptor

5

dalam lesi infeksi H ducreyi dengan lingkungan yang fasilitasnya buruk dan

menyebabkan infeksi HIV-1.6

Pengobatan yang mudah dan efektif dari ulserasi genital, dan ulkus mole dari

partikuler, bagian yang penting dari beberapa strategi untuk mengontrol

perkembangan dari infeksi HIV di negara-negara tropis.6,7

Pada pemeriksaan biopsi dari ulkus mole dikalsifikasikan menjadi 3

daerah inflamasi dibawah ulkus.6 Daerah pertama terdiri dari daerah yang

nekrotik, fibrin, dan neutropil.6 Daerah tengah adalah daerah dengan jaringan

granulasi dan zona yang paling bawah terdiri dari limfosit dan plasma sel.6 Gram-

negatif dari basil hanya daapt ditemukan dengan menggunakan pewarnaan Gram

atau Giemsa dan dapat dilhat baik dengan Smears.7

Awalnya, mikroorganisme melakukan penetrasi pada defek pertahanan

epidermis.7 Bakteri yang masuk memberi rangsangan inflamasi sehingga terjadi

infiltrasi limfosit, makrofag, granulosit dengan mediator utama TH-1 sebagai

respon imun dan inflamasi pyogenik.7,8 Perkembangan ulkus mole disertai juga

limfadenitis akibat inflamasi pyogenik.7 Sebagai contoh adanya trauma atau

abrasi, penting untuk organisme melakukan penetrasi epidermis.7 Jumlah

inoculum untuk menimbulkan infeksi tidak diketahui.7 Pada lesi, organisme

terdapat dalam makrofag dan neutrophil atau bebas berkelompok (mengumpul)

dalam jaringan interstisial.7,8,9

Pada percobaan kelinci, seperti pada manusia, beberapa galur H. ducreyi

diketahui virulen, sedangkan yang lain kelihatannya avirulen.4,5 Beberapa

penyelidik menyatakan bahwa virulensi menyatakan bahwa virulensi dapat hilang

dengan kultivasi serial sehingga kuman kehilangan kemampuan untuk

menimbulkan lesi pada kulit.5 Organisme yang avirulen dilaporkan lebih rentan

terhadap antimikroba terutama polimiksin.3,4,6

Limfadenitas yang terjadi pada infeksi H. Ducreyi diikuti dengan respons

inflamasi sehingga terjadi supurasi.2 Kemungkinan terdapat sifat-sifat H. Ducreyi

yang tidak diketahui dan unik dan menimbulkan bubo supuratif.1,2,3 Respons imun

yang berhubungan dengan pathogenesis dan kerentangan penyakit tidak

6

diketahui.2

Penyelidikan

sebelumnya

menemukan

respons

hipersensitivitas lambat dan respons antibody pada penderita dengan chancroid

dan pada binatang percobaan.3 Antibodi ditemukan dengan cara fiksasi

komplikasi komplemen, aglutinasi, presipitasi, dan tes fluoresens antibodi

indirek.3 Reaktivitas silang antara antisera yang dihasilkan terhadap antigen H.

Ducreyi murni dan ekstrak antigen dari spesies Haemophilus lain telah

ditemukan.1,2,5,6

2.5 Gejala Klinis

Masa inkubasi berkisar antara 1-14 hari, pada umumnya kurang dari 7

hari atau 4-7 hari.1 Lesi kebanyakan multiple, jarang soliter, biasanya pada daerah

genital, jarang pada daerah ekstragenital.2 Mula-mula kelainan kulit berupa papul,

kemudian menjadi vesiko-pustul pada tempat inokulasi, cepat pecah menjadi

ulkus.1,5

Gambar 2.2. Bentuk lesi dari ulkus molle. ( dikutip dari kepustakaan ke - 10 )

Ulkus kecil, lunak pada perabaan, tidak terdapat indurasi, berbentuk

cawan, pinggir tidak rata, sering bergaung dan dikelilingi kulit yang eritematosa

dan mengalami ulserasi dalam 24 jam.1,5 Ulkus sering tertutup jaringan nekrotik,

dasar ulkus berupa jaringan granulasi yang mudah berdarah, ditutupi oleh eksudat

abu-abu kuning berserat yang purulen dan limpodenopati, dan pada perabaan

terasa nyeri, biasanya lebih nyeri pada laki-laki daripada perempuan.1,5

Tempat predileksi pada laki-laki ialah permukaan mukosa preputium,

sulkus koronarius, frenulum penis, dan batang penis.2 Dapat juga timbul lesi di

dalam uretra, scrotum, perineum, atau anus.1,2,5

7

Gambar 2.3. Lesi Chancroid Kecil

Pada Labia Mayor. (dikutip dari

kepustakaan ke – 10)

Kebanyakan gejala

pada wanita asimptomatik walaupun kadang munculgejala yang kurang jelas,

seperti disuria, dispareunia, sekret vagina, nyeri defekasi, atau perdarahan rektal.5

Gejala konstitusi seperti malaise dan demam ringan kadang-kadang terlihat.1,5

Lesi ekstragenital terdapat pada lidah, jari tangan, bibir, payudara,

umbilicus dan konjungtiva.5 Karena adanya inokulasi sendiri, dengan cepat dapat

timbul lesi yang multiple, dengan ini dapat timbul lesi di daerah pubis, abdomen,

dan paha.2 Gejala sistemik jarang timbul, kalau ada hanya demam sedikit atau

malese ringan.2,5

a. Ulkus Mole Folikularis

Timbul pada folikel rambut, pada permukaannya menyerupai

folikulitis yang disebabkan oleh kokus, tetapi cepat menjadi ulkus.2 Lesi

seperti ini dapat timbul pada vulva dan pada daerah berambut di sekitar

genitalia dan sangat superfisial.2,3

b. Dwarf chancroid

Lesi sangat kecil dan menyerupai erosi pada herpes genitalis, tetapi

dasarnya tidak teratur dan tepi berdarah.1,2,3

c. Transient chancroid (Chancre mou valant)

8

Lesi kecil, sembuh dalam beberapa hari, tetapi 2-3 minggu

kemudian diikuti timbulnya bubo yang meradang pada daerah inguinal.1

Gambaran ini menyerupai limfogranuloma venerum.2,3

d. Papular Chancroid (ulkus mole elevatum)

Dimulai dengan ulkus yang kemudian menimbul terutama pada

tepinya. Gambarannya menyerupai kondilomata lata pada sifilis stadium

II. 1,2,3

e. Giant Chancroid

Mula-mula timbul ulkus kecil, tetapi meluas dengan cepat dan

menutupi satu daerah, sering mengikuti abses inguinal yang pecah, dan

dapat meluas ke daerah suprapubis bahkan daerah paha dengan cara

autoinokulasi.1,2,3

f. Phagedenic chancroid

Lesi kecil menjadi besar dan destruktif dengan jaringan nekrotik

yang luas. Genitalia eksterna dapat hancur, pada beberapa kasus disertai

infeksi organisme Vincent.1,2,3

g. Tipe serpiginosa

Lesi membesar karena perluasan atau autoinokulasi dari lesi

pertama ke daerah lipat paha atau paha.1 Ulkus jarang menyembuh, dapat

menetap berbulan-bulan atau bertahun-tahun.2,3

Bubo adalah adenitas daerah inguinal timbul pada tengah kasus

ulkus mole.3 Sifatnya unilateral, eritematosa, membesar, dan nyeri.

Timbul beberapa hari sampai 2 minggu setelah lesi primer.4 lebih

daripada setengah kasus adenitis sembuh tanpa supurasi.,4,5

2.6 Komplikasi

a. Mixed chancre

9

Kalau disertai sfilis stadium 1.4 Mula-mula lesi khas ulkus mole,

tetapi setelah 15-20 hari menjadi manifes, terutama jika di obati dengan

sulfonamide.5 Dapat terjadi pada bagian atas penis dan kelenjar inguinal

kanan.5,9

b. Abses kelenjar inguinal

Bila tidak diobati dapat memecah menimbulkan sinus yang

kemudian menjadi ulkus.9 Ulkus kemudian membesar membentuk giant

chancroid.9

c. Fimosis parafimosis

Kalau lesi mengenai preputium.9

d. Fistula uretra

Timbulnya karena ulkus pada glans penis yang bersifat

dekstruktif.2 Dapat mengakibatkan nyeri pada waktu buang air kecil dan

pada keadaan lanjut dapat menjadi stiktura uretra.2,3,5

e. Infeksi campuran

Dapat disertai infeksi organisme Vincent sehingga ulkus makin

parah dan bersifat destruktif.8 Di samping itu juga dapat disertai penyakit

limfogranuloma venereum atau granuloma inguinale.8,9

2.7 Diagnosis

Berdasarkan gambaran klinis dapat disingkirkan penyakit kelamin yang

lain.2,3 Harus dipikirkan juga kemungkinan infeksi campuran.2,3 Pemeriksaan

serelogik untuk menyingkirkan sifilis juga harus dikerjakan.3 Sebagai penyokong

diagnosis adalah :

1. Pemeriksaan sediaan hapus

10

Diambil bahan pemeriksaan (spesimen) dari tepi ulkus yang

tergaung dengan menggunakan apusan kapas, di buat hapusan pada

gelas alas, Pemeriksaan langsung ini dapat dilakukan dengan

pewarnaan gram, giemsa atau mikroskop elektron.2 Identifikasi yang

cepat dapat dengan pewarnaan methylgreenpyronine pappenheim dan

Unna, juga dapat dilaksanakan dengan pewarnaan blue dan wright.2,3

Namun pemeriksaan langsung tersebut dapat menyesatkan oleh karena

banyaknya florapolimikrobial ulkus genital.3 Hanya pada 30-50%

kasus ditemukan basil berkelompok atau berderet seperti rantai.4,5

2. Biakan kuman

H. ducreyi merupakan mikroorganisme yang sulit dikultur. Untuk

mengkultur bakteri tersebut diperlukan teknik dan keterampilan

khusus.4,5 Pemeriksaan kultur merupakan gold standard untuk

mendeteksi H. ducreyi.4 H. Ducreyi tumbuh pada suhu terbaik 33oC

kelembaban atmosfer yang mengandung karbondioksida 5%.4 Untuk

mendapatkan sensitivitas yang tinggi pada isolasi primer,

dirokemendasikan penggunaan 2 media sekaligus yang ditambahkan

dengan hemoglobin dan serum.4,5

Bahan diambil dari pus bubo atau lesi kemudian ditanam pada

perbenihan atau pelat agar khusus ( Chocolate Agar) yang ditambahkan

darah kelinci yang sudah didefibrinasi.4 Akhir-akhir ini ditemukan

bahwa perbenihan yang mengandung serum darah penderita sendiri

yang sudah diinaktifkan memberikan hasil yang memuaskan.5 Inkubasi

membutuhkan waktu 48 jam.4 Medium yang mengandung gonococcal

madium base, ditambah dengan hemoglobin 1%, iso-witalex 1 %, dan

vankomisin 3 mcg/ml akan mengurangi kontaminasi yang timbul.5

Pada biakan nampak koloni kecil, non mukoid, abu-abu kuning, semi

opak atau translusen dapat digeser pada permukaan agar dalam

keadaan utuh, nampak 2-4 hari, tetapi biasa 7 hari setelah inokulasi.4,5

3. Teknik imunofluoresens untuk menemukan antibody.1,2,4,5

11

4. Biopsi

Biopsi dilakukan untuk membantu menegakkan diagnosis.4,5 Pada

gambaran histopatologik ditemukan:

a. Daerah superfisial pada dasar ulkus : neutrophil, fibrin, eritrosit, dan

jaringan nekrotik.3,4

b. Daerah tengah : pembuluh-pembuluh darah kapiler baru dengan

proliferasi sel-sel endotel sehingga lumen tersumbat dan

menimbulkan thrombosis.3 Terjadi perubahan degeneratif pada

dinding pembuluh-pembuluh darah.3

c. Daerah sebelah dalam : infiltrat padat terdiri atas sel-sel plasma dan

sel-sel limfoid.4

5. Tes kulit ito-reenstierna

Sekarang tidak dipakai lagi karena tidak spesifik.8 Vaksin yang

dipakai (Dmelcos) terdiri atas 225 juta kuman mati/ml.9 Disuntikkan

intradermal 0,1 ml pada lengan bawah bagian fleksor, sebagai control

disuntikkan cairan pelarut intradermal pada sisi lain.8,9

Tes dinilai positif kalau timbul infiltrate berdiameter minimal 0,5

cm setelah 48 jam, sedangkan kontrol negatif.8,9 Tes ini menjadi positif

6-11 setelah hari timbul ulkus mole, dan tetap positif sampai beberapa

tahun bahkan seumur hidup.9

6. Autoinokulasi

Bahan diambil dari lesi yang tersangka, diinokulasi pada kulit sehat

daerah lengan bawah atau paha penderita yang digores lebih dahulu.6,7

Pada tempat tersebut akan timbul ulkus mole.7 Sekarang cara ini tidak

dipakai lagi.7,9

2.8 Diagnosis Banding

a. Herpes Genitalis

12

Pada herpes genitalis kelainan kulitnya ialah vesikel yang berkelompok dan

jika memecah menjadi erosi, jadi bukan ulkus seperti pada ulkus mole.1,2 Tanda-

tanda radang akut lebih mencolok pada ulkus mole.1 Kecuali itu pada ulkus mole,

pada sediaan hapus berupa bahan yang diambil dari dasar ulkus tidak ditemukan

sel raksasa berinti banyak.1,2

b. Sifilis stadium I

Pada sifilis stadium I (ulkus durum), ulkus bersih, indolen, terdapat

indurasi, dan tanda-tanda radang akut tidak terdapat.1 Jika terjadi pembesaran

kelenjar getah bening regional juga tidak disertai tanda-tanda radang akut kecuali

tumor, tanpa disertai periadenitis dan perlunakan.1,3

Pada ulkus mole, hasil pemeriksaan sediaan hapus dengan mikroskop

lapangan gelap sebanyak tiga kali berturut-turut negatif. T.S.S. yang diperiksa

tiap minggu sampai satu bulan, kemudian tiap bulan sampai tiga bulan, tetap

negatif.1,2

c. Limfogranuloma venerium (L.G.V)

Pada L.G.V. afek primer tidak spesifik dan cepat hilang.2 Terjadi

pembesaran kelenjar getah bening ingunal, perlunakannya tidak serentak.1 Titer

tes ikatan komplemen untuk L.G.V. kurang dari 1/16 dan tes ulangan untuk

meninggi.1,2

d. Granuloma inguinale

Yang khas pada penyakit ini ialah ulkus dengan granuloma.2 Pada sediaan

jaringan tidak tampak Donovan body.2,4

2.9 Penatalaksanaan

Secara garis besar penatalaksanaan ulkus molle dapat dilakukan

dengan pemberian obat secara sistemik dan atau topical, selain

penatalaksanaan medikamentosa, mengontrol sex habbit juga memiliki

peran dalam proses penyembuhan. Berikut penjelasannya.1,2,5

13

2.9.1. Sistemik

Regimen pengobatan sistemik ulkus molle dapat dilakukan sesuai

rekomendasi WHO, dengan mempertimbangkan kelebihan dan kekurangan

masing-masing obat seperti table berikut :

Tabel 2.1 Rekomendasi regimen terapi terbaru menurut WHO dan CDC.

(Dikutip dari kepustakaan ke – 10)

Pilihan pengobatan untuk ulkus molle menjadi semakin terbatas

karena perkembangan resistensi untuk beberapa obat-obatan antimikroba.1,6

Hal ini telah menyebabkan pencarian untuk pengobatan alternatifregimen

untuk chancroid.10 Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) merekomendasikan

tujuh hari perjalanan eritromisin secara oral sebagai baris pertama

pengobatan untuk chancroid.1,2,10 Meskipun efektif, kurangnya kepatuhan

dan intoleransi gastro-intestinal membuat alternatif terapi diinginkan.

Pilihan lain pengobatan lini petama adalah Ciprofloxacin diberikan dua kali

500 mg sehari selama 3 hari atau dosis-tunggal 1 g azythromycin.2,3,10 Sejak

munculnya antimikroba, terapi dosis tunggal telah menjadi alat yang

berharga dalam pengelolaan infeksi kelamin.1,2

Azitromisin adalah terapi oral yang efektif untuk chancroid dan

patogen penyakit menular seksual.10 Namun biaya tinggi membuatnya

kurang cocok di finansial menantang Pengaturan dibandingkan dengan

Thiamphenicol.1,10

a. Azitromisin

14

Diberikan secara oral, 1 gram dosis tunggal.1,10

b. Seftriakson

Diberikan secara intra muscular, 250 mg dosis tunggal.1,10

c. Ciprofloksasin :

Diberikan secara oral, 2 kali 500 mg sehari selama 3 hari.1,10

d. Eritromisin

Diberikan 4 x 500 mg sehari, selama seminggu. Eritromisin

diekskresi terutama melalui hati.10 Hanya 2-5% obat ini dieksresi

dalam bentuk aktif melalui urin.9 Efek samping yang berat

akibat pemakaian eritromisin jarang terjadi.8 Reaksi alergi

mungkin timbul dalam bentk demam, eosinofilia, dan eksantem

yang cepat hilang bila terapi dihentikan.4,5,8

2.9.2 Pengobatan Topikal

Pengobatan topikal pada kasus ini terdiri atas pemberian antispetik

seperti povidon iodin.1 Limfadenitis tidak boleh diinsisi.8 Bila perlu

diaspirasi untuk mencegah ruptur spontan.1,2 Aspirasi menggunakan jarum

besar dan ditusuk di bagian lateral sampai menembus kulit normal.9 Pada

penderita yang mengeluh ulkusnya sangat nyeri, dapat diberi terapi topikal

dengan kompres dingin untuk mengurangi peradangannya.2,3 Penderita

dianjurkan untuk istirahat, karena bila penderita tetap melakukan

aktivitasnya maka akan memudahkan terjadi adenopati.2 Penderita dengan

phimosis sebaiknya dilakukan sirkumsisi apabila semua lesi aktif telah

sembuh, dan tampaknya bubo jarang berkembang setelah sirkumsisi

dilakukan.2,4,7

2.9.3 Sex Habbits

Seseorang yang memiliki kontak seksual dengan penderita ulkus

mole dalam 10 hari sebelum muncul gejala ulserasi di kelamin penderita,

maka sebaiknya diberi terapi, meskipun gejala klinisnya belum muncul.4,5

15

Terbukti karier pembawa H.ducreyi dapat terjadi pada penderita yang

asimtomatis.4 Obat yang diberikan pada pasangan seksual ini sama dengan

yagn diberikan pada penderita baik jenis maupun dosis obatnya.5 Jika tidak

mungkin melakukan abstinensia seksual, maka penderita harus

menggunakan kondom saat berhubungan seksual selama lesi masih ada.1

Meskipun demikian, kondom yang tidak dipakai dengan cara yang benar

dalam artian lesi ulkus tidak tertutup kondom secara sempurna, masih

memungkinkan untuk terjadinya penularan penyakit.2,3

2.10 Prognosis

Prognosis ulkus mole adalah baik jika penyakit diterapi dengan tepat dan

tidak ditemukan infeksi HIV.1,10 Pasien sebaiknya disarankan untuk tidak

melakukan aktivitas seksual sampai lesi sembuh sempurna.8 Kontak seksual

sebaiknya diperiksa dan diterapi.8 Tetapi tanpa pengobatan, ulkus genital dan

abses inguinal dilaporkan kadang-kadang menetap.10

BAB 3KESIMPULAN

Ulkus mole adalah penyakit menular seksual dalam bentuk ulkus genitalia

disamping sifilis dan herpes genitalia.1,2 Prostitusi merupakan media penularan

penyakit ini. Secara epidemiologi, insiden ulkus mole banyak terjadi di negara-

negara berkembang dan menular melalui kontak kulit serta mukosa pada saat

melakukan aktivitas seksual.1,2 Pria lebih banyak daripada wanita terkena dengan

perbandingan 10:1.2,3 Karakteristik penyakit ini adalah ulkus yang nyeri dan

pembentukan bubo.3 Ulkus yang muncul sifatnya multipel, mudah berdarah, dan

mengandung pus.3,4 Ulkus mole disebabkan oleh bakteri gram negatif

16

Haemophilus ducreyi.2,3 Diagnosis ditegakkan melalui gambaran klinis dan

pemeriksaan kultur laboratorium.4,5 Bakteri ini membutuhkan keterampilan

khusus ketika dikultur karena tanpa metode dan media yang tepat, sangat sulit

bagi bakteri ini untuk bertumbuh.5 Pengobatan yang dilakukan berupa terapi

sistemik dan terapi lokal dengan jalan mengompres kelenjar getah bening ingunal

untuk mengurangi edema.2,3,6 Terapi yang diberikan bervariasi, terdiri dari

regimen WHO dan regimen CDC.1,10 Umumnya terapi yang digunakan adalah

azitromisin 1 g oral dosis tunggal, seftriakson 250 mg intramuskular dosis

tunggal, siprofolksasin 500 mg 2 x 1 selama 3 hari, dan eritromisin 500 mg 4 x 1

selama 7 hari.1,10 Prognosis ulkus mole adalah baik dan disarankan pasien dan

pasangannya diobati bersama-sama dan tidak melakukan aktivitas seksual sampai

lesi sembuh sempurna.1,10

17