makalah klp 4
TRANSCRIPT
MAKALAH
PROFESI KEGURUAN
tentang
CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING
Oleh:
Kelompok IV
1. Mai Sastri : 409 2472. Sri Wahyuni : 409 2353. Desti Sutrisna : 409 2774. Ria Afrinia : 409 2375. Susri Afrianti : 409 283
Dosen PembimbingGusmaneli, S.Ag M.Pd
JURUSAN TADRIS IPA FISIKAFAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)IMAM BONJOL PADANG
1433 H/2012 M
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah swt. yang telah memberikan
kesehatan dan kesempatan sehingga kami dapat menyelaikan makalah ini.
Shalawat dan salam kami doakan kepada Allah agar disampaikannya kepada Nabi
besar Muhammad saw.
Selanjutnya kami ucapkan terima kasih pada dosen pembimbing yang
telah membantu kami dalam memberikan pengarahan dalam menyekesaikan
makalah ini. Kemudian buat teman-teman yang selalu mendukung, dan
teristimewa buat orangtua kami yang selalu memberikan kasih sayang dan
motivasi yang tek ternilai harganya.
Pada kesempatan kali ini kami dipercaya untuk menyelesaikan makalah
Profesi Keguruan dengan judul “Contextual Teaching and Learning”. Dalam
makalah yang akan kami sajikan ini masih banyak kekurangan yang perlu
ditambah oleh pembaca semuanya. Oleh karena itu kami mengharapkan saran dari
pembaca semuanya. Agar makalah ini menjadi sempurna nantinya.
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Salah satu strategi pembelajaran yang dikembangkan dengan tujuan agar
pembelajaran berjalan dengan produktif dan bermakna bagi siswa adalah strategi
pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching and Learning) yang selanjutnya
disebut CTL. Strategi CTL fokus pada siswa sebagai pembelajar yang aktif, dan
memberikan rentang yang luas tentang peluang-peluang belajar bagi mereka yang
menggunakan kemampuan-kemampuan akademik mereka untuk memecahkan
masalah-masalah kehidupan nyata yang kompleks.
Kenyataan menunjukkan bahwa sebagian besar siswa tidak mampu
menghubungkan antara materi yang mereka pelajari dengan pemanfaatannya
dalam kehidupan nyata. Pemahaman konsep akademik yang dimiliki siswa
hanyalah merupakan sesuatu yang abstrak, belum menyentuh kebutuhan praktis
kehidupan siswa. Pembelajaran secara konvensional yang diterima siswa hanyalah
penonjolan tingkat hapalan dari sekian banyak topik, tetapi belum diikuti dengan
pengertian dan pemahaman yang bisa diterapkan ketika mereka berhadapan
dengan situasi baru dalam kehidupannya.
1
BAB II
PEMBAHASAN
CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING
A. PENGERTIAN CTL
CTL merupakan strategi yang melibatkan siswa secara penuh dalam
proses pembelajaran. Siswa di dorong untuk beraktifitas mempelajari materi
pelajaran sesuai dengan topik yang akan dipelajarinya. Belajar dalam konteks
CTL adalah proses pengalaman secara langsung.
Pembelajaran ctl terjadi apabila siswa menerapkan dan mengalami apa
yang sedang di ajarkan dengan mengacu pada masalah-masalah dunia nyata
yang berhubungan dengan peran dan tanggung jawab mereka sebagai anggota
keluarga, warga negara, siswa, dan tenaga kerja.1
Jadi, pengertian ctl dar pendapat para tokoh di atas dapat disimpulkan
bahwa ctl adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara
materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong
siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan
penerapan dalam kehidupan sehari-hari.
B. LANDASAN FILOSOFIS DAN PSIKOLOGIS
a. Landasan filosofis.
Landasan filosofis ctl adalah kontruktivisme, yaitu filosofi belajar
yang menekankan bahwa belajar tidak hanya sekedar menghafal. Siswa
harus mengkontruksikan pengetahuan di benak mereka sendiri bahwa
pengetahuan tidak dapat dipisah-pisahkan menjadi fakta. Fakta atau
proposisi yang terpisah, tetapi mencerminkan keterampilan yang dapat
diterapkan.
Menurut pandangan kontruktivistik bahwa perolehan pengalaman
seseorang itu dari proses asimilasi dan akomodasi sehingga pengalaman
1 Trianto.2010.mendesain model pembelajaran inovatif-progresif.Jakarta: Prenada Media Grup h. 104
2
yang lebih khusus ialah pengetahuan tertanam dalam benak sesuai dengan
yang dimiliki seseorang. Skemata itu tersusun dengan upaya dari individu
siswa yang telah bergantung kepada skemata yang telah dimiliki
seseorang.
b. Landasan Psikologis
Sesuai dengan filsafat yang mendasarinya bahwa pengetahuan
terbentuk karena peran aktif subjek, maka dipandang dari sudut
psikologis, ctl berpijak pada aliran psikologis kognitif. Menurut aliran ini
proses belajar terjadi karena pemahaman individu akan lingkungan.
Belajar bukanlah peristiwa mekanis seperti keterkaitan antara stimulus
dan respon. Belajar tidak sesederhana itu. Belajar melibatkan proses
mental yang tidak tampak seperti emosi, minat, motivasi dan kemampuan
atau pengalaman.2
C. KARAKTERISTIK CTL
Diantara karakteristik pembelajaran ctl adalah3:
1. Kerjasama
2. Saling menunjang
3. Menyenangkan, tidak membosankan.
4. Belajar dengan bergairah
5. Pembelajaran terintegrasi
6. Menggunakan berbagai sumber
7. Siswa aktif
8. Sharing dengan teman
9. Siswa kritis guru kreatif
10. Dinding dan lorong-lorong penuh denga hasil kerja siswa, peta-peta,
gambar, artikel, humor dan lain-lain
2 Wina Sanjaya.2010.Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Prenada Media Group h. 2593 Yatim Rianto.2010. Paradigma Baru Pembelajaran.Jakarta: Prenada Media Group h 176-177
3
11. Laporan kepada orang tua bukan hanya rapor tetapi hasil karya siswa,
laporan hasil pratikum, karangan siswa dan lain-lain.
Dalam pembelajaran kontekstual, program pembelajaran lebih merupakan
rencana kegiatan kelas yang dirancang guru, yang berisi skenario tahap demi
tahap tentang apa yang akan dilakukan bersama siswanya sehubungan dengan
topik yang akan dipelajari. Dalam program tercermin tujuan pembelajaran,
media untuk mencapai tujuan tersebut, materi pembelajaran, langkah-langkah
pembelajaran dan authentic assessment-nya.
Dalam konteks itu, program yang dirancang guru benar-benar rencana
pribaditentang apa yang akan dikerjakannya bersama siswanya. Secara umum
tidak ada perbedaan mendasar format antara program pembelajaran
konvensional dengan program pembelajaran kontekstual. Program
pembelajaran konvensional lebih menekankan pada deskripsi tujuan yang
akan dicapai (jelas dan operasioanl), sedangkan program untuk pembelajaran
kontekstual lebih menekankan pada skenario pembelajaran.
D. BEDA CTL DENGAN PEMBELAJARAN KONVENSIONAL
N
O
PERBEDAAN CTL DENGAN KONVENSIONAL
CTL KONVENSINAL
1 Siswa sebagai subjek belajar Siswa sebagai objek belajar
2Siswa belaja melalui kegiatan
kelompok
Siswa lebih banyak belajar secara
individu
3Pembelajaran dikaitkan dengan
kehidupan nyata
Pembelajaran bersifat teoritis dan
abstrak
4Kemampuan didasrkan atas
pengalaman
Kemampuan diperoleh dari latihan-
latihan
5 Tujuan akhir kepuasan diri Tujuan akhir nilai atau angka
6 Prilkau dibangun atas kesadaran Prilaku dibangun oleh faktor dari luar
7 Pengetahuan yang dimiliki Pengetahuan yang dimilki bersifat
4
individu berkembang sesuai
dengan pengalaman yang dialami
absolut dan final, tidak mungkin
berkembang
8
Siswa bertanggung jawab dalam
memonitor dan mengembangkan
pembelajaran
Guru penentu jalan proses
pembelajaran
9Pembelajaran bisa terjadi dimana
saja
Pembelajaran haya terjadi di dalam
kelas
10Keberhasilan pembelajaran dapat
diukur dengan berbagai cara
Keberhasilan pembelajaran hanaya
bisa diukur dengan tes
E. KOMPONEN CTL
a. Kontruktivisme (Contructivisme)
Kontruktivisme merupakan landasan filosofin ctl, yaitu bahwa
pengetahuan dibangun oleh manusiasedikit demi sedikit, yang hasilnya
diperluas melalui konteks yang terbatas dan tidak sekonyong-konyong.
Pengetahuan bukanlah seperangkat fakta-fakta, konsep atau kaidah yang
siap untuk di ambil dan diingat. Manusia harus mengkontruksi
pengetahuan itu dan memberi makna melalui pengalaman nyata.
Siswa perlu dibiasakan untuk memcahkan masalah, menemukan
sesuatu yang berguna bagi dirinya, dan bergelut dengan ide-ide. Guru
tidak akan mampu memberi semua pengetahuan kepada siswa. Siswa
harus mengkontruksi pengetahuan di benak mereka sendiri.esensi dari
teori kontruktivis adalah ide bahwa siswa harus menemukan dan
mentrasformasikan suatu informasi kompleks ke situasi lain, dan apabila
dikehendaki, informasi itu menjadi milik mereka sendiri.
Dengan dasar itu, pembelajaran harus dikemas menjadi proses
mengkontruksi bukan menerima pengetahuan. Dalam proses
pembelajaran, siswa menbangun sendiri pengetahuan mereke sendiri
melalui keterlibatan aktif dalm proses belajar mengajar. Siswa menjadi
pusat kegiatan, bukan guru. Landasan berpikir kontruktivisme agak
berbeda dengan pandangan kaum obyektivis, yang lebih menekankan
5
pada hasil pembelajaran. Dalam pandangan kontruktivis, strategi
memperoleh diutamakan dibanding seberapa banyaksiswa memperoleh
dan mengingat pengetahuan. Untuk itu, tugas guru adalh menfasilitasi
proses tersebut dengan:
a) Menjadika pengatahuan bermakna dan relevan bagi siswa
b) Memberi kesempatan siswa menemukan dan menerapkan idenya
sendiri dan
c) Menyadarkan siswa agar menerapkan strategi mereka sendiri dalam
belajar.
Pengetahuan tumbuh berkembang melalui pengalaman.
Pemahaman berkembang semakin dalam dan semakin kuat apabila
selalu diuji dengan pengalaman baru. Menurut Piaget, manusia
memiliki struktur pengetahuan dalam otaknya, seperti kotak-kotak
yang masih berisi informasi bermakna dan berbeda-beda. Pengalaman
yang sama bagi beberapa orang akan dimaknai berbeda-beda oleh
masing-masing individu dan disimpan dalam kotak yang berbeda.
Setiap pengalaman baru dihubungkan dengan kotak-kotak dalam otak
manusia tersebut. Struktur pengetahuan dikembangkan dalam otak
manusia melalui dua cara yaitu asimilasi dan akomodasi. Asimilasi
maksudnya struktur pengetahuan yang sudah ada. Sedangkan
akomodasi adalah struktur pengetahuan yang sudah ada dimodifikasi
untuk menampung dan menyesuaikan dengan hadirnya pengalaman
baru.
b. Menemukan (Inquiry)
Menemukan merupakan bagian inti dari kagiatan pembelajaran
berbasis ctl. Pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa
diharapkanbukan hasil mengingat seperangkat fakta-fakta, tetapi hasil dari
menemukan sendiri. Guru harus selalu merancang kegiatan yang merujuk
pada kegiatan menemukan, apaun materi yang diajarkannya. Topik
6
mengenai adanya dua jenis binatang melata, sedah seharusnya ditemukan
sendiri oleh siswa, bukan menurut buku.
Siklus inkuiri:
a) Observasi
b) Bertanya
c) Mengajukan dugaan
d) Pengumpulan data
e) Penyimpulan
c. Bertanya (Questioning)
Pengetahuan yang dimiliki seseorag selalu bermu;a dari bertanya.
Bertanya merupakan strategi utama pembelajaran berbasis ctl. Bertanya
dalam pembelajaran dipandang sebagai kegiatan guru untuk mendorong,
membimbing dan menilai kemampuan berpikir siswa. Bagi siswa,
kegiatan bertanya merupakan bagian penting dalam melaksanakan
pembelajaran yang berbasis inkuiri, yaitu menggali informasi,
mengkonfirmasi apa yang sudah diketahui dan mengarahkan perhatian
pada aspek yang belum diketahuinya.
Dalam sebuah pembelajaran yang produktif, kegiatan bertanya berguna
untuk:
a. Menggali informasi, baik administrasi maupun akdemis
b. Mengecek pemahaman siswa
c. Membangkitkan respon kepada siswa
d. Mengetahui sejauh mana keingintahuan siswa
e. Mengetahui hal-hal yang sudah diketahui siswa
f. Menfokuskan perhatian siswa pada sesuatu yang dikehendaki guru
g. Untuk membangkitkan lebih banyak lagi pertanyaan dari siswa
h. Untuk menyegarkan kembali pengetahuan siswa.
d. Masyarakat Belajar (Learning Comunity)
7
Konsep learning community menyarankan agar hasil pembelajaran
diperoleh dari kerjasama dengan orang lain. Hasil belajar diperoleh dari
sharing antara teman, antar kelompok, dan antara yang tahu ke yang
belum tahu. Di ruang ini, di kelas ini, disekitar sini, juga orang-orang
yang ada diluar sana, semua adalah anggota masyarakat belajar.
Dalam kelas ctl, guru disarankan selalu melaksanakan
pembelajaran dalam kelompok-kelompok belajar. Siswa dibagi dalam
kelompok yang anggotanya heterogen. Yang pandai mengajari yang
lemah, yang tahu memberi tahu yang belum tahu, yang cepat menagkap
mendorong temannya yang lambat, yang mempunyai gagasan segera
memberi usul dan seterusnya. Kelompok siswa bisa sangat bervariasi
bentuknya, baik keanggotaan, jumlah, bahkan bisa melibatkan siswa di
kelas atasnya, atau guru melakukan kolaborasi dengan mendatangkan
seorang ahli ke atas.
Masyarakat belajar bisa terjadi apabila ada proses komunikasi dua
arah, seorang guru ynag mengajari siswanya bukan contoh masyarakat
belajar karena komunikasi hanya terjadi satu arah, yaitu informasi hanya
datang dari guru ke arah siswa, tidak ada arus informasi yang perlu
dipelajari guru yang datang dari arah siswa. Dalam contoh ini yang
belajar hanya siswa bukan guru. Dalam masyarakat belajar, dua kelompok
yang terlibat dalam komunikasi pembelajaran saling belajar. Seseorang
yang terlibat dalam kegiatan masyarakat belajar memberi informasi yang
diperlukan oleh teman bicaranya dan sekaligus juga meminta informasi
yang diperlukan dari teman belajarnya.
Kegiatan saling belajar ini bisa terjadi apabila tidak ada pihak yang
dominan dalam komunikasi, tidak ada pihak yang merasa segan untuk
bertanya, tidak ada piihak menganggap paling tahu, semua pihak mau
saling mendengarkan. Setiap pihak harus merasa bahwa setiap orang lain
memiliki pengetahuan, pengalaman, atau keterampilan yang berbeda yang
perlu dipelajari.
8
Kalau setiap orang mau belajar, dan ini berarti setiap orang akan
sangat kaya dengan pengetahuan dan pengalaman. Metode pembelajaran
dengan teknik learning community sangat membantu proses pembelajaran
di kelas.
Prakteknya dalam pembelajaran terwujud dalam:
a) Pembentukan keompok kecil
b) Pembentukan kelompok besar
c) Mendatangkan ahli ke kelas
d) Bekerja dengan kelas sederajat
e) Bekerja kelompok dengan kelas diatasnya
f) Bekerja dengan masyarakat
e. Pemodelan(Modelling)
Komponen ctl selanjutnya adalah pemodelan. Maksudnya dalam
sebuah pembelajaran keterampilan atau pengetahuan tertentu, ada model
yang bisa ditiru. Model itu bisa berupa cara mengoperasikan sesuatu, cara
melempar bola dalam olah raga, contoh karya tulis, cara melafalkan
bahasa inggris dan sebagainya. Atau guru memberi model tentang
bagaimana cara belajar.
Sebagian guru memberi contoh tentang cara bekerja sesuatu,
sebelum siswa melaksanakan tugas. Misalnya cara menemukan kata kunci
dalam bacaa. Dalam pembelajaran tersebut guru mendemonstrasikan cara
meenemukan kata kunci dalam bacaan dengan menelusuri bacaan secara
cepat dengan memanfaatkan gerak mata. Ketika guru mendemonstrasikan
cara membaca cepat tersebut, siswa mengamati guru membaca dan
membolak balik teks. Gerak mata guru dalam menelusuri bacaan menjadi
perhatian siswa. Dengan begitu siswa tahu bagaimana gerak mata yang
efektif dalam melakukan scanning. Kata kunci yang ditemukan guru
disampaikan kepada siswa sebagai hasil kegiatan pembelajaran
menemukan kata kunci secara cepat. Secara sederhana, kegiatan itu
disebut pemodelan. Artinya ada model yang bisa ditiuru dan diamati
9
siswa, sebelum mereka berlatih menemukan kata kunci, guru menjadi
model. Dan siswa juga bisa dilibatkan dalam proses pembelajaran.
f. Refleksi (Reflection)
Refleksi juga bagian penting dalam pembelajaran dengan
pendekatan ctl. Refleksi adalah cara berpikir tentang apa yang sudah kita
lakukan di masa lalu. Siswa mngendapkan apa yang baru dipelajarinya
sebagi struktur pengetahuan yang baru yang merupakan pengayaan atau
revisi dari pengetahuan sebelumnya. Refleksi merupakan respon terhadap
kejadian, aktifitas, atau pengetahuan yang baru diterima.
Pengetahuan yan bermakna diperoleh dari proses. Pengetahuan
dimiliki siswa diperluas melalui konteks pembelajaran, yang kemudian
diperluas sedikit demi sedikit. Guru atau orang dewasa membantu siswa
membuat hubungan-hubungan antara pengetahuan yang dimiliki
sebelumnya dengan pengetahuan yang baru. Dengan begitu, siswa merasa
memperoleh sesuatu yang berguna bagi dirinya tentang apa yang baru
dipelajarinya.
Kunci dari semua adalah bagaimanna pengetahuan itu mengendap
di benak siswa. Siswa mencatat apa yang sudah dipelajari dan bagimana
merasakan ide-ide baru.
Pada akhir pembelajaran, guru menyisakan waktu sejenak agar
siswa melakukan refleksi, realisasinya berupa:
a) Pernyataan langsung tentang apa-apa yang diperolehnya hari itu
b) Catatan atau jurnal di buku siswa
c) Kesan dan saran siswa mengenai pembelajaran hari itu
d) Diskusi
e) Hsil karya.
g. Penilaian yang sebenarnya (Authentic Assessment)
Assessment adalah proses pengumpulan berbagai data yang bisa
memberikan gambaran perkembangan belajar siswa. Gambaran
10
perkembangan belajar siswa perlu diketahui oleh guru agar bisa
memastikan bahwa siswa mengalami proses pembelajaran dengan benar.
Apabila dta yang dikumpulkan guru mengidentifikasi bahwa siswa
mengalami kemacetan dalam belajar, maka guru segeraa bisa mengambil
tindakan yang tepat agar siswa terbebas dari kemacetan tersebut. Karena
gambaran tentang kemajuan belajar itu diperlukan sepanjang proses
pembelajaran, maka assessment tidak dilakukan di akhir periode
pembelajaran seperti kegiatan evaluasi hasil belaar, tetapi dilakukan
bersama dengan secara integrasi dari kegiatan pembelajaran.
Data dikumpulkan melalui kegiatan penilaian bukanlah untuk
mencari informasi tentang belajar siswa. Pembelajaran yang benar
memnag seharusnya ditekankan pada upaya membantu siswa agar mampu
mempelajari bukan ditekan pada diperolehnya sebayak mungkin
informasi di akhir periode pembelajaran.
Karakteristik authentic assessment:
a) Dilaksanakan selama dan sesudah proses pembelajaran berlangsung
b) Bisa digunakan untuk formatif dan sumatif
c) Yang diukur keterampilan dan performasi, bukan mengingat fakta
d) Berkesinambungan
e) Terintegrasi
f) Dapat digunakan sebagi feed beck.
11
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
CTL (Contextual Teaching and Learning) adalah konsep belajar yang
membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia
nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan
yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka. Tugas guru
dalam pembelajaran kontekstuak adalah membantu siswa dalam mencapai
tujuannya. Maksudnya, guru lebih berusuan dengan strategi dari pada
memberi informasi. Guru hanya mengelola kelas sebagai sebuah tim yang
bekerja sama untuk menemukan suatu yang baru bagi siswa. Proses belajar
mengajar lebih diwarnai student centered daripada teacher centered.
Dalam ctl diperlukan sebuah pendekatan yang lebih memberdayakan
siswa dengan harapan siswa mampu mengkontruksikan pengetahuan dalam
benak mereka, bukan menghafalkan fakta. Disamping itu, siswa belajar
melalui mengalami bukan menghafal, mengingat pengetahuan bukan sebuah
perangkat fakta dan konsep yang siap diterima akan tetapi sesuatu harus
dikontruksi oleh siswa. Dengan rasional tersebut pengetahuan selalu berubah
sesuai dengan perkembangan zaman.
B. SARAN
Demikianlah makalah ini kami buat, namun masih banyak kekurangan
yang perlu dibenahi dalam makalah ini. Oleh karena itu, kami pemakalah,
mengaharpkan kritikan dan saran dari pembaca semuanya untuk dijadikan
pelajaran di masa yang akan datang. Semoga makalah ini bisa bermanfaat
bagi kita semua, terama kami pemakalah. Aamiin..
12
DAFTAR PUSTAKA
Johnson, Elaine.2008.Contextual learning & Teaching. Bandung: MLC
Riyanto, Yatim. 2010. Paradigma Baru Pembelajaran. Jakarta: Prenada Media
Group
Sanjaya, Wina. 2006. Pembelajaran Dalam Implementasi Kurikulum Berbasis
Kompetensi. Jakarta: Prenada Media Group
Sanjaya, Wina.2010. Strategi Pembelajaran Berorientasi standar Proses
Pendidikan. Jakarta: Prenada Media Group
Trianto. 2010. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta:
Prenada Media Group.
13