makalah klp cacar fix
TRANSCRIPT
TUGAS KESEHATAN LINGKUNGAN DAN PENYAKIT
CACAR AIR (CHICKENPOX)
Dosen Pengampu
Dr. Nur Endah W, Dra, MS
Disusun oleh :
Kelompok II
Ari Winarni Wijanarko 25010110120008Rabiatul Syakdiah 25010110120009Aning Isfandyari 25010110120010Fely Fitriyana Aprilly 25010110120011Hanna Hulwiyyah 25010110120012Ajeng Putri Maharani 25010110120013Widya Ratna Wulan 25010110120014
Santy Kusno Handoyo 25010110120073
Kelas A 2010
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS DIPONEGORO
2012
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Indonesia dengan kepadatan penduduk yang tinggi memiliki berbagai
permasalahan kesehatan yang harus diselesaikan. Suatu daerah dengan kepadatan
penduduk yang tinggi apabila tidak memperhatikan kesehatan lingkungan (sanitasi)
dengan baik maka keadaan lingkungan menjadi tidak nyaman bagi penduduknya.
Keadaan yang demikian menyebakan terbatasnya ruang gerak yang akibatnya dapat
memberikan dampak pada kesehatan penduduk. Keadaan tersebut dapat
memnyebabakan timbulnya berbagai penyakit. Ada dua jenis penyakit yang sering
timbul di masyarakat, yaitu penyakit menular dan penyakit tidak menular. Penyakit
tidak menular disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain karena kecelakaan,
keracunan, keturunan dan iritasi. Sedangkan penyakit menular sebabnya tidak dapat
diketahui secara pasti, seperti berasal dari hewan yang terkena kuman dan
menyebabkan infeksi pada manusia dan beberapa golongan virus yang dibuat menjadi
ganas. penyakit menular saat ini masih menjadi permasalahan kesehatan di Indonesia.
penyebaran penyakit menular ini sering ditemui dimana mana walaupun sudah
dilakukan vaksinasi untuk mencegah terjadinya penyakit namun tetap saja terjadi
misalnya cacar. Terdapat berbagai jenis cacar yang ada di Indonesia salah satunya
adalah cacar air.
Cacar air merupakan penyakit kulit yang umum dikenal masyarakat. Hampir
semua orang dari anak-anak sampai dewasa pernah terkena cacar air. Sering kita bisa
memperkirakan seseorang sudah terkena cacar air dari adanya bekas luka di wajah,
berupa bopeng. Cacar air bersifat musiman. Disebut musiman karena sifatnya yang
sangat mudah menular. Bila ada 1 penderita cacar air, sangat besar akan diikuti oleh
penderita-penderita lainnya. Bila di satu keluarga ada yang terkena, maka akan
disusul episode-episode anggota keluarga lainnya.
1.2 TUJUAN
Mengetahui definisi cacar air (Chickenpox)
Mengetahui cara penularan cacar air (Chickenpox)
Mengetahui Faktor Risiko Penyakit cacar air (Chickenpox)
Mengetahui Cara Pengendalian Penyakit cacar air (Chickenpox)
Mengetahui Langkah Penyelidikan Epidemiologi Penyakit cacar air
(Chickenpox)
Mengetahui Cara Pencegahan Penyakit Cacar air (Chickenpox)
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Cacar air merupakan infeksi sangat menular yang disebabkan oleh virus varisela
zoster. Virus ini menginfeksi manusia dengan sifat sistemik, maksudnya virus ini
menimbulkan reaksi menyeluruh, bukan bersifat lokal. Penderita cacar air
menularkan penyakitnya ke orang lain melalui cara:
Droplet (partikel cairan yang dikeluarkan dari mulut pada waktu bersin,
batuk, atau berbicara yang mengandung kuman penyakit, yaitu virus
Varicella-zoster) yang masuk ke tubuh orang sehat.
Melalui kontak langsung, bersentuhan dengan penderita
Setelah masuk ke tubuh manusia, virus akan memperbanyak diri dan menyebar ke
jaringan setempat melalui aliran darah dan aliran getah bening. Virus
memperbanyak diri kembali hingga virus menyebar ke seluruh tubuh dan terutama
mencapai kulit dan selaput lendir. Periode menular 1-2 hari sebelum, sampai 5-6
hari setelah timbulnya ruam.
Penyakit ini biasanya tidak parah dan hanya singkat di kalangan anak sehat,
adakalanya cacar air akan menjadi penyakit yang lebih parah, misalnya infeksi
bakteri pada kulit yang mengakibatkan bekas luka, radang paru-paru, atau radang
otak. Orang dewasa yang menderita infeksi cacar air pada umumnya mengalami
gejala yang lebih parah. Cacar air mungkin menimbulkan risiko terhadap bayi
dalam kandungan jika terjangkit sewaktu hamil. Cacar air dapat menyebabkan
penyakit parah, bahkan maut, pada tiap golongan usia. Waktu inkubasi untuk
cacar air adalah 10 sampai 21 hari, diikuti dengan ruam berbintik merah pada
mulanya, yang kemudian menjadi lepuh dalam waktu beberapa jam. Bintik-bintik
ini biasanya timbul di badan, muka dan bagian tubuh yang lain. Banyak orang
yang menderita infeksi cacar air mengalami demam dan merasa kurang sehat dan
mungkin merasa gatal sekali. Siapapun yang belum pernah menderita cacar air
dapat terjangkit. Siapapun yang pernah menderita cacar air dianggap kebal dan
tidak memerlukan vaksin. Sekitar 75% dari masyarakat menderita infeksi cacar
air sebelum usia 12 tahun.
B. Cara penularan :
Dari orang ke orang melalui kontak langsung, droplet atau penularan melalui
udara dari cairan vesikel atau sekret dari saluran pernapasan orang yang terkena
cacar air atau cairan vesikel dari penderita herpes zoster; tidak langsung melalui
benda yang baru saja terkontaminasi oleh discharge dari vesikel ataupun dari
selaput lendir orang yang terinfeksi. Berbeda dengan vaksinia dan variola, koreng
dari lesi varicella tidak menular. Cacar air adalah salah penyakit yang sangat
menular, terutama pada tahap awal erupsi; zoster mempunyai tingkat penularan
yang rendah (kontak dengan varicella seronegatif akan berkembang menjadi
cacar air). Risiko terkena varicella adalah sekitar 80 – 90 % sesudah terpajan
dengan penderita varicella.
C. Faktor Risiko Penyakit
Faktor resiko adalah faktor-faktor yang secara positif berhubungan dengan resiko
berkembangnya suatu penyakit, tetapi tidak cukup untuk menyebabkan penyakit.
Faktor resiko cacar air (varicella, chickenpox), yaitu antara lain adalah :
1. Neonatus, terutama pada ibu yang seronegatif.
2. Usia dewasa
3. Terapi steroid
4. Keganasan
5. Kondisi immunocompromised
6. Kehamilan
Faktor resiko dapat dikelompokkan menjadi :
1. Faktor risiko dapat dirubah: kebiasaan makanan, higiene buruk, prilaku
seksual dll.
2. Faktor risiko tetap (tidak dapat dirubah) : umur, ras, jenis kelamin,
golongan darah.
Lingkungan adalah segala sesuatu baik fisik, biologis, maupun sosial yang berada
di sekitar manusia serta pengaruh-pengaruh luar yang mempengaruhi
kehidupan dan perkembangan manusia (lennihan dan Fletter, 1989). Lingkungan
terdiri dari faktor fisik dan non fisik.
Lingkungan fisik adalah segala sesuatu yang berada di sekitar manusia
yang bersifat tidak bernyawa, misalnya air, tanah, kelembaban udara, suhu, angin,
rumah dan benda mati lainnya.
Pada iklim temperatur, angka infeksi varicella menunjukkan variasi musiman
yang ditandai, dengan epidemis pada musim dingin akhir dan awal musim semi.
Sebaliknya, tidak ada variasi musiman yang terlihat pada iklim tropis. Alasan
untuk perbedaan penandaan ini tidaklah jelas, meskipun telah didukung dengan
pemanasan, dan kurangnya peningkatan paparan pada virus dalam bulan musim
hangat dapat menyebabkan beberapa perbedaan. Di india, disamping dekat
dengan perbataan, angka rendah yang tidak terduga melalui transmisi antar rumah
telah didokumentasikan sebesar 80%. Di Singapura, varicella timbul dalam dua
epidemis besar yang terpisah selama 23 tahun.
Lingkungan non fisik, meliputi:
a. Sosial adalah segala sesuatu tindakan yang mengatur kehidupan manusia
dan usaha-usahanya untuk mempertahankan kehidupan, seperti pendidikan pada
tiap individu, rasa tanggung jawab, pengetahuan keluarga, jenis pekerjaan, dll.
Pendidikan dan pengetahuan yang kurang terhadap pengetahuan mengenai
varicella (penyebab, pengobatan, gejala, penceghan, dll) akan lebih memudahkan
penyebaran penyakit tersebut.
Orangtua yang tidak mengetahui penyakit cacar, apabila anaknya terserang
varicella ia akan menganggap hal tersebut hanya ruam biasa yang kemudian lama
kelamaan akan semakin menyebar keseluruh tubuh si anak dan semakin gawat
serta penularan terhadap anggota keluarga lainnya semakin mudah.
b. Budaya (adat kebiasaan turun menurun).
Budaya yang kurang bersih pada keluarga dapat memperbesar kemungkinan
penularan varicella dalam anggota keluarga, seperti memotong kuku.
c. Ekonomi (kebijakan mikro dan kebijakan lokal).
Negara yang termasuk negara ekonomi rendah akan berakibat kepada kesehatan
warga yang rendah juga dan akan meningkatkan penularan penyakit menular
seperti varicella yang menular bisa melalui droplet ataupun cairan dari vesikel
kulit yang pecah. Karena vaksin untuk penyakit tersebut tidak dapat diberikan
oleh negaranya secara luas dan merata sehingga penularannya mudah terjadi
kepada warganya khususnya pada anak – anak.
d. Politik (suksesi kepemimpinan yang mempengaruhi kebijakan pencegahan
dan penanggulangan suatu penyakit).
Lingkungan yang kebijakan politiknya kurang memperhatikan kesehatan
masyarakatnya juga akan meningkatkan penularan penyakit menular seperti
varicella.
Lingkungan biologis adalah segala sesuatu yang bersifat hidup seperti
tumbuhtumbuhan, hewan, termasuk mikroorganisme.
Chickenpox/Varicella (cacar air) disebabkan oleh varicella-zoster virus (VZV)
dari keluarga herpes virus, sangat mirip dengan herpes simplex virus. Virus ini
mempunyai amplop, berbentuk ikosahedral, dan memiliki DNA berantai ganda
yang mengkode lebih dari 70 macam protein.
D. Cara Pengendalian
1. Pengendalian Lingkungan
Isolasi : anak-anak yang menderita varisela dilarang masuk sekolah, ruang
medis, ruang gawat darurat atau dilarang berkunjung ketempat-tempat umum
hingga vesikel menjadi kering, biasanya sesudah 5 hari bagi penderita anak-anak
yang tidak mendapat imunisasi dan 1 – 4 hari bagi anak-anak yang menderita
varisela pasca imunisasi. Pisahkan penderita dewasa dari tempat kerja dan hindari
kontak dengan orang yang rentan. Di rumah sakit, isolasi yang ketat diterapkan
terhadap penderita varisela karena risiko mendapat varisela yang berat bagi pasien
dengan immune compromised jika tertular.
Disinfeksi serentak : terhadap barang-barang yang terkontaminasi
discharge dari hidung dan tenggorokan penderita.
Karantina : biasanya tidak dilakukan. Anak-anak yang diketahui telah
terpajan varisela sebaiknya dikarantina dirumah sakit karena alasan medis. Oleh
karena ada risiko penyebaran penyakit kepada orang yang mendapat pengobatan
steroid atau pasien dengan kekebalan rendah. Karantina setidaknya dilakukan
selama 10 – 21 hari sesudah tepajan (hingga 28 hari jika VZIG telah diberikan).
2. Pengendalian biologi
Pengendalian biologi adalah salah satu cara untuk mengendalikan penyakit cacar
air (Chickenpox). Metode yang digunakan dalam pengendalian biologi yaitu
dengan menggunakan bantuan organisme lain yang masuk ke dalam host untuk
mengendalikan agent yang menjadi factor penyebab penyakit. Pemberian vaksin
merupakan cara pengendalian biologi terhadap penyakit cacar air.
Vaksin cacar air dapat mencegah penyakit cacar air. Kebanyakan dari orang yang
telah mendapatkan vaksinasi cacar air, mereka tidak terkena penyakit ini.
Walaupun mereka terkena cacar air, biasanya reaksi yang ditimbulkan cukup
ringan. Mereka hanya memiliki sedikit lepuh/ gelembung cacar air di tubuh, dan
sangat kecil kemungkinannya untuk mengalami demam. Waktu pemulihan juga
relative lebih cepat.
Siapa yang harus mendapatkan vaksinasi cacar air dan kapan?
a. Rutin
Anak-anak yang belum pernah terkena cacar air semestinya mendapatkan 2 dosis
vaksin pada tingkat umur dibawah ini:
1. Dosis ke-1 : pada umur 12-15 bulan
2. Dosis ke-2 pada umur 4-6 tahun (bisa diberikan lebih cepat, setidaknya 3
bulan setelah pemberian dosis pertama)
Jika seseorang berumur 13 tahun atau lebih dan belum pernah mengalami cacar
air maupun mendapatkan vaksin cacar air, maka orang tersebut semestinya
mendapatkan dua dosis vaksin, dimana jarak antara pemberian dosis pertama ke
dosis ke dua minimal 28 hari.
Namun ada orang-orang tertentu yang tidak diperbolehkan untuk mendapat vaksin
cacar air. Mereka adalah :
1. Orang dengan sistem kekebalan tubuh lemah
2. Wanita hamil atau mereka yang berusaha untuk hamil
3. Orang yang memiliki riwayat reaksi allergik parah terhadap vaksin atau
komponen vaksin
4. Anak di bawah usia 12 bulan
3. Pengendalian Kimia
Pengendalian kimia merupakan salah satu cara untuk mengendalikan penyakit
cacar air dengan menggunakan bahan-bahan kimia sehingga factor penyebab
penyakit tersebut dapat dikendalikan. Diantaranya adalah :
Pemberian bedak talek yang membantu melicinkan kulit. Penderita apabila
tidak tahan dengan kondisi hawa dingin dianjurkan untuk tidak mandi,
karena bisa menimbulkan shock.
Obat-obatan yang diberikan pada penderita penyakit cacar ditujukan untuk
mengurangi keluhan gejala yang ada seperti nyeri dan demam, misalnya
diberikan paracetamol. Pemberian Acyclovir tablet (Desciclovir,
famciclovir, valacyclovir, dan penciclovir) sebagai antiviral bertujuan
untuk mengurangi demam, nyeri, komplikasi serta melindungi seseorang
dari ketidakmampuan daya tahan tubuh melawan virus herpes. Sebaiknya
pemberian obat Acyclovir saat timbulnya rasa nyeri atau rasa panas
membakar pada kulit, tidak perlu menunggu munculnya gelembung cairan
(blisters).
Pengobatan penyakit cacar berfokus pada keluhan yang timbul, misalnya
demam, menggigil, nyeri dipersendian, bintik kemerahan pada kulit yang
akhirnya membentuk sebuah gelembung cair.
Obat yg seharusnya diberikan :
a. Paracetamol tablet
b. Acyclovir tablet
c. Bedak Talek
d. Vitamin Neurobian/neuroboran
E. Penyelidikan Epidemiologi
a. Tahap Survei pendahuluan:
Menegakan diagnosa : Diagnosis ditegakkan berdasarkan ruam kulit yang khas
(makula, papula, vesikel dan keropeng).
Memastikan adanya KLB
Buat hypotesa mengenai penyebab, cara penyebaran, dan faktor yg
mempengaruhinya
b. Tahap pengumpulan data :
Identifikasi kasus kedalam variabel epid (orang, tempat, waktu )
Tentukan agen penyebab, cara penyebaran, dan faktor yg mempengaruhinya.
Menentukan kelompok yang rentan/beresiko
c. Tahap pengolahan data :
Lakukan pengolahan data menurut variabel epidemiologi, menurut ukuran epid
(Angka insiden, Angka prevalen, Case fatality), menurut nilai statistik (Mean,
median mode, deviasi)
Lakukan analisa data :
1. Menurut variabel epid, menurut ukuran epid, menurut nilai statistik.
2. Bandingkan nilai-nilai tsb dengan kejadian atau nilai-nilai yg sudah ada
Buat intepretasi hasil analisa
Buat laporan hasil PE
d. Tentukan tindakan penanggulangan dan pencegahannya
1. Tindakan penanggulangan :
Pengobatan penderita
Isolasi kasus
2. Tindakan pencegahan :
Surveilans yg ketat
Perbaikan mutu lingkungan
Proteksi diri
Perbaikan status kesehatan masyarakat
F. Cara Pencegahan
1. Vaksin virus varicella yang dilemahkan (Varivax®) mendapat lisensi untuk
digunakan di AS pada tahun 1995. Dosis tunggal 0.5 ml di rekomendasikan untuk
imunisasi rutin bagi anak usia 12 –18 bulan dan untuk imunisasi anak hingga
umur 12 tahun yang belum pernah menderita varicella. Vaksin ini mempunyai
efikasi kumulatif sekitar 70 – 90 % dalam mencegah varicella pada anak hingga
umur 6 tahun. Efektivitas vaksin pasca lisensi diperkirakan sekitar 85 – 90 %
untuk mencegah semua spektrum penyakit dan hampir 100 % untuk mencegah
timbulnya penyakit dengan derajat sedang hingga berat. Orang yang telah
mendapat imunisasi tetapi masih terkena varicella biasanya ringan dengan lesi
yang lebih sedikit (biasanya kurang dari 50 dan lesi pada kulit tidak vesikuler),
demam ringan atau tanpa demam sama sekali dan lama sakit lebih singkat. Jika
diberikan dalam 3 hari sesudah terpajan, vaksin varicella bisa mencegah atau
secara bermakna merubah perjalanan penyakit. Vaksin bisa digunakan untuk
melindungi anak-anak dan remaja yang menderita leukemia limfoblastik yang
mengalami remisi, dan dibutuhkan 2 dosis selama 4 – 8 minggu. Vaksin ini dapat
diperoleh gratis untuk penderita diatas berdasarkan protokol penelitian pada Pusat
Koordinasi VARIVAX (VARIVAX Coordinating Center) hubungi pesawat
telpon 215-283-0897.
Vaksin varicella direkomendasikan diberikan kepada orang yang rentan dan
berusia lebih dari 13 tahun. Orang dewasa yang diprioritaskan untuk diimunisasi
adalah mereka yang kontak dengan orang yang berisiko tinggi yaitu penderita
dengan komplikasi yang serius, orang yang tinggal atau bekerja di lingkungan
dimana bisa terjadi penularan VZV (misalkan guru TK atau guru SD, pekerja
tempat penitipan anak, penghuni dan pekerja pada suatu asrama), orang yang
tinggal dan bekerja pada lingkungan dimana penularan bisa terjadi (misalkan
mahasiswa, orang pada satu ruang tahanan yang sama dan anggota militer),
wanita usia subur, remaja dan orang dewasa yang tinggal serumah dengan anak-
anak dan orang yang sering bepergian keluar negeri. Orang berusia diatas 13
tahun membutuhkan 2 dosis vaksin diberikan dengan selang waktu 4 – 8 minggu.
Ruam ringan seperti varisela pada tempat vaksin disuntikkan ditemukan sekitar 2
– 4 % pada anak-anak dan sekitar 5 % pada orang dewasa. Vaksin bisa
menyebabkan terjadinya herpes zoster di kemudian hari, walaupun angkanya
lebih rendah dari yang didapat secara alamiah. Lamanya kekebalan tidak
diketahui, tetapi antibodi bertahan paling sedikit selama 10 tahun di AS. Namun,
antibodi seumur hidup terjadi karena adanya sirkulasi virus liar.
2. Lindungi orang yang berisiko tinggi yang oleh karena sesuatu hal tidak
dapat di imunisasi, seperti bayi dan orang yang kekebalannya rendah, dari pajanan
dengan cara semua anggota rumah tangga dan mereka yang kontak dengan
penderita seluruhnya diberi imunisasi.
3. Imunoglobulin varisela-zoster (Varicella-zoster immune globulin, VZIG),
yang dibuat dari plasma darah donor dengan titer antibodi VZV yang tinggi,
sangat efektif dalam memodifikasi atau mencegah penyakit jika diberikan dalam
waktu 96 jam sesudah terpajan.
BAB III
PENUTUP
1. KESIMPULAN
Cacar air merupakan infeksi sangat menular yang disebabkan oleh virus
varisela zoster. Virus ini menginfeksi manusia dengan sifat sistemik, maksudnya
virus ini menimbulkan reaksi menyeluruh, bukan bersifat local.
Cara penularan penyakit ini melalui kontak langsung yaitu dari orang ke
orang, droplet atau penularan melalui udara dari cairan vesikel atau sekret dari
saluran pernapasan orang yang terkena cacar air atau cairan vesikel dari penderita
herpes zoster; tidak langsung melalui benda yang baru saja terkontaminasi oleh
discharge dari vesikel ataupun dari selaput lendir orang yang terinfeksi. Adapun
cara pengendalian penyakit tersebut bisa diatasi dengan 3 hal, yaitu :Pengelolaan
Lingkungan ( Environment Management) Pengendalian secara biologi, dan
Pengendalian Kimia
2. SARAN
a. Diharapkan pembaca dapat meningkatkan pengetahuan dalam mencegah
penyakit cacar air (Chickenpox)
b. Diharapkan pembaca dapat menerapkan cara-cara hidup sehat agar
terhindar dari berbagai penyakit.
c. Diharapkan makalah ini bisa dijadikan literature bagi mahasiswa pada
khususnya, dan masyarakat pada umumnya.
DAFTAR PUSTAKA
Buku Manual Pemberantasan Penyakit JAMES CHIN, MD, MPH,Editor
Penterjemah : Dr. I NYOMAN KANDUN, MPH Edisi 17 Tahun 2000
http://docs.health.vic.gov.au/docs/doc/
517E32F61726CE8CCA257906000253D2/$FILE/chicpox_indonesian.pdf (diakses
tanggal 16 September 2012)
http://health.allrefer.com/health/chickenpox-chickenpox.html (diakses tanggal 16 September 2012)
http://kustiawan.web.unair.ac.id (diakses tanggal 15 September 2012)
http://www.health.vic.gov.au/ (diakses tanggal 15 September 2012)
Widoyo, 2005, Penyakit tropis, epidemiologi, penularan, pencegahan dan
pemberantasannya, Penerbit Erlangga