makalah klp 1a wsbm.docx

34
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seperti yang kita ketahui sumber daya alam itu bermacam-macam, dimana sumber daya laut merupakan bagian dari sumber daya alam. Pada pembagian sumber daya alam berdasarkan lingkungannya, sumber daya alam dibedakan menjadi empat, yaitu sumber daya laut, sungai, hutan, dan pegunungan. Keanekaragaman hayati laut Indonesia dari segi sosial, ekonomi dan ekologi tidak hanya besar maknanya bagi penduduk Indonesia, namun juga berperan penting dalam dimensi global. Indonesia adalah tempat ideal untuk pertumbuhan karang, dengan luas total terumbu karang Indonesia mencapai 85.707 km 2 atau sekitar 14 % luas terumbu karang dunia (Christanty, L., dkk, 2008). Keanekaragaman terumbu karang Indonesia tercermin dari 2.057 jenis ikan karang, 2.500 jenis molluska, 461 jenis karang batu, serta berbagai jenis hewan dan tumbuhan laut lainnya yang mengisi kekayaan hayati laut. Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia dengan wilayah laut seluas 2/3 dari total

Upload: ekhachayankmapa

Post on 26-Dec-2015

77 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: MAKALAH KLP 1A WSBM.docx

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Seperti yang kita ketahui sumber daya alam itu bermacam-macam, dimana

sumber daya laut merupakan bagian dari sumber daya alam. Pada pembagian

sumber daya alam berdasarkan lingkungannya, sumber daya alam dibedakan

menjadi empat, yaitu sumber daya laut, sungai, hutan, dan pegunungan.

Keanekaragaman hayati laut Indonesia dari segi sosial, ekonomi dan

ekologi tidak hanya besar maknanya bagi penduduk Indonesia, namun juga

berperan penting dalam dimensi global. Indonesia adalah tempat ideal untuk

pertumbuhan karang, dengan luas total terumbu karang Indonesia mencapai

85.707 km2 atau sekitar 14 % luas terumbu karang dunia (Christanty, L., dkk,

2008). Keanekaragaman terumbu karang Indonesia tercermin dari 2.057 jenis

ikan karang, 2.500 jenis molluska, 461 jenis karang batu, serta berbagai jenis

hewan dan tumbuhan laut lainnya yang mengisi kekayaan hayati laut.

Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia dengan wilayah

laut  seluas 2/3 dari total luas teritorialnya.  Berdasarkan Deklarasi Juanda

1957, wilayah laut NKRI adalah sekitar 3,1 juta kilometer persegi. wilayah

laut NKRI bertambah luas dari tambahan  Zona Ekonomi Ekslusif (ZEE)

sebesar 2,7 juta kilometer persegi, menjadi total sekitar 5,8 juta kilometer

persegi. Indonesia mendapatkan hak-hak berdaulat  atas kekayaan alam di

ZEE sejauh 200 mil dari garis pangkal lurus Nusantara atau sampai ke batas 

‘continental margin’.

Indonesia memiliki potensi sumber daya laut yang sangat besar. Selain

ikan, berbagai sumber daya lain terdapat di sini, seperti pertambangan,

rumput laut, terumbu karang, dan sebagainya. Misalnya keindahan laut yang

ada di Bunaken Sulawesi Utara merupakan salah satu kekyaan laut yang

Page 2: MAKALAH KLP 1A WSBM.docx

dimiliki Indonesia, dengan indahnya laut yang ada di Bunaken, pengunjung

dari berbagai daerah bahkan dari luar Indonesia datang untuk menikmati

keindahannya.

Laut Indonensia memiliki kekayaan sumber daya berlimpah. Namun

pengelolaan yang mengatur penggunaan kekayaan laut tersebut dinilai masih

kurang memberi keuntungan bagi negara. Sehingga perlu upaya-upaya dari

berbagai pihak untuk bekerjasama dalam pemanfaatan kekayaan laut secara

optimal dan terarah.

Sebenarnya potensi ekonomi yang dapat dihasilkan dan disumbangkan

bagi pembangunan bangsa sangat luar biasa besarnya. Namun,

ketidakmampuan Indonesia memahami potensi apalagi untuk mengelola

sumber daya kelautan terkait langsung dengan tingkat penguasaan teknologi

kelautan yang belum berkembang di Indonesia.

Dengan potensi-potensi yang belum ter-eksplor, maka peran masyarakat

terdidik akan sangat diperlukan guna mencari dan memanfaatkan potensi-

potensi yang belum dikelola dengan baik, khususnya teknologi kelautan yang

belum berkembang di Indonesia. Selain itu pembangunan berkelanjutan juga

diharapkan mampu untuk memanfaatkan potensi-potensi sumber daya laut

yang ada.

B. Tujuan Penulisan

Untuk mengetahui pengelolaan wilayah pesisir dan lautan secara

terpadu dan berkelanjutan dan juga untuk mengetahui teknik transplantasi

karang sebagai upaya pelestarian alam dan lingkungan hidup, khususnya

terumbu karang sebagai salah satu jenis satwa laut yang banyak

memberikan banyak manfaat bagi kehidupan dan kesejahteraan umat

manusia salah satunya sebagai penyerap karbon.

C. Rumusan Masalah

Page 3: MAKALAH KLP 1A WSBM.docx

1. Apakah itu pembangunan berkelanjutan dan apa saja prinsip-prinsip dari

pembangunan berkelanjutan?

2. Bagaimana gambaran transplantasi karang oleh masyarakat pulau Badi di

Kabupaten Pangkep?

3. Apakah pengaruh transplantasi karang dapat menjaga kelestarian Ekositem

terumbu karang di pesisir pulau Badi Kab. Pangkep?

D. Manfaat Penulisan

1. Memberikan suatu pengetahuan kepada mahasiswa tentang agaimana

pengelolaan dan pemanfaata sumber daya laut di Indonesia

2. Bagi masyarakat, memberikan solusi dalam pelestarian ekosistem terumbu

karang berbasis sosial ekonomi masyarakat pesisir, guna pengembangan

pariwisata bahari yang berwawasan lingkungan hidup, dan memberikan

sumbangan teoritis dan praktis guna memacu kualitas SDM-maritim yang

berkualitas yang kompetitif dalam optimalisasi pemanfaatan sumber daya

alam Indonesia.

Page 4: MAKALAH KLP 1A WSBM.docx

BAB II

PEMBAHASAN

A. Sumber Daya Laut Dan Pemanfaatannya

Laut mempunyai berbagai sumber yang dapat dimanfaatkan manusia

antara lain sebagai sumber mineral dan sumber daya nabati.

Sebagai Sumber Mineral

1) Garam untuk keperluan memasak.

2) Karbonat diambil dari sebangsa lumut (potash).

3) Fosfat berasal dari tulang-tulang ikan dan kotoran burung yang

makanannya ikan dapat dimanfaatkan untuk pupuk.

4) Sumber minyak di lepas pantai dapat ditemukan di Laut Jawa,

Sumatera, Malaka, Laut Sulawesi, dan Laut Cina Selatan.

Sebagai Sumber Daya Nabati

1) Rumput laut yang dibudidayakan di wilayah lautan dangkal dapat

digunakan untuk bahan pembuat agar-agar.

2) Tumbuhan laut untuk makanan ikan, yaitu plankton, nekton,

phytoplankton, dan benthos.

B. Kebutuhan  Riset, Dan  Iptek Untuk Mendukung  Dan  Akselerasi

Pembangunan Kelautan 

Untuk mendukung pemanfaatan potensi sumberdaya kelautan maka

mutlak diperlukan IPTEK, yang harus pula didukung oleh riset yang

sistematis dan berkelanjutan. Pembangunan kelautan sekarang ini antara lain

mencakup:

1. Capture Fisheries and Aquaculture

2. Marine Biotechnology

3. Non-Living Resources  7

Page 5: MAKALAH KLP 1A WSBM.docx

4. Marine Transportation

5. Sea Territory

6. Small Island Development

Pengembangan riset dan pengembangan Iptek tersebut  diharapkan

menjawab dan mengatasi masalah nasional dalam bidang;

1. Kecukupan Pangan

2. Kecukupan Obat dan Teknologi Kesehatan

3. Sumber Energi Alternatif

4. Transportasi

5. Teknologi Informasi dan Komunikasi

6. Teknologi Keamanan dan Pertahanan

Riset dibidang industri bioteknologi kelautan  telah ditemukan beberapa

hal antara lain (Dahuri 2006):

1. Pembuatan obat tidur dan obat penenang dari kuda laut.

2. Pembuatan garam yang 99% murni untuk cairan infus.

3. Tempurung kura-kura untuk obat luka dan tetanus.

4. Hati ikan buntal untuk obat tetrodotoxin, guna memperbaiki saraf otak

yang   rusak.

5. Chitosan dari kulit kepiting dan udang untuk obat anti kolesterol.

Disadari bahwa pemanfaatan sumberdaya kelautan sekarang ini lebih

banyak terkonsentrasi di wilayah pesisir dan perairan laut dangkal, maka

pengembangan Iptek dalam rangka pengembangan laut dalam sangat

dibutuhkan dalam rangka pemanfaatan berbagai sumberdaya kelautan di

perairan laut dalam.

Departemen kelautan dan perikanan Republik Indonesia (DKP) juga aktif

melakukan kegiatan riset dalam mendukung pemanfaatan sumberdaya

kelautan secara berkelanjutan. Perairan laut dalam adalah perairan laut yang 

kedalamannya lebih dari 200 m. Di Indonesia perairan laut dalam umumnya

Page 6: MAKALAH KLP 1A WSBM.docx

berada di Zona Ekonomi Ekslusif (ZEE), perairan Kawasan Timur Indonesia

(KTI) dan wilayah laut perbatasan.

Pemanfaatan sumberdaya perikanan laut dalam membutuhkan investasi

yang tinggi sehingga kita harus berhitung secara ekonomi, profit yang akan

dihasilkan. Teknologi MCS, teknologi industri rumput laut, teknologi

budidaya perikanan, radio satelit, wartel satelit, kios iptek, teknologi garam

rakyat, teknologi tambak ramah lingkungan. Dibidang perikanan tangkap iptek

sangat penting dalam menjaga keberlanjutan sumberdaya perikanan. 

Pemanfaatan teknologi  light fishning  yang banyak beroperasi di wilayah laut

Indonesia mendorong diperlukannya riset yang menyangkut masalah

intensitas cahaya yang digunakan untuk menarik perhatian ikan-ikan yang

layak tangkap, dan intensitas optimum yang digunakan untuk menangkap

jenis-jenis ikan tertentu.Tingkat respon ikan terhadap stimulus cahaya yang

diberikan dalam proses penangkapan ikan di laut dengan light

fishing(Arimoto.2002). Kondisi dan isu perikanan tangkap saat ini antara lain;

Pemanfaatan IPTEK yang masih rendah

Taraf hidup rata-rata nelayan yang masih rendah

Kualitas dan kuantitas data serta informasi yang belum memadai

Kurangnya informasi dan data mengenai Daerah Penangkapan Ikan (DPI)

yang didasarkan pada studi dan kajian mendalam mengenai karakteristik

dan sifat fisik serta fenomena perairan lainnya

Operasi Penangkapan Ikan (OPI) yang tidak efektif, efisien dan selektif

yang dapat menyebabkan biaya tinggi dan masalah kelestarian ikan

Overfishing DPI tertentu dan masih ada DPI yang belum optimal

pemanfaatannya

Sumberdaya manusia/nelayan masih sedikit untuk memanfaatkan peran

IPTEK dalam OPI, pengelolaan dan pemantauan perikanan nusantara

Degradasi lingkungan:potasium,sianida dan pencemaran

Teknologi pengolahan yang masih rendah

Page 7: MAKALAH KLP 1A WSBM.docx

Penghargaan dan penegakan hukum yang masih rendah  dan kurang

memadai, pencurian ikan, dll.

Oleh sebab itu diperlukan suatu aksi tanggap melalui suatu trasformasi

dari perikanan tangkap tradisional menuju perikanan tangkap yang modern

berlandaskan IPTEK melalui (Wahyudi,2006) :

Peningkatan sistem pengelolaan (management), kebijakan, pemantauan

(monitoring), pengawasan (surveillance), pengendalian (controlling)

secara terpadu dan menyeluruh terhadap seluruh kegiatan perikanan

tangkap

Operasi penangkapan yang efektif, efisien dan selektif

Perikanan tangkap yang lestari

Taraf hidup nelayan yang meningkat

Sektor perikanan dapat menjadi sumber devisa pembangunan yang bisa

diandalkan

C. Potensi Dan Permasalahan Pembangunan Wilayah Pesisir Dan Lautan

Suatu kenyataan yang sebenarnya telah kita pahami bersama, jika

sumberdaya pesisir dan lautan memiliki arti penting bagi pembangunan

nasional, baik dilihat dari aspek ekonomi, aspek ekologis, aspek pertahanan

dan keamanan, serta aspek pendidikan dan pelatihan. Salah satu contoh dari

aspek ekonomi, total potensi lestari dari sumber daya perikanan laut Indonesia

diperkirakan mencapai 6,7 juta ton per tahun, masing-masing 4,4 juta ton di

perairan teritorial dan perairan nusantara serta 2,3 ton di perairan ZEE

(Departemen Kelautan dan Perikanan, 2002). Sedangkan di kawasan pesisir,

selain kaya akan bahan-bahan tambang dan mineral juga berpotensi bagi

pengembangan aktivitas industri, pariwisata, pertanian, permukiman, dan lain

sebagainya. Seluruh nilai ekonomi potensi sumberdaya pesisir dan laut

mencapai 82 milyar dollar AS per tahun.

Page 8: MAKALAH KLP 1A WSBM.docx

Kenyataannya, kinerja pembangunan bidang kelautan dan perikanan

belumlah optimal, baik ditinjau dari perspektif pendayagunaan potensi yang

ada maupun perpektif pembangunan yang berkelanjutan. Ekosistem pesisir

dan lautan yang meliputi sekitar 2/3 dari total wilayah teritorial Indonesia

dengan kandungan kekayaan alam yang sangat besar, kegiatan ekonominya

baru mampu menyumbangkan + 20,06% dari total Produk Domestik Bruto

(Kusumastanto, 1998 dalam Rohmin 2001). Padahal negara-negara lain yang

memiliki wilayah dan potensi kelautan yang jauh lebih kecil dari Indonesia

(seperti Norwegia, Thailand, Philipina, dan Jepang), kegiatan ekonomi

kelautannya (perikanan, pertambangan dan energi, pariwisata, perhubungan

dan komunikasi, serta industri) telah memberikan kontribusi yang lebih besar

terhadap PDB mereka, yaitu berkisar 25-60% per tahun (Rokhmin Dahuri,

2001).

Ini menunjukan bahwa kontribusi kegiatan ekonomi berbasis kelautan

masih kecil dibanding dengan potensi dan peranan sumberdaya pesisir dan

lautan yang sedemikian besarnya, pencapaian hasil pembangunan berbasis

kelautan masih jauh dari optimal.

Jika diamati secara seksama, persoalan pemanfaatan sumber daya pesisir

dan lautan selama ini tidak optimal dan berkelanjutan disebabkan oleh faktor-

faktor kompleks yang saling terkait satu sama lain. Faktor-faktor tersebut

dapat dikategorikan kedalam faktor internal dan eksternal. Faktor internal

adalah faktor-faktor yang berkaitan dengan kondisi internal sumberdaya

masyarakat pesisir dan nelayan, seperti :

(1) Rendahnya tingkat pemanfaatan sumberdaya, teknologi dan manajemen

usaha,

(2) Pola usaha tradisional dan subsisten (hanya cukup memenuhi kehidupan

jangka pendek),

(3) Keterbatasan kemampuan modal usaha,

(4) Kemiskinan dan Keterbelakangan masyarakat pesisir dan nelayan.

Page 9: MAKALAH KLP 1A WSBM.docx

Sedangkan Faktor eksternal, yaitu :

(1) Kebijakan pembangunan pesisir dan lautan yang lebih berorientasi pada

produktivitas untuk menunjang pertumbuhan ekonomi, bersifat

sektoral,parsial dan kurang memihak nelayan tradisional,

(2) Belum kondisinya kebijakan ekonomi makro (political economy), suku

bunga yang masih tinggi serta belum adanya program kredit lunak yang

diperuntukan bagi sektor kelautan.

(3) Kerusakan ekosistem pesisir dan laut karena pencemaran dari wilayah

darat, praktek penangkapan ikan dengan bahan kimia, eksploitasi dan

perusakan terumbu karang, serta penggunaan peralatatan tangkap yang

tidak ramah lingkungan,

(4) Sistem hukum dan kelembagaan yang belum memadai disertai

implementasinya yang lemah, dan birokrasi yang beretoskerja rendah

serta sarat KKN,

(5) Perilaku pengusaha yang hanya memburu keuntungan dengan

mempertahankan sistem pemasaran yang mengutungkan pedagang

perantara dan pengusaha,

(6) Rendahnya kesadaran akan arti penting dan nilai strategis pengelolaan

sumberdaya wilayah pesisir dan lautan secara terpadu bagi kemajuan dan

kemakmuran bangsa.

Akibatnya potret pengelolaan sumberdaya wilayah pesisir dan lautan selama

kurun waktu 32 tahun yang lalu, dicirikan oleh dominan kegiatan yang kurang

mengindahkan aspek kelestarian lingkungan, dan terjadi ketimpangan pemerataan

pendapatan. Pada masa itu, Pengelolaan sumberdaya wilayah pesisir dan lautan,

sangat diwarnai oleh rezim yang bersifat open acces, sentralistik, seragamisasi,

kurang memperhatikan keragaman biofisik alam dan sosio-kultural masyarakat

lokal. Lebih jauh antara kelompok pelaku komersial (sektor modern) dengan

Page 10: MAKALAH KLP 1A WSBM.docx

kelompok usaha kecil dan subsisten (sektor tradisional) kurang sejalan/ sinergi

bahkan saling mematikan.

D. Keunggulan Pengelolaan Wilayah Pesisir Dan Lautan Secara Terpadu

(PWPLT)

Pendekatan PWPLT memiliki keunggulan atau manfaat lebih dibanding dengan

pendekatan pengelolaan secara sektoral, yaitu :

(1) PWPLT memberikan kesempatan (opportunity) kepada masyarakat pesisir

atau para pengguna sumberdaya pesisir dan lautan (stakeholder) untuk

membangun sumberdaya pesisir dan lautan secara berkelanjutan, melalui

pendekatan secara terpadu konflik pemanfaatan ruang (property rigth) yang

sering terjadi di kawasan pesisir dapdi atasi.

(2) PWPLT melibatkan masyarakat pesisir untuk memberikan aspirasi berupa

masukan terhadap perencanaan pengelolaan kawasan pesisir dan laut baik

sekarang maupun masa depan. Dengan pendekatan ini stakeholder kunci

(masyarakat pesisir) dapat memanfaakan, menjaga sumber daya pesisir dan

lautan secara berkelanjutan.

(3) PWPLT menyediakan kerangka (framework) yang dapat merespons segenap

fluktuasi maupun ketidak-menentuan (uncertainties) yang merupakan ciri

khas pesisir dan lautan.

(4) PWPLT membantu pemerintah daerah maupun pusat dengan suatu proses

yang dapat menumbuhkembangkan pembangunan ekonomi lokal berbasis

sumberdaya lokal.

(5) Meskipun PWPLT memerlukan pengumpulan data dan analisis data serta

perencanaan yang lebih panjang daripada pendekatan sektoral, tetapi secara

keseluruhan akhirnya PWPLT lebih murah ketimbang pendekatan sektoral.

Page 11: MAKALAH KLP 1A WSBM.docx

E. Pembangunan Berkelanjutan

Pembangunan Berkelanjutan adalah proses pemanfaatan SDA dan

lingkungan untuk memenuhi kebutuhan manusia untuk generasi saat ini dan

generasii mendatang agar hidupnya sejahtera serta kelestarian fungsi

lingkungan hidup tetap terjamin/terjaga (kualitas lingkungan tidak rusak atau

turun)

Pembangunan berkelanjutan merupakan sebuah konsep yang telah lahir

dari abad ke-17 untuk mengatasi kerusakan lingkungan. Konsep ini kemudian

lebih berkembang dan tidak beraliran tradisional lagi ketika muncul World

Commission on Environment and Development (WCED) di tahun 1987.

Pembangunan berkelanjutan kemudian berupaya untuk menyalaraskan

pertumbuhan ekonomi dan sosial manusia seiring dengan upaya untuk

menjaga kelestarian lingkungan. Pilar-pilar utama pembangunan berkelanjutan

ini juga terletak pada ketiga sektor, yaitu lingkungan, ekonomi, dan sosial.

Penulis beropini bahwa untuk dapat mencapai tujuan dari pembangunan

berkelanjutan ini diperlukan sebuah aksi nyata dari seluruh lapisan

masyarakat. Sehingga nantinya dapat tercipta kehidupan manusia yang

seimbang.

Tiga prinsip yang harus diperhatikan dalam pembangunan berkelanjutan:

1. Prinsip Demokrasi; yaitu bahwa pembangunan merupakan perwujudan

kehendak rakyat banyak, bukan sekedar kehendak pemerintah atau

kelompok tertentu saja.

2. Prinsip Keadilan; yaitu bahwa dalam pembangunan masyarakat

mendapatkan jaminan untuk memperoleh peluang yang sama dalam

bidang produktif dan menikmat hasil pembangunan.

3. Prinsip Keberlanjutan; yaitu bahwa pembangunan harus dirancang dalam

agenda jangka panjang. Prinsip ini mengharuskan untuk menggunakan

sumber alam secara hemat dan mampu mensinkronan aspek konservasi

dan aspek pemanfaatan secara arif.

Page 12: MAKALAH KLP 1A WSBM.docx

Peran Penduduk Dalam Pembangunan Berkelanjutan

Penduduk atau masyarakat merupakan bagian penting atau titik sentral

dalam pembangunan berkelanjutan, karena peran penduduk sejatinya adalah

sebagai subjek dan objek dari pembangunan berkelanjutan. Jumlah penduduk

yang besar dengan pertumbuhan yang cepat, namun memiliki kualitas yang

rendah, akan memperlambat tercapainya kondisi yang ideal antara kuantitas

dan kualitas penduduk dengan daya dukung alam dan daya tampung

lingkungan yang semakin terbatas. [2]

Penduduk Berkualitas merupakan Modal Dasar Pembangunan

Berkelanjutan

Untuk mewujudkan pembangunan berkelanjutan di suatu negara,

diperlukan komponen penduduk yang berkualitas. Karena dari penduduk

berkualitas itulah memungkinkan untuk bisa mengolah dan mengelola potensi

sumber daya alam dengan baik, tepat, efisien, dan maksimal, dengan tetap

menjaga kelestarian lingkungan. Sehingga harapannya terjadi keseimbangan

dan keserasian antara jumlah penduduk dengan kapasitas dari daya dukung

alam dan daya tampung lingkungan.

F. PENGIMPLEMENTASIAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN

A. Pengertian Terumbu Karang

Dari berbagai referensi diketahui bahwa Ekosistem terumbu karang

adalah lingkungan hidup di dasar laut dangkal daerah tropik, dimana

karang batu (stony coral) merupakan penghuni utamanya. Ekosistem ini

menjadi tempat hidup bagi hewan dan tumbuhan yang dapat dimakan,

penghasil bahan obat-obatan, bahan bangunan, dan menjadi tempat

rekreasi yang sehat. Sedangkan terumbu karang adalah endapan-endapan

massif yang penting dari kalsium karbonat (CaCO3) yang dihasilkan oleh

hewan karang/polip (filum Cnidaria/Coelentrata, klas Antozoa, Ordo

Page 13: MAKALAH KLP 1A WSBM.docx

Madreporaria/ (Scleractinid) dengan tambahan alga berkapur dan

organisme-organisme lainnya yang menghasilkan kalsium karbonat.

B. Tipe Terumbu Karang

Tipe terumbu karang secara umum terdiri atas tiga tipe, yaitu: (1)

terumbu karang tepi (fringing reef), (2) terumbu karang penghalang

(barrier reef), dan (3) terumbu karang cincin (atol). Terumbu karang tepi

dan penghalang, berkembang di sepanjang pantai, namun perbedaannya

adalah bahwa terumbu karang penghalang berkembang lebih jauh dari

daratan dan berada di perairan yang lebih dalam dibandingkan dengan

terumbu karang tepi. Terumbu karang cincin adalah terumbu karang yang

muncul dari perairan dalam, dan jauh dari daratan. (Pratiwi R. dkk, 2008).

C. Struktur, Klasifikasi dan Bentuk Karang

1) Struktur Karang

Karang pembentuk terumbu (karang hermatipik) hidup berkoloni,

dan tiap individu karang yang disebut polip menempati mangkuk kecil

yang dinamakan koralit. Tiap mangkuk koralit mempunyai beberapa septa

(bagian) yang tajam dan berbentuk daun yang tumbuh keluar dari dasar

koralit, dimana septa ini merupakan dasar penentuan spesies karang.

2) Klasifikasi Karang

Klasifikasi karang yang merupakan hewan tanpa bertulang

belakang (avertebrata) adalah sebagai berikut (Suprihayono, 2000) :

Phylum : Coelenterata (Cnidaria)

Kelas : Anthozoa

Ordo : Scleractinia (Madreporaria)

Page 14: MAKALAH KLP 1A WSBM.docx

Famili :

1. Acroporidae

Genus : Acropora, Astreopora, Anacropora, Montiopora.

2. Agariciidae

Genus : Coeloseris, Gardineroseris, Leptoseris, Pachyseris, Pavona.

3. Astrocoeniidae

Genus : Stylocoeniella

4. Pocilloporidae

Genus : Pocillopora, Palauastrea, Stylophora,Seriatopora, Madracis.

5. Poritidae

Genus : Alveopora, Goniopora, Porites, Stylastrea.

6. Siderastreidae

Genus : Coscinaraea, Psammocora, Pseudosiderastrea, Siderastrea.

7. Fungiidae

Genus : Ctenactis, Cycloseris, Fungia, Halomitra, Heliofungia,

Herpolitha, Lithophyllon, Podabacea, Polyphylla,

Sandalolitha, Zoopilus.

8. Oculinidae

Genus : Archelia, Galaxea.

3) Bentuk Karang

Menurut Edward A.J. dan Gomez, E.D.(2008), bentuk karang

berdasarkan pertumbuhan karang (life form), maka variasi bentuk karang

dibedakan menjadi 6 tipe, yaitu :

1. Tipe bercabang (brancing)

Memiliki cabang dengan ukuran cabang lebih panjang dibandingkan

dengan ketebalan atau diameter yang dimilikinya

Page 15: MAKALAH KLP 1A WSBM.docx

2. Tipe padat (massive)

Memiliki koloni yang keras dan umumnya berbentuk membulat

Permukaannya halus dan padat

Ukurannya bervariasi mulai dari sebesar telur sampai sebesar ukuran

rumah

Gambar 1. Jenis karang padat (massive)

3. Tipe kerak (encrusting)

Karang tumbuh merambat dan menutupi permukaan dasar terumbu

Memiliki permukaan kasar dan keras serta lubang-lubang kecil

Gambar 2. Jenis karang kerak (encrusting)

4. Tipe meja (tabule)

Karang tumbuh membentuk seperti menyerupai meja dengan

permukaan lebar dan datar serta ditopang oleh semacam tiang

penyangga yang merupakan bagian dari koloninya.

Page 16: MAKALAH KLP 1A WSBM.docx

Gambar 3. Jenis karang meja (tabule)

5. Tipe daun (foliose)

Karang tumbuh membentuk lembaran-lembaran yang menonjol pada

dasar terumbu, berukuran kecil dan membentuk lipatan-lipatan

melingkar

Gambar 4. Jenis karang daun (foliose)

6. Tipe jamur (mushroom)

Karang terdiri dari satu buah polip yang berbentuk oval dan tampak

seperti jamur

Memiliki banyak septa seperti punggung bukit yang beralur dari tepi

ke pusat

Gambar 5. Jenis karang jamur (mushroom)/Fungia, sp.

Page 17: MAKALAH KLP 1A WSBM.docx

D. Habitat Karang

Habitat terumbu karang umumnya di pulau-pulau yang memiliki

perairan pantai yang jernih, kadar oksigen tinggi, bebas dari sedimen dan

polusi serta bebas limpasan air tawar yang berlebihan. Pulau-pulau yang lebih

besar dan pantai benua kurang menunjang untuk kehidupan karang, karena

tingginya sedimentasi, kekeruhan dan salinitas rendah yang diakibatkan oleh

adanya aliran-aliran sungai ke laut.

E. Tranplantasi Karang

Transplantasi karang adalah kegiatan pencangkokan atau pemotongan

karang hidup untuk ditanam di tempat yang keadaan karangnya telah

mengalami kerusakan, bertujuan untuk pemulihan atau pembentukan terumbu

karang alami. Pengembangan transplantasi karang yang telah dilakukan

adalah menggunakan teknik kombinasi antara rangka besi, jaring dan substrat.

Teknik ini telah dilakukan di beberapa lokasi, misalnya di perairan Kabupaten

Buleleng (2004), Kabupaten Lombok Barat (2005), Pulau Serangan (2006),

Kabupaten Muna (2007), dan Kabupaten Ciamis (2007) (Sadarun, B. dkk,

2007). Pertumbuhan karang hasil transplantasi berkisar antara 6 cm sampai 24

cm/bulan. Pemilihan lokasi, jenis karang, kesiapan masyarakat pengelola dan

kualitas perairan sangat menunjang keberhasilan transplantasi karang.

Page 18: MAKALAH KLP 1A WSBM.docx

BAB III

METODE PENULISAN

A. Waktu dan Tempat

Pulau Badi berada di Kabupaten Pangkep.

B. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penyusunan karya tulis ini

adalah: (1) Studi literatur dengan mengumpulkan literatur atau kepustakaan

yang berkaitan dengan judul karya tulis.

Metode Kerja

Alat dan Bahan Transplantasi Karang :

Bak penampungan untuk aklimatisasi/adaptasi;

Sarana transportasi laut /perahu pengangkut;

Peralatan selam (scuba);

Pemotong karang (tang pemotong);

Alat dokumentasi bawah laut;

Rangka besi dicat anti karat;

Jaring mesh ukuran 2,2 x 2,2 cm;

Tali pengikat (tali pancing atau klem plastik);

Substrat dasar untuk transplantasi yang terbuat dari semen cor

berbentuk bular dengan ukuran diameter 10 cm dan tebal 3 cm. Pada

bagian tengahnya ditancapkan patok dari pipa paralon kecil setinggi 10

cm. Pada bagian tepinya dibuat 3 lubang diarah yang berbeda, sebagai

temapt mengikat pada media penempelan.

Jenis karang yang digunakan adalah Acropora sp., dan Porites

nigrescens.

Page 19: MAKALAH KLP 1A WSBM.docx

Cara Kerja :

Pilih lokasi yang memenuhi syarat sebagai berikut:

Bukan merupakan daerah berlabuh dan jalur keluar masuknya

kapal nelayan dan daerah industri;

Lokasi merupakan habitat karang dan relatif terlindung dari

gelombang;

Dasar perairan yang relatif datar dengan substrat pasir dan

komunitas karang;

Tidak mengalami kekeringan saat air surut terendah;

Memiliki kualitas perairan yang sesuai dengan kebutuhan

pertumbuhan karang yang akan ditransplantasikan;

Membuat rak/meja transplantasi, dengan langkah-langkah sebagai

berikut :

Rangka besi berukuran 100 x 80 cm berbentuk bujur sangkar dicat

anti karat;

Pada bagian atasnya ditutupi dengan jaring dan diikat secara kuat

dan rapih.

Di bagian bujursangkarnya ditutupi dengan jarring tempat-tempat

mengikat bibit transplantasi yang berjumlah kurang lebih 12 buah.

Letakkan satu persatu substrat, kemudian ikatkan pada jaring penutup

rangka besi di tiga sisi substrat yang telah dilubangi.

Dengan bantuan tenaga 4-5 orang, menggunakan alat selam (scuba),

kemudian media rangka diturunkan dan ditancapkan ke dasar perairan

kedalaman 4-5 meter.

Pilih bibit dari induk yang sehat dan bebas dari organisme lain yang

menempel, hal ini untuk mencegah agar biota lain yang tidak

diperlukan tidak ikut terambil;

Bibit yang telah dipilih kemudian dimasukkan ke dalam bak

aklimatisasi, untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan sebelumnya.

Setelah siap ditransplantasi, dengan menggunakan perahu, bibit

dibawa ke lokasi tempat rak/media tadi ditancapkan.

Page 20: MAKALAH KLP 1A WSBM.docx

Ikatkan bibit seerat mungkin dengan posisi tegak/tidak miring pada

pipa paralon kecil yang telah ditancapkan di bagian tengah substrat

semen cor.

Proses pengikatan sebaiknya dilakukan di bawah air.

Pengikatan bibit dapat pula dilakukan di permukaan air dengan syarat,

jangan terlalu lama (maksimal 20 menit), untuk menghindari stress.

C. Teknik Pengumpulan Data

Kajian Pustaka

Mengutif beberapa buku dan majalah/jurnal yang diterbitkan Coremap

II Pangkep.

Page 21: MAKALAH KLP 1A WSBM.docx

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Adapun kesimpulan kami, yaitu :

1. Pembangunan Berkelanjutan adalah proses pemanfaatan SDA dan

lingkungan untuk memenuhi kebutuhan manusia untuk generasi saat ini

dan generasii mendatang agar hidupnya sejahtera serta kelestarian

fungsi lingkungan hidup tetap terjamin/terjaga (kualitas lingkungan

tidak rusak atau turun). Adapun prinsip-prinsipnya yaitu : Prinsip

Demokrasi; yaitu bahwa pembangunan merupakan perwujudan

kehendak rakyat banyak, bukan sekedar kehendak pemerintah atau

kelompok tertentu saja. Prinsip Keadilan; yaitu bahwa dalam

pembangunan masyarakat mendapatkan jaminan untuk memperoleh

peluang yang sama dalam bidang produktif dan menikmat hasil

pembangunan. Prinsip Keberlanjutan; yaitu bahwa pembangunan harus

dirancang dalam agenda jangka panjang. Prinsip ini mengharuskan

untuk menggunakan sumber alam secara hemat dan mampu

mensinkronan aspek konservasi dan aspek pemanfaatan secara arif.

2. Gambaran transplantasi karang di pulau Badi pertama kali di lakukan

pada bulan maret tahun 2007, pada awalnya di lakukan uji coba mata

pencaharian alternatif atas kerja sama yaitu: (1) perusahaan swasta

yang bergerak pada ornamen karang dan ikan hias yang menyiapkan

teknologi transplantasi karang: (2) Coremap yang menyiapkan

masyarakat yang akan mengikuti kegiatan ini: (3) pemerintah desa

yang menyiapkan lokasi (buletin coremap II Pangkep edisi

agustus,2009).

3. Pengaruh transplantasi karang di pulau Badi sebagai salah satu upaya

mengembalikan kelestarian ekosistem terumbu karang di Indonesia

khususnya di Kabupaten Pangkep telah memberikan dampak yang

sangat baik terhadap percepatan pertumbuhan regenerasi terumbu

Page 22: MAKALAH KLP 1A WSBM.docx

karang yang rusak seperti yang terjadi di Pulau Badi dan pulau

sekitarnya, karena terumbu karang disamping menghasilkan berbagai

jenis ikan untuk tujuan eksport, karangnya pun merupakan komoditas

eksport yang cukup diminati sebagai ornamen biota laut dan terumbu

karang bisa penyerap karbon (Kurnaen sumadiharga,2009)

B. Saran

Adapun saran yang kami dapat :

Pemerintah hendaknya memberikan transparansi serta kepastian

hukum bagi masyarakat pesisir dan bersedia memfasilitasi itikad baik

masyarakat dalam berbagai upaya pengelolaan pembangunan berkelanjutan

dan ekosistem terumbu karang secara berkesinambungan di Indonesia.

Page 23: MAKALAH KLP 1A WSBM.docx

DAFTAR PUSTAKA

Aulia, Yudi. 2009. Selamatkan Puspa dan Satwa Indonesia (dalam http://www.suarapembaruan.com).

Buletin COREMAP II (Coral rehabilitation and management and program Phase II kanbupaten pangkejene dan kepulauan), 2010.

Suprihayono, 2000. Pengelolaan Ekosistem Terumbu Karang. Penerbit Djambatan.

Nybakken, J.W. 1988. Biologi Laut; Suatu Pendekatan Ekologis. Jakarta. Penerbit PT. Gramedia.

Page 24: MAKALAH KLP 1A WSBM.docx