makalah klp 1b - kulit

23
BIOFARMASI SEDIAAN OBAT PADA KULIT OLEH : KELOMPOK I FARMASI B ADE AYU WAHYUNI 70100109003 AHMAD MUH. QOMAR 70100109006 ASNIA RAHMAWATI 70100109016 DESY NIRWANA SUCIATI 70100109023 HERIANTI AKIB 70100109036 SATRIANTI 70100109080 SERAWATI SYUAIB 70100109081 PROGRAM STUDI FARMASI FAKULTAS ILMU KESEHATAN

Upload: hasrianiommy

Post on 05-Aug-2015

83 views

Category:

Documents


9 download

TRANSCRIPT

Page 1: Makalah Klp 1B - Kulit

BIOFARMASI SEDIAAN OBAT

PADA KULIT

OLEH :

KELOMPOK I

FARMASI B

ADE AYU WAHYUNI 70100109003

AHMAD MUH. QOMAR 70100109006

ASNIA RAHMAWATI 70100109016

DESY NIRWANA SUCIATI 70100109023

HERIANTI AKIB 70100109036

SATRIANTI 70100109080

SERAWATI SYUAIB 70100109081

PROGRAM STUDI FARMASI

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR

SAMATA – GOWA

2011

Page 2: Makalah Klp 1B - Kulit

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warahmatullahii Wabarokatuh

Puji syukur kita panjatkan atas kehadirat Allah SWT, atas segala nikmat, rahmat, karunia serta perlindungan-Nya sehingga Tugas Makalah “Biofarmasi Sediaan Obat Pada Kulit’’ ini dapat terselesaikan.

Salam dan Taslim kepada junjungan Kita Nabiullah Muhammad SAW, Nabi yang terakhir, Nabi yang menuntun Kita ke alam terang menderang dengan membawa Rahmatan Lillalamin.

Makalah ini dibuat untuk membantu mahasiswa dalam memahami tentang anatomi dan fisiologi kulit serta faktor-faktor fisiko-kimia dan pato-fisiologik yang mempengaruhi permeabilitas kulit yang mana sangat diperlukan dalam pemberiaan sediaan yang melalui kulit.

Penulis menyadari masih banyak kekurangan dan masih jauh dari kesempurnaan dalam pembuatan makalah ini. Oleh karena itu, saran dan kritikan yang membangun sangat Kami harapkan demi perbaikan dan penyempurnaan.

Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarokatuh.

Samata, 16 Mei 2011

Tim Penyusun

Page 3: Makalah Klp 1B - Kulit

BAB I

PENDAHULUAN

Kulit merupakan lapisan pelindung tubuh yang sempurna terhadap pengaruh luar, baik pengaruh fisik maupun pengaruh kimia. Kulit merupakan sawar fisologik yang penting karena ia mampu menahan penembusan gas, cair, maupun padat, baik yang berasal dari lingkungan luar tubuh maupun dari komponen organisme. Meskipun kulit relatif permeabel terhadap senyawa-senyawa kimia, namun dalam keadaan tertentu kulit dapat ditembus oleh senyawa oat atau bahan berbahaya yang dapat menimbulkan efek terapetik atau efek toksik, baik yang bersifat lokal maupun sistemik.

Penilaian aktivitas farmakologik sediaan topikal menunjukkan pentingnya bahan pembawa dalam proses pelepasan dan penyerapan zat aktif. Selain itu terbukti pula bahwa pemilihan bahan pembawa yang tepat dapat meningkatkan kerja zat aktif, baik durasi kerjanya maupun intensitasnya.

Mengacu pada pemahaman yang sebelumnya bahwa penyerapan por kutan perupakan gabungan fenomena penembusan suatu senyawa dari lingkungan luar ke bagian kulit sebelah dalam dan fenomena penyerapan dari struktur kulit ke dalam peredaran darah atau getah bening. Istilah perkutan menunjukkan bahwa penembusan terjadi pada epidermis dan penyerapan dapat terjadi pada lapisan epidermis yang berbeda.

Pada kosmetologi, umumnya hanya fase penembusan yang diteliti. Sediaan kosmetika digunakan pada hampir seluruh permukaan kulit dan aneksanya. Oleh sebab itulah kemampuan penembusan suatu sediaan kosmetika harus dibatasi sampai difusi ke dalam lapisan tanduk (stratum corneum), folikel rambut, dan kelenjar keringat. Pada keadaan tertentu misalnya pada sediaan tabir surya, zat aktif relatif tertahan cukup lama pada permukaan lapisan tanduk (stratum corneum) demikian pula beberapa zat aktif lainnya. Penyerapan sistemik suatu sediaan kosmetik juga dapat memberikan efek yang tidak dikehendaki dan dapat mendorong timbulnya toksisitas perkutan.

Pada pengobatan setempat sering diperlulkan penembusan zat aktif ke dalam struktur kulit yang lebih dalam; hal tersebut penting bila konsntrasi dalam jaringan yang terletak di bawah daerah pemakaian harus cukup tinggi untuk mendapatkan efek yang dikehendaki. Sebaliknya penyerapan oleh pembuluh

Page 4: Makalah Klp 1B - Kulit

darah harus sesedikit mungkin agar timbulnya efek sistemik dapat dihindari.

Pada penelitian efek sistemik, zat aktif harus masuk ke peredaran darah dan selanjutnya dibawa ke jaringan yang kadang-kadang terletak jaugh dari tempat pemakaian dan pada konsentrasi tertentu dapat menimbulkan efek farmakologik.

Pemahaman tentang anatomi dan fisiologi kulit seperti serta faktor-faktor fisiko-kimia dan patofisiologik yang mempengaruhui permeabilitas kult sangat diperlukan oleh para ahli dermatologi, farmakologi-toksikologi atau ahli kosmetologi, terutama oleh formulator yang akan mengformula dan merancang bentuk sediaan yang sesuai dengan tujuan pemakaian yang dikehendaki.

Page 5: Makalah Klp 1B - Kulit

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Anatomi Fisiologi Kulit

Kulit, yaitu organ terbesar di tubuh, tidak hanya berfungsi sebagai sawar mekanis antara lingkungan eksternal dengan jaringan di bawahnya, tetapi secara dinamis juga terlibat dalam mekanisme pertahanan dan berbagai fungsi penting lain. Kulit terdiri dari dua lapisan, epidermis di sebelah luar dan dermis di sebelah dalam.

Epidermis terdiri dari banyak lapisan sel epitel. Lapisan epidermis di bagian dalam terdiri dari sel-sel berbentuk kubus yang hidup dan cepat membelah diri, sementara sel-sel di lapisan luar mati dan menggepeng. Epidermis tidak mendapatkan pasokan darah secara langsung. Sel-selnya hanya mendapat makanan melalui difusi nutrien melalui jaringan pembuluh di dermis bawahnya. Sel-sel yang baru terbentuk di lapisa dalam secara terus menerus mensorong sel-sel yang lebih tua mendekati permukaan dan semakin jauh dari pasokan makana. Hal ini, disertai oleh kenyataan bahwa lapisan luar secara kontinyu mengalami tekanan dan “wear and tear”, menybabkan sel-sel tua mati dan menggepeng.

Sel-sel pidermis berikatan erat satu sama lain melalui desmosom titik, yang berhubungan dengan filamen keratin intrasel untuk membentuk suatu lapisan pembungkus kohesif yang kuat. Selama pematangan sel penghasil keratin, terjadi akumulasi filamen-filamen keratin secara progresif yang saling berikatan silang di dalam sitoplasma. Sewaktu sel-sel di bagian luar mati, yang tinggal hanya inti keratin fibrosa yang membentuk skuama keras-gepeng dan menjadi lapisan keratinisasi protektif kuat. Skuama pada lapisan kratinisasi paling luar yang terkelupas atau tanggal akibat abrasi, secara terus menerus diganti melalui pembelahan sel di lapisan epidermis melalui pembelahan sel di lapisan epidermis sebelah dalam. Kecepatan pembelahan sel, dan dengan demikian ketebaan lapisan keratinisasi, berbeda-beda untuk berbagai bagian tubuh. Lapisan ini paling tebal pada tempat-tempat di bagian kulit mendapat tekanan paling besar, misalnya di telapak kaki.

Lapisan keratinisasi bersifat kedap udara, cukup kedap air, dan sulit ditembus oleh sebagian besar bahan. Lapisan ini berfungsi menahan lewatnya bahan dalam kedua arah antara tubuh dan lingkungan eksternal. Sebagai contoh, lapisan ini memperkecil kehilangan air dan konstituen vital lain dari

Page 6: Makalah Klp 1B - Kulit

tubuh. Manfaat lapisan keratinisasi protektif dalam menahan cairan tubuh ini akan jelas tampak pada luka bakar luas. Pada jaringan yang tidak terlindung tersebut tidak saja terjadi infeksi bakteri, tetapi terjadi pengeluaran air tubuh dan protein plasma, yang keluar dari permukaan terbakar, yang menimbulkan konsekuensi sistemik yang lebih serius. Gangguan sirkulasi yang terjadi menyebabkan kematian.

Demikian juga, sawar kulit mengganggu masuknya sebagian besar bahan yang berkontak dengan kulit, termasuk bakteri dan zat kimia toksik, ke dalam tubuh. Umumnya kulit memodifikasi senyawa-senyawa yang berkontak dengannya. Sebagai contoh, enzim-enzim epidermis mampu mengubah banyak zat berpotensi karsinogen menjadi senyawa yang tidak berbahaya. Namun, sebagian bahan, terutama yang larut lemak, mampu menembus kulit utuh. Obat-obat yang dapat diserap oleh kulit kadang-kadang diberikan dalam bentuk “Patch” atau tempelan kulit yang berisi obat yang bersangkutan.

Dermis adalah lapisan jaringan ikat yang mengandung banyak serat elastin (untuk peregangan) dan serat kolagen (untuk kekuatan), serta sejumlah besar pembuluh darah dan ujung-ujung saraf khusus. Pembuluh darah dermis tidak hanya memasok darah ke dermis dan epidermis, tetapi juga berperan penting dalam mengatur suhu. Kaliber pembuluh-pembuluh darah ini, dan dengan demikian volume darah yang mengalir di dalamnya, dapat dikontrol untuk mengubah-ubah tingkat pertukaran panas antara pembuluh permukaan kulit ini dengan lingkungan eksternal. Reseptor-reseptor di ujung perifer serat syaraf eferen di dermis mendeteksi tekanan, suhu, nyeri, dan masukan somatosensorik lainnya. Ujung-ujung syaraf eferen di dermis mengontrol kaliber pembuluh darah, ereksi rambut, dan sekresi kelenjar eksokrin.

Lipatan-lipatan epidermis tertentu masuk ke dalam dermis di bawahnya untuk membentuk kelenjar eksokrin kulit-kelenjar keringat dan kelenjar sebasea-serta folikel rambut. Kelenjar keringat, yang terdapat di sebagan besar permukaan tubuh, mengeluarkan larutan garam encer melalui lubang-lubang kecil, pori-pori keringat, ke permukaan tubuh. Penguapan keringat ini mendinginkan kulit dan penting dalam pengaturan suhu. Jumlah keringat yang diproduksi dapat diatur dan bergantung pada suhu lingkungan, jumlah panas yang dibentuk oleh aktivitas otot dan berbagai faktor emosi (misalnya orang sering berkeringat apabila cemas). Suatu jenis kelenjar khusus yang terletak di daerah aksila (ketiak) dan pubis menghasilkan keringat kaya protein yang menunjang pertumbuhan bakteri permukaan, yang menyebabkan timbulnya bau badan khas. Sebaliknya, sebagian besar keringat serta sekrsi sebasea mengandung zat-zat kimia yang secara umum sangat toksik bagi bakteri.

Page 7: Makalah Klp 1B - Kulit

Sel-sel kelenjar sebasea menghasilkan sekresi berminya yang dikenal sebagai sebum yang disalurkan ke folikel rambut di dekatnya. Dari sini sebum berminyak tersebut mengalir ke permukaan kulit, meminnyaki rambut, membentuk lapisan kedap air dan mencegah mereka mengalami kekeringan dan pecah-pecah. Kurangnya proteksi oleh sebum dapat terlihat pada tangan atau bibir yang pecah-pecah. Kelenjar sebasea terutama aktif selama masa remaja, sehingga di kelompok usia ini sering memperlihatkan kulit yang berminyak.

Setiap folikel rambut dilapisi oleh sel-sel khusus penghasil keratin, yang mengeluarkan keratin dan protein lain yang membentuk batang rambut. Rambut meningkatkan kepekaan permukaan kulit terhadap ransangan taktil atau sentuhan. Pada beberapa spesies yang lebih rendah, fungsi ini mungkin lebih disempurnakan. Sebagai contoh, sungut kucing sangat peka dalam hal ini. Peran rambut yang lebih penting pada hewan-hewan adalah sebagai konservasi panas, tetapi fungsi ini tidak bermakna pada manusia yang relatif tidak berbulu. Seperti rambut, kuku juga produk kratinisasi khusus yang berasal dari struktur epidermis hidup, yakni dasar kuku (nail bed). (Lauralee Sherwood, 2001; 402-404)

1. Anatomi kulit

• Kulit ➬ organ tubuh yang terletak paling luar dan membatasinya dari lingkungan hidup manusia.

• Kulit ➬ organ essensial dan vital serta merupakan cermin kesehatan dan kehidupan serta sangat kompleks, elastis dan sensitif, bervariasi pada keadaan iklim, umur, seks, ras, dan juga tergantung pada lokasi tubuh.

• Warna kulit berbeda-beda, dari kulit yang berwarna terang (fair skin), pirang dan hitam, warna merah muda pada telapak kaki dan tangan bayi, serta warna hitam kecoklatan pada genitalia orang dewasa.

• Kulit bervariasi mengenai lembut tipis dan tebalnya; kulit yang elastis dan longgar terdapat pada palpebra, bibir dan preputium, kulit yang tebal dan tegang terdapat di telapak kaki dan tangan dewasa. Kulit yang tipis terdapat pada muka, yang lembut pada leher dan badan, dan yang berambut kasar terdapat pada kepala.

Page 8: Makalah Klp 1B - Kulit

Gambar 1: Anatomi Kulit. Kulit terdiri dari dua lapisan, epidermis di sebelah luar yang mengalami keratinisasi dan dermis jaringan ikat di sebelah dalam yang kaya pembuluh darah. Bagian-bagian tertentu epidermis masuk ke dalam dermis untuk membentuk kelenjar keringat, kelenjar sebasea, dan folikel rambut. Epipdermis mengandung empat jenis sel: keratinosit, melanosit, sel Langerhans, dan sel Granstein. Kulit melekat ke otot atau tulang di bawahnya melalui hipodermis, suatu lapisan jaringan ikat longgar yang mengadung lemak.

1. Kelenjar kulit terdapat di lapisan dermis, terdiri atas :

a. Kelenjar keringat (glandula sudorifera) ➬ ada 2 macam kelenjar keringat, yaitu kelenjar ekrin yang kecil-kecil terletak dangkal di dermis dengan sekret yang encer, dan kelenjar apokrin yang lebih besar , terletak lebih dalam danb sekretnya lebih kental.

b. Kelenjar ekrin telah dibentuk sempurna pada minggu 28 kehamilan dan baru berfungsi pada 40 minggu setelah kelahiran. Terdapat di seluruh permukaan kulit dan terbanyak di telapak tangan dan kaki, dahi dan aksila. Sekresi tergantung pada beberapa faktor dan dipengaruhi oleh saraf kolinergik, faktor panas, dan stress emosional.

c. Kelenjar apokrin dipengaruhi oleh saraf adrenergik, terdapat di aksila, areola mammae, pubis, labia minora, dan saluran telinga luar.

d. Kelenjar palit (kelenjar sebasea) ➬ terdapat di seluruh permukaan kulit manusia kecuali di telapak tangan dan kaki. Disebut juga kelenjar holokrin karena tidak berlumen dan sekret kelenjar berasal dari dekomposisi sel-sel kelenjar. Biasanya terdapat di samping akar rambut dan muaranya terdapat pada lumen akar rambut (folikel rambut). Sekresi dipengaruhi oleh hormon androgen.

Page 9: Makalah Klp 1B - Kulit

2. Fisiologi Kulit 

Kulit dapat dengan mudah dilihat dan diraba, hidup dan menjamin kelangsungan hidup. Selain itu itu juga mempunyai peranan dalam estetika.

Fungsi utama kulit :1. Fungsi proteksi ➬ menjaga bagian dalam tubuh terhadap gangguan

fisis atau mekanis, misalnya tekanan, gesekan, tarikan; gangguan kimiawi misalnya zat zat kimia terutama yang bersifat iritan, contohnya lisos, karbol, asam dan alkali kuat lainnya; gangguan yang bersifat panas, misalnya radiasi, sengatan sinar ultraviolet; gangguan infeksi luar terutama kuman / bakteri maupun jamur.

2. Fungsi absorpsi ➬ kulit yang sehat tidak mudah menyerap air, larutan dan benda padat, tetapi cairan yang mudah menguap lebih mudah diserap, begitupupun yang larut lemak.

3. Fungsi ekskresi ➬ kelenjar-kelenjar kulit mengeluarkan zat-zat yang tidak berguna lagi atau sisa metabolisme dalam tubuh berupa NaCl, urea, asam urat dan amonia

4. Fungsi persepsi ➬ mengandung ujung-ujung saraf sensoris di dermis dan subkutis. Terhadap rangsangan panas diperankan oleh badan-badan Ruffini di dermis dan subkutis. Dingin ➬ Krause di

dermis. Rabaan ➬ taktil Meissner di dermis dan Merkel Ranvier di

epidermis. Tekanan ➬ Vater Paccini di epidermis.

5. Fungsi pengatur suhu tubuh termoregulasi) ➬ dengan cara mengeluarkan keringat mengerutkan (otot berkontraksi) pembuluh darah kulit.

6. Fungsi pembentukan pigmen ➬ sel melanosit terdapat di lapisan basal. Jumlah melanosit dan jumlah serta besarnya butiran pigmen (melanosomes) menentukan warna kulit ras maupun individu. Warna kulit tidak sepenuhnya dipengaruhi oleh melanosit, melainkan juga oleh tebal tipisnya kulit, reduksi Hb, oksi Hb, dan karoten.

7. Fungsi keratinisasi ➬ lapisan epidermis dewasa mempunyai 3 jenis sel utama yaitu keratinosit, sel langerhans, melanosit. Keratinosit dimulai dari sel basal mengadakan pembelahan , sel basal yang lain akan berpindah ke atas dan berubah bentuknya menjadi sel spinosum, makin ke atas sel menjadi makin gepeng dan bergranula menjadi makin gepeng dan bergranula menjadi sel granulosum. Makin lama inti menghilang dan keratinosit ini menjadi sel tanduk yang amorf. Ini berlangsung terus menerus.

Page 10: Makalah Klp 1B - Kulit

8. Fungsi pembentukan vit. D ➬ dimungkinkan dengan mengubah 7 dihidroksi kolesterol dengan pertolongan sinar matahari.(Ernst Mutschler, 1991; 578)

B. Pembuluh Darah Yang Melewati Tiap Lapisan Kulit

1. KapilerKapiler merupakan pembuluh darah kecil yang sangat tipis, hanya

dibentuk oleh tunika intima saja sehingga memudahkan proses pertukaran zat antara pembuluh darah dengan sel atau jaringan. Pembuluh kapiler merupakan pembuluh darah yang mengalirkan darah dari arteri, yang bercabang dan menyempit ke arteriola, dan kemudian masih bercabang lagi menjadi kapiler. Setelah terjadinya difusi jaringan, kapiler bergabung membentuk venule dan melebar menjadi vena, yang mengembalikan darah ke jantung.Dinding kapiler berupa epithel pipih selapis yang tipis sehingga gas dan molekul seperti oksigen , carbon dioksida bisa berdifusi serta air, zat zat terlarut berupa protein, glukosa dan lemak dapat mengalir melewatinya secara osmosis dengan dipengaruhi oleh gradien osmotik dan hidrostatik.

2. Arteri

Arteri merupakan pembuluh darah yang mengalirkan darah dari jantung ke seluruh tubuh. Arteri bersifat elastik karena mempunyai lapisan otot polos dan serabut elastik sehingga dapat berdenyut-denyut sebagai kompensasi terhadap tekanan jantung pada saat sistol . Arteri mempunyai diameter yang berbeda-beda, mulai yang besar yaitu aorta kemudian bercabang menjadi arteri dan arteriola. Dinding arteri tebal karena membawa darah dengan tekanan yang tinggi. Di tubuh tidak berada di permukaan tetapi agak ke dalam di bawah permukaan.

3. Vena

Vena merupakan pembuluh darah yang mengembalikan darah dari seluruh tubuh ke jantung sehingga dinamakan pula pembuluh balik.Vena adalah pembuluh berdinding tipis yang mudah diregangkan secara pasif untuk menampung darah dalam jumlah besar. Vena berfungsi sebagai reservoir darah; yaitu, apabila kebutuhan akan darah rendah, vena-vena dapat menyimpan darah ekstra sebagai cadangan karena sifat mereka yang mudah diregangkan. Vena dilengkapi dengan katup vena yang berfungsi mencegah aliran balik darah ke bagian sebelumnya karena pengaruh gravitasi.

Page 11: Makalah Klp 1B - Kulit

C. Komponen dan karakteristik tiap lapisan kulit

Pembagian kulit secara garis besar 1. Lapisan epidermis atau kutikel ➬ terdiri atas stratum korneum, lusidium,

granulosum, spinosum, dan basale.

❇ Stratum korneum (lapisan tanduk) ➬ lapisan kulit yang paling luar dan terdiri atas beberapa sel-sel gepeng yg mati, tidak berinti, & protoplasmanya telah berubah menjadi keratin (zat tanduk)

❇Stratum lusidium ➬ terdapat langsung di bawah lapisan korneum, merupakan lapisan sel-sel gepeng tanpa inti dengan protoplasma yang berubah menjadi protein yang disebut eleidin. Lapisan tersebut tampak lebih jelas di telapak tangan dan kaki.

❇Stratum granulosum (lapisan keratohialin)➬ merupakan 2 atau 3 lapis sel-sel gepeng dengan sitoplasma berbutir kasar dan terdapat inti di antaranya. Butir-butir kasar ini terdiri atas keratohialin. Mukosa biasanya tidak mempunyai lapisan ini. Stratum granulosum juga jelas tampak di telapak tangan dan kaki.

❇Stratum spinosum (stratum malphigi)➬ disebut juga pikcle cell layer (lapisan akanta) terdiri atas beberapa lapis sel yang berbentuk poligonal yang baesarnya berbeda –beda karena adanya proses mitosis.

Protoplasmanya jernih karena banyak mengandung glikogen, dan inti terletak di tengah-tengah. Sel-sel ini makin dekat ke permukaan makin gepeng bentuknya. Di antara sel-sel startum spinosum terdapat jembatan-jembatan antar sel (intercellulular bridges) yang terdiri atas protoplasma dan tonofibril.

Perlekatan antar jembatan-jembatan bulat kecil yang disebut nodulus bizzozero. Di antara sel-sel spinosum terdapat pula sel langerhans. Sel sel stratum spinosum mengandung banyak glikogen.

❇Stratum basale ➬ terdiri atas sel-sel yang berbentuk kubus (kolumnar)

yang tersusun vertikal pada perbatasan dermo –epidermal berbaris seperti pagar (pallisade). Lapisan ini merupakan lapisan epidermis yang paling bawah.sel-sel basal ini mengadakan mitosis dan berfungsi reproduksi. Lapisan ini terdiri atas dua jenis sel, yaitu :

Sel-sel yang berbentuk kolumnar dengan protoplasma basofilik inti lonjong & besar, dihubungkan satu dengan yg lain oleh jembatan antar sel.

Page 12: Makalah Klp 1B - Kulit

Sel pembentuk melanin (melanosit) atau clear cell ➬ sel-sel warna muda, dengan sitoplasma basofilik dan inti gelap mengandung butir pigmen (melanosomes)

2. Lapisan dermis ➬ lapisan di bawah epidermis yang jauh lebih tebal daripada epidemis. Lapisan ini terdiri atas lapisan elastik dan fibrosa padat dengan elemen-elemen selular dan folikel rambut . Dibagi menjadi 2 bagian:

❅ Pars papilare ➬ bagian yang menonjol ke epidermis, berisi ujung serabut saraf dan pembuluh darah.

❅ Pars retikulare ➬ bagian dibawahnya yang menonjol ke arah subkutan, bagian ini terdiri atas serabut-serabut penunjang misalnya serabut kolagen, elastin dan retikulin. Dasar (matriks) lapisan ini terdiri atas cairan kental asam hialuronat dan kondroitin sulfat, dibagian ini terdapat pula fibroblas.

3. Lapisan subkutis ➬ kelanjutan dermis, terdiri atas jaringan ikat longgar berisi sel-sel lemak.

Sel-sel ini membentuk kelompok yang dipisahkan satu dengan yang lain oleh trabekula yang fibrosa. Lapisan sel-sel lemak disebut penikulus adiposa berfungsi sebagai cadangan makanana. Di lapisan ini terdapat ujung-ujung saraf tepi, pembuluh darah dan getah bening.

D. Faktor Yang Mempengaruhi Obat Kulit

1. Absorpsia. Keadaan dan umur kulit

Kulit utuh merupakan suatu sawar difusi yang efektifitasnya berkurang bila terjadi perubahan dan kerusakan sel-sel tanduk.

Difusi kulit juga tergantung pada umur subjek, kulit anak-anak lebih permeabel dari pada kulit dewasa.

b. Tempat pengolesan

Jumlah yang diserap untuk suatu molekul yang sama, akan berbeda tergantung pada anatomi tempat pengolesan: kulit dada, punggung, tangan atau lengan. Perbedaan ketebalan terutama disebabkan lapisan tanduk berbeda pada setiap lapisan tubuh.

c. Kelembaban dan suhu

Page 13: Makalah Klp 1B - Kulit

Pada keadaan normal, kandungan air pada lapisan tanduk rendah 5-15 % tetapi dapat ditingkatkan sampai 50 % dengan pengolesan pada permukaan kulit suatu bahan pembawa yang dapat menyumbat: vaseline, sminyak, atau suatu pembalut impermeabel. peranan kelembaban pada penyerapan perkutan tidak diragukan lagi, stratum corneum mempunyai afinitas yang sama terhadap senyawa-senyawa yang larut dalam air atau dalam lipida. Sifat ini disebabkan oleh struktur histologi sel tanduk dan terutama helai-helai keratin yang dapat mengembang di air dan pada media lipida amorf yang meresap di sekitarnya.

Secara in vivo, suhu kulit yang diukur pada keadaan normal relatif tetap dan tidak berpengaruh pada peristiwa penyerapan. Sebaliknya secara in vitro pengaruh suhu dapat dengan mudah diatur, misalnya alkohol alifatik pada suhu 0o C dan 50o C laju penyerapannya meningkat sebagai fungsi dari suhu.

(Aiache JM Devissaguet J, 1993 ; 458-460 )

E. Contoh Sediaan Obat Yang Diberikan Melalui Kulit

Haloperidoal dekanoat ( I.M ) Epinefrin ( S.C) Vasopresin ( I.V ) Chorion Gonadotropin ( I.M ) Menapausal Gonadotropin ( I.M ) Fentanil ( I.M ) Nalorfin ( S.C / I.M / I.V ) Nalokson ( I.V ) Tiopental ( I.V )

Berikut ini tingkat potensi dari sejumlah kortikosteroid pada penggunaan dermal, yaitu:

1. Lemah : hidrokortison asetat, metilprednisolon asetat.

2. Sedang :

a. Desoximetason + salis

b. Dexametason

c. Hidrokortison butirat

d. Flukortolon pivalat

e. Flumetason pivalat

f. Fluosinolon asetonida

g. Flupredniden asetat

h. Klobetason butirat

3. Triamsinolon asetonidauat:

Page 14: Makalah Klp 1B - Kulit

a. Beklometason dipropionat

b. Betametason valerat

c. Betametason dipropionat

d. Budesonida

e. Diflukortolon valerat

f. Fluklorolon asetonida

g. Flutikason propionat

h. Halometason

i. Halsinonida

j. Mometason furoat

k. Prednikarbat

4. Sangat kuat: Klobetasol propionat, betametason dipropion.

(Tan Hoan Tjay & Kirana Rahardja, 2007 )

Page 15: Makalah Klp 1B - Kulit

BAB IIIKESIMPULAN

Sawar kulit terutama dibentuk dalam oleh lapisan tanduk (stratum corneum) yang merupakan struktur kulit yang mati, serrta mampu menghambat penembusan senyawa kimia. Walaupun demikian kulit bersifat permeabel dan dapat melewatkan senyawa-senyawa yang penyerapannnya terjadi secara difusi pasif. Molekul yang diserap dengan baik adalah molekul yang larut dalam lemak dan sedikit larut dalam air.

Pada molekul yang dapat diserap derajat penembusan dapat diubah dengan menggunakan bahan pembawa yang sesuai, dengan komposisi yang dapat mendorong pelepasan zat aktif sedemikian agar dapat mencapai jaringan tempat yang menunjukkan aksi terapeutiknya.

Page 16: Makalah Klp 1B - Kulit

DAFTAR PUSTAKA

Devissaguet J., Aiache JM. Farmasetika 2 Biofarmasi ed. 2. Surabaya: AUP. 1993

Mutschler, Ernst. Dinamika Obat Buku AjarFarmakologi dan Toksikologi. Bandung: Penerbit ITB. 1991.

Sherwood, Lauralee. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. 1996.

Tjay, Tan Hoan & Rahardja, Kirana. Obat-Obat Penting. Jakarta: Elex Media Komputindo. 2007