makalah malaria klp 8

31
LAKI-LAKI MENGALAMI PENURUNAN KESADARAN DAN KEJANG KELOMPOK 8 Fikiawati Triana 030.06.091 Defri Rahman 030.07.061 Olga Ayu Pratami 030.07.198 Yusmiati Tomalima 030.07.282 Anastasia Carolin 030.08.022 Asti Meidianti 030.08.045 Christy Suryandari 030.08.070 Ferdy 030.08.102 Ines Damayanti Octaviani 030.08.126 Marsya Julia Ryadi 030.08.157 Nurul Nurnita Arfifah 030.08.187 Ririn Aprilya Anggela 030.08.210 Sri Feliciani 030.08.229 Vida Rahmi Utami 030.08.250 Nadirah Binti Roslan 030.08.266 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TRISAKTI

Upload: devina-wangsa

Post on 08-Sep-2015

53 views

Category:

Documents


8 download

DESCRIPTION

malaria

TRANSCRIPT

LAKI-LAKI MENGALAMI PENURUNAN KESADARAN DAN KEJANG

KELOMPOK 8

Fikiawati Triana030.06.091

Defri Rahman030.07.061

Olga Ayu Pratami030.07.198

Yusmiati Tomalima030.07.282

Anastasia Carolin030.08.022

Asti Meidianti030.08.045

Christy Suryandari030.08.070

Ferdy030.08.102

Ines Damayanti Octaviani030.08.126

Marsya Julia Ryadi030.08.157

Nurul Nurnita Arfifah030.08.187

Ririn Aprilya Anggela030.08.210

Sri Feliciani030.08.229

Vida Rahmi Utami030.08.250

Nadirah Binti Roslan030.08.266

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TRISAKTI

JAKARTA

15 Juli 2010

BAB I

PENDAHULUAN

Infeksi malaria masih merupakan problema klinik bagi negara tropik/ sub-tropik dan negara berkembang maupun negara yang sudah maju. Di Indonesia penyakit malaria masih menjadi masalah bagi daerah di Jawa dan Sumatra yang dahulunya sudah dapat dikendalikan. Dengan perkembangan transportasi, mobilisasi penduduk dunia khususnya dengan berkembangnya dunia wisata, infeksi malaria juga merupakan masalah bagi negara-negara maju karena munculnya penyakit malaria di negara tersebut. Masalah mortalitas malaria berat seperti malaria serebral dan morbiditas mempunyai kaitan erat dengan timbulnya resistensi pengobatan dan kewaspadaan terhadap diagnosa dini dan penanganannya.1Malaria merupakan salah satu penyakit infeksi yang tersebar di seluruh dunia. Kira-kira lebih dua milyar atau lebih 40 % penduduk dunia hidup di daerah bayang-bayang malaria. Jumlah kasus malaria di Indonesia kira-kira 30 juta/tahun, angka kematian 100.000/ tahun.Malaria serebral merupakan salah satu bentuk komplikasi malaria berat yang disebabkan oleh Plasmodium falsiparum. Gejala-gejala kliniknya dapat sangat akut, penderita yang kesadarannya baik mendadak dapat menurun kesadarannya dengan atau tanpa diserta gejala-gejala neurologis.2Malaria serebral adalah suatu akut ensefalopati yang menurut WHO definisi malaria serebral memenuhi 3 kriteria yaitu koma yang tidak dapat dibangunkan atau koma yang menetap > 30 menit setelah kejang disertai adanya P. Falsiparum yang dapat ditunjukkan dan penyebab lain dari akut ensefalopati telah disingkirkan.3

BAB II

LAPORAN KASUS

Seorang laki-laki 46 tahun di bawa oleh keluarganya ke instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit karena tidur terus, sulit dibangunkan dan mengalami kejang. Pasien mengalami demam dan sakit kepala sejak 7 hari yang lalu, kadang-kadang disertai mual dan muntah. Sudah berobat ke Puskesmas 4 hari yang lalu, diperiksa darah dikatakan baik, Hb 16 gr/dl, trombosit normal, diberi obat namun belum ada perbaikan. Mulai 1 hari yang lalu pasien banyak tidur dan sulit dibangunkan. Tadi pagi pasien mengalami kejang 2x pada seluruh tubuh sekitar 3-5 menit. Pasien adalah pegawai swasta, 3 minggu yang lalu baru pulang dari tugas di Papua.

Pemeriksan fisik Status generalis :

Kesadaran

: soporous Tekanan darah : 110/70 mmHg Nadi

: 72 x/menit

Respirasi

: 24 x/menit Suhu

: 39 oC

Saat dipasang dauer kateter keluar urin berwarna hitamStatus lokalis :

Konjungtiva

: anemis

Sklera dan kulit: ikterik

Pemeriksaan dada: jantung dan paru normal Pemeriksaan abdomen: hepatosplenomegali

Status neurologis :

GCS : E2 V2 M5

Pupil isokor, refleks cahaya +/+ Kaku kuduk

(-)

Laseq

-/- Kernig

-/- Brudzinsky Idan II(-) Ekstremitas kanan dan kiri bergerak saat dirangsang nyeri Refleks fisiologis+/+ Refleks patologis-/-Pemeriksaan laboratorium

Nilai Normal

KesimpulanHb (gr/dl) : 12.1 11.3 10,4 8,3

13-18

anemiaHt (%) : 34 34 31 24

40-52

menurun L (rb/mm3): 4800 3500 5000 4800

5000-10.000

leukopeniaTr (rb/mcl) : 84.000 55.000 32.000 24.000150rb-400rb trombositopeniaUr (mg/dl) : 57

20-40

meningkatCr (mg/dl) : 1,1

0,5-1,5

normalProtein total (gr/dl) : 5,0

6-7,8

menurunAlbumin (gr/dl) : 2,1

4-5,2

menurunGlobulin (gr/dl) : 2,9

1,3-2,7

meningkatBilirubin total (mg/dl) : 25,3

0,3-1

meningkatBilirubin direk (mg/dl) : 11,3

0-0,4

meningkatSGOT (U/L) : 127180

10-38

meningkatSGPT (U/L) : 76192

10-41

meningkatGamma GT (IU/L) : 35

11-49

normalFosfatase alkali (U/L) : 208

40-129

meningkatElektrolit (mEq/L) : Na : 132

135-145

menurun K : 4,4

3,5-5,2

normal Cl : 98

95-105

normalAnalisa gas darah :

PH : 7,426

7,35-7,45

normal

pCO : 45,9 mmHg

35-45

meningkatpO : 88,7 mmHg

80-105

normalHCO : 29,8 mEq/L

22-26

meningkat

tCO : 31,2

20-27

meningkatBE(Vt): 6,0

BE(Vu): 6,0

O sat : 96,3 %

95-100

normalPemeriksaan foto rontgen thorax : normalBAB III

TINJAUAN PUSTAKA

I . Kesadaran

Otak merupakan pusat sistem saraf. Otak dapat dibagi menjadi korteks serebral, ganglia basalis, talamus dan hipotalamus, mesencephalon, pons, serebelum. Kortex serebral tersusun menjadi dua hemisfer yang masing-masing dibagi menjadi empat lobus yaitu: lobus frontal, parietal, occipital, dan temporal. Serebrum bertanggung jawab untuk fungsi motorik, asosiatif, dan fungsi mental. Ganglia basalis terdiri dari nukleus caudatus dan lentikularis, kapsula interna, dan amigdala yang merupakan struktur extrapiramidal. Struktur ini berfungsi untuk modulasi gerakan volunter tubuh, perubahan sikap tubuh, dan integrasi otonom. Ganglia basal berperan khusus dalam gerakan extremitas secara halus. Kerusakan ganglia basal akan mengakibatkan kaku dan tremor.

Talamus merupakan stasiun pemancar impuls sensorik dan motorik yang berjalan dari dan ke otak. Talamus berperan dalam kontrol respon primitif seperti rasa takut, perlindungan diri, pusat persepsi nyeri, dan suhu. Hipotalamus terletak dibawah talamus terdiri dari kiasma optikum dan neurohipofisis. Neurohipofisis bertanggungjawab pada pengaturan suhu, cairan, nutrisi, dan tingkahlaku seksual.

Kesadaran merupakan fungsi utama susunan saraf pusat. Interaksi antara hemisfer serebri dan formatio retikularis yang konstan dan efektif diperlukan untuk mempertahankan fungsi kesadaran. Dalam klinik dikenal tingkat-tingkat kesadaran, yaitu:

Kompos mentis: keadaan waspada dan terjaga pada seseorang yang bereaksi sepenuhnya dan adekuat terhadap rangsang visual, auditorik, dan sensorik.

Apatis: sikap acuh tak acuh, tidak segera menjawab bila ditanya.Delirium: kesadaran menurun disertai kekacauan mental dan motorik seperti disorientasi, iritatif, salah persepsi terhadap rangsang sensorik,sering timbul ilusi dan halusinasi.Somnolen: penderita mudah dibangunkan, dapat bereaksi secara motorik maupun verbal yang layak, terlena saat rangsang dihentikan.Sopor (stupor): penderita hanya dapat dibangunkan dalam waktu singkat oleh rangsang nyeri yang hebat dan berulang-ulang.Koma: tidak ada jawaban sama sekali terhadap rangsang nyeri yang hebat sekalipun.Penilaian kemampuan kesadaran dapat dilihat dari pemeriksaan kemampuan orientasi, pertimbangan, abstraksi, kosa kata, dan daya ingat. GCS (Glasgow Coma Scale) adalah cara untuk menilai tingkat kesadaran berdasar respon mata, bicara, motorik.Respon mata nilai Membuka mata spontan (4) Membuka mata terhadap suara (3) Membuka mata terhadap nyeri (2) Menutup mata terhadap segala rangsang (1)Respon verbal Berorientasi baik (5)

Disorientasi/ bingung (4)

Bisa membentuk kata, tidak mampu mengucap kalimat (3) Mengeluarkan suara tak berarti (2) Tak bersuara (1)

Respon motorik Menurut perintah (6)

Dapat melokalisir rangsang nyeri (5)

Menolak rangsang nyeri pada anggota gerak (withdrawal) (4)

Rangsang flexsi spontan (3)

Rangsang extensi spontan (2)

Tak ada gerakan (1)

Kriteria: kesadaran baik/ normal > GCS 13-15

kesadaran turun > GCS 9-12koma > GCS 15mnt, tidak berulang dalam 24jam, dan lokal

epilepsi: pusing dan terindikasi disartai kejang tonik-klonikIII. Malaria Serebral

EtiologiMalaria adalah penyakit menular yang disebabkan oleh protozoa intraseluler dari genus plasmodium. Empat spesies dari plasmodium menyebabkan malaria pada manusia antara lain: Plasmodium falsiparum, Plasmodium vivax, Plasmodium ovale dan Plasmodium malariae. Plasmodium falsiparum adalah infeksi yang paling serius dan yang sering memberi komplikasi malaria berat antara lain malaria serebral dengan angka kematian tinggi.1,2,8Penyebab paling sering dari kematian khususnya pada anak-anak dan orang dewasa yang non-imun adalah malaria serebral.9PatogenesisPerubahan patofisiologi pada malaria terutama berhubungan dengan gangguan aliran darah setempat sebagai akibat melekatnya eritrosit yang mengandung parasit pada endotelium kapiler. Perubahan ini cepat reversibel pada mereka yang dapat tetap hidup (survive). Peran beberapa mediator humoral masih belum pasti, tetapi mungkin terlibat dalam patogenesis terjadinya demam dan peradangan. Skizogoni eksoeritrositik mungkin dapat menyebabkan reaski leukosit dan fagosit, sedangkan sporozoit dan gametosit tidak menimbulkan perubahan patofisiologik.

Patofisiologi malaria multifaktorial dan mungkin berhubungan dengan hal-hal sebagai berikuta. Penghancuran eritrosit. Penghancuran eritrosit ini tidak saja dengan pecahnya eritrosit yang mengandung parasit, tetapi juga oleh fagositosis eritrosit yang mengandung parasit dan yang tidak mengandung parasit, sehingga menyebabkan anemia dan anoksia jaringan. Dengan hemolisis intra vaskular yang berat, dapat terjadi hemoglobinuria (blackwater fever) dan dapat mengakibatkan gagal ginjal.

b. Mediator endotoksin-makrofag. Pada saat skizogoni, eirtosit yang mengandung parasit memicu makrofag yang sensitif endotoksin untuk melepaskan berbagai mediator yang berperan dalam perubahan patofisiologi malaria. Endotoksin tidak terdapat pada parasit malaria, mungkin berasal dari rongga saluran cerna. Parasit malaria itu sendiri dapat melepaskan faktor neksoris tumor (TNF). TNF adalah suatu monokin , ditemukan dalam darah hewan dan manusia yang terjangkit parasit malaria. TNF dan sitokin lain yang berhubungan, menimbulkan demam, hipoglimeia dan sindrom penyakit pernafasan pada orang dewasa (ARDS = adult respiratory distress syndrome) dengan sekuestrasi sel neutrofil dalam pembuluh darah paru. TNF dapat juga menghancurkan plasmodium falciparum in vitro dan dapat meningkatkan perlekatan eritrosit yang dihinggapi parasit pada endotelium kapiler. Konsentrasi TNF dalam serum pada anak dengan malaria falciparum akut berhubungan langsung dengan mortalitas, hipoglikemia, hiperparasitemia dan beratnya penyakit.

c. Sekuestrasi eritrosit yang terinfeksi. Eritrosit yang terinfeksi plasmodium falciparum stadium lanjut dapat membentuk tonjolan-tonjolan (knobs) pada permukaannya. Tonjolan tersebut mengandung antigen malaria dan bereaksi dengan antibodi malaria dan berhubungan dengan afinitas eritrosit yang mengandung plasmodium falciparum terhadap endotelium kapiler darah dalam alat dalam, sehingga skizogoni berlangsung di sirkulasi alat dalam, bukan di sirkulasi perifer. Eritrosit yang terinfeksi, menempel pada endotelium kapiler darah dan membentuk gumpalan (sludge) yang membendung kapiler dalam alat-alat dalam.

Protein dan cairan merembes melalui membran kapiler yang bocor (menjadi permeabel) dan menimbulkan anoksia dan edema jaringan. Anoksia jaringan yang cukup meluas dapat menyebabkan kematian. Protein kaya histidin P. falciparum ditemukan pada tonjolan-tonjolan tersebut, sekurang-kurangnya ada empat macam protein untuk sitoaherens eritrosit yang terinfeksi plasmodium P. falciparum.

Cara Infeksi Malaria Waktu antara nyamuk mengisap darah yang mengandung gametosit sampai mengandung sporozoit dalam kelenjar liurnya, disebut masa tunas ekstrinsik.

Sporozoit adalah bentuk infektif. Infeksi dapat terjadi dengan 2 cara, yaitu :

1. Secara alami melalui vektor, bila sporozoit dimasukkan ke dalam badan manusia dengan tusukan nyamuk.

2. Secara induksi (induced), bila stadium aseksual dalam eritrosit secara tidak sengaja masuk ke dalam badan manusia melalui darah, misalnya transfusi, suntikan atau secara keongenital (bayi baru lahir menderita malaria oleh karena tertular ibunya melalui darah plasenta), atau secara sengaja untuk pengobatan terhadap berbagai penyakit (sebelumperang dunia ke 2); demam yang timbul dapat menunjang pengobatan berbagai penyakit seperti lues dan sindrom nefrotik.

BEBERAPA PERBANDINGAN PADA 4 SPESIES PLASMODIUM PADA MANUSIASifatP. falciparumP. vivaxP. ovaleP. malariae

Daur praeritrosit5,5 hari8 hari9hari10-15 hari

Hipnozoit-++-

Jumlah merozoit hati40.00010.00015.00015.000

Daur eritrosit48 jam48 jam50 jam72 jam

Eritrosit yg dihinggapiMuda dan normositRetikulosit dan normositRetikulosit dannormosit mudaNormosit

Pembesaran eritrosit-+++-

Titik-titik eritrositMaurerSchuffnerSchuffner (james)Ziemann

PigmenHitamKuning tengguliTengguli tuaTengguli hitam

Jumlah merozoit8 2412 188 108

Daur dalam nyamuk pada 27C10 hari8-9 hari12-14 hari26-28 hari

Gambaran KlinisPenderita malaria falsiparum yang non imun bila diagnosa terlambat, penundaan terapi, absorbsi gagal karena muntah-muntah, resisten OAM, dalam 3-7 hari setelah panas, dapat menuntun cepat masuk dalam koma. Keadaan akan memburuk cepat dengan nyeri kepala yang bertambah dan penurunan derajat kesadaran dari letargi, sopor sampai koma. Kesadaran menurun dinilai dengan GCS yang dimodifikasi 8 senilai dengan sopor dan anak-anak dinilai skor dari Balantere somnolen atau delir disertai disfungsi serebral. Pada dewasa kesadaran menurun setelah beberapa hari klinis malaria dan anak-anak lebih pendek dibawah 2 hari. Lama koma pada dewasa umumnya 2-3 hari sedangkan anak-anak pulih kesadaran lebih cepat setelah mendapat pengobatan. Di Bagian Anak RSUP Manado > 50 % pulih kesadaran 3Pada kesadaran memburuk atau koma lebih dalam disertai dekortikasi, deserebrasi, opistotonus, tekanan intrakranial meningkat, perdarahan retina, angka kematian tinggi. Pada penurunan kesadaran penderita malaria serebral harus disingkirkan kemungkinan hipoglikemik syok, asidosis metabolik berat, gagal ginjal, sepsis gram negatif atau radang otak yang dapat terjadi bersamaan. Pada anak sering dijumpai tekanan intrakranial meningkat tetapi pada orang dewasa jarang.3,12Gejala motorik seperti tremor, myoclonus, chorea, athetosis dapat dijumpai, tapi hemiparesa, cortical blindness dan ataxia cerebelar jarang. Gejala rangsangan meningeal jarang. Kejang biasanya kejang umum juga kejang fokal terutama pada anak. Hipoglikemi sering terjadi pada anak, wanita hamil, hiperparasitemia, malaria sangat berat dan sementara dalam pengobatan kina. Hipoglikemi dapat terjadi pada penderita mulai pulih walaupun sementara infus dxtrose 5 %. Hipoglikemi disebabkan konsumsi glukosa oleh parasit dalam jumlah besar untuk kebutuhan metabolismenya.

Malaria serebral sering disertai dengan bentuk lain malaria berat. Pada anak sering terjadi hipoglikemi, kejang, dan anemi berat. Pada orang dewasa sering terjadi gagal ginjal akut, ikterus, dan udema paru. Perdarahan retina terjadi 5-35 %, biasanya suatu pertanda buruk, perdarahan kulit dan intestinal jarang. Sepsis dapat terjadi akibat infeksi karena kateter, infeksi nosokomial atau kemungkinan bakteremia. Bila terjadi hipotensi berat, kemungkinan disebabkan : sepsis gram negatif, udema paru, metabolik asidosis, perdarahan gastrointestinal, hipovolemi dan ruptur limpa.3DiagnosisKriteria diagnosis malaria serebral:41. Penderita berasal dari daerah endemis atau berada di daerah endemis

2. Demam atau riwayat demam yang tinggi

3. Adanya manifestasi serebral berupa penurunan kesadaran dengan atau tanpa gejala neurologis lain, sedangkan kemungkinan penyebab lain telah disingkirkan.

4. Ditemukan parasit malaria dalam sediaan darah tepi

5. Tidak ditemukan kelainan cairan serebrospinal yang berarti.

BAB IV

PEMBAHASAN

Identitas

Nama

: Tn. AUmur

: 46 tahun

Jenis kelamin : laki-laki

Pekerjaan : pegawai swastaAlamat

: -

Masalah yang dialami pasien:

Demam suhu 39 C dan sakit kepala 7 hari yang lalu

Kejang Muntah dan mual

Satu hari yang lalu pasien sulit dibangunkan

Kesadaran sopor

Pada pagi hari pasien kejang 2 kali pada seluruh tubuh selama 3-5 menit

Konjungtiva anemis

Terlihat ikterik (inspeksi)

Pembesaran hepar dan lien

GCS : 9 Kateter : keluar urin berwarna hitam ( balck water fever)

Anamnesis tambahan riwayat penyakit sekarang:

kejanng terjadi sebelum penurunan kesadaran atau sesudah penurunan kesadaran?

Sebelumnya sudah pernah kejang belum? remaja ( epilepsi, dewasa ( stroke atau tumor

Sebelum kejang apa ada demam?

Berapa lama kejangnya? Untuk menunjukan klasifikasi

Saat pingsan pasien dapat di bangunkan dengan rangsangan seperti apa? Bagaimana respon terhadap rangsangan?

Sejak kapan pingsannya dan berapa lama?

Ada gejala prodormal gak sebelum pingsan seperti pusing ?

Apaka pingsannya perlahan-lahan atau langsung?

Apakah sebelumnya pasien diare? Berhubungan dengan kurangnya elektrolit dalam tubuh.

riwayat penyakit dahulu:

apakah punya penyakkit DM atau hipertensi?

riwayat pengobatan:

apakah sebelumnya suka mengkonsumsi obat tidur?

riwayat kebiasaan:

apakah pasien suka minum alkohol ( epilepsi refakterHasil pemeriksaan fisik

Pasien mengalami penurunan tingkat kesadaran, soporous. Tekanan darah pada pasien juga rendah (110/70 mmHg). Pasien mengalami febris (suhu tubuh 39C), anemia (dari konjungtiva yang anemis dan hasil pemeriksaan laboratorium kadar hemoglobin), ikterus (dari sclera dan kulit, serta adanya peningkatan kadar bilirubin darah baik bilirubin total dan bilirubin direk).Saat dipasang dauer kateter keluar urin berwarna hitam (black water fever) menunjukkan adanya gagal ginjal akut sehingga terjadi hematuria (urin berwarna merah tua hingga hitam)

Hasil pemeriksaan laboratorium

1.Anemia. Disebabkan destruksi eritrosit oleh plasmodium falciparum.2.Leukopenia. Disebabkan infeksi malaria, pada infeksi virus juga didapatkan leucopenia.

3.Trombositopenia. Disebabkan adanya perdarahan intravaskuler sehingga terjadi plasma leakage yang mengaktifkan factor-faktor pembekuan darah.

4.Peningkatan ureum. Disebabkan karena gangguan ginjal pre-renal, dalam kasus ini perdarahan.

5.Gangguan fungsi hepar. Penurunan protein total, albumin, peningkatan kadar bilirubin dan enzim SGOT, SGPT, serta fosfatase alkali. Disebabkan pada plasmodium mempunyai siklus hidup di hepar, atau bisa juga disebabkan adanya obstruksi di vaskuler hepar karena gumpalan yang terbentuk akibat infeksi plasmodium falciparum yang berikatan dengan endotel pembuluh darah.6. Hiponatremia. Menyebakan kejang pada pasien.

7.Hasil pemeriksaan Rapid test malaria (+) dan slide parasit plasmodium falciparum trofozoit bentuk cincin dan ditemukan schizon. Dipastikan pasien ini terkena infeksi malaria.

Diagnosis

-Diagnosis klinis: penurunan kesadaran, kejang, demam, hepatosplenomegali, mual dan muntah, urin berwarna hitam, anemia, ikterus-Diagnosis topis: serebral-Diagnosis patologi: infeksi

-Diagnosis etiologi: plasmodium falciparumTatalaksana

Pasien harus rawat inap, kemudian: Pertahankan fungsi vital: sirkulasi, kebutuhan oksigen, cairan dan nutrisi

Hindarkan trauma: dekubitus, jatuh dari tempat tidur

Hati-hati komplikasi: kateterisasi, defekasi, edema paru karena over hidrasi

Monitoring; temperatur, nadi, tensi, dan respirasi tiap jam. Perhatikan timbulnya ikterus dan perdarahan.

Monitoring: ukuran dan reaksi pupil, kejang dan tonus otot.

Baringkan /posisi tidur sesuai dengan kebutuhan

Pertahankan sirkulasi: bila hipotensi lakukan posisi trendelenburg, perhatikan warna dan temperatur kulit

Cegah hiperpireksi

Pemberian cairan: oral, sonde, infus, maksimal 1500 ml bila tidak ada dehidrasi

Pengobatan untuk Parasit MalariaPemberian obat anti malaria

-Kina (Kina HCl) merupakan obat anti malaria yang sangat efektif untuk semua jenis plasmodium dan efektif sebagai Schizontocidal maupun Gametocydal. Dipilih sebagai obat utama untuk malaria berat karena masih berefek kuat terhadap P. falsiparum yang resisten terhadap klorokuin, dapat diberikan cepat (i.v) dan cukup aman.-Derivat Artemisinin; merupakan obat baru yang memberikan efektifitas yang tinggi terhadap strain yang multi resisten.

Penanganan Komplikasi1. Kejang; Kejang merupakan salah satu komplikasi dari malaria serebral. Penanganan/ pencegahan kejang penting untuk menghindarkan aspirasi. Penanganan kejang:

Diazepam: i.v 10 mg; atau intra rektal 0,5-1,0 mg/ KgBB.

Paradelhid: 0,1 mg/ KgBB.

Klormetiazol (dipakai untuk kejang berulang-ulang)

Fenitoin: 5 mg/ KgBB i.v diberikan perlahan-lahan.

Fenibarbital: pemberian fenobarbital 3,5 mg/ KgBB (umur diatas 6 tahun) mengurangi terjadinya konvulsi.

2. Hipoglikemi; Bila kadar gula darah kurang dari 50 mg% maka:

Beri 500 ml Dekstrose 40 % i.v dilanjutkan dengan

Glukosa 10 % per infus 4-6 jam

Monitor gula darah tiap 4-6 jam, sering kadar gula berulang-ulang turun.

Bila perlu diberikan obat yang menekan produksi insulin seperti diazoxide, glukagon atau analog somatostatin.

3. Hiperpireksi; Hiperpireksi yang lama dapat menimbulkan kelainan neurologik yang menetap.

Menurunkan temperatur dengan pendinginan fisik: kipas angin, kompres air/es, selimut dingin dan perwawatan di ruangan yang sejuk.

Pemberian anti piretik: Parasetamol 15 mg/ KgBB atau aspirin 10 mg/ KgBB (kontraindikasi untuk kehamilan dan gejala perdarahan)

4. Anemi; Bila anemi 5 % dengan komplikasi berat. Tapi transfusi ganti bukanlah tindakan mudah, dan perlu ada fasilitas screening darah. Darah yang dipakai berkisar 5-12 liter. Transfusi ganti memperbaiki anemi, mengembalikan faktor pembekuan darah, trombosit juga mengurangi toksin.

PrognosisAd vitam: dubia ad bonam

Ad fungsionam: dubia ad bonam

Ad sanationam : dubia ad bonam

Diagnosis dini dan pengobatan tepat prognosis sangat baik. Pada koma dalam, tanda-tanda herniasi, kejang berulang, hipoglikemi berulang dan hiperparasitemia risiko kematian tinggi. Juga prognosis tergantung dari jumlah dan berat kegagalan fungsi organ.

BAB V

KESIMPULAN

Pasien menderita malaria akibat infeksi plasmodium falciparum dapat diketahui dari anamnesis bahwa pasien sebelumnya bertugas di Papua daerah endemik malaria 3 minggu yang lalu, dari gejala klinis serta hasil pemeriksaan laboratorium dan rapid test malaria yang positif. Malaria pada pasien tergolong malaria serebral karena sudah didapatkan penurunan kesadaran, kejang, dan juga sudah komplikasi pada organ ginjal yang didapatkan urin berwarna hitam (black water fever).Diperlukan penanganan yang cepat dan tepat sehingga prognosis pasien dapat baik.BAB VISARANKasus yang dipresentasikan cukup menarik dan menambah wawasan. Kekurangan hanya pada soal diskusi yang tidak memberikan satuan pada hasil pemeriksaan laboratorium, sebaiknya untuk di kemudian hari diberikan satuan pada nilai hasil pemeriksaan laboratorium sehingga lebih baik. Secara keseluruhan sudah cukup baik.BAB VII

DAFTAR PUSTAKA

1. Najoan F. Malaria serebral di RSUP Manado periode Januari 1998 Desember 2002, KTIS. Manado: FK Unsrat, 20032. Durrani A et al. Epidemiology of cerebral malaria and its mortality. Vol 47, no.8. J Pak. Med. Assoc, 1997: 213-2153. Bondi F. The insidence and outcome of neurological abnormalities in childhood cerebral malaria; long-term follow-up of 62 survivors. V.86. Trans-actions of the Royal Society of Tropical Medicine and Hygiene, 1992: 17-194. Swash M, Oxbury J. Malaria. In: Clinical neyrology, vol 1. Churchill-livingstone.p. 905-65. Stricland GT. Cerebral malaria. In: Tropical medicine, 6th edition. London: WB Saunders Company, 1984.p. 535-66. Cerebral malaria. Available from:

www.mcw-healthcaremalaria_updatecerebralmalaria.com. Last updated 2004.

7. Cerebral malaria. Available from:

www.emedika_cerebralmalaria.com. Last updated 2004

8. Central nervous system involvement in P. falciparum malaria. Available from: www.malariasite_comprehensivemalaria.com. Last updated 2004.9. Datau EA. Diagnosis klink malaria. Dalam: Tambayong EH, editor. Penanganan malaria secara terpadu. Manado: FK UNSRAT, 1993; 55-63