makalah klt

25
MAKALAH DASAR-DASAR PEMISAHAN ANALITIK “KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS” Disusun Oleh : Kelompok 6 Anggota : 1. Syelli Ayu Friani (06101010030) 2. Bella Asliyanizar Putri (06101010033) 3. Dewi Purnama Sari (06101010034) 4. Nora P Simamora (06101010035)

Upload: suci-feralia-ratikasesha

Post on 01-Dec-2015

426 views

Category:

Documents


73 download

TRANSCRIPT

Page 1: Makalah KLT

MAKALAH DASAR-DASAR PEMISAHAN ANALITIK

“KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS”

Disusun Oleh :

Kelompok 6

Anggota :

1. Syelli Ayu Friani (06101010030)2. Bella Asliyanizar Putri (06101010033)3. Dewi Purnama Sari (06101010034)4. Nora P Simamora (06101010035)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA

JURUSAN PENDIDIKAN MIPA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SRIWIJAYA

TAHUN AJARAN 2011/ 2012

Page 2: Makalah KLT

KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas segala

limpahan rahmat dan karunia-Nya kepada tim penulis sehingga dapat menyelesaikan

makalah ini yang berjudul :

“Thin Layer Chromatoghraphy (Kromatografi Lapis Tipis) “

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini merupakan berkat bantuan

dan tuntunan Tuhan Yang Maha Esa dan tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Untuk

itu, dalam kesempatan ini kami penulis menghaturkan rasa hormat dan rasa terima kasih

yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang membantu dalam pembuatan makalah ini.

Penulis menyadari bahwa dalam proses penulisan makalah ini masih jauh dari

kesempurnaan, baik dari segi materi maupun cara penulisannya. Namun demikian, tim

penulis telah berupaya dengan segala kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki sehingga

dapat selesai dengan baik dan oleh karenanya, tim penulis dengan rendah hati dan dengan

tangan terbuka menerima masukan, saran dan usul guna penyempurnaan makalah ini.

Tim penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi seluruh pembaca.

Page 3: Makalah KLT

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Walaupun agak tidak terlalu jelas, kontribusi kromatografi pada perkembangan kimia

modern tidak dapat dipandang rendah. Tanpa teknik kromatografi, sintesis senyawa murni

(atau hampir murni) akan sangat sukar , dan dalam banyak kasus, hampir tidak mungkin.

Di awal abad ke-20, kimiawan Rusia Mikhail Semënovich Tsvet (1872-1919)

menyiapkan kolom yang diisi dengan serbuk kalsium karbonat, dan kedalamnya

dituangkan campuran pigmen tanaman yang dilarutkan dalam eter. Secara mengejutkan,

pigmen memisahkan dan membentuk lapisan berwarna di sepanjang kolom. Ia menamakan

kromatografi pada teknik pemisahan baru ini (1906). Kemudian kimiawan dari Swiss

Richard Martin Willstätter (1872-1942) menerapkan teknik ini untuk risetnya yakni

khlorofil untuk menunjukkan manfaat teknik ini, dan sejak itu banyak perhatian diberikan

pada kromatografi.

Kromatografi digunakan sebagai untuk memisahkan substansi campuran menjadi

komponen-komponennya, misalnya senyawa Flavonoida dan isoflavonoida yang terdapat

pada tahu, tempe, bubuk kedelai dan tauco serta Scoparia dulcis, Lindernia anagalis, dan

Torenia violacea. Yang pada senyawa isoflavon memiliki banyak manfaat. Beberapa

kelebihan senyawa isoflavon yang potensial bagi kesehatan manusia, di antaranya adalah

sebagai antioksidan, antitumor / antikanker, antikolesterol, antivirus, antialergi, dan dapat

mencegah osteoporosis. Dan semua kromatografi bekerja berdasarkan metode

kromatografi.

Kromatografi juga merupakan pemisahan campuran senyawa menjadi senyawa

murninya dan mengetahui kuantitasnya. Untuk itu, kemurnian bahan atau komposisi

campuran dengan kandungan yang berbeda dapat dianalisis dengan benar. Tidak hanya

kontrol kualitas, analisis bahan makanan dan lingkungan, tetapi juga kontrol dan optimasi

reaksi kimia dan proses berdasarkan penentuan analitik dari kuantitas material. Teknologi

yang penting untuk analisis dan pemisahan preparatif pada campuran bahan adalah prinsip

dasar kromatografi.

Pemisahan senyawa biasanya menggunakan beberapa tekhnik kromatografi. Pemilihan

teknik kromatografi sebagian besar bergantung pada sifat kelarutan senyawa yang akan

dipisahkan.

Page 4: Makalah KLT

Semua kromatografi memiliki fase diam (dapat berupa padatan, atau kombinasi cairan-

padatan) dan fase gerak (berupa cairan atau gas). Fase gerak mengalir melalui fase diam

dan membawa komponen-komponen yang terdapat dalam campuran. Komponen-

komponen yang berbeda bergerak pada laju yang berbeda.

Dan dalam makalah ini kami akan membahas mengenai kromatografi lapis tipis.

Penjelasan tentang kromatografi lapis tipis mempunyai banyak kesamaan dengan

kromatografi kertas yang mungkin lebih dikenal.

B. TujuanUntuk memenuhi tugas dari Mata Kuliah Dasar-Dasar Pemisahan Analitik.

C. Manfaat

Setelah mempelajari kromatografi Lapis Tipis ini, diharapkan mahasiswa dapat

mengetahui Pengertian Kromatografi, Pengertian Kromatografi Lapis Tipis, Prinsip Kerja

Kromatografi Lapis Tipis, Cara Penggunaan Kromatografi Lapis Tipis, dan Fungsi

Kromatografi Lapis Tipis

Page 5: Makalah KLT

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Kromatografi

Kromatografi digunakan untuk memisahkan substansi campuran menjadi komponen-

komponennya. Seluruh bentuk kromatografi berkerja berdasarkan prinsip ini. Kromatografi

adalah teknik pemisahan campuran berdasarkan perbedaan kecepatan perambatan

komponen dalam medium tertentu. Pada kromatografi, komponen-komponennya akan

dipisahkan antara dua buah fase yaitu fase diam dan fase gerak. Fase diam akan menahan

komponen campuran sedangkan fase gerak akan melarutkan zat komponen campuran.

Komponen yang mudah tertahan pada fase diam akan tertinggal. Sedangkan komponen

yang mudah larut dalam fase gerak akan bergerak lebih cepat. Semua kromatografi

memiliki fase diam (dapat berupa padatan, atau kombinasi cairan-padatan) dan fase gerak

(berupa cairan atau gas). Fase gerak mengalir melalui fase diam dan membawa komponen-

komponen yang terdapat dalam campuran. Komponen-komponen yang berbeda bergerak

pada laju yang berbeda. Proses kromatografi juga digunakan dalam metode pemisahan

komponen gula dari komponen non gula dan abu dalam tetes menjadi fraksi-fraksi terpisah

yang diakibatkan oleh perbedaan adsorpsi, difusi dan eksklusi komponen gula dan non

gula tersebut terhadap adsorbent dan eluent yang digunakan (HongistodanHeikkila, 1977;

Kantasubrata, 1993; Schneider, 1987).

FASE DIAM

Pelaksaanan kromatografi lapis tipis menggunakan sebuah lapis tipis silika atau

alumina yang seragam pada sebuah lempeng gelas atau logam atau plastik yang keras. Jel

silika (atau alumina) merupakan fase diam. Fase diam untuk kromatografi lapis tipis

seringkali juga mengandung substansi yang manadapat berpendar flour dalam sinar ultra

violet. Fase gerak merupakan pelarut atau campuran pelarut yang sesuai. Fase diam lainnya

yang biasa digunakan adalah alumina-aluminium oksida. Atom aluminium pada

permukaan juga memiliki gugus -OH. Apa yang kita sebutkan tentang jel silika kemudian

digunakan serupa untuk alumina.

FASE GERAK

Dalam kromatografi, eluent adalah fasa gerak yang berperan penting pada proses elusi

bagi larutan umpan (feed) untuk melewati fasa diam (adsorbent). Interaksi antara adsorbent

Page 6: Makalah KLT

dengan eluent sangat komponen gula dalam tetes secara kromatografi dipengaruhi oleh laju

alir eluent dan jumlah umpan. Eluent dapat digolongkan menurut ukuran kekuatan

teradsorpsinya pelarut atau campuran pelarut tersebut pada adsorben dan dalam hal ini

yang banyak digunakan adalah jenis adsorben alumina atau sebuah lapis tipis silika.

Penggolongan ini dikenal sebagai deret eluotropik pelarut. Suatu pelarut yang bersifat

larutan relatif polar, dapat mengusir pelarut yang relatif tak polar dari ikatannya dengan

alumina (jelsilika). (Kantasubrata, 1993).

B. Pengertian Kromatografi Lapis Tipis

Kromatografi lapis tipis merupakan salah satu analisis kualitatif dari suatu sampel yang

ingin dideteksi dengan memisahkan komponen-komponen sampel berdasarkan perbedaan

kepolaran. Kromatografi Lapis Tipis (KLT) merupakan cara pemisahan campuran senyawa

menjadi senyawa murninya dan mengetahui kuantitasnya yang menggunakan.

Kromatografi juga merupakan analisis cepat yang memerlukan bahan sangat sedikit, baik

penyerap maupun cuplikannya.

KLT dapat digunakan untuk memisahkan senyawa – senyawa yang sifatnya hidrofobik

seperti lipida – lipida dan hidrokarbon yang sukar dikerjakan dengan kromatografi kertas.

KLT juga dapat berguna untuk mencari eluen untuk kromatografi kolom, analisis fraksi

yang diperoleh dari kromatografi kolom, identifikasi senyawa secara kromatografi, dan

isolasi senyawa murni skala kecil.

Pelarut yang dipilih untuk pengembang disesuaikan dengan sifat kelarutan senyawa

yang dianalisis. Bahan lapisan tipis seperti silika gel adalah senyawa yang tidak bereaksi

dengan pereaksi – pereaksi yang lebih reaktif seperti asam sulfat. Data yang diperoleh dari

KLT adalah nilai Rf yang berguna untuk identifikasi senyawa. Nilai Rf untuk senyawa

murni dapat dibandingkan dengan nilai Rf dari senyawa standar. Nilai Rf dapat

didefinisikan sebagai jarak yang ditempuh oleh senyawa dari titik asal dibagi dengan jarak

yang ditempuh oleh pelarut dari titik asal. Oleh karena itu bilangan Rf selalu lebih kecil

dari 1,0

C. Fungsi Kromatografi Lapis Tipis

Digunakan untuk tujuan analitik

Identifikasi komponen dapat dilakukan dengan pereaksi warna, fluoresensi atau

pemadaman fluoresensi, radiasi UV

Dapat dilakukan elusi dengan mekanik (ascending) atau menurun (descending) atau

dengan cara elusi 2 dimensi

Page 7: Makalah KLT

Ketepatan penentuan kadar akan lebih baik karena komponen yang ditentukan

merupakan noda yang tidak bergerak

Identitas komponen dijabarkan dalam harga Rf (retardation factor) yang dalam

penentuan kualitatif dibandingkan dengan standar

Untuk tujuan kuantitatif digunakan KLT preparatif (dikerok lalu senyawa diisolasi

dalam pelarutnya)

D. Prinsip Kerja Kromatografi Lapis Tipis

Prinsip

Prinsip kerjanya memisahkan sampel berdasarkan perbedaan kepolaran antara

sampel dengan pelarut yang digunakan. Teknik ini biasanya menggunakan fase diam dari

bentuk plat silika dan fase geraknya disesuaikan dengan jenis sampel yang ingin

dipisahkan. Larutan atau campuran larutan yang digunakan dinamakan eluen. Semakin

dekat kepolaran antara sampel dengan eluen maka sampel akan semakin terbawa oleh fase

gerak tersebut.

Visualisasi

Proses berikutnya dari kromatografi lapis tipis adalah tahap visualisasi. Tahapan ini

sangat penting karena diperlukan suatu keterampilan dalam memilih metode yang tepat

karena harus disesuaikan dengan jenis sampel yang sedang di uji. Salah satu yang dipakai

adalah penyemprotan dengan larutan ninhidrin. Ninhidrin (2,2-Dihydroxyindane-1,3-

dione) adalah suatu larutan yang akan digunakan untuk mendeteksi adanya gugus amina.

Apabila pada sampel terdapat gugus amina maka ninhidrin akan bereaksi menjadi

berwarna ungu. Biasanya padatan ninhidirn ini dilarutkan dalam larutan butanol.

Nilai Rf

Jarak antara jalannya pelarut bersifat relatif. Oleh karena itu, diperlukan suatu

perhitungan tertentu untuk memastikan spot yang terbentuk memiliki jarak yang sama

walaupun ukuran jarak plat nya berbeda. Nilai perhitungan tersebut adalah nilai Rf, nilai

ini digunakan sebagai nilai perbandingan relatif antar sampel. Nilai Rf juga menyatakan

derajat retensi suatu komponen dalam fase diam sehingga nilai Rf sering juga disebut

faktor retensi. Nilai Rf dapat dihitung dengan rumus berikut :

Rf = Jarak yang ditempuh substansi/Jarak yang ditempuh oleh pelarut

Semakin besar nilai Rf dari sampel maka semakin besar pula jarak bergeraknya senyawa

tersebut pada plat kromatografi lapis tipis. Saat membandingkan dua sampel yang berbeda

Page 8: Makalah KLT

di bawah kondisi kromatografi yang sama, nilai Rf akan besar bila senyawa tersebut

kurang polar dan berinteraksi dengan adsorbent polar dari plat kromatografi lapis tipis.

Nilai Rf dapat dijadikan bukti dalam mengidentifikasikan senyawa. Bila identifikasi nilai

Rf memiliki nilai yang sama maka senyawa tersebut dapat dikatakan memiliki karakteristik

yang sama atau mirip. Sedangkan, bila nilai Rfnya berbeda, senyawa tersebut dapat

dikatakan merupakan senyawa yang berbeda.

a. Fase diam-jel silika

Jel silika adalah bentuk dari silikon dioksida (silika). Atom silikon dihubungkan oleh

atom oksigen dalam struktur kovalen yang besar. Namun, pada permukaan jel silika, atom

silikon berlekatan pada gugus -OH.Jadi, pada permukaan jel silika terdapat ikatan Si-O-H

selain Si-O-Si. Gambar ini menunjukkan bagian kecil dari permukaan silika.

Permukaan jel silika sangat polar dan karenanya gugus -OH dapat membentuk ikatan

hidrogen dengan senyawa-senyawa yang sesuai disekitarnya, sebagaimana halnya gaya van

der Waals dan atraksi dipol-dipol.. Fase diam lainnya yang biasa digunakan adalah

alumina-aluminium oksida. Atom aluminium pada permukaan juga memiliki gugus -OH.

Apa yang kita sebutkan tentang jel silika kemudian digunakan serupa untuk alumina.

b. Senyawa-senyawa pemisah dari Kromatogram

Ketika pelarut mulai membasahi lempengan, pelarut pertama akan melarutkan

senyawa-senyawa dalam bercak yang telah ditempatkan pada garis dasar. Senyawa-

senyawa akan cenderung bergerak pada lempengan kromatografi sebagaimana halnya

pergerakan pelarut.

Bagaimana cepatnya senyawa-senyawa dibawa bergerak ke atas pada lempengan,

tergantung pada:

• Kelarutan senyawa dalam pelarut. Tergantung pada besar atraksi antara molekul-molekul

senyawa dengan pelarut.

• Senyawa melekat pada fase diam, misalnya jel silika. Tergantung pada bagaimana besar

atraksi antara senyawa dengan jel silika.

Senyawa yang dapat membentuk ikatan hidrogen akan melekat pada jel silika lebih

kuat dibanding senyawa lainnya hanya dapat mengambil bagian interaksi van der Waals

yang lemah. Kita mengatakan bahwa senyawa ini terjerap lebih kuat dari senyawa yang

lainnya. Penjerapan merupakan pembentukan suatu ikatan dari satu substansi pada

permukaan.

Terdapat perbedaan bahwa ikatan hidrogen pada tingkatan yang sama dan dapat larut

Page 9: Makalah KLT

dalam pelarut pada tingkatan yang sama pula. Ini tidak hanya merupakan atraksi antara

senyawa dengan jel silika. Atraksi antara senyawa dan pelarut juga merupakan hal yang

penting-hal ini akan mempengaruhi bagaimana mudahnya senyawa ditarik pada larutan

keluar dari permukaan silika.

Penyerapan pada kromatografi lapis tipisbersifat tidak permanen, terdapat pergerakan

yang tetap dari molekul antara yang terjerap pada permukaan jel silika dan yang kembali

pada larutan dalam pelarut.

Dengan jelas senyawa hanya dapat bergerak ke atas pada lempengan selama waktu

terlarut dalam pelarut. Ketika senyawa dijerap pada jel silika-untuk sementara waktu

proses penjerapan berhenti-dimana pelarut bergerak tanpa senyawa. Itu berarti bahwa

semakin kuat senyawa dijerap, semakin kurang jarak yang ditempuh ke atas lempengan.

Bagaimanapun, hal ini memungkinkan senyawa-senyawa tidak terpisahkan dengan baik

ketika anda membuat kromatogram. Dalam kasus itu, perubahan pelarut dapat membantu

dengan baik termasuk memungkinkan perubahan pH pelarut.

E. Pelaksanaan Kromatografi Lapis Tipis

Pelaksaanan kromatografi lapis tipis menggunakan sebuah lapis tipis silika atau

alumina yang seragam pada sebuah lempeng gelas atau logam atau plastik yang keras. Jel

silika (atau alumina) merupakan fase diam. Fase diam untuk kromatografi lapis tipis

seringkali juga mengandung substansi yang mana dapat berpendarflour dalam sinar ultra

violet. Fase gerak merupakan pelarut atau campuran pelarut yang sesuai.Pelaksanaan ini

biasanya dalam pemisahan warna yang merupakan gabungan dari beberapa zat pewarna

atau pemisahan dan isolasi pigment tanaman yang berwarna hijau dan kuning

a. Kromatogram

Pelaksanaan kromatografi biasanya digunakan dalam pemisahan pewarna yang

merupakan sebuah campuran dari beberapa zat pewarna.

Page 10: Makalah KLT

Contoh pelaksanaan kromatografi lapis tipis:

Sebuah garis menggunakan pinsil digambar dekat bagian bawah lempengan dan setetes

pelarut dari campuran pewarna ditempatkan pada garis itu. Diberikan penandaan pada garis

di lempengan untuk menunjukkan posisi awal dari tetesan. Jika ini dilakukan

menggunakan tinta, pewarna dari tinta akan bergerak selayaknya kromatogram dibentuk.

Ketika bercak dari campuran itu mengering, lempengan ditempatkan dalam sebuah gelas

kimia bertutup berisi pelarut dalam jumlah yang tidak terlalu banyak. Perlu diperhatikan

bahwa batas pelarut berada di bawah garis dimana posisi bercak berada.

Alasan untuk menutup gelas kimia adalah untuk meyakinkan bawah kondisi dalam gelas

kimia terjenuhkan oleh uap dari pelarut. Untuk mendapatkan kondisi ini, dalam gelas kimia

biasanya ditempatkan beberapa kertas saring yang terbasahi oleh pelarut. Kondisi jenuh

dalam gelas kimia dengan uap mencegah penguapan pelarut.

Karena pelarut bergerak lambat pada lempengan, komponen-komponen yang berbeda

dari campuran pewarna akan bergerak pada kecepatan yang berbeda dan akan tampak

sebagai perbedaan bercak warna. Pelarut dapat mencapai sampai pada bagian atas dari

lempengan. Ini akan memberikan pemisahan maksimal dari komponen-komponen yang

berwarna untuk kombinasi tertentu dari pelarut dan fase diam.

Page 11: Makalah KLT

b. Perhitungan nilai Rf

Jumlah perbedaan warna yang telah terbentuk dari campuran, pengukuran diperoleh

dari lempengan untuk memudahkan identifikasi senyawa-senyawa yang muncul.

Pengukuran ini berdasarkan pada jarak yang ditempuh oleh pelarut dan jarak yang tempuh

oleh bercak warna masing-masing.

Ketika pelarut mendekati bagian atas lempengan, lempengan dipindahkan dari gelas

kimia dan posisi pelarut ditandai dengan sebuah garis, sebelum mengalami proses

penguapan.

Pengukuran berlangsung sebagai berikut:

Nilai Rf untuk setiap warna dihitung dengan rumus sebagai berikut:

Rf = jarak yang ditempuh oleh komponen jarak yang ditempuh oleh pelarut

Sebagai contoh, jika komponen berwarna merah bergerak dari 1.7 cm dari garis awal,

sementara pelarut berjarak 5.0 cm, sehingga nilai Rf untuk komponen berwarna merah

menjadi:

nilai Rf yang akan diperoleh untuk setiap warna akan selalu sama. Sebagai contoh, nilai Rf

untuk warna merah selalu adalah 0.34. Namun, jika terdapat perubahan (suhu, komposisi

pelarut dan sebagainya), nilai tersebut akan berubah.

c. mengidentifikasi senyawa-senyawa

Dimisalkan campuran asam amino yang ingin diketahui senyawanya. Caranya :

Setetes campuran ditempatkan pada garis dasar lempengan lapis tipis dan bercak-bercak

kecil yang serupa dari asam amino yang telah diketahui juga ditempatkan pada disamping

tetesan yang akan diidentifikasi. Lempengan lalu ditempatkan pada posisi berdiri dalam

pelarut yang sesuai dan dibiarkan seperti sebelumnya. Dalam gambar, campuran adalah M

dan asam amino yang telah diketahui ditandai 1-5.

Bagian kiri gambar menunjukkan lempengan setelah pelarut hampir mencapai bagian

atas dari lempengan. Bercak-bercak masih belum tampak. Gambar kedua menunjukkan apa

yang terjadi setelah lempengan disemprotkan ninhidrin.

Tidak diperlukan menghitung nilai Rf karena anda dengan mudah dapat

membandingkan bercak-bercak pada campuran dengan bercak dari asam amino yang telah

diketahui melalui posisi dan warnanya.

F. Kromatografi Lapis Tipis pada Substansi Tak Berwarnaa. Menggunakan pendarflour

Page 12: Makalah KLT

Fase diam pada sebuah lempengan lapis tipis seringkali memiliki substansi yang

ditambahkan kedalamnya, supaya menghasilkan pendaran flour ketika diberikan sinar

ultraviolet (UV). Itu berarti jika menyinarkannya dengan sinar UV, akan berpendar.

Pendaran ini ditutupi pada posisi dimana bercak pada kromatogram berada, meskipun

bercak-bercak itu tidak tampak berwarna jika dilihat dengan mata. Itu berarti bahwa

menyinarkan sinar UV pada lempengan, akan timbul pendaran dari posisi yang berbeda

dengan posisi bercak-bercak. Bercak tampak sebagai bidang kecil yang gelap.

Sementara UV tetap disinarkan pada lempengan, dan tandai posisi-posisi dari bercak-

bercak dengan menggunakan pinsil dan melingkari daerah bercak-bercak itu. Seketika

anda mematikan sinar UV, bercak-bercak tersebut tidak tampak kembali.

b. Menggunakan bercak secara kimia

Untuk membuat bercak-bercak menjadi tampak dengan jalan mereaksikannya dengan

zat kimia sehingga menghasilkan produk yang berwarna. Sebuah contoh yang baik adalah

kromatogram yang dihasilkan dari campuran asam amino. Kromatogram dapat dikeringkan

dan disemprotkan dengan larutan ninhidrin. Ninhidrin bereaksi dengan asam amino

menghasilkan senyawa-senyawa berwarna, umumnya coklat atau ungu.

Dalam metode lain, kromatogram dikeringkan kembali dan kemudian ditempatkan

pada wadah bertutup (seperti gelas kimia dengan tutupan gelas arloji) bersama dengan

kristal iodium.

Page 13: Makalah KLT

Uap iodium dalam wadah dapat berekasi dengan bercak pada kromatogram, atau dapat

dilekatkan lebih dekat pada bercak daripada lempengan. Substansi yang dianalisis tampak

sebagai bercak-bercak kecoklatan.

G. Bahan dan Tekhnik Kromatografi Lapis Tipis

1.Penjerap/Fase diam

Penjerap yang paling sering digunakan pada KLT adalah silika dan serbuk selulosa,

sementara mekanisme sorpsi-desorpsi (suatu mekanisme perpindahan solut dari fase diam

ke fase gerak atau sebaliknya) yang utama pada KLT adalah partisi dan adsorbsi. Lapisan

tipis yang digunakan sebagai penjerap juga dapat dibuat dari silika yang telah dimodifikasi,

resin penukar ion, gel eksklusi, dan siklodekstrin yang di gunakan untuk pemisahan kiral.

Beberapa penjerap KLT serupa dengan penjerap yang digunakan pada KCKT. Kebanyakan

penjerap dikontrol keajegan ukuran partikel dan luas permukaannya. Beberapa prosedur

kromatografi, terutama pemisahan yang menggunkan larutan pengem-bang anhidrat,

mensyaratkan adanya kontrol kandungan air dalam silika. Kandungan air yang ideal adalah

antara 11-12 % b/b.

Lempeng silika gel dapat dimodifikasi untuk membentuk penjerap fase terbalik

dengan cara membacemnya menggunakan parafin cair, minyak silikon, atau dengan lemak.

Lempeng fase terbalik jenis ini digu nakan untuk identifikasi hormon-hormon steroid.

2. Fase Gerak pada KLT

Fase gerak pada KLT dapat dipilih dari pustaka, tetapi lebih sering dengan

mencoba-coba karena waktu yang diperlukan hanya sebentar. Sistem yang paling

sederhana ialah dengan menggunakan campuran 2 pelarut organik karena daya elusi

campuran kedua pelarut ini dapat mudah diatur sedemikian rupa sehingga pemisahan dapat

terjadi secara optimal. Berikut adalah beberapa petunjuk dalam memilih dan mengoptimasi

fase gerak:

Fase gerak harus mempunyai kemurnian yang sangat tinggi karena KLT merupakan

teknikyang sensitive 

Daya elusi fase gerak harus diatur sedemikian rupa sehingga harga Rf solut terletak

antara 0,2-0,8 untuk memaksimalkan pemisahan. 

Untuk pemisahan dengan menggunakan fase diam polar seperti silika gel, polaritas fase

gerak akan menentukan kecepatan migrasi solut yang berarti juga menentukan nilai Rf

Penambahan pelarut yang bersifat sedikit polar seperti dietil eter ke dalam pelarut non

polar seperti metil benzen akan meningkatkan harga Rf secara signifikan.

Page 14: Makalah KLT

Solut-solut ionik dan solut-solut polar lebih baik digunakan campuran pelarut sebagai

fase geraknya seperti campuran air dan metanol dengan perbandingan tertentu.

Penambahan sedikit asam etanoat atau amonia masing - masing akan mening-katkan

elusi solut-solut yang bersifat basa dan asam.

3. Aplikasi (Penotolan) sampel

Pemisahan pada kromatografi lapis tipis yang optimal akan diperoleh hanya jika

menotolkan sampel dengan ukuran bercak sekecil dan sesempit mungkin. Sebagaimana

dalam prosedur kromatografi yang lain,jika sampel yang digunakan terlalu banyak maka

akan menurunkan resolusi.

Penotolan sampel secara otomatis

Penotolan sampel dalam Jumlah banyak secara manual membutuhkan waktu yang

lama dan juga menghasilkan reprodusibilitas yang kurang bagus. Reprodusibilitas dan

kecepatan sering dicapai dengan menggunakan penotol otomatis.

Diagram skematik penotol analitik dengan kontrol mekanik ditunjukkan dalam

Gambar dibawah ini. Motor stepper akan mengontrol kecepatan gerakan sedotan syring;

dengan demikian banyaknya sampel per bercak atau per pita dapat dikontrol. Lebih lanjut

motor stepper akan menggerakkan lempeng lapis tipis pada arah sumbu x. Parameter-

parameter ini diprogram dan dikontrol dengan mikroprosesor.

Diagram syring analitik dengan kontrol mekanis. 1 = sampel; 2 = syring analitik; 3

= aksi kontrol mekanik; 4 == motor stepper; 5 = kontrol motor stepper; dan 6 = lempeng

lapis tipis.

Page 15: Makalah KLT

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penotolan sampel secara otomatis lebih

dipilih daripada penotolan secara manual terutama jika sampel yang akan ditotolkan lebih

dari 15 ul. Penotolan sampel yang tidak tepat akan menyebabkan bercak yang menyebar

dan puncak ganda. 

Untuk memperoleh reprodusibilitas, volume sampel yang ditotolkan paling sedikit

0,5 ul. Jika volume sampel yang akan ditotolkan lebih besar dari 2-10 ul maka penotolan

harus dilakukan secara bertahap dengan dilakukan pengeringan antartotolan.

Page 16: Makalah KLT

BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN

1. Kromatografi lapis tipis merupakan salah satu analisis kualitatif dari suatu sampel

yang ingin dideteksi dengan memisahkan komponen-komponen sampel

berdasarkan perbedaan kepolaran.

2. Pelaksanaan kromatografi lapis tipis bisa digunakan kromatogram atau perhitungan

Rf atau pengidentifikasian senyawa-senyawa. Pelaksanaan kromatogram biasanya

digunakan pada pemisahan pewarna yang merupakan sebuah campuran dari

beberapa zat pewarna. Jumlah perbedaan warna yang telah terbentuk dari

campuran, pengukuran diperoleh dari lempengan untuk memudahkan identifikasi

senyawa-senyawa yang muncul. Tidak diperlukan menghitung nilai Rf karena anda

dengan mudah dapat membandingkan bercak-bercak pada campuran dengan bercak

dari asam amino yang telah diketahui melalui posisi dan warnanya.

3. Jika kromatografi laips tipis yang akan dideteksi menggunakan substansi tidak

berwarna dilakukan dengan cara pendaflour dan bercak secara kimia. fase diam

pada sebuah lempengan lapis tipis sering kali memiliki substansi yang ditambahkan

kedalamnya, supaya menghasilkan pendaran flour ketika diberikan sinar ultraviolet

(UV). Itu berarti jika menyinarkannya dengan sinar UV, akan berpendar. Untuk

membuat bercak-bercak menjadi tampak dengan jalan mereaksikannya dengan zat

kimia sehingga menghasilkan produk yang berwarna.

4. Keuntungan dari kromatografi lapis tipis ini adalah kromatografi lapis tipis banyak

digunakan dalam tujuan analisis, Identifikasi pemisahan komponen dapat dilakukan

dengan pereaksi warna, fluorosensi atau dengan radiasi menggunakan

sinarultraviolet.Dapat dilakukan elusi secara menaik (ascending), menurun

(descending), atau dengan cara elusi 2 dimensi. Ketepatan penentuan kadar akan

lebih baikkarena komponen yang akan ditentukan merupakan bercak yang tidak

bergerak.

Page 17: Makalah KLT

DAFTAR PUSTAKA

Anonim,. Kromatografi Lapis Tipis.

http://www.chem-istry.org/?sect=belajarAnonim.KromatografiLapisTipis.2009.

http://greenhati.blogspot.com/2009/01/kromatografi-lapis-tipis.html.diakses 30 maret 2012

Page 18: Makalah KLT