3.klt una.doc

13
KLT (KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS) 1.Tujuan : 1. Mengetahui pemakaian kromatografi lapisan tipis untuk pemisahan komponen – komponen dalam senyawa atau campuran. 2. Mencari harga Rf dari beberapa komponen pada system fasa diam dan fasa gerak. 3. Untuk mengetahui fasa gerak (eluen) yang cocok dan bagus untuk memisahkan komponen – komponen dalam suatu senyawa ataw campuran. I. Teori Dasar Kromatografi adalah suatu metoda pemisahan campuran senyawa atau komponen berdasarkan perbedaan distribusi senyawa atau komponen tersebut antara dua fasa, yaitu fasa gerak (eluen) dan fasa diam (adsorben). Kromatografi lapisan tipis dikembangkan oleh Egon Stahl dengan menempelkan absorbern pada lempengan gelas, sehingga merupakan lapisan. Selain plat kaca juga digunakan plat alumina. Distribusi fasa atau perpindahan molekul suatu komponen dari fasa yang bergerak menuju fasa diam yang dilaluinya merupakan suatu proses kesetimbangan. Ada 2 macam distribusi fasa, yaitu :

Upload: dhesiieshiiecweggcuexx

Post on 23-Dec-2015

285 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: 3.KLT una.doc

KLT (KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS)

1.Tujuan :

1. Mengetahui pemakaian kromatografi lapisan tipis untuk pemisahan

komponen – komponen dalam senyawa atau campuran.

2. Mencari harga Rf dari beberapa komponen pada system fasa diam dan

fasa gerak.

3. Untuk mengetahui fasa gerak (eluen) yang cocok dan bagus untuk

memisahkan komponen – komponen dalam suatu senyawa ataw

campuran.

I. Teori Dasar

Kromatografi adalah suatu metoda pemisahan campuran senyawa atau

komponen berdasarkan perbedaan distribusi senyawa atau komponen tersebut

antara dua fasa, yaitu fasa gerak (eluen) dan fasa diam (adsorben).

Kromatografi lapisan tipis dikembangkan oleh Egon Stahl dengan

menempelkan absorbern pada lempengan gelas, sehingga merupakan lapisan.

Selain plat kaca juga digunakan plat alumina.

Distribusi fasa atau perpindahan molekul suatu komponen dari fasa yang

bergerak menuju fasa diam yang dilaluinya merupakan suatu proses

kesetimbangan.

Ada 2 macam distribusi fasa, yaitu :

1. Distribusi fasa partisi, yaitu distribusi fasa yang terjadi karena perbedaan

kelarutan komponen-komponen dalam pelarur-pelarut yang tidak saling

melarut.

2. Distribusi fasa adsorpsi, yaitu distribusi fasa yang terjadi karena adanya

perbedaan daya adsorpsi komponen pada fasa padat,

Kromatografi lapisan tipis bekerja berdasarkan pada distribusi fasa adsorpsi

cair – padat. Sebagai fasa padat atau absorbennya berupa lapisan tipis bubur

Page 2: 3.KLT una.doc

alumina , silica gel yang menempel pada permukaan selembar lempengan kaca

atau lempengan alumina.

Sedangkan sebagai fasa gerak atau eluen yang digunakan untuk membawa

zat yang diperiksa bergerak melalui fasa padat. Eluen KLT ini berupa cairan yang

mengelusi campuran komponen atau senyawa dari ujung yang satu ke ujung yang

lain,yaitu dari bagian bawah plat ke bagian atas plat.

Larutan pekat senyawa yang diperiksa ditotolkan pada permukaan lapisan

tipis bubur silika gel atau alumina pada sauatu garis yang sejajar. Lapisan tipis

yang telah ditotolkan larutan pekat dari zat yang diperiksa dimasukkan ke dalam

botol kromatografi yang telah berisi eluen. Komponen yang lebih kuat diserap

oleh adsorben akan lebih lambat naiknya dan komponen yang kurang diserap oleh

adsorben akan lebih cepat naiknya pada plat. Sehingga pada plat akan terdapat

komponen-komponen yang tersusun sepanjang plat.

Untuk mengidentifikasi komponen yang satu dengan yang lainnya dapat

digunakan factor retensi Rf ( Reterdation factor = factor perintang lambatan )

Rf = Jarak yang ditempuh komponen (hk) Jarak yang ditempuh eluen (he)

-------ihj

he

hk

Bilangan Rf

Kelincahan suatu senyawa dalam mengembang tertentu disebut dengan

bilangan Rf dan menurut teori Rf merupakan ciri senyawa tersebut yang

terulangkan. Bilangan Rf didefenisikan sebagai jarak yang ditempuh oleh

senyawa dibagi dengan jarak yang ditempuh oleh garis depan pengembang

(diukur dari garis awal ). Karena itu, bilangan Rf hanya kira-kira saja terulangkan

dibeberapa laboratorium dan karena alasan tersebut, adanya korelasi nyata dengan

Page 3: 3.KLT una.doc

bilangan Rf harus dianggap sebagai petujuk identifikasi saja sebelum kedua

senyawa tadi dikromatografi berdampingan pada kertas yang sama.

Page 4: 3.KLT una.doc

II. Prosedur Kerja :

Alat-alat yang digunakan :

o Gelas piala 250 mL

o Mistar & Alat tulis

o Pipa kapiler

o Pipet takar 10 mL

o Kaca arloji

Bahan-bahan yang digunakan :

o Metilen Red

o Rhodamin B

o Metilen Blue

o Asam asetat 0,1 N

o Metanol p.a

o Butanol p.a

Cara kerja :

1. Lapisan plat alumina diukur 1 cm dari bagian bawah.

2. Disiapkan eluen I dan eluen II yaitu campuran dari :

Eluen Etil asetat Propanol As.asetat

I 1 2 4

II 4 2 1

3. Ditotolkan zat warna kelapisan tipis dengan 3 totolan yaitu :

Eluen I II

I A – AB – B A – AB – B

Ket: A → Metilen blue

B → Rhodamin B

AB→ metilen blue & rhodamin B

Dicelupkan ke dalam gelas piala yang telah berisi eluen, hindari

noda jangan sampai terendam.

Page 5: 3.KLT una.doc

4. Diperhatikan kenaiakan eluen setelah beberapa saat.

5. Setelah eluen berhenti, lapisan tipis dikeringkan dan diukur hk dan he.

6. Kemudian dicari harga Rf nya.

III. Pengamatan :

Dari praktikum yang telah kami lakukan dapat diamati sebagai berikut :

Untuk totolan A,AC & C

Eluen I Eluen II

Warna A : Biru Warna AC : Merah

Warna C1:Biru Warna C1 : Biru

Warna C2 :Merah Warna C2 : Biru

Warna B:Merah Warna B : Merah

Page 6: 3.KLT una.doc

IV. Hasil dan Perhitungan

Hasil yang didapat adalah :

Untuk totolan A,AC & C

Eluen I :

hk A = 0,3 cm

hk C1 = 0,3 cm

hk C2 = 4,4cm

hk B = 4,4 cm

hf = 6,2 cm

Rf = Jarak yang ditempuh komponen (hk) Jarak yang ditempuh eluen (hf)

Rf noda A = hkA Rf noda C1 = hkC1 Rf noda C2 = hkC2 hf hf hf

= 0,3 cm = 0,3 cm = 4,4 cm6,2 cm 6,2 cm 6,2 cm

= 0,0483 = 0,0483 = 0,7096

Rf noda B = hkB hf = 4,4 cm 6,2 =0,7096

Page 7: 3.KLT una.doc

Eluen II :

hk A = 1,7 cm

hk C1 = 1,4 cm

hk C2 = 4,4cm

hk B = 4,4 cm

hf = 5,2 cm

Rf = Jarak yang ditempuh komponen (hk) Jarak yang ditempuh eluen (hf)

Rf noda A = hkA Rf noda C1 = hkC1 Rf noda C2 = hkC2 hf hf hf

= 1,7 cm = 1,4 cm = 4,4 cm5,2 cm 5,2 cm 5,2 cm

= 0,3269 = 0,2692 = 0,8461

Rf noda B = hkB hf = 4,4 cm 5,2 = 0,8461

Page 8: 3.KLT una.doc

V. Kesimpulan

Dari praktikum yang kami lakukan yang berjudul “ Kromatografi Lapisan

Tipis” didapatkan hasil Rf sebagai berikut :

Rf untuk noda A,AC & C

Eluen 1:Rf noda A =0,0483

Rf noda C1 =0,0483

Rf noda C 2 =0,7096

Rf noda B =0,7096

Eluen 2: Rf noda A =0,3269

Rf noda C1 =0,2692

Rf noda C 2 =0,8461

Rf noda B =0,8461

Dari kedua macam eluen dapat diamati bahwa eluen 11 lebih cepat menyerap

kelapisan fasa diam dan pemisahan komponennya lebih bagus dan baik

dibandingkan dengan eluen I, karena perbedaan komposisi dari masing masing

eluen, yaitu:

Eluen I : - Etil Asetat = 1 mL

- Propanol = 2 mL

- as. asetat = 4 mL

Eluen II : - Etil Asetat = 4 mL

- Propanol = 2 mL

- as.asetat = 1 mL

Page 9: 3.KLT una.doc

Daftar Pustaka

Darmawangsa. Z. A. 1986. Penuntun Paraktikum Analisis Instrumen.

(dasar-dasar dan Penggunaan). CV Graguna Jakarta. Jakarta.

S.M. Kophlior. 1984. Konsep Dasar Kimia Analitik. Universitas

Indonesia. Jakarta.

Dujaatma ph. D. “Kimia Universitas”. Jilid II Erlangga. Jakarta

Page 10: 3.KLT una.doc

LAPORAN PRAKTIKUM

ANALISIS INSTRUMEN II

KLT

(KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS)

DISUSUN OLEH :

Asmaul Husna

1220099

Anggota: kel 1C.1

FEBRI HARDIANSAH

EDO BAYU OKTAVIO

AKADEMI TEKNOLOGI INDUSTRI PADANG

Page 11: 3.KLT una.doc

2014