isi skripsi nani
TRANSCRIPT
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Akhlak merupakan ajaran islam yang terkait dengan keyakinan atau
keimanan. Pemberian pendidikan akhlak kepada anak atau peserta didik bertujuan
untuk menanamkan nilai-nilai keimanan kepada diri mereka sehingga mereka
memiliki komitmen diri yang kokoh untuk mendengarkan dan taat kepada aturan.
Sifat hakiki manusia adalah homo religious, makhluk beragama yang
mempunyai fitrah untuk memahami dan menerima nilai-nilai kebenaran yang
bersumber dari agama serta sekaligus menjadikan kebenaran agama itu sebagai
rujukan sikap dan perilakunya.
Periode usia remaja merupakan masa pembentukan nilai-nilai agama
sebagai kelanjutan periode sebelumnya. Kualitas keagamaan anak akan sangat
dipengaruhi oleh proses pembentukan atau pendidikan yang diterimanya.
Berkaitan dengan hal tersebut, pendidikan agama di SMA mempunyai peranan
yang sangat penting. Oleh karena itu Pendidikan Agama Islam di SMA harus
menjadi perhatian semua pihak yang terkait. Apabila bersikap masa bodoh, acuh
tak acuh atau bahkan melecehkan ajaran agama, maka dapat dipastikan anak akan
mengalami kehidupan yang tuna agama, sehingga sikap dan perilakunya akan
bersifat implusif, instrinktif, atau hanya mengikuti hawa nafsu yang mengarah
pada hal yang negatif.
2
Senada dengan paparan tersebut, Zakiah darajat 1mengemukakan bahwa
pendidikan agama di SMA merupakan dasar bagi pembinanaan sikap positif
terhadap agama dan pembentukan kepribadian dan akhlak anak. Apabila
pembelajaran ini berhasil maka pengembangan sikap keagamanan pada diri anak
tersebut akan mempunyai pegangan yang kokoh atau bekal dalam menghadapi
berbagai goncangan yang bisa terjadi pada masa remaja. Karena pada masa
remajalah terjadi banyak perubahan baik perilaku maupun perkembangan fisik
sehingga timbul berbagai masalah. Sehubungan dengan hal tersebut, Zakiah
darajat 2(1979:11) mengatakan bahwa faktor-faktor yang menyebabkan
kemerosotan moral anak pada waktu menjelang dewasa sehingga menyebabkan
timbulnya kenakalan adalah :
1. Kurangnya didikan atau tertanamnya jiwa agama
2. Kurangnya pengertian orang tua tentang pendidikan
3. Pendidikan moral yang tidak terlaksana sebagaimana mestinya baik
dirumah tangga, sekolah maupun masyarakat
4. Kurangnya teratur pengisian waktu
5. Tidak stabilnya keadaan politik, social dan ekonomi
6. Kemerosotan moral dan mental orang dewasa
7. Banyaknya gambar film, gambar-gambar, siaran-siaran, buku-buku
bacaan dan kesenian yang tidak mengindahkan dasar-dasar dan tuntutan
moral
8. Kurangnya perhatian masyarakat terhadap pendidikan anak
Dari kedelapan point diatas, ada empat point yang berkaitan erat dengan
pembelajaran PAI yaitu kurangnya didikan atau tertanamnya jiwa agama,
pendidikan moral yang tidak terlaksana sebagimana mestinya, kemerosotan moral
1 Zakiah Daradjat, Ilmu Jiwa Agama, 1986:58,PT. Bulan Bintang, Jakarta 2 Zakiah Daradjat, Kesehatan Mental, 1979:11, PT. Gunung Agung, Jakarta
3
dan mental anak remaja, banyaknya film, gambar, siaran, buku dan kesenian yang
tidak mengindahkan dasar dan tuntutan moral.
Pendidikan Agama Islam merupakan salah satu bidang studi di SMA
sebagai kurikulum nasional yang telah di tentukan SK KD nya oleh pemerintah
dan setiap siswa harus mencapai atau melampaui KKM sebagai tolak ukur
pencapaian prestasi.
Adapun prestasi adalah apa yang telah dapat diciptakan dari hasil
pekerjaan yang menyenangkan hati yang diperoleh dengan jalan keuletan bekerja.
Di dalam dunia pendidikan, prestasi merupakan hasil kerja yang dicapai siswa
setelah sekian lama menempuh dan menerima pelajaran dengan demikian menurut
Muhibbin Syah prestasi sebagai kinerja akademik. Adapun yang dimaksud disini
adalah prestasi kognitif.3
Istilah kognitif berasal dari cognition, yaitu perolehan, penatan dan
penggunaan pengamatan4. Dalam perkembangan selanjutnya menjadi popular
sebagai salah satu domain binaan dalam pendidikan. Yang merupakan wilayah
psikologis manusia yang meliputi setiap perilaku mental yang berhubungan
dengan pemahaman, pertimbangan, pengolahan informasi, pemecahan masalah,
kesenjangan dan keyakinan. Sehingga prestasi yang baik asumsinya akan
menghasilkan atau berbanding lurus dengan akhlak perilaku yang baik sesuai apa
yang diharapkan.
Berdasarkan studi pendahuluan di SMA negeri 26 Bandung di peroleh
informasi bahwa disatu pihak siswa melakukan kegiatan keagaman di lingkungan
3 Muhibbin syah, Psikologi Pendidikan; suatu pendekatan baru, (Bandung:Rosda Karya:2006), hal. 141.4 Ibid, hal 60
4
keluarganya namun pihak lain masih ada siswa yang melakukan beberapa
tindakan yang menyimpang yang tidak mencerminkan seorang pelajar seperti
sering bolos kesekolah, berkata kurang baik, kurang hormat dan tidak patuh
terhadap guru serta sering adanya perselisihan dengan teman.
Dari fenomena diatas penulis tertarik untuk meneliti lebih komprehensif
tentang masalah diatas yang dituangksn dalam judul skripsi “Pengaruh Prestasi
Pendidikan Agama Islam Terhadap Akhlak siswa di SMAN 26 Bandung”.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka penulis merumuskan
permasalan sebagai berikut:
1. Bagaimana prestasi siswa mengenai pembelajaran Pendidikan Agama Islam
di SMAN 26 Bandung?
2. Bagaimana akhlak siswa di SMAN 26 Bandung?
3. Bagaimana pengaruh prestasi Pendidikan Agama Islam terhadap akhlak siswa
SMAN 26 Bandung?
C. Tujuan penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah diatas maka tujuan penelitian ini adalah:
1. Ingin mengetahui prestasi siswa mengenai pembelajaran Pendidikan
Agama Islam di SMAN 26 Bandung
2. Ingin mengetahui akhlak siswa di SMA 26 Bandung
5
3. Ingin mengetahui pengaruh prestasi Pendidikan Agama Islam terhadap akhlak
siswa SMAN 26 Bandung
D. Kerangka Pemikiran
Pada prinsipnya, pengungkapan hasil belajar atau prestasi khususnya
dalam dunia pendidikan selalu menitik beratkan pada tiga ranah kejiwaan yaitu
psikomotor, kognitif dan afektif. Untuk psikomotor dan afektif, secara teori akan
dapat berjalan setelah fungsi ranah kognitif tercapai. Dengan demikian fungsi
ranah kognitif pada akhirnya adalah untuk mengisi pada ranah yang lain yaitu
psikomotor dan afektif.
Prestasi belajar semakin terasa penting untuk dipermasalahkan, karena
mempunyai beberapa fungsi utama, antara lain : a. Prestasi belajar sebagai
indikator kualitas dan kuantitas pengetahuan yang telah dikuasai anak didik. b.
Prestasi belajar sebagai lambang pemuasan hasrat ingin tahu. Hal ini didasarkan
atas asumsi bahwa para ahli psikologi biasanya menyebut hal ini sebagai tendensi
keingintahuan (Couriosity) dan merupakan kebutuhan umum pada manusia,
termasuk kegiatan anak didik dalam suatu program pendidikan. c. Prestasi belajar
sebagai bahan informasi dalam inovasi pendidikan. Asumsinya adalah bahwa
prestasi belajar dapat dijadikan pendorog bagi anak didik dalam meningkatkan
ilmu pengetahuan dan teknologi, dan berperan sebagai umpan balik (feed back)
dalam meningkatkan mutu pendidikan. d. Prestasi belajar Sebagai Indikator Intern
dan Ekstern dari suatu institusi pendidikan. Indikator intern dalam arti bahwa
prestasi belajar dapat dijadikan indikator tingkat produktifitas suatu institusi
pendidikan. Asumsinya adalah bahwa kurikulum yang digunakan relevan dengan
6
kebutuhan masyarakat dan anak didik. Indikator ekstern dalam arti bahwa tinggi
rendahnya prestasi belajar dapat dijadikan indikator tingkat kecerdasan anak didik
di masyarakat. Asumsinya adalah bahwa kurikulum yang digunakan relevan pula
dengan kebutuhan pembangunan masyarakat. e. Prestasi belajar dapat dijadikan
indikator terhadap daya serap (kecerdasan) anak didik. Dalam proses belajar
mengajar anak didik merupakan masalah yang utama dan pertama, karena anak
didiklah yang diharapkan dapat menyerap seluruh materi pelajaran yang telah
diprogramkan dalam kurikulum.
Pendidikan Agama Islam adalah upaya sadar dan terencana dalam
menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati hingga
mengimani, bertaqwa, dan berakhlak mulia dalam mengamalkan ajaran agama
islam dari sumber utamanya kitab suci al-quran dan hadits, melalui kegiatan
bimbingan, pengajaran, pelatihan, serta penggunaan pengalaman.
Menurut Drs. Ahmad D. Marimba (Ramayulis, 1994 : 4) : Pendidikan
Agama Islam adalah bimbingan jasmani, rohani berdasarkan hukum-hukum
agama Islam menuju kepada terbentuknya kepribadian utama menurut ukuran-
ukuran Islam. Dengan pengertian yang lain sering kali beliau mengatakan
kepribadian yang memiliki nalai-nilai agama Islam, memilih dan memutuskan
serta berbuat berdasarkan nilai-nilai Islam, dan bertanggung jawab sesuai dengan
nilai-nilai Islam.
Kerangka pemikiran yang dijelaskan tersebut, secara sistematis dapat
digambarkan sebagai berikut:
Bagan I
Hubungan Korelasional
7
E. Langkah-langkah Penelitian
Dalam maka penulis menentukan langkah-langkah sebagai berikut:
1. Menentukan Jenis Data
Jenis data yang akan di kumpulkan untuk memecahkan permasalahan
diatas adalah data kuantitatif dan data kualitatif. Data Kuantitatif bersumber dari
sejumlah responden yang telah ditetapkan sebagai sampel penelitian. Sedangkan
kualitatif bersumber dari hasil observasi dan wawancara dan study dokumentasi
dan hasil menelaah literatur.
2. Menentukan Sumber Data
RESPONDEN
Akhlak siswa sehari- hari
Cara bergaul
Cara bertatakrama
Cara berkomunikasi
Cara memecahkan masalah
PemeliharaanLingkungan
sekolah
Pemeliharaan fasilitas sekolah
Prestasi
Pengamatan
Ingatan
Pemahaman
Aplikasi
Analisis
8
a. Lokasi Penelitian
Pelaksanaan penelitian ini dipusatkan di SMAN 26 Bandung. Lokasi
penelitian ini sengaja dipilih sebagai tempat penelitian dikarenakan disinilah
secara kebetulan permasalahan ditemukan dan tersedianya sumber data yang
diperlukan. Disamping itu juga, sekolah tersebut tidak jauh dengan tempat tinggal
penulis serta penulis merupakan alumni dari sekolah SMAN 26 Bandung.
b. Populasi dan Sampel
Populasi adalah totalitas semua nilai yang mungkin, hasil menghitung atau
pengukuran, kuantitatif maupun kualitatif mengenai karakteristik dari semua
anggota kumpulan yang lengkap dan jelas yang ingin dipelajari sifatnya.
Sedangkan sampel adalah sebagian yang diambil dari populasi yang dianggap
dapat mewakili penelitian dari seluruh populasi melalui tekhnik-tekhnik tertentu.
Menurut Suharsimi arikunto5 populasi adalah keseluruhan subjek penelitian.
Apabila seseorang ingin meneliti semua elemen yang ada dalam wilayah
penelitian, maka penelitiannya merupakan penelitian populasi. Studi atau
penelitiannya juga disebut studi populasi atau studi sensus.
Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adlah seluruh siswa kelas X,
sebanyak 246 orang. Adapun sampelnya adalah bagian dari popilasi yang diambil
sebagi sumber data yang dianggap resfentitatif atau mewakili populasi lebih
lamjut,Suharsimi Arikunto mengemukakan cara untuk mengambil sampel dari
populasi sebagai berikut “ Untuk sekedar ancar-ancar, maka apabila subjeknya
kurang dari 100 lebih baik diambil semuanya, sehingga penelitianmya merupakan
5 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian (Suatu Pendekatan Praktik), 1993: 107, PT Rineka Cipta, Jakarta
9
penelitian sampel. Selanjutnya jika jumlah subjeknya lebih besar dari 100 dapat
diambil 10%-15% atau 20%- 25% atau lebih.”.
Berdasarkan pendapat tersebut, maka dalam hal ini penulis mengambil
sampelnya 15% dari populasi 246 yaitu 37 orang dan diambil dengan cara
sampling random atau acak. untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada table berikut :
Tabel 1.1
Jumlah Populasi dan Sampel
NO Kelas
Jumlah Populasi
JumlahSampel
15% Jumlah
L P L P
1 X.1 18 22 3 3 6
2 X.2 19 23 3 3 6
3 X.3 18 21 3 3 6
4 X.4 18 23 3 3 6
5 X.5 20 22 3 3 6
6 X.6 1725 3 4 7
JUMLAH 37
3. Metode Teknik Pengumpulan Data
a. Metode
Untuk mengamati masalah yang diteliti, maka penulis menggunakan
metode deskriptif, yaitu suatu metode yang diarahkan untuk memecahkan masalah
dengan cara memaparkan atau menggambarkan apa adanya hasil penelitian
ketepatan metode penelitian ini didasarkan pendapat Nasional yang mengatakan
10
bahwa mengadakan deskripsi untuk memberi gambaran yang lebih jelas tentang
situasi-situasi yang terjadi pada masa sekarang.
b. Tekhnik Pengmpulan Data
1) Observasi
Observasi diartikan sebagai pengamatan atau pencatatan, mengadakan
pertimbangan dan penelitian secara sistematik terhadap gejala yang tampak pada
objek penelitian. Tekhnik ini penulis gunakan untuk menggali data tentang
kenyataan-kenyataan yang berlangsung di lapangan atau lokasi penelitian seperti
melihat gambar umum SMAN 26 Bandung.
2) Wawancara
Suharsimi arikunto mengemukakan bahwa wawancara adalah sebuah
dialog yang dilakukan oleh pewawancara untuk memperoleh informasi dari
terwawancara. Tekhnik ini digunakan oleh penulis untuk melengkapi data-data
yang diperoleh dari angket dan observasi. Adapun yang menjadi objeknya adalah
kepala sekolah, guru dan staf.
3) Angket
Menurut kamus Besar Bahasa Indonesia Angket adalah daftar pertanyan
tertulis mengenai masalah tertentu dengan ruang untuk setiap jawaban bagi setiap
pertanyan. Nasution mengemukakan bahwa angket adalah alat untuk
mengumpulkan data yang diperlukan untuk memecahkan masalah yang diteliti,
Angket ini dimaksudkan untuk mengetahui data tentang akhlak siswa terhadap
guru.
4) Studi Kepustakan
11
Tidak kalah penting dari metode-metode lain, adalah metode
dokumentasi, yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variable yang berupa
catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti,, notulen rapat, legegr,
agenda dan sebagainya. Demikian juga penulis, dalam pemelitian ini
mengumpulkan data-datanya lewat buku-buku, dan dokumen-dokumen lainnya
yang erat kaitanya dengan judul pada penelitian ini.
5) Studi Dokmentasi
Studi dokumentasi merupakan study tentang dokumen-dokumen atau
arsip-arsip dari sekolah.
a. Pengolahan data dan Analisis Data
Setelah data penelitian terkumpul, langkah selanjutnya adalah mengolah
data-data tersebut untuk membuktikan hipotesa yang diambil, diterima atau
tidakny, data yang bersifat kualitatif akan dianalisis menggunakan logika.
Sementara data yang bersifat kuantitatif akan dianalaisis melalui pendekatan
statistik, selanjutnya langkah- langkah dan rumus yang digunakan adalah :
P = F x 100% N
P = Bilangan prosentase yang dicari
F= Frekuensi responden yang memilih alternative jawaban
N= Jumlah Responden
Dan untuk mengukur ada atau tidaknya pengaruh berdasarkan rumus
tersebut, maka digunakan penafsiran data sebagai berikut :
Tabel 2:
Skala Prosentase
12
Nomor Prosentase Penafsiran
1
2
3
4
5
6
7
8
9
100%
90% sd 99%
70 % sd 89 %
51 % sd 69 %
50 %
40 % sd 49 %
10 % sd 39 %
01 % sd 09 %
0 %
Seluruhnya
Hampir seluruhnya
Sebagaian besar
Lebih dari setengahnya
Setengahnya
Hampir setengahnya
Sebagian kecil
Sedikit sekali
Tidak ada sama sekali
Penafisran atau penganalisaan untuk kadar keberhasilan, penelitian
menentukan diatas 50% artinya apabila responden memeberikanjawaban atau nilai
59 ke atas, maka peneeliti mefsirkan atau menganalisisi hal tersebut berhasil.
BAB II
PEMBAHASAN
13
PRESTASI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DAN AKHLAK
A. Konsep Dasar Prestasi
1. Pengertian, tujuan dan fungsi Prestasi
a. Pengertian Prestasi
Prestasi adalah apa yang telah dapat diciptakan dari hasil pekerjaan yang
menyenangkan hati yang diperoleh dengan jalan keuletan bekerja. Di dalam dunia
pendidikan, prestasi merupakan hasil kerja yang dicapai siswa setelah lama
menempuh dan menerima pelajaran dengan demikian menurut Muhibbin Syah
menyebut prestasi sebagai kinerja akademik.6
Pada prinsipnya, pengungkapan hasil belajar atau prestasi khususnya
dalam dunia pendidikan selalu menitik beratkan pada tiga ranah kejiwaan yaitu
psikomotor, kognitif dan afektif. Untuk psikomotor dan afektif, secara teori akan
dapat berjalan setelah fungsi ranah kognitif tercapai. Dengan demikian fungsi
ranah kognitif pada akhirnya adalah untuk mengisi pada ranah yang lain yaitu
psikomotor dan afektif.7
Istilah kognitif berasal dari cognition, yaitu persoalan, penataan dan
penggunaan pengamatan.8 Dalam perkembangan selanjutnya menjadi popular
sebagai salah satu domain binaan dalam pendidikan. Merupakan wilayah
psikologis manusia yang meliputi setiap perilaku mental yang berhubungan
dengan pemahaman, pertimbangan, pengolahan informasi, pemecahan masalah,
6 Muhibin Syah, Psikologi Pendidikan: Suatu Pendekatan baru, (Bandung: Rosdakarya, 1995), h.1417 Ibid, Op.cit., h. 1358 Ibid., h. 60
14
kesenjangan dan keyakinan. Ranah jiwa ini berdomisili di otak dan juga
berhubungan dengan konasi dan afeksi.9
b. Tujuan dan Fungsi Prestasi
Prestasi belajar semakin terasa penting untuk dipermasalahkan, karena
mempunyai beberapa fungsi utama, antara lain : a. Prestasi belajar sebagai
indikator kualitas dan kuantitas pengetahuan yang telah dikuasai anak didik. b.
Prestasi belajar sebagai lambang pemuasan hasrat ingin tahu. Hal ini didasarkan
atas asumsi bahwa para ahli psikologi biasanya menyebut hal ini sebagai tendensi
keingintahuan (Couriosity) dan merupakan kebutuhan umum pada manusia,
termasuk kegiatan anak didik dalam suatu program pendidikan. c. Prestasi belajar
sebagai bahan informasi dalam inovasi pendidikan. Asumsinya adalah bahwa
prestasi belajar dapat dijadikan pendorog bagi anak didik dalam meningkatkan
ilmu pengetahuan dan teknologi, dan berperan sebagai umpan balik (feed back)
dalam meningkatkan mutu pendidikan. d. Prestasi belajar Sebagai Indikator Intern
dan Ekstern dari suatu institusi pendidikan. Indikator intern dalam arti bahwa
prestasi belajar dapat dijadikan indikator tingkat produktifitas suatu institusi
pendidikan. Asumsinya adalah bahwa kurikulum yang digunakan relevan dengan
kebutuhan masyarakat dan anak didik. Indikator ekstern dalam arti bahwa tinggi
rendahnya prestasi belajar dapat dijadikan indikator tingkat kecerdasan anak didik
di masyarakat. Asumsinya adalah bahwa kurikulum yang digunakan relevan pula
dengan kebutuhan pembangunan masyarakat. e. Prestasi belajar dapat dijadikan
indikator terhadap daya serap (kecerdasan) anak didik. Dalam proses belajar
mengajar anak didik merupakan masalah yang utama dan pertama, karena anak
9 Muhibbin Syah, Op.Cit., h. 65
15
didiklah yang diharapkan dapat menyerap seluruh materi pelajaran yang telah
diprogramkan dalam kurikulum.
Jika di lihat dari beberapa fungsi prestasi belajar di atas, maka betapa
pentingnya kita mengetahui prestasi belajar anak didik, baik secara perseorangan
maupun secara kelompok. Sebab fungsi prestasi belajar tidak hanya sebagai
indikator keberhasilan dalam bidang studi tertentu, tetapi juga sebagai indikator
kualitas Institusi pendidikan. Di samping itu, prestasi belajar juga berguna sebagai
umpan balik bagi guru dalam melaksanakan proses belajar mengajar sehingga
dapat menentukan apakah perlu mengadakan diagnosis, bimbingan atau
penempatan anak didik. Sebagaimana yang telah dikemukakan oleh Cronbach,
kegunaan prestasi belajar banyak ragamnya, bergantung kepada ahli dan versinya
masing-masing. Namun diantaranya adalah sebagai umpan balik bagi pendidik
dalam mengajar, untuk keperluan diagnostik, untuk keperluan bimbingan dan
penyuluhan, untuk keperluan seleksi, untuk keperluan penempatan atau
penjurusan, untuk menentukan isi kurikulum, dan untuk menentukan
kebijaksanaan sekolah.
2. Indikator Prestasi
Menurut Bloom sebagaimana dikutip oleh Uzer Usman prestasi belajar
ranah kognitif mempunyai enam tingkatan atau indikator yaitu10 :
a. Pengetahuan
Pengetahuan didefinisikan sebagai ingatan terhadap materi-materi yang
telah dipelajari sebelumnya, mencakup mengingat semua hal, dari fakta-fakta
10 Uzer Usman, Upaya Optimalisasi Kegiatan Belajar Mengajar, (Bandung: Rosdakarya, 1993), h. 111
16
yang sangat khusus sampai pada teori yang sangat kompleks.11 Kata-kata
operasional yang biasa dipergunakan dalam aspek pengetahuan adalah : (1)
Membandingkan; (2) Menunjukkan; (3) Menghubungkan.12
b. Pemahaman
Pemahaman berasal dari kata paham yang mempunyai arti mengerti benar,
sedangkan pemahaman merupakan proses perbuatan cara memahami (Em Zul,
Fajri & Ratu Aprilia Senja, 2008 : 607-608).
Pemahaman berasal dari kata paham yang artinya (1) pengertian;
pengetahuan yang banyak, (2) pendapat, pikiran, (3) aliran; pandangan, (4)
mengerti benar (akan); tahu benar (akan); (5) pandai dan mengerti benar. Apabila
mendapat imbuhan me- i menjadi memahami, berarti : (1) mengerti benar (akan);
mengetahui benar, (2) memaklumi. Dan jika mendapat imbuhan pe- an menjadi
pemahaman, artinya (1) proses, (2) perbuatan, (3) cara memahami atau
memahamkan (mempelajari baik-baik supaya paham) (Depdikbud, 1994: 74).
Sehingga dapat diartikan bahwa pemahaman adalah suatu proses, cara memahami
cara mempelajari baik-baik supaya paham dan pengetahuan banyak.
Menurut Poesprodjo (1987: 52-53) bahwa pemahaman bukan kegiatan
berpikir semata, melainkan pemindahan letak dari dalam berdiri disituasi atau
dunia orang lain. Mengalami kembali situasi yang dijumpai pribadi lain didalam
erlebnis (sumber pengetahuan tentang hidup, kegiatan melakukan pengalaman
pikiran), pengalaman yang terhayati. Pemahaman merupakan suatu kegiatan
berpikir secara diam-diam, menemukan dirinya dalam orang lain.
11 Muhammad Ali, Op.Cit., h. 4212 Ibid., h. 15
17
Pemahaman (comprehension), kemampuan ini umumnya mendapat
penekanan dalam proses belajar mengajar. Menurut Bloom “Here we are using
the tern “comprehension“ to include those objectives, behaviors, or responses
which represent an understanding of the literal message contained in a
communication.“ Artinya : Disini menggunakan pengertian pemahaman
mencakup tujuan, tingkah laku, atau tanggapan mencerminkan sesuatu
pemahaman pesan tertulis yang termuat dalam satu komunikasi. Oleh sebab itu
siswa dituntut memahami atau mengerti apa yang diajarkan, mengetahui apa yang
sedang dikomunikasikan dan dapat memanfaatkan isinya tanpa keharusan
menghubungkan dengan hal-hal yang lain. (Bloom Benyamin, 1975: 89).
Pemahaman mencakup kemampuan untuk menangkap makna dan arti dari
bahan yang dipelajari (W.S. Winkel, 1996: 245). W.S Winkel mengambil dari
taksonmi Bloom, yaitu suatu taksonomi yang dikembangkan untuk
mengklasifikasikan tujuan instruksional. Bloom membagi kedalam 3 kategori,
yaitu termasuk salah satu bagian dari aspek kognitif karena dalam ranah kognitif
tersebut terdapat aspek pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis,
dan evaluasi. Keenam aspek di bidang kognitif ini merupakan hirarki kesukaran
tingkat berpikir dari yang rendah sampai yang tertinggi.
Memiliki pemahaman tingkat ekstrapolasi berarti seseorang mampu
melihat dibalik yang tertulis, dapat membuat estimasi, prediksi berdasarkan pada
pengertian dan kondisi yang diterangkan dalam ide-ide atau simbol, serta
kemampuan membuat kesimpulan yang dihubungkan dengan implikasi dan
konsekuensinya.
18
Sejalan dengan pendapat di atas, (Suke Silversius, 1991: 43-44)
menyatakan bahwa pemahaman dapat dijabarkan menjadi tiga, yaitu : (1)
menerjemahkan (translation), pengertian menerjemahkan disini bukan saja
pengalihan (translation), arti dari bahasa yang satu kedalam bahasa yang lain,
dapat juga dari konsepsi abstrak menjadi suatu model, yaitu model simbolik untuk
mempermudah orang mempelajarinya. Pengalihan konsep yang dirumuskan
dengan kata–kata kedalam gambar grafik dapat dimasukkan dalam kategori
menerjemahkan, (2) menginterprestasi (interpretation), kemampuan ini lebih luas
daripada menerjemahkan yaitu kemampuan untuk mengenal dan memahami ide
utama suatu komunikasi, (3) mengekstrapolasi (Exstrapolation), agak lain dari
menerjemahkan dan menafsirkan, tetapi lebih tinggi sifatnya. Ia menuntut
kemampuan intelektual yang lebih tinggi.
Menurut Suharsimi Arikunto (1995: 115) pemahaman (comprehension)
siswa diminta untuk membuktikan bahwa ia memahami hubungan yang sederhana
di antara fakta-fakta atau konsep. Menurut Nana Sudjana (1992: 24) pemahaman
dapat dibedakan dalam tiga kategori antara lain : (1) tingkat terendah adalah
pemahaman terjemahan, mulai dari menerjemahkan dalam arti yang sebenarnya,
mengartikan prinsip-prinsip, (2) tingkat kedua adalah pemahaman penafsiran,
yaitu menghubungkan bagian-bagian terendah dengan yang diketahui berikutnya,
atau menghubungkan dengan kejadian, membedakan yang pokok dengan yang
bukan pokok, dan (3) tingkat ketiga merupakan tingkat tertinggi yaitu pemahaman
ekstrapolasi artinya kemampuan menjelaskan atau mendefinisikan dengan kata-
kata sendiri.
19
c. Aplikasi
Aplikasi adalah sebagai kemampuan siswa dalam menggunakan konsep-
konsep abstrak pada objek-objek khusus dan konkrit. Kata-kata yang dapat
dipergunakan dalam aspek aplikasi adalah : (1) Menghitung; (2)
Mendemonstrasikan; (3) Memecahkan Masalah; (4) Menggunakan.13
d. Analisis
Dimaksudkan sebagai kemampuan untuk menguraikan suatu materi atau
bahan kedalam bagian-bagiannya, sehingga struktur organisasinya dapat
dipahami. Kata-kata yang dipergunakan dalam aspek ini adalah : (1)
Menguraikan; (2) Mengklasifikasikan; (3) Memilih.14
e. Sintesis
Sintesis adalah kemampuan belajar merakit bagian-bagian menjadi satu
kesatuan.15 Kata-kata operasional yang dapat digunakan dalam aspek ini adalah :
(1) Menyusun kembali; (2) Menghubungkan; (3) Menceritakan dan lain-lain.16
f. Evaluasi
Dimaksudkan sebagai kemampuan untuk mempertimbangkan nilai suatu
materi (pernyataan, novel, laporan dan penelitian) untuk tujuan-tujuan yang telah
ditentukan. Adapun kata kerja yang dapat dipergunakan pada aspek ini adalah :
(1) Membandingkan; (2) Menafsirkan; (3) Menghubungkan; (4) Meringkaskan.
Hasil belajar yang berbentuk evaluasi ditujukan dengan kemampuan
memberikan keputusan tentang nilai sesuatu berdasarkan judgement yang
13 Uzer Usman, Op.Cit., h. 11214 Ahmad Tafsir, Op.Cit., h.. 5015 Ibid., h. 3816 Ibid., h. 151
20
dimilikinya. Evaluasi dikategorikan sebagai hasil belajar yang paling tinggi yang
terkandung dari aspek kognitif, karena dari hasil belajar yang berbentuk evaluasi
ini tekanannya pada pertimbangan suatu nilai, mengenai baik buruk, tepat
tidaknya dan benar salahnya suatu persoalan berdasarkan pada kriteria tertentu.
3. Alat Ukur Prestasi
Proses belajar mengajar merupakan suatu system yang terdiri dari
beberapa komponen yang saling berkaitan (interpendensi) dalam pencapaian
pendidikan. Tolak ukur keberhasilan tujuan pendidikan karena adanya evaluasi,
yaitu dijadikan sebagai umpan balik dari proses yang telah dilakukan. Pengukuran
prestasi juga merupakan rangkaian dari evaluasi pembelajaran yaitu untuk
meninjau sejauh mana kemajuan siswa telah diraih pada ranah kognitif.
Dalam ranah kognitif alat ukur yang sering digunakan adalah berupa tes
prestasi atau tes hasil belajar, tes intelegensi, dan tes potensi intelektual.17
Evaluasi yang dilakukan oleh guru adalah evaluasi hasil belajar yang
berfungsi sebagai feedback dalam rangka memperbaiki proses belajar mengajar,
tahapan-tahapan yang dapat dilakukan oleh guru adalah :
1. Analisis kurikulum
Sebagai acuan untuk membuat rancangan evaluasi, karena darisanalah
guru memberikan pengajaran dan dari itu pulalah guru mengevalusinya. Yang
mesti diperhatikan dalam analisis kurikulum adalah:
17 Sumadi Suryabrata, Psikologi Pendidikan, (Bandung: Rosdakarya, 1993), h. 48
21
a. Analisis tujuan yang meliputi tujuan intruksional, kurikuler dan
pembelajaran (TPU).
b. Meneliti pokok bahasan yang disajikan dalam test. Hal ini akan
mempengaruhi bentuk tingkat kesukaran dll.
2. Analisis buku pelajaran
Tujuannya adalah untuk :
a. Menetapkan materi yang akan diujikan sebagai sumber pembuatan soal.
b. Menentukan kedalaman isi materi yang akan diujikan.
c. Supaya pembuatan soal tidak menyimpang dari materi yang telah
diajarkan.
3. Merumuskan tujuan test
Tujuannya adanya evaluasi adalah sebagai umpan balik, megukur
kemampuan, penempatan dan untuk siswa yang memerlukan bantuan khusus.
Tujuan-tujuan tersebut akan dapat mempengaruhi ada test yang akan dilakukan.
4. Menentukan atau menyusun kisi-kisi
Tujuan dari dilakukannya kisi-kisi adalah supaya materi tes betul-betul
sesuai dengan materi pelajaran atau satuan bahasan, aspek intelektual, bentuk soal
serta jumalah proporsi soal. Semua itu ditetapkan dahulu dalam kisi-kisi.
5. Penulisan soal
Setelah kisi-kisi tersebut, selanjutnya adalah penulisan soal sesuai dengan
kisi-kisi yang telah dibuat :
a. Buatlah soal sesuai dengan kisi-kisi
22
b. Buatlah petunjuk cara pengerjaannya agar dapat dipahami siswa
c. Siapkan kunci jawabannya
d. Susunlah standar norma penilaian yang akan dipakai
6. Reproduksi soal
Setelah soal tertulis selanjutnya adalah memperbanyak soal sesuai dengan
jumlah peserta yang mengikuti tes tersebut, dalam penggandaan ini harus dijaga
kehati-hatiannya, jangan sampai terjadi kebocoran soal.
7. Uji Coba tes
Sebagai langkah terakhir adalah mengadakan uji coba soal tujuannya
adalah untuk mengetahui kelemahan-kelemahan dari konsruksi soal yang telah
dibuat, namun harus diingat dalam uji coba soal harus dilakukan di luar siswa
yang akan dites unutk menjaga kebocoran soal. Dalam tes prestasi, ada beberapa
bentuk yaitu terdiri dari tes lisan dan tes tulisan yang yang terdiri dari pilihan
ganda, bentuk uraian.
4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi
Prestasi kognitif siswa, secara umum dapat dipengaruhi oleh tiga faktor :
a. Faktor Internal
Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam diri siswa meliputi dua
aspek :
1. Aspek Fisiologis
Aspek fisiologis adalah kondisi jasmani dan tonus (tegangan otot) yang
menandai tingkat kebugaran organ-organ tubuh dan sendi-sendinya. Hal ini akan
mempengaruhi semangat dan intensitas siswa dalam mengikuti pelajaran.18
18 Muhibbin Syah, Op.cit., h. 145
23
Kondisi organ tubuh yang lemah apalagi jika disertai dengan pusing kepala, dapat
menurunkan kualitas ranah cipta (kognitif), sehingga materi yang dipelajari
kurang maksimal diterima oleh siswa.
Diantara faktor fisiologis adalah sebagai berikut :
a) Susunan saraf yang tidak berkembang secara sempurna, disebabkan luka
atau sakit sehingga membawa gangguan emosional.
b) Pancaindra yang kurang berfungsi dengan baik, sehingga menyulitkan
interaksi dengan lingkungan sekitar.
c) Ketidakseimbangan perkembangan dan reproduksi serta berfungsinya
kelenjar-kelenjar tubuh sering membawa kelainan perilaku.19
2. Aspek Psikologis
Aspek psikologis, dapat pula mempengaruhi prestasi kognitif siswa,
Muhibbin Syah memberikan penjelasan ada lima faktor dalam aspek psikologis
yang dapat mempengaruhi prestasi, yaitu 20:
a) Tingkat kecerdasan atau intelegensia
Tingkat kecerdasan atau intelegensia (IQ) siswa sangat menentukan
tingkat keberhasilan belajar khususnya pada ranah kognitif. Hal ini bermakna
semakin tinggi kemampuan intelegen seseorang, maka semakin banyak pula
peluang untuk mendapatkan prestasi belajar dengan cepat, begitu pula sebaliknya
semakin minim kemampuan siswa dalam intelegensi maka semakin kecil pula
tingkat keberhasilan siswa dalam belajar.
b) Sikap Hidup
19 Abin Syamsudin, Psikologi Pendidikan, (Bandung: Rosdakarya, 2002), h. 32520 Muhibbin Syah, Op.Cit., h. 146
24
Sikap hidup adalah gejala internal yang berdimensi aktif, berupa
kecenderungan untuk mereaksi atau merespon dengan cara yang relative tetap
terhadap objek orang, barang dan sebagainya. Baik secara positif maupun
negatif.21
Sikap siswa yang aktif terhadap guru, dan terhadap mata pelajaran, akan
menimbulkan semangat dan mitifasi tinggi untuk mengikuti pelajaran tersebut.
Namun sebaliknya jika sikap siswa negative terhadap guru dan mata pelajaran,
akan timbul kurang semangat bahkan membenci dan tidak mau untuk mengikuti
pelajaran. Berhubungan dengan itu, maka tanggapan merupakan bagian dari sikap
kejiwaan, maka seharusnya guru dapat mengontrol tanggapn siswa dalam setiap
pelajaran.
c) Bakat
Bakat secara umum diartikan sebagai kemampuan potensial yang dimiliki
seseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang. Ngalim
Purwanto mendefinisikan bakat sebagai “kecakapan pembawaan” yaitu yang
mengenai kesanggupan tertentu yang dapat dilakukan seseorang tanpa harus
belajar dalam waktu yang lama.
Bakat sering disebut sevagai kemampuan seseorang dalam melakukan
tugas tertentu tanpa bnyak bergantung pada banyak latihan dan latar belakang
pendidikan yang lama, seseorang yang mempunyai bakat tentang mesin tentu ia
akan cepat dalam mempelajari mobil atau motor, tetapi sebaliknya jika tidak
mempunyai bakat makaia akan bingung dan akan lama dalam mempelajarinya.
21 Muhibbin Syah, Op.Cit., h. 149
25
Sehubung dengan hal ini, bakat sangat mempengaruhi tinggi rendahnya
prestasi belajar dalam bidang PAI misalnya jika seorang siswa terbiasa dengan
lingkungan yang terdidik agama secara tidak langsung mempunyai anggapan
bahwa agama itu penting, maka ketika belajarnyapun akan cepat dengan baik.
d) Minat Siswa
Secara sederhana Minat (inters) berarti kecenderungan dan kegairahan
yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu.22 Menurut Sardiman yang
dimaksud dengan inters adalah usaha guru untuk menarik atau membawa
perhatian siswa pada materi pelajaran yang baru. Seseorang yang memasuki
situasi baru, secara mendadak sering timbul kejutan atau tekanan psikologis
karena peristiwa karena peristiwa lama masih membayanginya.
Oleh sebab itu pada waktu guru hendak menyampaikan pelajaran baru,
hendaknya untuk menyatukan pikiran siswa dengan jalan menghilangkan
kenangan lama dengan memasukan kenangan baru sebelum pelajaran dimulai.
Dalam melakukan ini guru mengadakan apersepsi yaitu menghubungkan materi
yang lama dengan materi yang akan dipelajari. Enterning Behavior merupakan
salah satu cara untuk menarik minat siswa dalam belajar. Hal ini bisa bisa
dilakukan dengan pre test atau tes awal.23
Dengan demikian selain guru menyampaikan materi, sebaiknya guru
memperhatikan dulu siswa untuk belajar. Dalam hal ini setiap intruksional harus
dibangun atas prinsip, “bawalah dunia mereka kepada dunia kita, dan antarkan
dunia kita kepada dunia mereka.”
22 Sardiman AM, Op.cit., h. 19323 Ahmad Tafsir, Op.cit., h. 56
26
Minat juga dapat timbul jika siswa mengetahui manfaat dari bahan yang
akan dipelajari. Sebab orang akan termotivasi atau mempunyai minat yang positif
jika mengetahui manfaat dari pekerjaan itu. AMBAK singkatan dari Apa
Manfaatnya Bagiku. Yaitu motivasi yang didapat dari pemilihan mental antara
manfaat dari sebuah keputusan.
e) Motivasi
Motivasi adalah segala sesuatu yang mendorong seseorang untuk
bertindak melakukan sesuatu.24 Menurut Mc. Donald sebagaimana dikutif
Sardiman AM motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang
ditandai dengan munculnya “feeling” dan didahului dengan tanggapan adanya
tujuan.25
Dengan demikian dari pengertian motivasi tersebut diatas, mengandung
tiga elemen penting yaitu :
1) Bahwa motivasi itu mengawali terjadinya perubahan energi pada setiap
individu.
2) Motivasi ditandai dengan munculnya rasa afeksi seseorang misalnya
tanggapan terhadap sesuatu tujuan.
3) Motivasi akan terangsang dengan adanya tujuan, manfaat dari sesuatu
perbuatan.
Betapa pentingnya peranan motivasi, maka seriap guru harus dapat
membangkitkan motivasi siswa untuk belajar. Sebab dengan motivasi tinggi,
maka akan didapatkan hasil yang baik.
24 Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung: Rosdakarya, 2003), h. 6425 Sardiman AM, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rajawali Press, 1987), h. 64
27
b. Faktor Eksternal Siswa
Yaitu faktor yang berasal dari luar siswa. Dalam hal ini lingkungan sekitar
akan mempengaruhi prestasi kognitif siswa.26 Membagi lingkunagan ini menjadi
dua bagian yaitu :
a) Lingkungan sosial, seperti guru, staf administrasi, dan teman sekelas,
ini semua dapat mempengaruhi semangat belajar. Yang akhirnya
mempengaruhi prestasi belajar.
b) Lingkungan non sosial seperti gedung sekolah yang sudah rusak,
peralatan belajar yang kurang, rumah yang jauh, sulit kendaraan ini
akan mempengaruhi prestasi dan semangat belajar, yang akhirnya
menentukan rendahnya prestasi siswa, hal ini sangat perlu diperhatikan
dalam membuat rumus dan rencana pengajaran.
c. Faktor Pendekatan Belajar
Kebiasaan belajar siswa yang salah, ini juga akan mempengaruhi prestasi
belajar. Siswa yang terbiasa menggunakan cara sistem kebut semalam tentu akan
beda hasilnya dengan siswa yang menghafal dengan sedikit demi sedikit.
B. Pendidikan Agama Islam
1. Pengertian Pendidikan Agama Islam
Pendidikan Agama Islam adalah upaya sadar dan terencana dalam
menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati hingga
26 Muhibbin Syah, Op.cit., h. 153
28
mengimani, bertaqwa, dan berakhlak mulia dalam mengamalkan ajaran agama
islam dari sumber utamanya kitab suci al-quran dan hadits, melalui kegiatan
bimbingan, pengajaran, pelatihan, serta penggunaan pengalaman.
Menurut Drs. Ahmad D. Marimba (Ramayulis, 1994 : 4) : Pendidikan
Agama Islam adalah bimbingan jasmani, rohani berdasarkan hukum-hukum
agama Islam menuju kepada terbentuknya kepribadian utama menurut ukuran-
ukuran Islam. Dengan pengertian yang lain sering kali beliau mengatakan
kepribadian yang memiliki nalai-nilai agama Islam, memilih dan memutuskan
serta berbuat berdasarkan nilai-nilai Islam, dan bertanggung jawab sesuai dengan
nilai-nilai Islam.
Menurut Zakiah Darajat (1996 : 87) : Pendidikan Agama Islam adalah
Pendidikan melalui ajaran-ajaran agama islam, yaitu berupa bimbingan dan
asuhan terhadap anak didik agar nantinya setelah selesai dari pendidikan itu ia
dapat memahami, menghayati, dan mengamalkan ajaran-ajaran agama islam yang
telah diyakininya secara menyeluruh, serta menjadikan ajaran agama islam
sebagai suatu pandangan hidupnya demi keselamatan dan kesejahteraan hidup di
dunia maupun di akhirat kelak.
2. Karakteristik Bidang PAI
Sebagai mata pelajaran yang wajib dipelajari di sekolah baik yang umum
maupun yang khusus, Pendidikan Agama Islam mempunyai karakteristik yang
khas diantaranya adalah :
1) Pendidikan Agama Islam merujuk pada aturan-aturan yang sudah pasti.
29
Pendidikan Agama Islam mengikuti aturan atau garis-garis yang sudah
jelas dan pasti serta tidak dapat ditolak dan di tawar. Aturan itu adalah Wahyu
Tuhan yang diturunkan kepada Nabi Muhammad, semua yang terlibat dalam
Pendidikan Agama Islam itu harus senantiasa berpegang teguh pada aturan ini.
Pendidikan pada umumnya bersifat netral, artinya pengetahuan itu
diajarkan sebagai mana adanya dan terserah kepada manusia yang hendak
mengarahkan pengetahuan itu. Ia hanya mengajarkan, tetapi tidak memberikan
petunjuk kearah mana dan bagaimana memberlakukan pendidikan itu.
Pengajaran umum mengajarkan pengetahuan, keterampilan, nilai, dan
sikap yang bersifat relatif, sehingga tidak bisa diramalkan ke arah mana
pengetahuan keterampilan dan nilai itu digunakan, disertai dengan sikap yang
tidak konsisten karena terperangkap oleh. Perhitungan untung rugi, sedangkan
Pendidikan Agama Islam memiliki arah dan tujuan yang jelas, tidak seperti
pendidikan umum.
2) Pendidikan Agama Islam selalu mempertimbangkan dua sisi kehidupan
duniawi dan ukhrawi dalam setiap langkah dan geraknya.
Pendidikan Agama Islam seperti diibaratkan mata uang yang mempunyai
dua sisi, pertama; sisi keagamaan yang menjadi pokok dalam substansi ajaran
yang akan dipelajari, kedua; sisi pengetahuan berisikan hal-hal yang mungkin
umum dapat di indera dan diakali, berbentuk pengalaman factual maupun
pengalaman pikir.
Sisi pertama lebih menekankan pada kehidupan dunia sedangkan sisi
kedua lebih cenderung menekankan pada kehidupan akhirat, namun kedua sisi ini
30
tidak dapat dipisahkan karena terdapat hubungan sebab akibat, oleh karena itu,
kedua sisi ini selalu diperhatikan dalam setiap gerak dan usahanya, karena
memang Pendidikan Agama Islam mengacu kepada kehidupan dunia dan akhirat.
3) Pendidikan Agama Islam bermisikan pembentukan akhlakul karimah
Pendidikan Agama Islam selalu menekankan pada pembentukan akhlakul
karimah, hati nurani untuk selalu berbuat baik dan bersikap dalam kehidupan
sesuai dengan norma-norma yang berlaku, tidak menyalahi aturan dan berpegang
teguh pada dasar Agama Islam yaitu Al-Qur’an dan Hadits.
4) Pendidikan Agama Islam diyakini sebagai tugas suci
Pada umumnya manusia, khususnya kaum muslimin berkeyakinan bahwa
penyelenggaraan Pendidikan Agama Islam merupakan bagian dari risalah, karena
itu mereka mengangapnya sebagai misi suci.
Karena itu dengan menyelenggarakan Pendidikan Agama Islam berarti
pula menegakkan agama, yang tentunya bernilai suatu kebaikan di sisi Allah.
5) Pendidikan Agama Islam bermotifkan ibadah
Sejalan dengan hal yang dijelaskan pada sebelumnya maka kiprah
Pendidikan Agama Islam merupakan ibadah yang akan mendapatkan pahala dari
Allah, dari segi mengajar, pekerjaan itu terpuji karena merupakan tugas yang
mulia, disamping tugas itu sebagai amal jariah, yaitu amal yang terus berlangsung
hingga yang bersangkutan meninggal dunia, dengan ketentuan ilmu yang
31
diajarkan itu diamalkan oleh peserta didik ataupun ilmu itu diajarkan secara
berantai kepada orang lain.
3. Ruang Lingkup PAI
Ruang lingkup Pendidikan Agama Islam meliputi keserasian, keselarasan,
dan keseimbangan antara hubungan manusia dengan Allah SWT, hubungan
manusia dengan sesama manusia, dan hubungan manusia dengan dirinya sendiri,
serta hubungan manusia dengan makhluk lain dan lingkungannya. Ruang lingkup
Pendidikan Agama Islam juga identik dengan aspek-aspek Pengajaran Agama
Islam karena materi yang terkandung didalamnya merupakan perpaduan yang
saling melengkapi satu dengan yang lainnya. Apabila dilihat dari segi
pembahasannya maka ruang lingkup Pendidikan Agama Islam yang umum
dilaksanakan di sekolah adalah :
1) Pengajaran Keimanan
Pengajaran keimanan berarti proses belajar mengajar tentang aspek
kepercayaan, dalam hal ini tentunya kepercayaan menurut ajaran Islam, inti dari
pengajaran ini adalah tentang rukun Islam.
2) Pengajaran Akhlak
Pengajaran akhlak adalah bentuk pengajaran yang mengarah pada
pembentukan jiwa, cara bersikap individu pada kehidupannya, pengajaran ini
berarti proses belajar mengajar dalam mencapai tujuan supaya yang diajarkan
berakhlak baik.
3) Pengajaran Ibadah
32
Pengajaran ibadah adalah pengajaran tentang segala bentuk ibadah dan tata
cara pelaksanaannya, tujuan dari pengajaran ini agar siswa mampu melaksanakan
ibadah dengan baik dan benar. Mengerti segala bentuk ibadah dan memahami arti
dan tujuan pelaksanaan ibadah.
4) Pengajaran Fiqih
Pengajaran fiqih adalah pengajaran yang isinya menyampaikan materi
tentang segala bentuk-bentuk hukum Islam yang bersumber pada Al-Quran,
sunnah, dan dalil-dalil syar’i yang lain. Tujuan pengajaran ini adalah agar siswa
mengetahui dan mengerti tentang hukum-hukum Islam dan melaksanakannya
dalam kehidupan sehari-hari.
5) Pengajaran Al-Quran
Pengajaran Al-Quran adalah pengajaran yang bertujuan agar siswa dapat
membaca Al-Quran dan mengerti arti kandungan yang terdapat di setiap ayat-ayat
Al-Quran. Akan tetapi dalam prakteknya hanya ayat-ayat tertentu yang di
masukkan dalam materi Pendidikan Agama Islam yang disesuaikan dengan
tingkat pendidikannya.
6) Pengajaran Sejarah Islam
Tujuan pengajaran dari sejarah Islam ini adalah agar siswa dapat
mengetahui tentang pertumbuhan dan perkembangan agama Islam dari awalnya
sampai zaman sekarang sehingga siswa dapat mengenal dan mencintai agama
Islam.
33
Adapun ruang lingkup bahan pelajaran Pendidikan Agama Islam di
Sekolah Menengah Pertama terfokus pada aspek :
- Keimanan
- Al-Quran/Al-Hadits
- Akhlak
- Fiqh/Ibadah
- Syariah
- Muamalah
Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa dengan diberikannya
pelajaran bidang studi pendidikan Agama Islam pada siswa diharapkan mereka
memperoleh bekal ilmu utama sebagai sarana dalam menjalankan kewajiban
agama, bangsa dan Negara.
C. Akhlak
1. Pengertian Akhlak
Perkataan “akhlak” berasal dari bahasa Arab, bentuk jamak dari kata
“khuluqun” yang menurut lughat diartikan : budi pekerti, perangai, tingkah laku
atau tabiat.27 Dari pengertian tersebut, menunjukan bahwa perbedaan antara kata
akhlak dengan kata khuluq menurut bahasa Arab, yaitu kata akhlak merupakan
kata jamak, sedangkan kata khuluq adalah bentuk mufrad.
Kata tersebut menurut Hamzah Ya’qub28 mengandung segi-segi
persesuaian dengan perkataan “khalqun”yang berarti pencipta, dan makhluk yang
berarti yang diciptakan. Lebih lanjut lagi Hamzah Ya’qub menegaskan bahwa
27 Hamzah Ya’qub, Etika Islam, 1996 : 11, Rineka Cipta, Bandung28 Ibid., h 11
34
dalam perumusan pengertian akhlak timbul sebagai media yang memungkinkan
adanya hubungan baik antara khaliq dengan makhluk dan makhluk dengan
makhluk.
Dasar yang digunakan Hamzah Ya’qub, sehubungan dengan pengertian di
atas adalah al-Qur’an surat al-Qalam ayat 4, yaitu :
Artinya :”Dan Sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung”29
Adapun pengertian akhlak secara terminologi menurut Ahmad Amin yang
dikutip oleh Hamzah Ya’qub 30 adalah suatu ilmu yang menjelaskan arti baik dan
buruk, menerangkan apa yang seharusnya dilakukan oleh manusia kepada yang
lainnya, menyatakan tujuan yang harus dituju oleh manusia dalam perbuatan
mereka dan menunjukan jalan untuk melakukan apa yang harus diperbuat.
Sedangkan akhlak menurut Al-ghazali yang dikutip oleh Rachmat
Djatnika31 adalah : “Khuluk”, perangai ialah suatu sifat yang tetap pada jiwa yang
daripadanya timbul perbuatan-perbuatan dengan mudah, dengan tidak
membutuhkan kepada fikiran.
Dari beberapa uraian tersebut di atas, dapat dikatakan bahwa akhlak ialah
sifat yang telah meresap dalam jiwa yang menimbulkan bermacam-macam
perbuatan dengan cara spontan dan mudah tanpa dibuat-buat dan tanpa perlu
pertimbangan fikiran terlebih dahulu. Apabila dalam kondisi tersebut timbul
perilaku baik dan terpuji menurut pandangan syariat dan akal fikiran, maka ia
29 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, 1992 : 960, CV. Toha Putra, Semarang30 Hamzah Ya’qub, Etika Islam, 1996 : 12, Rineka Cipta, Bandung31 Rachmat Djatnika, Sistem Etika Islam, 1992 : 26-27, Pustaka Bani Quraisyi, Bandung
35
dinamakan akhlak mulia dan sebaliknya apabila ia lahir dari perilaku buruk maka
disebut akhlak tercela.
2. Fungsi Akhlak
Menurut Hamzah Ya’qub32 fungsi akhlak adalah untuk menolong manusia
dari kehilafan yang membahayakan dirinya. Dengan kata lain akhlak berfungsi
untuk memperingatkan bahaya perbuatan buruk dan berusaha mencegahnya.
Sementara menurut Hasan Langgulung33 mengungkapkan bahwa manusia
pada dasarnya adalah baik, karena berawal dari Adam. Karena itu pada perbuatan
manusia selalu berusaha untuk melakukan perbuatan yang baik guna mencapai
fundamental atau dasar yang lebih tinggi dari manusia itu sendiri. Dari pernyataan
tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa akhlak berfungsi untuk meninggikan
derajat manusia, sebagaimana firman Allah dalam Qs. Al-An’am ayat 156 :
Artinya : “ (Kami turunkan Al-Quran itu) agar kamu (tidak) mengatakan: "Bahwa
kitab itu hanya diturunkan kepada dua golongan saja34 sebelum Kami, dan
Sesungguhnya Kami tidak memperhatikan apa yang mereka baca.”35
Dari ayat di atas sangat logis apabila dikatakan jika manusia mempunyai
akhlak yang baik maka akan ditinggikan derajatnya oleh Allah Swt, sedangkan
jika manusia yang akhlaknya jelek maka akan mendapat balasan yang jelek pula
dari Allah Swt.
32 Hamzah Ya’qub, Etika Islam, 1996 : 78, Rineka Cipta, Bandung33 Hasan Langgulung, Manusia dan Pendidikan Suatu Analisa Psikologi dan Pendidikan, 1994 : 237, PT. Al-Husna Dzikro, Jakarta34 Yakni orang-orang Yahudi dan Nasrani35 Diturunkan Al-Qur’an dalam Bahasa Arab agar orang musyrikin Mekkah tidak dapat mengatakan bahwa mereka tidak mempunyai kitab karena kitab yang diturunkan kepada golongan Yahudi dan Nasrani diturunkan dalam bahasa yang tidak diketahui mereka.
36
3. Indikator Akhlak
Untuk mengetahui indikator akhlak siswa sehari-hari, penulis mengacu
kepada pendapat Zuhairini36 yang menyatakan :
Akhlak atau etika menurut islam meliputi hubungan dengan Allah Swt
(Khaliq) dan hubungan dengan sesama makhluk (baik manusia maupun non
manusia) yaitu kehidupan individu, kehidupan rumah tangga, masyarakat, bangsa,
dengan makhluk lainnya seperti hewan, tumbuhan, dan alam sekitar.
Berdasarkan pendapat di atas, maka indikator untuk akhlak siswa sehari-
hari dapat diuraikan sebagai berikut :
a. Akhlak terhadap Allah Swt
Alam ini mempunyai pencipta dan pemilihara yang diyakini ada-Nya,
yakni Allah Swt. Dia telah menganugrahkan nikmat kepada manusia yang tak
terhitung jumlahnya. Maka wajiblah manusia mencintainya dan mematuhinya
serta berterima kasih atas pemberiannya itu, sebagai kewajiban dan akhlak
manusia kepada Allah Swt, diantaranya :
a) Taat : yaitu melaksanakan perintah-perintahnya dan menjauhi larangan-
larangannya, sebagaimana firman Allah Swt dalam Qs. Ali-Imran ayat 132
:
Artinya : “Dan taatilah Allah dan rasul, supaya kamu diberi rahmat”
36 Zuhairini, Metode Khusus Pengajaran Agama Islam, 1995 : 50-51, Usaha Nasional, Surabaya
37
b) Tawakal : yaitu mempercayakan diri kepada-Nya dalam melaksanakan
pekerjaan yang telah direncanakan dengan mantap, firman Allah dalam
Qs. Ali-Imran ayat 159 :
Artinya : “Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, Maka
bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang
yang bertawakkal kepada-Nya.”
c) Taubat : yaitu suatu sikap menyesali perbuatan buruk yang pernah
dilakukannya dan berusaha menjauhinya, serta melakukan perbuatan baik,
firman Allah Swt Qs. At-Tahrim ayat 8 :
Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah
dengan taubatan nasuhaa (taubat yang semurni-murninya). Mudah-
mudahan Rabbmu akan menutupi kesalahan-kesalahanmu dan
memasukkanmu ke dalam jannah yang mengalir di bawahnya sungai-
sungai..”
d) Tasyakur : yakni berterimakasih atas pemberian Allah Swt dan merasa
kecukupan atas pemberiannya itu, firman Allah Swt dalam Qs. Al-Baqarah
ayat 172 :
38
Artinya “Hai orang-orang yang beriman, makanlah di antara rezki yang
baik-baik yang Kami berikan kepadamu dan bersyukurlah kepada Allah,
jika benar-benar kepada-Nya kamu menyembah”
b. Akhlak terhadap sesama manusia
Akhlak terhadap sesama manusia terbagi kepada 3 bagian yaitu :
a) Akhlak terhadap Orang Tua
Tiada orang yang lebih berjasa kepada kita, melainkan orang tua kita.
Keduanya telah menaggung kesulitan dalam memelihara dan membesarkan kita.
Sebagai timbal baliknya maka islam mengajarkan prinsip-prinsip akhlak yang
perlu ditunaikan oleh anak kepada orang tuanya, antara lain :
1. Patuh ; mematuhi perintahorang tua, kecuali dalam hal maksiat.
2. Perkataan lemah lembut, Allah memperingatkan dalam firmannya Surat
Al-Isra ayat 23 :
Artinya :”Maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya
Perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak mereka dan
ucapkanlah kepada mereka Perkataan yang mulia.
3. Memohon rahmat dan maghfiroh sebagaimana firman Allah surat Al-Isra
ayat 24 :
Artinya :”dan ucapkanlah: "Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya,
sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil.”
39
b) Akhlak terhadap Guru
Dalam menghadapi seorang guru, maka murid pun harus melaksanakan
prinsip-prinsip adab yang baik sesuai dengan kedudukannya selaku orang yang
membutuhkan hikamah pengetahuan, diantara akhlak murid kepada guru adalah
patuh dan hormat kepadanya. Sabda rasul SAW yang artinya “Muliakanlah orang
yang kamu belajar dari padanya.37
c) Akhlak terhadap Orang lain
Akhlak atau sikap seseorang terhadap orang lain sesama manusia harus
diperhatikan, diantaranya sebagai berikut :
1. Memberi dan menjawab salam; merupakan kewajiban setiap muslim
karena salam adalah ucapan keselamatan.
2. Tidak boleh mengejek atau merendahkan orang lain dengan membicarakan
kekurangannya atau membuka aib atau cacatnya, atau menjulukinya
sampai menyakitinya adalah suatu sikap yang tercela.
3. Memenuhi janji; janji adalah amanah yang wajib dipenuhi, janji dalam
agama Islam adalah hutang dan hutang harus dibayar atau ditepati. Firman
Allah Swt dalam Qs. An-Nahl ayat 91 :
Artinya :”Dan tepatilah Perjanjian dengan Allah apabila kamu berjanji..”
d) Akhlak terhadap makhluk lain
Manusia adalah makhluk Allah yang paling mulia. Allah telah
memberikan sifat kasih sayang kepada manusia dan lebih dari itu manusia telah
diberi akal. Dengan sifat kasih sayang dan akal yang dimilikinya, maka sifat
37 Hamzah Ya’qub, Etika Islam, 1996 : 161, Rineka Cipta, Bandung
40
itumenjadi dasar Allah memberikan tugas agar manusia menjadi khalifah di bumi
ini. Oleh karena itu, manusia harus berbuat kebaikan untuk kemaslahatan di dunia
ini, termasuk akhlak terhadap makhluk lain, yakni tumbuh-tumbuhan dan
binatang.
4. Macam-macam Akhlak
a. Akhlak Mahmudah
Akhlak mahmudah adalah akhlak terpuji (baik), sebagaimana yang dikutip
Abudin Nata (2003 : 104)38 bahwa yang disebut baik adalah sesuatu yang
mendatangkan rahmat, memberikan rasa senang bahagia. Adapun contoh akhlak
mahmudah menurut diantaranya: ridha kepada Allah, cinta dan beriman kepada-
Nya, beriman kepada malaikat, kitab, rasul, hari kiamat, takdir, taat beribadah,
selalu menepati janji, melaksanakan amanah, berlaku sopan dalam ucapan dan
perbuatan, qanaah (rela terhadap pemberian Allah Swt), tawakal (berserah diri),
sabar, syukur, tawadhu, dan segala perbuatan yang baik menurut ukurandan
pandangan Islam.
b. Akhlak Madzmumah
Akhlak Madzmumah adalah akhlak tercela (buruk). Sebagaimana yang
dikutip Abudin Nata bahwa yang disebut akhlak buruk adalah sesuatu yang dinilai
sebaliknya dari yang baik dan tidak disukai kehadirannya oleh manusia. Adapun
contoh akhlak madzmumah diantaranya : kufur,syirik, murtad, fasik, riya’,
takabur, mengadu domba, dengki, hasud, kikir, dendam, khianat memutus
silaturahmi, putus asa dan segala perbuatan tercela yang menurut pandangan
Islam.
38 Abudin Nata, Kualitas Pendidikan Sumber Daya Manusia, 2003 : 104, PT Logos Wacana Ilmu, Jakarta
41
5. Faktor-faktor yang mempengaruhi Akhlak
Para ahli etika yang dikutif oleh Rahmat Djatnika39 berpendapat bahwa
sumber-sumber akhlak yang merupakan pembentukan mental itu ada beberapa
faktor, yaitu :
a. Faktor dari luar dirinyayang mencakup keturunan, lingkunagn, rumah
tangga, sekolah, pergaulan kawan.
b. Faktor dari dalam dirinya yang mencakup instink dan akalnya, adat,
kepercayaan, hawa nafsu, hati nurani.
Hamzah Ya’qub40 mengemukakan bahwa perbuatan dan kelakuan yang
berbeda-beda itu pada prinsipnya ditentukan dan dipengaruhi oleh dua faktor
utama, yaitu :
a. Faktor dari dalm yaitu naluri (instink) atau fitrah yang dibawa sejak lahir.
b. Faktor dari luar, misalnya : pengaruh lingkungan, pendidikan dan latihan.
Adapun secara rincinya Hamzah Ya’qub, mengemukakan bahwa faktor
yang mencetak dan ang mempengaruhi akhlak seseorang dalam pergaulannya
meliputi masalah manusia sebagai pelaku akhlak, instink, keturunan, azam,
lingkunagn, suara hati (dhamir) dan pendidikan.
a. Manusia
Manusia selaku makhluk yang istimewa dengan kelebihannya karena
dibekali akal disbanding dengan makhluk-makhluk lainnya. Perbedaan itu bukan
hanya dengan makhluk lain, tetapi juga antara manusia itu sendiri mempunyai
39 Rachmat Djatnika, Sistem Etika Islam, 1992 : 73, Pustaka Bani Quraisyi, Bandung40 Hamzah Ya’qub, Etika Islam, 1996 : 57, Rineka Cipta, Bandung
42
perbedaan, baik fisik maupun mentalnya, pernedaan bakat, rizki, ilmu
pengetahuan, kedudukan.
Posisi manusia menurut Allah dalam kaitannya dengan akhlak aadalah
bahwa manusia merupakan subyek atau yang melakukan perbuatan atau akhlak.
Karena manusia diberikan akal, keinginan, hawa nafsu, dan sebagainya oleh
Allah. Itu semua Allah berikan untuk menguji, apakah orang tersebut dapat
memanfaatkannya sesuai dengan ridho Allah atau tidak, maka setiap orang
berbeda antar satu dengan lainnya. Begitu juga dengan akhlaknya, apabila orang
tersebut mempunyai akhlak mulia, maka akan ditinggikan derajatnya oleh Allah,
sedangka orang yang akhlaknya jelek, maka akan mendapatkan balasan yang jelek
pula dari Allah.
Instink dalam bahasa Arab disebut garizah atau fitrah, merupakan tabi’at
yang dibawa oleh manusia sejak lahir. Jadi, ia merupakan pemabawaan asli.
Namun demikian ia akan berkembang sesuai dengan apayang mempengaruhinya
yakni instink dapat tetap hidup dan tumbuhan karena pendidikan.
Di antara sarjana ada yang memberikan ta’rif naluri seperti yang dikutif
Hamzah Ya’kub sebagai berikut : Naluri ialah sifat yang dapat menimbulkan
perbuatan yang menyampaikan pada tujuan dengan berpikir lebih dahulu kea rah
tujuan itu tanpa didahului latihan perbuatan itu.
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa naluri atau instink itu
telah ada sejak manusia lahir, ia juga merupakan suatu sifat yang menimbulkan
perbuatan. Akan tetapi naluri ini diikuti oleh suatu pemikiran dalam perbuatannya
43
walaupun naluri itu sendiri (dapat menimbulkan perbuatan) tidak didahului oleh
latihan-latihan dalammencapai tujuannya.
Karena naluri ini bekaitan erat dengan apa yang ada dalam jiwa manusia,
maka ia termasuk pula pada bahasan psikologi. Dalam ilmu akhlak hal ini sangat
penting, karena perbuatan tidak hanya dapat di lihat lahirnya saja, tetapi dilihat
dari apa yang menjadi pendorongan dan yang melatarbelakangi suatu perbuatan.
Sebab setiap manusia mempunyai naluri, dan nika naluri itu disalurkan pada jalan
yang salah, maka ia pun akan salah.
Dalam hubungan ini para ahli psikologi menerangkan bebagai naluri yang
ada pada manusia yang menjadi pendorong tingkah lakunya, yang menrut Hamzah
Ya’qub terbagi kepada lima, yaitu :
1) Naluri makan (nutrive Instinct), bahwa begitu manusia lahir telah
membawa suatu hasrat makan tanpa didorong oleh orang lain. Buktinya
begitu lahir, ia mencari tetek ibunya dan pada waktu itu dapat mengisap air
susu tanpa diajari terlebih dahulu.
2) Naluri berjodoh (seksual Instinct). Laki-laki menginginkan perempuan dan
perempuan menginginkan laki-laki (ingin berjodoh). Dalam al-Qur’an
surat zali Imran ayat 14 diterangkan :
Artinya : “ dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa
yang diingini, Yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak”
3) Naluri Keibu-Bapakan (paternal Instinct). Tabi’at kecintaan orang tua
kepada anaknya dan sebaliknya kecintaan anak kepada orang tuanya. Jika
44
seorang ibu tahan menderita dalam mengasuh bayinya, kelakuannya
didorong oleh naluri tersebut.
4) Naluri bejuang (Combative Instinct). Tabi’at manusia yang cenderung
mempertahankan diri dari gangguan dan tantangan. Jika seseorang
diserang musuhnya, maka ia akan membela diri.
5) Naluri bertuhan. Tabi’at manusia mencari dan merindukan Penciptanya
yang mengatur dan memberikan rahmat kepadanya. Naluri ini disalurkan
dalam hidup beragama.
Selain dari instink di atas masih banyak lagi instink yang lainnya, yang
dikemukakan oleh para ahlimpsikologi, instink memiliki, instink ingin tahu dan
member tahu, instink takut, instink suka bergaul dan instink meniru.
c. Keturunan
Masalah keturunan sebetulnya tidak dijadikan dominan bahwa seluruh dari
kelakuan orang tuanya akan menempel pada anaknya. Karena itu kadang kala sifat
kelakuan anaknya jauh berbeda dari kelakuan orang tuanya. Namun hal ini bukan
berarti turunan memberikan suatu pengaruh.
Dalam dunia manusia dapat dilihat anak-anak yang menyerupai orang
tuanya bahkan nenek moyangnya yang sekalipun sudah jauh, sejumlah warisan
fisik dan mental masih terus diturunkan kepada cucunya.
Hamzah Ya’kub mengemukakan sifat-sifat yang bisa diturunkan itu pada
garis besarnya ada dua macam:
1) Sifat-sifat jasmaniah. Yakni kekuatan dan kelemahan otot dan urat saraf
orang tua dapat diwariskan kepada anak-anaknya. Misalnya orang-orang
45
negro yang kuat fisiknya akan mewariskan kekuatannya itu kepada anak
cucunya.
2) Sifat-sifat rohaniah. Yakni lemah atau kuatnya suatu naluri dapat
diturunkan pula oleh orang tua yang kelak mempengaruhi tingkah laku
anak cucunya. Misalnya seorang pemberani kemungkinan akan dapat
melahirkan keturunan pemberani.
Di dalam al-Qur’an pun terdapat ayat yang menguatkan pendapat tentang
faktor keturunan, yaitu adanya pengaruh keturunan pada akhlak seseorang, seperti
tersirat dalam firman Allah tentang kisah Siti Maryam, firman Allah surat
Maryam ayat 27-28 yang artinya :”Maka Maryam datang kepada kaumnya
membawa anak itu (dengan menggendongnya). Kaumnya berkata:”Wahai saudara
perempuan Harun, ayahmu bukanlah sekali-kali seorang yang jahat dan ibumu
bukanlah seorang pezina”.
d. Azam
Kehendak atau kemauan keras (‘Azam) adalah salah satu kekuatan yang
berlindung dibalik tingkah lakumanusia. Itulah yang menggerakan manusia
berbuat dengan sungguh-sungguh. Kehendak itu juga merupakan rahasia hidup
dan tanda bukti orang-orang besar, sebagai bukti mereka tahan menderita dan
tidak luntur semangatnya dalam melaksanakan suatu urusan.
Karena kehendan itu menentukan perbuatan baik dan buruk manusia,
maka kehendak mendapat perhatian khusus dari ilmu akhlak. Akan tetapi
kehendak ini pun akan terkena penyakit, seperti halnya tubuh kita, antara lain:
46
1) Kehendak yang lemah, misalnya seseorang mudah menyerah kepada hawa
nafsu. Kelemahan ini akan melahirkan kemalasan.
2) Kehendak yang kuat tetapi salah arah, misalnya yakin diarahkan kepada
jalan yang salah, merusak dan menimbulkan kedurhakaan.
Untuk mengobati penyakit kehendak ini, dilakukan dengan berbagai cara
diantaranya:
1) Untuk kehendak yang lemah, dapat diperkuat dengan latihan sperti halnya
tubuh yang diperkuat dengan gerak jalan.
2) Jangan membiarkan kehendak lolos, artinya jika sudah berkehendak, maka
hendaklah segera dilaksanakan dengan penuh kesetiaan dan tawakal
kepada Allah. Sebagaimana Allah SWT berfirman dalam surat Ali Imran
ayat 159 yang berbunyi :
Artinya :”apabila kamu telah membulatkan tekad, Maka bertawakkallah kepada
Allah”.
Yang terpenting dalam hal ini adalah sikap mawas diri, pertimbangan
pikiran dan teguran pada diri sendiri serta meyakinkan diri akan perbuatan jelek.
Jadi, jika kehendak kuat dan diarahkan pada hal-hal yang positif, maka ia akan
melahirkan perbuatan-perbuatan yang baik dan positif pula. Sebaliknya, jika
kehendak dibiarkan lemah dan diarahkan kepada hal-hal yang salah, maka ia akan
menghasilkan perbuatan yang lemah dan salah pula.
e. Lingkungan
47
Lingkungan (mileu) adalah suatu yang melingkupi tubuh yang hidup.
Hamzah Ya’kub membagi lingkungan kepada dua bagian, yang pada garis
besarnya dapat diuraikan sebagai berikut :
1) Lingkungan Alam (kebebasan)
Tingkah laku manusia dipengaruhi oleh alam yang selalu melingkupinya.
Ia akan hidup dan tumbuh sesuai dengan lingkungan yang ada. Jika lingkungan
tersebut tidak sesuai dengan tubuhnya, maka tubuhnya akan lemah, demikian pula
sebaliknya.
2) Lingkungan Pergaulan
Manusia adalah makhluk sosial, oleh karena itu manusia tidak akan hidup
tanpa bantuan orang lain. Dengan hidup bersama orang lain akan terjadi suatu
kehidupan saling tolong menolong dan dalam pergaulannya akan terjadi saling
mempengaruhi dalam, sifat, dan tingkah laku. Hidup bersama orang lain
dipandang sebagai faktor yang cukup menentukan watak seseorang.
f. Suara hati (dhamir)
Dalam jiwa manusia terdapat suatu kekuatan yang memperingatkan
manusia akan perbuatan yang tidak baik. Kekuatan tersebut dinamai suara batin
atau suara hati yang dalam bahasa Arab disebut”dhamir”.
Fungsi dari suara hati itu ialah memperingatkan bahayanya perbuatan
buruk dan berusaha mencegahnya. Jika seseorang terjerumus melakukan
keburukan, maka batin merasa tidak senang (menyesal). Selain memberikan syarat
untuk mencegah dari keburukan dan sebaliknya, juga merupakan kekuatan yang
mendorong manusia melakukan perbuatan yang baik (kewajiban).
48
g. Pendidikan
Yang dimaksud dalam pendidikan di sini adalah segala tuntutan dan
pengajaran yang diterima seseorang dalam membina kepribadian. Oleh karena
itulah pendidikan ini paling besar pangaruhnya dalam akhlak.
Pendidikan turut mematangkan kepribadian manusia, sehingga tingkah
lakunya sesuai dengan didikan yang telah diterimanya. Pendidikan yang lazim
diterima yaitu pendidikan formal di sekolah, pendidikan non formal di luar
sekolah dan pendidikan informal di rumah dilakukan oleh orang tua. Sementara
itu bergaul dengan orang-orang baik dapat dikategorikan sebagai pendidikan tidak
langsung, karena berpengaruh pula pada kepribadian.
D. Pengaruh Lingkungan Keagamaan dalam Keluarga terhadap Akhlak
Siswa
Lingkungan keagamaan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi
terhadap pembentukan dan perkembangan perilaku individu, baik lingkungan fisik
maupun lingkungan sosio-pssikologis, termasuk di dalamnya adalah belajar.
Terhadap faktor lingkungan ini ada pula yang menyebutnya sebagai empiric yang
berarti pengalaman, karena dengan lingkungan itu individu mulai mengalami dan
mengecap alam sekitarnya. Manusia tidak bisa melepaskan diri secara mutlak dari
pengaruh lingkungan itu senantiasa tersedia di sekitarnya.
Sejauh mana pengaruh lingkungan itu bagi diri individu, dapat kita ikuti
pada uraian berikut :
1. Lingkungan membuat individu sebagi makhluk sosial
49
Yang dimaksud dengan lingkungan pada uraian ini hanya meliputi orang-
orang atau manusia-manusia lain yang dapat memberikan pengaruh dan dapat
dipengaruhi, sehingga kenyataannya akan menuntut suatu keharusan sebagai
makhluk sosial yang dalam keadaan bergaul satu dengan yang lainnya.
Terputusnya hubungan manusia dengan masyarakat manusia pada tahun-
tahun permulaan perkembangannya, akan mengakibatkan berubahnya tabiat
manusia sebagai manusia. Berubahnya tabiat manusia sebagai manusia dalam arti
bahwa ia tidak mampu bergaul dan bertingkah laku dengan sesamanya.
Dapat kita bayangkan andaikata seorang anak manusia sejak lahirnya
dipisahkan dari pergaulan manusia sampai kira-kira berusia 10 tahun saja, walau
diberinya cukup makanan dan minuman, akan tetapi serentak dia dihadapkan
kepada pergaulan manusia, maka sudah dapat dipastikan bahwa dia tidak akan
mampu berbicara dengan bahasa yang bisa, canggung, pemalu dan lain-lain.
Sehingga kalaupun dia kemudian dididik, maka penyesuaian dirinya itu akan
berlangsung sangat lambat sekali.
2. Lingkungan membuat wajah budaya bagi individu
Lingkungan dengan aneka ragam kekayaannya merupakan sumber
inspirasi dan daya cipta untuk diolah untuk menjadi kekayaan budaya bagi
dirinya. Lingkungan dapat membentuk pribadi seseorang, karena manusia hidup
adalah manusia yang berfikir dan serba ingin tahu serta mencoba-coba terhadap
segala apa yang tersedia dialam sekitarnya.
Lingkungan memiliki peranan bagi individu, sebagai :
50
a. Alat untuk kepentingan dan kelangsungan hidup dan menjadi alat
pergaulan sosial individu. Contoh : air dapat dipergunakan untuk minum
ataumenjamu teman ketika berkunjung kerumah.
b. Tantangan bagi individu dan individu berusaha untuk dapat
menundukannya. Contoh : air banjir pada musim hujan mendorong
manusia untuk mencari cara-cara untuk mengatasinya.
c. Sesuatu yang diikuti individu. Lingkungan yang beraneka ragam
senantiasa memberikan rangsangan kepada individu untuk berpartisipasi
dan mengikutinya serta berupaya untuk meniru dan mengidentifikasinya,
apabila dianggap sesuai dengan dirinya. Contoh : seorang anak yang
senantiasa bergaul dengan temannya yang rajin belajar, sedikit banyaknya
sifat rajin dari temannya akan diikutinya sehingga lama kelamaan dia pun
berubah menjadi anak yang rajin.
d. Obyek penyesuaian diri bagi individu, baik secara alloplastis maupun
autoplastis. Penyesuaian diri alloplastis artinya individu itu berusaha
untuk merubah lingkungannya. Contoh: dalam keadaan cuaca panas
individu memasang kipas angin sehingga dikamarnya menjadi sejuk.
Dalam hal ini, individu melakukan manipulasi yaitu mengadakan usaha
untuk memalsukan lingkungan panas menjadi sejuk sehingga sesuai
dengan dirinya. Sedangkan penyesuaian diri autoplastis, penyesuaian diri
yang dilakukan individu agar dirinya sesuai dengan lingkungannya.
Contoh : seorang juru rawat di rumah sakit, pada awalnya dia merasa mual
karena bau obat-obatan, namun lama-kelamaan dia menjadi terbiasa dan
51
tidak menjadi gangguan lagi, karena dirinya telah sesuai dengan
lingkungannya.