isi skripsi emon

90
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kekerasan antar kelompok yang meledak pasca Reformasi di berbagai kawasan di Indonesia menunjukkan betapa rentannya rasa kebersamaan yang dibangun dalam Negara-bangsa serta betapa kentalnya prasangka antar kelompok dan betapa rendahnya sikap saling pengertian antar kelompok itu. Ketika konflik kecil seperti percekcokan antara warga telah melibatkan prasangka etnik, sehingga dapat memicu konflik-konflik yang lebih besar. Hal ini berangkat dari upaya oleh orang-orang tertentu dengan mengembankan basis nilai-nilai negatif satu kelompok atas kelompok lain. Beberapa konflik yang telah terjadi di Indonesia yang mengalami banyak insiden kekerasan sejak 1998, mulai dari kekerasan rasial terhadap etnis Tionghoa pada 13-14 Mei 1998 di Jakarta, konflik di Maluku tahun 1999-2002, 1

Upload: yudikm

Post on 10-Nov-2015

36 views

Category:

Documents


5 download

DESCRIPTION

skripsi

TRANSCRIPT

BAB IPENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang MasalahKekerasan antar kelompok yang meledak pasca Reformasi di berbagai kawasan di Indonesia menunjukkan betapa rentannya rasa kebersamaan yang dibangun dalam Negara-bangsa serta betapa kentalnya prasangka antar kelompok dan betapa rendahnya sikap saling pengertian antar kelompok itu. Ketika konflik kecil seperti percekcokan antara warga telah melibatkan prasangka etnik, sehingga dapat memicu konflik-konflik yang lebih besar. Hal ini berangkat dari upaya oleh orang-orang tertentu dengan mengembankan basis nilai-nilai negatif satu kelompok atas kelompok lain. Beberapa konflik yang telah terjadi di Indonesia yang mengalami banyak insiden kekerasan sejak 1998, mulai dari kekerasan rasial terhadap etnis Tionghoa pada 13-14 Mei 1998 di Jakarta, konflik di Maluku tahun 1999-2002, pembersihan etnis Madura di Sampit, Kalimantan Barat tahun 2000, darurat sipil di Aceh, dan konflik Muslim-Kristen yang kronis di Poso sejak Desember 1998. Peristiwa-peristiwa konflik tersebut pastinya terekam dalam memori ingatan seluruh masyarakat Indonesia pada masa itu. Kesatuan nasional yang mengintegrasikan masyarakat Indonesia menimbulkan persoalan karena struktur masyarakat Indonesia yang majemuk. Keberagaman masyarakat menimbulkan persoalan bagaimana masyarakat Indonesia secara horizontal saling menghormati dan menghargai kebudayaan. Indonesia merupakan masyarakat majemuk karena mencakup berbagai suku atau etnik dan agama. Masing-masing etnik dan agama mempunyai kebudayaan tersendiri yang menjadi identitasnya. Kemajemukan inilah yang mengancam dasar keutuhan masyarakat. Akan tetapi, keutuhan masyarakat dapat terjaga ketika terdapat kesatuan cita-cita dan pendapat mengenai nilai-nilai dan norma-norma yang berlaku. Dasar-dasar nilai inilah yang menjadi faktor pengikat atau faktor interaksi masyarakat.Sebagai makhluk sosial yang melakukan interaksi dengan masyarakat manusia pasti pernah mengalami suatu pertentangan atau perbedaan. Pertentangan ini yang nantinya akan menjadi sebuah konflik yang jika dibiarkan akan menjadi suatu masalah yang akan membesar. Konflik bertentangan dengan interaksi. Konflik dan Interaksi berjalan sebagai sebuah siklus di masyarakat. Konflik yang terkontrol akan menghasilkan interaksi. Sebaliknya, interaksi yang tidak sempurna dapat menciptakan konflik. Dalam proses interaksi baik antara manusia dan manusia maupun manusia dengan lingkungan, jika tidak terjalin suatu kesepakatan atau hubungan yang harmonis maka harapan-harapan yang diinginkan tidak akan terlaksana.

Pada umumnya interaksi antar etnik terjadi karena adanya suatu proses penyesuaian karakter dan perilaku manusia secara perlahan-lahan. Interkasi dapat tercapai tentu dengan berbagai pertimbangan bila terjadi penyesuaian baik dari aspek sosial, budaya dan aspek ekonomi. Heterogenitas etnik ditandai oleh adanya pemukiman yang dihuni oleh berbagai etnik dan agama dalam satu komunitas yang kompleks. Dalam kondisi ini berpotensi untuk munculnya konflik antar etnik, namun di sisi lain sikap menghargai dan harmonisasi dapat terjaga ketika interaksi terjadi tanpa harus berbenturan dengan budaya dari etnik lainnya. Dalam konteks yang lebih kecil, interaksi masyarakat dapat dilihat di daerah Sulawesi Tengah pada umumnya dan khususnya di Kelurahan Kayamanya Sentral Kecamatan Poso Kota Kabupaten Poso.

Salah satu fenomena konkrit terdapat pola interaksi yang terjadi di Kabupaten Poso terdapat berbagai kelompok etnik dan agama masyarakat secara horizontal. Walaupun beberapa tahun yang lalu daerah ini sangat rawan terjadi konflik antar agama. Konflik Poso pada awalnya sangat terkait dengan kompetisi elite lokal. Saat konflik poso meletus pertama kalinya akhir Desember 1998, saat itu berakhir masa tugas bupati Arief Patanga. Perebutan kursi Kepala Daerah terjadi antara Sekwilda Yahya Patiro dengan Damsyik Ladjalani, keduanya tokoh Golkar. Akan tetapi Damsyik yang dikdukung PPP dan Muslim dan Yahya Patiro yang didukung PDI-P dan tokoh-tokoh Kristen. Keduanya gagal menjadi bupati yang dipilih anggota DPRD hasil pemilu 1999. Konflik memanas lagi saat Sekwilda baru mau ditunjuk, seorang PPP mengancam akan ada konflik, apabila Damsyik tidak ditunjuk sebagai Sekwilda. Sebaliknya tokoh-tokoh Kristen menuntut Sekwilda dari kalangan mereka sebagai bagian dari power sharing (Kompas, 16 Desember 2003). Dari gambaran tersebut dapat diketahui, salah satu penyebab utama terjadi konflik Poso, karena persaingan antar-elite politik lokal, dipicu tawuran antar warga yang berbeda agama, entah mengapa kemudian merebak menjadi konflik antar pemeluk agama. Dari pergeseran konflik yang berawal dari konflik antar warga beralih menjadi konflik agama, tampak jelas sekali betapa peristiwa konflik juga mengalami proses pergeseran makna dari masalah konflik kriminal murni ke konflik antar umat beragama (dalam Hasrulah, 2009: 21-22).

Namun setelah pasca konflik beberapa tahun belakangan ini telah banyak masyarakat pendatang yang tinggal dan menetap untuk bekerja bersama-sama dengan masyarakat lokal. Secara sosiologis terdapat beragam etnik, yakni etnik diantaranya Pamona, Sanger, Jawa, Bali, Bugis dan Tator, interaksi pun tetap tercipta. Dengan kata lain, daerah yang multietnis ini sekarang dapat hidup berdampingan dalam kehidupan sehari-hari dan dapat dikatakan bahwa sikap menghargai dan harmonisasi sosial dapat terjaga pada masyarakat lokal maupun masyarakat pendatang dan masyarakat tidak lagi mudah untuk terprofokator dengan isu-isu yang ada. Salah satu proses interaksi antar masyarakat di Poso Kota khususnya di Kelurahan Kayamanya, yakni adanya sikap saling menghargai terhadap etnik dan agama lainnya. kondisi seperti ini yang menjadikan sikap menghargai dan harmonisasi sosial antar masyarakat di Poso Kota tetap terjaga pasca konflik.Hal inilah yang yang menjadi perhatian penulis untuk melakukan penelitian dengan judul Interaksi Masyarakat Lokal Dan Masyarakat Pendatang Pasca Konflik Di Kelurahan Kayamanya Sentral Kecamatan Poso Kota Kabupaten Poso .1.2 Perumusan MasalahBerangkat dari latar belakang diatas, maka yang menjadi pusat perhatian dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: 1. Bagaimana interaksi masyarakat lokal dan masyarakat pendatang sebelum konflik dan pasca konflik di Kelurahan Kayamanya Sentral Kecamatan Poso Kota Kabupaten Poso? 2. Bagaimana bentuk interaksi antar masyarakat lokal dan masyarakat pendatang pasca konflik di Kelurahan Kayamanya Sentral Kecamatan Poso Kota Kabupaten Poso?1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian1. Tujuan PenelitianTujuan utama dari penelitian ini adalah untuk mengetahui interaski antar masyarakat lokal dan masyarakat pendatang dapat menjaga sikap menghargai antar masyarakat yang berbeda etnik dan agama pasca konflik, sehingga dapat mengurangi konflik pada masyarakat tersebut. Namun secara spesifik, tujuan penelitian ini adalah:a. Untuk mengetahui interaksi masyarakat lokal dan masyarakat pendatang sebelum konflik dan pasca konflik di Kelurahan Kayamanya Sentral Kecamatan Poso Kota Kabupaten Poso.b. Untuk mengetahui bentuk interaksi antar masyarakat lokal dan masyarakat pendatang pasca konflik di Kelurahan Kayamanya Sentral Kecamatan Poso Kota Kabupaten Poso.2. Manfaat PenelitianHasil penelitian ini nantinya diharapkan dapat dijadikan sebagai:a. Dapat dijadikan sebagai bahan masukan bagi Pemerintah Kabupaten Poso berkaitan terhadap pengambilan kebijakan serta pada masyarakat pasca konflik, baik dalam hal interaksi antar masyarakat lokal dan masyarakat pendatang yang berbeda etnik dan agama demi terjaganya interaksi yang baik.b. Dapat memberi nilai tambah ilmu pengetahuan bagi penulis untuk secara kreatif khususnya menyangkut masalah interaksi serta dapat menjadi bahan referensi penelitian yang sama di masa yang akan datang.1.4 Sistematika PembahasanRencana skripsi ini akan disusun dalam lima bab yang selanjutnya dirinci kedalam beberapa sub-bab, secara keseluruhan merupakan satu komponen yang menjalin satu komposisi pembahasan yang serasi. Adapun sistematikanya adalah sebagai berikut:Bab satu adalah pendahuluan, yang terdiri dari beberapa sub-bab yakni latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian serta sistematika pembahasan.Bab dua, adalah memuat kajian pustaka dan definisi konsep. Dalam kajian pustaka berisi tentang konflik, interaksi sosial, paguyuban (Gemeinscaft), defenisi masyarakat dan etnik serta agama.Bab tiga, memuat tentang metode penelitian yang terdiri atas jenis penelitian, lokasi penelitian, unit analisis dan informan,teknik pengumpulan data serta interpretasi data.Bab empat, merupakan hasil dan pembahasan yang memuat deskripsi lokasi penelitian serta mengenai proses dan bentuk interaksi antar masyarakat lokal dan masyarakat pendatang yang berbeda etnik dan agama pasca konflik di Poso Kota serta upayah masyarakat lokal dan masyarakat pendatang dalam menjaga interaksi yang baik sampai saat ini.Bab lima, merupakan bab penutup yang memuat kesimpulan dan saran yang berkenan dengan objek penelitian.

BAB IIKAJIAN PUSTAKA

2.1 Kajian Pustaka2.1.1 Konflik SosialKonflik merupakan salah satu bagian dalam interaksi sosialyang berbentuk disosiatif. Konflik ini jika dibiarkan berlarut-larutdan berkepanjangan serta tidak segera di tangani akan menimbulkan terjadinya disintegrasi sosial suatu bangsa. Suatu keadaan yang memiliki peluang besar untuk timbulnya konflik adalah perbedaan. Perbedaan yang dimaksud adalah perbedaan kepentingan.Selama lebih dua puluh tahun Lewis A. Coser tetap terikat pada model sosiologi dengan tekanan pada struktur sosial. Pada saat yang sama dia menunjukkan bahwa model tersebut selalu mengabaikan studi tentang konflik sosial. Coser mengakui beberapa susunan structural merupakan hasil persetujuan dan consensus, suatu proses yang ditonjolkan oleh kaum fungsionla structural, tetapi dia juga menunjuk pada proses lain yaitu konflik sosial. Menurut Coser (dalam Novri Susan 2010: 59-60):konflik tidak hanya berwajah negatif. Konflik memiliki fungsi positif terhadap masyarakat melalui prubahan-perubahan sosial yang di akibatkanya

Pendapat ini sesungguhnya berangkat dari sosiologi konflik Simmel (dalam Novri Susan 2010: 60): konflik itu sesungguhnya menunjuk dirinya sebagai suatu faktor positifCoser melihat konflik sebagai mekanisme perubahan sosial dan penyesuain, dapat memberi peran positif, atau fungsi positif, dalam masyarakat. Sehingga dalam suatu hubungan sosial tertentu, konflik yang disembunyikan tidak akan memberi efek positif.Akan tetapi para ahli sosiologi kontemporer sering mengacuhkan analisa konflik sosial, secara implicit melihatnya sebagai desktruktif atau patologis bagi kelompok sosial. Coser memilih menunjukkan berbagai sumbangan konflik yang secara potensial positif untuk membentuk serta mempertahankan struktur. Dia melakukan hal ini dengan membangun di atas sosiologi klasik pernyataan-pernyataan yang berhubungan konflik sosial, dan terutama melalui kepercayaan pada ahli sosiologi Jerman yang terkenal yaitu George Simmel. Coser (1957) memberikan perhatian terhadap asal muasal konflik sosial, bahwa ada keagresifan atau bermusuhan dalam diri orang (hostile feeling), dan dia memperhatikan bahwa dalam hubungan intim dan tertutup, antara cinta dan rasa benci hadir. Coser mempunyai pendapat yang sama dengan Simmel dalam melihat unsur dasar konflik, yaitu bostile feeling. Walaupun demikian, Coser mengkritik pendapat Simmel yang hanya berhenti pada unsure bostile feeling. Bagi Coser, hostile feeling belum tentu menyebabkan konflik terbuka (over conflict). Sehingga Coser menambahkan unsur perilaku permusuhan. Perilaku permusuhan inilah yang menyebabkan masyarakat mengalami situsi konflik (Novri Susan 2010: 60).Coser membedakan dua tipe dasar konflik, yaitu konflik realistis dan non realistis. Konflik realistis memiliki sumber yang konkret atau bersifat materiil, seperti perebutan sumber ekonomi atau wilayah. Jika mereka telah memperoleh sumber rebutan tersebu, dan bila di peroleh tanpa perkelahian, maka konflik akan segera di atasi dengan baik. Sedangkan konflik non realistisdi dorong oleh keinginan yang tidak rasional dan cenderung bersifat ideologi, konflik ini seperti konflik antar agama, antar etnis, dan konflik antar kepercayaan lainnya. Konflik adalah tujuan itu sendiri, baik diizinkan atau tidak. Konflik non realistis merupakan satu cara menurunkan ketegangan atau mempertegas identitas satu kelompok, dan cara ini mewujudkan bentuk-bentuk kekejian yang sesungguhnya turun dari sumber-sumber lain. Antara konflik yang pertama dan kedua, konflik yang non relistislah cenderung yang sulit untuk menemukan resolusi konflik, konsensus, dan perdamaian tidak akan mudah diperoleh. Bagi coser sangat memungkinkan bahwa konflik melahirkan kedua tipe ini sekaligus sehingga menghasilkan situasi konflik yang lebih kompleks (Novri Susan 2010: 60-61). Adapun dalam hal ini Sanderson (1993: 12) menyebutkan bahwa, beberapa strategi konflik marsian-modern adalah sebagai berikut :1. Kehidupan social pada dasarnya merupakan arena konflik atau pertentangan di antara dan didalam kelompok-kelompok yang bertentangan.2. Sumber-sumber daya ekonomi dan kekuasaan-kekuasaan politik merupakan hal penting, sehingga berbagai kelompok berusaha merebutnya.3. Akibat tipikal dari pertentangan ini adalah pembagian masyarakat menjadi kelompok yang determinan secara ekonomi dan kelompok yang tersubordinasi.4. Pola-pola social dasar suatu masyarakat sangat ditentukan oleh pengaruh social dari kelompok yang secara ekonomi merupakan kelompok yang determinan.5. Konflik dan pertentangan social didalam dan di antara berbagai masyarakat melahirkan kekuatan-kekuatan yang menggerakkan perubahan social.6. Karena konflik dan pertentangan merupakan ciri dasar kehidupan social, maka perubahan social menjadi hal yang umum dan sering terjadi.

2.1.2 Interaksi SosialDalam kehidupan masyarakat terdapat interaksi sosial, karena interaksi sosial merupakan bentuk umum dari proses sosial. Young dan Raymond (dalam Soekanto, 2007:54) menyatakan bahwa:Interaksi sosial merupakan kunci dari semua kehidupan sosial karena tanpa interaksi, tak akan mungkin ada kehidupan bersama.Interaksi sosial pun merupakan dasar proses sosial, yang menunjuk pada hubungan-hubungan sosial yang dinamis. Dengan demikian interaksi sosial adalah syarat utama terjadinya aktivitas-aktivitas sosial, karena menyangkut hubungan-hubungan sosial antar orang perorangan, antar kelompok-kelompok manusia maupun antar orang perorangan dengan kelompok manusia. Hal ini sejalan dengan pendapat Soekanto (2007:62) yang menyatakan bahwa:Interaksi sosial merupakan hubungan sosial yang dinamis, menyangkut hubungan antar individu, antara kelompok maupun antara individu dengan kelompok.Interaksi sosial tak akan mungkin terjadi apabila manusia melakukan hubungan yang langsung dengan sesuatu yang sama sekali tidak berpengaruh terhadap sistem syarafnya, sebagai akibat hubungan tersebut. Berlangsungnya suatu proses interaksi didasarkan pada berbagai faktor, antara lain faktor imitasi, sugesti, identifikasi dan simpati. Faktor-faktor tersebut dapat bergerak sendiri-sendiri secara terpisah maupun dalam keadaan tergabung. Apabila masing-masing ditinjau secara lebih mendalam, faktor imitasi mempunyai peranan yang sangat penting dalam proses interaksi sosial. Salah satu segi posistifnya adalah bahwa imitasi dapat mendorong seseorang untuk mematuhi kaidah-kaidah dan nilai-nilai yang berlaku. Namun demikian imitasi mengakibatkan pula terjadinya hal-hal yang negatif, misalnya seseorang meniru tindakan-tindakan yang menyimpang. Dalam hal ini, imitasi dapat melemahkan atau bahkan mematikan pengembangan daya kreasi seseorang.Faktor sugesti berlangsung apabila seseorang memberi suatu pandangan atau sesuatu sikap yang berasal dari dirinya yang kemudian diterima oleh pihak lain. Jadi proses ini sebenarnya hampir sama dengan imitasi, tetapi titik tolaknya berbeda. Berlangsungnya sugesti dapat terjadi karena pihak yang menerima dilanda emosi, yang menghambat daya berpikirnya secara rasional. Identifikasi sebenarnya merupakan kecenderungan-kecenderungan atau keinginan-keinginan dalam diri seseorang untuk menjadi sama dengan pihak lain. Identifikasi sifatnya lebih mendalam daripada imitasi, karena kepribadian seseorang dapat terbentuk atas dasar proses ini. Berlangsungnya identifikasi mengakibatkan terjadinya pengaruh-pengaruh yang lebih mendalam dibanding proses imitasi dan sugesti, walaupun ada kemungkinan bahwa ada mulanya proses identifikasi diawali oleh imitasi dan atau sugesti.Proses simpati sebenarnya merupakan suatu proses dimana seseorang merasa tertarik pada pihak lain. Di dalam proses ini perasaan memegang peranan yang sangat penting, walaupun dorongan utama pada simpati adalah keinginan untuk memahami pihak lain dan untuk bekerjasama dengannya. Proses simpati akan dapat berkembang di dalam suatu keadaan ketika faktor saling mengerti terjamin.Hal-hal tersebut diatas merupakan faktor-faktor yang menjadi dasar bagi berlangsungnya proses interaksi sosial. Akan tetapi, suatu interaksi sosial tidak akan mungkin terjadi apabila tidak memenuhi dua syarat sebagai berikut: pertama, adanya kontak sosial yang dapat berlangsung dalam tiga bentuk, yakni antar individu, antara individu dengan kelompok serta antar kelompok. Selain itu, suatu kontak sosial dapat pula bersifat langsung maupun tidak langsung. Kedua adanya komunikasi, yakni seseorang memberi arti pada perilaku orang lain, perasaan-perasaan apa yang ingin disampaikan oleh orang tersebut. Orang yang bersangkutan kemudian memberi reaksi terhadap perasaan yang ingin disampaikan oleh orang tersebut. Adapun Soekanto (2007:65) menyatakan sebagai bentuk-bentuk dalam interaksi sosial ada empat, yakni;1. Kerjasama (cooperation), kerja sama timbul apabila orang menyadari bahwa mereka mempunyai kepentingan-kepentingan yang sama dan pada saat yang bersamaan mempunyai cukup pengetahuan dan pengendalian terhadap diri sendiri untuk memenuhi kepentingan-kepentingan tersebut.2. Persaingan (competition) dapat diartikan sebagai suatu proses sosial, dimana individu atau kelompok-kelompok manusia yang bersaing mencari keuntungan melalui bidang-bidang kehidupan yang pada suatu masa tertentu menjadi pusat perhatian umum (baik perseorangan maupun kelompok manusia) dengan cara kmenarik perhatian publik atau dengan mempertajam prasangka yang telah ada tanpa mempergunakan ancaman atau kekerasan.3. Akomodasi (accomodation) dimaksudkan sebagai suatu proses dimana orang perorangan atau kelompok-kelompok manusia yang mula-mula saling bertentangan, saling mengadakan penyesuaian diri untuk mengatasi ketengangan-ketegangan. Akomodasi merupakan suatu cara untuk menyelesaikan masalah tanpa menghancurkan pihak lawan sehingga lawan tidak kehilangan pribadinya.4. Pertentangan atau pertikaian (conflict) merupakan pribadi maupun kelompok yang kmenyadari adanya perbedaan-perbedaan misalnya dalam ciri-ciri badaniah, emosi, unsur-unsur kebudayaan, pola-pola perilaku, dan seterusnya dengan pihak lain. Ciri tersebut dapat mempertajam perbedaan yang ada hingga menjadi suatu pertentangan atau pertikaian.Dalam kehidupan tidak ada satupun manusia yang dapat hidup sendiri tanpa adanya bantuan dari orang lain, karena manusia adalah makhluk sosial. Hal inilah yang melahirkan adanya interaksi sosial dalam kehidupan masyarakat.2.1.3Paguyuban (Gemeinscaft)Paguyuban merupakan bentuk kehidupan bersama, dimana anggota-anggotanya diikat oleh hubungan batin yang murni dan bersifat alamiah serta bersifat kekal. Dasar hubungan tersebut adalah rasa cinta dan rasa kesatuan batin yang memang telah ditakdirkan. Kehidupan tersebut dinamakan juga bersifat nyata dan organis. Di dalam gemeinschaft atau paguyuban terdapat suatu kemauan bersama, ada suatu pengertian serta juga kaidah-kaidah yang timbul dengan sendirinya dari kelompok tersebut. Apabila terjadi pertentangan antara anggota suatu paguyuban, pertentangan tersebut tidak akan dapat diatasi dalam suatu hal saja. Hal itu disebabkan karena adanya hubungan yang menyeluruh antara anggota-anggotanya. Tonnies (dalam Soekanto, 2007:118) menyatakan bahwa:Suatu paguyuban mempunyai beberapa ciri pokok sebagai berikut: pertama intimate, yakni hubungan menyeluruh yang mesra. Kedua private, yakni hubungan yang bersifat pribadi atau khusus untuk beberapa orang saja. Ketiga exclusive, yakni hubungan tersebut hanyalah untuk kita saja dan tidak untuk orang lain diluar kita.Adapun tipe-tipe paguyuban yakni sebagai berikut:1. Paguyuban karena ikatan darah (gemeinschaft by blood), yakni gemeinscaft atau paguyuban yang merupakan ikatan yang didasarkan pada ikatan darah atau keturunan.2. Paguyuban karena tempat (gemeinschaft of place), yakni suatu paguyuban yang terdiri dari orang-orang yang berdekatan tempat tinggal sehingga dapat saling tolong-menolong.3. Paguyuban karena jiwa-pikiran (gemeinschaft of mind), yang merupakan suatu gemeinschaft yang terdiri dari orang-orang yang walaupun tak mempunyai hubungan darah ataupun tempat tinggal yang berdekatan, tetapi mereka mempunyai jiwa dan pikiran yang sama atau ideologi yang sama.2.1.4 Masyarakat Manusia merupakan mahluk yang memiliki keinginan untuk menyatu dengan sesamanya serta alam lingkungan di sekitarnya. Dengan menggunakan pikiran, naluri, perasaan, keinginan dan sebagainya manusia memberi reaksi dan melakukan interaksi dengan lingkungannya. Pola interaksi oleh hubungan yang berkesinambungan terdapat dalam suatu masyarakat. Dengan kata lain, masyarakat adalah sekumpulan manusia yang berinteraksi dalam kawasan yang ditetapkan dan dibimbing oleh satu budaya yang dikembangkan bersama.Manusia selalu hidup berkembang secara berkelompok atau bermasyarakat. Manusia tidak akan berkembang dan mengalami kemajuan tanpa adanya dukungan dari orang lain. Ia saling membutuhkan satu sama lain dan karena itulah memungkinkan terbentuknya atau munculnya sebuah kehidupan berkelompok yang didalamnya terjalin hubungan atau interaksi. Hal ini sejalan dengan pendapat Syani (2007:30) sebagai berikut:Masyarakat sebagai community dapat dilihat dari dua sudut pandang. Pertamamemandang community sebagai unsur statis, artinya community terbentuk dalam suatu wadah/tempat dengan batas-batas tertentu, maka ia menunjukkan bagian dari kesatuan-kesatuan masyarakat yang ditandai pula oleh adanya hubungan sosial. kedua, community dipandang sebagai unsur yang dinamis, artinya menyangkut suatu proses yang terbentuk melalui faktor psikologis dan hubungan antar manusia.Definisi tersebut menjelaskan bahwa masyarakat terbentuk karena adanya suatu wadah kehidupan sekelompok orang tersebut dan terdapat hubungan sosial didalamnya yang ditandai dengan adanya perasaan-perasaan sosial, nilai-nilai, norma-norma yang timbul akibat dari adanya pergaulan hidup. Masyarakat adalah sekelompok orang yang membentuk sebuah sistem semi tertutup (atau semi terbuka), dimana sebagian besar interaksi adalah antara individu-individu yang berada dalam kelompok tersebut. Selanjutnya Comte (dalam Syani, 2007: 31) menyatakan bahwa:Masyarakat merupakan kelompok-kelompok mahluk hidup dengan realitas-realitas baru yang berkembang menurut hukum-hukumnya sendiri dan berkembang menurut pola perkembangan yang tersendiri. Masyarakat dapat membentuk kepribadian yang khas bagi manusia sehingga tanpa adanya kelompok,manusia tidak akan mampu dapat berbuat banyak dalam kehidupannya.Adapun definisi masyarakat oleh Shadily (dalam Syani, 2007:31) sebagai berikut:Masyarakat dapat didefinisikan sebagai golongan besar atau kecil dari beberapa manusia, yang dengan atau sendirinya bertalian secara golongan dan mempunyai pengaruh kebatinan satu sama lain.Dari beberapa pengertian diatas mengenai masyarakat, memberikan gambaran bahwa masyarakat bukan hanya sekedar sekumpulan manusia yang hidup atau mendiami suatu wilayah, akan tetapi harus ditandai pula dengan adanya hubungan atau pertalian satu sama lainnya. Hidup bersama dalam arti bermasyarakat bagi manusia adalah sangat penting. Hal ini dikarenakan manusia tidak dapat hidup sendiri secara berkelanjutan apabila ternyata dapat hidup bersama dengan manusia lain dalam masyarakat.2.1.4.1 Masyarakat Lokal Pengertian community (Masyarakat setempat) merupakan bagian kelompok dari masyarakat (society) dalam lingkup yang lebih kecil, serta mereka lebih terikat oleh tempat (teritorial).(dalam Soerjono Soekanto. 2006:132) Istilah community dapat di terjemahkan sebagai, masyarakat setempat istilah mana menunjuk pada warga-warga sebuah desa, sebuah kota, suku atau suatu bangsa.Jika anggota suatu kelompok, baik kelompok itu besar atau kecil, hidup bersama sedemikian rupa sehingga mereka merasakan bahwa kelompok tersebut dapat memenuhi kepentingan-kepentingan hidup yang utama, maka kelompok tadi dapat disebut masyarakat setempat. Intinya mereka menjalin hubungan soaial (social relationship).Dengan mengambil pokok-pokok uraian di atas, dapat dikatakan bahwa masyarakat setempat menunjuk pada bagian masyarakat yang bertempat tinggal di suatu wilayah (dalam arti geografis) dengan batas-batas tertentu di mana factor utama yang menjadi dasarnya adalah interaksi yang lebih besar di antara anggota-anggotanya, di bandingkan interaksi dengan penduduk di luar batas wilayah .Dapat di simpulkan bahwa masyarakat setempat (community) adalah suatu wilayah kehidupan sosial yang di tandai oleh suatu derajat hubungan sosial yang tertentu. Dasar-dasar dari masyarakat setempat adalah Lokalitas dan perasaan masyarakat setempat.Jadi unsur pertama dari komunitas ialah adanya wilayah atau lokalitas. Suatu komunitas pasti mempunyai lokalitas atau tempat tinggal tertentu. Meskipun suatu kelompok manusia mereka adalah pengembara, tetapi pada suatu saat tertentu mereka mereka mempunyai wilayah tertentu.Unsur kedua dari komunitas adalah perasaan saling ketergantungan atau saling membutuhkan. Perasaan anggota masyarakat setempat dengan anggota lainya di dasari adanya persamaan tempat tinggal. Perasaan bersama antara anggota masyarakat setempat tersebut di atas di sebut community sentiment . setiap community sentiment memiliki unsure :1. Seperasaan2. Sepenanggungan; dan3. Saling memerlukan.Unsur seperasaan muncul karena aggota komunitas memosisikan dirinya sebagian dari kelompok lain yang lebih besar. Mereka menganggap dirinya sebagai kami ketimbang dengan saya. Umpamanya tujuan kami, kelompok kami , atau perasaan kami. Unsur sepenanggungan muncul karena setiap anggota masyarakat setempat sadar akan perananya dalam kelompok. Setiap anggota menjalankan perananya sesuai dengan posisi kedudukanya masing-masing .Unsur saling memerlukan muncul karena setiap anggota dari komunitas tidak bisa memenuhi kebutuhanya tanpa bantuan anggota lainya. Ada saling ketergantungan untuk memenuhi kebutuhan fisik dan psikologisnya.

2.1.4.2 Masyarakat PendatangMasyarakat Pendatang atau migrasi merupakan bagian dari mobilitas penduduk. Menurut kesimpulan Laporan Tahunan Demografi PBB, apabila dengan laju pertambahan penduduk masih 1.9% setiap tahun, maka pada tahun 2011, penduduk dunia yang kini berjumlah 3,976 milyar jiwa, bisa mencapai 8 milyar. Hal ini berarti setiap tahun 77 juta jiwa lahir sebagai penduduk dunia. Migrasi adalah perpindahan penduduk dengan tujuan untuk menetap dari suatu tempat ke tempat lain melampaui batas politik/negara ataupun batas administratif/batas bagian dalam suatu negara ( Munir, 2000:115) Menurut Soemarwoto (dalam Rockeffeler. 1976:237) memperingatkan bahaya kenaikan jumlah penduduk yang tidak terkendalikan, pada suatu saat akan melampui daya dukung lingkungan yakni kemampuan suatu daerah untuk mendukung sejumlah manusia tertentu pada tingkat kehidupan yang wajar.Transmigrasi sebenarnya merupakan perpindahan penduduk dari daerah yang padat penduduk ke daerah yang masih jarang penduduknya, tapi masih dalam wilayah suatu Negara (dari Jawa, Bali yang padat penduduk ke luar jawa seperti: Kalimantan, Sulawesi, Maluku, Irian Jaya dan sebagainya).Trasmigrasi ini sesungguhnya merupakan salah satu kebijaksanaan pemerintah dewasa ini di bidang kependudukan. (kalau pada zaman Belanda di kenal dengan kolonisasi, yang mempekerjakan mereka pada perkebunan-perkebunan yang menghasilkan devisi bagi kepentingan penjajahan waktu itu). Kebijakan transmigrasi ini adalah; Pertama untuk lebih meratakan penyebaran jumlah penduduk ke seluruh wilayah tanah air, dengan sasaran yang dituju terutama di daerah pulau Jawa ( Sumatra, Kalimantan, Sulawesi, Maliku, Irian jaya dan sebagainya ). Kedua, dari segi pertahanan dan keamanan nasional (HANKAMNAS), dimana dari segi pertahanan wilayah, maka semua pulau harus ada manusianya untuk mempertahankanya terutama untuk menjaga serangan yang datang dari luar. Sedangakan Ketiga dari ekonomi, diharapkan dapat menciptakan pusat-pusat kegiatan ekonomi baru di luar Jawa.Macam-macam transmigrasi yang dilakukan pemerintah saat ini adalah bermacam-macam. Diantaranya adalah transmigrasi umum yang ditangani serius oleh pemerintah sendiri. Saat ini telah diarahkan sesuai dengan keahlian transmigran itu sendiri. Jadi para trnasmigran tidak terpokus pada petani saja tetapi juga diusahakan pada bidang spesialisasi pekerjaan yang lain dan sesuai dengan kondisi daerah transmigran. Kemudian adapula transmigrasi spontan. Ini adalah atas kemauan kelompok masyarakat tertentu yang sadar akan keadaanya sendiri, dan berkeinginan untuk memperbaiki kehidupan mereka di tempat lain.Ada pula transmigrasi ABRI, mereka ini adalah transmigran yang sudah purnawirawan (pensiun). Adapula tranmigrasi nelayan pemerintah, dan mereka yang diberikan kredit usaha nelayan. Kemudian ada juga transmigrasi desa potensial dalam pelita VI akan dipindahkan 600.000 sampai 400.000 (KK) atau 2 juta jiwa dengan sasaran irian jaya, Maluku, Sulawesi, Kalimantan Timur dan Kalimantan Tengah. Ini disebabkan rendahnya kepadatan penduduk di daerah tersebut.Beberapa pendapat atau pemikiran yang bermanfaat bagi melancarkan program transmigrasi adalah:1. Harus memberikan penerangan yang jujur, menyeluruh dan terus terang. Karena penerangan yang kurang bertanggung jawab dapat menjadikan masyarakat merasa tertipu.2. Diadakan penerangan dengan system pembanding. Maksudnya adalah memberikan contoh pada mereka pada daerah-daerah yang sudah maju.3. Harus ada kesepakatan dan kordinasi antara daerah pengirim dan penerima transmigrasi. Sehingga tidak terjadi salah urus. Karena pengalaman mereka yang di kecewakan, sangat terdengar nyaring di daerah pengirim . dan ini mudah sekali di jadikan semakin surut minat orang untuk bertrasnmigrasi.4. Mengubah cara berfikir yang sentripetal menjadi cara berfikir yang sentrifugal. Dalam hal ini kita tanamkan pada transmigran.Tranmigrasi di daerah penempatan ( Luar jawa ) dapat diarahkan untuk pembangunan macam-macam usaha yaitu :1. Pembangunan pusat pengembangan misalnya suatu kota kecamatan yang masih tipis penduduknyan dan kecil transaksi ekonominya dapat dibesarkan dengan menambah dan kegiatan ekonomi dengan cara membangun suatu proyek transmigrasi didekatnya.2. Transmigrasi sisipan, transmigran secara berkelompok kecil atau besar dapat disisipkan di antara desa-desa tradisioanl di luar jawa supaya di daerah tersebut terbentuk suatu rantai ekonomi antara desa satu dengan yang lainya, di samping itu petani trasnmigran dapat mendorong adanya modernisasi pertanian dan usaha.3. Pusat produksi, misalnya untuk produksi tebu, kedele, jagung, kelapa sawit, karet tembakau dan lain-lain . Tentu saja untuk ini sudah di bangun pula mekanisme pemasaran, ekspor maupun prdagangan dalam negri.4. Mengisi tanah kosong, di luar jawa memang banyak terdapat tanah kosong yang bisa di gunakan untuk membangun suatu unit besar transmigrasi lengkap dengan prasarana suatu masyarakat otonom. Hubungan dengan luar terutama dalam dalam rangka pemasaran hasil produksi, tentu saja juga sudah di persiapkan mekanismenya.Nampak bahwa untuk menyelenggarakan suatu proyek transmigrasi yang bermanfaat maupun penerimah secara menyeluruh perlu disinkronisasi tingkat tinggi. Tetapi tampak pula bahwa manfaatnya, terutama dalam rangka menimbulkan interaksi positif dipercepat bagi penanggulangan masalah kependudukan dapat besar sekali. Daya tarik untuk transmigrasi spontan juga besar dan akan semakin besar sesuai dengan semakin matangnya proyek-proyek transmigrasi dan pembangunan daerah setempat. Penduduk jawah akan pindah keluar jawa lebih mudah. Perkembangan ekonomi yang pesat di luar jawa setelah melakukan pembangunan yang akhirnya akan menyedot modal dan penduduk di jawa, membuat pemerintah tidak perlu lagi secara besar-besaran membiayai proyek transmigrasi. 2.1.5EtnikAdapun masyarakat adalah orang-orang yang hidup bersama yang menghasilkan kebudayaan. Dengan demikian, tak ada masyarakat yang tidak mempunyai kebudayaan dan sebaliknya tak ada kebudayaan tanpa masyarakat sebagai wadah dan pendukungnya. Dalam setiap masyarakat pula terdapat lapisan sosial, karena setiap masyarakat mempunyai sikap menghargai yang tertentu terhadap bidang-bidang kehidupan yang tertentu pula. Himpunan orang-orang yang merasa dirinya tergolong pada lapisan sosial tertentu, yang diakui masyarakat itu dinamakan kelas sosial. Masing-masing kelas sosial punya kebudayaannya masing-masing, yang menghasilkan kepribadian yang tersendiri pula pada setiap diri anggota-anggotanya. Perbedaan-perbedaan inilah yang mengidentifikasi kebudayaan mereka dengan istilah etnik. Hal ini sejalan dengan pendapat Sanderson (2000:355) mengemukakan bahwa:Definisi etnik digunakan untuk mengacu suatu kelompok atau kategori sosial yang perbedaannya terletak pada kriteria kebudayaan, bukan biologis.Kemudian Barth (1998:11) memberikan ciri-ciri suatu kelompok etnik sebagai berikut:Pada umumnya kelompok etnik dikenal sebagai populasi yang secara biologis mampu berkembang biak dan bertahan, mempunyai nilai-nilai budaya yang sama dan sadar akan rasa kebersamaan dalam suatu bentuk budaya, membentuk jaringan komunikasi dan interaksi sendiri serta menentukan ciri kelompoknya sendiri yang diterima oleh kelompok lain dan dapat dibedakan dari kelompok populasi lain.Dari pengertian diatas, disimpulkan bahwa kelompok etnik lebih memberikan batasan pada suatu kelompok yang sadar memiliki suatu kebudayaan dan seiring ditandai dengan adanya suatu bahasa.Adapun dua pendekatan terhadap identitas etnik yakni pendekatan objektif dan pendekatan subjektif. Pendekatan objektif melihat sebuah kelompok etnik sebagai kelompok yang bisa dibedakan dari kelompok-kelompok lainnya berdasarkan ciri-ciri budayanya seperti bahasa, agama, atau asal-usul kebangsaan. Sedangkan dari perpektif subjektif merumuskan etnisitas sebagai suatu proses dalam mana orang-orang mengalami atau merasakan diri mereka sebagai bagian dari suatu kelompok etnik dan diidentifikasi demikian oleh orang lain (Mulyana dan Rakhmat, 2006). Pada umumnya kelompok etnik tersebut, dapat hidup bersama dengan kelompok etnik lain. Latar belakang kebudayaan yang berbeda, termasuk bahasa dan pola prilaku yang tertuang dalam adat masing-masing etnik bukan merupakan halangan dalam proses integrasi.2.1.2 2.1.3 2.1.4 2.2 Definisi KonsepA. InteraksiInteraksi sosial merupakan suatu fondasi dari hubungan yang berupa tindakan yang berdasarkan norma dan nilai sosial yang berlaku dan diterapkan di dalam masyarakat. Dengan adanya nilai dan norma yang berlaku,interaksi sosial itu sendiri dapat berlangsung dengan baik jika aturan-aturan dan nilainilai yang ada dapat dilakukan dengan baik. Jika tidak adanya kesadaran atas pribadi masingmasing,maka proses sosial itu sendiri tidak dapat berjalan sesuai dengan yang kita harapkan. Di dalam kehidupan seharihari tentunya manusia tidak dapat lepas dari hubungan antara satu dengan yang lainnya,ia akan selalu perlu untuk mencari individu ataupun kelompok lain untuk dapat berinteraksi ataupun bertukar pikiran. Menurut Prof. Dr. Soerjono Soekamto di dalam pengantar sosiologi, interaksi sosial merupakan kunci semua kehidupan sosial. Dengan tidak adanya komunikasi ataupun interaksi antar satu sama lain maka tidak mungkin ada kehidupan bersama. Jika hanya fisik yang saling berhadapan antara satu sama lain, tidak dapat menghasilkan suatu bentuk kelompok sosial yang dapat saling berinteraksi.B. Masyarakat LokalMasyarakat lokal, pribumi atau penduduk asli adalah setiap orang yang lahir di suatu tempat, wilayah atau negara, dan menetap di sana dengan status orisinal atau asli atau tulen (indigenious) sebagai kelompok etnis yang diakui sebagai suku bangsa bukan pendatang dari negeri lainnya. PrIbumi bersifat autochton (melekat pada suatu tempat). Secara lebih khusus, istilah prIbumi ditujukan kepada setiap orang yang terlahir dengan orang tua yang juga terlahir di suatu tempat tersebut.C. Masyarakat PendatangMasyarakat pendatang atau Migrasi merupakan bagian dari mobilitas penduduk. Mobilitas penduduk adalah perpindahan penduduk dari suatu daerah ke daerah lain. Mobilitas penduduk ada yang bersifat nonpermanen (sementara) misalnya turisme baik nasional maupun internasional, dan ada pula mobilitas penduduk permanen (menetap). Mobilitas penduduk permanen disebut migrasi. Migrasi adalah perpindahan penduduk dari suatu tempat ke tempat lain dengan melewati batas negara atau batas administrasi dengan tujuan untuk menetap.

BAB IIIMETODE PENELITIAN3.1 Jenis PenelitianUntuk mendapatkan gambaran mengenai bentuk dan proses terjadinya interaksi antar masyarakat lokal dan masyarakat pendatang, dengan unsur-unsur pokok yang harus diketahui sesuai dengan butir-butir rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, maka digunakan metode penelitian kualitatif dengan pendekatan deskriptif. Penelitian ini dimaksudkan agar dapat memberikan gambaran mengenai interaksi antar masyarakat lokal dan pendatang dalam menjaga interaksi yang baik pasca konflik di Poso Kota.

Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian (Moleong, 2010). Dalam penelitian ini yang akan diamati atau dipahami adalah masyarakat dengan segala aktivitasnya yang menunjang terjadinya interaksi antar masyarakat lokal dan pendatang yang berbeda etnik dan agama.Dengan menggunakan metode kualitatif, maka data yang didapat akan lebih lengkap, lebih mendalam dan bermakna sehingga tujuan penelitian dapat dicapai. Dengan metode kualitatif, maka akan dapat diperoleh data yang lebih tuntas dan pasti sehingga memiliki kredibilitas yang tinggi (Sugiyono, 2012).Adapun langkah-langkah penelitian yang akan dilakukan adalah sebagai berikut:a. Studi KepustakaanStudi pustaka berguna untuk menjajaki keadaan di lapangan dengan maksud untuk mendapatkan konsep-konsep, teori-teori serta informasi yang berkaitan dengan objek penelitian, yakni wujud interaksi masyarakat lokal dan masyarakat pendatang pasca konflik di Poso Kota. Hal ini dilakukan dengan cara menjelajahi referensi berupa buku-buku maupun sumber lainnya.b. Penelitian LapanganSegala sesuatu yang akan dicari dari objek penelitian belum jelas dan pasti masalahnya, sumber datanya serta hasil yang diharapkan karena rancangan penelitian masih bersifat sementara. Oleh karena itu, akan berkembang setelah peneliti memasuki objek penelitian. Metode ini dilakukan agar memperoleh data penelitian yang bersifat primer dan sekunder yang berkaitan dengan objek penelitian. 3.2 Lokasi PenelitianLokasi adalah tempat dimana manusia melakukan kegiatan tertentu. Penelitian ini akan dilaksanakan di Kelurahan Kayamanya Sentral Kecamatan Poso Kota Kabupaten Poso. Penentuan lokasi ini dengan pertimbangan bahwa Kelurahan Kayamanya Sentral menjadi salah satu daerah yang memiliki masyarakat lokal dan masyarakat pendatang yang berbeda etnik dan agama di Kecamatan Poso Kota Kabupaten Poso. 3.3 Unit Analisis dan InformanUnit analisis penelitian ini adalah beberapa individu yaitu orang-orang yang berada dalam lingkungan Kelurahan Kayamanya Sentral. Berdasarkan data yang diperoleh dari Kantor Lurah Kayamanya Sentral, jumlah penduduk 6.160 jiwa. Oleh karena jumlah penduduk yang cukup besar, maka penentuan informan dilakukan dengan bentuk Purposive Sampling. Hal ini dilakukan dengan memilih dan menetapkan beberapa informan yang dapat memberikan data dan informasi yang akurat terkait dengan masalah penelitian, yakni berjumlah 12 orang.3.4 Teknik Pengumpulan DataDalam penelitian ini, pengumpulan data dilakukan pada kondisi yang alamiah (Natural setting). Adapun teknik pengumpulan data yang akan dilakukan adalah sebagai berikut:a. Pengamatan (Observasi)Teknik pengumpulan data ini dilakukan dengan cara mengamati secara langsung objek penelitian di lapangan, yakni proses dan bentuk interaksi antar masyarakat lokal dan masyarakat pendatang. Dengan observasi di lapangan, peneliti akan lebih mampu memahami konteks data dalam keseluruhan situasi sosial.b. Wawancara Mendalam (In-depth Interview)Untuk mendapatkan informasi yang lebih mendalam, maka peneliti akan melakukan wawancara secara langsung dengan para informan. Dengan wawancara mendalam, maka peneliti akan mengetahui hal-hal yang lebih mendalam tentang informan dalam menginterpretasikan situasi dan fenomena yang terjadi, dimana hal ini tidak bisa ditemukan melalui observasi. Wawancara ini dilakukan dengan menggunakan pedoman wawancara untuk mendapatkan informasi, keterangan, fakta, pendapat serta tanggapan mengenai wujud interaksi antar masyarakat lokal dan masyarakat pendatang yang berbeda etnik dan agama pasca konflik yang terjadi di Poso Kota. c. DokumentasiPada tahap pengumpulan data dengan menggunakan dokumentasi ini merupakan cara mengumpulkan data dengan memanfaatkan hasil/gambar yang diambil saat berada di lapangan atau pada saat penulis melakukan penelitian. Pada teknik ini, penulis mengambil gambar dari apa yang hendak diteliti dan dianalisis, seperti pada saat wawancara penulis atau kegiatan-kegiatan lainnya yang bisa melengkapi data dari hasil penelitian penulis.3.5 Interpretasi DataSetelah mengumpulkan seluruh data yang memiliki kesesuaian dengan objek penelitian, maka penulis kemudian mengelola data tersebut untuk dijadikan jawaban dari penelitian dengan menggunakan metode kualitatif. Secara kualitatif, data akan dikelola dengan menganalisis gambaran mengenai hubungan-hubungan yang terjadi dalam proses interaksi antar masyarakat lokal dan masyarakat pendatang. Hasil dari pengolahan panduan observasi dan wawancara serta dokumentasi dapat menunjang jawaban dari masalah penelitian.

BAB IVHASIL DAN PEMBAHASAN4.1. Hasil Penelitian4.1.1Sejarah Singkat Kelurahan KayamanyaSebelum tahun 1950an Kelurahan Kayamanya masih memiliki nama yang sebutannya masih dipimpin oleh Ketua-ketua atau Raja-raja pada masa itu. Memasuki tahun 1950 seorang pendatang yang bernama Kayamanya merubah dan memberi tempat ini nama menjadi Dusun Kayamanya. Pada tahun 1960 sampai pada tahun 1968 istilah Dusun berubah menjadi Kampung, Kampung Kayamanya. Kemudian tahun 1968 sampai pada tahun 1972 tempat ini berubah lagi menjadi Desa Kayamanya. Dan akhirnya pada tahun 1972 Desa Kayamanya diresmikan menjadi Kelurahan Kayamanya sampai saat ini.4.1.2 Kondisi Geografis Kelurahan Kayamanya LetakKelurahan Kayamanya merupakan salah satu dari 4 (Empat) kelurahan yang berada di wilayah di Kec. Poso Kota Kabupaten Poso Provinsi Sulawesi Tengah. Kelurahan Kayamanya secara orbitasi atau jarak dari pusat pemerintahan adalah sebagai berikut:1. Jarak dari Ibu Kota Propinsi Sulawesi Tengah : Km2. Jarak dari Ibu Kota Kabupaten Poso : Km3. Jarak dari Ibu Kota Kecamatan Poso Kota : Km Batas WilayahSecara administratif Kelurahan Kayamanya berbatasan dengan dua Kelurahan dan pantai, adapun batas tersebut sebagai berikut: 1. Sebelah Utara Kelurahan Berbatasan Dengan Laut2. Sebelah Selatan Kelurahan Berbatasan Dengan Kelurahan Gebang Rejo3. Sebelah Barat Kelurahan Berbatasan Dengan Kelurahan Moengko Baru 4. Sebelah Timur Kelurahan Berbatasan Dengan Kelurahan Gebang Rejo Luas WilayahDari luas seluruh wilayah Kelurahan Kayamanya mencapai Kota : Ha. Penggunaan lahan yang dilakukan masyarakat terdiri dari sebagian besar adalah kawasan pemukiman, dan terdiri dari:1. Luas wilayah menurut penggunaan Luas Pekarangan: 500 Ha Luas Perkebunan: 50 Ha Luas Taman: 250 Ha Perkantoran: 2500 Ha2. Hutan Rakyat: 150 Ha3. Lahan fasilitas umum Pasar: 1 Ha Sekolah: 6 Ha Perkantoran Pemerintah: 1,5 Ha Pemakaman Umum: 1 Ha Terminal: 1 Ha Keadaan Iklim dan Curah HujanKelurahan Kayamanya memiliki curah hujan tinggi, karena selama 6 bulan setiap tahunya daerah ini menjadi langganan hujan. Hal ini menandakan bahwa tempat ini adalah daerah yang subur dan suhu rata-rata harian adalah .4.1.3 Keadaan Demografis Kelurahan Kayamanya Jumlah PendudukDari data Monografi Kelurahan Kayamanya pada tahun 2012 tercatat jumlah penduduk sebanyak 6.160 jiwa yang terdiri dari 1.666 kk, jumlah itu masing-masing tersebar di 22 RT, dan jumlah kepadatan penduduk mencapai 1.122 jiwa /km2 . Untuk memperjelas tentang penduduk Kelurahan Kayamanya menurut umur, akan digambarkan dalam bentuk tabel dan penjelasannya : Tabel 1. DistrIbusi Penduduk Menurut Kelompok Umur Golongan UsiaPenduduk (Jiwa)Presentase (%)

0-05Tahun72711,80

06-17Tahun1.44823,51

18-40Tahun2.02532,87

41-60Tahun1.94031,49

61-KeatasTahun200,32

Jumlah6.160100

Sumber : Profil Kelurahan Kayamanya 2012 Jumlah Penduduk Menurut Jenis KelaminTabel 2. Jumlah Penduduk menurut Jenis KelaminNoJenis KelaminPenduduk (Jiwa)Persentase (%)

1Laki-Laki2.95447,95

2Perempuan3.20652,05

Jumlah6.160100

Sumber : Profil Kelurahan Kayamanya 2012Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa jumlah penduduk Kelurahan Kayamanya menurut jenis kelamin ada perbedaan, jumlah perempuan lebih besar yaitu berjumlah 3.206 jiwa atau 52,05% sedangkan laki-laki berjumlah 2.954 jiwa atau 47,95%. Jumlah Penduduk Menurut AgamaManusia ialah makhluk individu, manusia juga sebagai makhluk Tuhan, disamping harus bertanggung jawab terhadap dirinya sendiri, masyarakat dan Negara maka harus bertanggung jawab pula kepada Tuhan Yang Maha Esa dengan cara menjalankan apa yang diperintahkan dan menjauhi apa yang menjadi laragan-Nya. Pemeluk agama di Kelurahan Kayamanya dapat dilihat pada tabel dibawah ini. Tabel 3. Jumlah penduduk menurut agama yang dianut :NoAgamaPenduduk (jiwa)Persentase (%)

1.Islam6.14999,82

2.Kristen Katholik--

3.Kristen Protestan40,06

4.Budha--

5.Hindu70,11

Jumlah6.160100

Sumber : Profil Kelurahan Kayamanya 2012Dari tabel di atas dapat di ketahui bahwa masyarakat yang ada di Kelurahan Kayamanya dengan presentase 100% penganut agama Islam sebanyak 99,82 %, penganut agama Kristen Protestan berjumlah 0,06 % dan penganut agama Hindu sebanyak 0,11 %. 4.1.4 Keadaan Ekonomi dan Sosial Budaya Jumlah Penduduk Menurut Mata PencaharianPerekonomian tidak lepas dari usaha memproduksi suatu barang atau jasa untuk mendapatkan keuntungan yang dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan guna pencapaian kesejahteraan. Keadaan perekonomian masyarakat juga ditentukan oleh mata pencaharian yang berbeda dari berbagai masyarakat, karena mata pencaharian yang berbeda juga membedakan tingkat pendapatan yang diterima oleh masyarakat. Untuk mengetahui lebih jelasnya mengenai mata pencaharian penduduk maka dapat dilihat dari tabel dibawah ini:Tabel 4. Jumlah Penduduk Menurut Mata PencaharianNoMata PencaharianPenduduk (jiwa)Persentase (%)

1.Pegawai Negeri Sipil25041,19

2.Nelayan20633,94

3.Montir71,15

4.TNI50,82

5.POLRI101,65

6.Dosen Swasta40,66

7.Karyawan Perusahaan Pemerintah101,65

8.Seniman81,32

9.Petani 11218,45

10.Jasa Pengobatan Alternatif71,15

11.Pensiunan20,33

Jumlah607100

Sumber : Profil Kelurahan Kayamanya 2012Penjelasan dari tabel diatas dapat diketahui bahwa penduduk yang bermata pencaharian sebagai buruh tani memiliki presentase terbesar dari jumlah penduduk Kelurahan Kayamanya dengan persentase 41,19 % ini dapat ditunjukkan bahwa masyarakat Kelurahan Kayamanya mayoritas pekerjaan mereka sebagai PNS dan Nelayan 33,94 %. 5. Keadaan Sosial Kelurahan Kayamanya AgamaSarana peribadatan sangatlah diperlukan dalam meningkatkan keimanan manusia kepada sang pencipta, ini juga dijelaskan dalam pembukaan UUD 1945 pasal 29 yang isinya masyarakat diwajibkan untuk memeluk agama sesuai dengan keyakinannya masing-masing. Begitupun masyarakat Desa Bulumario yang tidak pernah lupa akan kewajibannya untuk melaksanakan ibadah menurut keyakinannya. Adapun jumlah prasarana peribadatan sebagai berikut :Tabel 5. Prasarana Peribadatan NoJenis Prasarna PeribadatanJumlah (buah)Persentase(%)

1.Masjid457,14

2.Mushola342,86

3.Gereja katholik--

3.Gereja protestan--

4Pura --

Jumlah7100

Sumber : Profil Kelurahan Kayamanya 2012Dari tabel yang ada di atas menunjukkan bahwa Kelurahan Kayamanya memiliki sebelas sarana peribadatan yaitu 4 Masjid dan 3 Mushola. Prsarana KesehatanKesehatan merupakan salah satu unsur yang sangat penting dalam kehidupan manusia, karena merupakan kebutuhan yang harus dipenuhi disamping kebutuhan yang lain seperti sandang, papan dan pendidikan. Seseorang terganggu kesehatannya baik kesehatan jasmani maupun rohaninya maka akan kehilangan kemampuan untuk bekerja dengan baik, oleh karena itu sangatlah dIbutuhkan sarana kesehatan dan tenaga medisnya guna meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Adapun jumlah prasarana kesehatan sebagai berikut :Tabel 6. Prasarana Kesehatan NoJenis Prasarna KesehatanJumlah (buah)Persentase(%)

1.Puskesmas17,14

2.Apotik214,29

3.Posyandu535,71

3.Toko Obat214,29

4.Kantor Praktek Dokter321,43

5.Rumah Bersalin17,14

Jumlah14100

Sumber : Profil Kelurahan Kayamanya 2012Prasarana kesehatan di Kelurahan Kayamanya ini adalah prasarana kesehatan yang melayani masyarakat dalam pelayanan kesehatan serta memperoleh pengobatan dalam penyembuhan penyakit. Sarana PendidikanSarana pendidikan merupakan hal yang sangat penting dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Sarana pendidikan di Profil Kelurahan Kayamanya cukup memadai, ini dilihat dari prasarana pendidikan untuk tingkat TK, SD, SMP, SMA telah lengkap. Untuk lebih jelasnya akan dijelaskan dalam tabel dibawah ini :Tabel 7. Sarana PendidikanNoJenis SaranaJumlahPersentase (%)

1.TK325,00

2.SD541,67

3.SMP216,67

4.SMA18,33

5.Lembaga Pendidikan Agama18,33

Jumlah12100

Sumber : Profil Kelurahan Kayamanya 2012Tabel di atas menunjukkan bahwa Kelurahan Kayamanya telah memiliki prasarana pendidikan yang memadai.6. Pemerintahan Kelurahan KayamanyaLetak Kantor Kelurahan Kayamanya sangat strategis karena letaknya berada di tengah pemukiman penduduk dan berdekatan pula dengan sarana-sarana lain seperti sarana pendidikan dan sarana olahraga (lapangan sepak bola) dan juga Kantor Kelurahan Kayamanya dekat dengan Ibu Kota Kabupaten Poso dan Ibu Kota Kecamatan Poso Kota. Karena letaknya yang sangat strategis sehingga memudahkan akses masyarakat dengan pemerintahan dalam pelayanan publik.4.2. Profil Informan Adapun penjelasan singkat profil informan dalam bentuk tabel sebagai berikut:NoNamaUsiaAgamaEtnis

1.Muhlis Malik28 TahunIslamBugis

2.Rosmini Abidin47 TahunIslamBugis

3.Syarifudin39 TahunIslamGorontalo

4.Ali Mutakhim35 TahunIslamJawa

5.Abduhraman Sima49 TahunIslamBugis

6.Delfiana24 TahunIslamGorontalo

7.Nurul Fajriah22 TahunIslamBugis

8.Farhan Salim20 TahunIslamArab

9.Filadelvia22 TahunIslamBugis

10.Inda. SE26 TahunKristenPamona

11.Chandra29 TahunKristenPamona

12.Deni23 TahunKristenPamona

4.3. Pembahasan4.3.1 Interaksi Masyarakat Lokal dan Masyarakat Pendatang Sebelum Konflik di Kelurahan Kayamanya Interaksi sosial merupakan hubungan-hubungan sosial yang menyangkut hubungan antar individu, individu dengan kelompok, dan kelompok dengan kelompok. Tanpa adanya interkasi sosial maka tidak akan mungkin ada kehidupan bersama. Proses sosial adalah suatu interaksi atau hubungan timbal balik atau saling mempengaruhi antar manusia yang berlangsung sepanjang hidupnya didalam masyarakat. Proses sosial diartikan sebagai cara-cara berhubungan yang dapat dilihat jika individu dan kelompok-kelompok sosial saling bertemu serta menentukan sistem dan bentuk hubungan sosial. Interaksi positif hanya mungkin terjadi apabila terdapat suasana saling mempercayai, menghargai, dan saling mendukung. Syarat terjadinya interaksi sosial terdiri atas kontak sosial dan komunikasi sosial. Kontak sosial tidak hanya dengan bersentuhan fisik. Dengan perkembangan tekhnologi manusia dapat berhubungan tanpa bersentuhan, misalnya melalui telepon, telegram, media sosial dan lain-lain. Komunikasi dapat diartikan jika seseorang dapat memberi arti pada perilaku orang lain atau perasaan-perasaan yang ingin disampaikan oleh orang tersebut. Proses interaksi sosial yang terjadi dalam masyarakat bersumber dari faktor imitasi, sugesti, simpati, identifikasi dan empati. Imitasi merupakan suatu tindakan sosial seseorang untuk meniru sikap, tindakan, atau tingkah laku dan penampilan fisik seseorang, Sugesti merupakan rangsangan, pengaruh, atau stimulus yang diberikan seseorang kepada orang lain sehingga ia melaksanakan apa yang disugestikan tanpa berfikir rasional, Simpati merupakan suatu sikap seseorang yang merasa tertarik kepada orang lain karena penampilan,kebijaksanaan atau pola pikirnya sesuai dengan nilai-nilai yang dianut oleh orang yang menaruh simpati, Identifikasi merupakan keinginan sama atau identik bahkan serupa dengan orang lain yang ditiru (idolanya) dan Empati merupakan proses ikut serta merasakan sesuatu yang dialami oleh orang lain. Proses empati biasanya ikut serta merasakan penderitaan orang lain. Seperti interaksi masyarakat lokal dan masyarakat pendatang yang terjadi di Poso Kota khususnya di Kelurahan Kayamanya, terjadinya proses interaksi yang berbeda atau berubah sebelum konflik dan pasca konflik. Terjadinya perubahan proses interaksi ini bukan dalam artian yang negatif, melainkan dalam artian yang positif, dimana terjadinya suatu keharmonisan dalam suatu masyarakat yang lebih saling menghargai pasca konflik.Masyarakat di Kelurahan Kayamanya merupakan salah satu masyarakat yang memiliki masyarakat lokal dan masyarakat pendatang yang berbeda etnik dan agama diantara kelurahan-kelurahan yang ada di Kota Poso. Keragaman ini sudah ada sebelum konflik sampai pada pasca konflik pun masyarakat pendatang yang berbeda etnik tetap tinggal di kelurahan ini. Interaksi Sebelum KonflikIndonesia yang merupakan masyarakat yang mejemuk karena mencakup berbagai etnik dalam suatu daerahInteraksi masyarakat di Kota Poso khususnya di Kelurahan Kayamanya terjalin sangatlah harmonis sebelum konflik terjadi, hidup rukun dan damai itulah gambaran hubungan masyarakat pada saat itu, baik masyarakat lokal dan masyarakat pendatang yang berbeda agama maupun yang berbeda etnik saling menghargai satu sama lainnya. Seperti yang dikatakan oleh Ibu Rosmini salah satu Ibu rumah tangga di Kelurahan Kayamanya (47 tahun) mengatakan:Sebelum kerusuhan, warga disini saling menghargai, saling membantu dan saling percaya satu sama lain. Saya ingat pada saat hari lebaran teman-teman saya yang beragama kristen sering berkunjung kerumah saya untuk bersilaturahmi, begitupun juga pada saat perayaan hari natal, saya dan teman-teman yang beragama islam sering berkunjung kerumah teman-teman yang beragama kristen untuk bersilaturahmi. Pada saat itu semua terasa aman dan tidak ada saling curiga. Semuanya sudah seperti keluarga pada saat itu (Wawancara Sabtu 11 Oktober 2014)Hal tersebut juga di katakan oleh Bapakk Syarifudin seorang wiraswasta (39 Tahun) yang telah puluhan tahun tinggal di Kelurahan Kayamanya:Poso ini dulunya adalah tempat yang aman, semua orang sudah seperti keluarga saling membantu saat ada masalah. Masyarakat asli Poso juga sering mengundang saya dan teman-teman jika ada acara pernikahan atau kegiatan adat seperti syukuran/ padungku untuk datang hadiri acara tersebut. Dulu itu semua masyarakat saling menjaga satu sama lain, baik masyarakat asli Poso dan masyarakat pendatang (Wawancara Senin 13 Oktober 2014)Dari wawancara di atas, interaksi atau hubungan masyarakat sebelum konflik sudah sangat harmonis, bahkan perbedaan-perbedaan itu dipadukan untuk menuju suatu kesatuan dan menciptakan suatu hubungan yang harmonis dalam suatu masyarakat. Keutuhan masyarakat dapat dicapai bila terdapat unsur-unsur kesamaan kepentingan atau kebutuhan anggota pada suatu objek sosial tertentu dalam masyarakat. Seperti yang dikatakan oleh Bapakk Ali Muthakhim seorang karyawan swasta (35 tahun):Poso sebelum konflik adalah tempat yang tenang dan damai untuk bekerja, tidak membeda-bedakan antara suku yang satu dengan suku yang lainnya, begitu juga agama islam, kristen dan hindu semuanya saling menghargai. Masyarakat dengan sama-sama menjunjung silahturami dan menerima segala perbedaan yang ada di masyarakat. (Wawancara Sabtu 11 Oktober 2014)Berdasarkan penjelesan diatask,

Interaksi Pasca KonflikPeacemaking (membuat perdamaian) dan Peacekeeping (menjaga perdamaian) dIbutuhkan untuk mencegah konflik dan mempertahankan perdamaian jika kondisi tersebut telah tercapai. Jika sukses, keduanya akan memperkuat kesempatan pasca konflik, yang mana dapat mencegah kemunculan kembali kekerasan diantara individu dan negara Strategi yang digunakan bukan pemutusan hubungan antara kelompok, melainkan peningkatan hubungan antar kelompok, bukan berasal dari atas, tapi dari bawah. Bagaimana mencegah konflik sosial baik yang berlatar belakang agama, etnis, politik maupun ekonomi. Cara yang bisa dilakukan adalah dengan memenej konflik atau potensi konflik. Salah satu bentuk manajemen konflik yang dapat dilakukan adalah melalui proses pembelajaran di lembaga pendidikan (sekolah). Dalam hal ini terlihat bahwa terdapat beban yang sangat berat bagi pendidikan kita terutama pendidikan moral atau proses sosialisasi tentang keberagamaan dan makna dari keberagaman tersebut bagi kehidupan. Oleh karena itu sudah seharusnya kita mulai memikirkan pendidikan multikultur yang mengembangkan konsep toleransi, saling menghargai, saling menghormati dan saling menyadari tentang sebuah perbedaan. Para pendidik harus bekerja keras untuk melakukan reorientasi pembelajaran agama kepada para peseta didik dengan tetap mensosialisasikan nilai-nilai dan norma agama dari masing-masing agama yang diajarkan.Masyarakat Kota Poso banyak belajar dari konflik-konflik yang telah terjadi dan tidak mudah lagi terprovokasi oleh isu-isu yang beredar. Pasca konflik interaksi yang terjadi di Kota Poso terjalin sangat baik dan harmonis, Khususnya Kelurahan Kayamanya, beberapa tahun terakhir ini masyarakat lokal dan masyarakat pendatang telah menjalin hubungan yang baik. Seperti informasi yang diterangkan oleh Bapak Muhlis Malik seorang wiraswasta (28 tahun):Pasca konflik hubungan antara masyarakat terjalin lebih baik lagi, masyarakat yang beragama islam dan kristen tidak mudah lagi terprovokasi dengan isu-isu dan lebih mementingkan kedamaian dan keamanan yang telah berlangsung beberapa tahun ini. Hubungan yang terjadi antara masyarakat asli dan pendatang terjalin sangat baik dan saling menghoramati tanpa melihat suku dan agama yang berbeda (Wawancara Rabu 15 Oktober 2014) Meskipun beberapa masyarakat masih ada yang khawatir akan terjadinya konflik kembali, tetapi mereka juga berusaha untuk saling menjaga, dan membangun kembali kepercayaan dan persaudaraan di Kota Poso khusunya di Kelurahan Kayamanya. Ketika kehidupan yang rukun dan damai terpelihara, maka akan membentuk suatu kehidupan bersama yakni paguyuban. Hal ini akan membuat masayarakat Kelurahan Kayamanya yang anggotanya diikat oleh hubungan batin yang murni dan bersifat alamiah serta bersifat kekal. Dasar hubungan antar etnik lainya tersebut adalah rasa cinta dan rasa kesatuan batin yang memang telah ditakdirkan. (Tonnis dalam Soekanto, 2007)Terjalinnya interaksi yang baik dan harmonis di Kelurahan Kayamanya dapat dilihat dari beberapa informan. Seperti penuturan saudari Inda. SE seorang wiraswasta (26) sebagai berikut:Saya pikir sekarang ini semua masyarakat pasti tidak ingin lagi terjadi konflik seperti yang telah terjadi, saya melihat hubungan masyarakat terjalin lebih baik, bahkan setiap kali ada hari perayaan atau hari besar dari agama islam atau kristen, masyarakat saling membantu dan menghargai hari perayaan yang ada, kadang juga kalau ada kegiatan rohani atau religi masyarakat saling mendukung satu sama lain dan saling menjaga keamanan (Wawancara Jumat 17 Oktober 2014)

Konflik yang telah terjadi di Kota Poso menyisahkan banyak kenangan yang menyedihkan dan juga pembelajaran bagi masyarakat lokal maupun masyarakat pendatang yang telah lama tinggal di Kota Poso khususnya di Kelurahan Kayamanya. 4.3.2 Bentuk-bentuk Interaksi Masyarakat Lokal dan Masyarakat Pendatang Pasca Konflik di Kelurahan KayamanyaManusia sebagai salah satu mahluk yang bermasyarakat dengan memperlihatkan sifat-sifat yang paradoks. Sifat-sifat tersebut biasanya pada satu pihak ia menjadi produk masyarakat, sedangkan dipihak lain ia juga menjadi produser masayrakat. Pada saat yang sama manusia merupakan anggota dari kelompoknya dan menjadi mahluk sosial yang diatur oleh norma sosial yang membatasi cara berpikir, berperasaan dan tindakanya sesusai dengan peraturan serta pola masyarakat. Manusia pun sebagai individu yang bertindak dan bertanggung jawab atas perbuatannya sendiri. Akan tetapi sebagai mahluk sosial ia harus bertindak sesuai dengan norma-norma yang berlaku dalam masyarakat.Sebagai mahluk sosial, manusia memiliki keinginan untuk dapat bergaul dengan orang lain. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut, maka manusia menggunakan potensi dasar yang dimiliki dengan cara berinteraksi. Proses interaksi yang terjadi dapat menyebabkan integrasi dengan orang-orang disekitarnyaBentuk-bentuk dalam interaksi sosial ada empat, yakni; Kerjasama, kerja sama timbul apabila orang menyadari bahwa mereka mempunyai kepentingan-kepentingan yang sama dan pada saat yang bersamaan mempunyai cukup pengetahuan dan pengendalian terhadap diri sendiri untuk memenuhi kepentingan-kepentingan tersebut.Interaksi dalam bentuk kerjasama ini terjadi seperti yang dikatakan oleh saudara Chandra (29 tahun) seorang karyawan yang bekerja di sebuah toko pakaian/distro di Kelurahan Kayamanya, mengatakan:Kerjasama yang terjadi seperti gotong royong, kerja bakti dan mengikuti lomba atau seni yang biasa diadakan saat hari-hari besar seperti 17 Agustus, masyarakat lokal dan masyarakat pendatang sangat antusias dalam mengikuti kegiatan-kegiatan tersebut dan bersama-sama memeriahkan kegiatan tersebut. Seperti yang saya perhatikan kerjasama juga terjadi dipasar sentral Poso dan kantor pemerintah dan kantor swasta. Seperti tidak ada lagi perbedaan yang terlihat dalam masyarakat di Kelurahan Kayamanya, bukan hanya itu pasca konflik kita disini juga bersama-sama menjaga hubungan yang sudah terjalin sangat baik dan saling bertukar informasi, bukan hanya masyarakat yang ada dikelurahan kayamanya tetapi masyarakat yang ada di Kota Poso juga (Wawancara Kamis 16 Oktober 2014)

Persaingan dapat diartikan sebagai suatu proses sosial, dimana individu atau kelompok-kelompok manusia yang bersaing mencari keuntungan melalui bidang-bidang kehidupan yang pada suatu masa tertentu menjadi pusat perhatian umum (baik perseorangan maupun kelompok manusia) dengan cara menarik perhatian publik atau dengan mempertajam prasangka yang telah ada tanpa mempergunakan ancaman atau kekerasan.Sesuai dengan keterangan diatas saudari Nurul Fajriah salah seorang pedagang baju di Pasar Sentral Poso (22 tahun) mengatakan:Beberapa tahun ini saya merasa masyarakat sudah tenang dalam beraktifitas diKota Poso seperti bekerja. Saya ingat saat kerusuhan terjadi, orang tua saya sangat susah untuk bekerja karena mereka adalah guru, begitu juga dengan anak sekolah tidak diperbolehkan untuk kesekolah, tetapi sekarang kami sudah tenang untuk berdagang, meskipun dipasar sentral poso terjadi persaingan-persaingan dengan para pedagang yang lain dan juga pedagang pendatang yang baru, tetapi kami tetap menjaga hubungan agar tetap berjalan baik dan aman, begitu juga dengan anak-anak yang ingin bersekolah sekarang tidak khawatir untuk bersekolah. Dan kami juga sadar konflik yang telah terjadi membuat kami rugi dalam bentuk apapun, jadi kami juga berusaha menjaga kedamaian yang telah berjalan dengan baik beberapa tahun ini (Wawancara Sabtu 18 Oktober 2014)

Dari hasil wawancara di atas dapat dilihat bahwa pemenuhan kebutuhan hidup masyarakat yang terpenuhi bukan hanya dari segi kenyamanan dan kebutuhan ekonomi namun juga dari segi kebutuhan sosial salah satunya dalam pendidikan.

Akomodasi dimaksudkan sebagai suatu proses dimana orang perorangan atau kelompok-kelompok manusia yang mula-mula saling bertentangan, saling mengadakan penyesuaian diri untuk mengatasi ketengangan-ketegangan. Akomodasi merupakan suatu cara untuk menyelesaikan masalah tanpa menghancurkan pihak lawan sehingga lawan tidak kehilangan pribadinya.Seperti hasil informasi yang diterangkan oleh saudari Delfiana seorang wiraswasta (24 tahun) menerangkan bahwa:Konflik yang telah terjadi berapa tahun lalu membuat masyarakat yang bertikai lebih berpikir positif dan saya melihat masyarakat asli Poso mulai menerima perbedaan agama dengan masyarakat pendatang yang telah lama dan juga pendatang baru, begitu juga masyarakat asli Poso yang dulunya mengungsi, telah banyak yang kembali pulang ke Poso dan mulai bekerja dan membuka usaha kembali, dan juga jika terjadi perkelahian atau masalah yang terjadi antar anak muda atau warga setempat, mereka menyelesaikannya dikantor Polisi atau menyelesaikannya secara kekeluargaan (Wawancara Minggu 19 Oktober 2014)Berdasarkan informasi yang di dapatkan Penulis bentuk-bentuk interaksi masyarakat di Kelurahan Kayamanya sudah sangat baik, dengan adanya unsur-unsur kesamaan kepentingan dan kebutuhan, menyebabkan kelompok-kelompok masyarakat saling menjaga keseimbangan untuk mewujudkan kedekatan-kedekatan antar hubungan sosial, budaya dan ekonomi, begitu juga dengan adanya perbedaan-perbedaan membuat masyarakat lokal dan masyarakat pendatang di Kelurahan Kayamanya lebih saling menghargai satu sama lain. Dengan demikian, interaksi pasca konflik merupakan suatu proses untuk mempertahankan kelangsungan hidup masyarakat lebih baik. Hal ini akan menjamin suatu keadaan yang harmonis dalam kehidupan masyarakat di Kelurahan Kayamanya. Pasca konflik ada beberapa hal yang harus dilakukan baik dari pemerintah, orang tua serta masyarakat di Kota Poso khusunya di Kelurahan Kayamanya agar tidak memicu terjadinya konflik kembali, seperti: Orang tua memberi perhatian serta pengawasan khusus kepada anak-anak muda dirumah maupun di lingkugan luar rumah misalnya, dengan memberikan pemahaman agama yang mendalam. Pemerintah harus terus memperhatikan dan menjaga keamanan yang sudah berjalan, dengan cara meningkatkan patroli malam dan menertipkan peredaran minuman keras (Miras) dan obat-obatan terlarang. Serta masyarakat sendiri kiranya harus menjaga keamanan masing-masing dan selalu berfikir positif, tidak mudah terprovokasi yang bisa mengakibatan konflik terjadi kembali.Sesungguhnya dengan beranekaragamnya etnik dalam suatu daerah tertentu seperti halnya di Kelurahan Kayamanya, konflik bisa saja terus terjadi dalam masyarakat tersebut, namun masyarakat tersebut lebih mementingkan kepentingan bersama yakni kehidupan yang damai, maka konflik dapat diminimalisir sedini mungkin. Inilah yang menurut Ata Ujan dkk (2009:99), ada beberapa sikap yang di kembangkan dalam menghadapi konflik pada masyarakat multikultural seperti sebagai berikut:1. Sikap terbuka terhadap kebudayaan lainSikap terbuka terhadap masyarakat yang memiliki kebudayaan lain telah terlihat sejak masuknya para pendatang bahkan sebelum konflik terjadi di Kelurahan Kayamanya 2. Sikap menghargai realitas multikulturalInilah sikap yang paling mendasar untuk menjadikan keharmonisan di Kelurahan Kayamanya. Banyaknya perbedaan-perbedaan yang dimiliki tentunya aan terkrompomi dengan saling menghargai dan mengakui keberadaan budaya-budaya etnik lainya.3. Menjadi pribadi yang menolak kekerasanPenyelesaian konflik maupun ketegangan-ketegangan yang ada di Kelurahan Kayamanya diperankan oleh pemerintah di kelurahan dan lembaga adat yang ada4.3.3 Harapan Masyarakat Pasca KonflikHarapan berasal dari kata harap yaitu keinginan supaya sesuatu terjadi atau sesuatu yang belum terwujud. Harapan dapat diartikan sebagai menginginkan sesuatu yang dipercayai dan dianggap benar dan jujur oleh setiap manusia dan harapan agar dapat dicapai, memerlukan kepercayaan kepada diri sendiri, kepercayaan kepada orang lain dan kepercayaan kepada TUHAN. Beberap pendapat dari orang-orang bahwa manusia yang tidak mempunyai harapan adalah manusia yang mati sebelum waktu-nya. Bisa jadi, karena harapan adalah sesuatu yang hendak kita raih dan terpampang dimuka. Hampir sama dengan visi walau dalam spektrum sederhana, harapan merupakan ciptaan yang kita buat sebagai sesuatu yang hendak kita raih. Jadi hidup tanpa harapan adalah hidup tanpa visi dan tujuan.Seperti yang telah dijelaskan diatas, informan saudari Filadelvia Taepo seorang mahasiswa STIKES Poso yang tinggal di Kelurahan Kayamanya (22 tahun), menerangkan bahwa:Harapan saya masyarakat di Poso dapat hidup lebih damai kedepannya, masyarakat harus lebih bijak jika ada masalah-maslah yang terjadi, jangan lagi terprovokasi dengan isu-isu, saya dan pastinya masih banyak anak-anak muda di Poso ingin masa depan yang lebih baik di Kota Poso ini, sudah cukup dengan kerusuhan-kerusuhan kemarin, banyak orang yang menderita, saya harap masyarakat siapapun itu lebih memikirkan kehidupan anak-anak mereka kedepannya (Wawancara Rabu 22 Oktober 2014)Dalam mencukupi kebutuhan kodrat maupun kebutuhan, manusia membutuhkan orang lain untuk mencapai harapan-harap tersebut.Bila manusia yang hidup tanpa harapan pada hakekatnya dia sudah mati. Harapan bukanlah sesuatu yang terucap dimulut saja tetapi juga berangkat dari usaha. Dia adalah kecenderungan batin untuk membuat sebuah rencana aksi, peristiwa, atau sesuatu menjadi lebih bagus. Sederhananya, harapan membuat kita berpikir untuk melakukan sesuatu yang lebih baik untuk meraih sesuatu yang lebih baik. Pasca konflik di Kota Poso, terjadi perubahan-perubahan positif di dalam masyarakat dan juga timbulnya keinginan dan harapan untuk hidup lebih baik dan lebih menghargai perbedaan yang ada di masyarakat, baik masyarakat lokal dan pendatang. Begitu juga harapan yang dimiliki Farhan Salim seorang mahasiswa UNSIMAR (20 tahun) ketika di wawancarai mengatakan:kedepan saya harap hubungan masyarakat lebih baik, saling menghargai lagi seperti sebelum kerusuhan, tidak saling menyinggung agama orang lain, saya mau keadaan yang aman seperti ini tetap bertahan sterusny. Saya juga berharap masyarakat sadar dengan dampak konflik yang sama sekali tidak menghasilkan apa-apa, kecuali kehancuran semata (Wawancara Sabtu 24 Oktober 2014)Sama halnya dengan yang dikatakan oleh bapak Abduh Sima seorang Pegawai Negri Sipil di Kantor Bupati yang tinggal di Kelurahan Kayamanya (49 tahun) mengatakan:saya berharap kedepannya hubungan yang baik seperti sekarang ini berkesinambungan, baik program pemerintah dengan program tokoh-tokoh agama bisa berjalan dengan baik sehingga terjalin silahturahmi antara semua golongan yang berbeda agama dan suku. Para aparat harus bertindak lebih baik dalam menangani masalah di Kota Poso. Saya juga berharap masyarakat tidak terprovokasi dengan berita-berita yang sumbernya tidak jelas dan tidak ada lagi pengelompokan-pengelompokan dengan harapan kita semua bersaudara. Saya berharap Poso bisa seperti dulu, tidak ada konflik yang terjadi dan hidup tenang atau mungkin bisa lebih baik lagi kedepanya (Wawancara Selasa 21 Oktober 2014)Harapan-harapan dari masyarakat di Kelurahan Kayamanya merupakan harapan semua masyarakat pasca konflik di Kota Poso pada umumnya. Harapan hidup yang lebih baik di Kelurahan Kayamanya dapat tercapai dengan sikap saling mengharagai, menghormati, menerima dan mengakui keberadaan masing-masing. BAB IVPENUTUP5.1 KesimpulanBerdasarkan pembahasan terhadap permasalahan yang telah di uraikan pada bab empat mengenai interaksi antar masyarakat lokal dan masyarakat pendatang pasca konflik di Kelurahan Kayamanya Kecamatan Poso Kota Kabupaten Poso, Maka ada beberapa kesimpulan sebagai berikut:1. Interaksi antara masyarakat lokal dan masyarakat pendatang yang berbeda etnik dan agama di Kelurahan Kayamanya telah berlangsung sebelum tejadinya konflik di Kota Poso. Adanya kepentingan akan kebutuhan pada suatu jenis pekerjaan atau tujuan masing-masing individu untuk memenuhi kebutuhan menjadikan setiap masyarakat menginginkan kehidupan yang rukun dan damai. Keterbukaan oleh masing-masing masyarakat menyebabkan hal ini dilakukan dengan saling menghargai serta toleransi antar warga.2. Bentuk interaksi yang terjadi antar masyarakat lokal dan masyarakat pendatang pasca konflik di Kelurahan Kayamanya terjadi karena adanya hubungan pekerjaan, gotong royong serta pemukiman yang saling berdekatan. Hal ini dikarenakan nilai-nilai yang dipahami sebagai konsensus sosial yang dapat merekatkan hubungan antar warga masyarakat yakni adat istiadat, agama dan pemerintah di Kelurahan Kayamanya serta sikap saling menghargai, menerima dan mengakui keberadaan masing-masing.

5.2 SaranWalaupun interaksi antar masyarakat lokal dan masyarakat pendatang sudah berjalan dengan baik dan harmonis, Pemerintah Kabupaten Poso perlu mengoptimalkan kembali peran dan fungsi lembaga adat maupun lembaga keagamaan di Kelurahan Kayamanya untuk mensosialisasikan tentang pentingnya hidup dalam keberagaman, baik berbeda etnik, agam, budaya dan bahasa dalam satu ikatan kekerabatan serta nilai-nilai sosial yang ada dalam masyarakat di Kabupaten Poso khusunya di Kelurahan Kayamanya. Hal ini penting untuk mencegah terjadinya konflik di masa yang akan datang. 45