daftar cagar budaya tidak bergerak kabupaten … · nomor inventaris cagar budaya...

33
DAFTAR CAGAR BUDAYA TIDAK BERGERAK KABUPATEN ROKAN HILIR PROVINSI RIAU BALAI PELESTARIAN CAGAR BUDAYA SUMATERA BARAT WILAYAH KERJA PROVINSI SUMATERA BARAT, RIAU DAN KEPULAUAN RIAU

Upload: doankhanh

Post on 06-Mar-2019

237 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

DAFTAR CAGAR BUDAYA TIDAK

BERGERAK

KABUPATEN ROKAN HILIR

PROVINSI RIAU

BALAI PELESTARIAN CAGAR BUDAYA

SUMATERA BARAT

WILAYAH KERJA PROVINSI SUMATERA BARAT, RIAU DAN KEPULAUAN RIAU

[1]

1. Situs Candi Sintong

KOMPONEN DATA

DATA TEKNIS

Nomor Inventaris Cagar Budaya 01/BCB-TB/B/08/2007

Nama Cagar Budaya Situs Candi Sintong

Alamat

Jalan Jalan Ferry

Dusun/Kampung/Jorong Sintong

Desa/Kelurahan/Nagari Sintong

Kecamatan Tanah Putih

Kabupaten/Kota Rokan Hilir

Provinsi Riau

Orbitrasi Situs (km)

Ibukota Kab./Kota ± 95 km

Ibukota Prov. ± 198 km

Keletakan Geografis Situs berada di daerah dengan bentang lahan datar. Sekeliling situs merupakan daerah perkebunan sawit masyarakat.

Aksesibilitas Situs Untuk mencapai situs dapat menggunakan kendaraan roda dua dan empat, kemudian dilanjutkan dengan berjalan kaki ± 500 m.

Letak Astronomis N 01° 30’ 42.7’’ dan E 100° 58’ 39,4’’ ketinggian 12 m dpl

Deskripsi Historis Riwayat penelitian dan pengkajian yang pernah dilakukan terhadap Candi Sintong dilakukan oleh BP3 Batusangkar, Puslitarkenas, Balar Medan dan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Riau. Pada tahun 1992/1993 Provinsi Riau bekerjasama dengan Suaka Peninggalan Sejarah dan Purbakala (SPSP) Sumbar Riau melakukan ekskavasi pada bangunan candi. Pada tahun 1993/1994 dilakukan penelitian oleh Puslitarkenas. Kemudian pada tahun 2008 dilakukan ekskavasi lanjutan oleh Provinsi Riau bekerjasama dengan Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala (BP3) Batusangkar. Dari hasil ekskavasi juga ditemukan berbagai macam keramik, gerabah, tulang, perhiasan emas dan arang. Dari hasil-hasil ini diperkirakan candi dibangun pada abad 12-13 M dan berlatar belakang Hindu/Budha. Berdasarkan hasil Penelusuran Arkeologi dan Sejarah Bagan Siapiapi, Kabupaten Rokan Hilir, Provinsi Riau oleh: Lucas Partanda Koestoro, Taufiqurrahman Setiawan, Suprayitno, Fitriaty Harahap, Ratna, dan Rita Margaretha Setianingsih, kemungkinan pada masa ini daerah Rokan Hilir dikuasai oleh Kerajaan Rokan. Karena itu peninggalan-peninggalan berupa reruntuhan Candi Sintong dan Candi Sedinginan di Kecamatan Tanah Putih, Kabupaten Rokan Hilir merupakan peninggalan Kerajaan Rokan. Dari hasil ekskavasi tahun 1992/1993 di Candi Sintong diperkirakan candi ini dibangun pada abad 12--13 M. Periode ini merupakan masa kemunculan Kerajaan Rokan, Ghasib, dan Kandis seiring dengan mundurnya kekuasaan Suwarnabhumi akibat berperang dengan Singosari. Mundurnya peran Suwarnabhumi merupakan peluang yang dimanfaatkan Malik Al-

[2]

Saleh dalam membangun Kerajaan Samudera Pasai pada tahun 1283.

Deskripsi Arkeologis Candi Sintong terletak diantara perkebunan sawit masyarakat dengan bentang lahan yang datar. Lokasi berada ± 500 m dari jalan Ferry. Tidak jauh dari lokasi (sebelah timur) terdapat sungai Rokan yang berjarak ± 200 m. Berdasarkan hasil penelitian candi ini berlatar belakang agama Hindu/Budha. Di sekitar Situs Candi Sintong terdapat tempat yang oleh masyarakat disebut sebagai Tapak Mahligai. Tempat ini berupa gundukan tanah seluas 16 m² yang dikelilingi oleh semacam parit. Tapak Mahligai ini berjarak ± 160 m dari ke arah barat Candi Sintong.Secara umum diareal Candi Sintong terdapat dua buah gundukan tanah yang merupakan bekas candi. Untuk diketahui pada lokasi ini tinggalan hanya berupa serakan bata yang kondisinya sudah amat rapuh dan posisinya sudah tidak pada tempatnya. Di sisi barat laut situs terdapat sebuah kolam yang oleh masyarakat disebut dengan Kolam Putri Hijau. Disebelah barat struktur candi terdapat sebuah parit kuno yang membujur arah timur-barat yang bermuara ke Sungai Rokan. Berdasarkan hasil peneitian Puslitarkenas pada tahun 1993/1994 pada lokasi sekitar situs diindikasikan adanya bangunan suci yang terbuat dari bata sebanyak 2 buah bangunan yakni Candi I (sebelah barat) dan Candi II (sebelah timur).

Ukuran (Luas) Situs Bangunan 3,5 m x 3,5 m (12,25 m²)

Lahan 54,5 m x 42 m (2289 m²)

Batas-Batas Situs Utara Kebun masyarakat (sawit)

Selatan Kebun masyarakat (sawit)

Timur Kebun masyarakat (sawit)

Barat Kebun masyarakat (sawit)

Fungsi awal dan fungsi sekarang

Fungsi awal: Candi; tempat aktifitas keagamaan Hindu/Budha. Fungsi sekarang: Penelitian, Pariwisata

Pemilik Lahan milik kaum/masyarakat

Pengelola BP3 Batusangkar, Puslitarkenas, dan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Riau.

Foto

Foto Objek

Foto: Candi Sintong dari arah baratdaya (Dok.BPCB Sumbar: 2017

[3]

Foto: Detail Candi Sintong dari arah baratdaya (Dok.BPCB Sumbar: 2017)

Foto: Candi Sintong dari arah timur (Dok.BPCB Sumbar: 2017)

[4]

Foto: Candi Sintong dari arah utara (Dok.BPCB Sumbar: 2017)

Foto: Detail lapisan bata di Candi Sintong (Dok.BPCB Sumbar:2017)

[5]

Foto Lingkungan

Foto: Lingkungan Candi Sintong (Dok.BPCB Sumbar: 2017)

Denah Keletakan

Digambar oleh : M.Yusuf, ST

Tanggal Pendataan Juni 2017

Pengentri Data Dodi Chandra, S.Hum, M. Yusuf, S.T

[6]

2. Situs Candi Sedinginan

KOMPONEN DATA

DATA TEKNIS

Nomor Inventaris Cagar Budaya 02/BCB-TB/B/08/2007

Nama Cagar Budaya Situs Candi Sedinginan

Alamat

Jalan Jalan Mansurdin

Dusun/Kampung/Jorong Sedinginan Hilir

Desa/Kelurahan/Nagari Sedinginan

Kecamatan Tanah Putih

Kabupaten/Kota Rokan Hilir

Provinsi Riau

Orbitrasi Situs (km)

Ibukota Kab./Kota ± 87 km

Ibukota Prov. ± 190 km

Keletakan Geografis Situs berada di areal perkebunan dan rumah masyarakat dengan bentang lahan miring.

Aksesibilitas Situs Untuk mencapai lokasi dapat digunakan kendaraan roda dua dan empat. Kemudian dilanjutkan dengan berjalan kaki sejauh ± 100 meter.

Letak Astronomis N 01° 33’ 35.7’’ dan 101° 01’ 02.9’’ ketinggian 22 mdpl

Deskripsi Historis Sampai saat ini keberadaan Situs Candi Sedinginan masih menjadi tanda tanya bagi kalangan ahli arkeologi dan sejarah. Data artefaktual yang ditemukan di daerah Sedinginan masih terbilang minim sehingga belum dapat dipakai sebagai alat untuk merekonstruksi sejarah kebudayaan masyarakat masa lalu. Temuan “candi” yang belum dapat menjelaskan berbagai hal yang selama ini dipertanyakan. Keberadaan pemukiman rumah penduduk di sekitar areal situs juga menjadi permasalahan tersendiri yang seringkali menjadi hambatan dalam upaya penelitian dan pengkajian yang akan dilaksanakan.

Deskripsi Arkeologis Secara umum keberadaan bangunan sebuah candi sudah tidak ditemukan lagi. Dari hasil ekskavasi tinggalan yang ditemukan hanya berupa satu garis pondasi bata yang masih tersusun dengan baik serta beberapa buah bata yang berserakan di atas permukaan tanah. Diperkirakan keberadaan Candi Sedinginan yang berada di pinggir tebing ini sudah runtuh. Luas lahan yang masih diperkirakan terdapat tinggalan struktur bata ini berada ± 10 m x 10 m.

Ukuran (Luas) Situs Bangunan -

Lahan 10 m x 10 m (m²)

Batas-Batas Situs Utara Rumah penduduk

Selatan Rumah penduduk dan kebun

Timur Kebun/tebing bukit

Barat Rumah penduduk

Fungsi awal dan fungsi sekarang Fungsi awal: merupakan tempat aktifitas keagamaan

[7]

Fungsi sekarang: Penelitian, pariwisata

Pemilik Tanah milik Bustami

Pengelola BP3 Batusangkar, Balar Medan, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Riau

Foto

Foto Objek

Foto: Temuan struktur bata di Situs Candi Sedinginan

(Dok.BPCB Sumbar:2017)

Foto: Temuan struktur bata di Situs Candi Sedinginan

(Dok.BPCB Sumbar:2017)

[8]

Foto Lingkungan

Foto: Lingkungan di Situs Candi Sedinginan (Dok.BPCB Sumbar: 2017)

Foto: Lingkungan di Situs Candi Sedinginan (Dok.BPCB Sumbar: 2017)

Denah Keletakan

Digambar oleh : M.Yusuf, ST

Tanggal Pendataan Juni 2017

Pengentri Data Dodi Chandra, S.Hum, M. Yusuf, S.T

[9]

3. Rumah Kapiten Cina Ng Hi Tam

KOMPONEN DATA

DATA TEKNIS

Nomor Inventaris Cagar Budaya 03/BCB-TB/B/08/2009

Nama Cagar Budaya Rumah Kapiten1 Cina Ng Hi Tam

Alamat

Jalan Gang Merdeka No. 40

Dusun/Kampung/Jorong RT 04 RW 02

Desa/Kelurahan/Nagari Kel. Bagan Hilir

Kecamatan Bangko

Kabupaten/Kota Rokan Hilir

Provinsi Riau

Orbitrasi Situs (km)

Ibukota Kab./Kota ± 50 m

Ibukota Prov. ± 323 km

Keletakan Geografis Cagar Budaya terletak ditengah-tengah areal pemukiman masyarakat, lokasi objek berada di wilayah pusat Kota Bagansiapi-api

Aksesibilitas Situs Untuk mencapai lokasi dapat ditempuh dengan menggunakan kendaraan roda empat dan dua.

Letak Astronomis N 02° 09’ 41.6’’ E 100° 48’ 32.1’’ ketinggian 26 m dpl

Deskripsi Historis Bangunan ini merupakan rumah hunian yang dibangun oleh Ng Hi Tam seorang Kapiten Cina (Kapiten der Chinezen) Bagan Siapiapi pada tahun 1930. Kapiten Cina ini merupakan jabatan yang diberikan oleh pemerintah kolonial (Belanda) kepada warga Tionghoa. Kapitan adalah Pejabat yang diangkat oleh Pemerintahan Kolonial Belanda dan biasanya dipilih atas dasar ketokohan dan kekayaan serta pengaruh dalam masyarakat pedagang Tionghoa, Kapitan Tionghoa pada umumnya merupakan orang-perorang yang sangat kaya diantara komunitas masyarakat Tionghoa dan kekayaan menjadi bagian dari parameter penghargaan yang tinggi dan pengaruh ketokohannya pada komunitas masyarakat Tionghoa yang dipercayai penuh berperan menjembatani kepentingan ekonomi, politik, dan sosial antara Pemerintah Kolonial Belanda dengan Komunitas Tionghoa, membuat catatan daftar kelahiran, kematian, pernikahan, kedatangan atau migrasi mereka serta kegiatan kebudayaan atau tradisi komunitas masyarakat Tionghoa. Kapiten/Kapitan yang memiliki bangunan ini bernama Ng Hi Tam tokoh etnis Tinghoa dari marga NG. Ng Hi Tam dibunuh oleh Belanda pada tahun 1940. Sampai sekarang rumah ini masih difungsikan sebagai rumah hunian oleh keturunan Ng Hi Tam. Sekarang penghuni rumah ini merupakan keturunan

1 Istilah pejabat Belanda dari bangsa Tionghoa adalah Kapitan. Kapitan Tionghoa merupakan sebutan yang diberi dan

diciptakan oleh sistem Pemerintahan Kolonial Belanda dalam upaya mengendalikan dan mengatur komunitas masyarakat Tionghoa. Kapitan menjadi pusat Komando dalam menjalankan fungsi kekuasaan selaku tokoh dan pemimpin komunitas Tionghoa.

[10]

(generasi) ketiga dari Kapiten Cina Ng Hi Tam. Secara keseluruhan tidak banyak perubahan yang dilakukan terhadap bangunan.

Deskripsi Arkeologis Bangunan ini terdapat di areal pemukiman masyarakat dengan bentang lahan datar. Secara keseluruhan tidak banyak terdapat perubahan pada bangunan. Bangunan berdenah empat persegi panjang, orientasi arah barat. Bangunan rumah kapiten ini termask dalam tipe rumah panggung, dengan adanya kolong sebagai bagian perantara tanah dan bangunan inti. Pondasi bangunan terbuat dari bahan bata, semen. Secara arsitektural, bangunan merupakan perpaduan arsitektur bangunan kuno gaya Tradisional Tionghoa-Melayu. Arsitektur Melayu terlihat pada bagian kolong/panggung, bentuk pintu, jendela, teras rumah. Sedangkan arsitektur Cina (Tionghoa) terlihat pada sandi pada bagian atas tiang, ukirannya. Sedangkan bahan bangunan secara umum terbuat dari kayu dan atap dari seng. Bahan yang dipakai lebih banyak menggunakan bahan kayu, baik untuk dinding, lantai, pintu, jendela, kerangkan atap. Bangunan terbagi atas tiga ruang, ruang utama pada bagian ini merupakan kamar tidur (2 buah kamar), ruang tengah yang berfungsi sebagai ruang keluarga dan ruang belakang yang berfungsi sebagai ruang makan. Pada dinding ruang bagian dalam juga banyak terdapat ukiran-ukiran bahkan sampai dengan plafon bangunan yang bermotif flora. Bangunan dilengkapi dengan 1 pintu masuk di sisi barat, 4 jendela bagian depan, 4 jendela samping kanan, dan 4 jendela samping kiri. Pada bagian depan terdapat tangga masuk yang terbuat dari beton dengan jumlah anak tangga 9 buah. Selain itu, pada dinding pada bangunan dipenuhi dengan ukiran dan lukisan dengan berbagai motif seperti, manusia, hewan, sulur-suluran, dan geometris. Ornamen tersebut ada yang bermakna religi dan ada juga yang sebagai hiasan bangunan.

Ukuran (Luas) Situs Bangunan 13,28 m x 16 m (212,48 m²)

Lahan 20 m x 60 m (1.200 m²)

Batas-Batas Situs Utara Rumah penduduk

Selatan Rumah Penduduk

Barat Gang Merdeka

Timur Rumah Penduduk

Fungsi awal dan fungsi sekarang Fungsi lama dan sekarang bangunan merupakan rumah hunian.

Pemilik Keturunan Ng Hi Tam (generasi ketiga) atas nama Ng Co Bun)

Pengelola Ahli waris Ng Co Bun

[11]

Foto

Foto Objek

Foto: Tampak depan Rumah Kapiten Cina Ng Hi Tam

(Dok. BPCB Sumbar:2017)

Foto: Tampak samping Rumah Kapiten Cina Ng Hi Tam

(Dok. BPCB Sumbar : 2017)

Foto: Tampak samping Rumah Kapiten Cina Ng Hi Tam

(Dok. BPCB Sumbar : 2017)

[12]

Foto: Tangga masuk Rumah Kapiten Cina Ng Hi Tam

(Dok. BPCB Sumbar : 2017)

Foto: Pintu masuk Rumah Kapiten Cina Ng Hi Tam

(Dok. BPCB Sumbar:2017)

Foto: Jendela Rumah Kapiten Cina Ng Hi Tam (Dok. BPCB Sumbar : 2017)

[13]

Foto: Ornamen pada Rumah Kapiten Cina Ng Hi Tam

(Dok. BPCB Sumbar : 2017)

Foto Lingkungan

Foto: Lingkungan Rumah Kapiten Cina Ng Hi Tam (Dok. BPCB Sumbar:2017

)

[14]

Foto: Lingkungan Rumah Kapiten Cina Ng Hi Tam (Dok. BPCB Sumbar:2017)

Denah Keletakan

Digambar oleh : M.Yusuf, ST

Tanggal Pendataan Juni 2017

Pengentri Data Dodi Chandra, S.Hum, M. Yusuf, S.T

[15]

4. Klenteng In Hok King

KOMPONEN DATA

DATA TEKNIS

Nomor Inventaris Cagar Budaya 04/BCB-TB/B/08/2009

Nama Cagar Budaya Klenteng In Hok King

Alamat

Jalan Jalan Aman

Dusun/Kampung/Jorong -

Desa/Kelurahan/Nagari Bagan Kota

Kecamatan Bangko

Kabupaten/Kota Rokan Hilir

Provinsi Riau

Orbitrasi Situs (km)

Ibukota Kab./Kota ±150 m

Ibukota Prov. ± 323 km

Keletakan Geografis Secara umum bangunan terletak ditengah-tengah pemukiman masyarakat dengan bentang lahan datar.

Aksesibilitas Situs Untuk mencapai lokasi dapat ditempuh dengan menggunakan kendaraan roda empat dan dua.

Letak Astronomis N 02° 09’ 39.8’’ E 100° 48’ 28.9’’ ketinggian 13 mdpl

Deskripsi Historis Keberadaan bangunan ini tidak terlepas dari awal mula masuk dan berkembangnya komunitas warga Tionghoa di Bagan Siapi-api. Kedatangan oarang Tionghoa ke Bagan Siapi-api bermula dari tuntutan peningkatan kualitas hidup yang lebih baik. Berdasarkan keterangan masyarakat kedatangan bangsa Tionghoa ini diawali oleh sekelompok orang Tionghoa dari Provinsi Fujian Cina merantau menyeberangi lautan dengan menggunakan kapal kayu sederhana. Dalam kebimbangan kehilangan arah, mereka berdoa kepada dewa Kie Ong Ya yang saat itu ada di atas kapal tersebut agar kiranya dapat diberikan penuntun arah menuju daratan. Tak lama kemudian, pada keheningan malam tiba-tiba mereka melihat adanya cahaya yang samar-samar. Mereka berpikiran bahwa didaerah tersebut terdapat daratan. Setelah mengikuti arah cahaya tersebut mereka kemudian menemukan daratan Selat Melaka. Dari 3 buah kapal yang berlayar dari dataran Cina tersebut hanya 1 yang berhasil sampai ke tujuan, dan di atas kapal tersebut terdapat dewa Kie Ong Ya. Mereka yang berhasil mendarat tersebut berjumlah 18 orang yang terdiri dari: Ang Nie Kie, Ang Nie Hiok, Ang Se Pun, Ang Se Teng, Ang Se Hia, Ang Se Puan, Ang Se Tiau, Ang Se Po, Ang Se Nie Tjai, Ang Se Nie Tjua, Ang Un Guan, Ang Cie Tjua, Ang Bung Ping, Ang Un Siong, Ang Se In, Ang Se Jian, Ang Tjie Tui. Mereka inilah yang kemudian dianggap sebagai leluhur warga Tionghoa di Bagan Siapi-api. Akibat semakin berkembangnya warga Tionghoa di daerah Bagan Siapiapi, maka dibangunlah sebuah klenteng pada tahun 1875 oleh Suku Ang. Pada tahun 1928 klenteng In Ho King ini

[16]

kemudian dibuat secara permanent. Di klenteng inilah Dewa Kie Ong Ya disembahyangkan secara utuh/asli sampai dengan sekarang. Selain untuk tempat beribadah, klenteng ini juga digunakan sebagai tempat ritual prosesi pembakaran tongkang yang diadakan sekali setahun oleh warga Tionghoa di Bagan Siapiapi.

Deskripsi Arkeologis Klenteng In Hok Kiong merupakan kelenteng tertua, juga menjadi pusat keagamaan umat Kong Hu Cu, sekaligus pusat kebudayaan warga Tionghoa Bagansiapiapi. Bangunan klenteng In Hok Kiong terletak dipersimpangan antara jalan klenteng dengan jalan aman dengan orientasi arah utara. Secara umum bangunan berbentuk empat persegi dengan ukuran 25 m x 15 m. Cat bangunan didominasi oleh warna merah. Secara keseluruhan bangunan dan pagar terbuat dari tembok. Atap terbuat dari genteng dengan cat warna kuning. Pada bagian sudut-sudut atap terdapat hiasan naga. Pada bagian depan klenteng (luar pagar) terdapat dua buah tungku pembakaran kertas persembahan (sisi timur dan barat). Bangunan terbagi atas 3 ruangan: (1).bangunan depan. Pada bangunan ini terdapat 6 buah tiang yang terbuat dari beton dan satu buah meja altar. (2). Ruangan dalam. Pada ruangan ini terdapat 2 buah tiang dan 3 buah bilik. Bilik sebelah utara merupakan tempat dewa Twi Seng Ong. Di depan patung dewa ini diletakan meja altar yang lengkap dengan alat untuk berdoa. Pada dinding ketiga bilik ini dihiasi ukiran dengan motif flora dengan warna hijau. Pada bangunan utara ditempatkan 3 buah dewa yaitu: Dewa Taisong San Tiong Song, Kuan Sen Tekun, dan Singong Keng Au. (3). Bangunan belakang (sisi selatan). Disebut vihara dan ditempatkan 3 buah dewa yaitu: Dewa Tut Si Nyung Nyung, Kwan In, Titian Sion Sen Bu.

Ukuran (Luas) Situs Bangunan 25 m x 15 m (275 m²)

Lahan 25 m x 15 m (275 m²)

Batas-Batas Situs Utara Jalan klenteng

Selatan Jalan Aman

Barat Jalan Klenteng

Timur Toko/ruko

Fungsi awal dan fungsi sekarang Fungsi lama dan sekarang adalah tempat ibadah warga Tionghoa

Pemilik Yayasan Swastika

Pengelola Yayasan Swastika

Foto

[17]

Foto Objek

Foto: Tampak depan Klenteng In Ho King (Dok. BPCB Sumbar: 2017)

Foto: Pintu masuk Klenteng In Ho King (Dok. BPCB Sumbar: 2017)

Foto: Tampak samping (arah selatan) Klenteng In Ho King

(Dok. BPCB Sumbar: 2017)

[18]

Foto: Tampak belakang Klenteng In Ho King(Dok. BPCB Sumbar: 2017)

Foto: Bagian dalam Klenteng In Ho King (Dok. BPCB Sumbar: 2017)

Foto Lingkungan

Foto: Lingkungan Klenteng In Ho King dari arah selatan (Dok. BPCB Sumbar)

[19]

Foto: Lingkungan Klenteng In Ho King arah barat (Dok. BPCB Sumbar)

Denah Keletakan

Digambar oleh : M.Yusuf, ST

Tanggal Pendataan Juni 2017

Pengentri Data Dodi Chandra, S.Hum, M. Yusuf, S.T

[20]

5. Gereja Katholik St. Petrus dan Paulus

KOMPONEN DATA

DATA TEKNIS

Nomor Inventaris Cagar Budaya 05/BCB-TB/B/08/2009

Nama Cagar Budaya Gereja Katholik St. Petrus dan Paulus

Alamat

Jalan Jalan Mawar

Dusun/Kampung/Jorong -

Desa/Kelurahan/Nagari Bagan Kota

Kecamatan Bangko

Kabupaten/Kota Rokan Hilir

Provinsi Riau

Orbitrasi Situs (km)

Ibukota Kab./Kota ± 1,9 km

Ibukota Prov. ± 323 km

Keletakan Geografis Secara umum bangunan berada pusat kota Bagansiapi-api dengan bentang lahan yang datar.

Aksesibilitas Situs Untuk mencapai lokasi dapat ditempuh dengan menggunakan kendaraan roda empat dan dua. Akses menuju lokasi terbilang sangat muda karena berada di kawasan kota Bagansiapi-api. Berada di depan SMP Bintang Laut, tidak jauh dari Rumah Sakit Dr. RM Pratomo, Asrama Polisi.

Letak Astronomis N 02° 09’ 32.1’’ E 100° 48’ 31.3’’ ketinggian 7 mdpl

Deskripsi Historis Bangunan cikal bakal gereja St. Petrus dan Paulus ini awalnya merupakan sebuah bangunan sangat sederhana yang terbuat dari kayu. Bangunan ini didirikan pada tanggal 1 April 1928 oleh Peter Benetius Pijnenburg Of Mcap. Dalam aktifitas keagamaan selain Peter Benetius Pijnenburg Of Mcap juga terdapat 4 orang suster biara dari Belanda. Selain mendirikan gereja, mereka juga mendirikan yayasan HCS atas permintaan pemerintaj Belanda. Selain itu mereka juga mendirikan sekolah khusus warga Tionghoa, membuka poliklinik dan merawat orang kusta. Akhirnya pada tahun 1933 bangunan gereja baru (Gereja Katholik St. Petrus dan Paulus sekarang) yang letaknya di samping pastoran dan berhadapan dengan sekolah selesai dibangun. Pemberkatan gereja dilakukan oleh Mgr. Brans.

Deskripsi Arkeologis Bangunan berada di dalam pagar tembok setinggi 2,6 m tebal 23 cm. Bangunan menghadap kea rah timur. Secara umum di dalam areal bangunan terdapat tiga buah bangunan. Pada Sisi selatan terdapat bangunan pastoran, bagian tengah bangunan gereja yang berukuran 15 m x 25 m, dan sisi barat bekas susteran. Arsitektur keseluruhan bangunan bergaya kolonial. Keseluruhan bangunan ini berbahan kayu dan atap dari seng. Bangunan memiliki kolong yang dilengkapi dengan lubang-lubang kecil sebanyak sirkulasi udara. Kolong pada bagian bawah bangunan merupakan bentuk adaptasi terhadap kondisi wilayah yang berada tidak jauh dari laut.

[21]

Pintu masuk bangunan gereja terdapat pada sisi timur. Pada bagian ini terdapat tangga masuk berjumlah 6 buah anak tangga. Pada bagian dalam gereja merupakan ruangan lepas yang diisi oleh kursi-kursi untuk tempat duduk jemaat. Pada bagian depan terdapat altar untuk tempat kutbah pastor. Pada bagian depan altar (sisi barat) terdapat sebuah patung Bunda Maria yang dibuat tahun 2006. Sedangkan pada sisi selatan diletakan patung Yesus. Bangunan utama terdiri dari 1 pintu masuk, 2 jendela bagian depan, 3 jendela samping kiri dan samping kanan. Jendela bergaya khas dengan bentuk tinggi, keca jendela berwarna hijau, merah, hitam, biru, terdapat tanda salib dan ornament lainnya. Pada bagian dalam gereja terdapat tangga yang terbuat dari kayu. Tangga ini berfungsi untuk menuju ke atas balkon. Di setiap gereja balkon ini difungsikan sebagai tempat untuk para anggota koor gereja. Jendela pada bangunan terbuat dari kaca dengan ukiran yang langsung didatangkan dari Italia. Sedangkan plafon bangunan berbahan ternit.

Ukuran (Luas) Situs Bangunan 15 m x 25 m(375 m2)

Lahan 50 m x 50 m (2500 m2)

Batas-Batas Situs Utara Kantor Pegadaian

Selatan TK Bintang Laut

Barat Rumah Dinas Bupati

Timur Jl. Mawar/SMP Bintang Laut

Fungsi awal dan fungsi sekarang Fungsi lama dan sekarang bangunan merupakan tempat aktifitas keagamaan

Pemilik Paroki St. Petrus dan Paulus

Pengelola Paroki St. Petrus dan Paulus

Foto

Foto Objek

Foto: Tampak depan Gereja Katholik St. Petrus dan Paulus

(Dok. BPCB Sumbar:2017)

[22]

Foto: Tampak depan Gereja Katholik St. Petrus dan Paulus

(Dok. BPCB Sumbar:2017)

Foto: Tampak samping kanan bangunan gereja (Dok. BPCB Sumbar:2017)

[23]

Foto: Tampak samping kiri bangunan gereja (Dok. BPCB Sumbar:2017)

Foto: Pintu masuk dan jendela depan bangunan gereja

(Dok. BPCB Sumbar:2017)

[24]

Foto Lingkungan

Foto: Gereja Katholik St. Petrus dan Paulus (Dok. BPCB Sumbar)

Denah Keletakan

Digambar oleh : M.Yusuf, ST

Tanggal Pendataan Juni 2017

Pengentri Data Dodi Chandra, S.Hum, M. Yusuf, S.T

[25]

6. Kompleks Pillbox Jepang Pulau Jemur

KOMPONEN DATA

DATA TEKNIS

Nomor Inventaris Cagar Budaya 06/BCB-TB/B/08/2014

Nama Cagar Budaya Kompleks Pillbox Jepang Pulau Jemur

Alamat

Jalan -

Dusun/Kampung/Jorong -

Desa/Kelurahan/Nagari Pasir Limau Kapas

Kecamatan Pasir Limau Kapas

Kabupaten/Kota Rokan Hilir

Provinsi Riau

Orbitrasi Situs (km)

Ibukota Kab./Kota ± 74 km/45 mil

Ibukota Prov. ± 3 97 km

Keletakan Geografis Objek berada di pulau yang termasuk dalam gugusan Kepulauan Arwah/Aruah. Objek berada tidak jauh dari pinggir pantai Pulau Jemur.

Aksesibilitas Situs Akses sedikit sulit karena berada di pulau yang sudah berada di Selat Malaka. Untuk menuju lokasi dapa ditempuh dengan kendaraan roda 2 dan roda 4 dari Kota Bagansiapi-api menuju Pelabuhan Baru (Pelabuhan Oliong), kemudian dilanjutkan dengan menaiki kapal kayu dengan waktu tempuh 5-6 jam, dan juga dengan kapal ferry dengan waktu tempuh kurang lebih 3 jam tergantung dengan kondisi cuaca dan angin.

Letak Astronomis Buker Jepang Pulau Jemur I: N 02° 52’ 43.7’’ E 100° 33’ 59.2’’ Ketinggian 7 mdpl Bunker Jepang Pulau Jemur II: N 02° 52’ 41.8’’ E 100° 34’ 01.3’’ Ketinggian 8 mpdl

Deskripsi Historis Bunker aau Benteng Jepang merupakan bukti kehadiran bangsa Jepang di Rokan Hilir. Benteng Jepang merupakan bangunan pertahanan yang dibangun di daerah strategis sebagai basis pertahanan bagi Jepang. Benteng ini sangat penting pada masa pendudukan Jepang sebagai tempat pertahanan dan menyimpan senjata. Benteng ini di bangun sekitar tahun 1942 sd 1945 pada masa pendudukan Jepang. Keberadaan di Pulau Jemur merupakan indikasi bahwa Pulau Jemur dahulunya dipakai sebagai tempat yang strategis bagi Jepang sebagai pertahanan dan tempat penyimpanan senjata, mengingat lokasinya berada di Selat Malaka.

Deskripsi Arkeologis Pulau Jemur (luas 250 ha) adalah sebuah pulau milik Indonesia yang terletak di Selat Malaka, dekat dengan perbatasan Malaysia. Pulau ini termasuk dalam wilayah Kecamatan Pasir Limau Kapas, Kabupaten Rokan Hilir, Provinsi Riau. Pulau Jemur merupakan pulau terluas dari Kepulauan Arwah, gugusan sembilan pulau, di antaranya Pulau Jemur, Tokong Emas, Tokong Simbang dan Labuhan Bilik. Pulau Jemur terkenal dengan panorama alam seperti pantai berpasir putih dan sebagai habitat penyu hijau.

[26]

Pulau Jemur tidak berpenghuni dan hanya menjadi tempat persinggahan bagi nelayan yang sedang melaut. Sebuah pos TNI-AL didirikan di pulau ini untuk kepentingan pengamatan dan navigasi. Di Pulau Jemur terdapat 2 Benteng Jepang dengan kondisi yang tidak terawat. Kedua benteng tersebut berada tidak jauh kurang lebih ±50-60 m dari pinggir pantai dengan. Benteng Jepang Pulau Jemur I berada di sisi barat dari Benteng Jepang Pulau Jemur II, tepatnya di belakang dari bangunan penangkaran penyu milik TNI-AL. Benteng Jepang Pulau Jemur I. Sedangkan Benteng Pulau Jemur II berada di sisi kanan (timur) dari Benteng Pulau Jemur I, dan/atau sisi timur dari dermaga kapal dan Pos TNI-AL Pulau Jemur.

Bunker Jepang Pulau Jemur I Bangunan berada di lereng perbukitan yang ditumbuhi oleh tanaman perdu, semak belukar, pakis dan ilalang. Kondisi benteng tetimbun oleh tanah pada bagian barat dan timur. Bangunan ini berdenah persegi panjang berukuran 3 m x 3,5 m. Tinggi bangunan 1,35 m, berdinding dan beratap cor, serta berlantai tanah. Benteng menghadap ke arah selatan/Pantai Pulau Jemur. Bentuk atapnya datar di sisi utara, selatan, barat dan timur.Lubang pertahanan ini terbuat dari beton yang tebalnya mencapai 90 cm dan keras. Pintu masuk berada di sisi utara dengan kondisi yang sudah rusak, namun secara umum ukura pintu masuk lebar 170 cm dan tinggi dari permukaan tanah 50 cm. Benteng dilengkapi dengan dengan lubang-lubang kecil sebagai lobang pengintai yang difungsikan untuk mengintai dan menembak dibagian yang menghadap ke selatan. Lobang pengintai yang masih terlihat hanya tinggal 1 lobang yang menghadap ke arah pantai. Lobang pengintai berukuran lebar160 cm, dan tinggi 60 cm. Lubang tersebut pada bagian depan besar dan semakin mengecil pada bagian dalamnya (belakang) dengan lebar lubang 70 cm. Bunker Jepang Pulau Jemur II Bangunan berada di lereng perbukitan yang ditumbuhi oleh tanaman perdu, akasia, pandan, palem, dan semak belukar. Kondisi benteng kurang terawat, bagian atas tertutup oleh tanah, samping dan belakang dilingkari oleh akar pohon. Bangunan ini berdenah empat persegi berukuran 3,3 m x 3,3 m. Tinggi bangunan 1,3 m, berdinding dan beratap cor, serta berlantai tanah. Benteng menghadap ke arah selatan/Pantai Pulau Jemur. Bentuk atapnya datar di sisi utara, selatan, barat dan timur.Lubang pertahanan ini terbuat dari beton yang tebalnya mencapai 1 m dan keras. Pintu masuk berada di sisi utara dengan kondisi yang sudah rusak, dengan lebar 90 cm dan tebal tembok 1 m. Benteng dilengkapi dengan dengan lubang-lubang kecil sebagai lobang pengintai yang difungsikan untuk mengintai dan menembak dibagian yang menghadap ke selatan. Lobang pengintai yang masih terlihat hanya tinggal 2 lobang

[27]

pengintai, 1 menghadap ke laut dan 1 lobang menghadap ke arah barat (Benteng I). Lobang pengintai I memiliki lebar sekitar 160 cm, berbentuk setengah lingkaran dengan bagian atas melingkar, lubang tersebut pada bagian depan besar dan semakin mengecil pada bagian dalamnya (belakang) dengan lebar lubang 120 cm. Sedangkan Lobang pengintai II berukuran lebar 150 cm, dan tinggi 30 cm. Terdapat rangkaian besi yang di las membentuk pola belah ketupat yang merupakan penguat bangunan benteng.

Ukuran (Luas) Situs Bangunan Bunker I: 5 m x 5 m (25 m2) Bunker II: 5 m x 5 m (25 m2)

Lahan Bunker I: 3 m x 3,5 m (10,5 m2) Bunker II: 3,3 m x 3,3 m (10,8 m2)

Batas-Batas Situs Utara Bunker I: Bukit, Benteng II: Bukit

Selatan Bunker I: Pantai, Benteng II: Pantai

Timur Bunker I: Gudang Penyu, Benteng II: Hutan

Barat Bunker I: Hutan , Benteng II: Hutan

Fungsi awal dan fungsi sekarang Fungsi awal: Bangunan pengintai/pertahanan Fungsi sekarang: Dead Monument

Pemilik Pemirintah Kabpaten Rokan Hilir

Pengelola Tidak diketahui

Foto

Foto Objek

Foto: Tampak depan Bunker Jepang Pulau Jemur I (Dok. BPCB Sumbar: 2017)

Foto: Tampak atas Bunker Jepang Pulau Jemur I (Dok. BPCB Sumbar: 2017)

[28]

Foto: Tampak belakang Bunker Jepang Pulau Jemur I

(Dok. BPCB Sumbar: 2017)

Foto: Lobang pengintai Bunker Jepang Pulau Jemur I

(Dok. BPCB Sumbar: 2017)

Foto: Tampak depan Bunker Jepang Pulau Jemur II

(Dok. BPCB Sumbar: 2017)

[29]

Foto: Tampak samping Bunker Jepang Pulau Jemur II

(Dok. BPCB Sumbar: 2017)

Foto: Tampak belakang Bunker Jepang Pulau Jemur II

(Dok. BPCB Sumbar: 2017)

Foto: Lobang pengintai Bunker Jepang Pulau Jemur II sisi barat

(Dok. BPCB Sumbar: 2017)

[30]

Foto: Lobang pengintai Bunker Jepang Pulau Jemur II sisi selatan

(Dok. BPCB Sumbar: 2017)

Foto Lingkungan

Foto: Lingkungan sekitar Bunker Jepang Pulau Jemur I arah baratlaut dan arah

selatan (Dok. BPCB Sumbar: 2017)

[31]

Foto: Lingkungan sekitar Bunker Jepang Pulau Jemur II arah selatan

(Dok. BPCB Sumbar: 2017) Denah Keletakan

Digambar oleh : M.Yusuf, ST

[32]

Digambar oleh : M.Yusuf, ST

Tanggal Pendataan Juni 2017

Pengentri Data Dodi Chandra, S.Hum, M. Yusuf, S.T