deskripsi cagar budaya tidak bergerak kabupaten … · 2. makam tok uke (putri cempaka) komponen...
TRANSCRIPT
DESKRIPSI CAGAR BUDAYA TIDAK BERGERAK
KABUPATEN BINTAN
PROVINSI KEPULAUAN RIAU
BALAI PELESTARIAN CAGAR BUDAYA SUMATERA BARAT
WILAYAH KERJA PROVINSI SUMATERA BARAT, RIAU DAN KEPULAUAN RIAU
HASIL
DAFTAR PEMUTAKHIRAN DATA CAGAR BUDAYA KAB. BINTAN TAHUN 2018
DAFTAR ISI 1. Makam Sultan Abdullah Mu’ayat Syah (Marhum Pulau Tambelan) ................................................. 3 2. Makam Tok Uke (Putri Cempaka) ......................................................................................................... 6 3. Makam Sultan Ahmad........................................................................................................................... 8 4. Makam Datuk Sang Ye ........................................................................................................................ 11 5. Laksamana Koja Hasan ........................................................................................................................ 13 6. Kompleks Makam Bukit Batu .............................................................................................................. 16 7. Makam Datuk Bujuk............................................................................................................................ 19 8. Makam Malim Dewa/ Mahesa dewa .................................................................................................. 22 9. Makam Nakhoda Ragam dan Nakhoda Sekam ................................................................................... 24 10. Makam Tua (Hang Tuah) ..................................................................................................................... 27 11. Makam Tuk Kepala Gendang (Mak Mulia) .......................................................................................... 29 12. Makam Datuk Julung .......................................................................................................................... 32 13. Makam Datuk Penaung ....................................................................................................................... 35 14. Situs Bukit Kerang Kawal Darat ........................................................................................................... 37
1. Makam Sultan Abdullah Mu’ayat Syah (Marhum Pulau Tambelan)
KOMPONEN DATA
DATA TEKNIS
Nomor Inventaris Cagar Budaya 01/BCB-TB/C/03/2007
Nama Cagar Budaya Makam Sultan Abdullah Mu‟ayat Syah (Marhum
Pulau Tambelan)1
Alamat
Jalan komplek Sekolah Dasar No.003 Tambelan
Dusun/Kampung/Jorong Batu Lepuk
Desa/Kelurahan/Nagari Tambelan
Kecamatan Tambelan
Kabupaten/Kota Bintan
Provinsi Kepulauan Riau
Orbitrasi Situs (km)
Ibukota Kab./Kota ± ...... km
Ibukota Prov. ± .......km
Keletakan Geografis Berada di perbukitan
Aksesibilitas Situs Akses untuk sampai ke Tambelan masih agak sulit. Ada
kapal perintis Km Gunung Bintan yang beroperasi sekali
dalam 10 hari ke Tambelan dari Tanjungpinang. Inilah salah
satu transportasi bagi warga yang ingin ke Tambelan.
Sementara dari Tambelan ke Tanjungpinang, orang-orang di
sana menggunakan Trigas; Kapal kargo yang tidak
memenuhi syarat untuk digunakan sebagai kapal
penumpang. Jadwal keberangkatan hanya 10 hari sekali.Jalur
alternatif selain menggunakan Gunung Bintan, orang
biasanya meminta tumpangan ke kapal nelayan Tambelan
yang menampung ikan dari nelayan. Situs bisa di akses
dengan kapal dari kota dan kendaraan roda 4 atau 2 setiba di
lokasi pulau. Makam Sultan Johor ini terletak di kawasan pedesaan Batu Lepuk yang tidak jauh dari komplek Sekolah Dasar No.003 Tambelan.
Letak Astronomis N 1°2'......" E 107°30'......"
Deskripsi Historis Sultan Abdullah Muaiyatsyah bernama awalnya Sayyid Abu
Bakar Raja Bungsu, atau Sultan Johor ke-7 memerintah
tahun 1615-1623.
Marhum Tambelan ini semula makamnya terletak di suatu
bukit bernama Bukit Bentayan (Mentayan).
Oleh Sultan Mansur dan saudaranya bernama Sultan Yahya.
Makam tersebut di pugar dan di pindahkan ke tempat yang
sekarang ini dan oleh PSK telah di lindungi oleh Undang-
undang monumenten Ordonansi STB 238 1931 dengan
lokasi di Desa Batu Lepuk Tambelan.
Beliau adalah putera kepada Sultan Muzaffar Shah dan
diangkat oleh Sultan Iskandar Muda Aceh sebagai Sultan
1 Data belum dimutakhirkan karena akses
Johor ke7 bagi menggantikan Sultan Alauddin Riayat Shah
III, Sultan Johor ke-6 yang dihukum bunuh oleh Sultan
Iskandar Muda Acheh pada tahun 1615. Sultan Abdullah
Ma'ayat Shah dikahwinkan dengan adinda Baginda.
Pada tahun 1618, Sultan Abdullah Ma'ayat Shah berpindah
ke Lingga (Daik) dengan meminta bantuan Belanda dan
Orang Laut untuk melawan Acheh. Kemudian Sultan
Abdullah Ma'ayat Shah menceraikan istrinya yang juga
adinda daripada Sultan Acheh Iskandar Muda.
Kejadian ini membuat murka Sultan Iskandar Muda, kerana
adik baginda yang dicintainya diceraikan oleh Sultan
Abdullah. Baginda memerintahkan pasukannya untuk
menghancurkan Batu Sawar, ibukota daripada Kerajaan
Johor Lama dan menyerang Pulau Lingga untuk memburu
Raja Bujang (anak Sultan Alauddin Riayat Shah III) pada
tahun 1623. Sultan Abdullah Ma'ayat Shah melarikan diri
bersama-sama Raja Bujang ke Pulau Tambelan. Sultan
Abdullah Ma'ayat Shah mangkat di Pulau Tambelan atau
disebut "Marhum Pulau Tambelan"
Pada tahun 1623 Masehi datanglah rombongan ke pulau
yang sekarang namanya Tambelan perahu layar dari Riau
anggota perahu tersebut terdiri dari :
1. Encik Tani
2. Encik putih
3. Abdurrahman Syah
4. Sayyid Abu Bakar
Perahu layar dimaksud berlabuh di suatu tempat yang
kemudian disebut “Tanjung Ayam” Karena paduka raja
membawa ayam kesayangannya yaitu seekor ayam putih
berkaki kuning.
Dari perahu inilah ayam tersebut diterbangkan melalui
Tanjung dan terbang hingga hinggap di suatu busut dimana
nantinya tempat persemayaman baginda raja terakhir.
Tujuan rombongan yang sebenarnya ialah untuk menunju
Kalimantan Utara atau Berunai. Pada tanggal 12 Desember
1637 seorang pelaut bangsa Belanda bernama Vande Veer
dalam catatannya bahwa di Tambelan telah di ketemukan
seorang Raja Johor bernama Sultan Abdullah Muaiyatsyah.
Deskripsi Arkeologis Makam ini dikelilingi oleh empat keping batu karang dengan
ukuran panjang 345 cm dan lebar 120 cm di atas batu ini
terdiri atau terbujur batu besar berbentuk segi empat panjang.
Keliling pinggirnya dipahat/dikenai dengan ukuran panjang
250 cm dan lebar 45 cm serta tebalnya 45 cm.
Di atas batu itu terdiri dua batu nisan terdiri dari batu karang
yang diukir indah, dengan dasar bawah 27 x 27 cm.
Nisannya setinggi 100 cm di arah ke Timur dan Selatan
tertulislah dengan seni huruf arab gaya Riq‟at yang cantik
dan rapi dengan ukiran timbul dari pahatan batu karang
dengan tulisan kalimat :
“HIJRATUN NABI SALLALAHU ALAIHI
WASALAMPADA SERIBU LIMA PULUH KEPADA
HARI BULAN JUMADIL A WAL KEPADA HARI ISNIN
KEPADA SA YYID (Seterusnya tidak dapat dibaca karena
mengalami kerusakan).
Ukuran (Luas) Situs Bangunan 1,2 X 2,2 m
Lahan 5 X 10 m
Batas-Batas Situs Utara Makam Sultan Mansyur
Selatan Sekolah Dasar No.003 Tambelan
Timur Hutan
Barat Hutan
Fungsi awal dan fungsi sekarang Makam dan sekarang makam
Pemilik Masyarakat
Pengelola Masyarakat
Foto
Foto Bangunan
Foto Lingkungan
Denah Keletakan
Tanggal Pendataan Februari 2017
Pengentri Data Surya,ST
2. Makam Tok Uke (Putri Cempaka)
KOMPONEN DATA
DATA TEKNIS
Nomor Inventaris Cagar Budaya 03/BCB-TB/C/03/2007
Nama Cagar Budaya Makam Tok Uke (Putri Cempaka)
Alamat
Dusun/Kampung/Jorong Bukit Batu
Desa/Kelurahan/Nagari Bintan Buyu
Kecamatan Teluk Bintan
Kabupaten/Kota Bintan
Provinsi Kepulauan Riau
Orbitrasi Situs (km)
Ibukota Kab./Kota ± 1,5 Km
Ibukota Prov. ± 35 Km
Keletakan Geografis Berada di lahan datar perkebunan masyarakat (11 m dpl)
Aksesibilitas Situs Akses sangat mudah. Untuk mencapai lokasi dapat ditempuh
dengan menggunakan kendaraan roda empat dan dua hingga
ke lokasi makam. Terdapat jalan yang terbuat dari bata
batako sepanjang ± 150 m dari gerbang masuk makam.
Letak Astronomis N 01°05'01,7" E 104°29'23,0"
Deskripsi Historis Tok Uke merupakan nama lain yang digunakan oleh
masyarakat setempat yang berarti nenek perempuan. Makam
Tok Uke diyakini merupakan Makam Puteri Cempaka
berasal dari Malaka. Kedatangannya ke Bintan karena
mengikuti suaminya seorang ulama dikenal dengan sebutan
Tuk Kadi. Putri Cempaka (Tok Uke) adalah puteri dari
Gunung Ledang. Beliau diyakini sebagai penjaga dari
Gunung Ledang. Setiap bulan Sapar makam ini ramai
dikunjungi warga setempat untuk melakukan pencucian diri
(mandi di Sungai Tok Uke) jarak Sungai dengan makam ±
300 m.
Deskripsi Arkeologis Makam Tok uke dikelilingi pagar batako ukuran 8,65 m x
8,20 m, dan makam ukuran 2,75 m x 2,40 m diberi cungkup
pelindung dengan atap seng dengan tiang beton sebagai pilar
penyangga cungkup tinggi 1,70 m. Cungkup ini memiliki
pagar keliling yang sejajar dengan tonggak-tonggaknya
dengan ketinggian paar tersebut 55 cm. Kondisi pagar
keliling pada bagian depan sudah mengalami kerusakan.
Nisan berukir motif nisan Aceh pada bagian samping kanan
kiri nisan bulat melingkar dan bagian atas nisan bulat
melingkar. Nisan sebelah utara panjang 65 cm, lebar 30 cm,
dan tebal 10 cm. Nisan sebelah selatan panjang 60 cm, lebar
30 cm, dan tebal 9 cm. Di luar cungkup terdapat gentong
berisi air yang dipergunakan untuk membasuh/mencuci
tangan peziarah.
Ukuran (Luas) Situs Bangunan 8,60 m x 8,30 m
Lahan 8,60 m x 8,30 m
Batas-Batas Situs Utara Perkebunan (Tanah Hardiyanto)
Selatan Perkebunan (Tanah Hardiyanto)
Timur Perkebunan (Tanah Hardiyanto)
Barat Perkebunan (Tanah Hardiyanto)
Fungsi awal dan fungsi sekarang Pemakaman dan sekarang tempat ziarah setiap tanggal 27
Rajab
Pemilik Pemerintah Kab. Bintan (Hibah dari Hardiyanto)
Pengelola Pemerintah Kab. Bintan
Foto
Foto Objek
Foto Lingkungan
Denah Keletakan
Tanggal Pendataan Oktober 2017
Pengentri Data Marjohan Syarif, SH dan Fauzan Amril, S.Hum
3. Makam Sultan Ahmad
KOMPONEN DATA
DATA TEKNIS
Nomor Inventaris Cagar Budaya 06/BCB-TB/C/03/2007
Nama Cagar Budaya Makam Sultan Ahmad
Alamat
Jalan -
Dusun/Kampung/Jorong -
Desa/Kelurahan/Nagari Bintan Buyu
Kecamatan Teluk Bintan
Kabupaten/Kota Bintan
Provinsi Kepulauan Riau
Orbitrasi Situs (km)
Ibukota Kab./Kota ± 2,5 km
Ibukota Prov. ± 25 km
Keletakan Geografis Makam berada di bentang alam berupa lahan datar. Makam
tidak jauh dari pemukiman dan berada di area perkebunan
penduduk.
Aksesibilitas Situs Akses ke lokasi makam mudah. Untuk menuju makam dapat
diakses dengan kendaran roda 2 dan roda 4 hingga ke depan
pintu masuk makam berupa jalan setapak.
Letak Astronomis N 01°04'22,9" E 104°28'39,2" (20 mdpl)
Deskripsi Historis Makam Sultan Ahmad terletak di jalan Pantar ± 200 m dari
kompleks Marhum Bukitbatu. Menurut sejarah Sultan
Ahmad adalah putera Sultan Mahmud di Malaka. Ia
merupakan pemimpin perang Melayu yang sangat berani
menentang Portugis di Malaka, dan meninggal di Bintan
sekaligus dijadikan basis kekuatan kerajaan Melayu Malaka
setelah dikalahkan Portugis tahun 1511. Lokasi Makam
Sultan Ahmad pada masa Kerajaan Bentan disebut dengan
Kota Kopak, dan merupakan kedudukan Sultan Ahmad.
Setelah jatuhnya Kerajaan Bentan Kota Kopak hanya
merupakan kedudukan Batin (setingkat Kepala Desa).
Pendapat lain mengatakan bahwa, Kopak merupakan tempat
kedudukan Sultan Mahmud Syah I. Dari Kopak inilah Sultan
Mahmud Syah I mengkonsolidasikan kekuatan antara
kerajaan-kerajaan yang masih tunduk kepada Sultan
Mahmud Syah I, dan menyusun strategi balasaan kepada
Portugis.
Deskripsi Arkeologis Makam Sultan Ahmad berada di tengah dekat dengan
pemukiman penduduk. Dikelilingi oleh kebun karet
penduduk. Makam telah diberi cungkup dengan atap seng.
Makam tidak memiliki jirat, dengan ukuran panjang 340 cm
dan lebar 175 cm. Nisan makam terbuat dari batu andesit
yang telah mengalami pengerjaan. Nisan makam sudah
berorientasi utara-selatan. Nisan bagian kepala dan kaki
memiliki ukuran yang sama dan motif hias yang sama. Pada
nisan kepala dan kaki terdapat motif hias. Bentuk nisan
berbentuk stele dengan puncak berbentuk kelopak bunga.
Pada bagian kaki nisan terdapat hiasan berbentuk flora
(bunga), pada bagian badan terdapat hiasan kaligrafi arab
yang berisi kalimat syahadat “lailahhaillalah
Muhammadarasulullah”.
Ukuran (Luas) Situs Bangunan
Lahan
Batas-Batas Situs Utara Perkebunan
Selatan Jalan, pemukiman
Timur Perkebunan
Barat Perkebunan
Fungsi awal dan fungsi sekarang Pemakaman dan sekarang tempat ziarah religi setiap tanggal
27 rajab
Pemilik Masyarakat
Pengelola Masyarakat, Pemda Kab. Bintan
Foto
Foto Objek
Foto Lingkungan
Denah Keletakan
Tanggal Pendataan Oktober 2017
Pengentri Data Marjohan Syarif, SH dan Fauzan Amril, S.Hum
4. Makam Datuk Sang Ye
KOMPONEN DATA
DATA TEKNIS
Nomor Inventaris Cagar Budaya 07/BCB-TB/C/03/2007
Nama Cagar Budaya Makam Datuk Sang Ye
Alamat
Jalan -
Dusun/Kampung/Jorong -
Desa/Kelurahan/Nagari Bintan Buyu
Kecamatan Teluk Bintan
Kabupaten/Kota Bintan
Provinsi Kepulauan Riau
Orbitrasi Situs (km)
Ibukota Kab./Kota ± 3 km
Ibukota Prov. ± 20 km
Keletakan Geografis 11 m dpl
Aksesibilitas Situs Situs bisa di akses dengan kapal dari kota dan kendaraan
roda 4 atau 2 setiba di lokasi pulau
Letak Astronomis N 01°02'09,3" E 104°28'41,9"
Deskripsi Historis Ada hikayat yang mengatakan bahwa Datuk Sang Ye adalah
seorang Dewata. Nama lain dari Datuk Sang Ye adalah
Indra Safri. Datuk Sang Ye disebut demikian karena selalu
menjawab dengan perkataan Ye (artinya: Ya) menurut
masyarakat Datuk Sang Ye merupakan tokoh yang disegani.
Pada makam ini diberi keterangan oleh penduduk setempat,
bahwa Sang Setia atau Sang Ye adalah orang yang
menentang Portugis di Kota Kara dan wafat pada tahun 1526
M. Namun informasi-informasi tersebut terbantahkan dengan
adanya penelusuran yang dilakukan oleh Encik Muhammad
Affan, beliau berhasil mencatat berdasarkan cerita pusaka
bahwa Sang Ye atau Sang Setia adalah salah seorang kaya
Bintan yang menjadi pemimpin tertinggi dikalangan orang
Bintan dan orang Penaung sebelum Sultan Sulaiman Badrul
Alamsyah mendirikan Kerajaan Riau di Bintan pada tahun
1722. Beliau adalah orang kaya terakhir dari keturunan asli
Oarang Kaya Bintan yang membawahi Penghulu Bintan dan
Penghulu Penaung karena ia tidak memiliki anak.
Deskripsi Arkeologis Makam Datuk Sang Ye terletak di atas sebuah bukit. Makam
tersebut diberi pelindung/cungkup dan diberi batas pagar
tembok tinggi 90 cm dan dicat warna kuning. Tiang
penyangga cungkup terdapat 8 buah tiang dan seluruh
bangunan berwarna kuning. Atap cungku dari seng. Nisan
berbentuk bulat dibungkus dengan kain kuning.
Ukuran (Luas) Situs Bangunan 8,90 m x 4,72 m
Lahan 8,90 m x 4,72 m
Batas-Batas Situs Utara Lahan tanah perkebunan masyarakat
Selatan Lahan tanah perkebunan masyarakat
Timur Lahan tanah perkebunan masyarakat
Barat Lahan tanah perkebunan masyarakat
Fungsi awal dan fungsi sekarang
Pemilik Masyarakat
Pengelola Pemerintah Kabupaten Bintan
Foto
Foto Bangunan
Foto Lingkungan
Denah Keletakan
Tanggal Pendataan Oktober 2017
Pengentri Data Marjohan Syarif, SH dan Fauzan Amril, S.Hum
5. Laksamana Koja Hasan
KOMPONEN DATA
DATA TEKNIS
Nomor Inventaris Cagar Budaya 08/BCB-TB/C/03/2007
Nama Cagar Budaya Laksamana Koja Hasan
Alamat
Jalan Jalan Wisata AirTerjun
Dusun/Kampung/Jorong Bekapur
Desa/Kelurahan/Nagari Bintan Buyu
Kecamatan Teluk Bintan
Kabupaten/Kota Bintan
Provinsi Kepulauan Riau
Orbitrasi Situs (km)
Ibukota Kab./Kota ± 3,5 km
Ibukota Prov. ± 25 km
Keletakan Geografis Makam berada di kawasan pemukiman masyarakat. Berada
di pinggir jalan di kaki Gunung Bintan. Makam dikelilingi
oleh perkebunan pisang, singkong miliki masyarakat.
Aksesibilitas Situs Akses ke lokasi makam mudah. Dapat ditempuh dengan
kendaraan roda 2 dan roda 4. Makam berjarak 10 m dari
jalan raya Kampung Bekapur.
Letak Astronomis N 01°03'58,8" E 104°27'06,4" (20 m dpl )
Deskripsi Historis Laksamana Koja Hasan adalah Syeh Maulana Fadillah Khan
atau Sunan Gunung Jati. Beliau datang dari tanah Jawa untuk
membantu Bentan dalam berperang melawan Portugis.
Sebagaimana telah disebutkan di atas beliau adalah salah
satu dari Wali Songo yang menyebarkan Islam di Pulau
Jawa, tetapi kedatangannya ke Bentan bukan dalam rangka
menyebarkan ajaran Islam tetapi sebagai salah seorang
laksamana yang akan membantu dalam peperangan melawan
Portugis. Berdasarkan data pendataan yang lalu disebutkan
bahwa makam ini adalah makam Said Ahmad, tetapi setelah
dilakukan wawancara dengan Asyim salah satu tokoh
pemuda di Kampung Bekapur, makam ini adalah makam
Laksamana Koja Hasan.
Deskripsi Arkeologis Makam Laksamana Koja Hasan berada di tepi jalan Wisata
Air Terjun dan berada di kaki Gunung Bintan. Makam
Laksamana Koja Hasan terbuat dari bahan batu dan tidak
ada pengerjaan terhadap batu tersebut. Orientasi makam
adalah utara-selatan, nisan bagian kepala berbentuk
silinder dan nisan bagian kaki berbentuk persegi. Selain
makam Laksamana Koja Hasan terdapat pula makam
lainnya yaitu makam istri dari Laksamana Koja Hasan
yang bernama Tun Sirah binti Hang Tuah nisan yang
digunakan pada makam Tun Sirah terbuat dari bahan batu
dan memiliki bentik persegi baik nisan kepala maupun
kaki. Saat ini kedua makam tersebut telah diberi pagar
keliling yang terbuat dari pagar berbahan coran semen.
Ukuran (Luas) Situs Bangunan Makam Koja Hasan:
Nisan bagian kepala: tinggi 41 cm, diameter 23 cm
Nisan bagian kaki: tinggi 39 cm, lebar 25 cm, tebal 23 cm
Makam Tun Sirah:
Nisan bagian kepala: 38 cm x 18 cm, tebal:11 cm Nisan bagian kaki: tinggi 41 cm, atas 13 x 13 cm,
bawah 10 x 8 cm
Lahan 4,4 x 5 m
Batas-Batas Situs Utara Gunung Bintan
Selatan Jalan wisata
Timur Perkebunan
Barat Perkebunan
Fungsi awal dan fungsi sekarang Pemakaman dan sekarang tempat ziarah religi setiap tanggal
27 rajab
Pemilik Pemilik tanah adalah Said Alwi
Pengelola Masyarakat, Pemda Kab. Bintan
Foto
Foto Bangunan
Foto Lingkungan
Denah Keletakan
Tanggal Pendataan Oktober 2017
Pengentri Data Marjohan Syarif, SH dan Fauzan Amril, S.Hum
6. Kompleks Makam Bukit Batu KOMPONEN DATA
DATA TEKNIS
Nomor Inventaris Cagar Budaya 10/BCB-TB/C/03/2010
Nama Cagar Budaya Kompleks Makam Bukit Batu
Alamat
Jalan -
Dusun/Kampung/Jorong Bukit Batu
Desa/Kelurahan/Nagari Bintan Buyu
Kecamatan Teluk Bintan
Kabupaten/Kota Bintan
Provinsi Kepulauan Riau
Orbitrasi Situs (km)
Ibukota Kab./Kota ± 0 Km
Ibukota Prov. ± 0 Km
Keletakan Geografis Berada di lahan datar perkebunan masyarakat
Aksesibilitas Situs Akses sangat mudah. Untuk mencapai lokasi dapat ditempuh
dengan menggunakan kendaraan roda empat dan dua hingga
ke lokasi makam. Terdapat jalan yang terbuat dari bata
batako sepanjang ± 200 m dari gerbang masuk makam.
Letak Astronomis N 01°05'15,1" E 104°26'45,4"
Deskripsi Historis Kompleks Makam Marhum Bukitbatu merupakan makam
keluarga Kerajaan Bentan. Komplek Makam ini berada di
Kampung Bukit Batu, Desa Bintan Buyu, Kecamatan Teluk
Bintan. Dalam Komplek ini terdapat 6 buah makam antara
lain: (1) Budayana, (2) Wak Pok (wan Empuk), (30 Wan
Malani, (4) Wan Sri Beni, (5) Tok Telani, (6) Tok Hile (Tok
Kelaun). Wan Pok dan Wan Telani adalah dua orang
perempuan yang berasal dari Bukit Siguntang Mahameru.
Mereka sampai ke Bintan mengikuti suami (Nila Pahlawan
dan Krisna Pendeta) yang merupakan sahabat Sang Sapurba
dan Demang Lebar Daun yang merupakan penguasa
Sriwijaya. Mereka hijrah ke Bintan paada Abad ke XII.
Sedangkan Tok Telani adalah putra Demang Lebar Daun.
Beliau memangku jabatan setelah Bintan membuka negeri
baru di Tumasik (Singapura). Sedangkan Wan Beni adalah
puteri Bintan yang menikah dengan Sang Nila Utama putera
Sang Sapurba. Tok Hile adalah kerabat dekat Bundayana
(permaisuri) yang membantu dalam menjalankan
pemerintahan. Disalah satu nisan terdapat angkat tahun 974
Hijriyah (1566 M) 2.
Makam ini untuk pertama kalinya dicatat oleh Johanes Elias
Teysman seorang ahli botani dari Kebun Raya Bogor pada
tahun 1872 yang dimuatnya dalam Laporan Sebuah
Ekspedisi Botani ke Daerah Bangka, Riau, dan Lingga.
Enam tahun kemudian pada tahun 1883, seseorang
2 Aswandi Syahri dan Dahsyat Gafnesia, op-cit. Hal. 9-11.
berkebangsaan Belanda J.G Schot juga melaporkan
keberadaa makam ini dalam tulisannya yang berjudul
Bijdrage ot Kennis van Oud Bintan (Sumbangan Bagi
Pengetahuan Tentang Sejarah Bintan Lama) 3.
Deskripsi Arkeologis Kompleks makam Bukit Batu merupakan makam dari
keluarga raja Kerajan Melayu Bentan. Dalam kompleks
makam yang diberi pagar keliling terdapat 6 makam yang
semua nisan ditutupi dengan kain kuning.
Masing-masing makam pada Komplek Makam Marhum
Bukitbatu terdiri dari dua buah nisan yang terbuat dari batu.
Jika diperhatikan jenis batu yang digunakan pada nisan
makam Marhum Bukitbatu sama dengan yang digunakan
pada makam-makam di Penyengat maupun yang terdapat di
Lingga, yaitu berupa batu berwarna merah dan dari jenis
batu sedimen. Dari keenam makam ini hanya satu buah
makam dengan nisan berbentuk silinder, yang lainnya
memiliki nisan dengan bentuk pipih. Berdasarkan penelitian
yang dilakukan oleh Othman Yatim berkaitan dengan Batu
Aceh, bentuk nisan silinder yang terdapat di dalam Makam
Marhum Bukitbatu merupakan nisan yang berkembang pada
abad ke-18, sedangkan nisan dengan bentuk pipih
berkembang pada abad ke-15. Bagian jirat dari makam-
makam yang ada di dalam Makam Marhum bukitbatu telah
diberi keramik.
Komples makam ini telah diberi pagar tembok dengan dua
buah pintu (di sisi timur dan selatan). Tembok berbentuk
bujur sangkar ukuran 12 meter x 12 meter. Setiap tanggal 27
rajab di lokasi ini diadakan semacam acara keselamatan oleh
penduduk setempat.
Ukuran (Luas) Situs Bangunan 144 m2
Lahan
Batas-Batas Situs Utara Perkebunan
Selatan Perkebunan
Timur Perkebunan
Barat Perkebunan
Fungsi awal dan fungsi sekarang Pemakaman dan sekarang Ziarah setiap tanggal 27 Rajab
Pemilik Pemerintah daerah Kab. Bintan
Pengelola Pemerintah daerah Kab. Bintan
Foto
3 ibid. Hal. 9.
Foto objek
Foto Lingkungan
Denah Keletakan
Tanggal Pendataan Februari 2017
Pengentri Data Surya,ST
7. Makam Datuk Bujuk
KOMPONEN DATA
DATA TEKNIS
Nomor Inventaris Cagar Budaya 13/BCB-TB/C/03/2010
Nama Cagar Budaya Makam Datuk Bujuk / Makam Kota Kara
Alamat
Jalan -
Dusun/Kampung/Jorong Kampung Bujuk / Bentan Bekapur
Desa/Kelurahan/Nagari Bintan Buju
Kecamatan Teluk Bintan
Kabupaten/Kota Bintan
Provinsi Kepulauan Riau
Orbitrasi Situs (km)
Ibukota Kab./Kota ± 7,5 km
Ibukota Prov. ± 25 km
Keletakan Geografis 44 m dpl
Aksesibilitas Situs Akses terbilang mudah. Untuk mencapai lokasi dapat
ditempuh dengan menggunakan kendaraan roda empat dan
dua. Hingga pemukiman Bentan Bekapur, kemudian
dilanjutkan dengan berjalan dengan jarak ± 50 m dengan
jarak tempuh 5 menit. Jalan ke lokasi kompleks makam
sedikit menanjak hingga pintu masuk makam.
Letak Astronomis N 01°04'56,1" E 104°27'02,3"
Deskripsi Historis Kompleks makam Kota Kara merupakan kompleks makam
raja Kerajaan Melayu Bentan di Kota Kara. Terdapat 3
makam yang sangat penting yakni makam Ratu Mpuan
Bintan Iskandasryah, makam Tengku Bungsu, dan Makam
Isersyah (Bisamsyah). Makam Ratu Mpuan Bintan Iskandar
Syah merupakan ratu dari kerajaan Melayu Bentan. Makam
Isersyah adalah makam dari Raja Kerajaan Melayu Bentan 1
dengan posisi makam berada di sisi timur laut dari makam
Ratu Mpuan Iskandarsyah. Menurut pewaris, kompleks
makam ini merupakan makam keluarga kerajaan saat ibukota
masih berada di Kota Kara.
Deskripsi Arkeologis Kompleks Makam Kota Kara merupakan makam keluarga
Kerajaan Melayu Bentan saat pusat ibukota masih berada di
Kota Kara. Makam berada di lahan datar dikelilingi oleh
perkebunan penduduk. Makam telah dilengkapi dengan
pagar berbahan cor beton seluas.........Pada kompleks makam
terdapat sekitar 5 makam, namun 3 diantaranya merupakan
makam yang penting dalam hal Kerajaan Melayu Bentan
yakni Makam Ratu Mpuan Bintan Iskandasryah, Makam
Tengku Bungsu, dan Makam Isersyah (Bisamsyah). Ketiga
makam tersebut masing-masing telah diberi jirat tembok
yang dilapisi dengan keramik berwarna cokelat. Nisna
makam sangat sederhana dengan mempergunakan bahan
yang telah disediakan oleh alam. Pada makam Ratu Mpuan
Iskandarsyah makam terbuat dari bahan yang bagi
masyarakat dinamai dengan batu garam. Sedangkan nisan
makam lainya memakai batu andesit yang berada di sekitar.
Orientasi makam Utara-Selatan, yang mengahdap kiblat.
Makam hampir semua tidak ditutupi oleh kain kuning, hanya
nisan kepala Isersyah yang hanya dilapisi dengan kain
kuning.
Ukuran (Luas) Situs Bangunan 100x50m (5000m²)
Lahan Perkebunan
Batas-Batas Situs Utara Perkebunan
Selatan Perkebunan
Timur Perkebunan
Barat Rumah penduduk
Fungsi awal dan fungsi sekarang Pemakaman dan sekarang Wisata Reliji pada bulan
Muharram
Pemilik Pemerintah daerah Kab. Bintan
Pengelola Pemerintah daerah Kab. Bintan
Foto
Foto Bangunan
Foto Lingkungan
Denah Keletakan
Tanggal Pendataan Oktober 2017
Pengentri Data Marjohan Syarif, SH dan Fauzan Amril, S.Hum
8. Makam Malim Dewa/ Mahesa dewa
KOMPONEN DATA
DATA TEKNIS
Nomor Inventaris Cagar Budaya 15/BCB-TB/C/03/2010
Nama Cagar Budaya Makam Malim Dewa/ Mahesa Dewa
Alamat
Jalan Jalan Lintas Barat
Dusun/Kampung/Jorong Bekapur/Bukit Yakas
Desa/Kelurahan/Nagari Bintan Buyu
Kecamatan Teluk Bintan
Kabupaten/Kota Bintan
Provinsi Kepulauan Riau
Orbitrasi Situs (km)
Ibukota Kab./Kota ± 2,5 km
Ibukota Prov. ± 25 km
Keletakan Geografis Makam berada di bentang alam alam berupa lahan datar di
area perkebunan karet milik masyarakat.
Aksesibilitas Situs Akses menuju ke lokasi makam terbilang susah. Awalnya
dapat dijangkau dengan kendaraan roda 2 dan roda 4 yang
berhenti di pinggir Jalan Lintas Barat. Kemudian dilanjutkan
dengan jalan kaki melewati perkebunan penduduk sejauh 30
m dengan waktu tempuh 5 menit. Dari makam Datuk
Penaung membutuhkan waktu sekitar 35 menit ke lokasi
makam Malim Dewa dengan jarak ±23 km.
Letak Astronomis N 01°03'48,7" E 104°27'45,8" (16 m dpl)
Deskripsi Historis Malim Dewa atau Mahesa Dewa adalah Raja dari Kerjaan
Chitu (Tanah Merah) yang berada di wilayah Bintan.
Kerajaan Chitu berlangsung sejak abad ke-8.
Deskripsi Arkeologis Makam Malim Dewa/Mehawa Dewa terletak di sebuah bukit
yang bagi masyarkaat dikenal dengan nama Bukit Jakas atau
Yakas, yang masih dalam wilayah Kampung Bekapur.
Makam Malim Dewa berjarak sekitar 30 m dari tepi Jalan
Lintas Barat. Makam Malim Dewa dikelilingi oleh hutan
yang merupakan Hutan Alam Syarif Bin Alai. Makam
berupa jirat dan nisan yang terbuat dari batu alam. Jirat
makam berupa pecahan-pecahan batu yang disusun dan
diberi perekat dengan semen, perekat semen ini sudah dibuat
kemudian karena tertulis pada bagian plesteran tersebut
sebuah angka tahun yaitu tahun 1993. Makam berukuran
panjang 340 cm dan lebar 210 cm
Nisan terbuat dari batu padas tanpa pengerjaan. Orientasi
makam baratlaut-Tenggara. Nisan kepala dan kaki memiliki
ukuran yang berbeda. Nisan kepala panjang 24 cm dan lebar
22 cm, sedangkan nisan kaki panjang 37 cm dan lebar 27 cm.
Nisan makam ditutupi dengan kain kuning. Pada bagian
sudut kanan makam dari nisan kaki terdapat pohon pinang,
pandan-pandanan dan pakis yang mengeliling makam.
Ukuran (Luas) Situs Bangunan Nenek Sri Diawan: 3,30 x 1,50 m
Malim Dewa: 3,30 x 2,10 m
Lahan 8 x 5 m
Batas-Batas Situs Utara Hutan
Selatan Hutan
Timur Hutan
Barat Hutan
Fungsi awal dan fungsi sekarang Pemakaman dan sekarang tempat ziarah religi setiap tanggal
27 Rajab
Pemilik Masyarakat
Pengelola Masyarakat
Foto
Foto Objek
Foto Lingkungan
Denah Keletakan
Tanggal Pendataan Oktober 2017
Pengentri Data Marjohan Syarif, SH dan Fauzan Amril, S.Hum
9. Makam Nakhoda Ragam dan Nakhoda Sekam
KOMPONEN DATA
DATA TEKNIS
Nomor Inventaris Cagar Budaya 16/BCB-TB/C/03/2010
Nama Cagar Budaya Makam Nahkoda Ragam dan Nahkoda Sekam
Alamat
Jalan Jalan Lintas Barat
Dusun/Kampung/Jorong Bekapur/Bukit Yakas
Desa/Kelurahan/Nagari Bintan Buyu
Kecamatan Teluk Bintan
Kabupaten/Kota Bintan
Provinsi Kepulauan Riau
Orbitrasi Situs (km)
Ibukota Kab./Kota ± 3,7 km
Ibukota Prov. ± 26 km
Keletakan Geografis Makam berada di bentang alam alam berupa lahan lereng
dengan elevasi kemiringan 20° yang berada di sebuah bukit
yang dinamakan oleh masyarakat setempat dengan Bukit
Jakas.
Aksesibilitas Situs Akses menuju ke lokasi makam terbilang sedikit susah.
Awalnya dapat dijangkau dengan kendaraan roda 2 dan roda
4 yang berhenti di pinggir Jalan Lintas Barat. Dari pinggir
Jalan Lintas Barat, dilanjutkan dengan berjalan kaki
melewati perkebunan penduduk ditambah dengan jalan yang
sedikit menanjak sejauh ±500 m dengan waktu tempuh 20
menit.
Letak Astronomis N 01°03'54,0" E 104°27'50,0" (23 m dpl)
Deskripsi Historis Nakhoda Ragam adalah salah satu tokoh dalam khasanah
sejarah Kerajaan Melayu Bentan. Nakhoda Ragam adalah
tokoh yang berasal dari Brunei Darussalam yakni Sultan
Bolqiah, sultan Brunei yang ke-5 yang memerintah dalam
kurun waktu 1485-1524.
Nakhoda Sekam adalah salah seorang laksamana dari Raja
Kecil, dalam sebuah peperangan diceritakan bahwa Raja
Kecil memerintahkan Laksamana Nakhoda Sekam untuk
menyusul dan menawan Raja Abdul Jalil. Dengan berat hati
Nakhoda Sekam melaksanakan perintah Raja Kecil,
keesokan harinya selesai sholat subuh Nakhoda Sekam
menebas leher Raja Abdul Jalil, sementara di perahu yang
lain pasukan dari Nakhoda Sekam menyerang anak-anak
Raja Abdul Jalil yaitu aja Sulaiman, Tengku Busu (istri Raja
Kecil), Tengku Tengah, Raja Abdul Rachman, dan Raja
Muhammad.
Deskripsi Arkeologis Makam ini terletak di lereng Bukit Jakas, berjarak kurang
lebih 400 m dari makam Malim Dewa. Makam ini berada
dalam satu jirat yang jirat ini merupakan jirat yang dibuat
kemudian oleh masyarakat yang menemukan makam
Nakhoda Ragam dan Nakhoda Sekam. Nisan makam ini
terbuat dari bahan batu tanpa ada pengerjaan, perbedaan dari
nisan yang dimiliki oleh kedua makam ini terletak dari
ukurrannya, makam Nakhoda Ragam memiliki ukuran nisan
yang lebih besar dibandingkan dengan nisan Nakhoda
Sekam.
Ukuran (Luas) Situs Bangunan 5,60 x 5,40 m
Lahan 5,60 x 5,40 m
Batas-Batas Situs Utara Hutan
Selatan Hutan
Timur Hutan
Barat Hutan
Fungsi awal dan fungsi sekarang Pemakaman dan sekarang tempat ziarah religi setiap tanggal
27 Rajab
Pemilik Pemda Kabupaten Bintan
Pengelola Masyarakat, Pemda Kab. Bintan
Foto
Foto Objek
Foto Lingkungan
Denah Keletakan
Tanggal Pendataan Oktober 2017
Pengentri Data Marjohan Syarif, SH dan Fauzan Amril, S.Hum
10. Makam Tua (Hang Tuah) KOMPONEN DATA
DATA TEKNIS
Nomor Inventaris Cagar Budaya 17/BCB-TB/C/03/2010
Nama Cagar Budaya Makam (Tua) Hang Tuah
Alamat
Jalan -
Dusun/Kampung/Jorong Sungai Duyung
Desa/Kelurahan/Nagari Bintan Buyu
Kecamatan Teluk Bintan
Kabupaten/Kota Bintan
Provinsi Kepulauan Riau
Orbitrasi Situs (km)
Ibukota Kab./Kota ± 4,7 Km
Ibukota Prov. ± 25 Km
Keletakan Geografis Akses ke lokasi makam dapat dapat ditempuh dengan
kendaraan roda dua dan empat sampai di jalan beton ke
perkebunan karet dan durian penduduk. Perjalanan
dilanjutkan dengan berjalan kaki karena melewati hutan
dengan vegetasi yang padat. Perjalanan dari pemberhentian
mobil hingga ke makam dengan berjalan kaki dapat
ditempuh dengan waktu sekitar 15 menit.
Aksesibilitas Situs Situs bisa di akses dengan kapal dari kota dan kendaraan
roda 4 atau 2 setiba di lokasi pulau
Letak Astronomis N 01°04'17,9" E 104°27'51,3" (36 mdpl)
Deskripsi Historis Laksamana Hang Tuah adalah duta kerajaan yang menguasai
12 bahasa asing. Berdasarkan hasil wawancara dengan bapak
Hasyim, salah seorang tokoh masyarakat adat. Hang Tua
wafat sekitar tahun 1523/1524 masehi. Ada cerita yang
mengabarkan bahwa Hang Tuah ketika pergi ke negeri Arab
bertemu dengan Nabi Khaidir memberikan pohon “enam-
enam” yang berkhasiat mempermudah Hang Tuah dapat
belajar dan menguasai bahasa ke wilayah yang nantinya akan
dikunjungi oleh Hang Tuah.
Deskripsi Arkeologis Makam Hang Tuah berada di tengah-tengah hutan yang
merupakan perkebunan dan tanah ulayat dari Kampung Adat
Kampung Duyung. Makam dapat dikatakan sudah berasal
dari periode Islam, terlihat dari oreintasi nisan makan yang
sudah U-S. Makam berukuran panjang 410 cm dan lebar 210
cm. Nisan makam terbuat dari batu andesit dengan ukuran
nisan kepala lebih besar daripada nisan kaki. Nisan kepala
memiliki ukuran panjang 50 cm, lebar 28 cm, sedangkan
nisan kaki memiliki ukuran panjang 40 cm lebar 17 cm.
Makam memiliki jirat yang terbentuk dari pecahan batu
andesit, yang masih terlihat pada sisi barat dan utara makam.
Pada sisi timur makam terdapat pohon enam-enam. Nisan
makam ditutupi oleh kain kuning dengan kondisi kain sudah
lapuk. Makam dipagari dengan bambu, dan ditambah pagar
hidup dari puding merah.
Ukuran (Luas) Situs Bangunan 3,3 x 2 m
Lahan 3,3 x 2 m
Batas-Batas Situs Utara Perkebunan
Selatan Perkebunan
Timur Perkebunan
Barat Perkebunan
Fungsi awal dan fungsi sekarang Pemakaman dan sekarang tempat ziarah religi setiap tanggal
27 Rajab
Pemilik Masyarakat Adat Kampung Duyung
Pengelola Masyarakat Adat Kampung Duyung
Foto
Foto Objek
Foto Lingkungan
Denah Keletakan
Tanggal Pendataan Oktober 2017
Pengentri Data Marjohan Syarif, SH dan Fauzan Amril, S.Hum
11. Makam Tuk Kepala Gendang (Mak Mulia)
KOMPONEN DATA
DATA TEKNIS
Nomor Inventaris Cagar Budaya 18/BCB-TB/C/03/2010
Nama Cagar Budaya Makam Tuk Kepala Gendang (Mak Mulia)
Alamat
Jalan -
Dusun/Kampung/Jorong Duyung
Desa/Kelurahan/Nagari Bintan Buyu
Kecamatan Teluk Bintan
Kabupaten/Kota Bintan
Provinsi Kepulauan Riau
Orbitrasi Situs (km)
Ibukota Kab./Kota ± 3,5 Km
Ibukota Prov. ± 27 Km
Keletakan Geografis Makam Tuk Kepala Gendang terletak di bentang alam
berupa lahan datar yang dikelilingi perkebunan milik
masyarakat
Aksesibilitas Situs Untuk mencapai lokasi dapat ditempuh dengan
menggunakan kendaraan roda empat dan dua hingga ke
lokasi makam. Kendaraan hanya sampai pada jalan beton ke
perbukanan masyarakat , kemudian dilanjutkan dengan
berjalan kaki sejauh 3 Km, dengan waktu tempuh sekitar 20
menit. Perjalanan melewati hutan yang merupakan bagian
dari kebun penduduk sekitar dengan kondisi hutan yang
masih rapat.
Letak Astronomis N 01°04'21,4" E 104°27'55,0" Dpl ± 26 Mdpl
Deskripsi Historis Dari hasil wawancara dengan Bapak Hasyim, salah seorang
tokoh adat di Kampung Bekapur, penduduk asili di daerah
Buyung. Tuk Mulia Kepala Gendang (Mak Mulia) atau
Datuk Syakidarsyah berada dari Iran. Makam ini
diperkirakan berada dari abad 9-10 M. Tuk Mulia
Syakidarsyah adalah isitri dari Syahidarsyah yang
makamnya berada di kompleks makam Kota Kara (Bujuk).
Tuk Kepala Gendang adalah anak dari Sutan Mahmud Al
Qazni yang berasal dari Iran. Mak Mulia merupakan Ratu di
Kerajaan Gangga Negara abad ke-9 yang lebih tua dari
makam Malikul Shaleh di Aceh.
Deskripsi Arkeologis Makam Tuk Kepala Gendang (Mak Mulia) tidak jauh dari
Makam Hang Tuah tepatnya sekitar 20 m pada arah
baratdaya dari Makam Hang Tuah. Makam berbentuk
persegi panjang dengan ukuran panjang 320 cm dan lebar
220 cm. Makam memiliki 1 lapis jirat yang dibentuk dari
pecahan-pecahan batu sungai. Dilihat dari orientasi nisan
makam belum utara-selatan. Batu nisan terbuat dari batu
tempa yang menurut informasi Pak Hasyim berasal dari
daerah Gujarat. Nisan kepala dan kaki masing-masing
berukuran sama dengan panjang 46 cm dan lebar 19 cm.
Pada nisan makam terdapat motif hias berupa pahatan pada
bagian depan, belakang, dan samping kiri dan kanan nisan.
Motif hias nisan berupa sulur daun pada bagian kemuncak
(atas) nisan, dan bagian tubuh nisan keempat sisinya
memiliki hiasan berupa inskiripsi bertulisakan arab dengan
gaya kaligrafi Iran, sedangkan pada bagian kaki nisan bagian
atas kakinya berdapat profil genta dari sudut-sudutnya
terdapat motif hias bunga lotus.
Pada sisi utara makam Tuk Kepala Gendang terdapat dua
makam kerabat Hang Tuah yakni makam Dang Merdu dan
Hang Mahmud. Nisan makam berukuran kecil dengan
panjang 20-23 cm dan lebar 10-15 cm yang ditutupi dengan
kain kuning. Kedua makam tersebut berukuran panjang 105
cm dan lebar 65 cm.
Selain itu, pada baratlaut terdapat sebuah tempayan
berukuran tinggi 60 cm dan lebar 45 cm dengan kondisi yang
ditutupi oleh lumut. Tempayan berada persis dibawah pohon
besar yang berada di antara makam Tuk Kepala Gendang
dan makam Hang Tuah.
Ukuran (Luas) Situs Bangunan 3 x 2 m
Lahan -
Batas-Batas Situs Utara Perkebunan
Selatan Perkebunan
Timur Perkebunan
Barat Perkebunan
Fungsi awal dan fungsi sekarang Pemakaman dan sekarang tempat ziarah religi setiap tanggal
27 Rajab
Pemilik Masyarakat Adat Kampung Duyung
Pengelola Masyarakat Adat Kampung Duyung
Foto
Foto Objek
Foto Lingkungan
Denah Keletakan
Tanggal Pendataan Oktober 2017
Pengentri Data Marjohan Syarif, SH dan Fauzan Amril, S.Hum
12. Makam Datuk Julung
KOMPONEN DATA
DATA TEKNIS
Nomor Inventaris Cagar Budaya 19/BCB-TB/C/03/2010
Nama Cagar Budaya Makam Datuk Julung
Alamat
Jalan -
Dusun/Kampung/Jorong Kampung Rekoh
Desa/Kelurahan/Nagari Penaga
Kecamatan Teluk Bintan
Kabupaten/Kota Bintan
Provinsi Kepulauan Riau
Orbitrasi Situs (km)
Ibukota Kab./Kota ± 10 Km
Ibukota Prov. ± 65 km
Keletakan Geografis Makam berada di bentang alam alam berupa lahan datar di
area perkebunan karet milik Pak Husen.
Aksesibilitas Situs Akses menuju ke lokasi makam terbilang mudah. Dapat
diakses melaui kendaraan roda 2 dan roda 4 melalui Jalan
Raya Pinang Uban-Kampung Rekoh sejauh 2,5 km dengan
waktu tempuh 20 menit. Makam berada di pinggir jalan raya
Kampung Rekoh, dengan jarak makam 2 meter dari jalan
raya.
Letak Astronomis N 01°04'21,4" E 104°23'51,4" (35 m dpl)
Deskripsi Historis Makam diisitilahkan bagi masyarakat Kampung Rekoh
dengan nama Datuk Julung. Dari hasil wawancara dengan
pak Husen (42 thn), Ketua RT 07, Kampung Rekoh, isitilah
“Julung” adalah sebutan terhadap orang dan atau tokoh yang
pertama kali datang dan membuka pemukiman di Kampung
Rekoh. Datuk Julung merupakan seorang panglima dan
tokoh penyebar agama Islam yang berasal dari Bentan
Penau. Bentang Penau adalah lokasi awal dari pusat Kota
Kara. Pada sisi selatan makam terdapat sebuah sungai Julung
yang menurut masyarakat adalah sungai yang dipakai ketika
Datuk Julung membuka pemukiman di Kampung Rekoh
untuk keperluan seluruh masyarakat kampung.
Di bagian depan pintu masuk makam terdapat pula dua
makam pendamping yang dipercaya oleh masyarakat
Kampung Rekoh sebagai makam Hang Lekir dan Hang
Lekiu.
Deskripsi Arkeologis Makam Datuk Julung berada di dekat dengan pemukiman
masyarakat Kampung Rekoh. Lokasi makam sudah diberi
pagar tembok dengan bangunan cungkup sebagai tempat
duduk bagi peziarah makam. Makam Datuk Julung memilik
ukuran panjang 7 m dan lebar 2,5 m. Makam telah diberi
jirat baru dari semen dengan ketebalan jirat sekitar 13 cm.
Nisan makam dilihat dari orientasinya belum menghadap
kiblat, orientasi makam Datuk Julung barat laut-tenggara.
Ukuran nisan kepala dan kaki sedikit berbeda. Nisan kepala
memiliki ukuran panjang 49 cm dan lebar 14 cm, sedangkan
nisan kaki berukuran panjang 47 cm dan lebar 12 cm. Nisan
makam berbentuk silinder dan tipe nisan yang dipakai
merupakan tipe nisan yang umum digunakan di wilayah Riau
dan Kepulauan Riau. Tipe nisan ini masih dalam kategori
tipe nisan Aceh yang terbuat dari batu granit. Nisan makam
ditutupi dengan kain kuning, yang merupakan ciri makam
yang masih dikeramatkan oleh masyarakat.
Selain itu, pada sisi barat makam Datuk Julung terdapat pula
pohon keramat, sejenis pohon klengkeng yang dibalut
dengan kain kuning. Masyarakat percaya pohon ini ditanam
oleh Datuk Julung.
Pada sisi barat daya dari makam Datuk Julung terdapat dua
makam yang berbahan batu alam (andesit) tanpa pengerjaan.
Makam Hang Lekir dan Hang Lekiu berada dalam 1 jirat
baru dari semen dengan kebetalan 15 cm.
Ukuran (Luas) Situs Bangunan 7 x 2,5 m
Lahan 13,65 x 10 m
Batas-Batas Situs Utara Perkebunan
Selatan Jalan raya, pemukiman
Timur Perkebunan
Barat Jalan raya, pemukiman
Fungsi awal dan fungsi sekarang Pemakaman dan sekarang tempat ziarah religi setiap tanggal
27 Rajab
Pemilik Pewaris (Pak Husen)
Pengelola Pewaris (Pak Husen)
Foto
Foto Objek
Foto Lingkungan
Denah Keletakan
Tanggal Pendataan Oktober 2017
Pengentri Data Marjohan Syarif, SH dan Fauzan Amril, S.Hum
13. Makam Datuk Penaung
KOMPONEN DATA
DATA TEKNIS
Nomor Inventaris Cagar Budaya 20/BCB-TB/C/03/2010
Nama Cagar Budaya Makam Datuk Penaung
Alamat
Jalan -
Dusun/Kampung/Jorong Kampung Rekoh
Desa/Kelurahan/Nagari Penaga
Kecamatan Teluk Bintan
Kabupaten/Kota Bintan
Provinsi Kepulauan Riau
Orbitrasi Situs (km)
Ibukota Kab./Kota ± 10 km
Ibukota Prov. ± 65 km
Keletakan Geografis Makam berada di bentang alam alam berupa lahan datar di
area perkebunan karet milik masyarakat.
Aksesibilitas Situs Akses menuju ke lokasi makam terbilang mudah. Dapat
diakses melaui kendaraan roda 2 dan roda 4 sekitar 10 menit
dari makam Datuk Julung, setelah itu kemudian dilanjutkan
dengan berjalan kaki selamat ±10 menit hingga sampai ke
makam.
Letak Astronomis N 01°05'00,0" E 104°23'32,5" (12 m dpl)
Deskripsi Historis Makam bagi masyarakat sekitar dinamai dengan Makam
Datuk Penaung. Datuk Penuang adalah Temenggung
(Penaung Bintan) yang menaungi wilayah Penaga. Datuk
Penaung merupakan bagian dari struktur Kerajaan Melayu
Bentan yang mengurusi wilayah Penaga.
Deskripsi Arkeologis Makam Datuk Penaung berjarak sekitar 500 m dari Makam
Datuk Julung, dan berjarak lebih kurang 500 m dari jalan
raya Kampung Rekoh. Makam sudah diberi cungkup, atap
seng, lantai keramik. Jirat makam dari semen yang
ditinggikan dengan panjang 7,66 m dan lebar 1,55 m. Jirat
makam berlapis tiga dengan warna cat putih dan hijau. Pada
jira lapisan atas terdapat hiasa tumpal yang dihiasi dengan
cat warna hijau.
Makam dapat dikatakan bearasal dari periode Islam (awal)
terlihat dari orientasi nisan makam yang masih Barat Laut-
Tenggara yang berarti belum mengahadap kiblat. Nisan
makam sudah diganti dengan coran semen yang bentuk yang
berbeda dengan bentuk aslinya. Batu nisan yang asli masih
ada, namun hanya tinggal satu dengan kondisi yang sudah
pecah. Nisan terbuat dari batu padas dengan ukuran panjang
70 cm dan lebar 18 cm. Nisan yang asli berbentuk silinder
sama dengan bentuk nisan yang digunakan pada makam
Datuk Julung.
Ukuran (Luas) Situs Bangunan 10,33 x 4,25 m
Lahan -
Batas-Batas Situs Utara Perkebunan
Selatan Makam masyarakat
Timur Jalan setepak, makam
Barat Perkebunan
Fungsi awal dan fungsi sekarang Pemakaman dan sekarang tempat ziarah religi setiap tanggal
27 Rajab
Pemilik Masyarakat
Pengelola Pemkab Bintan
Foto
Foto Objek
Foto Lingkungan
Denah Keletakan
Tanggal Pendataan Oktober 2017
Pengentri Data Marjohan Syarif, SH dan Fauzan Amril, S.Hum
14. Situs Bukit Kerang Kawal Darat KOMPONEN DATA
DATA TEKNIS
Nomor Inventaris Cagar Budaya 21/BCB-TB/C/03/2014
Nama Cagar Budaya Situs Bukit Kerang Kawal Darat
Alamat
Jalan Kawasan Jalan Pantai Trikora
Dusun/Kampung/Jorong -
Desa/Kelurahan/Nagari Kawal
Kecamatan Gunug Kijang
Kabupaten/Kota Bintan
Provinsi Kepulauan Riau
Orbitrasi Situs (km)
Ibukota Kab./Kota ± 20 km
Ibukota Prov. ± 40 km
Keletakan Geografis 6-8 m dpl
Aksesibilitas Situs Dapat ditempuh dengan kendaraan roda 2
Letak Astronomis N 01°01'25,8" E 104°36'24,8"
Deskripsi Historis Situs Cagar Budaya Bukit Kerang Kawal Darat I merupakan
bukti peradaban prasejarah yang ada di Bintan, Kepulauan
Riau. Penelitian yang dilakukan oleh Balai Arkeologi Medan
yang dipimpin oleh Lukas Pertanda Koestoro pada tahun
2008 menyimpulkan bahwa manusia prasejarah di Bukit
Kerang Kawal Darat diperkirakan hidup di Zaman
Mesolithikum (zaman batu pertengahan).
Keberadaan Bukit Kerang Kawal Darat I memberikan
gambaran bahwa situs bukit kerang yang berciri budaya
Mesolitik tersebut yaitu tersebar di pesisir timur Pulau
Sumatera, dari Kepulauan Riau hingga Nanggroe Aceh
Darussalam. Umumnya manusia prasejarah tinggal di sekitar
muara sungai, tepi sungai, dan di pesisir pantai. Hal ini
terbukti dengan penemuan bukit kerang di Kawal Darat ini
yang berjarak 4.7 km dari bibir pantai.
Bukit Kerang Kawal Darat I oleh penduduk sekitar disebut
juga dengan nama lain situs Kota Batak atau Benteng Batak,
terkadang dipanggil Benteng Lanun (Benteng Bajak Laut).
Kosa kata „batak‟ tidak ada kaitannya dengan etnis Batak di
Sumatera Utara. Istilah “batak” terdapat pada kosa kata
bahasa Melayu lama yang maknanya sama dengan istilah
pembatak atau perompak yang dipergunakan dalam cerita
tradisonal “Makyong” di Mantang Arang dan Kampung
Keke Kijang, Bintan.Pembantak dalam cerita teater
tradisonal tersebut diartikan sebagai orang jahat.
Deskripsi Arkeologis Situs Cagar Budaya Bukit Kerang atau
Kjokkenmoddinger berasal dari bahasa Denmark, Kjokken
berarti dapur dan modding artinya sampah. Jadi,
kjokkenmoddinger adalah sampah dapur berupa kulit-kulit
siput dan kerang yang telah bertumpuk selama beribu-ribu
tahun sehingga membentuk sebuah bukit kecil setinggi 4-9
m.
Situs Cagar Budaya Bukit Kerang Kawal Darat I ini berada
di Desa Kawal, Bintan, Kepulauan Riau. Lokasinya tepat
berada tengah kebun kelapa yang dikelilingi perkebunan
sawit milik PT. Tirta Madu. Situs Bukit Kerang ini
berukuran tidak terlalu tinggi. Bentuknya tidak sampai
menjadi bukit, melainkan hanya sebatas tumpukan kerang.
Tingginya saat ini dari permukaan tanah sekitar kurang lebih
4 m, atau 10 m di atas permukan laut. Luas gundukan Bukit
Kerang mencapai 18 x 24 m.
Selain itu, beberapa temuanartefak juga ditemukan di sekitar
situs Bukit Kerang seperti alat dari cungkil bahan tulang
(spatula), alat dari cangkang kerang, ekofak molusca
(stromboidae), ekofak moluska (arcidae), batu pukul,kapak
genggam, yang disebut dengan pebble atau kapak Sumatera
(Sumatralith) serta serpihan tulang tengkorak.
Terkait dengan keberadaan ekofak yang melimpah telah
dilakukan identifikasi dan menghasilkan kesimpulan bahwa
keseluruhan ekofak tersebut adalah cangkang dari moluska
yang sangat umum dikonsumsi oleh masyarakat pesisir
pantai. Sebagian spesies dari cangkang moluska tersebut
juga ditemukan di situs-situs bukit kerang di pesisir timur
Pulau Sumatera selain Kawal Darat I.
Keberadaan fragmen gerabah pada situs ini menimbulkan
asumsi bahwa situs pemukiman ini terus digunakan hingga
zaman teknologi pembuatan gerabah. Teknologi tersebut
sangat umum ditemukan pada permukaan-permukaan situs
bukit kerang.
Artefak yang dihasilkan dari penelitian ini menunjukkan
penggunaan peralatan dari batu, kulit kerang, tulang, dan
tanah liat Masa Prasejarah. Keberadaan kapak batu, alat
pemukul berbahan batu menjelaskan bahwa aktivitas yang
berlangsung dalam upaya memenuhi kebutuhan hidup masih
sangat sederhana.
Ukuran (Luas) Situs Bangunan 18 x 24 m.
Lahan Menurut keterangan Pak Udin (Ketua RT
setempat), luas tanah yang telah
dibebaskan mencapai 1,5 ha.
Batas-Batas Situs Utara Kebun Karet milik Suparjo
Selatan Kebun Kelapa milik Samukin dan Harahap
Timur Kebun Kelapa milik Tuan Alex
Barat Kebun Kelapa sawit milik PT Tirta Madu
Fungsi awal dan fungsi sekarang Tempat wisata
Pemilik Dinas Pariwisata dan Kebudayan Kabupaten Bintan
Pengelola Balai Pelestarian Cagar Budaya Sumatera Barat.
Balai Arkeologi Sumatera Utara
Pemerintah Provinsi Kepulauan Riau
Foto
Foto Bangunan
Foto Lingkungan
Denah Keletakan
Tanggal Pendataan Oktober 2017
Pengentri Data Marjohan Syarif, SH dan Fauzan Amril, S.Hum