skenario d phe

25
SKENARIO D PHE Ida seorang ibu rumahtangga dengan 3 anak balita yang tinggal di desa Madudu, lima hari yang lalu Ida telah membawa Rio anak sulungnya yang berusia 5 th ke puskesmas dimana dr. Eko berada, dikatakan Rio mengidap Demam Dengue. Setelah diobati dr. Eko , anak Ida berangsur membaik. Menurut Ida, Rio adalah anak yang sangat aktif sehingga di PAUD Melati yang ada didesanya, dimana Rio belajar dan bermain, lebih menonjol dibandingkan anak-anak lainnya. Dua hari ini kecemasan Ida bertambah karena anak bungsunya Rini yang berusia 20 bulan demam tinggi, Ida merasa heran melihat anaknya itu tiba-tiba demam karena baru 2 hari yang lalu dia membawa anaknya itu ke Posyandu. Hari itu juga ida membawa Rini ke Puskesmas yang ternyata di Puskesmas Ida berjumpa dengan tetangga rumahnya yang juga membawa anaknya dengan gejala yang sama. Desa Madudu dengan wilayah yang bergunung ditengahnya dibelah oleh sungai kecil yang menjadi sumber aiur bagi kehidupan penduduk desa. Penduduk di desa ini mayoritas petani karet, umumnya berpendidikan setingkat SMP, walupun demikian mereka sangat kental dengan ritual adat/traditional culture. Dokter Eko telah membuat laporan kepada Kepala Dinas Kesehatan tentang kurangnya Social Support dan accessibility of information adalah salah satu penyebab dari tersebarnya penyakit demam dengue di desa Madudu ini. Dokter Eko juga menyadari sejak awal untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat desa Madudu ini diperlukan analisa sistim yang komprehensif dan holistic. Demam Dengue di Desa Madudu ini tidak akan pernah terselesaikan bila tidak menggunakan strategi komunikasi/promosi kesehatan. Dan Anda sebagau dokter puskemas yang bertugas bersama dr. Eko diminta untuk meningkatkan derajat kesehatan Desa Madudu tersebut.

Upload: weteka

Post on 05-Jan-2016

59 views

Category:

Documents


6 download

DESCRIPTION

tutoral

TRANSCRIPT

Page 1: Skenario d Phe

SKENARIO D PHE

Ida seorang ibu rumahtangga dengan 3 anak balita yang tinggal di desa Madudu, lima hari yang lalu Ida telah membawa Rio anak sulungnya yang berusia 5th ke puskesmas dimana dr. Eko berada, dikatakan Rio mengidap Demam Dengue. Setelah diobati dr. Eko , anak Ida berangsur membaik. Menurut Ida, Rio adalah anak yang sangat aktif sehingga di PAUD Melati yang ada didesanya, dimana Rio belajar dan bermain, lebih menonjol dibandingkan anak-anak lainnya. Dua hari ini kecemasan Ida bertambah karena anak bungsunya Rini yang berusia 20 bulan demam tinggi, Ida merasa heran melihat anaknya itu tiba-tiba demam karena baru 2 hari yang lalu dia membawa anaknya itu ke Posyandu. Hari itu juga ida membawa Rini ke Puskesmas yang ternyata di Puskesmas Ida berjumpa dengan tetangga rumahnya yang juga membawa anaknya dengan gejala yang sama.

Desa Madudu dengan wilayah yang bergunung ditengahnya dibelah oleh sungai kecil yang menjadi sumber aiur bagi kehidupan penduduk desa. Penduduk di desa ini mayoritas petani karet, umumnya berpendidikan setingkat SMP, walupun demikian mereka sangat kental dengan ritual adat/traditional culture.

Dokter Eko telah membuat laporan kepada Kepala Dinas Kesehatan tentang kurangnya Social Support dan accessibility of information adalah salah satu penyebab dari tersebarnya penyakit demam dengue di desa Madudu ini. Dokter Eko juga menyadari sejak awal untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat desa Madudu ini diperlukan analisa sistim yang komprehensif dan holistic. Demam Dengue di Desa Madudu ini tidak akan pernah terselesaikan bila tidak menggunakan strategi komunikasi/promosi kesehatan.

Dan Anda sebagau dokter puskemas yang bertugas bersama dr. Eko diminta untuk meningkatkan derajat kesehatan Desa Madudu tersebut.

I. KLARIFIKASI ISTILAH1. Demam Dengue : demam yang disebabkan oleh virus di daerah

tropis disebabkan oleh nyamuk aedes aegepty.2. Posyandu : kegiatan kesehatan dasar dari, oleh dan untuk

masyarakat dan dibantu oleh petugas kesehatan.3. Puskesmas : pusat kesehatan masyarakat.4. Balita : anak dibawah usia 5 tahun.5. Ritual adat : kegiatan ritual yang sering diadakan dan dipercaya

di masyarakat.6. Social support : kegiatan untuk mencari dukungan sosial.7. Accessibility of information : kemudahan untuk memperoleh informasi.8. Komprehensif : pemahaman secara mendalam.9. Holistic : pendekatan secara keseluruhan.

Page 2: Skenario d Phe

10. Promosi kesehatan : segala bentuk kombinasi pendidikan kesehatan dan intervensi yang terkait dengan ekonomi, politik dan organisasi yang dirancang untuk memudahkan perilaku dan lingkungan yang kondusif bagi kesehatan.

11. Strategi komunikasi : rencana yang jitu agar komunikasi berhasil.

II. IDENTIFIKASI MASALAH1. 3 balita dari 2 rumah di desa Madudu dibawa ke Puskesmas karena menderita demam

dengue.- Rio (5th) → 5 hari lalu- Rini (20bulan) → sekarang- Anak tetangga Ida → sekarang

2. Adanya pengaruh tempat, lokasi terhadap kejadian demam dengue.3. Dr. Eko melapor ke Dinkes tentang kurangnya social support dan accessibility of

information di desa Madudu sebagai salah salah satu penyebab tersebarnya demam dengue.

4. Untuk meningkatkan derajat kesehatan di desa Madudu diperlukan analisa system yang komprehensif dan holistic.

5. Demam dengue tidak akan terselesaikan bila tidak menggunakan strategi komunikasi/promosi kesehatan.

III. ANALISIS MASALAH1. Apa faktor penyebab demam dengue di desa Madudu? Bgmna penyebaran dan siklus

hidup nyamuk aedes aegypti?2. Mengapa yang mederita dengue di desa Madudu adalah balita?3. Adakah hubungan demam tinggi yang dialami Rini (20 bulan) dengan dibawa ke

Posyandu? (Jelaskan)4. Bagaimana hubungan faktor perilaku dengan kejadian demam dengue?5. Mengapa perilaku mempengaruhi kejadian demam dengue?6. Bagaimana hubungan Traditional Culture terhadap perilaku kesehatan di Desa Madudu?7. Bagaimana cara meningkatkan social support dan accessibility of information untuk

mengatasi penyebaran Demam Dengue?8. Bagaimana analisa system yang komprehensif dan holistic dalam kasus ini?9. Bagaimana promosi kesehatan untuk mengatasi Demam Dengue di desa Madudu?

Page 3: Skenario d Phe

IV. HIPOTESISAdanya kejadian Demam Dengue di desa Madudu dipengaruhi oleh kurangnya sosial support, accessibility of information dan perilaku kesehatan masyarakat desa Madudu.

V. SINTESIS

1. Faktor penyebab demam dengue di desa Madudua. Pengetahuan masyarakat tentang penyebab DD dan mekanisme penularan virus

dengue masih rendah.b. Belum semua anggota masyarakat menganggap bahwa DD adalah penyakit yang

serius.c. 3M bukan tindakan utama sebagian masyarakat dalam mencegah DD.d. Upaya pendidikan kesehatan untuk penanggulangan dan penggerakan masyarakat

dalam penanggulangan DD belum optimal.e. Kepedulian masyarakat terhadap lingkungannya masih rendah.

Penyebaran dan siklus hidup nyamuk aedes aegyptiA. PERILAKU MENCARI DARAH - Setelah kawin, nyamuk betina memerlukan darah untuk bertelur - Nyamuk betina menghisap darah manusia setiap 2 – 3 hari sekali - Menghisap darah pada pagi hari sampai sore hari, dan lebih suka pada jam 08.00 –

12.00 dan jam 15.00 – 17.00 - Untuk mendapatkan darah yang cukup, nyamuk betina sering menggigigt lebih dari

satu orang - Jarak terbang nyamuk sekitar 100 meter - Umur nyamuk betina dapat mencapai sekitar 1 bulan.

B. PERILAKU ISTIRAHAT - Setelah kenyang menghisap darah, nyamuk betina perlu istirahat sekitar 2 – 3 hari

untuk mematangkan telur. - Tempat istirahat yang disukai :

o Tempat-tempat yang lembab dan kurang terang, seperti kamar mandi, dapur,

WC o Di dalam rumah seperti baju yang digantung, kelambu, tirai

o Di luar rumah seperti pada tanaman hias di halaman rumah.

C. PERILAKU BERKEMBANG BIAK- Nyamuk Aedes Aegypti bertelur dan berkembang biak di tempat penampungan air

bersih seperti :

Page 4: Skenario d Phe

o Tempat penampungan air untuk keperluan sehari-hari : bak mandi, WC, tempayan, drum air, bak menara (Tower air) yang tidak tertutup, sumur gali

o Wadah yang berisi air bersih atau air hujan : tempat minum burung, vas bunga, pot bunga, ban bekas, potongan bambu yang dapat menampung air, kaleng, botol, tempat pembuangan air di kulkas dan barang bekas lainnya yang dapat menampung air meskipun dalam volume kecil.

- Telur diletakkan menempel pada dinding penampungan air, sedikit di atas permukaan air.

- Setiap kali bertelur, nyamuk betina dapat mengeluarkan sekitar 100 butir telur dengan ukuran sekitar 0,7 mm per butir.

- Telur ini di tempat kering (tanpa air) dapat bertahan sampai 6 bulan . - Telur akan menetas menjadi jentik setelah sekitar 2 hari terendam air. - Jentik nyamuk setelah 6 – 8 hari akan tumbuh menjadi pupa nyamuk. - Pupa nyamuk masih dapat aktif bergerak didalam air, tetapi tidak makan dan setelah

1– 2 hari akan memunculkan nyamuk Aedes Aegypti yang baru.

SIKLUS HIDUP NYAMUK AEDES AEGYPTI

TELUR - Satu per satu pada dinding

bejana.- Telur tidak berpelampung.- Sekali bertelur nyamuk betina

menghasilkan 100 butir. - Telur kering dapat tahan 6 bulan. - Telur akan menjadi jentik setelah

sekitar 2 hari .

JENTIK

- Sifon dengan satu kumpulan rambut.

- Pada waktu istirahat membentuk sudut dengan permukaan air.

- 6–8 hari menjadi pupa.

P u p a

Page 5: Skenario d Phe

- Sebagian kecil tubuhnya kontak dengan permukaan air.

- Bentuk terompet panjang dan ramping.

- 1 – 2 hari menjadi nyamuk Aedes Aegypti.

Nyamuk Dewasa Aedes Aegypti - Panjang 3 – 4 mm

- Bintik hitam dan putih pada badan dan kepala, dan punya ring putih di kakinya

- Posisi menggigit nyamuk Aedes Aegypti pada kulit manusia

2. Mengapa yang mederita dengue di desa Madudu adalah balita?Yang beresiko menderita demam dengue ataupun demam berdarah dengue :o Orang-orang yang tinggal di daerah pinggiran dan kumuh.

o Orang-orang yang tinggal di lingkungan yang lembab

o Laki-laki dan perempuan sama-sama dapat terkena tanpa terkecuali.

o Kelompok umur yang sering terkena adalah

- Anak-anak berusia di bawah 15 tahun (4-10 tahun), dapat juga mengenai bayi < 1 tahun. Akhir-akhir ini banyak juga mengenai orang dewasa muda umur 18-25 tahun

Pada kasus, yang menderita DD adalah anak balita, karena:

o Sistem imunitas balita dan anak-anak belum matang atau sempurna untuk netralisasi

virus seperti halnya apda orang dewasa.

Page 6: Skenario d Phe

o Sifat hidup nyamuk vektor DD (Aedes sp.) menggigit pada pagi (08.00-10.00) dan siang

hari (14.00-16.00), menyenangi tempat teduh, terlindung matahari, dan berbau manusia, sementara itu balita (dan beberapa anak-anak) masih sering membutuhkan tidur pagi dan siang hari sehingga seringkali menjadi sasaran gigitan nyamuk.

o Sarang nyamuk selain di dalam rumah, juga banyak dijumpai di sekolah, apalagi bila

keadaan kelas gelap dan lembab.Oleh karena itu, yang menjadi sasaran berikutnya adalah anak sekolah yang pada pagi dan siang hari berada di sekolah.

o Disamping nyamuk Aedes aegypti yang senang hidup didalam rumah, vektor lain dari

DD adalah nyamuk Aedes albopictus yang hidup di luar rumah, di kebun yang rindang, sehingga anak usia sekolah dapat juga terkena gigitan oleh nyamuk kebun tersebut di siang hari ketika sedang bermain.

Kasus:

Rio, anak sulung ibu Ida sekolah di PAUD Melati di Ds. Madudu ---tergigit nyamuk Aedes sp. & terinfeksi virus Dengue menularkan kepada Rini (adik bungsunya) anak tetangga sebelah rumah.

3. Hubungan demam tinggi yang dialami Rini (20 bulan) dengan dibawa ke Posyandu Imunisasi bertujuan untuk memberikan kekebalan tubuh sehingga tubuh mampu melindungi dan mencegah penyakit-penyakit menular yang sangat berbahaya terhadap manusia terutama bagi balita.

Jadwal imunisasi yang wajib diberikan kepada balita, seperti tabel dibawah ini:

Page 7: Skenario d Phe

Sedangkan untuk imunisasi yang sifatnya “dianjurkan”, jadwalnya seperti tabel berikut ini:

Kasus : Karena pada kasus tidak diketahui pelayanan apa yang diberikan kepada Rini, maka kemungkinan tidak ada hubungan antara datang ke Posyandu dengan kejadian Demam Dengue pada Rini.

4. Hubungan faktor perilaku dengan kejadian dengueUntuk menganalisa perilaku masyarakat yang mempengaruhi kejadian DD perlu memperhatikan faktor-faktor dari lingkungan sekitar yang bisa dianalisis dengan menggunakan konsep umum dari Laurence Green(1980), yakni perilaku masyarakat ditentukan atau dibentuk oleh 3 faktor, yaitu:

a. Faktor-faktor predisposisi (predisposing faktors) faktor-faktor yang menjadi dasar motivasi, mempermudah atau mempredisposisi

terjadinya perilaku, antara lain pengetahuan, sikap, keyakinan, kepercayaan, nilai-nilai, tradisi, dsb.

pada kasus : kurangnya pengetahuan masyarakat tentang penyakit DD, cara penularan, gejala klinis, tempat perkembangbiakan vektor, cara pemberantasan vektornya serta kurangnya sikap & tindakan untuk penanggulangan/pencegahan DD. Hal ini bisa terjadi, mungkin dipengaruhi oleh karena masyarakat Ds. Madudu masih sangat kental dengan kepercayaan & ritual adat setempat sehingga agak sulit atau kurang merespon & antusias untuk menerima informasi & pengetahuan baru mengenai penyakit DD dan cara pencegahannya.

Page 8: Skenario d Phe

b. Faktor-faktor pemungkin/pendukung (enabling factors) faktor-faktor yang memungkinkan atau yang memfasilitasi terjadinya perilaku, antara lain lingkungan fisik, ketersediaan sarana dan prasarana atau fasilitas untuk terjadinya perilaku kesehatan.

pada kasus :

-Sudah ada Puskesmas dan Posyandu yang aksesnya terjangkau, yakni ibu Ida mengobatkan Rio ke dokter di Puskesmas & membawa Rini, anak bungsunya di Posyandu. Akan tetapi, ada kemungkinan petugas-petugas kesehatan setempat, misalnya dari Puskesmas kurang melakukan pendekatan sosial (social support) dengan tokoh masyarakat Ds. Madudu sehingga mereka tidak bisa merealisasikan upaya kesehatan wajib Puskesmas dengan baik, misalnya belum melakukan promosi kesehatan tentang PHBS, kesehatan lingkungan, dan upaya pencegahan & pemberantasan penyakit menular termasuk DD.

-Desa Madudu adalah wilayah yang bergunung, yaitu daerah dengan tingkat kelembapan yang tinggi, yang bisa menjadi tempat yang beresiko berkembangnya DD. Selain itu, daerah pegunungan mempersulit pengiriman & akses informasi, termasuk informasi kesehatan tentang PHBS dan pemberantasan DD.

-Karena mayoritas penduduknya adalah petani karet, kemungkinan di desa tsb terdapat banyak pohon karet dan mungkin karena pengaruh kurangnya pengetahuan, wadah getah karet di setiap pohon jika setelah hujan dibiarkan tergenang air di dalamnya. Hal ini, nantinya akan menjadi tempat perkembangbiakan nyamuk yang menjadi vektor DD.

c. Faktor-faktor penguat (reinforcing factors) faktor-faktor yang mendorong atau memperkuat terjadinya perilaku, seperti sikap yang

tegas untuk merubah suatu perilaku yang dicontohkan dari tokoh masyarakat atau petugas kesehatan setempat.

pada kasus :

-Karena pengaruh tidak adanya promosi kesehatan dari praktisi kesehatan setempat atau juga karena masih sangat kental dengan ritual adat setempat, ada kemungkinan para tokoh masyarakat Ds. Madudu kurang menyadari & menerapkan PHBS termasuk pengetahuan tentang pemberantasan DD, misalnya tidak menerapkan 3M plus dirumahnya sehingga warga desanya juga berperilaku demikian.

-Atau memang petugas kesehatan setempat lalai atau kurang menyadari pentingnya penerapan 3M plus & cara penanggulangna DD yang lainnya.

Page 9: Skenario d Phe

5. Mengapa perilaku mempengaruhi kejadian demam dengue Pada dasarnya perilaku merupakan perwujudan dari pengetahuan dan sikap.A. Pengetahuan (knowledge)

Pengetahuan adalah kesan didalam pikiran manusia sebagai hasil penggunaan pancainderanya Tingkat pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan yaitu :a. Tahu (know)b. Memahami (Comprehension)c. Aplikasid. Analysise. Sintesisf. Evaluasi

B. Sikap (Atitude)Sikap adalah merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Berapa batasan lain tentang sikap antara lain: sikap sesorang terhadap objek adalah perasaan mendukung atau memihak (favorable) maupun perasaan tidak mendukung atau tidak memihak (unfavorable) pada objek tersebut. Sikap adalah keteraturan tertentu dalam perasaan (afeksi), pemikiran (kognisi), dan predisposisi tindakan (konasi) seseorang terhadap suatu aspek lingkungan sekitarnya. Dari batasanbatasan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa sikap adalah merupakan penilaian tentang keadaan sekitar yang ditunjukkan dengan perasaan. Sikap mempunyai 3 komponen pokok yaitu: 1. Kepercayaan (keyakinan), ide dan konsep terhadap suatu objek. 2. Kehidupan emosional atau evaluasi emosional terhadap suatu objek. 3. Kecenderungan untuk bertindak (trend to behave).Tingkatan sikap pada seseorang terdiri dari:a. Menerima: diartikan bahwa orang (subjek), mau memperhatikan stimulus yang

diberikan (objek)

Page 10: Skenario d Phe

b. Merespon (responding): memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah indikasi dari sikap, terlepas dari benar atau salah adalah berarti orang menerima ide tersebut.

c. Menghargai (valuing): mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan dengan orang lain terhadap suatu masalah.

d. Bertanggungjawab (responsible): bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko adalah merupakan sikap yang paling tinggi Pengukuran sikap dilakukan dengan langsung dan tidak langsung. Secara langsung dapat ditanyakan bagaimana pendapat atau pernyataan responden terhadap suatu objek. Secara tidak langsung dapat dilakukan dengan pernyataan-pernyataan hipotesis, kemudian ditanyakan pendapat reponden.. Pengukuran perilaku dapat dilakukan secara tidak langsung, yakni dengan cara wawancara terhadap kegiatan yang telah dilakukan beberapa jam, hari, minggu, bulan yang lalu. Pengukuran langsung dengan mengobservasi tindakan responden. Faktor yang mempengaruhi perilaku seseorang dibidang kesehatan adalah pendidikan, penghasilan, normanorma yang dimiliki, nilai yang ada pada dirinya, kebiasaan serta keadaan sosial budaya yang berperilaku. Jika faktor ini bersifat menguntungkan maka diharapkan akan muncul perilaku yang baik.

C. Perilaku adalah respon atau reaksi sesorang terhadap rangsang an dari luar Berdasarkan batasan perilaku dari skinner maka perilaku kesehatan adalah suatu respon seseorang terhadap rangsangan atau objek yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan dan minuman serat lingkungan. Dari batasan ini, perilaku kesehatan dapat diklassifikasikan menjadi 3:1. Perilaku pemeliharaan kesehatan (health maintenance)

Perilaku adalah usaha seseorang untuk memelihara atau menjaga kesehatan agar tidak sakit dan usaha penyembuhan bilamana terjadi sakit.

2. Perilaku pencarian dan penggunaan fasilitas kesehatan atau pencarian pengobatan (healt seeking behavioral)Upaya atau tindakan seseorang pada saat menderita penyakit. Tindakan atau perilaku in dimulai dari mengobati diri sendiri sampai mencari pengobatan keluar negeri.

3. Perilaku kesehatan lingkunganBagaimana seseorang maupun lingkungan, baik fisik maupun social budaya sehingga lingkungan tersebut tidak mempengaruhi derajat kesehatan individu, keluarga dan masyarakat.

Dapat disimpulkan bahwa perilaku tentang kesehatan ditentukan oleh pengetahuan, sikap, tradisi, kepercayaan dari orang atau masyarakat yang bersangkutan. Disamping itu ketersediaan fasilitas, sikap dan perilaku petugas yang akan mendukung terbentuknya perilaku. Tiga kategori yang memberi kontribusi atas perilaku kesehatan merupakan hasil tahu, ini akan terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu, terjadi melalui panca indera manusia yaitu penglihatan, pendengaran, penciuman, dan rasa, paling besar dipengaruhi penglihatan dan pendengaran.

Page 11: Skenario d Phe

Kasus:Pendidikan masyarakat yang hanya sampai tingkat SMP, akses informasi kesehatan kurang memadai → pengetahuan masyarakat mengenai penyakit kurang → masyarakat tidak bisa bersikap dan berperilaku kesehatan yang baik untuk mencapai derajat kesehatan yang setinggi-tinginya

6. Hubungan Traditional Culture terhadap perilaku kesehatan di Desa MaduduPerilaku dibentuk oleh 2 faktor utama, yakni:

a. Faktor eksternal (berupa stimulus), adalah faktor lingkungan, baik fisik maupun non fisik, dalam bentuk sosial, budaya, ekonomi dan politik.

b. Faktor internal (berupa respon), merupakan faktor di dalam diri seseorang dalam merespon stimulus dari lingkungannya.

Dari beberapa penelitian, faktor eksternal yang paling besar pengaruhnya dalam membentuk perilaku adalah faktor sosial dan budaya. Faktor sosial yang mempengaruhi perilaku diantaranya adalah pranata-pranata sosial dan permasalahan-permasalahan sosial yang lain. Faktor budaya yang mempengaruhi perilaku termasuk nilai-nilai, adat istiadat, kepercayaan, kebiasaan masyarakat, dan tradisi. Sedangkan fakor internal yang mempengaruhi perilaku adalah perhatian, motivasi, persepsi, intelegensi, fantasi dan sugesti yang tercakup dalam ilmu psikologi.

Kasus:Pengaruh adat budaya yang masih kental → mempengaruhi presepsi yang salah masyarakat Madudu → mempengaruhi perilaku masyarakat → tidak tercapainya derajat kesehatan.

7. Cara meningkatkan social support dan accessibility of information untuk mengatasi penyebaran Demam Dengue dengan :

A. Pemberdayaan MasyarakatAdalah upaya fasilitasi yang bersifat persuasif dan tidak memerintah yang bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan, sikap, perilaku dan kemampuan masyarakat dalam menemukan, merencanakan dan memecahkan masalah, menggunakan sumber daya atau potensi yang mereka miliki termasuk partisipasi dan dukungan tokoh masyarakat serta LSM yang ada dan hidup di masyarakat. Pemberdayaan masyarakat bidang kesehatan akan menghasilkan kemandirian masyarakat di bidang kesehatan dengan demikian pemberdayaan masyarakat merupakan proses sedangkan kemandirian merupakan hasil, karenanya kemandirian masyarakat dibidang kesehatan bisa diartikan sebagai kemampuan untuk dapat mengidentifikasi masalah kesehatan yang ada di masyarakat, kemudian merencanakan dan melakukan cara pemecahannya dengan memanfaatkan potensi setempat tanpa tergantung pada bantuan dari luar.

B. Pembinaan Peran Serta MasyarakatAdalah salah satu upaya pengembangan yang berkesinambungan dengan tetap memperhatikan pemberdayaan masyarakat melalui model persuasif dan tidak

Page 12: Skenario d Phe

memerintah, untuk meningkatkan pengetahuan, sikap, perilaku dan mengoptimalkan kemampuan masyarakat dalam menemukan, merencanakan dan memecahkan masalah. Pembinaan lokal merupakan serangkaian langkah yang diterapkan guna menggali, meningkatkan dan mengarahkan peran serta masyarakat setempat.

C. Pemberdayaan KeluargaAdalah salah satu upaya fasilitasi yang bersifat tidak memerintah guna meningkatkan pengetahuan dan kemampuan keluarga agar mampu mengidentifikasi masalah, merencanakan dan mengambil keputusan untuk melakukan pemecahannya dengan benar, tanpa atau dengan bantuan dari pihak lain. Pemberdayaan keluarga dibidang kesehatan akan menghasilkan kemandirian keluarga dalam menemukan masalah kesehatan yang ada dalam keluarga, kemudian mampu merencanakan dan mengambil keputusan untuk memecahkan masalah kesehatannya sendiri tanpa atau dengan bantuan orang lain. Salah satu strategi yang dapat ditempuh untuk menghasilkan kemandirian di bidang kesehatan baik pada masyarakat maupun keluarga adalah melalui pendekatan komunikasi-informasi-edukasi (KIE).

Langkah-langkahnya:A. Mengadakan pertemuan Tingkat Desa.

Pertemuan tingkat Desa/Kelurahan merupakan langkah awal dari kegiatan pembinaan di tingkat Desa/Kelurahan.Tujuan PTD :a. Diperolehnya dukungan kepala desa/kelurahan dan pemuka masyarakat dalam

pelaksanaan penggerakan dan pemberdayaan masyarakat.b. Dikenalnya masalah penyakit, lingkungan dan perilaku yang menyebabkan

masalah kesehatan c. Diperolehnya kesepakatan untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat

melalui pengembangkan Desa/Kelurahan.Kasus:Karena masyarakat Madudu mempunyai adat budaya yang masih kental, maka langkah awal yang perlu kita lakukan adalah meyakinkan terlebih dahulu pemuka adat/tokoh adat disana untuk memperoleh dukungan, kesepakatan, perlindungan dan dipermudah dalam pelaksanaan penggerakan dan pemberdayaan masyarakat.

B. Melakukan Survei Mawas Diri (SMD)Survei Mawas Diri adalah kegiatan pengenalan, pengumpulan dan pengkajian masalah kesehatan yang dilakukan oleh kader dan tokok masyarakat setempat dibawah bimbingan kepala Desa/Kelurahan dan petugas kesehatan (petugas Puskesmas, Bidan di Desa).Tujuan SMD :a. Dilaksanakannya pengumpulan data, masalah kesehatan, lingkungan dan perilaku.b. Mengkaji dan menganalisis masalah kesehatan, lingkungan dan perilaku yang

paling menonjol di masyarakat.c. Mengiventarisasi sumber daya masyarakat yang dapat mendukung upaya

mengatasi masalah kesehatan.

Page 13: Skenario d Phe

d. Diperolehnya dukungan kepala desa/kelurahan dan pemuka masyarakat dalam pelaksanaan penggerakan dan pemberdayaan masyarakat di Desa Siaga.

Hasilnya : didapatkan perumusan masalah kesehatan, untuk selanjutnya merumuskan perioritas masalah kesehatan lingkungan dan perilaku di desa/kelurahan yang bersangkutan.

Kasus:- Lakukan surveylance ke rumah anak yang DBD- Surveylance ke radius 20 rumah sekitar rumah anak yang DBD- Surveylance ke sekolah anak- Surveylance ke tempat yang pernah dikunjungi anak.

C. Mengadakan Musyawarah Masyarakat Desa (MMD)MMD adalah pertemuan seluruh warga desa/kelurahan atau warga masyarakat yang mewakili semua komponen masyarakat di desa/kelurahan untuk membahas hasil survei mawas diri dan merencanakan upaya penanggulangan masalah kesehatan, lingkungan dan perilaku yang diperoleh dari hasil survei mawas diri.Tujuan MMD :a. Masyarakat mengenal masalah kesehatan di wilayahnya.b. Masyarakat bersepakat untuk menanggulangi masalah kesehatan melalui

penggerakan dan pemberdayaan masyarakat di Desa Siaga.c. Masyarakat membentuk forum Desa/Kelurahan Siaga dan menetapkan Poskesdes

sebagai koordinator pelaksanaan upaya kesehatan bersumber daya masyarakat.d. Masyarakat menyusun rencana kerja untuk menanggulangi masalah kesehatan di

wilayahnya. e. Mempersiapkan pelatihan kader dalam rangka meningkatkan pengetahuan dan

keterampilan kader dalam mengembangkan Desa Siaga dan operasional Poskesdes.

8. Analisa system yang komprehensif dan holistic dalam kasus iniAnalisis sistem adalah penilaian yang berupa kajian terhadap setiap kumpulan elemen

atau bagian yang ada di dalam sistem atau suatu cara kerja yang dengan menggunakan fasilitas yang ada, dilakukan pengumpulan berbagai masalah yang dihadapi untuk kemudian dicarikan berbagai solusinya, lengkap dengan uraiannya sehingga akan membantu administrator dalam mengambil keputusan yang tepat untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.Analisis sistem yang komprehensif & holistik, disini lebih ditujukan kepada subsistem pelayanan kesehatan :

o Komprehensif analisis sistem pelayanan kesehatan dengan memadukan berbagai upaya kesehatan yang ada di masyarakat yakni peningkatan & pemiliharaan kesehatan (promotive), pencegahan penyakit dan kecacatan (preventive), penyembuhan penyakit (curative) dan  pemulihan kesehatan ( rehabilitative).

o Holistik analisis sistem pelayanan kesehatan dengan menerapkan pendekatan yang menyeluruh, tidak hanya memperhatikan keluhan pasien atau gejala dan tanda penyakit, tetapi juga memperhatikan berbagai latar belakang sosial ekonomi, sosial budaya, sosial ekologi, dsb.

Page 14: Skenario d Phe

9. Promosi kesehatan untuk mengatasi Demam Dengue di desa MaduduMenurut Depkes RI (2005), kebijakan Nasional Promosi Kesehatan telah menetapkan

tiga strategi dasar promosi kesehatan, yaitu:1. Gerakan pemberdayaan adalah proses pemeberian informasi secara terusmenerus dan

berkesinambungan mengikuti perkembangan sasaran, sertaproses membantu sasaran, agar sasaran tersebut berubah dari tahu menjaditahu atau sadar (aspek knowledge), dari tahu menjadi mau (aspek attitude),dan dari mau menjadi mampu melaksanakan perilaku yang diperkenalkan(aspek practice). Sarasan utama pemberdayaan adalah individu dan keluarga,serta kelompok masyarakat.

2. Bina suasana adalah upaya menciptakan opini atau lingkungan sosial yang mendorong individu anggota masyarakat mau melakukan perilaku yangdiperkenalkan. Seseorang akan terdorong untuk melakukan sesuatu apabilalingkungan sosial di mana pun ia berada (keluarga di rumah, orang yangmenjadi panutan/idolanya, kelompok arisan, majelis agama, dan lain-lainbahkan masyarakat umum) memiliki opini positif terhadap perilaku tersebut.Terdapat tiga pendekatan bina suasana, antara lain:a. Bina suasana individu ditujukan kepada individu-individu tokohmasyarakat. Dengan

pendekatan ini diharapkan mereka akan menyebarkanopini yang positif terhadap perilaku yang sedang diperkenalkan seperti“gerakan 3M +1T”. Di samping itu diharapkan mereka juga bersediamemperkenalkan atau mau mempraktekkan perilaku yang sedangdiperkenalkan tersebut (misal seorang pemuka agama rajin melakukan 3Myaitu menguras, mengubur dan menutup serta telungkup).

b. Bina suasana kelompok ditujukan kepada kelompok masyarakat sepertiKepala Lingkungan, majelis pengajian, majelis gereja, organisasi pemudadan lain-lain. Pendekatan ini dilakukan bersama tokoh masyarakatsehingga mereka perduli dan mau mendukung perubahan perilaku yangsedang diperkenalkan dan menyetujui untuk mempraktekkan perilakuyang sedang diperkenalkan yaitu 3M + 1 T tersebut.

c. Bina suasana masyarakat umum dilakukan terhadap masyarakat umumdengan membina dan memanfaatkan media-media komunikasi sepertiradio, televisi, koran, majalah, situs internet dan lain-lain, sehinggadengan media komunikasi tersebut diharapkan media-media massatersebut perduli dan mendukung perubahan perilaku yang diperkenalkan.Dengan demikian media massa tersebut dapat menjadi mitra dalam rangka penyebarluasan informasi dan akhirnya diharapkan terbentuklah sebuahopini publik yang positif terhadap perubahan perilaku baru yangdiperkenalkan dan akhirnya mereka masyarakat mau melaksanakanperilaku baru tersebut dalam kehidupannya.

3. Advokasi adalah upaya atau proses yang strategis atau terencana untukmendapatkan komitmen adan dukungan dari pihak-pihak yang terkait(stakeholders). Advokasi diarahkan untuk mendapatkan dukungan yangberupa kebijakan (misal dalam bentuk

Page 15: Skenario d Phe

perundang-undangan), dana,sarana, dan lain-lain sejenisnya. Stakeholders yang dimaksud bisa berupatokoh masyarakat formal yang umumnya berperan sebagai penentukebijakan pemerintah dan penyandang dana pemerintah. juga dapat berupatokoh agama, tokoh adat, dan lain-lain yang umumnya berperan sebagaipenentu kebijakan di bidangnya.

Kasus:A. Promosi Kesehatan oleh Puskesmas

Puskesmas adalah unit pelaksana teknis Dinas Kesehatan Kabupaten/Kotayang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatuwilayah kerja. Tujuan pembangunan kesehatan yang diselenggarakan Puskesmas adalah meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagisetiap orang yang bertempat tinggal di wilayah kerjanya, agar terwujud derajatkesehatan yang setinggi-tingginya, dalam rangka mencapaivisi “IndonesiaSehat”. Untuk mencapai tujuan tersebut, Puskesmas harus menyelenggarakan tigafungsi, yaitu sebagai:

o pusat penggerak pembangunan berwawasan kesehatan,

o pusat pemberdayaan masyarakat, dan

o pusat pelayanan kesehatan stratapertama.

a. Pemberdayaan MasyarakatPemberdayaan masyarakat dengan mengajak masyarakat serta memberikan

penyuluhan secara terus menerus melalui berbagai media komunikasi massa seperti televisi, koran,majalah dan lain-lain, sehingga masyarakat dalam hal iniadalah keluarga menjadi tahu akan pemberantasan dan pencegahan demam berdarah, setelah tahu maka diharapkan masyarakat menjadi mau melakukantindakan pencegahan yaitu dengan melakukan kegiatan PSN serta 3M. Setelah masyarakat mau melakukan tindakan pencegahan maka diharapkan hal tersebutmenjadi kebiasaan dalam kehidupan sehari-harinya.Upaya yang dapat dilakukan sehingga masyarakat dapat berdaya dalampenanggulangan demam berdarah yaitu dengan membentuk organisasi kemasyarakatan yang di dalamnya terlibat tokoh agama, masyarakat dan orgamaspemuda serta ibu-ibu kader di mana organisasi tersebut merupakan organisasiyang sadar lingkungan sehingga penanggulangan demam berdarah dapat dilakukan secara terus menerus dan jangka panjang.

b. Penyuluhan Bagi Masyarakat Seperti diuraikan di atas bahwa sampai sekarang belum ada obat yang dapat

membunuh virus dengue ataupun vaksin demam berdarah, maka upaya untuk pencegahan demam berdarah ditujukan pada pemberantasan nyamuk beserta tempat perindukannya. Oleh karena itu, dasar pencegahan demam berdarah adalah memberikan penyuluhan kesehatan kepada masyarakat bagaimana cara memberantasan nyamuk dewasa dan sarang nyamuk yang dikenal sebagai pembasmian sarang nyamuk atau PSN. Demi

Page 16: Skenario d Phe

keberhasilan pencegahan demam berdarah, PSN harus dilakukan secara bersama-sama oleh seluruh lapisan masyarakat, baik di rumah, di sekolah, rumah sakit, dan tempat-tempat umum seperti tempat ibadah, makam, dan lain-lain. Dengan demikian masyarakat harus dapat mengubah perilaku hidup sehat terutama meningkatkan kebersihan lingkungan.1. Cara Memberantas Jentik

Cara memberantas jentik dilakukan dengan cara 3 M yaitu menguras, menutup, dan mengubur, artinya :

o Kuras bak mandi seminggu sekali (menguras),

o Tutup penyimpanan air rapat-rapat (menutup),

o Kubur kaleng, ban bekas, dll. (mengubur).

Kebiasaan-kebiasaan seperti mengganti dan bersihkan tempat minum burung setiap hari atau mengganti dan bersihkan vas bunga, seringkali dilupakan. Kebersihan di luar rumah seperti membersihkan tanaman yang berpelepah dari tampungan air hujan secara teratur atau menanam ikan pada kolam yang sulit dikuras, dapat mengurangi sarang nyamuk.Pada kolam atau tempat penampungan air yang sulit dikuras dapat diraburkan bubuk abate yang dapat ditaburkan bubuk abate yang dapat membunuh jentik. Bubuk abate ini dapat dibeli di apotek.

Pedoman Penggunaan Bubuk Abate (Abatisasi)o Satu sendok makan peres (10 gram) untuk 100 liter air

o Dinding jangan disikat setelah ditaburi bubuk abate

o Bubuk akan menempel di dinding bak/ tempayan/ kolam

o Bubuk abate tetap efektif sampai 3 bulan

2. Cara Memberantas Nyamuk DewasaUntuk memberantas nyamuk dewasa, upayakan membersihkan tempat-tempat

yang disukai oleh nyamuk untuk beristirahat.o Kurangi Tempat Untuk Nyamuk Beristirahat o Jangan menggantung baju bekas pakai (nyamuk sangat suka bau manusia)o Pasang kasa nyamuk pada ventilasi dan jendela rumaho Lindungi bayi ketika tidur di pagi dan siang hari dengan kelambuo Semprot obat nyamuk rumah pagi & sore (jam 8.00 dan 18.00)o Perhatikan kebersihan sekolah, bila kelas gelap dan lembab, semprot dengan obat

nyamuk terlebih dahulu sebelum pelajaran mulaio Pengasapan (disebut fogging) hanya dilakukan bila dijumpai penderita yang

dirawat atau menginggal. Untuk pengasapan diperlukan laporan dari rumah sakit yang merawat.

B. Bina Suasana

Page 17: Skenario d Phe

Bina suasana dalam hal ini adalah dengan mengajak tokoh masyarakat agarmau menyebarkan opini-opini yang positif terhadap perlunya perubahan perilakudalam hal ini adalah melakukan 3M dan pemberantasan sarang nyamuk.Tokoh masyarakat yang berperilaku menguras, menutup dan mengubursehingga dengan perilaku tersebut tokoh masyarakat dan keluarganya terhindardari demam berdarah akan menjadi perhatian bagi masyarakat dan akhirnyadiharapkan masyarakat/keluarga mau meniru perilaku dari tokoh masyarakattersebut.

C. AdvokasiMelakukan berbagai lobi sehingga penanggulangan demam berdarah dapatberjalan yaitu

kepada Lurah sehingga Lurah mau memberikan keputusan yangmendukung penanggulangan demam berdarah dengan cara pemberantasan sarangnyamuk setiap hari Jumat yang disebut juga jumat bersih secara kontinu diwilayah kerjanya. Bersama Lurah mengadakan advokasi untuk mendapatkandukungan dari Camat sehingga didapatkan dukungan yang lebih besar dan padaakhirnya didapat sebuah kesepakatan bersama sehingga terbentuk sebuahketetapan yang bisa mengikat seluruh masyarakat seperti peraturan yang melarangmasyarakat membuang sampah secara sembarangan terutama sampah yang dapatmenampung air di dalamnya seperti ban bekas, ember bekas dan sampah padatlainnya sehingga akhirnya masyarakat sadar dan mau melakukan tindakanpencegahan demam berdarah yaitu PSN serta 3M.