skenario d blok 19

32
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karakteristik yang unik pada manusia ditahap neonatus dan geriatrik membawa konsekuensi pengelolaan pasien yang berbeda. Neonatus dengan struktur anatomi dan fungsi sistem tubuh yang baru berkembang membuat pengelolaan menjadi istimewa. Begitu pula pada geriatrik, fungsi tubuh secara bertahap mulai menurun sehingga menimbulkan beberapa gangguan yang memerlukan pengelolan sendiri. Blok Tumbuh Kembang dan Geriatri adalah blok ke sembilan belas pada semester VI dari Kurikulum Berbasis Kompetensi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Palembang. Blok ini membekali mahasiswa dengan konsep tumbuh kembang serta pemahaman akan keadaan normal, gangguan/kelainan pada neonatus dan geriatrik, diharapkan dapat mempersiapkan lulusan dokter yang unggul dalam mengelola setiap permasalahan neonatus, tumbuh kembang, dan geriatrik secara komprehensif dan islami. Untuk lebih memahami mengenai permasalahan kesehatan pada geriatrik maka dilaksanakan

Upload: sulastri

Post on 27-Dec-2015

31 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: Skenario d Blok 19

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Karakteristik yang unik pada manusia ditahap neonatus dan

geriatrik membawa konsekuensi pengelolaan pasien yang berbeda.

Neonatus dengan struktur anatomi dan fungsi sistem tubuh yang baru

berkembang membuat pengelolaan menjadi istimewa. Begitu pula pada

geriatrik, fungsi tubuh secara bertahap mulai menurun sehingga

menimbulkan beberapa gangguan yang memerlukan pengelolan sendiri.

Blok Tumbuh Kembang dan Geriatri adalah blok ke sembilan belas

pada semester VI dari Kurikulum Berbasis Kompetensi Pendidikan Dokter

Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Palembang. Blok ini

membekali mahasiswa dengan konsep tumbuh kembang serta pemahaman

akan keadaan normal, gangguan/kelainan pada neonatus dan geriatrik,

diharapkan dapat mempersiapkan lulusan dokter yang unggul dalam

mengelola setiap permasalahan neonatus, tumbuh kembang, dan geriatrik

secara komprehensif dan islami.

Untuk lebih memahami mengenai permasalahan kesehatan pada

geriatrik maka dilaksanakan tutorial studi kasus skenario D yang

memaparkan kasus “Inkontinensia Uri” yang menceritakan tentang kasus

Ny. Siti, usia 65 tahun, datang ke Poliklinik RSMP dengan keluhan sering

sulit menahan BAK yang ditandai dengan keluarnya urin sebelum ia

sampai dikamar mandi sejak 1 minggu yang lalu. Sejak 3 bulan yang lalu,

Ny. Siti sering terbangun malam hari ke kamar mandi untuk BAK. Ny. Siti

adalah ibu rumah tangga dengan tingkat aktivitas fisik yang rendah.

Akibat gejala ini, Ny. Siti justru menghindari aktivitas diluar rumah

misalnya pengajian dan pergi ke pasar.

Page 2: Skenario d Blok 19

1.2 Maksud dan Tujuan

Adapun maksud dan tujuan dari laporan tutorial studi kasus ini,

yaitu :

1. Sebagai laporan tugas kelompok tutorial yang merupakan bagian dari

sistem pembelajaran KBK di Fakultas Kedokteran Universitas

Muhammadiyah Palembang.

2. Dapat menyelesaikan kasus yang diberikan pada skenario dengan

metode analisis dan pembelajaran diskusi kelompok.

3. Tercapainya tujuan dari metode pembelajaran tutorial.

Page 3: Skenario d Blok 19

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Data Tutorial

Tutor : dr. H. A. Azhari, DAHK

Moderator : Irvandra Afren

Sekretaris Meja : Sulastri

Sekretaris Papan : Nursin Mukhlis

Waktu : Selasa, 8 Juli 2014

Kamis, 10 Juli 2014

Rule tutorial : 1. Ponsel dalam keadaan nonaktif atau diam

2. Tidak boleh membawa makanan dan minuman

3. Angkat tangan bila ingin mengajukan pendapat

4. Izin terlebih dahulu bila ingin keluar masuk

ruangan

2.2 Skenario Kasus

Ny. Siti, usia 65 tahun, datang ke Poliklinik RSMP dengan keluhan sering

sulit menahan BAK yang ditandai dengan keluarnya urin sebelum ia sampai

dikamar mandi sejak 1 minggu yang lalu. Sejak 3 bulan yang lalu, Ny. Siti

sering terbangun malam hari ke kamar mandi untuk BAK. Ny. Siti adalah ibu

rumah tangga dengan tingkat aktivitas fisik yang rendah. Akibat gejala ini,

Ny. Siti justru menghindari aktivitas diluar rumah misalnya pengajian dan

pergi ke pasar.

Riwayat penyakit dahulu: Ny. Siti menderita DM dan hipertensi sejak 10

tahun yang lalu, kontrol tidak teratur, minum obat metformin 3x1 dan HCT

1x1.

Riwayat kehamilan: Ny. Siti sudah melahirkan 6 kali spontan cukup bulan.

Riwayat menopause: sejak umur 45 tahun.

Pemeriksaan Fisik:

Keadaan umum: kompos mentis

Page 4: Skenario d Blok 19

Vital sign: TD: 160/100 mmHg; RR: 18x/menit, Temp: 36,7 oC, HR:

70x/menit reguler

Pemeriksaan khusus:

Kepala: konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik

Thoraks: simetris, retraksi tidak ada, jantung dan paru dalam batas normal

Abdomen: datar, lemas, hepar dan lien tidak teraba

Ekstremitas: dalam batas normal

Pemeriksaan Laboratorium: Hb: 11gr%, Leukosit: 9500/m3, Diff Count:

1/1/14/58/20/4, Urin rutin: leukosit 1-2, eritrosit 2-5, Kimia darah: GDS 210

mg/dl, ureum 35 mg/dl, creatinin 1,0 mg/dl, asam urat 4 mg/dl

2.3 Seven Jump Step

I. Klarifikasi Istilah

1 Metformin :

agen anti-hiperglikemik yang memperkuat

kerja insulin, digunakan dalam pengobatan

diabetes melitus tipe 2. (Dorlan: 672)

2 HCT (Hidroclotiazid) :

Diuretik tiazida yang meningkatkan ekskresi

NaCl dan sejumlah air.

3 Urin :

Cairan yang dieksresikan oleh ginjal,

disimpan dalam kandung kemih, dan

dikeluarkan melalui uretra. (Dorlan: 1144)

4 GDS (Gula Darah

Sewaktu)

:

Pengukuran kadar glukosa dalam darah saat

itu (ketika pemeriksaan dilakukan).

5 Sulit Menahan BAK

(inkontinensia)

:

Keadaan tidak dapat mengendalikan, tidak

dapat menahan pengeluaran urin.

6 Menopause :

Berhentinya menstruasi.

II. Identifikasi Masalah

1. Ny. Siti, usia 65 tahun, datang ke Poliklinik RSMP dengan keluhan

sering sulit menahan BAK yang ditandai dengan keluarnya urin

sebelum ia sampai dikamar mandi sejak 1 minggu yang lalu.

Page 5: Skenario d Blok 19

2. Sejak 3 bulan yang lalu, Ny. Siti sering terbangun malam hari ke

kamar mandi untuk BAK.

3. Ny. Siti adalah ibu rumah tangga dengan tingkat aktivitas fisik yang

rendah. Akibat gejala ini, Ny. Siti justru menghindari aktivitas diluar

rumah misalnya pengajian dan pergi ke pasar.

4. Riwayat penyakit dahulu: Ny. Siti menderita DM dan hipertensi sejak

10 tahun yang lalu, kontrol tidak teratur, minum obat metformin 3x1

dan HCT 1x1.

5. Riwayat kehamilan: Ny. Siti sudah melahirkan 6 kali spontan cukup

bulan.

Riwayat menopause: sejak umur 45 tahun.

6. Pemeriksaan Fisik:

Keadaan umum: kompos mentis

Vital sign: TD: 160/100 mmHg; RR: 18x/menit, Temp: 36,7 oC, HR:

70x/menit reguler

Pemeriksaan khusus:

Kepala: konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik

Thoraks: simetris, retraksi tidak ada, jantung dan paru dalam batas

normal

Abdomen: datar, lemas, hepar dan lien tidak teraba

Ekstremitas: dalam batas normal

7. Pemeriksaan Laboratorium: Hb: 11gr%, Leukosit: 9500/m3, Diff

Count: 1/1/14/58/20/4, Urin rutin: leukosit 1-2, eritrosit 2-5, Kimia

darah: GDS 210 mg/dl, ureum 35 mg/dl, creatinin 1,0 mg/dl, asam urat

4 mg/dl

III.Analisis Masalah

1. Ny. Siti, usia 65 tahun, datang ke Poliklinik RSMP dengan keluhan

sering sulit menahan BAK yang ditandai dengan keluarnya urin

sebelum ia sampai dikamar mandi sejak 1 minggu yang lalu.

a. Apa hubungan usia dan jenis kelamin dengan kasus? 1, 10, 9

Jawab:

Page 6: Skenario d Blok 19

Usia

Usia merupakan faktor Predisposisi Inkontinensia Urin (IU).

Inkontinensia terjadi di usia > 60 tahun, Semakin tua seseorang,

semakin besar kemungkinan mengalami IU, karena terjadi

perubahan struktur kandung kemih dan otot-otot dasar panggul.

Prevalensi IU meningkat sejalan dengan bertambahnya usia.

Pengaruh penuaan akan menyebabkan terjadinya atrofi pada

seluruh organ tubuh, termasuk juga pada organ urogenital.

Jenis Kelamin

Kejadian IU lebih sering terjadi pada perempuan daripada laki-laki,

dengan perbandingan 1,5:1. Dari penelitian pada populasi lanjut

usia di masyarakat didapatkan 7% dari pria dan 12% pada wanita

diatas 70 tahun, sedangkan penelitian lain mendapatkan 10% dari

pria dan 15% dari wanita diatas 65 tahun menderita IU.

Perempuan lebih sering mengalami IU daripada laki-laki, karena:

Inkontinensia urin pada perempuan biasanya disebabkan karena

kelemahan otot-otot dasar panggul yang menyangga

saluran kemih dan otot pintu saluran kemih (uretra),

sehingga urin keluar begitu saja tanpa dapat ditahan.

Kelemahan ini terjadi karena perempuan mengalami proses

kehamilan, persalinan, menopause, serta struktur kandung

kemih yang berbeda dengan laki-laki.

Proses persalinan dapat membuat otot-otot dasar panggul

rusak akibat regangan otot-otot dan jaringan penunjang

serta robekan jalan lahir, sehingga dapat meningkatkan

risiko terjadinya inkontinensia urin.

Dengan menurunnya kadar hormon estrogen pada perempuan

di usia menopause, akan terjadi penurunan tonus otot vagina

dan otot pintu saluran kemih (uretra), sehingga menyebabkan

terjadinya inkontinensia urin.

Page 7: Skenario d Blok 19

b. Organ apa yang terganggu pada kasus ini? (anatomi)

Jawab:

Vesica Urinaria

Anatomi vesica urinaria (kandung kemih)

Lapisan kandung kemih yaitu : lapisan serosa, lapisan otot

detrusor, lapisan submukosa,lapisan mukosa.

Kandung kemih adalah ruangan berdinding otot polos yang terdiri

dari 2 bagian besar,yaitu ;

(1) Corpus, merupakan bagian utama vesica urinaria di mana urin

berkumpul

(2) Collum, merupakan lanjutan dari corpus yang berbentuk

corong.

Otot polos kandung kemih disebut otot detrusor, serat-seratnya

ke segala arah dan apabila berkontraksi dapat menigkat tekanan

intra vesica menjadi 40-60 mmHg. Kontraksi otot detrusor adalah

langkah terpenting dalam proses berkemih. Pada dinding posterior

kandung kemih, tepat di atas collum vesicae terdapat daerah

berbentuk segitiga yang lapisan mukosanya halus (kecuali daerah

ini, lapisan mukosa dinding kandung kemih berbentuk

Page 8: Skenario d Blok 19

ruggae/berlipat-lipat). Collum (leher kandung kemih) panjangnya

2-3 cm, dindingnya terdiri dari dari otot detrusor yang bersilangan

dengan sejumlah besar jaringan elastic. Otot pada daerah ini

disebut sphincter urethra internum. Setelah urethra posterior,

urethra berjalan melewati diafrgama urogenital, yang mengandung

lapisan otot yang disebut sphincter urethra externum. Otot ini

merupakan otot lurik yang bekerja dibawah kesadaran dan dapat

melawan upaya kendali involunter yang berusaha untuk

mengosongkan kandung kemih.

Persarafan Vesica Urinaria

Persarafan utama kandung kemih ialah nervus pelvikus, yang

berhubungan dengan medulla spinalis melalui pleksus sakralis,

terutama dengan segmen S-2 dan S-3. Berjalan dari nervus pelvikus

ini adalah serat saraf sensorik dan serat saraf motorik. Serat sensorik

mendeteksi derajat regangan pada dinding kandung kemih. Tanda-

tanda regangan dari urethra (posterior) dan terutama bertanggung

jawab untuk mencetuskan reflex berkemih. Saraf motorik yang

menjalar dalam nervus pelvikus adalah serat parasimpatis. Serat ini

berakhir pada sel ganglion yang terletak dalam dinding kandung

kemih. Saraf postganglion pendek kemudian mempersarafi otot

detrusor.

Selain nervus pelvikus, terdapat 2 tipe persarafan lain yang

penting untuk fungsi kandung kemih. Yang terpenting adalah serat

otot lurik yang berjalan melalui nervus pudendal menuju sfingter

eksternus kandung kemih. Ini adalah serat saraf somatik yang

mempersarafi dan mengontrol otot lurik pada sfingter. Kandung

kemih juga menerima saraf simpatis dari rangkaian simpatis melalui

nervus hipogastrikus, terutama berhubungan dengan segmen L-2

medulla spinalis.

Page 9: Skenario d Blok 19

Tipe Saraf Fungsi

Kolinergik parasimpatik (Nervus

erigenus)

Kontraksi bladder

Simpatetik Relaksasi bladder (dengan

menghambat tonus parasimpatis)

Simpatetik Relaksasi bladder (adrenergik beta)

Simpatetik Kontraksi leher bladder

Somatik (nervus pudendi) Kontraksi otot dasar panggul

c. Bagaimana fisiologi penuan pada geriatri? 3, 2, 1

Jawab:

Teori Penuaan

Perubahan fisiologis :

Sistem Kardiovaskuler

Tekanan Darah Sistolik (TDS) maupun Tekanan Darah Distolik

(TDD) meningkat sesuai dengan meningkatnya umur. TDS

meningkat secara progresif sampai umur 70-80 tahun,

sedangkan TDD meningkat sampai umur 50-60 tahun dan

kemudian cenderung menetap atau sedikit menurun.

Penebalan dinding aorta & pembuluh darah besar ↑ serta

elastisitas pembuluh darah ↓ menyebabkan ↓ compliance

aorta dan pembuluh darah besar mngakibatkan ↑ TDS

↓ elastisitas pembuluh darah menyebabkan peningkatan

resistensi vaskuler perifer

Penurunan sensitivitas baroreseptor menyebabkan kegagalan

refleks postural mengakibatkan hipertensi pada lanjut usia

sering terjadi hipotensi ortostatik

Perubahan keseimbangan antara vasodilatasi adrenergik-beta

dan vasokonstriksi adrenergik-alfa kecenderungan

vasokontriksi mengakibatkan peningkatan resistensi

pembuluh darah perifer & tekanan darah

Page 10: Skenario d Blok 19

Berkurangnya pengisisan ventrikel kiri

Berkurangnya pacemaker di nodus SA

Hipertrofi atrium kiri

Kontraksi dan relaksasi ventikel kiri bertambah lama

Menurunnya curah jantung maksimal

Peningkatan resistensi vaskular perifer

Sistem Genitourinaria

Tepatnya di glumerulus, nefron kemudian mengecil dan

menjadi atrofi. Aliran darah ke ginjal menurun sampai 50%.

Fungsi tubulus berkurang akibatnya; kurang kemapuan

mengkonsentrasi urine, berat jenis urine menurun, proten uria.

Vesika urinaria (kandung kemih);

kolagen ↑ , trabekulasi ↑, fibrosis ↑, saraf otonom ↓,

pembentukan divertikula.

Akibatnya :

fungsi kontraktil ↓(otot-ototnya menjadi lemah), kapasitasnya

menurun sampai 200ml atau menyebabkan frekuensi buang air

kecil meningkat, kemampuan menahan miksi ↓, volume residu

pasca berkemih ↑. Vesika urinari susah dikosongkan sehingga

meningkatkan retensi urine.

Uretra : deposit kolagen ↑, atrofi mukosa, penipisan otot2 uretra,

komponen selular ↓

Akibatnya : tekanan penutupan ↓, tekanan akhiran keluar ↑

Atrofi vulva

a. Vagina : komponen selular↓, atrofi mukosa.

b. Dasar panggul : Deposit kolagen ↑, rasio jaringan ikat-otot

↑, otot melemah.

Kandung kemih fungsi Perubahan morfologis

Page 11: Skenario d Blok 19

kontraktil tidak efektif lagi

& mudah terbentuk

trabekulasi sampai

divertikel akibat dari

peningkatan fibrosis &

kandungan kolagen

Trabekulasi ↑

Fibrosis ↑

Saraf autonom ↓

Pembentukan divertikula

Perubahan fisiologis

Kapasitas ↓

Kemampuan menahan kencing ↓

Kontraksi involunter ↑

Volume residu pasca berkemih

Pengosongan kandung kemih yang tidak

sempurna

Berkurangnya konsentrasi faktor antiadheren

protein Tamm-Horsfall.

Uretra:

↓ tekanan penutupan uretra

& tekanan outflow

akibat dari atrofi mukosa,

perubahan vaskularisasi

submukosa & menipisnya

lapisan otot uretra

Perubahan morfologis

Komponen seluler ↓

Deposit kolagen ↑ pada uretra sehingga terjadi

atrofi mukosa yang menyebabkan penipisan otot

uretra

Perubahan fisiologis

Tekanan penutupan ↓

Tekanan akhiran keluar ↓

Prostat Hiperplasia dan membesar

Vagina Komponen seluler ↓

Mukosa atrofi

Dasar panggul berperan

penting dalam dinamika

miksi & mempertahankan

kondisi kontinen

Deposit kolagen ↑

Rasio jaringan ikat-otot ↑

Otot melemah

Sistem Endokrin

Page 12: Skenario d Blok 19

Produksi hampir semua hormon menurun, khususnya hormone

estrogen pada wanita Fungsi paratiroid dan sekresinya tidak

berubah

Pituitari; hormon pertumbuhan ada tetapi lebih rendah tetapi

rendah dan hanya dalam pembuluh darah, berkurangnya

produksi dari ACTH, TSH, FSH, LH.

Menurunnya aktifitas tiroid, BMR menurun.

Toleransi glukosa terganggu ( gula darah meningkat, insulin

serum meningkat akibat peningkatan resistensi insulin)

Penurunan yang bermakna pada dehidroepiandosteron (DHEA)

Penurunan hormon T3

Penurunan hormon paratitiroid (PTH)

Penururnan fungsi gonad—hormon seks

‘Ovarian failure’ disertai menurunnya hormon ovarium--

menopause

Penurunan testosteron bebas maupun yang bioavailable

Sistem Muskuloskeletal

Terjadi osteopenia sehingga tulang kehilangan densitas dan

makin rapuh

Discus intervertebralis menipis dan menjadi pendek

Tulang kortikal menipis, porusitas tulang meningkat 4-10%

pada usia 40-80.

Hilangnya tulang trabekula.

Atrofi dari sel osteosit.

Osteoblas berasal dari sel osteoprogenitor yg pada proses menua

akan ber<< jumlah dan aktivitasnya. Kegagalan produksi

osteoblas menyebabkan proses reformasi tulang lebih sedikit

dari resorpsi tulang.

Massa otot berkurang secara bermakna

Peningkatan fatigabilitas pada otot

Penyembuhan fraktur pad tulang terlambat

Page 13: Skenario d Blok 19

Persendian membesar dan menjadi pendek.

Tendon mengerut dan mengalami sklerosis

Metabolisme

Akibat hiperinsulinemia (peningkatan kadar insulin dalam

darah) akan meningkatakan stimulasi lipogenesis dari pengambilan

glukosa di jaringan adiposa dan emngatifasi enzim lipogenik dan

glikolitik. Pada wanita penurnan kadar homon estrogen dapat

berdampak pada perubahan metabolisme. Estrogen berperan dalam

peningkatan kadar HDL dan penurunan LDL

Bagaimana perubahan fisiologi dari sistem urogenital akibat

penuaan?

Kandung kemih Perubahan morfologis

Trabekulasi ↑

Fibrosis ↑

Saraf autonom ↓

Pembentukan divertikula

Perubahan fisiologis

Kapasitas ↓

Kemampuan menahan kencing ↓

Kontraksi involunter ↑

Volume residu pasca berkemih

Pengosongan kandung kemih yang tidak

sempurna

Berkurangnya konsentrasi faktor antiadheren

protein Tamm-Horsfall.

Uretra Perubahan morfologis

Komponen seluler ↓

Deposit kolagen ↑ pada uretra sehingga terjadi

atrofi mukosa yang menyebabkan penipisan otot

uretra

Page 14: Skenario d Blok 19

Perubahan fisiologis

Tekanan penutupan ↓

Tekanan akhiran keluar ↓

Prostat Hiperplasia dan membesar

Vagina Komponen seluler ↓

Mukosa atrofi

Dasar panggul Deposit kolagen ↑

Rasio jaringan ikat-otot ↑

Otot melemah

d. Bagaimana fisiologi berkemih? 4, 3, 2

Jawab:

Berkemih dikendalikan oleh kontrasi dan relaksasi dari m.detrusor,

sphincter urethra interna dan eksterna, otot dasar pasnggul dan

aktivasi dari sistem saraf yaitu saraf pelvis, medulla spinalis,

kortikal (pars frontalis), subkortikal (ganglia basalis dan

serebelum), batang otak dan saraf somatik.

Urin mengisi Vesica Urinaria (VU) stimulus saraf dari VU

melalui saraf pelvis dan medulla spinalis (T12-L2 (plexus

hipogastrik) dan S2-S4) ke subkortikal (ganglia basalis dan

serebelum) aktivasi plexus hipogastrik (aktivasi saraf simpatis

yang bekerja menghambat tonus parasimpatis → relaksasi VU,

aktivasi saraf simpatis yang bekerja pada adrenergik-β → relaksasi

kandung kemih, aktivasi saraf simpatis yang bekerja pada

adrenergik-α →kontraksi spinchter interna dan uretra) dan aktivasi

n.pudendus (saraf somatik → kontraksi otot dasar panggul)

pengisian VU tanpa mengalami desakan untuk berkemih ketika

VU penuh/menggembung sadar untuk berkemih dan terjadi

respon ke pusat kortikal (pars frontalis) pengeluaran urin

dihambat (BAK dapat ditahan) jika situasi memungkinkan

implus dari korteks ke medulla spinalis ke n.erigentes ↑ aksi

Page 15: Skenario d Blok 19

kolinergik dari n.erigentes ke m.detrusor & leher VU dan ↓ aktivasi

simpatik dan somatik m.eregentes berkontraksi dan relaksasi

spinchter interna pengosongan VU dan pengeluaran urin

miksi

Mikturisi adalah proses pengosongan kandung kemih setelah

terisi penuh dengan urin. Dua tahap utama mikturisi :

a. Kandung kemih terisi secara progresif hingga tegangan pada

dindingnya meningkat melalui ambang batas.

b. Munculnya refleks saraf (refleks mikturisi) yang akan

mengosongkan kandung kemih atau, jika gagal, setidaknya

akan menyebabkan keinginan berkemih yang disadari.

Pusat saraf miksi berada pada otak dan spinal cord. Sebagian

besar pengosongan di luar kendali tetapi pengontrolan dapat

dipelajari/dilatih. Sistem saraf simpatis : impuls menghambat

vesika urinaria dan gerak spinchter interna, sehingga otot detrusor

relax dan spinchter interna konstriksi. Sistem saraf parasimpatis :

impuls menyebabkan otot detrusor berkontriksi, sebaliknya

spinchter relaksasi terjadi mikturisi. (normal: tidak nyeri).

Saat kandung kemih terisi, ujung-ujung saraf di dinding

kandung kemih mengirim sinyal ke medula spinalis dan kemudian

ke otak, sehingga muncul perasaan/ sensasi ingin berkemih.

Kemudian otak mengirim sinyal ke otot sfingter uretra dan otot

pelvis untuk berelaksasi. Setelah itu otot sfingter uretra dan otot

pelvis mengirim sinyal ke dinding kandung kemih (detrusor) yang

akan berkontraksi dan memompa urin keluar melalui uretra.

Setelah urin dari kandung kemih kosong, otot sfingter uretra

dan otot pelvis berkontraksi kembali, menutup uretra, dan otot

kandung kemih berelaksasi. Setelah berkemih uretra wanita kosong

akibat gravitasi, sedangkan urine yang masih ada dalam uretra laki-

Page 16: Skenario d Blok 19

laki dikeluarkan oleh beberapa kontraksi muskulus bulbo

kavernosus.

Pada orang dewasa volume urine normal dalam kandung kemih

yang mengawali reflek kontraksi adalah 300-400 ml. Didalam otak

terdapat daerah perangsangan untuk berkemih di pons dan daerah

penghambatan di mesensefalon. Kandung kemih dapat dibuat

berkontraksi walau hanya mengandung beberapa milliliter urine

oleh perangsangan volunter reflek pengosongan spiral. Kontraksi

volunter otot-otot dinding perut juga membantu pengeluaran urine

dengan menaikkan tekanan intra abdomen.

Orang dewasa dengan kandung kemih yang normal, yang

minum 2 L cairan per hari, umumnya akan berkemih 4-7 kali

sehari (setiap 3-4 jam). Rata-rata, setiap orang akan berkemih

sebanyak 250-500 mL urin setiap kalinya.

e. Apa makna sulit menahan BAK yang ditandai dengan keluarnya

urin sebelum ia sampai dikamar mandi sejak 1 minggu yang lalu ?

5, 4,3

Jawab:

Terjadi inkontinensia urin

f. Apa faktor penyebab sulit menahan BAK yang ditandai dengan

keluarnya urin sebelum ia sampai dikamar mandi sejak 1 minggu

yang lalu? 6, 5,

Jawab:

4 penyebab pokok yaitu: gangguan urologik, neurologis,

fungsional/psikologis, dan iatrogenik/lingkungan. (Setiati Siti dan

Pramantara Dewa, 2009)

Penyebab inkontinensia berasal dari:

a. Kelainan urologik: misalnya radang, batu, tumor, divertikel

b. Kelainan neurologik: misalnya stroke, trauma pada medulla

spinalis, demensia, dll.

Page 17: Skenario d Blok 19

c. Lain-lain: misalnnya hambatan mobilitas, situasi tempat

berkemih yang tidak memadai/jauh dan sebagainya (Pranarka

Kris, 2011)

Penyebab berdasarkan tipe inkontinensianya

Inkontinensia akut

Penyebabnya sering disingkat menjadi DIAPPERS

Delirium / confusional state

I nfection –urinary (symptomatic)

Atrophic urethritis / vaginitis

Pharmaceuticals

Psychological

Excessive urine output (cardiac, DM)

Restricted mobility

Stool impaction

g. Bagaimana patofisiologi sulit menahan BAK yang ditandai dengan

keluarnya urin sebelum ia sampai dikamar mandi sejak 1 minggu

yang lalu ? 7, 6,5

Jawab:

h. Apa yang dimaksud dengan inkontinensia? 8, 7,6

Jawab:

Inkontinensia adalah pengeluaran urin tanpa disadari, dalam

jumlah dan frekuensi yang cukup sehingga mengakibatkan masalah

gangguan kesehatan atau social.

i. Apa saja faktor risiko dari inkontinensia? 9,8,7

Jawab:

1. Usia, semakin bertambah usia semakin rentan

2. Jenis kelamin, Perempuan lebih sering daripada wanita

3. Infeksi saluran kemih

4. Keterbatasan aktivitas

Page 18: Skenario d Blok 19

5. Faktor gangguan lingkungan

6. Melahirkan pervaginam

7. Riwayat histerektomi

8. Trauma perineal

9. Faktor risiko pada lansia di masyarakat yaitu depresi, transient

ischemic attacks dan strok, gagal jantung kongestif, konstipasi

dan inkontinensia feses, obesitas, penyakit paru obstruktif

kronik, batuk kronik, gangguan mobilitas.

10. Faktor risiko pada lansia dip anti yaitu gangguan mobilitas,

demensia, depresi, strok, diabetes, dan Parkinson.

j. Apa jenis-jenis dari inkontinensia? dan jenis inkontinensia apa

yang termasuk pada kasus ini? 10,9,8

Jawab:

k. Apa saja dampak dari inkontinensia? 1,10,9

Jawab: Dampak medik dekubitus, infeksi saluran kemih,urosepsis,

gagal ginjal, dan mortalitas yang meningkat.

Dampak psikososial hilangnya kepercayaan diri, depresi,

menurunnya aktivitas seksual dan pembatasan aktifitas sosial,

dan ketergantungan.

Dampak ekonomi penanganan inkontinensia urin

membutuhkan dana yang cukup besar.

2. Sejak 3 bulan yang lalu, Ny. Siti sering terbangun malam hari ke

kamar mandi untuk BAK.

a. Apa makna sering terbangun di malam hari ke kamar mandi untuk

BAK? 2,1,10

b. Bagaimana hubungan keluhan sejak 3 bulan yang lalu dengan

keluhan 1 minggu yang lalu? 3,2,1

Page 19: Skenario d Blok 19

c. Mengapa BAK sering terjadi pada malam hari? 4,3,2

d. Bagaimana patofisiologi dari sering terbangun di malam hari ke

kamar mandi untuk BAK? 5,4,3

3. Ny. Siti adalah ibu rumah tangga dengan tingkat aktivitas fisik yang

rendah. Akibat gejala ini, Ny. Siti justru menghindari aktivitas diluar

rumah misalnya pengajian dan pergi ke pasar.

a. Apa hubungan aktivitas fisik yang rendah dengan kasus? 6, 5,4

b. Apa makna Ny siti menghindari aktivitas diluar rumah misalnya

pengajian dan pergi ke pasar? 7, 6, 5

4. Riwayat penyakit dahulu: Ny. Siti menderita DM dan hipertensi sejak

10 tahun yang lalu, kontrol tidak teratur, minum obat metformin 3x1

dan HCT 1x1.

a. Apa makna riwayat penyakit dahulu: menderita DM dan hipertensi

sejak 10 tahun yang lalu, kontrol tidak teratur, minum obat

metformin 3x1 dan HCT 1x1? 8, 7, 6

b. Apa hubungan riwayat penyakit dahulu dengan keadaan sekarang?

9,8,7

c. Bagaimana farmakologi dari metformin? 10,9,8

d. Bagaimana farmakologi dari HCT? 1,10,9

5. Riwayat kehamilan: Ny. Siti sudah melahirkan 6 kali spontan cukup

bulan.

Riwayat menopause: sejak umur 45 tahun.

a. Apa makna riwayat kehamilan: sudah melahirkan 6 kali spontan

cukup bulan, dan riwayat menopause: sejak umur 45 tahun? 2,1, 10

b. Apa hubungan riwayat kehamilan dan riwayat menopause dengan

kasus? 3,2,1

6. Pemeriksaan Fisik:

Keadaan umum: kompos mentis

Page 20: Skenario d Blok 19

Vital sign: TD: 160/100 mmHg; RR: 18x/menit, Temp: 36,7 oC, HR:

70x/menit reguler

Pemeriksaan khusus:

Kepala: konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik

Thoraks: simetris, retraksi tidak ada, jantung dan paru dalam batas

normal

Abdomen: datar, lemas, hepar dan lien tidak teraba

Ekstremitas: dalam batas normal

a. Bagaimana interpretasi dari pemeriksaan fisik? 4,3,2

b. Bagaimana patofisiologi dari pemeriksaan fisik yang abnormal?

5,4,3

7. Pemeriksaan Laboratorium: Hb: 11gr%, Leukosit: 9500/m3, Diff

Count: 1/1/14/58/20/4, Urin rutin: leukosit 1-2, eritrosit 2-5, Kimia

darah: GDS 210 mg/dl, ureum 35 mg/dl, creatinin 1,0 mg/dl, asam urat

4 mg/dl

a. Bagaimana interpretasi dari pemeriksaan laboratorium? 6, 5,4

b. Bagaimana patofisiologi dari pemeriksaan laboratorium yang

abnormal? 7, 6,5

8. Bagaimana cara mendiagnosis pada kasus ini? 8, 7,6

9. Apa saja Differential Diagnosis pada kasus ini? 9, 8,7

10. Apa saja pemeriksaan penunjang pada kasus ini? 10,98,

11. Apa Working Diagnosis pada kasus ini? 1, 10,9

12. Bagaimana epidemiologi pada kasus ini? 2, 1,10

13. Apa saja etiologi pada kasus ini? 3, 2,1

14. Apa saja manifestasi klinis pada kasus ini? 4, 3,2

15. Bagaimana tatalaksana pada kasus ini? 5, 4,3

16. Apa komplikasi pada kasus ini? 6, 5,4

17. Bagaimana prognosis pada kasus ini? 7, 6,5

18. Bagaimana KDU pada kasus ini? 8, 7,6

19. Bagaimana pandangan islam pada kasus ini? 9, 8,7

Page 21: Skenario d Blok 19

IV. Hipotesis

Ny. Siti 65 tahun, mengeluh sulit menahan BAK karena menderita

inkontinensia uri e.c penyakit kronik dan proses degeneratif.

V. Kerangka Konsep

VI. Learning Issue

Anatomi

Fisiologi

Inkontinensia uri

Riwayat Penyakit Degeneratif (DM Hipertensi)

Farmakologi (metformin dan HCT)

analisis dikirim paling lambat hari kamis jam 23.00 ke email

[email protected], hari rabu kan udah mandiri jadi bisalah

Faktor risiko:

Penyakit Kronik

Faktor risiko: Proses

degeneratif

Faktor risiko:

Riwayat melahirkan

Riwayat Menopause

Kelemahan otot

destrusor

Inkontinensia Uri

Page 22: Skenario d Blok 19

kalian langsung ketik. kalau sudah ada yang diketik waktu hari

kamis, soft coppy nya bisa langsung dikasih ke aku,

JANGAN TELAT YA!!!!!, KALAU TELAT DIA YANG

PERSENTASI!!!!!

KLO GAK ADA YANG TELAT, YANG PERSENTASI KEMBALI

KE MODERATOR.