skenario d blok 19
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Karakteristik yang unik pada manusia ditahap neonatus dan
geriatrik membawa konsekuensi pengelolaan pasien yang berbeda.
Neonatus dengan struktur anatomi dan fungsi sistem tubuh yang baru
berkembang membuat pengelolaan menjadi istimewa. Begitu pula pada
geriatrik, fungsi tubuh secara bertahap mulai menurun sehingga
menimbulkan beberapa gangguan yang memerlukan pengelolan sendiri.
Blok Tumbuh Kembang dan Geriatri adalah blok ke sembilan belas
pada semester VI dari Kurikulum Berbasis Kompetensi Pendidikan Dokter
Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Palembang. Blok ini
membekali mahasiswa dengan konsep tumbuh kembang serta pemahaman
akan keadaan normal, gangguan/kelainan pada neonatus dan geriatrik,
diharapkan dapat mempersiapkan lulusan dokter yang unggul dalam
mengelola setiap permasalahan neonatus, tumbuh kembang, dan geriatrik
secara komprehensif dan islami.
Untuk lebih memahami mengenai permasalahan kesehatan pada
geriatrik maka dilaksanakan tutorial studi kasus skenario D yang
memaparkan kasus “Inkontinensia Uri” yang menceritakan tentang kasus
Ny. Siti, usia 65 tahun, datang ke Poliklinik RSMP dengan keluhan sering
sulit menahan BAK yang ditandai dengan keluarnya urin sebelum ia
sampai dikamar mandi sejak 1 minggu yang lalu. Sejak 3 bulan yang lalu,
Ny. Siti sering terbangun malam hari ke kamar mandi untuk BAK. Ny. Siti
adalah ibu rumah tangga dengan tingkat aktivitas fisik yang rendah.
Akibat gejala ini, Ny. Siti justru menghindari aktivitas diluar rumah
misalnya pengajian dan pergi ke pasar.
1.2 Maksud dan Tujuan
Adapun maksud dan tujuan dari laporan tutorial studi kasus ini,
yaitu :
1. Sebagai laporan tugas kelompok tutorial yang merupakan bagian dari
sistem pembelajaran KBK di Fakultas Kedokteran Universitas
Muhammadiyah Palembang.
2. Dapat menyelesaikan kasus yang diberikan pada skenario dengan
metode analisis dan pembelajaran diskusi kelompok.
3. Tercapainya tujuan dari metode pembelajaran tutorial.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Data Tutorial
Tutor : dr. H. A. Azhari, DAHK
Moderator : Irvandra Afren
Sekretaris Meja : Sulastri
Sekretaris Papan : Nursin Mukhlis
Waktu : Selasa, 8 Juli 2014
Kamis, 10 Juli 2014
Rule tutorial : 1. Ponsel dalam keadaan nonaktif atau diam
2. Tidak boleh membawa makanan dan minuman
3. Angkat tangan bila ingin mengajukan pendapat
4. Izin terlebih dahulu bila ingin keluar masuk
ruangan
2.2 Skenario Kasus
Ny. Siti, usia 65 tahun, datang ke Poliklinik RSMP dengan keluhan sering
sulit menahan BAK yang ditandai dengan keluarnya urin sebelum ia sampai
dikamar mandi sejak 1 minggu yang lalu. Sejak 3 bulan yang lalu, Ny. Siti
sering terbangun malam hari ke kamar mandi untuk BAK. Ny. Siti adalah ibu
rumah tangga dengan tingkat aktivitas fisik yang rendah. Akibat gejala ini,
Ny. Siti justru menghindari aktivitas diluar rumah misalnya pengajian dan
pergi ke pasar.
Riwayat penyakit dahulu: Ny. Siti menderita DM dan hipertensi sejak 10
tahun yang lalu, kontrol tidak teratur, minum obat metformin 3x1 dan HCT
1x1.
Riwayat kehamilan: Ny. Siti sudah melahirkan 6 kali spontan cukup bulan.
Riwayat menopause: sejak umur 45 tahun.
Pemeriksaan Fisik:
Keadaan umum: kompos mentis
Vital sign: TD: 160/100 mmHg; RR: 18x/menit, Temp: 36,7 oC, HR:
70x/menit reguler
Pemeriksaan khusus:
Kepala: konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik
Thoraks: simetris, retraksi tidak ada, jantung dan paru dalam batas normal
Abdomen: datar, lemas, hepar dan lien tidak teraba
Ekstremitas: dalam batas normal
Pemeriksaan Laboratorium: Hb: 11gr%, Leukosit: 9500/m3, Diff Count:
1/1/14/58/20/4, Urin rutin: leukosit 1-2, eritrosit 2-5, Kimia darah: GDS 210
mg/dl, ureum 35 mg/dl, creatinin 1,0 mg/dl, asam urat 4 mg/dl
2.3 Seven Jump Step
I. Klarifikasi Istilah
1 Metformin :
agen anti-hiperglikemik yang memperkuat
kerja insulin, digunakan dalam pengobatan
diabetes melitus tipe 2. (Dorlan: 672)
2 HCT (Hidroclotiazid) :
Diuretik tiazida yang meningkatkan ekskresi
NaCl dan sejumlah air.
3 Urin :
Cairan yang dieksresikan oleh ginjal,
disimpan dalam kandung kemih, dan
dikeluarkan melalui uretra. (Dorlan: 1144)
4 GDS (Gula Darah
Sewaktu)
:
Pengukuran kadar glukosa dalam darah saat
itu (ketika pemeriksaan dilakukan).
5 Sulit Menahan BAK
(inkontinensia)
:
Keadaan tidak dapat mengendalikan, tidak
dapat menahan pengeluaran urin.
6 Menopause :
Berhentinya menstruasi.
II. Identifikasi Masalah
1. Ny. Siti, usia 65 tahun, datang ke Poliklinik RSMP dengan keluhan
sering sulit menahan BAK yang ditandai dengan keluarnya urin
sebelum ia sampai dikamar mandi sejak 1 minggu yang lalu.
2. Sejak 3 bulan yang lalu, Ny. Siti sering terbangun malam hari ke
kamar mandi untuk BAK.
3. Ny. Siti adalah ibu rumah tangga dengan tingkat aktivitas fisik yang
rendah. Akibat gejala ini, Ny. Siti justru menghindari aktivitas diluar
rumah misalnya pengajian dan pergi ke pasar.
4. Riwayat penyakit dahulu: Ny. Siti menderita DM dan hipertensi sejak
10 tahun yang lalu, kontrol tidak teratur, minum obat metformin 3x1
dan HCT 1x1.
5. Riwayat kehamilan: Ny. Siti sudah melahirkan 6 kali spontan cukup
bulan.
Riwayat menopause: sejak umur 45 tahun.
6. Pemeriksaan Fisik:
Keadaan umum: kompos mentis
Vital sign: TD: 160/100 mmHg; RR: 18x/menit, Temp: 36,7 oC, HR:
70x/menit reguler
Pemeriksaan khusus:
Kepala: konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik
Thoraks: simetris, retraksi tidak ada, jantung dan paru dalam batas
normal
Abdomen: datar, lemas, hepar dan lien tidak teraba
Ekstremitas: dalam batas normal
7. Pemeriksaan Laboratorium: Hb: 11gr%, Leukosit: 9500/m3, Diff
Count: 1/1/14/58/20/4, Urin rutin: leukosit 1-2, eritrosit 2-5, Kimia
darah: GDS 210 mg/dl, ureum 35 mg/dl, creatinin 1,0 mg/dl, asam urat
4 mg/dl
III.Analisis Masalah
1. Ny. Siti, usia 65 tahun, datang ke Poliklinik RSMP dengan keluhan
sering sulit menahan BAK yang ditandai dengan keluarnya urin
sebelum ia sampai dikamar mandi sejak 1 minggu yang lalu.
a. Apa hubungan usia dan jenis kelamin dengan kasus? 1, 10, 9
Jawab:
Usia
Usia merupakan faktor Predisposisi Inkontinensia Urin (IU).
Inkontinensia terjadi di usia > 60 tahun, Semakin tua seseorang,
semakin besar kemungkinan mengalami IU, karena terjadi
perubahan struktur kandung kemih dan otot-otot dasar panggul.
Prevalensi IU meningkat sejalan dengan bertambahnya usia.
Pengaruh penuaan akan menyebabkan terjadinya atrofi pada
seluruh organ tubuh, termasuk juga pada organ urogenital.
Jenis Kelamin
Kejadian IU lebih sering terjadi pada perempuan daripada laki-laki,
dengan perbandingan 1,5:1. Dari penelitian pada populasi lanjut
usia di masyarakat didapatkan 7% dari pria dan 12% pada wanita
diatas 70 tahun, sedangkan penelitian lain mendapatkan 10% dari
pria dan 15% dari wanita diatas 65 tahun menderita IU.
Perempuan lebih sering mengalami IU daripada laki-laki, karena:
Inkontinensia urin pada perempuan biasanya disebabkan karena
kelemahan otot-otot dasar panggul yang menyangga
saluran kemih dan otot pintu saluran kemih (uretra),
sehingga urin keluar begitu saja tanpa dapat ditahan.
Kelemahan ini terjadi karena perempuan mengalami proses
kehamilan, persalinan, menopause, serta struktur kandung
kemih yang berbeda dengan laki-laki.
Proses persalinan dapat membuat otot-otot dasar panggul
rusak akibat regangan otot-otot dan jaringan penunjang
serta robekan jalan lahir, sehingga dapat meningkatkan
risiko terjadinya inkontinensia urin.
Dengan menurunnya kadar hormon estrogen pada perempuan
di usia menopause, akan terjadi penurunan tonus otot vagina
dan otot pintu saluran kemih (uretra), sehingga menyebabkan
terjadinya inkontinensia urin.
b. Organ apa yang terganggu pada kasus ini? (anatomi)
Jawab:
Vesica Urinaria
Anatomi vesica urinaria (kandung kemih)
Lapisan kandung kemih yaitu : lapisan serosa, lapisan otot
detrusor, lapisan submukosa,lapisan mukosa.
Kandung kemih adalah ruangan berdinding otot polos yang terdiri
dari 2 bagian besar,yaitu ;
(1) Corpus, merupakan bagian utama vesica urinaria di mana urin
berkumpul
(2) Collum, merupakan lanjutan dari corpus yang berbentuk
corong.
Otot polos kandung kemih disebut otot detrusor, serat-seratnya
ke segala arah dan apabila berkontraksi dapat menigkat tekanan
intra vesica menjadi 40-60 mmHg. Kontraksi otot detrusor adalah
langkah terpenting dalam proses berkemih. Pada dinding posterior
kandung kemih, tepat di atas collum vesicae terdapat daerah
berbentuk segitiga yang lapisan mukosanya halus (kecuali daerah
ini, lapisan mukosa dinding kandung kemih berbentuk
ruggae/berlipat-lipat). Collum (leher kandung kemih) panjangnya
2-3 cm, dindingnya terdiri dari dari otot detrusor yang bersilangan
dengan sejumlah besar jaringan elastic. Otot pada daerah ini
disebut sphincter urethra internum. Setelah urethra posterior,
urethra berjalan melewati diafrgama urogenital, yang mengandung
lapisan otot yang disebut sphincter urethra externum. Otot ini
merupakan otot lurik yang bekerja dibawah kesadaran dan dapat
melawan upaya kendali involunter yang berusaha untuk
mengosongkan kandung kemih.
Persarafan Vesica Urinaria
Persarafan utama kandung kemih ialah nervus pelvikus, yang
berhubungan dengan medulla spinalis melalui pleksus sakralis,
terutama dengan segmen S-2 dan S-3. Berjalan dari nervus pelvikus
ini adalah serat saraf sensorik dan serat saraf motorik. Serat sensorik
mendeteksi derajat regangan pada dinding kandung kemih. Tanda-
tanda regangan dari urethra (posterior) dan terutama bertanggung
jawab untuk mencetuskan reflex berkemih. Saraf motorik yang
menjalar dalam nervus pelvikus adalah serat parasimpatis. Serat ini
berakhir pada sel ganglion yang terletak dalam dinding kandung
kemih. Saraf postganglion pendek kemudian mempersarafi otot
detrusor.
Selain nervus pelvikus, terdapat 2 tipe persarafan lain yang
penting untuk fungsi kandung kemih. Yang terpenting adalah serat
otot lurik yang berjalan melalui nervus pudendal menuju sfingter
eksternus kandung kemih. Ini adalah serat saraf somatik yang
mempersarafi dan mengontrol otot lurik pada sfingter. Kandung
kemih juga menerima saraf simpatis dari rangkaian simpatis melalui
nervus hipogastrikus, terutama berhubungan dengan segmen L-2
medulla spinalis.
Tipe Saraf Fungsi
Kolinergik parasimpatik (Nervus
erigenus)
Kontraksi bladder
Simpatetik Relaksasi bladder (dengan
menghambat tonus parasimpatis)
Simpatetik Relaksasi bladder (adrenergik beta)
Simpatetik Kontraksi leher bladder
Somatik (nervus pudendi) Kontraksi otot dasar panggul
c. Bagaimana fisiologi penuan pada geriatri? 3, 2, 1
Jawab:
Teori Penuaan
Perubahan fisiologis :
Sistem Kardiovaskuler
Tekanan Darah Sistolik (TDS) maupun Tekanan Darah Distolik
(TDD) meningkat sesuai dengan meningkatnya umur. TDS
meningkat secara progresif sampai umur 70-80 tahun,
sedangkan TDD meningkat sampai umur 50-60 tahun dan
kemudian cenderung menetap atau sedikit menurun.
Penebalan dinding aorta & pembuluh darah besar ↑ serta
elastisitas pembuluh darah ↓ menyebabkan ↓ compliance
aorta dan pembuluh darah besar mngakibatkan ↑ TDS
↓ elastisitas pembuluh darah menyebabkan peningkatan
resistensi vaskuler perifer
Penurunan sensitivitas baroreseptor menyebabkan kegagalan
refleks postural mengakibatkan hipertensi pada lanjut usia
sering terjadi hipotensi ortostatik
Perubahan keseimbangan antara vasodilatasi adrenergik-beta
dan vasokonstriksi adrenergik-alfa kecenderungan
vasokontriksi mengakibatkan peningkatan resistensi
pembuluh darah perifer & tekanan darah
Berkurangnya pengisisan ventrikel kiri
Berkurangnya pacemaker di nodus SA
Hipertrofi atrium kiri
Kontraksi dan relaksasi ventikel kiri bertambah lama
Menurunnya curah jantung maksimal
Peningkatan resistensi vaskular perifer
Sistem Genitourinaria
Tepatnya di glumerulus, nefron kemudian mengecil dan
menjadi atrofi. Aliran darah ke ginjal menurun sampai 50%.
Fungsi tubulus berkurang akibatnya; kurang kemapuan
mengkonsentrasi urine, berat jenis urine menurun, proten uria.
Vesika urinaria (kandung kemih);
kolagen ↑ , trabekulasi ↑, fibrosis ↑, saraf otonom ↓,
pembentukan divertikula.
Akibatnya :
fungsi kontraktil ↓(otot-ototnya menjadi lemah), kapasitasnya
menurun sampai 200ml atau menyebabkan frekuensi buang air
kecil meningkat, kemampuan menahan miksi ↓, volume residu
pasca berkemih ↑. Vesika urinari susah dikosongkan sehingga
meningkatkan retensi urine.
Uretra : deposit kolagen ↑, atrofi mukosa, penipisan otot2 uretra,
komponen selular ↓
Akibatnya : tekanan penutupan ↓, tekanan akhiran keluar ↑
Atrofi vulva
a. Vagina : komponen selular↓, atrofi mukosa.
b. Dasar panggul : Deposit kolagen ↑, rasio jaringan ikat-otot
↑, otot melemah.
Kandung kemih fungsi Perubahan morfologis
kontraktil tidak efektif lagi
& mudah terbentuk
trabekulasi sampai
divertikel akibat dari
peningkatan fibrosis &
kandungan kolagen
Trabekulasi ↑
Fibrosis ↑
Saraf autonom ↓
Pembentukan divertikula
Perubahan fisiologis
Kapasitas ↓
Kemampuan menahan kencing ↓
Kontraksi involunter ↑
Volume residu pasca berkemih
Pengosongan kandung kemih yang tidak
sempurna
Berkurangnya konsentrasi faktor antiadheren
protein Tamm-Horsfall.
Uretra:
↓ tekanan penutupan uretra
& tekanan outflow
akibat dari atrofi mukosa,
perubahan vaskularisasi
submukosa & menipisnya
lapisan otot uretra
Perubahan morfologis
Komponen seluler ↓
Deposit kolagen ↑ pada uretra sehingga terjadi
atrofi mukosa yang menyebabkan penipisan otot
uretra
Perubahan fisiologis
Tekanan penutupan ↓
Tekanan akhiran keluar ↓
Prostat Hiperplasia dan membesar
Vagina Komponen seluler ↓
Mukosa atrofi
Dasar panggul berperan
penting dalam dinamika
miksi & mempertahankan
kondisi kontinen
Deposit kolagen ↑
Rasio jaringan ikat-otot ↑
Otot melemah
Sistem Endokrin
Produksi hampir semua hormon menurun, khususnya hormone
estrogen pada wanita Fungsi paratiroid dan sekresinya tidak
berubah
Pituitari; hormon pertumbuhan ada tetapi lebih rendah tetapi
rendah dan hanya dalam pembuluh darah, berkurangnya
produksi dari ACTH, TSH, FSH, LH.
Menurunnya aktifitas tiroid, BMR menurun.
Toleransi glukosa terganggu ( gula darah meningkat, insulin
serum meningkat akibat peningkatan resistensi insulin)
Penurunan yang bermakna pada dehidroepiandosteron (DHEA)
Penurunan hormon T3
Penurunan hormon paratitiroid (PTH)
Penururnan fungsi gonad—hormon seks
‘Ovarian failure’ disertai menurunnya hormon ovarium--
menopause
Penurunan testosteron bebas maupun yang bioavailable
Sistem Muskuloskeletal
Terjadi osteopenia sehingga tulang kehilangan densitas dan
makin rapuh
Discus intervertebralis menipis dan menjadi pendek
Tulang kortikal menipis, porusitas tulang meningkat 4-10%
pada usia 40-80.
Hilangnya tulang trabekula.
Atrofi dari sel osteosit.
Osteoblas berasal dari sel osteoprogenitor yg pada proses menua
akan ber<< jumlah dan aktivitasnya. Kegagalan produksi
osteoblas menyebabkan proses reformasi tulang lebih sedikit
dari resorpsi tulang.
Massa otot berkurang secara bermakna
Peningkatan fatigabilitas pada otot
Penyembuhan fraktur pad tulang terlambat
Persendian membesar dan menjadi pendek.
Tendon mengerut dan mengalami sklerosis
Metabolisme
Akibat hiperinsulinemia (peningkatan kadar insulin dalam
darah) akan meningkatakan stimulasi lipogenesis dari pengambilan
glukosa di jaringan adiposa dan emngatifasi enzim lipogenik dan
glikolitik. Pada wanita penurnan kadar homon estrogen dapat
berdampak pada perubahan metabolisme. Estrogen berperan dalam
peningkatan kadar HDL dan penurunan LDL
Bagaimana perubahan fisiologi dari sistem urogenital akibat
penuaan?
Kandung kemih Perubahan morfologis
Trabekulasi ↑
Fibrosis ↑
Saraf autonom ↓
Pembentukan divertikula
Perubahan fisiologis
Kapasitas ↓
Kemampuan menahan kencing ↓
Kontraksi involunter ↑
Volume residu pasca berkemih
Pengosongan kandung kemih yang tidak
sempurna
Berkurangnya konsentrasi faktor antiadheren
protein Tamm-Horsfall.
Uretra Perubahan morfologis
Komponen seluler ↓
Deposit kolagen ↑ pada uretra sehingga terjadi
atrofi mukosa yang menyebabkan penipisan otot
uretra
Perubahan fisiologis
Tekanan penutupan ↓
Tekanan akhiran keluar ↓
Prostat Hiperplasia dan membesar
Vagina Komponen seluler ↓
Mukosa atrofi
Dasar panggul Deposit kolagen ↑
Rasio jaringan ikat-otot ↑
Otot melemah
d. Bagaimana fisiologi berkemih? 4, 3, 2
Jawab:
Berkemih dikendalikan oleh kontrasi dan relaksasi dari m.detrusor,
sphincter urethra interna dan eksterna, otot dasar pasnggul dan
aktivasi dari sistem saraf yaitu saraf pelvis, medulla spinalis,
kortikal (pars frontalis), subkortikal (ganglia basalis dan
serebelum), batang otak dan saraf somatik.
Urin mengisi Vesica Urinaria (VU) stimulus saraf dari VU
melalui saraf pelvis dan medulla spinalis (T12-L2 (plexus
hipogastrik) dan S2-S4) ke subkortikal (ganglia basalis dan
serebelum) aktivasi plexus hipogastrik (aktivasi saraf simpatis
yang bekerja menghambat tonus parasimpatis → relaksasi VU,
aktivasi saraf simpatis yang bekerja pada adrenergik-β → relaksasi
kandung kemih, aktivasi saraf simpatis yang bekerja pada
adrenergik-α →kontraksi spinchter interna dan uretra) dan aktivasi
n.pudendus (saraf somatik → kontraksi otot dasar panggul)
pengisian VU tanpa mengalami desakan untuk berkemih ketika
VU penuh/menggembung sadar untuk berkemih dan terjadi
respon ke pusat kortikal (pars frontalis) pengeluaran urin
dihambat (BAK dapat ditahan) jika situasi memungkinkan
implus dari korteks ke medulla spinalis ke n.erigentes ↑ aksi
kolinergik dari n.erigentes ke m.detrusor & leher VU dan ↓ aktivasi
simpatik dan somatik m.eregentes berkontraksi dan relaksasi
spinchter interna pengosongan VU dan pengeluaran urin
miksi
Mikturisi adalah proses pengosongan kandung kemih setelah
terisi penuh dengan urin. Dua tahap utama mikturisi :
a. Kandung kemih terisi secara progresif hingga tegangan pada
dindingnya meningkat melalui ambang batas.
b. Munculnya refleks saraf (refleks mikturisi) yang akan
mengosongkan kandung kemih atau, jika gagal, setidaknya
akan menyebabkan keinginan berkemih yang disadari.
Pusat saraf miksi berada pada otak dan spinal cord. Sebagian
besar pengosongan di luar kendali tetapi pengontrolan dapat
dipelajari/dilatih. Sistem saraf simpatis : impuls menghambat
vesika urinaria dan gerak spinchter interna, sehingga otot detrusor
relax dan spinchter interna konstriksi. Sistem saraf parasimpatis :
impuls menyebabkan otot detrusor berkontriksi, sebaliknya
spinchter relaksasi terjadi mikturisi. (normal: tidak nyeri).
Saat kandung kemih terisi, ujung-ujung saraf di dinding
kandung kemih mengirim sinyal ke medula spinalis dan kemudian
ke otak, sehingga muncul perasaan/ sensasi ingin berkemih.
Kemudian otak mengirim sinyal ke otot sfingter uretra dan otot
pelvis untuk berelaksasi. Setelah itu otot sfingter uretra dan otot
pelvis mengirim sinyal ke dinding kandung kemih (detrusor) yang
akan berkontraksi dan memompa urin keluar melalui uretra.
Setelah urin dari kandung kemih kosong, otot sfingter uretra
dan otot pelvis berkontraksi kembali, menutup uretra, dan otot
kandung kemih berelaksasi. Setelah berkemih uretra wanita kosong
akibat gravitasi, sedangkan urine yang masih ada dalam uretra laki-
laki dikeluarkan oleh beberapa kontraksi muskulus bulbo
kavernosus.
Pada orang dewasa volume urine normal dalam kandung kemih
yang mengawali reflek kontraksi adalah 300-400 ml. Didalam otak
terdapat daerah perangsangan untuk berkemih di pons dan daerah
penghambatan di mesensefalon. Kandung kemih dapat dibuat
berkontraksi walau hanya mengandung beberapa milliliter urine
oleh perangsangan volunter reflek pengosongan spiral. Kontraksi
volunter otot-otot dinding perut juga membantu pengeluaran urine
dengan menaikkan tekanan intra abdomen.
Orang dewasa dengan kandung kemih yang normal, yang
minum 2 L cairan per hari, umumnya akan berkemih 4-7 kali
sehari (setiap 3-4 jam). Rata-rata, setiap orang akan berkemih
sebanyak 250-500 mL urin setiap kalinya.
e. Apa makna sulit menahan BAK yang ditandai dengan keluarnya
urin sebelum ia sampai dikamar mandi sejak 1 minggu yang lalu ?
5, 4,3
Jawab:
Terjadi inkontinensia urin
f. Apa faktor penyebab sulit menahan BAK yang ditandai dengan
keluarnya urin sebelum ia sampai dikamar mandi sejak 1 minggu
yang lalu? 6, 5,
Jawab:
4 penyebab pokok yaitu: gangguan urologik, neurologis,
fungsional/psikologis, dan iatrogenik/lingkungan. (Setiati Siti dan
Pramantara Dewa, 2009)
Penyebab inkontinensia berasal dari:
a. Kelainan urologik: misalnya radang, batu, tumor, divertikel
b. Kelainan neurologik: misalnya stroke, trauma pada medulla
spinalis, demensia, dll.
c. Lain-lain: misalnnya hambatan mobilitas, situasi tempat
berkemih yang tidak memadai/jauh dan sebagainya (Pranarka
Kris, 2011)
Penyebab berdasarkan tipe inkontinensianya
Inkontinensia akut
Penyebabnya sering disingkat menjadi DIAPPERS
Delirium / confusional state
I nfection –urinary (symptomatic)
Atrophic urethritis / vaginitis
Pharmaceuticals
Psychological
Excessive urine output (cardiac, DM)
Restricted mobility
Stool impaction
g. Bagaimana patofisiologi sulit menahan BAK yang ditandai dengan
keluarnya urin sebelum ia sampai dikamar mandi sejak 1 minggu
yang lalu ? 7, 6,5
Jawab:
h. Apa yang dimaksud dengan inkontinensia? 8, 7,6
Jawab:
Inkontinensia adalah pengeluaran urin tanpa disadari, dalam
jumlah dan frekuensi yang cukup sehingga mengakibatkan masalah
gangguan kesehatan atau social.
i. Apa saja faktor risiko dari inkontinensia? 9,8,7
Jawab:
1. Usia, semakin bertambah usia semakin rentan
2. Jenis kelamin, Perempuan lebih sering daripada wanita
3. Infeksi saluran kemih
4. Keterbatasan aktivitas
5. Faktor gangguan lingkungan
6. Melahirkan pervaginam
7. Riwayat histerektomi
8. Trauma perineal
9. Faktor risiko pada lansia di masyarakat yaitu depresi, transient
ischemic attacks dan strok, gagal jantung kongestif, konstipasi
dan inkontinensia feses, obesitas, penyakit paru obstruktif
kronik, batuk kronik, gangguan mobilitas.
10. Faktor risiko pada lansia dip anti yaitu gangguan mobilitas,
demensia, depresi, strok, diabetes, dan Parkinson.
j. Apa jenis-jenis dari inkontinensia? dan jenis inkontinensia apa
yang termasuk pada kasus ini? 10,9,8
Jawab:
k. Apa saja dampak dari inkontinensia? 1,10,9
Jawab: Dampak medik dekubitus, infeksi saluran kemih,urosepsis,
gagal ginjal, dan mortalitas yang meningkat.
Dampak psikososial hilangnya kepercayaan diri, depresi,
menurunnya aktivitas seksual dan pembatasan aktifitas sosial,
dan ketergantungan.
Dampak ekonomi penanganan inkontinensia urin
membutuhkan dana yang cukup besar.
2. Sejak 3 bulan yang lalu, Ny. Siti sering terbangun malam hari ke
kamar mandi untuk BAK.
a. Apa makna sering terbangun di malam hari ke kamar mandi untuk
BAK? 2,1,10
b. Bagaimana hubungan keluhan sejak 3 bulan yang lalu dengan
keluhan 1 minggu yang lalu? 3,2,1
c. Mengapa BAK sering terjadi pada malam hari? 4,3,2
d. Bagaimana patofisiologi dari sering terbangun di malam hari ke
kamar mandi untuk BAK? 5,4,3
3. Ny. Siti adalah ibu rumah tangga dengan tingkat aktivitas fisik yang
rendah. Akibat gejala ini, Ny. Siti justru menghindari aktivitas diluar
rumah misalnya pengajian dan pergi ke pasar.
a. Apa hubungan aktivitas fisik yang rendah dengan kasus? 6, 5,4
b. Apa makna Ny siti menghindari aktivitas diluar rumah misalnya
pengajian dan pergi ke pasar? 7, 6, 5
4. Riwayat penyakit dahulu: Ny. Siti menderita DM dan hipertensi sejak
10 tahun yang lalu, kontrol tidak teratur, minum obat metformin 3x1
dan HCT 1x1.
a. Apa makna riwayat penyakit dahulu: menderita DM dan hipertensi
sejak 10 tahun yang lalu, kontrol tidak teratur, minum obat
metformin 3x1 dan HCT 1x1? 8, 7, 6
b. Apa hubungan riwayat penyakit dahulu dengan keadaan sekarang?
9,8,7
c. Bagaimana farmakologi dari metformin? 10,9,8
d. Bagaimana farmakologi dari HCT? 1,10,9
5. Riwayat kehamilan: Ny. Siti sudah melahirkan 6 kali spontan cukup
bulan.
Riwayat menopause: sejak umur 45 tahun.
a. Apa makna riwayat kehamilan: sudah melahirkan 6 kali spontan
cukup bulan, dan riwayat menopause: sejak umur 45 tahun? 2,1, 10
b. Apa hubungan riwayat kehamilan dan riwayat menopause dengan
kasus? 3,2,1
6. Pemeriksaan Fisik:
Keadaan umum: kompos mentis
Vital sign: TD: 160/100 mmHg; RR: 18x/menit, Temp: 36,7 oC, HR:
70x/menit reguler
Pemeriksaan khusus:
Kepala: konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik
Thoraks: simetris, retraksi tidak ada, jantung dan paru dalam batas
normal
Abdomen: datar, lemas, hepar dan lien tidak teraba
Ekstremitas: dalam batas normal
a. Bagaimana interpretasi dari pemeriksaan fisik? 4,3,2
b. Bagaimana patofisiologi dari pemeriksaan fisik yang abnormal?
5,4,3
7. Pemeriksaan Laboratorium: Hb: 11gr%, Leukosit: 9500/m3, Diff
Count: 1/1/14/58/20/4, Urin rutin: leukosit 1-2, eritrosit 2-5, Kimia
darah: GDS 210 mg/dl, ureum 35 mg/dl, creatinin 1,0 mg/dl, asam urat
4 mg/dl
a. Bagaimana interpretasi dari pemeriksaan laboratorium? 6, 5,4
b. Bagaimana patofisiologi dari pemeriksaan laboratorium yang
abnormal? 7, 6,5
8. Bagaimana cara mendiagnosis pada kasus ini? 8, 7,6
9. Apa saja Differential Diagnosis pada kasus ini? 9, 8,7
10. Apa saja pemeriksaan penunjang pada kasus ini? 10,98,
11. Apa Working Diagnosis pada kasus ini? 1, 10,9
12. Bagaimana epidemiologi pada kasus ini? 2, 1,10
13. Apa saja etiologi pada kasus ini? 3, 2,1
14. Apa saja manifestasi klinis pada kasus ini? 4, 3,2
15. Bagaimana tatalaksana pada kasus ini? 5, 4,3
16. Apa komplikasi pada kasus ini? 6, 5,4
17. Bagaimana prognosis pada kasus ini? 7, 6,5
18. Bagaimana KDU pada kasus ini? 8, 7,6
19. Bagaimana pandangan islam pada kasus ini? 9, 8,7
IV. Hipotesis
Ny. Siti 65 tahun, mengeluh sulit menahan BAK karena menderita
inkontinensia uri e.c penyakit kronik dan proses degeneratif.
V. Kerangka Konsep
VI. Learning Issue
Anatomi
Fisiologi
Inkontinensia uri
Riwayat Penyakit Degeneratif (DM Hipertensi)
Farmakologi (metformin dan HCT)
analisis dikirim paling lambat hari kamis jam 23.00 ke email
[email protected], hari rabu kan udah mandiri jadi bisalah
Faktor risiko:
Penyakit Kronik
Faktor risiko: Proses
degeneratif
Faktor risiko:
Riwayat melahirkan
Riwayat Menopause
Kelemahan otot
destrusor
Inkontinensia Uri
kalian langsung ketik. kalau sudah ada yang diketik waktu hari
kamis, soft coppy nya bisa langsung dikasih ke aku,
JANGAN TELAT YA!!!!!, KALAU TELAT DIA YANG
PERSENTASI!!!!!
KLO GAK ADA YANG TELAT, YANG PERSENTASI KEMBALI
KE MODERATOR.