sindrom down
TRANSCRIPT
Sindrom down
Sindrom down adalah representasi umum dari penyakit aneuploidi, atau penyakit yang
disebabkan oleh penyimpangan komplemen kromosom normal (euploidi). Kromosom 21
yang mengandung sedikit kurang dari 2% genom total, adalah salah satu autosom akrosentrik
(yang lain adalah kromosom 13, 14, 15 dan 22) yang berarti kromosom dengan hampir semua
DNA yang terletak di salah satu sisi sentromer. Secara umum, aneuploidi dapat mengenai
sebagian atau semua autosom atau kromosom seks. Sebagian besar orang dengan sindrom
down memiliki 47 kromosom (yi., satu kromosom 21 tambahan, atau trisomi 21) dan lahir
dari orang tua dengan kariotipe normal. Jenis aneuploidi ini biasanya disebabkan oleh
nondisjunction sewaktu segregasi meiotik, yang berarti kegagalan dua kromosom homolog
untuk berpisah (disjoin) satu sama lain saat anafase. Sebaliknya, kondisi aneuploidi yang
mengenai sebagian autosom atau kromosom seks harus, di suatu titik, menyebabkan
pemutusan dan penyambungan DNA. Tata – ulang (rearrangement) DNA jarang terjadi tetapi
merupakan kausa penting untuk sindrom down dan biasanya tampak sebagai kariotipe dengan
46 kromosom dengan satu kromosom 21 yang menyatu melalui sentromernya dengan
kromosom akrosentrik lain. Kromosom abnormal ini disebut sebagai translokasi robetsonian
dan kadang-kadang dapat diwariskan dari orang tua pembawa. Jadi, sindrom down dapat
disebabkan oleh berbagai kelainan kariotipe, yang umumnya menyebabkan peningkatan dosis
gen sebesar 50% untuk hampir semua gen di kromosom 21.
Gambaran klinis
Sindrom down terjadi pada sekitar satu dari 700 kelahiran hidup dan menyebabkan sekitar
sepertiga dari semua kasus retradasi mental. Kemungkinan memiliki anak dengan sindrom
down berkaitan secara eksponensial dengan peningkatan usia ibu. Namun, program penyaring
mendeteksi sebagian besar kehamilan sindrom down pada wanita hamil yang berusia lebih
dari 35 tahun. Kenyataan ini, disertai oleh hubungan terbalik antara usia ibu dengan angka
kelahiran keseluruhan, memiliki arti bahwa sebagian besar anak dengan sindrom down kini
lahir dari ibu yang lebih muda dari 35 tahun. Penyakit ini biasanya dicurigai pada periode
perinatal oleh adanya gambaran wajah yang khas dan dismorfik seperti brakisefali, lipatan
epikantus, telinga kecil, alur transversal di telapak tangan dan hipotonia. Sekitar 50% anak
yang terkena mengalami defek jantung kongenital, yang datang berobat pada periode
perinatal dini karena masalah kardiorespirasi. Kecurigaan kuat akan penyakit ini berdasarkan
pengamatan klinis biasanya dipastikan dengan penentuan kariotipe dalam 2-3 hari.
Banyak kelainan minor dan mayor dijumpai pada sindrom down, tetapi dua pasien yang
terkena jarang mengalami rangkaian kelainan yang sama, dan banyak kelainan tunggal yang
dijumpai pada orang yang tidak mengidap sindrom dowm. Contohnya, insidens alur
transversal di telapak tangan pada sindrom down adalah sekitar 50% yaitu sepuluh kali
insiden tersebut pada populasi umum, tetapi sebagian besar orang yang memiliki hanya alur
transversal di telapak tangan tidak mengidap sindrom down atau penyakit genetik lain.
Riwayat alami sindrom down pada masa kanak-kanak terutama ditandai oleh keterlambatan
perkembangan, retradasi pertumbuhan, dan imunodefisiensi. Keterlambatan perkembangan
biasanya sudah tampak pada usia 3-6 bulan sebagai kegagalan mencapai tahapan-tahapan
penting perkembangan sesuai-usia dan mempengaruhi aspek fungsi motorik dan kognitif. IQ
rerata anara 30 dan 70 dan menurun seiring dengan pertembahan usia. Namun derajat
retradasi mental pada orang dewasa dengan sindrom down cukup bervariasi dan banyak
pengidap dapat hidup semi-independen. Secara umum, keterampilan kognitif lebih terbatas
daripada kemampuan afektif, dan hanya sebagian kecil pengidap yang mengalami retradasi
berat. Retardasi pertumbuhan linear bersifat moderat, dan sebagian besar orang dewasa
dengan sindrom down memiliki sosok dengan 2-3 simpang baku lebih rendah daripada
populasi umum. Sebaliknya, pertambahan berat pada sindrom down memperlihatkan
peningkatan ringan yang proporsional dibandingan dengan pertambahan berat pada populasi
umum, dan sebagian besar orang dewasa dengan sindrom down mengalami kelebihan badan.
Meskipun peningkatan terhadap infeksi adalah gambaran klinis yang umum pada semua usia,
tetapi sifat kelainan yang mendasari belum dipahami dengan jelas, dan kelainan laboratorium
dapat dideteksi baik pada imunitas humoral maupun selular.
Salah satu gambaran klinis yang paling prevalen dan dramatis pada sindrom dowm-
kemunculan dini penyakit alzheimer belum terlihat sampai masa dewasa. Meskipun demensia
yang tidak nyata tidak secara klinis dapat terdeteksi pada semua orang dewasa dengan
sindrom down, tetapi insiden kelainan neuropatologis yang khas plak senilis dan
neurofibrillary tangles mendekati 100% pada usia 35 tahun.
Kausa utama morbiditas pada sindrom down adalah penyakit jantung konginetal, infeksi dan
leukimia. Usia harapa hidup sebagian besar tergantung pada penyakit jantung kongenita;
kelangsungan hidup usia 10 sampai 30 tahun masing-masing sekitar 85% dan 80% untuk
mereka yang tidak mengidap penyakit jantung kongenital.
Patofisiologi
Penemuan penanda-penanda molekular untuk berbagai bagian dari kromosom 21
memungkinkan perolehan informasi yang cukup banyak mengenai kapan dan bagaimana
materi kromosom tambahan muncul pada sindrom dowm; human genome project telah
membaut daftar sekitar 230 gen yang ditemukan di kromosom 21. Sebaliknya, sangat sedikit
yang diketahui tentang mengapa peningkatan dosis gen untuk kromosom 21 menyebabkan
timbulnya gambaran klinis sindrom down.
Untuk trisomi 21 (47, XX + 21 atau 47, XY + 21) penanda sitogenetik atau molekular yang
membedakan antara salinan kromosom 21 dari ibu atau ayah dapat digunakan untuk
membedakan apakah salinan tambahan kromosom 21 berasal dari sel telur atau sel sperma.
Tidak terdapat perbedaan klinis yang nyata antara kedua tipe individu trisomi 21 ini, yang
tidak mengisyaratkan bahwa gamet imprinting tidak berperan penting dalam patogenesis
sindrom down. Masing-masing orang tua dapat dibedakan, biasanya dapat diketahui apakah
prosen nondisjunction yang menyebabkan kelainan gamet, terjadi selama anafase meiosis I
atau meiosis II. Studi-studi trisomi 21 disebabkan oleh tambahan kromosom ibu, dan bahwa
sekitar 75% proses nondisjunction (baik ibu maupun ayah) terjadi selama meiosis I, dan
bahwa proses nondisjunction dari ibu dan ayah meningkat seiring dengan pertamambahan
usia ibu.
Gambaran Frekuensi
Fisura palpebra yang tertarik ke atas
(upslanting)
82%
Kelebihan kulit di tengkuk 81%
Brakisefali 75%
Hiperekstensibiliti sendi 75%
Jembatan hidung datar 68%
Celah lebar antara jari kaki pertama dan
kedua
68%
Tangan pendek gemuk 64%
Lipatan epikantus 59%
Jari tangan kelima pendek 58%
Jari tangan kelima melengkung ke dalam 57%
Bercak brushfield (hipoplasia iris) 56%
Alur palmar transversal 53%
Telinga terlipat atau displastik 50%
Lidah menonjol 47%
Beberapa teori telah diajukan untuk menjelaskan mengapa insidens sindrom down meningkat
seiring dengan pertambahan usia ibu. Sebagian besar perkembangan sel benih pada wanita
terselesaikan sebelum lahir; oosit terhenti perkembangannya pada profase meiosis I (stadium
dictyotene) selama trimester kedua gestasi. Salah satu teori mengatakan bahwa kelainan
biokimiawi yang mempengaruhi kemampuan pasangan kromosom untuk memisah secara
normal, menumpuk di sel-sel ini seiring dengan waktu dan bahwa, tanpa sumber sel telur
baru yang segar, proporsi telur yang mengalami nondisjunction meningkat seiring dengan
pertambahan usia ibu. Namun, hipotesis ini tidak menjelaskan mengapa insiden trisomi 21
dan peningkatan usia ibu juga berlaku untuk proses nondisjunction pada ayah.
Hipotesis lain mengusulkan bahwa perubahan struktural, hormonal, dan imunologis yang
terjadi di uterus seiring dengan pertambahan usia menghasilkan lingkungan yang tidak
mampu menolak pertumbuhan mudgah yang cacat. Karena itu, uterus yang tua lebih besar
kemungkinannya menunjang konseptus trisomi 21 hingga aterm tanpa bergantung pada siapa
(ibu atau ayah) yang memberi tambahan kromosom. Hipotesis ini dapat menjelaskan
mengapa kesalahan nondisjunction ayah meningkat seiring dengan peningkatan usia ibu.
Namun, hipotesis ini tidak menjelaskan mengapa insidens sindrom down akibat tata-ulang
kromosom tidak meningkat seiring dengan pertambahan usia ibu.
Berbagai hipotesis ini tidak saling menjatuhkan, dan kombinasi berbagai faktor dapat
berperan dalam hubungan antara insidens trisomi 21 dan peningkatan usia ibu. Sejumlah
faktor lingkungan dan genetik diduga berperan dalam pembentukan sindrom down, termasuk
pajanan oleh kafein, alkohol, tembakau, radiasi, dan kemungkinan adanya satu atau lebih gen
yang mempermudah terjadinya nondisjunction. Meskipun kemungkinan-kemungkinan ini
sulit disingkirkan dari pertimbangan sebagai faktor minor, tetapi tidak terdapat bukti bahwa
salah satu faktor ini berperan dalam sindrom down.
Risiko rekurensi untuk trisomi 21 tidak berubah bermakna dengan pernah memiliki anak
yang mengidap kelainan ini. Namun, sekitar 5% kariotipe sindrom dorn memiliki 46, dan
buka 47, kromosom akibat translokasi robertsonian yang biasanya mengenai kromosom 14
dan 22. Seperti telah di jelaskan, jenis kelainan ini tidak berkaitan dengan peningkatan usia
ibu; namun, pada sekitar 30% individu tersebut, evaluasi sitogenetik atas orangtua
memperlihatkan apa yang disebut sebagai tata-ulang seimbang (balance rearrangement)
seperti 45,XX, + t (14q;21q). Karena kromosom translokasi robertsonian dapat berpasangan
dengan kedua komponennya- kedua kromosom akrosentrik tunggal kemungkinan segregasi
yang menghasilkan gamet tak seimbang menjadi bermakna, dan risiko rekurensi bagi
orangtua dengan kariotipe abnormal jauh lebih besar daripada risiko tersebut untuk trisomi
21. Sekitar 1% kariotipe sindrom down memperlihatkan mosaikisme dengan sebagian sel
yang normal dan sebagian lainnya abnormal. Mosaikisme somatik untuk trisomi 21 atau
penyakit aneuploid lain pada awalnya dapat muncul pra atau pasca terbentuknya zigot, yang
masing-masing berkaitan dengan nondisjunction pada meiosis atau mitosis. Pada kasus yang
pertama ( kasus ketika zigot dibuahi dari suatu gamet aneuploidi), kromosom tambahan
kemungkinan hilang secara mitosis dalam suatu klona sel pada awal embriogenesis. Fenotipe
yang dijumpai pada trisomi 21 mosaik sangat beragam, berkisar dari retradasi mental ringan
dengan gambaran dismorfik ringan hingga sindrom down “tipikal”, dan tidak berkorelasi
dengan proporsi sel abnormal yang terdeteksi di limfosit atau fibroblas. Bagaimanapun,
secara rerata, retardasi mental pada trisomi 21 mosaik umumnya lebih ringan ketingbang
pada trisomi 21 non-mosaik.
F. ganong. Patofisiologi penyakit: pengantar menuju kedokteran klinis. Jakarta : EGC,2010
Trisomi untuk autosom
Individu mempunyai kelebihan sebuah autosom dibandingkan dengan yang disomi/diploid.
Oleh karena kelainannya terjadi pada autosom, maka individu yang menderita kelainan itu
dapat laki-laki maupun perempuan. Yang terpenting diantaranya ialah:
Sindrom down
Kelainan ini pertama kali diketahui oleh seguin dalam tahun 1844, tetapi tanda-tanda klinis
tentang kelainan ini mula-mula diuraikan dalam tahun 1866 oleh seorang dokter bangsa
inggris bernama J. Langdon Down. Berdasarkan fenotip dari pasien yang menunjukan tanda-
tanda tuna mental dan adanya lipatan pada kelopak mata, maka kelainan ini semula disebut
mongolisme. Tetapi agar supaya tidak menyakiti hati bangsa mongol, maka cacat ini
kemudian dinamakan sindrom down.
Setelah dibuat kariotipe dari penderita, ternyata bahwa pasien mempunyai kelebihan sebuah
autosom nomor 21, oleh karena kelainannya terjadi pada autosom, maka penderita sindrom
down dapat laki-laki atau perempuan, sehingga formula kromosomnya dapat ditulis sebagai
berikut:
a. Untuk penderita laki-laki= 47, XY, + 21
b. Untuk penderita perempuan = 47, XX + 21
Cara penulisan +21 berarti ada kelebihan autosom nomor 21.
Penderita sindrom down biasanya mempunyai tubuh pendek dan puntung, lengan atau kaki
kadang-kadang bengkok, kepala lebar, wajah membulat, mulut selalu terbuka, ujung lidah
besar, hidung lebar dan datar, kedua lubang hidung terpisah lebar. Jarak lebar antara kedua
mata, kelopak mata mempunyai lipatan epikantus sehingga mirip dengan orang oriental. Iris
mata kadang-kadang berbintik yang disebut bintik-binti “Brushfield”.
Berdasarkan tanda-tanda yang menyolok itu biasanya dengan mudah kita dapat mengenalnya
pada pandangan pertama.
Tangan dan kaki kelihatan lebar dan tumpul, telapak tangan kerapkali memiliki garis tangan
yang khas abnormal, yaitu hanya mempunyai garis tangan mendatar saja. Ibu jari kaki dan
jari kedua ada kalanya tidak rapat.
Mata, hidung dan mulut biasanya tampat kotor serta gigi rusak. Hal ini disebabkan karena ia
tidak sadar untuk menjaga kebersihan dirinya sendiri. IQ rendah, yaitu antara 25-75,
kebanyakan kurang dari 40. Biasanya mempunyai kelainan pada jantung dan tidak resisten
terhadap penyakit. Karena itu dahulu penderita biasanya berumur maksimal 20 tahun, akan
tetapi dengan tersedianya berbagai macam antibiotika, maka usia mereka kini dapat
diperpanjang.
Pada umumnya penderita sindrom down selalu tampak gembira, mereka tidak sadar akan
cacat yang dideritanya.
Penderita pria rupa-rupanya steril, walaupun dari hasil penelitian dari “panti asih” ( tempat
asuhan anak-anak penderita sindrom down titipan berbagai keluarga, yang terletak di pakem
daeraj yogyakarta) dapat diketahui bahwa cukup banyak penderita pria melakukan onani,
suatu tanda bahwa sebenernya mempunyai kesadaran seksual. Sebaliknya ada penderita
wanita yang dilaporkan melahirkan anak (bukan di pakem). Risiko mendapatkan anak
sindrom dowm tidak tergantung dari bangsa, kedudukan atau keadaan sosial orangtua. Pada
saat ini sindrom down merupakan cacat (abnormalitas) kelahiran yang paling banyak
dijumpai dengan frekuensi satu dalam 600 kelahiran hidup.
Dari sudut sitologi dapat dibedakan dua tipe sindrom down :
1. Sindrom dowm triplo 21 atau trisomi 21, sehingga penderita memiliki 47 kromosom.
Penderita laki-laki = 47, XY, +21 sedang penderita perempuan = 47, XX, +21. Kira-
kira 92,5% dari semua kasus sindrom down tergolong dalam tipe ini
2. Sindrom down translokasi. Translokasi ialah peristiwa terjadinya perubahan struktur
kromosom, disebabkan karena suatu potongan kromosom bersambungan dengan
potongan kromosom lannya yang bukan homolog.
Pada sindrom dowm translokasi, lengan panjang dari autosom nomor 21 melekat pada
autosom lain, kadang-kadang dengan autosom nomor 15 tetapi yang lebih sering dengan
autosom nomor 14. Dengan demikian individu yang menderita sindrom down translokasi
memiliki 46 kromosom.
Kromosom yang mengalami translokasi dinyatakan dengan tulisan: t (14q21q) yang dapat
diartikan t= translokasi’ 14q = lengan panjang dari autosom 14; 21q = lengan panjang dari
autosom 21 (lengan pendek dari sebuah kromosom dinyatakan dengan huruf p). Penderita
dari kedua tipe sindrom down itu identik.
Terjadinya anak sindrom down
Lahirnya anak sindrom down itu berhubungan erat dengan umur ibu. Tidak ada korelasi yang
konsisten dengan umur ayah. Sorang perempuan lahir dengan semua oosit yang pernah
dibentuknya, yaitu berjumlah hampir 7 juta. Semua oosit tadi berada dalam keadaan istirahat
pada profase I dari meiosis sejak sebelum ia lahir sampai mengadakan ovulasi. Dengan
demikian maka suatu oosit dapat tinggal dalam keadaan istirahat untuk 12-45 tahun. Selama
waktu yang panjang itu, oosit dapat mengalami non disjunction. Berhubung dengan itu
penderita sindrom down biasanya lahir sebagai anak terakhir dari suatu keluarga besar atau
dari seorang ibu yang melahirkan pada usia agak lanjut.
Sebaliknya, testis menghasilkan kira-kira 200 juta spermatozoa sehari dan meiosis di dalam
spermatosit keseluruhannya membutuhkan waktu 48 jam atau kurang. Berhubung dengan itu
nondisjunction boleh dikata tidak pernah berlangsung selama spermatogenesis.
Pada sindrom down trisomi 21, nondisjunction dalam meiosis I menghasilkan ovum yang
mengandung dua buah autosom nomor 21 dan bila ovum ini dibuahi oleh spermatozoa
normal yang membawa autosom 21, maka terbentuklah zigot trisomi 21.
Ada beberapa pendapat tentang mengapa terjadi nondisjunction, yaitu:
a. Mungkin disebabkan adanya virus atau karena ada kerusakan akibat radiasi.
Gangguan ini makin mudah berpengaruh pada wanita yang berumur tua.
b. Mungkin disebabkan adanya pengandungan antibody tiroid yang tinggi
c. Sel telur akan mengalami kemunduran apabila setelah satu jam berada di dalam
saluran fallopi tidak di buahi. Oleh karena itu para ibu yang berusia agak lanjut
(melebihi umur 35 tahun) biasanya akan menghadapi risiko lebih besar untuk
mendapatkan sindrom down.
Akan tetapi seperti diketahui, kadang