sidang keempat puluh satu majelis bahasa brunei...

89
1 SIDANG KEEMPAT PULUH SATU MAJELIS BAHASA BRUNEI DARUSSALAM- INDONESIA-MALAYSIA (MABBIM) (Makassar, Sulawesi Selatan, Indonesia 11 – 15 Maret 2002)

Upload: lamkhanh

Post on 17-Aug-2019

262 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: SIDANG KEEMPAT PULUH SATU MAJELIS BAHASA BRUNEI …mabbim.gerbangbahasa.gov.bn/filebase/files/201401/5723439468Microsoft... · Sastera Melayu/Indonesia dalam Mengukuhkan Peradaban

1

SIDANG KEEMPAT PULUH SATU

MAJELIS BAHASA BRUNEI DARUSSALAM-

INDONESIA-MALAYSIA

(MABBIM)

(Makassar, Sulawesi Selatan, Indonesia 11 – 15

Maret 2002)

Page 2: SIDANG KEEMPAT PULUH SATU MAJELIS BAHASA BRUNEI …mabbim.gerbangbahasa.gov.bn/filebase/files/201401/5723439468Microsoft... · Sastera Melayu/Indonesia dalam Mengukuhkan Peradaban

2

PERNYATAAN BERSAMA

Sebagai tindak lanjut Sidang Ke-40 Majelis Bahasa Brunei Darussalam-Indonesia-Malaysia (Mabbim), antara Jawatankuasa Tetap Bahasa Melayu Brunei Darussalam (JKTBMBD), Panita Kerja Sama Kebahasaan (PAKERSA), Indonesia dan Jawatankuasa Tetap Bahasa Melayu (JKTBM), Malaysia yang diadakan pada tanggal 12 –16 Maret 2001, di Johor Darul Takzim, Malaysia, Sidang Ke-41 MABBIM telah diadakan pada tanggal 11 – 15 Maret 2002, di Hotel Sahid Jaya, Makassar, Sulawesi Selatan, Indonesia. Majelis telah (1) menyelenggarakan Seminar Bahasa dan Sastra yang bertemakan “Peranan Bahasa dan Sastra Indonesia/Malaysia dalam Pembinaan Masyarakat Madani” (2) meneliti dan menerima keputusan Umum Sidang Ke-40 MABBIM, (3) meneliti dan menerima hasil Sidang Ke-15 Pakar MABBIM, dan (4) membincangkan dan mengambil keputusan tentang hal-hal lain seperti yang terlampir.

Dr. Dendy Sugono

Ketua Panitia Kerja Sama Kebahasaan

Indonesia

Dato’ Haji. A. Aziz Deraman

Pengerusi Jawatankuasa Tetap Bahasa Melayu,

Malaysia

Awang Haji Abdul Hakim bin Haji Mohd. Yassin

Pengerusi Jawatankuasa Tetap Bahasa Melayu

Brunei Darussalam

Page 3: SIDANG KEEMPAT PULUH SATU MAJELIS BAHASA BRUNEI …mabbim.gerbangbahasa.gov.bn/filebase/files/201401/5723439468Microsoft... · Sastera Melayu/Indonesia dalam Mengukuhkan Peradaban

3

DAFTAR ISI

PERNYATAAN BERSAMA

DAFTAR ISI

LAPORAN SIDANG

LAMPIRAN:

I. Dokumen

1. Keputusan Umum Sidang Ke-41 Mabbim 2. Laporan Sidang Ke-15 Pakar Mabbim 3. Usul Pembahasaan Bidang dan Subbidang Sidang Ke-16 Pakar

Mabbim 4. Laporan Pertemuan Luar Sidang 5. Kertas Kerja untuk Sidang Ke-41 Mabbim 6. Kerangka Kerja Peningkatan Sumber Daya Manusia (bahan

Brunei Darussalam) 7. Kertas Cadangan Sambutan Ulang Tahun Ke-30 Mabbim (bahan

Brunei Darussalam) 8. Kertas Kerja Usul Pengembangan Gerbang Bahasa

Melayu/Indonesia 9. Keranga Kerja Penelitian Bahasa (bahan Malaysia)

II. Sambutan

III. Acara

Page 4: SIDANG KEEMPAT PULUH SATU MAJELIS BAHASA BRUNEI …mabbim.gerbangbahasa.gov.bn/filebase/files/201401/5723439468Microsoft... · Sastera Melayu/Indonesia dalam Mengukuhkan Peradaban

4

1. Acara Sidang 1. Peresmian Sidang : Senin, 11 Maret 2002 09.00 – 10.30 2. Seminar Kebahasaan : Senin, 11 Maret 2002 10.30 – 17.00 Selasa, 12 Maret 2002 08.30 – 16.00 3. Sidang Eksekutif : Rabu, 13 Maret 2002 09.00 – 09.45 Pembukaan 10.15 – 12.00 Sidang Ke-1 14.00 – 16.00 Sidang Ke-2 16.12 – 18.00 Sidang Ke-3 Kamis, 14 Maret 2002 08.00 – 10.30 Sidang Ke-4 10.45 – 12.00 Sidang Ke-5 13.30 – 15.15 Sidang Ke-6 15.45 – 17.00 Sidang Ke-7 21.30 – 22.30 Penyimakan Draf

Laporan Jumat, 15 Maret 2002 19.30 – 21.00 Penutupan II. Anggota Sidang 1. Dr. Dendy Sugono (Indonesia, Ketua) 2. Awang Haji Abdul Hakim bin Haji (Brunei Darussalam,

Mohd. Yassin Ketua) 3. Dato’ Haji A. Aziz bin Deraman (Malaysia, Ketua) 4. Dr. Hassan Alwi (Indonesia) 5. Dato Paduka Haji Ahmad bin Kadi (Brunei Darussalam) 6. Dato’ Dr. Haji Hassan Ahmad (Malaysia) 7. Prof. Emeritus Dato’ Dr. Hajah Asmah Haji Omar (Malaysia) 8. Dr. Hans Lapoliwa, M. Phil (Indonesia) 9. Dato Paduka Haji Alidin bin Haji Othman (Brunei Darussalam) 10. Awang Haji Jalil bin Haji Mail (Brunei Darussalam) 11. Dr. Haji Awang Sariyan (Malaysia) 12. Drs. Dedi Puryadi (Indonesia, Sekretaris)

13. Awang Hanafiah bin Haji Awang Zaini (Brunei Darussalam, Sekretaris)

Page 5: SIDANG KEEMPAT PULUH SATU MAJELIS BAHASA BRUNEI …mabbim.gerbangbahasa.gov.bn/filebase/files/201401/5723439468Microsoft... · Sastera Melayu/Indonesia dalam Mengukuhkan Peradaban

5

14. Puan Atiah binti Haji Mohd Salleh (Malaysia, Sekretaris)

III. Pemerhati 1. Dr. E. Zaenal Arifin (Indonesia) 2. Drs. Abdul Gaffar Ruskhan, M.Hum . (Indonesia) 3. Dayang Hajah Zainab binti Haji Mat Daud (Brunei Darussalam) 4. Puan Diarani Mat Adam (Malaysia) 5. Dr. Liaw Yock Fang (Singapura) 6. Encik Mohd. Agos bin Atan (Singapura) IV. Narasumber 1. Drs. Sugiyono, M.Hum. (Indonesia, Teks Inisiatif MABBIM)

2. Prof. Dr. Zaharin Yusoff (Malaysia, Teks Inisiatif MABBIM) 3. Encik Rusli Abd. Ghani (Malaysia, Teks Inisiatif MABBIM) 4. Puan Hajah Halimah Haji Ahmad (Malaysia, Kertas Kerja Sidang Pakar) 5. Dr. Haji Jaludin bin Haji Chuchu (Brunei Darussalam, Teks Inisiatif MABBIM) 6. Awang Haji Alipudin bin Haji (Brunei Darussalam, Omarkandi Teks Inisiatif MABBIM)

V. Pencatat 1. Drs. Fairul Zabadi (Indonesia) 2. Drs. Sutejo (Indonesia) VI. Agenda

1. Pengantar tuan rumah

2. Meneliti dan Mengesahkan Keputusan Umum Sidang Ke-40 MABBIM 3. Meneliti masalah yang timbul pada Keputusan Umum Sidang Ke-40

MABBIM 4. Meneliti dan menerima Laporan Sidang Ke-15 Pakar MABBIM 5. Meneliti masalah yang timbul pada Laporan Sidang Ke-15 Pakar MABBIM 6. Membincangkan rencana kegiatan Teks Inisiatif MABBIM 7. Membicangkan bidang/subbidang yang akan dibicarakan pada Sidang Ke-16

Pakar MABBIM 8. Membahas kebijakan peristilahan MABBIM 9. Membincangkan isu bahasa dalam Seminar Bahasa dan Sastra Sidang Ke-41

MABBIM 10. Membincangkan tema dan perkara lain yang berkaitan dengan Seminar

Bahasa dan Sastra Sidang Ke-42 MABBIM 11. Membincangkan tanggal dan tempat Sidang Ke-16 Pakar MABBIM dan

Sidang Ke-42 MABBIM

Page 6: SIDANG KEEMPAT PULUH SATU MAJELIS BAHASA BRUNEI …mabbim.gerbangbahasa.gov.bn/filebase/files/201401/5723439468Microsoft... · Sastera Melayu/Indonesia dalam Mengukuhkan Peradaban

6

12. Membincangkan Laporan Sekretaris/Setiausaha pada Pertemuan Luar Sidang MABBIM

13. Membahas usul kerangka kerja penelitian (Malaysia) 14. Membahas usul pengembangan kerangka kerja peningkatan sumber daya

menausia (Brunei Darussalam) 15. Membincangkan perayaan 30 tahun MABBIM 16. Membincangkan pemberian anugerah 30 tahun MABBIM 17. Penghargaan

VII. Perbincangan dan Keputusan Umum

1. Meneliti dan mengesahkan Keputusan Umum Sidang Ke-40 MABBIM

Majelis telah menerima dan mengesahkan Keputusan Umum Sidang Ke-40 MABBIM yang diadakan pada tanggal 12-16 Maret 2001 di Johor Darul Takzim, Malaysia tanpa perbaikan.

2. Meneliti masalah yang timbul pada Keputusan Umum Sidang Ke-40

MABBIM Majelis bersetuju agar butir penghargaan (14.3) ditambahkan catatan menjadi

“Sidang merakamkan penghargaan dan ucapan terima kasih kepada Y. Bhg. Dato’ Hj. Abdul Rahim bin Abu Bakar, Pengerusi Lembaga Pengelola Dewan Bahasa dan Pustaka Malaysia karena turut serta dalam kegiatan Seminar Bahasa dan Sastra dan Sidang MABBIM.”

3. Meneliti dan menerima Laporan Sidang Ke-15 Pakar MABBIM Majelis menerima laporan Sidang Ke-15 Pakar MABBIM yang diadakan

pada tanggal 11-15 September 2001 di Denpasar, Bali, Indonesia. 4. Meneliti masalah yang timbul pada Laporan Sidang Ke-15 Pakar

MABBIM Majelis telah membahas laporan usul dan masalah yang dikemukakan oleh

kelompok bidang ilmu dan Majelis memutuskan hal-hal berikut.

4.1 Majelis tidak menyetujui penambahan sidang Bidang Kedokteran pada Sidang Ke-16 Pakar MABBIM dan mengagendakan bidang ini pada Pertemuan Luar Sidang MABBIM.

4.2 Majelis menyetujui agar Pertemuan Luar Sidang dimasukkan dalam

Tata Kerja Majelis.

Page 7: SIDANG KEEMPAT PULUH SATU MAJELIS BAHASA BRUNEI …mabbim.gerbangbahasa.gov.bn/filebase/files/201401/5723439468Microsoft... · Sastera Melayu/Indonesia dalam Mengukuhkan Peradaban

7

5. Membincangkan rencana kegiatan Teks Inisiatif MABBIM

5.1 Majelis menerima usulan Tim Teks Inisiatif MABBIM dalam pendirian Gerbang Bahasa Indonesia/Melayu dan pelaksanaannya diserahkan pada negara masing-masing.

5.2 Majelis mencadangkan pembahasan pendirian Gerbang Bahasa

Indonesia/Melayu pada Pertemuan Luar Sidang MABBIM.

6. Membincangkan bidang/subbidang yang akan dibicarakan pada Sidang

Ke-16 Pakar MABBIM Majelis menerima usul yang disampaikan pihak Indonesia tentang

bidang/subbidang yang akan dibicarakan pada Sidang Ke-16 Pakar MABBIM (lampiran 3).

7. Membahas kebijakan peristilahan MABBIM

7.1 Majelis bersetuju meninjau kembali prosedur pembentukan istilah bahasa Indonesia/Melayu.

7.2 Majelis bersetuju meninjau kembali tata kerja MABBIM.

7.3 Majelis meminta masing-masing negara anggota MABBIM untuk menindaklanjuti butir 7.1 dan 7.2 sebagai bahan perbincangan pada Sidang Ke-42 MABBIM di Brunei Darussalam.

8. Membincangkan isu bahasa dalam Seminar Bahasa dan Sastera Sidang

Ke-41 MABBIM Majelis mengambil perhatian terhadap isu bahasa yang timbul dalam

Seminar Bahasa dan Sastra Sidang Ke-41 MABBIM dan Sidang Ke-7 Mastera yang diadakan di Hotel Sahid Jaya, Makassar, Sulawesi Selatan pada tanggal 11 – 12 Maret 2002. Dari pembahasaan tiga belas makalah dan dua diskusi panel dengan tema “Peranan Bahasa dan Sastra Indonesia/Melayu dalam Pembinaan Masyarakat Madani”, isu-isu kebahasaan yang timbul adalah sebagai berikut.

8.1 Umum

8.1.1 Masyarakat madani yang hendak dibina di rantau ini hendaklah didasarkan pada nilai-nilai peradaban Melayu/Indonesia.

Page 8: SIDANG KEEMPAT PULUH SATU MAJELIS BAHASA BRUNEI …mabbim.gerbangbahasa.gov.bn/filebase/files/201401/5723439468Microsoft... · Sastera Melayu/Indonesia dalam Mengukuhkan Peradaban

8

8.1.2 Kerja sama lintas budaya antarnegara serantau hendaklah turut dilakukan oleh organisasi profesi yang terdapat di setiap negara anggota MABBIM.

8.2 Bahasa

8.2.1 Prosedur pembentukan istilah yang selama ini dilakukan perlu

ditinjau kembali.

8.2.2 Bahasa Indonesia/Melayu sebagai bahasa ilmu hendaklah lebih dimantapkan dengan mengembangkan kepustakaan ilmu dalam bahasa tersebut.

8.2.3 Penerjemahan buku dalam bahasa asing ke dalam bahasa

Indonesia/Melayu dan sebaliknya perlu ditingkatkan dan ditangani secara terpadu oleh negara anggota MABBIM.

8.2.4 Bahasa Indonesia/Melayu hendaknya diupayakan agar dapat

digunakan sebagai salah satu bahasa resmi ASEAN. 8.2.5 Di dalam pemasyarakatan istilah, anggota MABBIM harus

menyusun strategi baru secara terpadu. 8.2.6 Dalam upaya mewujudkan masyarakat madani, perlu

digalakkan peningkatan kemampuan berbahasa Indonesia/Melayu serta apresiasi sastra Indonesia/Melayu.

8.2.7 Uji kemahiran berbahasa Indonesia/Melayu sebagai bahasa

asing perlu disusun untuk berbagai keperluan.

8.3 Penerbitan

8.3.1 Jaringan penerbitan dan pemasaran buku serantau dan

antarbangsa dalam bahasa Indonesia/Melayu hendaknya dipermudah dan diperluas.

8.3.2 Pertukaran terbitan di peringkat serantau dan antarbangsa

seperti film, buku, dan jurnal, perlu dilakukan secara intensif. 8.3.3 Hasil penerbitan multimedia dalam berbagai bidang ilmu,

khususnya ilmu pengetahuan dan teknologi, hendaknya disebarluaskan ke semua lapiran masyarakat di setiap negara anggota MABBIM.

9. Membincangkan tema dan perkara lain yang berkaitan dengan Seminar

Bahasa dan Sastra Sidang Ke-42 MABBIM

Page 9: SIDANG KEEMPAT PULUH SATU MAJELIS BAHASA BRUNEI …mabbim.gerbangbahasa.gov.bn/filebase/files/201401/5723439468Microsoft... · Sastera Melayu/Indonesia dalam Mengukuhkan Peradaban

9

9.1 Majelis bersepakat menetapkan tema Seminar Bahasa dan Sastra Sidang Ke-

42 MABBIM, yaitu 30 Tahun MABBIM: Memperkasakan Bahasa dan

Sastera Melayu/Indonesia dalam Mengukuhkan Peradaban Bangsa. 9.2 Sidang juga bersetuju supaya setiap negara anggota MABBIM menyediakan

4 kertas kerja, sedangkan negara pemerhati Singapura menyediakan 2 kertas kerja. Pihak tuan rumah diminta menyediakan satu kertas kerja utama. Disamping itu, akan diadakan satu sesi diskusi panel dengan anggota panelis masing-masing negara anggota satu orang.

10. Membincangkan tanggal dan tempat Sidang Ke-16 Pakar MABBIM dan

Sidang Ke-42 MABBIM

10.1 Majelis bersetuju menyelenggarakan Sidang Ke-16 Pakar MABBIM pada tanggal 9 – 13 September 2002 di Bandar Seri Begawan, Brunei Darussalam.

10.2 Majelis bersetuju menyelenggarakan Sidang Ke-42 MABBIM pada tanggal

10 – 14 Maret 2003 di Bandar Seri Begawan, Brunei Darussalam. 10.3 Majelis bersetuju bahawa Pertemuan Luar Sidang MABBIM akan diadakan

pada tanggal 28-31 Mei 2002 di Jakarta. 11. Membincangkan Laporan Sekretaris/Setiausaha pada Pertemuan Luar Sidang

MABBIM

11.1 Evaluasi Rencana Kerja MABBIM tahun 1998-2002 Majelis menerima Rencana Kerja MABBIM tahun 1998-2002 yang telah dikemaskinikan pada Sidang Ke-42 MABBIM.

11.2 Evaluasi Rencana Kerja MABBIM tahun 2003 –2007 11.2.1 Majelis bersetuju meninjau ulang rencan lima tahun yang akan datang

pada Pertemuan Luar Sidang MABBIM dengan mempertimbangkan bidang-bidang yang belum dibicarakan di dalam Sidang Pakar.

11.2.2 Majelis bersetuju bahwa dalam rencana kerja lima tahun MABBIM

dimasukkan program penerjemahan, penyusunan kamus istilah, penyusunan buku pedoman penulisan akademik, dan penulisan buku akademik sesuai dengan visi dan misi MABBIM.

12. Membahas usul kerangka kerja penelitian

Majlis bersetuju menerima gagasan tentang kerja sama di bincang penelitian bahasa seperti yang dikemukakan oleh Malaysia (lampiran 10)

13. Membahas usul pengembangan kerangka kerja peningkatan sumber daya

manusia

Page 10: SIDANG KEEMPAT PULUH SATU MAJELIS BAHASA BRUNEI …mabbim.gerbangbahasa.gov.bn/filebase/files/201401/5723439468Microsoft... · Sastera Melayu/Indonesia dalam Mengukuhkan Peradaban

10

Majlis bersetuju menerima gagasan peningkatan mutu tenaga kebahasaan dalam bentuk perkuliahan bahasa dengan nama Syarahan MABBIM seperti yang dikemukakan oleh Brunei Darussalam (Lampiran 7).

14. Membincangkan perayaan 30 tahun MABBIM Majelis pada dasarnya menerima kertas usulan pihak Brunei Darussalam tentang

acara sambutan ulang tahun ke-30 MABBIM (lampiran 8) 15. Membincangkan pemberian anugerah 30 tahun MABBIM

Majelis bersetuju agar pemberian anugerah MABBIM dibincangkan dalam

Pertemuan Luar Sidang MABBIM. 16. Penghargaan

16.1 Majelis menyatakan penghargaan kepada Pemerintah Republik Indonesia,

Menteri Pendidikan Nasional, Sekretaris Jenderal Departemen Pendidikan Nasional, Gubernur Provinsi Sulawesi Selatan, Ketua DPRD Provinsi Sulawesi Selatan, Walikota Makassar, Bupati Gowa, rektor Universitas Negeri Makassar, Rektor Universitas Islam Makassar, Rektor Universitas Hasanuddin, dan Kepala Balai Bahasa Makassar atas sambutan dan bantuan mereka pada Sidang Ke-41 MABBIM dan Seminar Bahasa dan Sastra.

16.2 Majelis menyatakan penghargaan dan ucapan terima kasih kepada Yth. Dato

Paduka Haji Alidin bin Haji Othman yang telah selesai perkhidmatanya sebagai Pengarah Dewan Bahasa dan Pustaka Brunei Darussalam dan Ketua Perutusan MABBIM dari Brunei Darussalam.

Page 11: SIDANG KEEMPAT PULUH SATU MAJELIS BAHASA BRUNEI …mabbim.gerbangbahasa.gov.bn/filebase/files/201401/5723439468Microsoft... · Sastera Melayu/Indonesia dalam Mengukuhkan Peradaban

11

LAMPIRAN 1

SIDANG KEEMPAT PULUH

MAJLIS BAHASA BRUNEI DARUSSALAM-INDONESIA-MALAYSIA

(MABBIM)

Johor Bahru, Johor Darul Ta’zim, Malaysia

12 – 16 Mac 2001:16 – 20 Zulhijah 1421 ____________________________________________________________

I. ACARA SIDANG

1. Perasmian Sidang : Isnin, 12 Mac 2001 8.30 pagi – 10.30 pagi

2. Seminar Bahasa dan Sastera : Isnin, 12 Mac 2001 10.30 pagi – 4.30 petang

3. Forum Bahasa dan Sastera : Selasa, 13 Mac 2001 8.30 pagi – 3.00 petang

: Selasa, 13 Mac 2001 3.00 petang – 5.00 petang

4. Sidang Eksekutif

Sidang I : Rabu, 14 Mac 2001 9.00 pagi – 11.00 malam

Sidang II Penyediaan Laporan

: Khamis, 15 Mac 2001 9.00 pagi – 1.00 tgh. Hari

Sidang III Penyemakan Draf Laporan

: Khamis, 15 Mac 2001 3.00 petang – 6.15 petang

Penyerahan Keputusan Umum Sidang Ke-40 MABBIM

: Jumaat, 16 Mac 2001 8.30 malam

II. ANGGOTA SIDANG EKSEKUTIF

1. Hj. A. Aziz bin Deraman (Malaysia, Ketua dan Pengerusi) 2. Dr. Hasan Alwi (Indonesia, Ketua) 3. Dato Paduka Hj. Alidin bin Hj. Othman (Brunei Darussalam, Ketua) 4. Prof. Dato’Ir. Dr. Mohammad Noor bin Hj. Salleh (Malaysia) 5. Prof. Dr. Hj. Ramli bin Md. Salleh (Malaysia) 6. Dr. Hj. Awang bin Sariyan (Malaysia)

Page 12: SIDANG KEEMPAT PULUH SATU MAJELIS BAHASA BRUNEI …mabbim.gerbangbahasa.gov.bn/filebase/files/201401/5723439468Microsoft... · Sastera Melayu/Indonesia dalam Mengukuhkan Peradaban

12

7. Puan Atiah binti Hj. Mohd. Salleh (Malaysia,Setiausaha) 8. Dr. Hans Lapoliwa, M. Phil (Indonesia) 9. A. Latief, M.A. (Indonesia) 10. Dr. Dendy Sugono (Indonesia, Setiausaha) 11. Dato Paduka Hj. Ahmad bin Kadi (Brunei Darussalam) 12. Awang Hj. Jalil bin Hj. Mail (Brunei Darussalam) 13. Awang Hanafiah bin Hj. Awang Zaini (Brunei Darussalam, Setiausaha)

PEMERHATI

MALAYSIA

1. Puan Hajah Halimah binti Hj. Ahmad (Nara Sumber) 2. Encik Rusli bin Abd. Ghani (Nara Sumber) 3. Encik Rahimi bin Arifin (Urus Setia) 4. Puan Diarani binti Mat Adam (Urus Setia)

BRUNEI DARUSSALM

1. Dayang Hajah Saddiah binti Ramli (Urus Setia)

SINGAPURA

1. Prof. Madya Dr.Kamsiah binti Abdullah 2. Encik Mohd. Agos bin Atan

III. DOKUMEN

1. Dokumen JKTBM (Malaysia)

1.1. Laporan Sidang Ke-17 Pakar MABBIM 1.2. Bidang/Subbidang Ilmu untuk Sidang Ke-15 Pakar MABBIM

1.3 Kertas it@mabbim: Inisiatif Teks Bahasa Melayu

2. Dokumen PAKERSA

2.1 Laporan Pertemuan Luar Sidang di Jakarta 2.2 Kertas Catatan/Ulasan tentang Perancangan Program Kebahasa 5

tahun MABBIM Menghadapi Alaf Baru

3. Dokumen JKTBM (Brunei Darussalam)

3.1 Keputusan Umum Sidang Ke-39 MABBIM 3.2 Kertas Cadangan Sambutan 30 Tahun MABBIM

IV. AGENDA SIDANG EKSEKUTIF

1. Aluan-aluan Pengerusi

Page 13: SIDANG KEEMPAT PULUH SATU MAJELIS BAHASA BRUNEI …mabbim.gerbangbahasa.gov.bn/filebase/files/201401/5723439468Microsoft... · Sastera Melayu/Indonesia dalam Mengukuhkan Peradaban

13

2. Meneliti dan Mengesahkan Keputusan Umum Sidang Ke-39 MABBIM 3. Perkara Berbangkit daripada Keputusan Umum Sidang Ke-39 MABBIM 4. Meneliti dan Menerima Laporan Sidang Ke-14 Pakar MABBIM 5. Perkara Berbangkit daripada Laporan Sidang Ke-14 Pakar MABBIM 6. Membincangkan Isu Seminar Bahasa dan Sastera sempena Sidang Ke-40 MABBIM 7. Memebincangkan Tema dan Perkara-perkara Lain yang berkaitan dengan Seminar

Bahasa dan Sastera Sempena Sidang Ke-41 MABBIM 8.

Membincangkan Tarikh dan Tempat Sidang Ke-15 Pakar MABBIM, Sidang Ke-41 MABBIM dan Pertemuan Luar Sidang

9. Membincangkan Bidang/Subbidang Ilmu yang akan dibawa ke Sidang Ke-15 Pakar MABBIM

10

Membincangkan Rancangan Kerja 5 Tahun Pakar MABBIM (1998 – 2002) dan (2003 – 2007

11. Membincangkan Kelompok Setiausaha/Sekretaris MABBIm 12. Membahaskan Kertas Kerja “Perancangan Program Kebahasaan 5 Tahun MABBIM

Menghadapi Alaf Baru” (Lampiran VIII) 13. Membentangkan Kertas/Usul 14. Penghargaan

V. MINIT

1. Ucapan Alu-aluan Pengerusi

Pengerusi mengalukan-alukan Ketua Perwakilan dan anggota rombongan serta Pemerhati dari Singapura dan seterusnya memperkenalkan anggota rombogan.

2. Meneliti dan Mengesahkan Keputusan Umum Sidang Ke-39 MABBIM

Sidang menerima Keputusan Umum Sidang Ke-39 MABBIm yang diadakan di Bandar Seri Begawan, Negara Brunei Darussalam, pada 6 – 11 Mac 2000 tanpa sebarang pindaan.

3. Perkara Berbangkit daripada Keputusan Umum Sidang Ke-39

MABBIM

3.1 Butiran 6, Membincangkan Kertas Kerja Perancangan Program Kebahasaan 5 Tahun MABBIM Menghadapi Alaf Baru:

Kertas ini telah dikaji dan dibahaskan oleh Dr. Hans Lapoliwa, M.

Phil. 3.2 Butiran 8, Membincangkan Laporan Kelompok Setiausah/ Sekretaris

MABBIM: 8.1a Laman MABBIM

Page 14: SIDANG KEEMPAT PULUH SATU MAJELIS BAHASA BRUNEI …mabbim.gerbangbahasa.gov.bn/filebase/files/201401/5723439468Microsoft... · Sastera Melayu/Indonesia dalam Mengukuhkan Peradaban

14

Laman MABBIM telah dilancarkan oleh Y.A.B. Dato’ Hj. A. Ghani bin Othman, Menteri Besar Johor Darul Ta’zim pada hari Isnin, 12 Mac 2001.

8.1b Nama-nama Ikan

Daftar Istilah Nama-nama Ikan sedang diusahakan oleh pihak Malaysia dan akan dipertukarkan pada Pertemuan Luar Sidang yang akan diadakan pada 3 – 7 Jun 2001 di Jakarta.

3.3 Butiran 9, Membincangkan Lagu MABBIM:

Majlis bersetuju menerima lirik dan irama lagu MABBIM yang telah dibincangkan dalam Pertemuan Luar Sidang yang telah diadakan pada 2 – 6 Julai 2000 di Jakarta dan telah juga diperdengarkan dalam Sidang Ke-40 MABBIM.

3.4 Butiran 10, Hal-hal Lain: 10.4 Acara Sambutan Ulang Tahun Ke-30 MABBIM

Sidang bersetuju pada dasarnya menerima kertas cadangan daripada pihak Brunei Darussalam tentang Acara Sambutan Ulang Tahun Ke-30 MABBIM.

4. Meneliti dan Menerima Laporan Sidang Ke-14 Pakar MABBIM

Sidang bersetuju menerima laporan Sidang Ke-14 Pakar MABBIM yang diadakan pada 10 – 15 September 2000, di Hotel Pan Pacific, Kota Bharu, Kelantan Darul Naim.

5. Perkara Berbangkit daripada Laporan Sidang Ke-14 Pakar MABBIM

5.1 Kelompok Bidang Istilah

a. Sebanyak 10 bidang telah dibincangkan. Daripada 10 bidang tersebut, 7 bidang telah diselaraskan dengan jumlah entri sebanyak 25,793, sementara 3 bidang lagi hari diselaraskan entrinya sahaja.

b. Kelompok bidang istilah yang akan diselaraskan dalam

Pertemuan Luar Sidang di Indonesia pada 3 – 7 Jun 2001 ialah:

i. Kelompok Perikanan (subbidang Rekreasi Perikanan). ii. Kelompok Perubatan (10), iaitu subbidang Pediatrik

dan Neonatologi.

Page 15: SIDANG KEEMPAT PULUH SATU MAJELIS BAHASA BRUNEI …mabbim.gerbangbahasa.gov.bn/filebase/files/201401/5723439468Microsoft... · Sastera Melayu/Indonesia dalam Mengukuhkan Peradaban

15

iii. Kelompok Perubatan (11), iaitu subbidang Psikiatri yang lain seperti Psikoterapi, Forensik, Kanak-kanak dan Remaja.

c. Sidang bersetuju supaya subbidang Kejuruteraan Petroleum

diasingkan daripada subbidang Kejuruteraan Perlombongan/ Pertambangan.

d. Pihak urus setia diharapkan menyediakan kemudah komputer

dan internet semasa Sidang Pakar berlangsung.

e. Pihak urus setia disarankan supaya mengumpulkan, menyemak semula dan mengisih istilah yang dikelompokkan dalam Kategori D untuk di bawa dalam Sidang Eksekutif.

f. Pihak urus setia akan memperkemas bahan perbincangan

dengan mengambil kira penomoran entri untuk melancarkan perbahasan.

g. Setiap negara anggora diminta mengirimkan tidak lebih

daripada 1,000 entri istilah, sekurang-kurangnya 3 bulan lebih awal dari tarikh Sidang Pakar.

5.2 Dialog Antara Pakar

a. Sidang bersetuju menerima laporan Dialog Antara Pakar yang diadakan sempena Sidang Ke-14 Pakar MABBIM.

b. Sidang mengambil perhatian tentang Pandangan dan Usul

dalam Dialog Antara Pakar, khususnya: Bil.3:Pemasyarakatan dan penyebaran istilah perlu

dilaksanakan secara terancang dan rapi. Bil.4: Pemasyarakatan istilah harus ditumpukan kepada

gologan yang lebih banyak atau aktif menggunakan teknologi maklumat seperti golongan remaja atau kumpulan usia antara 20 – 30 tahun. Pemasyarakatan bahasa yang sopan juga harus dititikberatkan kerana terdapat remaja yang tidak menggunakan bahasa dan istilah yang baik dan betul, misalnya dalam ruang sembang (chat)

6. Membincangkan Isu Seminar Bahasa dan Sastera sempena Sidang

Ke-40 MABBIM

Page 16: SIDANG KEEMPAT PULUH SATU MAJELIS BAHASA BRUNEI …mabbim.gerbangbahasa.gov.bn/filebase/files/201401/5723439468Microsoft... · Sastera Melayu/Indonesia dalam Mengukuhkan Peradaban

16

Sidang mengambil perhatian terhadap isu-isu yang timbul dalam Seminar Bahasa dan Sastera sempena Sidang Ke-40 MABBIM dan Sidang Ke-6 MASTERA yang diadakan pada 12 – 13 Mac 2001 di Dewan Permata, Hotel Puteri Pan Pacific, Johor Bahru, Johor Darul Ta’zim. Seminar tersebut telah dihadiri oleh kira-kira 240 orang peserta dari Malaysia, Brunei Darussalam, Indonesia, Singapura dan Thailand. Seminar disertai juga oleh sarjana dari Amerika Syarikat, United Kingdom, dan Korea Selatan yang kebetulan berada di sini untuk menghadiri Mesyuarat Jawatankuasa Kerja Majlis Antarabangsa Bahasa Melayu (MABM). Isu-isu kebahsaan yang ditimbulkan adalah seperti yang berikut: 6.1 Bahasa Memperkasa Peradaban

a. Pembinaan sesuatu peradaban hanya dapat dibina dan diperkukuh dengan bahasa bangsanya. Oleh yang demikian, pembinaan peradaban Melayu mestilah berasaskan bahasa Melayu/Indonesia.

b. Sehubungan dengan itu, korpus bahasa Melayu/Indonesia

haruslah terus dilengkapkan dan dimantapkan penggunaannya dari masa kesemasa.

c. Bahasa Melayu/Indonesia mestilah mampu mengungkapkan

falsafah, sains dan kesusasteraan bermutu tinggi. Penerbitan bidang-bidang ilmu dalam bahasa Melayu/Indonesia perlu ditambah dari masa ke masa dalam upaya memperkukuh peradaban bangsa Melayu/Indonesia.

d. Sungguhpun terdapat saingan bahasa-bahasa lain terhadap

bahasa Melayu/Indonesia, rumpun Melayu harus bersikap terbuka untuk mempelajari dan menguasai bahasa-bahasa lain untuk tujuan pemerolehan ilmu.

e. Usaha adaptasi dan penerjemahan daripada bahasa-bahasa lain

ke dalam bahasa Melayu/Indonesia untuk karya falsafah, sains dan kesusasteraan, dan seterusnya penerbitan serta penyebarannya perlu dilakukan secara besar-besaran.

6.2 Dasar/Politik Bahasa

a. Dasar/politik bahasa di negara berbahasa Melayu/Indonesia haruslah terus diperkukuh.

b. Pimpinan politik dan masyarakat di negara berbahasa

Melayu/Indonesia harus terus memainkan peranan mengungguli status serta pengembangan bahasa

Page 17: SIDANG KEEMPAT PULUH SATU MAJELIS BAHASA BRUNEI …mabbim.gerbangbahasa.gov.bn/filebase/files/201401/5723439468Microsoft... · Sastera Melayu/Indonesia dalam Mengukuhkan Peradaban

17

Melayu/Indonesia sebagai bahasa falsafah, sains dan kesusasteraan, serta memiliki nilai tambah ekonomi.

6.3 Pemanfaatan Teknologi Maklumat dan Komunikasi

a. Upaya penerbitan dalam bahasa Melayu/Indonesia, selain

terus memperbanyak bahan bercetak, haruslah turut meneroka serta memperbanyak bahan-bahan penerbitan elektronik.

b. Prasarana Teknologi Maklumat seperti internet hendaklah

dimanfaatkan semaksimum yang mungkin dalam upaya penyebaran (termasuk pengajaran) dan penggunaan bahasa Melayu/Indonesia.

c. CD-Rom dan produk lain dalam bahasa Melayu/Indonesia

dalam pelbagai bidang pengetahuan hendaklah ditingakatkan penerbitan dan pemasarannya.

7. Membincangkan Tema dan Perkara-perkara Lain yang Berkaitan

dengan Seminar Bahasa dan Sastera Sempena Sidang Ke-41 MABBIM

7.1 Sidang bersetuju untuk mengadakan Seminar Bahasa dan Sastera sempena Sidang Ke-41 MABBIM dengan tema “Peranan Bahasa

dan Sastera Indonesia/Melayu dalam Pembinaan Masyarakat

Madani”. 7.2 Sidang juga bersetuju supaya setiap negara anggota MABBIM

menyediakan 4 kertas kerja, manakala negara pemerhati menyediakan sebanyak-banyaknya 3 kertas kerja (masing-masing 1 kertas). Jumlah kertas kerja ialah 15. Di samping itu, akan diadakan satu sesi forum.

8. Membincangkan Tarikh dan Tempat Sidang Ke-15 Pakar MABBIM,

Sidang Ke-41 MABBIM dan Pertemuan Luar Sidang

8.1 Sidang Ke-15 Pakar MABBIM dipersetujui diadakan pada 10 – 14 Septermber 2001 di Denpasar, Bali, Indonesia.

8.2 Sidang Ke-41 MABBIM dipersetujui diadakan pada 11 – 15 Mac

2002 di Makassar, Sulawesi Selatan, termasuk 2 hari untuk mengadakan Seminar Bahasa dan Sastera.

8.3 Pertemuan Luar Sidang pula dipersetujui diadakan pada 3 – 7 Jun

2001 di Indonesia.

9. Membincangkan Bidang/Subbidang Ilmu yang akan dibawa ke Sidang

Ke-15 Pakar MABBIM

Page 18: SIDANG KEEMPAT PULUH SATU MAJELIS BAHASA BRUNEI …mabbim.gerbangbahasa.gov.bn/filebase/files/201401/5723439468Microsoft... · Sastera Melayu/Indonesia dalam Mengukuhkan Peradaban

18

Sidang bersetuju menerima usul yang dibentangkan oleh pihak Malaysia tentang bidang/subbidang yang akan dibawa ke Sidang Ke-15 Pakar MABBIM

10. Membincangkan Rancangan Kerja 5 Tahun Pakar MABBIM (1998 –

2002) dan (2003 – 2007)

10.1 Sidang bersetuju menerima rancanga kerja 5 tahun bidang ilmu Kelompok Pakar MABBIM (1998 – 2002).

10.2 Sidang bersetuju menerima rancangan kerja 5 tahun bidang ilmu

Kelompok Pakar MABBIM (2003 – 2007). 11. Membincangkan Kelompok Setiausaha/Sekretaris MABBIM

11.1 Sidang menerima laporan Kelompok Setiausaha/Sekretaris MABBIM yang telah diadakan pada 2 – 6 Julai 2000 di Jakarta, Indonesia.

11.2 Ketiga-tiga negara anggota bersetuju untuk bertukar-tukar bahan

(Tatanama Ikan) untuk diselaraskan di negara masing-masing sebelum dipertukarkan dan diselaraskan semula dalam Pertemuan Luar Sidang

12. Membahaskan Kertas Kerja “Perancangan Program Kebahasaan 5

Tahun MABBIM Menghadapi Alaf Baru”.

12.1 Sidang bersetuju dengan kertas kerja konsep yang disediakan oleh pihak Malaysia dan mengambil maklum cadangan balas yang dikemukakan oleh Dr. Hans Lapoliwa, M. Phil.

12.2 Draf kerangka kerja 5 tahun MABBIM (jadual Kerja) akan

disediakan oleh ketiga-tiga negara anggota dan dibincangkan di peringkat urus setia/sekretaris.

12.3 Kedua-dua kertas yang tersebut di atas akan dibincangkan dalam

Pertemuan Luar Sidang di Indonesia pada 3 – 7 Jun 2001.

13. Membentangkan Kertas/Usul

13.1 Sidang bersetuju pada dasarnya menerima kertas konsep yang disediakan oleh pihak Malaysia (it@mabbim: Inisiatif Teks Bahasa

Melayu oleh Encik Rusli Abdul Ghani dan Puan Horhafizah Mohamed Husin).

Page 19: SIDANG KEEMPAT PULUH SATU MAJELIS BAHASA BRUNEI …mabbim.gerbangbahasa.gov.bn/filebase/files/201401/5723439468Microsoft... · Sastera Melayu/Indonesia dalam Mengukuhkan Peradaban

19

13.2 Sidang bersetuju supaya kertas kerja ini diperincikan dan diperkemas untuk dibincangkan di Pertemuan Luar Sidang di Indonesia pada 3 – 7 Jun 2001.

13.3 Sidang bersetuju pada dasarnya menerima kertas cadangan daripada

pihak Brunei Darussalam tentang Acara Sambutan Ulang Tahun Ke-30 MABBIM.

13.4 Sidang bersetuju kertas cadangan Jurnal Bahasa Serantau dikemaskan

menjadi Jurnal Bahasa Melayu Sedunia dan dibincangkan dalam Pertemuan Luar Sidang untuk dibawa ke Jawatankuasa Penerbitan MABM.

13.5 Sidang bersetuju pembinaan Pangkalan Data Bahasa

Melayu/Indonesia diambil kira dalam Perancangan 5 Tahun MABBIM oleh setiap negara anggota.

14. Penghargan

14.1 Sidng merakamkan penghargaan dan ucapan terima kasih kepada Kerajaan Negeri Johor Darul Ta’zim kerana sokongan moral dan kewangan yang diberikan bagi menjayakan Sidang Ke-40 MABBIM di Johor Bahru pada 12 – 16 Mac 2001.

14.2 Sidang merakamkan penghargaan dan ucapan terima kasih kepada Y.A.B.

Dato’ Hj. A. Ghani bin Othman, Menteri Besar Johor Bahru kerana sudi menyempurnakan majlis perasmian Sidang Ke-40 MABBIM dan Pelancaran Laman Web MABBIM.

14.3 Sidang merakamkan penghargaan dan ucapan terima kasih kepada Y.Bhg.

Dato’ Hj. Abdul Rahim bin Abu Bakar, Pengerusi Lembaga Pengelola Dewan Bahasa dan Pustaka Malaysia.

14.4 Sidang merakamkan penghargaan dan ucapan terima kasih kepada Yth. Dr.

Hasan Alwi yang selesai perkhidmatannya sebagai Kepada Pusat Bahasa, Indonesia dan Ketua Perwakilan MABBIM dari Indonesia.

14.5 Sidang merakamkan penghargaan dan ucapan terima kasih kepada Dato

Paduka Hj. Alidin bin Hj. Othman, Ketua Perwakilan MABBIM dari Brunei Darussalam yang akan bersara pada bulan Januari 2002.

14.6 Sidang mengucapkan tahniah kepada Yth. Dr. Dendy Sugono atas pelantikan

beliau sebagai Kepala Pusat Bahasa, Indonesia, yang baru mulai 1 Mac 2001.

Page 20: SIDANG KEEMPAT PULUH SATU MAJELIS BAHASA BRUNEI …mabbim.gerbangbahasa.gov.bn/filebase/files/201401/5723439468Microsoft... · Sastera Melayu/Indonesia dalam Mengukuhkan Peradaban

20

LAMPIRAN V

RANCANGAN KERJA LIMA TAHUN PAKAR MABBIM (1998 - 2002)

NO. Sidang Ke-12

Pakar 1998

(Indonesia)

Sidang Ke-13

Pakar 1999

(Brunei

Darussalam)

Sidang Ke-14

Pakar 2000

(Malaysia)

Sidang Ke-15

Pskar 2001

(Indonesia)

Sidang Ke-16

Pakar 2002

(Brunei

Darussalam)

1. Kejuruteraan/ Teknik (3) (Mekanik)

Kejuruteraan/ Teknik (4) (Kimia)

Kejuruteraan/ Teknik (5) (Perlombongan/ Pertambangan

Kejuruteraan/ Teknik (7) (Kapal Terbang)

Kejuruteraan/ Teknik (9) (Kapal Terbang)

2. Perikanan (1) Perikanan (2) Kejuruteraan/ Teknik (6) (Kapal Terbang)

Kejuruteraan/ Teknik (8) (Automatif)

Kejuruteraan/ Teknik (10) (Automotif)

3. Veterinar/ Kedokteran Hewan (1)

Veterinar/ Kedokteran Hewan (2)

Veterinar/ Kedokteran Hewan (3)

Arkeologi (1) Arkeologi (2)

4. Komunikasi Massa (2)

Penternakan (1)

Penternakan (2)

Sains Politik/ Ilmu Politik (1)

Sains Politik/ Ilmu Politik (2)

5. Perubatan/ Kedokteran (6)

Perubatan/ Kedokteran (8)

Perubatan/ Kedokteran (9)

Perubatan/ Kedokteran (12)

Pergigian (1)

6. Perubatan/ Kedokteran

Perubatan (9) Perikanan (3) Fotografi dan Pefileman (1)

Fotografi dan Perfileman (2)

Pertanian (4) Landskap (1) Landskap (2) Aeroangkasa/

Kedirgantaraan (1)

Aeroangkasa/ Kedirgantaraan (2)

8. Perhutanan (4) (Pemeliharaan Hutan)

Teknologi Maklumat/ Teknologi Informasi (1)

Teknologi Maklumat/ Teknologi Informasi (2)

Teknologi Maklumat/ Teknologi Informasi (3)

Teknologi Maklumat/ Teknologi Informasi (4)

Page 21: SIDANG KEEMPAT PULUH SATU MAJELIS BAHASA BRUNEI …mabbim.gerbangbahasa.gov.bn/filebase/files/201401/5723439468Microsoft... · Sastera Melayu/Indonesia dalam Mengukuhkan Peradaban

21

RENCANA LIMA TAHUN MABBIM (2003-2007)

No.

Sidang Ke-17 Pakar

2003

(Malaysia)

Sidang Ke-18 Pakar

2004

( Indonesia )

Sidang Ke-19 Pakar

2005

( Brunei Darussalam)

Sidang Ke-20 Pakar

2006

( Malaysia)

Sidang Ke-21 Pak

2007

(Indonesia)

1. Sains Nuklear/ Sains Nuklir (1)

Pergigian (2) Pergigian (3) Ilmu Kependudukan (2) Pentadbiran Perniagaan/ Administrasi Niaga (2)

2. Bioteknologi (1) Sukan/Olahraga (1) Sukan/Olahraga (2) Pentadbiran Perniagaan/ Administrasi Niaga (1)

Pendidikan (2)

3. Industri Robot (1)

Penerbitan dan Percetakan (1)

Undang-undang Antarabangsa/Hukum

Internasional (2)

Pendidikan (1) Psikologi (2)

4. Mikroelektronik (1)

Undang-undang Antarabangsa/Hukum

Internasional (1)

Undang-undang Laut/Hukum Laut (2)

Psikologi (1) Sejarah (2)

5. Telekomunikasi (1) Undang-undang Laut/Hukum Laut (1)

Pelayaran (2) Sejarah (1) Geografi (2)

6. Geologi (1) Pelayaran (1) Pengurusan/Manajbmen (2)

Geografi (1) Agama (2)

7. Kejuruteraan Perubatan (2)

Pengurusan/Manajemen (1)

Ilmu Kependudukan (1) Agama (1) Kejuruteraan/Perubahan (1)

LAMPIRAN VI

Page 22: SIDANG KEEMPAT PULUH SATU MAJELIS BAHASA BRUNEI …mabbim.gerbangbahasa.gov.bn/filebase/files/201401/5723439468Microsoft... · Sastera Melayu/Indonesia dalam Mengukuhkan Peradaban

22

LAMPIRAN 2

SIDANG KE-15 PAKAR

MAJELIS BAHASA BRUNEI DARUSSALAM-INDONESIA-MALAYSIA

(MABBIM)

DENPASAR, 11 – 15 SEPTEMBER 2001 Anggota Sidang

Indonesia

Ketua : Dr. Dendy Sugono Sekretaris : Drs. Dedi Puryadi Pakar Bidang

1. dr. Menaldi Rasmin (Kedokteran) 2 dr. Sugito Wonodirekso (Kedokteran) 3. Dr. Hans Lapoliwa, M. Phil (Golf) 4. Drs. Andong Begawan (Golf) 5. Dr. –Ing Putu M. Santika (Teknik Kapal Terbang) 6. Dr. Ir. Titon Dutono, M.Eng. (Teknologi Informasi) 7. Ir. Gunarso (Teknologi Informasi) 8. Drs. Lilik Arifin, M.A. (Fotografi) 9. Drs. Arry Bainus, M.A. (Ilmu Politik) 10. Drs. A.A.G. Wisnumurti, M. SI (Ilmu Politik) 11. Prof. Dr. Timbul Haryono, M.Sc. (Arkeologi) 12. Prof. Dr. Ir. Harijono Djojodihardjo (Teknik Dirgantara) 13. Prof. Dr. Ir. Darmawan Harsokoesoemo (Teknik Automotif) 14. Dr. Hasan Alwi (Teks Inisiatif Mabbim) 15. Drs. Sugiyono, M.Hum. (Teks Inisiatif Mabbim) 16. Prof. Dr. Anton M. Moeliono (Dialog pakar) 17. Prof. Dr. Mien A. Rifai (Dialog Pakar) Pendamping Bahasa:

1. A. Latief, M.A. (Kedokteran) 2. Drs. Adi Sunaryo, M.Hum. (Teknik Kapal Terbang) 3. Drs.Abdul Gaffar Ruskhan, M.Hum (Teknologi Informasi) 4. Dr. Yayah B. Lumintaintang (Fotografi) 5. Dr. Sri Sukesi Adiwimarta (Politik) 6. Dra. Cormentyna Sitanggang (Arkeologi) 7. Dra. Jumariam, M.Ed. (Dirgantara) 8. Drs. Sutiman, M.Hum. (Teknik Automotif 1)

Sekretaris:

1. Dra. Menuk Hardaniwati (Kedokteran) 2. Dra. Isti Nureni (Teknik Kapal Terbang) 3. Dra. Ellya Iswati (Teknologi Informasi)

Page 23: SIDANG KEEMPAT PULUH SATU MAJELIS BAHASA BRUNEI …mabbim.gerbangbahasa.gov.bn/filebase/files/201401/5723439468Microsoft... · Sastera Melayu/Indonesia dalam Mengukuhkan Peradaban

23

4. Drs. Sutejo (Fotografi dan Film) 5. Dra. Lien Sutini (Ilmu Politik) 6. Drs. Teguh Dewabrata (Teknik Automotif) Brunei Darussalam

Ketua : Dato Paduka Haji Alidin bin Haji Othman Sekretaris : Awang Hanafiah bin Awang Haji Zaini. Pakar Bidang

1. Pg. Dr. Haji Mohd. Khalifa bin Pg.Haji Ismail (Kedokteran) 2 Dr. Salizawati binti Haji Zainal (Kedokteran) 3. Pg. Kamarulzaman bin Pg. Haji Salleh (Golf) 4. Awang Mohammad bin Haji Haris (Teknik Kapal Terbang) 5. Awang Haji Abd. Ghani bin Haji Mohd. Yusof (Teknologi Informasi) 6. Awang Haji Ramli bin Awang Ismail (Teknologi Informasi) 7. Awang Haji Mohd. Yusof bin Haji Mohd. Yassin (Fotografi dan Film) 8. Dr. Hajah Sainah binti Haji Saim (Ilmu Politik) 9. Awang Haji Duraman bin Haji Tuah (Ilmu Politik) 10. Matzin Haji Yahya (Arkeologi) 11. Awang Muhd. Hairul bin Haji Muhd. Yusuf (Teknik Dirgantara) 12. Awang Haji Said bin Haji Jumat (Teknik Automotif) 13. Awang Haji Alipudin bin Haji Omarkandi (Teks Inisiatif Mabbim) 14. Dr. Haji Jaludin bin Haji Chuchu (Teks Inisiatif Mabbim) 15. Dayang Faridah binti Haji Mohammad (Urus Setia Perbahanan)

Malaysia

Ketua : Dato’ Dr. Haji Mohd Mansor b. Haji Salleh Sekretaris : Puan Hajah Halimah Haji Ahmad Pakar Bidang 1. Prof. Madya Dr. Tunku Sara Tunku Ahmad Yahaya (Kedokteran) 2 Dr. Mohamad Nasir b. Zahari (Kedokteran) 3. Prof. Dr. Muhammad bin Yahaya (Golf) 4. En. Md. Ali b. Muzaini (Teknik Kapal Terbang) 5. Prof Madya Khalil b. Haji Awang (Teknologi Informasi) 6. En. Omar b. Zakaria (Teknologi Informasi) 7. Prof. Madya Dr. Musa b. Hassan (Fotografi dan Film) 8. Dr. Zaini b. Othman (Ilmu Politik) 9. Dr. Ahmad Nidzammuddin b. Sulaiman (Ilmu Politik) 10. Dr. Adi bin Haji Taha (Arkeologi) 11. Prof. Madya Dr. Radzuan Razali (Teknik Dirgantara) 12. Prof. Madya Dr. Yussof bin Ali (Teknik Automotif) 13. Prof. Dr. Zaharin b. Yusoff (Teks Inisiatif Mabbim) 14. En. Rusli b. Abd. Ghani (Teks Inisiatif Mabbim)

Page 24: SIDANG KEEMPAT PULUH SATU MAJELIS BAHASA BRUNEI …mabbim.gerbangbahasa.gov.bn/filebase/files/201401/5723439468Microsoft... · Sastera Melayu/Indonesia dalam Mengukuhkan Peradaban

24

15. Cik Rohaida baharuddin (Urus Setia Perbahanan)

Bidang yang Diikutsertakan

1. Kedokteran 12 A:(Ortopedik, Traumatologi 2. Kedokteran 12 B: Bedah Plastik 3. Golf 4. Teknik Kapal Terbang: Avionik dan Peralatan 5. Teknologi Informasi 3A: Sistem Informasi dan Data 6. Teknologi Informasi 3B: Metodelogi dan Matematika Informasi 7. Fotografi 8. Politik 1A: Politik Perbandingan 9. Politik 1 B: Hubungan Internasional 10. Arkeologi: Data Arkeologi dan Teknik Arkeologi 11. Teknik Dirgantara: Satelit dan Roket 12. Teknik Automotif: Bodi/Sasis dan Transmisi Pembangkit Daya 13. Teks Inisiatif Mabbim Hasil Sidang

Sidang Ke-15 pakar Mabbim menghasilkan 16.284 entri dari sembilan bidang ilmu dengan rincian sebagai berikut: Kategori A : 11.497 entri (70.7%) Kategori B : 559 entri (3.4%) Kategori C : 739 entri (4.5%) Kategori D : 3.489 entri (21.4%) Masalah

1. Terdapat entri yang belum lengkap padanannya dan menyebabkan banyak waktu terbuang bagi pencarian padanan.

2. Kelompok Arkeologi banyak menangguhkan istilah (yang berkategori C) karena istilah

tersebut sebagian besar dalam bahasa Sanakerta dan jawa Kuna. 3. Para pakar Teknik Dirgantara banyak menangguhkan istilah dalam pembahasan karena

belum ada titik temu dan sisa istilah tersebut menjadi”pekerjaan rumah” pakar masing-masing negara untuk dituntaskan pada pertemuan berikutnya.

Usul

1. Kelompok Kedokteran mengusulkan agar subbidang Rehabilitasi Medik, Forensik,

Biologi Molekuler, Imunologi, Embriologi, dan Genetika, serta Kedokteran Keluarga dibincangkan pada Sidang Ke-16 Pakar Mabbim tahun 2002 di Brunei Darussalam.

Page 25: SIDANG KEEMPAT PULUH SATU MAJELIS BAHASA BRUNEI …mabbim.gerbangbahasa.gov.bn/filebase/files/201401/5723439468Microsoft... · Sastera Melayu/Indonesia dalam Mengukuhkan Peradaban

25

2. Kelompok Teknologi Informasi mengusulkan agar Subbidang Matematika dan Data dibincangkan Pertemuan Luar Sidang Mabbim 2002 di Indonesia.

3. Kelompok Teknologi Informasi akan membincangkan Internet dan Online Services,

Keselamatan Komputer, dan Multimedia pada Sidang Pakar Ke-16 pakar Mabbim di Brunei Darussalam.

4. Kelompok Fotografi mengusulkan agar sebelum Sidang Ke-16 Pakar Mabbim diadakan

terlebih dahulu Pertemuan Luar Sidang di Jakarta. 5. Kelompok Golf mengusulkan agar senarai yang belum masuk agar dipadankan dan

dipertukarkan melalui Panitia kerja Sama Kebahasaan (Indonesia), dan Jawatankuasa Tetap Bahasa Melayu (Brunei Darussalam dan Malaysia).

Page 26: SIDANG KEEMPAT PULUH SATU MAJELIS BAHASA BRUNEI …mabbim.gerbangbahasa.gov.bn/filebase/files/201401/5723439468Microsoft... · Sastera Melayu/Indonesia dalam Mengukuhkan Peradaban

26

LAPORAN

DIALOG PAKAR

SIDANG KE-15 PAKAR MABBIM

Tanggal : 12 September 2001 Tema : Reorientasi Kebijakan Peristilahan Mabbim Panelis : 1. Prof. Dr. Anton M.Moeliono (Indonesia) 2. Prof. Dr. Mien A. Rifai (Indonesia) Pemandu : Prof. Dr. Muhamad yahya (Malaysia) Pandangan dan Usul Panelis

1. Uraian sumber istilah perlu disesuaikan dengan bagan prosedur pembentukan istilah. Dengan demikian butir 2.3 dalam Pedoman Umum Pembentukan Istilah

harus menguraikan kosakata bahasa Inggris dan bukan bahasa asing. Untuk menampung uraian tentang kosakata bahasa asing lain perlu ditambahkan suatu butir baru 2.4.

2. Uraian urutan pemungutan kosakata bersumber bahasa Inggris seyogianya

dimulai dari 1) penyerapan dan pengubahan ejaan, 2) penyerapan tanpa pengubahan ejaan 3) penyerapan dan penerjemahan, dan 4) penerjemahan. Untuk itu, urutan pemungutan dalam bagan prosedur pembentukan istilah (yang saat ini masih dimulai dari penerjemahan) dengan sendirinya nanti perlu disesuaikan pula.

3. Dalam uraian kosakata bahasa Inggrisperlu persyaratan baru yang lebih tegas,

yang menyatakan bahwa pemungutan istilah bersumber bahasa Yunani dan latin serta ilmu yang tidak terikat budaya yang sudah merupakan kosakata bahasa Inggris sebaiknya disalurkan lewat jalan tol yang bebas hambatan.

4. Perlu ditegaskan bahwa alternatif langkah 1, langkah 2, langkah 3, langkah 4,

langkah 5, dan langkah6 dalam bagan pembentukan istilah bukan merupakan urutan prioritas.

5. Isi bagan prosedur pembentukan istilah perlu dibuatkan narasi dan tidak cukup

dinyatakan dengan gambar saja, agar tidak hanya dianggap sebagai pelengkap tetapi betul-betul untuk dilaksanakan.

6. Dalam memperlakukan istilah asing yang bersifat internasional seperti diuraikan

dalam butir 2.3.5 kita harus tanggap pada perkembangan mutakhir yang terjadi di dunia penerbitan jurnal ilmiah.

Pandangan dan Usul Saat Tanya jawab Belum ada kesepakatan yang konkret antara peserta sidang dan panelis mengenai reorientasi ini. Para pakar Malaysia belum sepenuhnya menyetujui reorientasi peristilahan yang menitikberatkan pada perubahan ejaan (terutama dari bahasa Inggris) dalam penyerapan istilah asing.

Page 27: SIDANG KEEMPAT PULUH SATU MAJELIS BAHASA BRUNEI …mabbim.gerbangbahasa.gov.bn/filebase/files/201401/5723439468Microsoft... · Sastera Melayu/Indonesia dalam Mengukuhkan Peradaban

27

LAMPIRAN 3

SIDANG KE-16 PAKAR MABBIM

Sidang Ke-16 Pakar Mabbim akan diselenggarakan pada bulan September 2002 di Brunei Darussam. Pada sidang tersebut akan dibahas delapan bidang dengan subbidang pembahasaan sebagai berikut:

No.

Bidang

Subbidang

Rujukan

1.

Kedokteran

Kedokteran Gigi/Pergigian

Rancangan Kerja 5 Tahun Mabbim 1998 - 2002

2.

Teknik Kapal Terbang

a. Teknik b. Proses

Surat DBP Brunei No.66/DBP/P411/Sp-15, tanggal 4 Oktober 2001

3.

Teknik Automotif

a. Aksesoris b. Enjin c. Elektrik dan Elektronika

Laporan Sidang Ke-15 Pakar Mabbim di Denpasar, Bali

4.

Ilmu Politik

a. Teori dan Filsafat Politik b. Ekonomi Politik

Laporan Sidang Ke-15 Pakar Mabbim di Denpasar, Bali

5.

Arkeologi

a. Metode b. Analisis c. hasil Analisis

Laporan Sidang Ke-15 Pakar Mabbim di Denpasar, Bali

6.

Fotografi dan Film

Film

Laporan Sidang Ke-15 Pakar Mabbim di Denpasar, Bali

7.

Teknik Dirgantara

Roket

8.

Teknologi Informasi

a. Internet dan Online

Services b. Keselmatan Komputer c. Multimedia

Laporan Sidang Ke-15 Pakar Mabbim di Denpasar, Bali

Page 28: SIDANG KEEMPAT PULUH SATU MAJELIS BAHASA BRUNEI …mabbim.gerbangbahasa.gov.bn/filebase/files/201401/5723439468Microsoft... · Sastera Melayu/Indonesia dalam Mengukuhkan Peradaban

28

PERTEMUAN LUAR SIDANG MABBIM

Untuk menyiapkan bahan Sidang Ke-16 Pakar Mabbim, Pertemuan Luar Sidang akan diselenggarakan di Indonesia. Pihak Indonesia mengusulkan pertemuan tersebut diadakan pada tanggal 15 – 17 Mei 2002 di Jakarta. Pada Pertemuan Luar Sidang tersebut akan dibicarakan hal berikut. 1. Para Sekretaris/Setiausaha dan Urus Setia Mabbim 2. Kelompok Kedokteran membicarakan subbidang yang belum dibincangkan, yaitu a. Subbidang Rehabiliatsi Medik b. Subbidang Kedokteran Keluarga

Catatan: Subbidang lain seperti Forensik dan Biologi Molekular, Imunologi, Embriologi, dan Genetika sudah dibincangkan oleh Kelompok Biologi dan Kimia.

3. Kelompok Teknik Kapal Terbang menye;esaikan padanan yang belum selesai

dibincangkan pada Sidang Ke-15 Pakar Mabbim di Denpasar, yaitu a. Subbidang Avionik b. Subbidang Peralatan

4. Kelompok Teknologi Informasi akan menyelesaikan padanan yang belm selesai dibincangkan pada Sidang Ke-15 Pakar Mabbim di Denpasar, yaitu a. Subbidang Matematika b. Subbidang Data

5. Kelompok Kedokteran gigi akan menyusun taksonomi bidang.

Page 29: SIDANG KEEMPAT PULUH SATU MAJELIS BAHASA BRUNEI …mabbim.gerbangbahasa.gov.bn/filebase/files/201401/5723439468Microsoft... · Sastera Melayu/Indonesia dalam Mengukuhkan Peradaban

29

LAMPIRAN 4

LAPORAN

PERTEMUAN LUAR SIDANG MABBIM

(KELOMPOK UMUM DAN SEKRETARIS MABBIM) Hotel Puncak Raya, Cisarua, Bogor, 5 – 8 Juni 2001

I. Jadwal

Selasa, 09.00 – 10.00 Pembukaan 5 Juni 2001 10.00 – 10.30 Istirahat 10.30 – 12.00 Sidang Lengkap I 12.00 – 13.30 Istirahat/Makan Siang 13.30 – 16.30 Sidang Lengkap II 16.30 – 19.00 Istirahat 19.00 -- Makan Malam

Rabu, 08.30 – 12.00 Sidang Kelompok Sekretaris 6 Juni 2001 12.00 – 13.30 Istirahat 13.30 – 16.00 Sidang Kelompok Sekretaris 17.30 – 19.30 Istirahat 19.00 -- Jamuan Makan Malam

Kamis, 07.30 –21.00 Kunjungan ke Bandung & Juni 2001 12.00 – 13.30 Istirahat

Jumat, 09.00 – 10.30 Sidang Lengkap III & Juni 2001 10.30 – 11.00 Penutupan

II. Peserta

Indonesia

1. Dr. Dendy Sugono ( Ketua) 2. Drs. Dedi Puryadi (Sekretaris) 3. Dr. Hasan Alwi (Anggota) 4. Dr. Hans Lapoliwa, M. Phil (Anggota) 5. Prof. Dr. Anton M. Moeliono (Anggota) 6. Prof. Dr. Mien A. Rifai (Anggota) 7. Dr. Zaenal Arifin (Anggota)

Page 30: SIDANG KEEMPAT PULUH SATU MAJELIS BAHASA BRUNEI …mabbim.gerbangbahasa.gov.bn/filebase/files/201401/5723439468Microsoft... · Sastera Melayu/Indonesia dalam Mengukuhkan Peradaban

30

8. Drs. Fairul Zabadi (Anggota)

Brunei Darussalam

1. Dato Paduka Haji Alidin bin Haji Othman (Ketua) 2. Awang Hanafiah bin Awang Haji Zaini (Sekretaris) 3. Dk. Hajah Rosenani binti Pg. Haji Halus (Anggota)

Malaysia

1. Dato’ Haji A. Aziz bin Deraman (Ketua) 2. Puan Atiah binti Haji Mohd. Salleh (Sekretaris) 3. Dr. Haji Awang bin Sariyan (Anggota) 4. Puan Hajah Halimah Haji Ahmad (Anggota) 5. Encik Rusli b. Abd. Ghani (Anggota) 6. Encik Rahimi bin Arifin (Anggota) 7. Puan Diarani binti Mat Adam (Anggota)

III. Bahan/Dokumen

1. Keputusan Umum Sidang Ke-40 Mabbim, 12 – 16 Maret 2001 di Johor Bahru, Malaysia.

2. Makalah “it@ mabbim: Inisiatif Teks di Mabbim” (Malaysia) 3. Rencana Kerja Mabbim 1998 – 2002 dan 2003 – 2007 4. Bahan Persidangan Pertemuan Luar Sidang Mabbim (Brunei Darussalam) 5. Draf Gaya Penerbitan Rampak Serantau (Brunei Darussalam) 6. Daftar Istilah Tata Nama Ikan (Brunei Darussalam, Indonesia, dan Malaysia;

bahan pertukaran) 7. Daftar Kamus Kata dan Ungkapan Am Bahasa Brunei/Indonesia/Malaysia 8. Daftar Istilah Golf (Malaysia) 9. Kerangka Kerja Lima Tahun Mabbim (2001 – 2005; Malaysia) 10. Bahan Kategori D Bidang Kedokteran, Antropologi, dan Teknik (Malaysia)

IV. Agenda Rapat

A. Sidang Lengkap

1. Seminar Bahasa dan Sastera

a. Tema “Peranan Bahasa dan Sastra Indonesia/Malaysia dalam Pembinaan Masyarakat Madani”

b. Subtema seminar c. Diskusi panel (bahan sesuai dengan isu seminar atau tema seminar)

Page 31: SIDANG KEEMPAT PULUH SATU MAJELIS BAHASA BRUNEI …mabbim.gerbangbahasa.gov.bn/filebase/files/201401/5723439468Microsoft... · Sastera Melayu/Indonesia dalam Mengukuhkan Peradaban

31

d. Sumbangan makalah dari pakar yang tidak diminta Mabbim (Laporan Kelompok Sekretaris Mabbim, 3 – 6 Juli 2000 di Pusat Bahasa, butir b.6)

e. Prosiding seminar bahasa dan sastra (diterbitkan dan dijual untuk

umum)

2. Sidang Ke-41 Mabbim

a. Agenda Sidang Majelis b. Lain-lain

3. Jurnal bahasa Rampak Serantau dikemas menjadi Jurnal Bahasa Indonesia/Melayu Sedunia.

4. Evaluasi Dialog antarpakar pada Sidang Pakar Mabbim. 5. Pembahasan kertas kerja “it@ mabbim: Inisiatif Teks di Mabbim” dari

Malaysia 6. Soal Piagam MBIM (butir 1) a.) dan Piagam Mabbim (butir 11.4)

B. Sidang Kelompok Sekretaris

1. Evaluasi perencanaan lima tahun Mabbim 1998 – 2002 dan 2003 – 2007

a. Penjadwalan bidang Petroleum b. Penjadwalan bidang Kedokteran Gigi yang terputus c. Penjadwalan bidang baru (usulan Sidang Ke-15 Pakar Mabbim)

2. Persiapan Sidang Ke-15 Pakar Mabbim 3. Pertukaran bahan Tata Nama Ikan 4. Evaluasi istilah yang berkategori D 5. Lain-lain.

V. Hasil Rapat

A. Kelompok Umum

Page 32: SIDANG KEEMPAT PULUH SATU MAJELIS BAHASA BRUNEI …mabbim.gerbangbahasa.gov.bn/filebase/files/201401/5723439468Microsoft... · Sastera Melayu/Indonesia dalam Mengukuhkan Peradaban

32

1. Sidang menyepakati peninjauan ulang atau evaluasi orientasi pengembangan peristilahan. Untuk itu, dalam Sidang Ke-15 Pakar Mabbim pada sesi Dialog Antarpakar diisi dengan pembahasan kertas kerja dengan topik “Mabbim dalam Pembentukan Istilah: Suatu Tuntutan Orientasi Baru” sebagai bahan awal menuju orientasi dalam pengambilan kebijakan di dalam peristilahan. Kertas kerja itu disediakan oleh pihak Indonesia.

2. Berkaitan dengan Seminar Bahasa dan Sastra sidang menyepakati

a. diskusi panel akan membahas topik “Mabbim dalam Pembentukan Istilah: Suatu Tuntutan Orientasi Baru” yang merupakan jabaran hasil pembahasan topik itu pada sidang pakar.

b. makalah dari pakar yang tidak diundang diterima tetapi tidak disajikan

dan makalah itu akan dimasukkan ke dalam prosiding setelah melalui seleksi yang dilakukan oleh negara masing-masing: jumlah makalah tidak dibatasi: panitia harus menentukan tenggat (deadline) pengumpulan makalah tersebut akhir Desember 2001;

c. penjualan prosiding Seminar Bahasa dan Sastra diserahkan kepada

kebijakan negara masing-masing; d. pengutamaan kembali bahwa yang menjadi judul/tajuk prosiding

Seminar Bahasa dan Sastera adalah tema seminar; e. pengurutan pemakalah pemerhati adalah Singapura, Thailand, Filipina,

Vietnam, dan Kamboja dan undangan keikutsertaan pemakalah pemerhati diserahkan kepada negara penyelenggara;

f. perumusan subtema/topik/judul kertas seminar diserahkan kepada

negara anggota jika mungkin pertemuan dengan pemakalah diatur oleh negara masing-masing.

3. Sidang menyetujui agenda yang berikut menjadi bagian perbincangan

Sidang Ke-41 Mabbim tahun 2002, yaitu

a. mengevaluasi visi dan misi Mabbim; b. meninjau kembali kebijakan peristilahan Mabbim (setelah menerima

masukan pakar dalam diskusi yang akan diagendakan pada Sidang Ke-15 Pakar Mabbim dan Seminar Bahasa dan Sastra pada Sidang Ke-41 Mabbim);

Page 33: SIDANG KEEMPAT PULUH SATU MAJELIS BAHASA BRUNEI …mabbim.gerbangbahasa.gov.bn/filebase/files/201401/5723439468Microsoft... · Sastera Melayu/Indonesia dalam Mengukuhkan Peradaban

33

c. menyiapkan kerangka kerja di bidang penelitian kebahasaan, misalnya tata bahasa, etimologi, sejarah bahasa Melayu, penulisan ilmiah, dan penerbitan akan disiapkan oleh Malaysia, dan

d. mengembangkan kerangka kerja peningkatan mutu sumber daya

manusia, misalnya kegiatan ceramah bahasa dan kuliah bandingan akan disiapkan oleh pihak Brunei Darussalam.

4. Penerbitan Jurnal Rampak Serantau tidak perlu diubah orientasinya tetap

edisi sebelumnya. 5. Sidang menyetujui dan menerima makalah “it@ mabbim: Inisiatif Teks di

Mabbim” yang disajikan pihak Malaysia dan tiap-tiap negara akan menetapkan dua nama yang akan menjadi anggota tim Panitia pengarah/jawatankuasa Pemandu.

B. Kelompok Sekretaris Mabbim

Kelompok Sekretaris Mabbim bersepakat 1. mengusulkan agar istilah Golf dimasukkan ke dalam pembahasan Sidang

Ke-15 Pakar Mabbim yang akan diselenggarakan pada tanggal 10 – 15 September di Denpasar;

2. mengusulkan tajuk Rencana Kegiatan Mabbim yang tercantum dalam

lampiran V dan VI Keputusan Sidang Ke-40 Mabbim dengan menambahkan kata istilah sehingga menjadi “Rancangan Lima Tahun Sidang Pakar Istilah Mabbim”;

3. mengusulkan perubahan rancangan kegiatan tahun 2003 – 2007 (terlampir); 4. mengusulkan waktu dua kali pembahasan untuk tiap-tiap bidang yang

hanya diberi kesempatan bersidang satu kali, seperti Bioteknologi, Geografi, atau Industri Robot;

5. mengusulkan agar bidang Agama diprioritaskan untuk dibicarakan terlebih

dahulu dan dijadwalkan tiap tahun; oleh karena itu, rancangan jadwal lima tahun Mabbim 2003 – 2007 menjadi delapan bidang seperti rancangan tahun 1998 – 2002;

6. mengusulkan agar bidang Petroleum dibicarakan terlebih dahulu

menggantikan bidang Industri Robot karena di Indonesia dan Brunei Darussalam industri ini belum begitu mendesak;

7. menukarkan istilah tata nama ikan;

Page 34: SIDANG KEEMPAT PULUH SATU MAJELIS BAHASA BRUNEI …mabbim.gerbangbahasa.gov.bn/filebase/files/201401/5723439468Microsoft... · Sastera Melayu/Indonesia dalam Mengukuhkan Peradaban

34

8. menyerahkan putusan kepada Sidang Eksekutif Mabbim tentang istilah yang berkategori D yang mengalami penundaan putusan karena istilah tersebut

a. terlalu umum, b. termasuk bidang lain, c. belum ada padanannya, dan d. hanya digunakan oleh salah satu negara sehingga penyimakan perlu dilakukan oleh pakar yang bersangkutan;

9. mengingat permanfaatan bank data sangat diperlukan, tiap negara diharapkan mengusulkan dua orang pakar untuk masuk dalam keanggotaan tim pemanfaatan bank data dan kedua pakar tersebut diharapkan diundang pada Sidang Ke-15 Pakar Mabbim untuk membincangkan cara kerja dan jadwal kegiatan tim; pakar yang bersangkutan dapat berasal dari pakar bidang linguistik komputer, linguistik korpus, atau linguistik teks;

10. menerima dan menyepakati draf kerangka kegiatan yang berkaitan dengan

penelitian, pengembangan, dan penerbitan yang disiapkan pihak malaysia untuk dilengkapkan dan akan dibincangkan lebih lanjut pada Sidang Ke-41 Mabbim di Makasar.

Jakarta, 8 Juni 2001 Sekretaris Mabbim, Puan Atiah binti Awang Hanafiah bin Drs. Dedi Puryadi Haji Mohd Salleh Haji Awang Zaini Malaysia Brunei Darussalam Indonesia Mengetahui Ketua Perutusan

Dato’ Haji A. Aziz Dato Paduka Haji Alidin Dr. Dendy Sugono Malaysia Brunei Darussalam Indonesia

Page 35: SIDANG KEEMPAT PULUH SATU MAJELIS BAHASA BRUNEI …mabbim.gerbangbahasa.gov.bn/filebase/files/201401/5723439468Microsoft... · Sastera Melayu/Indonesia dalam Mengukuhkan Peradaban

35

LAMPIRAN:

RANCANGAN LIMA TAHUN SIDANG PAKAR ISTILAH MABBIM (2003-2007

No. Sidang Ke-17 Pakar

2003

(Malaysia)

Sidang Ke-18 Pakar

2004

( Indonesia )

Sidang Ke-19 Pakar

2005

( Brunei Darussalam)

Sidang Ke-20 Pakar

2006

( Malaysia)

Sidang Ke-21 Pakar

2007

(Indonesia)

1. Pergigian (2) Pergigian (3) Bioteknologi (1) Pentadbiran Perniagaan/ Administrasi Niaga (1)

Pentadbiran Perniagaan/ Administrasi Niaga (2)

2. Sains Nuklear/Sains Nuklir (1)

Sukan/Olahraga (1) Sukan/Olahraga (2) Pendidikan (1) Pendidikan (2)

3. Petroleum (1)

Undang-undang Antarabangsa/Hukum

Internasional (1)

Undang-undang Antarabangsa/Hukum

Internasional (2)

Psikologi (1) Psikologi (2)

4. Mikroelektronik (1)

Undang-undang Laut/Hukum Laut (1)

Undang-undang Laut/Hukum Laut (2)

Sejarah (1) Sejarah (2)

5. Telekomunikasi (1) Pelayaran (1) Pelayaran (2) Geografi (1) Geografi (2)

6. Geologi (1) Penerbitan dan Percetakan (1)

Pengurusan/Manajemen (1)

Pengurusan/Manajbmen (2)

Agama (1)

7. Kejuruteraan/Teknik Perubatan/Kedokteran

(1)

Kejuruteraan/ Teknik Perubatan/Kedokteran

(2)

Ilmu Kependudukan (1) Ilmu Kependudukan (2) Industri Robot (1)

Page 36: SIDANG KEEMPAT PULUH SATU MAJELIS BAHASA BRUNEI …mabbim.gerbangbahasa.gov.bn/filebase/files/201401/5723439468Microsoft... · Sastera Melayu/Indonesia dalam Mengukuhkan Peradaban

36

LAMPIRAN 5

Sudah Perlukah Perevisian Pedoman Umum Pembentukan Istilah (dan

P edoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan)

Dilakukan?

Anton M.Moeliono & Mien A. Rifai

Panitia Kerja Bahasa Indonesia, d.a. Pusat Bahasa, Jakarta

I. Pemberlakuan suatu sistem ejaan yang disempurnakan pada tahun 1972 merupakan salah satu tonggak penting dalam perjalanan sejarah bahasa Indonesia. Kepentingan maknanya meningkat karena untuk pertama kali penyempurnaan sistem ejaan itu dilakukan bersama-sama dengan negara tetangga Malaysia. Berbeda dengan sistem-sistem ejaan sebelumnya kali ini dipersiapkan juga suatu panduan pembentukan istilah berdasarkan sistem ejaan yang baru tersebut. Secara bersama-sama pula pada tahun 1975 dimapannkanlah seluk-beluk sistem ejaan dan pembentukan istilah tadi dengan dikeluarkannya buku Pedoman Umum

Ejaan Bahasa Indonesia yang disempurrnakan dan Pedoman Umum Pembentukan Istilah.

Sebagai akibatnya kemajuan pesat pembinaan dan pengembangan kebahasaan menjadi dimungkinkan, antara lain dalam membuat ragam bahasa tulis yang dipakai di Malaysia tidak lagi merupakan sesuatu yang terkesan asing bagi pembaca Indonesia, dan sebalikriya.

Kerja sama kebahasaan antara Malaysia dan Indonesia kemudian diikuti pula oleh negara Brunei Darussalam secara penuh, dengan Singapura menjadi pengamat dan pemanfaat hasilnya yang akif. Majelis Bahasa Brunei Darussalam, Indonesia, dan Malaysia (MABBIM) tumbuh semakin subur dan berjaya dalam menghasilkan kesepakatan demi kesepakatan serta produk bersama yang menguntungkan. Keber jayaan ini terutama sangat dirasakan dalam mendekatkan bahasa ilmu dan teknologi serantau. Sebagaimana diketahui untuk keperluan kornunikasi ilmiah itu diperlukan suatu laras dan ragam bahasa yang sangat tinggi persyarat kebakuannya. Kesepakatan untuk memakai satu sumber bahasa asing yang sama (yaitu bahasa Inggris) dalam mengembangkan kosakata keilmuan telah mempercepat proses pendekatan dan penyeragaman pembakuan ini. Perencanaan pengembangan bahasa ilmiah bersama tersebut ternyata tidak berhasil dengan baik, karena hanya sekitar 35% istilah yang dipungut oleh ketiga negara sama bentuknya, sedangkan sebanyak 65% disepakati untuk berbeda. Dengan demikian dapatlah yang dikatakan bahwa upaya mendekatkan dan pembakuan istilah di ketiga negara selama ini masih kurang memuaskan hasilnya.

Pada waktu hampir bersamaan, kepesatan teknologi informasi dan komunikasi dalam

beberapa tahun terakhir berlangsung dengan sangat mempesona, sehingga dunia seakan-akan dilanda oleh gerakan globalisasi di segala bidang. Gerakan ke arah satu dusun besar menjagat ini mau tidak mau akan memerlukan satu bahasa yang juga mengglobal cakupannya. Dalam hal ini posisi bahasa Inggris menjadi mengemuka antara lain karena keuntungan perjalanan panjang sejarah perkembangannya. Ancang-ancang dini yang dimulai oleh raksasa leksikografi Samuel Johnson (1709 – 1784) di Inggris dan Noah Webster (1758 – 1843) di Amerika telah meletakkan batu dasar kemapanan bahasa Inggris untuk mendunia dibandingkan dengan bahasa-bahasa

Page 37: SIDANG KEEMPAT PULUH SATU MAJELIS BAHASA BRUNEI …mabbim.gerbangbahasa.gov.bn/filebase/files/201401/5723439468Microsoft... · Sastera Melayu/Indonesia dalam Mengukuhkan Peradaban

37

lainnya. Kepioneran pemikiran kedua tokoh budayawan itu menyebabkan bahasa Inggris menjadi sangat terbuka untuk menyerap kosakata tidak saja dari bahasa Yunani dan Latin yang merupakan induk bahasa-bahasa Eropah modern, tapi juga dari bahasa yang dipakai orang-orang Arab, Parsi, India, Melayu (amuck, bamboo, orang-outan, rattan), Cina, Indian dan Afrika. Peran Inggris sebagai negara kolonial akhar-sehingga di daerah jajahannya matahari konon tidak pernah terbenam – mempunyai peran yang tidak kecil artinya dalam kaitan ini.

Ketika dunia memasuki abad XIV yang ditandai oleh kemajuan industri, kodrat bahasa

Inggris telah mapan untuk menggantikan kedudukan bahasa Latin yang sebelumnya mendominasi bahasa kaum cerdik cendekiawan sedunia. Revolusi industri yang didukung oleh ilmu dan teknologi menyuburkan kegiatan komerseial internasional yang menggunakan bahasa Inggris sebagai bahasa dagang, yang kepentingannya lalu lebih menonjol dibandingkan dengan kegiatan hubungan diplomatik yang saat itu dirajai bahasa Prancis. Di zaman modern ini Uni Eropa pun suka tidak suka terpaksa harus mengakui kelebihan bahasa Inggris, sekalipun mereka terus menghormati kedaulatan dan hak hidup belasan bahasa negara anggotanya. Oleh karena itu akhir-akhir ini semakin banyak ilmuwan Belanda, Jerman, Skandinavia, Spanyol (baik di Eropa maupun di Amerika Latin) serta Rusia dan negara-negara Balkan yang menerbitkan hasil penelitian mereka dalam bahasa Inggris. Motivasi utamanya hanyalah agar jerih payahnya dalam memanfaatkan, mengembangkan dan menguasai ilmu dan teknologi cepat terakses oleh semua mitra berstarinya sejagat dan segera diketahui orang seluas-luasnya.

II. Peran komputer dalam teknologi komunikasi dan informasi sebagai wahan untuk pelaksanaan komunikasi internasional yang bersifat mengglobal sudah umum diakui kepentingannya. Pada pihak lain penggunaan dan penguasaan teknologi komunikasi dan informasi bermodalkan kemudahan komputer dan jaringannya tersebut di Indonesia masih tersendat-sendat jalannya. Terbatasnya kepemilikan komputer pribadi, dipergunakannya komputer hanya sebagai sarana yang terisolasi, kurangnya kemampuan dalam mengoperasikan komputer oleh adanya keterbatasan penguasaan bahasa, merupakan sejemput faktor yang teridentifikasi sebagai penyebab kelambatan tadi. Bahasa Inggris yang digunakan dalam komputer, baik dalam perangkat lunas, perangkat keras, maupun juga sebagai media berkomunikasi melalui internat sejagat, diduga telah menyulitkan pengguna Indonesia dalam memanfaatkan komputer secara lebih efektif dan efisien lagi.

Seperti dapat diduga bahasa yang terbanyak dipergunakan orang di dunia perkomputeran pada saat ini adalah bahasa Inggris. Bahasa ini memang merupakan sumber pembentukan istilah yang dipakai sebagai bahasa dasar pengembangan perkomputeran. Dalam kaitan ini kita di Indoensia memang menghadapi dilema yang muskil, karena aplikasi komputer yang tersedia pada umumnya menggunakan bahasa Inggris. Sekalipun ruang siber dan dunia virtual (yang secara salah kaprah sering dikatakan orang ‘dunia maya’) yang dijelajah orang Indonesia dipakai bahasa Indonesia untuk merumpi (= chatting), aplikasi komputer yang dijadikan wahananya semuanya menggunakan bahasa Inggris. Masalahnya, perlukan kita mengindonesiakan aplikasi tersebut, dan kalau perlu seberapa jauh? Akan adakah pengembang peranti lunak (asing) yang beranai menginvestasi upaya pengindonesiaan ini mengingat pangsa pasarnya mungkin terbats, jadi lain dengan di Arab, Thailand, Cina, Jepang (perlu dicatat bahwa mereka tidak menggunak huruf Latin)?

Apa pun kebijakan yang akan digariskan, bahasa Melayu/Indonesia wajib mempunyai perangkat peristilahan komputer. Untuk itu maka kemudahan guna mempercepat pemahaman

Page 38: SIDANG KEEMPAT PULUH SATU MAJELIS BAHASA BRUNEI …mabbim.gerbangbahasa.gov.bn/filebase/files/201401/5723439468Microsoft... · Sastera Melayu/Indonesia dalam Mengukuhkan Peradaban

38

timbal balik antarabangsa agaknya harus dijadikan salah satu asas pemandu utama dalam membentuk peristilahan komputer yang diperlukan kegesitan dan kecepatan pelaku bisnis merasukkan kemudahan teknologi informasi dan komunikasi dalam setiap sudut kehidupan kita sehari-hari sering kurang cepat ditanggapi para perancang bahasa, sehingga beberapa hambatan sudah terbayangkan bakal dihadapi.

Misalnya akan terdapat kesulitan untuk menyuruh seseorang membeli ‘tikus’ (atau

‘tetikus’) serta mendapatkan barang yang dimaksudkan, sebab di pasaran orang sudah banyak memperdagangkan mouse. [Dalam kaitan ini menarik untuk dicatat bahwa di lapangan Donal Bebek (untuk Donald Duck) lebih mudah berterima dibandingkan dengan Miki Tikus (untuk Mickey Mouse)]. Menghadapi masalah seperti ini maka kiat untuk memperkenankan diperbanyaknya istilah yang diselangkan agaknya merupakan jalan tengah yang terbaik. Oleh karena itu perlu dipertimbangkan masak-masak penyerapan istilah ‘maus’ atau ‘mous’ untuk diresmikan pemakaiannya di samping ‘tetikus’, seperti dicontohkan ‘pengelola’ di samping ‘manajer’. Agaknya beban untuk menghafalkan dua perangkat peristilahan tidak bakal dirasakan terlalu berat karena rata-rata orang Indonesia sudah terbiasa berpikir dengan bahasa daerah ibunya, berbicara dengan menggunakan bahasa Indonesia, dan(kaum terpelajarnya) menulis dalam bahasa Inggris.

III. Sesudah ejaan yang disempurnakan dan kegiatan yang terkait dengan pengayaan serta pencendekiaan bahasa Indonesia/Melayu dilaksanakan lebih dari seperempat abad lamanya, beberapa kebiasaan kebahasaan yang lekat diri karena terkait budaya masih terus berlangsung di ketiga negara MABBIM. Masalah ini sering diperumit oleh persinggungan dengan budaya luar yang masuk tanpa hambatan oleh arus globalisasi yang menunggangi kepesatan teknologi informasi dan komunikasi. Perkembangan seperti ini perlu dicermati dan ditanggapi serta diantisipasi kemungkinan dampaknya terhadap uapay kemajuan pencedekiaan dan pembakuan baahsa kita bersama.

Misalnya, selama ini bangsa Indonesia dianggap mempunyai kemampuan berpoliglot tetapi juga bersifat diglosia. Oleh karena itu dalam pergaulan mereka, penggunaan kata-kata yang berasal dari bahasa asing tidak akan merupakan masalah asal ‘tampak’ atau ‘terdengar’ seperti bahasa Indonesia. Bahkan adikarya Nagarakretagama yang ditulus oleh Mpu Prapanca pada tahun 1365 sudah memperlihatkan gejala ini. Karena kesenangannya menyelipkan bahasa Sansekerta dalam narasi bahasa Jawa Kawi yang digunakannya, ketika mempertelakan suatu perburuan yang dilakukan Raja Hayam Wuruk Rajasanagara sang Mpu “kebablasan” menceriterakan dialog imaginatif antara singa, kelinci dan antelop yang tidak ada di hutan Jawa Timur, padahal hewan yang dimaksud adalah harimau, kancil dan kijang!

Contoh-contoh kejanggalan seperti itu banyak sekali terdengar dalam ragam bahasa lisan

masa kini. (Di pagi hari balik pintu hotel sering terdengar suara pelayan kamar: “Pak, ada laudryan?” Dua orang penumpang pesawat terbang biasa saling mengingatkan: “Awas, telefon genggamnya jangan di onin!” Seseorang yang bekerja di depan monitor komputer terkadang: “Wah, sialan, hang lagi!”) Sudah bukan rahasia lagi bahwa kebiasaan mencampuradukkan pelbagai unsur bahasa berbeda itu terkadang terbawa puaa ke ragam bahasa tulis kaum cerdik cendekiawan Indonesia, sehingga teks berbahasa Indonesia yang dihasilkannya sering terkontaminasi kata-kata bahasa Inggris.

Page 39: SIDANG KEEMPAT PULUH SATU MAJELIS BAHASA BRUNEI …mabbim.gerbangbahasa.gov.bn/filebase/files/201401/5723439468Microsoft... · Sastera Melayu/Indonesia dalam Mengukuhkan Peradaban

39

Akhir-akhir ini bahasa kita juga menghadapi masalah yang ditimbulkan oleh banyaknya perangkat bergambar atau ‘ikon’ yang dipakai dalam perkomputeran yang harus ‘dibahasakan’ dalam pembicaraan. Dapatkan perangkat ‘bahasa ikon’ itu diperlakukan sebagai bagian ragam bahasa lisan yang resmi? Agaknya gejala ke arah itu tidak bisa dibendung dalam percakapan atau penggunaan ragam bahasa lisan lainnya, sehingga ‘dienter’ mungkin harus dibolehkan dipakai, sedangkan ‘didel’ dapat dibenarkan penggunaannya di samping ‘dihapus’. Akan tetapi bila percakapan itu akan dituangkan dalam ragam bahasa tulis. Akan tetapi bila percakapan itu akan dituangkan dalam ragam bahasa tulis, haruslah dipakai istilah ‘dihapus’ yang resmi dan baku.

IV. Berdasarkan pengamatan-pengamatan tersebut, dalam menyikapi perkembangan peran dan kedudukan bahasa Inggris serta kemajuan teknologi informasi dan komunikasi agaknya MABBIM memang perlu meninjau lagi landasan kesepakatannya. Dengan perkataan lain kita perlu merevisi dan menyempurnakan Pedoman Umum Istilah (dan dengan itu tentunya juga Pedoman Umum

Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan) untuk lebih mendekatkan ragam bahasa ilmu dan teknologi di ketiga negara. Kita tentu tidak boleh puas dengan jumlah sekitar 35% peristilahan di ketiga negara yang sudah persis sama (termasuk kategori A) sebab angka itu perlu dinaikkan setinggi-tingginya. Dengan tidak perlu merasa takut akan mengurangai rasa nasionalisme yang membara di dada warga negara anggota MABBIM, kita harus berani melihat kenyataan bahwa bahasa Inggris semakin luas dan cepat berterima sebagai suatu bahasa dalam dunia yang semakin menyatu (the global language for a global village).

Selama ini kita sudah berada pada jalur yang benar karena menggunakan bahasa Inggris sebagai bahasa sumber dalam membina kosakata untuk peristilahanan bahasa ilmu dan teknologi di ketiga negara. Seharusnya dua pulah lima tahun yang lalu itu kita lebih berani dalam mengambil sikap sehingga istilah keilmuan yang bebas budaya (yang umumnya banyak dijumpai di ilmu-ilmu dasar, dan teknologi) diupayakan diserap langsung secara bersama sejauh-jauhnya oleh ketiga negara. Diyakini bahwa sikap sedemikian itu secara nyata akan meningkatkan jumlah kesamaan mutlak yang lebih tinggi dari 35% yang sudah dicapai setakat ini. Ini berarti bahwa peristilahan bersumber bahasa Yunani dan Latin yang terdapat dalam kosakata bahasa Inggris harus diserap bersama-sama oleh ketiga negara (seperti sudah dicoba dilakukan dalam peristilahan kelompok biologi dan kimia). Karena peradaban neara maju bersumberkan budaya Yunani dan Romawi, dapatlah dimengerti jika peristilahan ilmu dasar dalam bahasa-bahasa barat memang memiliki derajat kesamaan yang tinggi pula.

Berdasarkan gagasan ini (yang sebenarnya buka merupakan suatu pendapat baru sebab

jauh sebelumnya sudah pernah dicetuskan secara tidak langsung oleh almarhum Prof. Dr. Sutan Takdir Alisyahbana, budayawan kondang yang secara nyata telah ikut memberi ‘bentuk’ pada bahasa Indonesia modern) akan diperlukan paradigma baru dan pengeseran langkah dalam mempertimbangkan dan menentukan pemilihan istilah yang akan diterima dalam bahasa kita. Jika usul ini dapat disepakati, prosedur pembentukan istilah seperti yang tercantum dalam Pedoman

Umum Pembentukan Istilah memang perlu direvisi dan disempurnakan, antara lain untuk menampung secuplikan saran berikut, yang baru terpikirkan sementara ini.

Pertama, uraian sumber istilah perlu disesuaikan dengan bagan prosedur pembentukan

istilah. Dengan demikian butir 2.3 dalam Pedoman Umum Pembentukan Istilah harus menguraikan kosakata bahasa Inggris, dan bukan bahasa asing. Untuk menampung uraian tentang kosakata

Page 40: SIDANG KEEMPAT PULUH SATU MAJELIS BAHASA BRUNEI …mabbim.gerbangbahasa.gov.bn/filebase/files/201401/5723439468Microsoft... · Sastera Melayu/Indonesia dalam Mengukuhkan Peradaban

40

bahasa asing lain perlu ditambahkan suatu butir baru 2.4.

Kedua, uraian urutan pemungutan kosakata bersumber bahasa Inggris seyogianya dimulai dari 1) penyerapan dengan pengubahan ejaan, 2) penyerapan tanpa pengubahan ejaan, 3) penyerapan dan penerjemahan, dan 4) penerjemahan. Untuk itu urutan pemungutan dalam bagan prosedur pembentukan istilah (yang saat ini masih dimulai dari penerjemahan) dengan sendirinya nanti perlu disesuaikan pula. Ketiga, dalam uraian kosakata bahasa Inggris perlu persyaratan baru yang lebih tegas, yang menyatakan bahwa pemungutan istilah bersumber bahasa Yunani dan Latin serta istilah ilmu yang tidak terikat budaya yang sudah merupakan kosakata bahasa Inggris sebaiknya disalurkan lewat jalan tol yang bebas hambatan. Keempat, perlu ditegaskan bahwa alternatif langkah 1 (kosakata bahasa Indonesia lazim), langkah 2 (kosakata bahasa Indonesia tidak lazim), langkah 3 (kosakata bahasa serumpun lazim), langkah 4 (kosakata bahasa serumpun tidak lazim), langkah 5 (istilah bahasa Inggris) dan langkah 6 (istilah bahasa asing) seperti tergambar dalam bagan pembentukan istilah bukan merupakan urutan prioritas. Calon istilah yang dihasilkan alternatif keenam langkah (beserta langkah-langkah lain yang mungkin harus ditambahkan lebih lanjut jika nanti memang dirasakan keperluaannya) diperlakukan sama seperti sudah disiratkan dalam bagan, tetapi dengan memperhatikan jiwa saran butir ketiga di atas. Dengan demikian harus dilakukan pemilihan guna memungut istilah yang terbaik di antaranya, berdasarkan pertimbangan yang sebenarnya sudah digambarkan dalam bagan, yaitu meluluskan ungkapan yang paling tepat, singkat, tidak berkonotasi buruk, sedap didengar, dan mengutamakan ungkapan asing yang memudahkan ketersalinan timbal balik, lebih cocok, lebih singkat, dan lebih memudahkan kesepakatan. Kelima, agaknya isi bagan prosedur pembentukan istilah perlu dibuatkan narasi dan tidak cukup dinyatakan dengan gambar saja, agar tidak hanya mutakhir yang terjadi di dunia penerbitan jurnal ilmiah (lihat di bawah). V. Aspirasi penyuntingan jurnal ilmiah yang dianjurkan secara luas dalam lima tahun terakhir adalah:

• Konvergensi gaya penyajian, untuk lebih memudahkan lalu lintas naskah antar disiplin ilmu, antar bidang, antar jurnal.

• Penyeragaman dan penyederhanaan format pengacuan kepustakaan (acu-urut, atau nama-tahun, catatan kaki, catatan akhir)

• Penyederhanaan aturan gaya penulisan, misalnya diperbolehkannya pemakaian angka untuk semua pengacuan pada jumlah atau nomor, dari 1 – ad libitum, jadi tidak hanya terbats pada 1 – 9 saja

• Pengurangan kerja pada keyboard, antara lain karena mengetik kata ‘dan’ dianggap lebih menghemat energi dibandingkan ‘&’ sebab tidak perlu dianggap menekan dan menahan tombol ‘shift’, dan karena ‘Rifai MA’ (serta bukan ‘Rifai, M.A.’) dalam menyusun senarai kepustakaan tidak diragukan maksudnya walaupun sudah disiangi tanda-tanda bacanya. Luasnya pengguna komputer untuk berbagai bidang ilmu modern dalam kodifikasi istilah, rumus, dan lambangnya membawa kita pada keperluan untuk meninjau lagi tanda baca

Page 41: SIDANG KEEMPAT PULUH SATU MAJELIS BAHASA BRUNEI …mabbim.gerbangbahasa.gov.bn/filebase/files/201401/5723439468Microsoft... · Sastera Melayu/Indonesia dalam Mengukuhkan Peradaban

41

yang sudah diakomodasi dan diatur untuk bahasa Indonesia dalm Pedoman Umum Ejaan

Bahasa Indonesia yang Disempurnakan. Keperluan ini juga semakin mendesak jika diingat bahwa transkripsi atau penulisan pelaporan komunikasi yang dilakukan lewat komputer memperlihatkan digunakannya tanda-tanda baca baru yang sampai sekarang belum disepakati istilahnya serta belum diatur pemakaiannya dalam Pedoman Umum Ejaan

Bahasa Indonesia yang Disempurnakan. Beberapa contoh yang sudah sering muncul adalah: “at”symbol @ - - ? lambang á (bagaimana cara membaca [email protected]?) actothorp, numeral sign # - - tanda spasi (penanda dalam percetakan) back slash \ - - garis miring kiri, ? ‘garing’ kiri, yang beda dengan slashI, virgule / - - garis

miring,

section sign § - - tanda seksi (dipakai di kalangan hukum) single parenthese ) - - ? gandul angle brackets <> - - kurung sudut less-than symbol > - - tanda lebih kecil dari (banyak dipakai dalam novel Supernova) raised priod . - - titik terangkat (dipakai dalam rumus kimia CuSO4·5H2 O) vertical bar, vertical line | - - garis tegak pilcrow, paragraph mark ¶- - tanda pragraf bullet · - - ? bulet prime sign ´ - - ? (yang harus dibedakan apostrof (’), dipakai dalam tanda menit dan detik pada lintang dan bujur geografi – Meteor itu jatuh pada lintang 52033’05”U dan bujur 13033’05” U dan bujur 13021’17”T). Uraian tanda baca dalam Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang

Disempurnakan memang perlu direvisi dan disempurnakan, selain karena untuk menampung keperluan dunia komputer juga karena mengingat perkembangan mutakhir dalam dunia penerbitan internasional. Misalnya sekarang ingin dihindari penggunaan titik untuk penomoran bersistem, karena bisa dikacaukan (alih-alih 2.5, 2.5.1, 2.5.2, 2.5.3, tulislah 2·5, 2·5·1, 2·5·2, 2·5·3). Titik terangkat juga dianjurkan pemakainnya untuk memenggal suku kata dalam penyusunan lema kamus (alih-alih sin.tas.an seperti dipakai dalam KBBI, tuliskanlah sin.tas.an). Begitu pula karena bukan desimal, maka pukul 17.30 sebagai penunjuk waktu sekarang dianjurkan sebaiknya ditulis 17.30. Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan juga baru mengatur tanda hubung (-) dan tanda pisah en(-) tetapi belum tanda pisah em (–) dan tanda pisah dua em (––) serta tanda pisah tiga em (----) yang diperlukan dunia tulis-menulis dan penerbitan. Sekarang sudah perlu juga untuk membedakan tanda elipsis (. . . tiga titik, yang harus dipisahkan oleh spasi) dan tanda dot leaders titik pengarah (…………). Menarik pula untuk disimak kecenderungan dalam jurnal ilmiah berbahasa Ingris yang dalam lima tahun terakhir tidak lagi menggunakan huruf miring untuk istilah asing yang sudah terserap dalam bahasa mereka serta masuk dalam kamusnya (in situ, Ilano), jadi agak berlainan dengan ketentuan dalam butir 2·3·5 Pedoman Umum Ejaan Bahasa

Indonesia yang Disempurnakan.

Page 42: SIDANG KEEMPAT PULUH SATU MAJELIS BAHASA BRUNEI …mabbim.gerbangbahasa.gov.bn/filebase/files/201401/5723439468Microsoft... · Sastera Melayu/Indonesia dalam Mengukuhkan Peradaban

42

LAMPIRAN 6

TINJAUAN SEMUA TERHADAP PEDOMAN PEMBENTUKAN ISTILAH dan

TATAKERJA MABBIM

(Sambutan dan Ulasan Terhadap Kertas Kerja Anton M.Moeliono & Mien A. Rifai yang

bertajuk “Sudah Perlukan Perevisian Pedoman Umum Pembentukan Istilah (dan Pedoman

Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakah) Dilakukan?)

Asmah Haji Omar (JKTBM)

Institut Peradaban Melayu Universiti Pendidikan Sultan Idris,

Tanjung Malim, Perak

Pengenalan

Kertas kerja Profesor Anton Moeliono dan Profesor Mien Rifai seperti yang diturunkan dalam tajuk kertas kerja saya ini memperkatakan soal pembakuan istilah (laras) dan ragam dalam bahasa ilmu, dan menjurus khususnya kepada penstandardan aspek ini di antara negara-negara MABBIM. Kedua-dua sarjana ini sedikit sebanyak memperkatakan rasa kecewa mereka bahawa setelah sesuku abad kita berusaha ke arah penstandardan istilah dalam MBIM/MABBIM, hanya 35% sahaja istilah yang sama. Dua sebab utama yang diberi, iaitu globalisasi, dan Pedoman

Pembentukan Istilah (dan berkaitan dengan itu Pedoman Ejaan). Menurut kertas kerja ini, globalisasi telah menyebabkan bertambah meluasnya pengaruh bahasa Inggeris di Indonesia, dan menyebabkan banyak berlakunya alih-kod (code-switching) Indonesia-Inggeris, sungguhpun gejala ini bukanlah gejala yang asing bagi masyarakat pelbagai bahasa di Indonesia. Pedoman Pembentukan Istilah (yang seterusnya akan dirujuk sebagai Pedoman sahaja) telah digubal lebih dari suku abad yang lalu dan mungkin memerlukan perevisian memandang perkembangan-perkembangan yang telah berlaku dalam penggunaan bahasa, khususnya melalui globalisasi. Ulasan dan Sambutan

Pemikiran semula tentang usaha dan langkah-langkah yang diambil oleh MABBIM ke arah penstandardan istilah sangat dialu-alukan. Setelah lebih daripada sesuku abad, sudah sewajarnya kita meninjau kembali usaha tersebut dan menilai tindakan-tindakan yang diambil, secara objektif. Suasana psikososial yang melatari penggunaan bahasa di Indonesia dan Malaysia dalam awal 1970-an berbeza dengan apa yang wujud sekarang, berdasarkan perkembangan sosial dan politik, baik yang bersifat khusus bagi tiap-tiap negara mahupun yang bersifat global. Setiap penyelidik dan perancang/pembina bahasa harus menerima hakikat ini, dan apa juga pindaan terhadap pedoman hendaklah dilihat dalam konteks ini, tetapi pada masa yang sama harus memperhatikan supaya ciri-ciri yang memberi watak kepada bahasa Melayu-Indonesia itu dapat dipertahankan.

Page 43: SIDANG KEEMPAT PULUH SATU MAJELIS BAHASA BRUNEI …mabbim.gerbangbahasa.gov.bn/filebase/files/201401/5723439468Microsoft... · Sastera Melayu/Indonesia dalam Mengukuhkan Peradaban

43

(A) PENCAPAIAN KESERAGAMAN ISTILAH YANG RENDAH

Di bawah ini adalah huraian pendapat saya tentang pencapaian keseragaman yang rendah. Sebab (1) di bawah adalah juga sebab yang dikemukakan oleh Profesor Anton Moeliono dan Profesor Mien Rifai. 1. Kesan dari Pedoman

Pedoman yang mula digunakan pada tahun 1975 digubal dengan mengambil kira etos pembina bahasa ketika itu, iaitu pembinaan bahasa yang dapat memenuhi keperluan perkembangan ilmu serta juga yang menghormati ciri-ciri keperibumiannya. Etos dalam zaman penggubalan Pedoman

itu juga menghormati warisan linguistik yang ada di Indonesia dan Malaysia sebagai yang sudah sebati bagi pengguna bahasa di masing-masing wilayah itu. Itulah sebabnya timbul bagan atau jadual seperti yang terdapat dalam Pedoman. Walau bagaimanapun, tidak dapat dinafikan bahwa ahli-ahli Jawatankuasa/Panitia yang terlibat dalam menentukan dasar ini sudah sedar bahawa akhir-akhirnya istilah ilmu yang akan dipilih ialah yang bersumber pada bahasa Inggeris. Di Malaysia hakikat ini sudah pun diduga sejak awal lagi, mengingat bahawa sarjana-sarjana dari Malaysia hampir semuanya mendapat pendidikan melalui bahasa Inggeris, khususnya pada peringkat Ph.D. Ini sudah pun menjadi hakikat mulai awal tahun 1980-an lagi. Dalam Pedoman, seperti yang dikatakan oleh Profesor Anton Moeliono dan Profesor Mien Rifai, kita tidak menggunakan istilah bahasa Inggeris sebagai sumber terakhir pencarian istilah, tetapi menggunakan istilah “antarabangsa”. Sepintas lalu, dan ada juga benarnya, kita seolah-olah khuatir tindakan kita itu akan ditafsirkan sebagai menginggeriskan bahasa Melayu-Indonesia. Pada masa yang sama ketika itu, pakar-pakar Indonesia yang terlibat terdiri dari tokoh-Inggeris, rat adalah bintang yang jahat dan kotor dan perlu dibunuh, sedangkan mouse dikaitkan dengan rasa kasih sayang dan belas kasihan, dan biasanya dijadikan binatang mainan. Dalam psiko-budaya orang Melayu pula, tidak ada pengertian kata tikus yang boleh disamakan dengan mouse. Jika hendak dicari persamaannya, maka pengertiannya ialah rat. Di samping hakikat bahawa kata maus (yang disesuaikan ejaannya dari bahasa Inggeris mouse) itu sudah menjadi kata sehari-hari dalam bidang komputer, penutur bahasa Melayu juga terhalang dalam psiko-budayanya menerima tetikus (yang dikaitkan dengan binatang yang jahat dan kotor) untuk peranti yang menjalankan tugas yang baik. Penjelasan yang sama boleh diberi kepada hakikat mengapa penutur bahasa Indonesia boleh menerima Donal Itik untuk Donald Duck, tetapi menolak Mickey Tikus untuk Mickey Mouse. Timbulnya kata tetikus di Malaysia ialah berpunca dari kepatuhan kepada langkah-langkah yang dijadikan petunjuk untuk mencari istilah. Bagan atau jadual pencarian istilah seperti yang terdapat dalam Pedoman sungguh rapi, dan digubal dengan tujuan yang mulia, tetapi kesannya terbalik. Jika saya boleh digunakan istilah pengurusan, bagan/jadual itu menunjukkan kesan Peter’s

Principle.

Page 44: SIDANG KEEMPAT PULUH SATU MAJELIS BAHASA BRUNEI …mabbim.gerbangbahasa.gov.bn/filebase/files/201401/5723439468Microsoft... · Sastera Melayu/Indonesia dalam Mengukuhkan Peradaban

44

2. Kesan dari Pembahagian kepada Subbidang

Kesan jenis ini adalah tambahan dari saya sendiri, berdasarkan pemerhatian saya terhadap kerja-kerja MBIM/MABBIM. Tahun-tahun awal MBIM/MABBIM mencatat hasil penyeragaman yang agak tinggi; sebahgian besarnya melebihi 65%. Bahkan ketika itu kita menjadi khuatir jika angka ini tidak dapat dicapai, dan telah berusaha sedaya upaya mencapai angka berkenaan. Oleh kerana itu, Kategori B dalam penentuan persamaan, yang pada mulanya dianggap berbeza, kemudiannya dianggap sama. (Kategori B menunjukkan istilah yang berbezannya agak kecil, iaitu dari segi ejaan dan penggunaan penambah/imbuhan). Ini menambahkan lagi peratusan persamaan. Dalam hubungan ini, dengan menyemak semula hasil MBIM/MABBIM, saya ingin mencatat di sini bahawa peratusan keseragaman yang tinggi telah dicapai apabila kerja-kerja kita masih bertumpu pada Sains Asas. Peratusan keseragaman mulai menurun apabila terdapat pemerincian bidang kepada cabang-cabang, sehingga kepada cabang yang paling kecil. Juga peratusan keseragaman yang tinggi masih terdapat dalam bidang-bidang yang tidak banyak perincinnya, dan kebanyakannya dalam bidang Sains Sosial. Dalam hubungan ini, perlu juga diperhatikan bahawa peratusan keseragaman yang rendah terdapat dalam bidang-bidang yang memasuki subklasifikasi yang berbeza, menurut tradisi negara-negara yang terlibat. Contohnya adalah Statistik dan Kewangan. Apakah implikasi dari semuanya ini? Dengan menganjurkan pembahagian kepada subbidang, MABBIM menjangka akan tercapainay kelajuan dalam penggubalan istilah. Panduan Penyusunan Kamus Istilah telah memberi panduan bagaimana menghadapi konsep-konsep subbidang yang khusus. Kecenderungan yang berlaku dalam JK Istilah subbidang ialah meninjau semula istilah-istilah yang telah diluluskanoleh MBIM/MABBIM bagi bidang induknya. Dengan demikian, berlakulah beberapa perubahan, dan kerja pada peringkat subbidang ada kalanya memerlukan jangka masa yang melebihi jangka masa yang diperuntukkan bagi tiap-tiap subbidang. Perubahan yang berlaku tentu sahaja menurunkan peratusan keseragaman yang sudah tercapai. Ada implikasi yang berikutan dari perubahan ini, iaitu adanya istilah yang sudah disetujui dan digunakan oleh berbagai-bagai bidang yang ada perkaitan ilmunya, misalnya antara Fizik dan Matematik, dan antara keduanya dengan Kimia atau Kejuruteraan. Apabila perubahan berlaku pada peringkat satu subbidang tertentu, sedangkan istilah berkenaan digunakan oleh subbidang atau bidang yang lain, maka berlakulah juga pengurangan pada keseragaman yang sudah tercapai. 3. Kesan dari Tatakerja MABBIM

Sebelum tahun 1990, Sidang MABBIM terdiri dari pertemuan Kelompok Eksekutif dari Kelompok Pakar yang diadakan serentak. Dengan itu, Kelompok Eksekutif dapat bertindak sebagai pakar perunding dan penunjuk ajar kepada Kelompok Pakar dalam situasi yang aktif, dan ketiga-tiga

Page 45: SIDANG KEEMPAT PULUH SATU MAJELIS BAHASA BRUNEI …mabbim.gerbangbahasa.gov.bn/filebase/files/201401/5723439468Microsoft... · Sastera Melayu/Indonesia dalam Mengukuhkan Peradaban

45

negara aktif terlibat sebagai pemberi dan penerima nasihat dan cadangan pada masa yang sama. Dalam Sidang Ke-28 MABBIM pada 6 – 8 Mac 1989, di Kuching, Sarawak, telah diluluskan tatakerja baru, iaitu dengan mengkhususkan Sidang MABBIM kepada Kelompok Eksekutif, dan menganjurkan Sidang Pakar di luar Sidang MABBIM yang sebenarnya. Hasil Sidang Pakar, yang diadakan beberapa bulan sebelum Sidang MABBIM, disampaikan kepada Sidang MABBIM yang akan meluluskannya. Tujuan mengadakan tatakerja yang baru ini memang baik, iaitu untuk menpercepatkan penggubalan istilah bagi berbagai-bagai bidang dan subbidang ilmu, dan juga untuk mengurangkan perbelanjaan negara-negara anggota. Melihat betapa luasnya keterlibatan kedua-dua jenis Sidang yang diperkatakan ini sekarang ini, saya tidak pasti sama ada tujuan penghematan perbelanjaan itu tercapai, tetapi ini adalah diluar bidang keterlibatan saya. Yang perlu saya ulaskan ialah tujuan pertama. Apa yang dapat dikatakan ialah hasil Kelompok Pakar tidak benar-benar dapat dinilai oleh Kelompok Eksekutif seperti yang berlaku sebelum ini. Dan pakar-pakar dalam Kelompok masing-masing tidak dapat bersemuka berbincang dengan pakar-pakar dalam Kelompok Eksekutif yang sebenarnya merupakan the policy makers. Saya berkecenderungan mengatakan bahawa kekurangan interaksi antara Kelompok Pakar dengan Kelompok Eksekutif juga mempunyai kesan terhadap pencapaian keseragaman dalam kerja-kerja peristilahan MABBIM. 4. Keperluan Membezakan Peringkat Penggunaan Bahasa (Levels of Speech/Levels of

Usage)

Bahasa diwujudkan dalam berbagai-bagai peringkat penggunaan, yang menunjukkan pertentangan situasi, misalnya: formal-tak formal; bertulis-lisan; akademik-am; persendirian- di depan awam (private-public), dan berbagai-bagai lagi. Situasu-situasi ini boleh digabungkan sehingga tidak perlu berada dalam keadaan satu lawan satu. Penggunaan istilah boleh dimasukkan ke dalam gabungan formal-akademik-bertulis/lisan. Dengan gabungan situasi yang serupa itu, istilah menandai penggunaan bahasa yang memberi ciri kepada bidang ilmu tertentu dalam bentuk laras bahasa. Jika asas pemikiran ini dapat diterima, maka kerja-kerja peristilahan di peringkat MABBIM akan lebih jelas arahnya jika dibataskan kepada situasi seperti yang diberi dalam gabungan di atas ini. Dalam rangka kerja MABBIM seperti yang ada sekarang ini tidak mungkin kita mengembangkan sayap mengadakan dasar bagi penggunaan bahasa pada peringkat tak formal-lisan-bersahaja-persendirian. Juga, adakah perlu kita mengawal penggunaan bahasa sedemikian rupa, mengingat bahawa individu mempunyai kecenderungan masing-masing berdasarkan latar pergaulan dan pendedahannya? Di samping itu, adalah sukar bagi kita mengal alih-kod karena gejala ini berada di mana sahaja terdapat kepelbagaian bahasa. Apa yang perlu dan boleh kita lakukan ialah menyedarkan para pengguna bahasa tentang adanya peringkat penggunaan bahasa berdasarkan situasi. Dan ini boleh dilakukan melalui pendidikan, baik di sekolah ataupun pengajian tinggi, ataupun melalui media massa.

Page 46: SIDANG KEEMPAT PULUH SATU MAJELIS BAHASA BRUNEI …mabbim.gerbangbahasa.gov.bn/filebase/files/201401/5723439468Microsoft... · Sastera Melayu/Indonesia dalam Mengukuhkan Peradaban

46

5. Inovasi dari Pihak Individu

Pembinaan bahasa yang terancang itu didefinisi oleh ilmu serta juga bidang penggunaan profesional. Walau bagaimanapun, dalam sempadan ilmu atau profesion itu sendiri akan timbul penciptaan istilah oleh individu yang mengkhusus dalam bidang berkenaan. Gejala ini berlaku berterusan di luar kerangka pembinaan yang terancang. Dan kita tidak dapat menyekat individu daripada mewujudkan kreativiti dalambidang kepakarannya. Cuma yang perlu dilakukan ialah kita mengambil perhatian terhadap wujud dan menyebarnya istilah jenis ini, dan memasukkannya ke dalam inventori istilah bidang ilmu atau profesion berkenaan. Seandainya sudah ada istilah bagi konsep yang berkenaan, maka istilah ciptaan individu itu, disebabkan sudah diterima umum, hendaklah dijadikan alternatif kepada istilah yang sedia ada. Hal ini tidak bertentangan dengan tatakerja MABBIM yang mengizinkan adanya alternatif, dan pilihan penggunalah akhirnya akan menentukan yang mana yang akan berkekalan. Daya kreatif individu dalam penggunaan bahasa adalah satu ciri yang positif. Tetapi ada kalanya pihak perancang sendiri yang kurang berhati-hati dan menjadi ghairah terhadap inovasi itu, sehingga menimbulkan kekeliruan makna. Biar saya ambil satu contoh yang mudah sahaja, iaitu istilah jati diri, yang muncul dalam pertengahan 1990-an, sedangkan ketika itu sudah ada istilah identiti (di Malaysia dan Brunei) dan identitas (di Indonesia). Sungguhpun varian-varian ini sudah termasuk dalam perbendaharaan kata am, tetapi ada bidang ilmu yang menggunakan identiti/identitas sebagai istilah dalam konteks makna tertentu. Misalnya, dalam Linguistik ada identity of reference yang dalam bahasa Melayunya adalah identiti rujukan. Dengan tersebarnya jati diri, maka berlakulah pengantian identiti yang selama ini digunakan dalam istilah, tanpa adanya sebarang penilaian sama ada penggantian itu membawa makna yang lebih tepat atau sebaliknya. Gejala yang seperti ini juga adalah diantara penyebab-penyebab yang menurunkan peratusan keseragaman. Saya sama sekali tidak mahu meyekat kreativiti, tetapi berhubung dengan gejala yang diperkatakan ini pembina bahasa hendaklah terlebih dahulu sedar bahawa dalam bahasa ada peringkat penggunaannya seperti yang sudah dikatakan di atas. Istilah jati diri sesuai untuk konteks tertentu (barangkali untuk merujuk kepada manusia), tetapi tidak untuk semua konteks. 6. Faktor Kebolehfahaman (Intelligibility Factor) antar Bahasa Melayu di Malaysia,

Indonesia, dan Brunei

Hasil kerjasama peristilahan dalam MABBIM merupakan istilah-istilah yang bebas konteks, yang dimasukkan dalam senarai istilah, dan kemudian disusun dalam bentuk kamus. Ini memang merupakan tujuan MABBIM dari awal lagi. Dalam usaha mencapai tujuan yang disebut di atas itu, kita seolah-olah mempunyai satu tanggapan bahawa jika peratusan keseragaman istilah yang tinggi dapat dicapai antara pakar-pakar dalam negara MABBIM, maka faktor kebolehfahaman antara mereka akan meningkat sehingga akhirnya perbezaan-perbezaan yang ada hanya variasi yang kecil-kecil sahaja. Sebenarnya tanggapan ini tidak seratus peratus benar, dan jika saya boleh menggunakan bahasa Inggeris, tanggapan ini adalah satu fallacy. Perbezaan yang besar dalam penggunaan bahasa Melayu di negara-negara MABBIM juga terletak pada penggunaan kata-kata am dan idiom.

Page 47: SIDANG KEEMPAT PULUH SATU MAJELIS BAHASA BRUNEI …mabbim.gerbangbahasa.gov.bn/filebase/files/201401/5723439468Microsoft... · Sastera Melayu/Indonesia dalam Mengukuhkan Peradaban

47

Berhubung dengan hal ini, saya telah membuat kajian kefahaman mahasiswa Malaysia terhadap bahasa akhbar Indonesia dalam tahun 1998, ketika saya masih mengajar di Universiti Malaya. Mahasiswa itu 81 orang semuanya, 8 dalam Semester II (masih Tahun I) Sarjana Pengajian Melayu. Dan 73 dalam tahun terakhir program Sarjana Muda Pengajian Melayu. Petikan-petikan akhbar yang sama digunakan bagi kedua-dua kumpulan ini. Berdasarkan kaedah yang saya reka itu (yang tidak dapat dijelaskan dengan panjang lebar dalam kertas kerja ini), yang membahagikan kefahaman teks kepada dua kategori utama telus dan legap (opaque) dan beberapa subkategori di antara kedua-duanya ini, telah didapati bahawa hanya 70% kefahaman teks-teks itu termasuk dalam kategori telus; dan 30% tidak difahami, yakni termasuk dalam kategori legap. Dengan tidak mengambil kira perbezaan ejaan bagi butir leksis yang sama, didapati bahawa sebahagian besar daripada butir-butir legap itu adalah dari kata-kata biasa dan idiom yang digunakan sehari-hari di Indonesia. Saya telah menggunakan kumpulan-kumpulan yang sama untuk kefahaman teks majalah dari Brunei. Didapati hanya 0.7% sahaja penyimpangan antara bahasa Melayu di Malaysia dan di Brunei. (Silar ruju Asmah Haji Omar, “Wujudkah Tembok Bahasa antara Malaysia dan Indonesia?”, Sarjana, Jurnal Fakulti Sastera dan Sains Sosial, Universiti Malaya, terbitan tahun 1999). Saya juga telah menggunakan kertas kerja Profesor Anton Moeliono dan Profesor Mien Rifai yang diperkatakan unu untuk melihat sejauh manakah kertas kerja itu difahami oleh tiga orang pegawai sangkut yang berkerja sebagai pembantu penyelidik di Institut Peradaban Melayu. Universiti Pendidikan Sultan Idris, Tanjung Malim, Perak. Ketiga-tiga mereka mempunyai ijazah Sarjana Muda (dengan kepujian) dalam Pengajian Melayu, dua dari Universiti Malaya, dan satu dari Universiti Pertanian Malaysia. Ketelusan kandungan kertas kerja itu hanya kira-kira 65% sahaja. Ada kata-kata biasa yang dalam bentuknya sama di Indonesia dan di Malaysia dan dari segi maknanya seolah-olanya sama tetapi sebenarnya tidak sama. Misalnya, kata makalah di Malaysia membawa makna hasil penulisan yang sudah dimuat atau dirancang untuk dimuat dalam majalah atau jurnal ilmiah; dalam bahasa Inggerisnya article. Hasil penulisan yang bertujuan untuk perbincangan dalam seminar atau forum adalah kertas kerja (working

paper). Di Indonesia, kalau saya tidak salah, kedua-dua pengertian itu didukung oleh kata makalah. Di sini sahaja, kita sudah sedar adanya penglihatan dunia (world-view) yang berbeza. Gejala yang sama dapat dilihat pada kata wakil yang bermakna representative di Malaysia dan Brunei, tetapi deputy di Indonesia. Satu lagi contoh ialah kata semula yang di Malaysia dan di Brunei membawa makna “sekali lagi”, atau “ulang lagi”, tetapi di Indonesia bermakna “pada mulanya”. Contoh-contoh seperti ini sangat banyak, tetapi memadailah setakat ini. Saya sama sekali tidak bertujuan mencadangkan supaya perbezaan-perbezaan yang seperti ini juga diselaraskan dalam kerangka kerjasama peristilahan MABBIM. Sebabnya ialah kata-kata am dan idiom sudah mempunayi tradisi hayat yang lama di masing-masing negara dan mewakili penglihatan dunia keseluruhan pengguna bahasa masing-masing negara. Penyelarasan antara negara akan menmbulkan kekeliruan di kalangan pengguna bahasa dan akan menurunkan taraf kestandardan yang sudah dicapai oleh masing-masing negara dalam

Page 48: SIDANG KEEMPAT PULUH SATU MAJELIS BAHASA BRUNEI …mabbim.gerbangbahasa.gov.bn/filebase/files/201401/5723439468Microsoft... · Sastera Melayu/Indonesia dalam Mengukuhkan Peradaban

48

konteksnya sendiri. Dengan itu, kita harus menumpukan perhatian kepada pembinaan istilah ilmu. Tiap-tiap bidang ilmu menggambarkan penglihatan dunia para pakar dalam bidang itu sendiri, dan merekalah seharusnya menentukan istilah-istilah dalam bidang mereka.

(A) PENYERAGAMAN RAGAM AKADEMIK

Profesor Anton Moeliono dan Profesor Mien Rifai juga mencadangkan penyeragaman ragam bahasa akademik, sesuai dengan ragam-ragam akademik yang terdapat dalam jurnal-jurnal yang ditulis dalam bahasa Inggeris. Saya menyambut cadangan ini, tetapi perbincangan mengenai tajuk ini tidak dapat dilakukan dalam kerangka peristilahan. Seperti yang telah dikatakan lebih awal tadi istilah adalah bebas konteks, dan hasilnya menjurus kepada penerbitan kamus. Ragam akademik mencakupi bidang wacana, yang meliputi bukan setakat istilah dan tatabahasa, tetapi yang tidak kurang pentingnya ialah unsur-unsur sosioretorik. Dengan itu, perbincangan mengenai ragam akademik haruslah melibatkan pakar-pakar yang menjalankan penyelidikan dalam bidang wacana, khususnya wacana akademik. Selain dari itu, penerbitan artikel dalam jurnal dan juga penerbitan buku akademik mempunyai tradisi in-housenya. Penyelidikan berbagai-bagai jenis wacana sebagai bidang tesis Ph.D. telah banyak dijalankan di Fakulti Bahasa dan Linguistik, Universiti Malaya, Kuala Lumpur, dan telah menunjukkan bahawa selain daripada tradisi in-house para penerbit, terdapat juga kaedah atau unsur sosioretorik yang berbeza atara bidang ilmu yang berbeza. (B) CADANGAN TINDAKAN JKTBM/MABBIM

Di bawah ini adalah cadangan saya untuk perhatian dan tindakan JKTBM/MABBIM selanjutnya:-

(1) Saya setuju dengan cadangan Profesor Anton Moeliono dan Professor Mien Rifai supaya Pedoman ditinjau semula (direvisi), khususnya dalam penyusuan jadual/bagan langkah-langkah yang perlu diambil oleh pembina istilah berhubung dengan sumber-sumbernya. Dalam hal ini, sumber-sumber perlu dikenal pasti tetapi keutamaan seperti yang terdapat dalam Pedoman yang ada sekarang ini ditiadakan.

(2) Berhubung dengan Pedoman itu juga, kita tidak seharusnya menyatakan bahawa dalam penulisan senarai kata, jika ada variasi yang lebih dari satu bagi satu-satu konsep, maka variasi yang diutamakan itulah yang didahulukan dalam senarai berkenaan. Jika dua variasi diterima, maka kedua-duanya harus diperlakukan sebagai variasi sama taraf. Penggunaan dari pihak para pakarlah yang akan menentukan yang mana yang akan bertahan.

Page 49: SIDANG KEEMPAT PULUH SATU MAJELIS BAHASA BRUNEI …mabbim.gerbangbahasa.gov.bn/filebase/files/201401/5723439468Microsoft... · Sastera Melayu/Indonesia dalam Mengukuhkan Peradaban

49

(3) Juga dicadangkan tinjauan semula terhadap tatakerja MABBIM, supaya wujud perhubungan secara langsung yang lebih erat antara Kelompok Eksekutif dan Kelompok Pakar.

(4) Cadangan selanjutnya ialah supaya ditinjau semula kaedah pembahagian kepada subbidang dan sub-subbidang, bagi bidang-bidang yang belum digarap.

(5) Perbincangan ke arah pemantapan ragam akademik hendaklah dipisahkan dari peristilahan.

Page 50: SIDANG KEEMPAT PULUH SATU MAJELIS BAHASA BRUNEI …mabbim.gerbangbahasa.gov.bn/filebase/files/201401/5723439468Microsoft... · Sastera Melayu/Indonesia dalam Mengukuhkan Peradaban

50

LAMPIRAN 7

Kertas Kerja untuk Sidang Ke-41 Mabbim

Makassar, Sulawesi Selatan, Indonesia

Tajuk : Syarahan Mabbim Bahasa Melayu/Indonesia Tujuan : 1. Pertukaran pakar atau tokoh bahasa antara ketiga-tiga negara

anggota Mabbim.

2. Menyebarluaskan perkembangan bahasa Melayu/Indonesia di kalangan negara anggota.

3. Sebagai usaha untuk pengembangan bahasa Melayu/Indonesia melalui syarahan dan perbincangan.

Pelaksanaan : 1. Diadakan setahun sekali

2. Seorang pakar/tokoh bahasa negara anggota secara bergantian akan menyampaikan syarahan dari sebuah negara ke negara yang lain. Umpamanya bermula dari Bandar Seri Begawan ke Jakarta dan Kuala Lumpur atau sebaliknya.

3. Negara penyelenggara akan menghubungi negara anggota yang lain tentang calon pakar/tokoh yang akan menyampaikan syarahan pada setiap tahun.

4. Salah satu negara anggota akan menjadi penyelaras.

5. Setiap pakar/tokoh bahasa akan berada di setiap negara anggota bagi tempoh 1 atau 2 hari untuk maksud syarahan dan perbincangan.

6. Setiap negara anggota akan bertanggungjawab menyediakan kemudahan ‘local hospitality’ seperti kenderaan dan jamuan.

7. Hasil syarahan/perbincangan akan diterbitkan oleh negara penyelenggara.

Page 51: SIDANG KEEMPAT PULUH SATU MAJELIS BAHASA BRUNEI …mabbim.gerbangbahasa.gov.bn/filebase/files/201401/5723439468Microsoft... · Sastera Melayu/Indonesia dalam Mengukuhkan Peradaban

51

LAMPIRAN 8

KERTAS CADANGAN

SAMBUTAN ULANG TAHUN KE-30 MABBIM

1. Acara-acara utama

1.1 Seminar Bahasa dan Sastera

1.2 Sidang Ke-42 MABBIM

1.3 Penyampaian Anugerah MABBIM

2. Tempat

Bandar Seri Begawan

Larian 30 Tahun MABBIM, Seminar Kebahasaan, Pameran

Catatan

Sidang Pakar MABBIM telah diadakan di Bandar Seri Begawan dan Kuala Belait

3. Tarikh

3.1 Mac

Larian 30 Tahun MABBIM

3.2 Mac

Majlis Perasmian dan Pelancaran Sambutan 30 Tahun MABBIM, Seminar

Kebahasaan dan Pameran.

Penyampaian anugerah MABBIM (semasa majlis makan malam)

3.3 Mac

Sidang Ke-42 MABBIM bermula….

4. Majlis Perasmian

Majlis perasmian dan pelancaran sambutan 30 tahun MABBIM akan disempurnakan

oleh Tetamu Kehormat, dan perincian acaranya seperti berikut:

Mac

8.00 pagi : Ketibaan peserta seminar, anggota perwakilan, dan

tetamu undangan.

9.00 pagi : - Keberangkatan tetamu kehormat

- Persembahan kumpulan koir

- Ucapan alu-aluan Ketua Perwakilan Brunei Darussalam

- Ucapan alu-aluan Ketua Perwakilan Indonesia

- Ucapan alu-aluan Ketua Perwakilan Malaysia

Page 52: SIDANG KEEMPAT PULUH SATU MAJELIS BAHASA BRUNEI …mabbim.gerbangbahasa.gov.bn/filebase/files/201401/5723439468Microsoft... · Sastera Melayu/Indonesia dalam Mengukuhkan Peradaban

52

- Ucapan perasmian dan pelancaran sembutan 30 Tahun

MABBIM

- Penyampaian hadiah kepada pemenang acara Larian 30

Tahun MABBIM

- Penyampaian cenderamata

- Tayangan Video Khas: 30 Tahun MABBIM

- Lawatan ke gerai pameran

- Jamuan ringan

5. Seminar Bahasa dan Sastera

5.1 Penyertaan

Jumlah penyertaan dijangka sebanyak 300 orang, yang tediri daripada (i) dekan

dan pensyarah pusat-pusat pengajian tinggi tempatan, (ii) Ahli JKI (termasuk

yang pernah berkhidmat), (iii) pengetuan dan Pensyarah Maktab Perguruan,

(iv) Pengetuan/Guru Besar dan guru-guru sekolah.

5.2 Kertas Kerja

Jumlah kertas kerja dijangka sebanyak 11 buah berdasarkan pembahagian

berikut:

Malaysia : 4 buah

Indonesia : 4 buah

Brunei Darussalam : 4 buah

Singapura : 2 buah

Negara Asean : 1 buah

5.3 Atur Cara

Mac

2.30 – 4.30 petang : Pendaftaran peserta

Mac

7.00 – 8.00 pagi : Pendaftaran peserta

9.00 pagi : ACARA PERASMIAN

11.30 pagi : Kertas Utama

12.30 t. hari : Makan tengah hari/rehat

2.15 – 3.15 petang : Kertas I (Dewan A)

Kertas II (Dewan B)

Kertas III (Dewan A)

Kertas IV (Dewan B)

4.15 petang : Minuman petang/bersurai

8.00 malam : Jamuan makan/acara kesenian

Page 53: SIDANG KEEMPAT PULUH SATU MAJELIS BAHASA BRUNEI …mabbim.gerbangbahasa.gov.bn/filebase/files/201401/5723439468Microsoft... · Sastera Melayu/Indonesia dalam Mengukuhkan Peradaban

53

Mac

8.00 – 9.00 pagi : Kertas V (Dewan A)

: Kertas IV (Dewan B)

9.00 – 10.00 pagi : Kertas VII (Dewan A)

: Kertas VIII (Dewan B)

10.00 pagi : Minuman pagi

10.30 – 11.30 pagi : Kertas IX (Dewan A)

Kertas X (Dewan B)

11.30 – 12.30 t.hari : Kertas XI (Dewan A)

12.30 t. hari : Makan tengah hari

2.00 petang : Panel Bahasa

4.30 petang : Minum petang/bersurai

6. Sidang Ke-43 MABBIM

6.1 Atur cara

Mac

2.30 petang : Sidang I

4.30 petang : Minum petang

7.30 petang : Makan malam

8.30 malam : Sidang II

Mac

7.00 pagi : Sarapan

8.00 pagi : Sidang III

10.00 pagi : Minum pagi

10.30 pagi : Sidang IV

12.30 t. hari : Makan tengah hari/Rehat

2.00 petang : Sidang V

4.30 petang : Minum petang

7.30 malam : Makan malam

8.30 malam : Sidang VI

Mac

7.00 pagi : Sarapan

8.00 pagi : Sidang VI

10.00 pagi : Minum pagi

10.30 pagi : Sidang IV

12.30 t. hari : Acara lawatan/Bebas

7.30 malam : makan malam

8.30 malam : Acara penutupan

Page 54: SIDANG KEEMPAT PULUH SATU MAJELIS BAHASA BRUNEI …mabbim.gerbangbahasa.gov.bn/filebase/files/201401/5723439468Microsoft... · Sastera Melayu/Indonesia dalam Mengukuhkan Peradaban

54

7. Pameran

7.1 Tempoh

Fasa I – sepanjang seminar berlangsung

Fasa II – sepanjang tahun (Empat Daerah)

7.2 Bahan

7.2.1 Bahan pameran disediakan oleh urus setia/panita ketiga-tiga negara

anggota.

7.2.2 Bahan pameran yang disediakan oleh urus setia ialah (i) bahan-bahan

terbitan (lihat lampuran), (ii) bahan cenderamata sidang-sidang

MBIM/MABBIm, (iii) poster, dan (iv) tayangan video 30 tahun

Mabiim

8. Penyampaian Anugerah MABBIM

8.1 Anugerah ini disampaikan oleh Menteri semasa acara majlis makan untuk

meraikan peserta seminar kebahasaan.

9. Larian 30 Tahun MABBIM

9.1 Penyertaan

Penyertaan terbuka kepada masyarakat setempat, peserta seminar, anggota

perwakilan kategori yang ditetapkan.

9.2 Hadiah

Pakej lawatan ke negara-negara MABBIM.

Catatan

Setiap peserta diberi percuma sehelai kemeja-T yang mempunyai logo khas 30

Tahun MABBIM.

10. Publisiti

Siaran secara langsung (radio dan tv) bagi acara Larian 30 tahun mabiim dan acara

Perasmian dan pelancaran sambutan 30 Tahun MABBIM.

Siaran secara rakaman bagi acara forum khas di televisyen.

Hebahan seminar kebahasaan, pameran, Sidang ke-30 MABBIM dan acara larian

MABBIM melalui media cetak dan elektronik.

Liputan harian (akhbar) tentang seminar kebahasaan

Disediakan oleh:

Hanafiah bin Haji Awang Zaini.

Page 55: SIDANG KEEMPAT PULUH SATU MAJELIS BAHASA BRUNEI …mabbim.gerbangbahasa.gov.bn/filebase/files/201401/5723439468Microsoft... · Sastera Melayu/Indonesia dalam Mengukuhkan Peradaban

55

Lampiran: Bahan terbitan Sempena Sambutan MABBIM 30 Tahun

1. Keputusan Umum – Kandungan buku “Persidangan dan Keputusan 1972 – 1992 perlu

disemak, dikemaskini dan diolah semula dalam bentuk/format yang lebih mudah dan

menarik.

2. Laporan Sidang Pakar – perlu diolah dalam bentuk/format yang sesuai

3. Kumpulan rencana tentang MBIM/MABBIM yang pernah tersiar dalam akhbar,

majalah, jurnal, dan sebagainya.

4. Majalah khas “MABBIM 30 tahun”.

5. Tatakerja MABBIM (hasil pindaan pada 5 –30 MABBIM).

6. Kata dan Ungkapan Am Bahasa Melayu BD- Ind – Mal (Kemas kini daftar yang telah

diterbitakan).

7. Poster

8. Surat Berita (newsletter) MABBIM

9. Daftar Istilah MABBIM.

10. Pedoman/panduan/peraturan hasil perbincangan/kesepakaran Sidang MABBIM.

11. Kertas kerja yang pernah dibincangkan dalam sidang-sidang MABBIM (bukan kertas

kerja seminar).

12. Kalendar MABBIM 1998 yang mengandungi maklumat-maklumat penting negara

anggota, seperti hari cuti/kelepasan negara anggota, dan sebagainya.

13. Video Khas “MABBIM 30 tahun”

14. Brosur Khas Anugerah MABBIM.

15. Buku Khas Wajah atau judul lain yang memuatkan gambar dan biodata anggota/pakar

yang terlibat dalam MBIM/MABBIM.

Page 56: SIDANG KEEMPAT PULUH SATU MAJELIS BAHASA BRUNEI …mabbim.gerbangbahasa.gov.bn/filebase/files/201401/5723439468Microsoft... · Sastera Melayu/Indonesia dalam Mengukuhkan Peradaban

56

LAMPIRAN 9

USUL PENGEMBANGAN GERBANG BAHASA MELAYU/INDONESIA

Hasil Sidang Pakar Kelompok Inisiatif Teks MABBIM (Sanur, 10-14 September 2001)

disempurnakan dalam

Pertemuan Luar Sidang Mabbim (Makassar, 11—12 Maret 2002

_______________________________________________________

Hasan Alwi

Sugiyono

Haji Jalaluddin bin Haji Chuchu

Aw. Haji Alipuddin bin Haji Omarkandi

Zaharin bin Yusoff

Encik Rusli Abdul Ghani

Nurhafizah Mohd. Husin

1. Latar Belakang

Dalam pernyataan bersama sidang pertama Majelis Bahasa Indonesia-Malaysia yang ditandatangani Ketua Panitia Pengembangan Bahasa Indonesia dan Pengerusi Jawatankuasa Tetap Bahasa Malaysia pada tanggal 29 Desember 1972 antara lain, dikemukakan bahwa Majelis bersetuju untuk menampung dan menyalurkan bahan-bahan kebahasaan dari kedua negara anggota untuk keperluan penelitian bersama (DBP, 1992:2; DBPB, 1998:2). Sesudah hampir tiga dekade dan 39 kali sidang, pada Sidang Ke-40 Mabbim yang dilaksanakandi Johor Bahru tahun 2001, usaha ke arah itu baru dimulai.

Pangkalan data teks atau korpus bersama antara Malaysia, Indonesia, dan

Brunei Darussalam tidak saja bermanfaat bagi peneliti-peneliti bahasa di ketiga negara, tetapi juga bagi peneliti di mana pun yang berminat untuk meneliti bahasa Melayu dan bahasa Indonesia. Kesulitan memperoleh data bahasa Melayu dan Indonesia merupakan kendala bagi pelaksanaan penelitian. Akibatnya, seringkali penelitian tentang bahasa itu tidak didukung oleh korpus data yang memadai. Alangkah sangat menyesatkan, misalnya, jika penelitian yang simpulannya diterapkan pada bahasa Melayu/Indonesia secara umum didasarkan pada korpus ragam tertentu saja. Oleh karen itu, upaya menyediakan data yang tepat dan lengkap untuk melakukan penelitian tersebut menjadi beban tugas dan tanggung jawab kita bersama.

Dengan kemajuan teknologi informasi setakat ini, world wide web merupakan

wadah terbaik untuk menempatkan dan menyebarluaskan korpus bahasa Melayu/ Indonesia. Melalui media ini, berbagai jenis teks dapat disebarluaskan dan dapat diakses oleh pengguna tanpa harus mengetahui di mana korpus itu tersimpan. Dalam konsep gerbang, bahkan, bukan hanya korpus yang bisa disebarluaskan, tetapi juga sebuah komunitas yang berkenaan dengan bahasa Melayu/Indonesia dapat dibentuk. Untuk merealisasikan usaha menampung dan menyalurkan bahan-bahan mengenai

Page 57: SIDANG KEEMPAT PULUH SATU MAJELIS BAHASA BRUNEI …mabbim.gerbangbahasa.gov.bn/filebase/files/201401/5723439468Microsoft... · Sastera Melayu/Indonesia dalam Mengukuhkan Peradaban

57

bahasa Melayu/Indonesia sebagaimana yang telah dinyatakan dalam persepakatan bersama Mabbim itu, Sidang Kelompok Khusus Teks Inisiatif Mabbim mengusulkan pembentukan gerbang informasi lewat media internet dengan nama Gerbang Bahasa

Melayu/Indonesia yang akan dipautkan kepada Laman Web Mabbim. 2. Tujuan

Tujuan pokok pembentukan Gerbang Bahasa Melayu/Indonesia adalah menyediakan prasarana penelitian bahasa Melayu/Indonesia dengan menggabungkan kepakaran bidang linguistik, kepakaran bidang komputer, dan sumber-sumber teks dan leksikon yang terdapat di berbagai pusat kebahasaan, universitas, lembaga penelitian, dan penerbit baik yang berada di negara-negara anggota Mabbim maupun institusi negara lain di luar anggota Mabbim yang berminat untuk ikut serta.

3. Kerangka Perbincangan

3.1 Sasaran

1. Prinsip Dasar: Inisiatif ini sebagai pautan dari Laman WEB MABBIM

2. Objektif: Pembentukan Portal/Gerbang Komunitas (seperti rajah di bawah)

3. Cakupan Isi: a. Pangkalan Data Teks b. Bank Leksikon c. Aplikasi pemeliharaan data – membantu membina bahan

tambahan

d. Aplikasi analisis kebahasaan - membantu membina aplikasi atau

peranti lunak kebahasaan

Page 58: SIDANG KEEMPAT PULUH SATU MAJELIS BAHASA BRUNEI …mabbim.gerbangbahasa.gov.bn/filebase/files/201401/5723439468Microsoft... · Sastera Melayu/Indonesia dalam Mengukuhkan Peradaban

58

3.2. Informasi Umum

Laman WEB

• menyebarkan informasi pada dokumen HTML

Laman WEB aktif

• menyebarkan informasi pada dokumen HTML

• dipautkan kepada pangklan data ( data boleh berubah) Gerbang/Portal

• menakrifkan sebuah komunitas (sekuriti, dsb.)

• menawarkan kemudahan umum (e-mail, chat, forum, kalendar, dsb.)

• menyebar informasi melalui laman web aktif

• menawarkan kemudahan pemasaran (e-market place/mall, lelang (auction), inventori berhieraki, dll.)

• menawarkan kemudahan pembayaran dan perakaunan

Cadangan:

MABBIM laman WEB

Page 59: SIDANG KEEMPAT PULUH SATU MAJELIS BAHASA BRUNEI …mabbim.gerbangbahasa.gov.bn/filebase/files/201401/5723439468Microsoft... · Sastera Melayu/Indonesia dalam Mengukuhkan Peradaban

59

Peringkat Negara Anggota laman WEB Aktif

Gerbang BM/I Gerbang/Portal

3.3 Perincian

Pangkalan Data Teks: 1 Arsip – Teks Bebas: - Semua Korpus - Korpus Lisan 2. Korpus Terpilih: - Korpus Perbandingan (tiga ‘bahasa’) - Korpus contoh 3. dll. Bank Leksikon: 1. Bank Istilah Eka-& Dwi-Bahasa (+takrif) 2. Kamus Elektronik Eka-& Dwi-Bahasa 3. Tesaurus 4. dll. Aplikasi Penanganan Data: 1. Ontologi – WORDNET Bahasa Melayu 2. Enjin carian 3. Penganalisis teks 4. Berbagai: - pemeriksa ejaan, dsb.

Aplikasi (Analisis Kebahasaan: 1. Portal/Gerbang Bahasa Melayu – gerbang komunitas 2. Analisis Bahasa Melayu 3. Alat-alat pemproses Bahasa Melayu 4. dll.

3.4 Permasalahan

Sumber: 1. Pengumpulan bahan (teks, kamus, …) a. Lokasi b. Hak Cipta 2. Info-struktur (termasuk infra-struktur) 3. Tenaga Manusia 4. dll.

Page 60: SIDANG KEEMPAT PULUH SATU MAJELIS BAHASA BRUNEI …mabbim.gerbangbahasa.gov.bn/filebase/files/201401/5723439468Microsoft... · Sastera Melayu/Indonesia dalam Mengukuhkan Peradaban

60

3.5 Keperluan

1. Organisasi a. usaha sama b. sumber 2. Dana 3. Tenaga Manusia 4. Penyenggaraan/Pemeliharaan Perlu disediakan: (i) Persetujuan prinsip (ii) Perancangan tahap awal (iii) Perancangan tahap lanjut (iv) Tahap pelaksanaan

4. Keputusan

4.1 Persetujuan Prinsip

a Nama gerbang adalah Gerbang Bahasa Melayu/Indonesia b. Gerbang komunitas dikaitkan dengan Laman WEB MABBIM c. 4 jenis kandungan : Pangkalan Data Teks Bank Leksikon Bahan Aplikasi pendukung Aplikasi (Analisis) Kebahasaan d. Organisasi dan Tata Kerja

Panitia: 1. Panitia Penasihat (Sidang Eksekutif Mabbim) 2. Panitia Gerbang Bahasa Melayu/Indonesia Pembentukan Panitia Kerja di peringkat negara anggota bergantung kepada keperluan negara anggota itu dan disesuaikan dengan keperluan dan keputusan dua panitia di atas. Kerja sama antara negara anggota dengan negara-negara lain diatur secara bilateral.

4.2 Rencana Kerja

a. Tahap Awal - Pemantapan sumber masa kini

1. Pembangunan Gerbang

Hasil peringkat ini ialah Gerbang Bahasa Melayu/Indonesia seperti yang digambarkan pada bagian terdahulu dengan jumlah data dan

Page 61: SIDANG KEEMPAT PULUH SATU MAJELIS BAHASA BRUNEI …mabbim.gerbangbahasa.gov.bn/filebase/files/201401/5723439468Microsoft... · Sastera Melayu/Indonesia dalam Mengukuhkan Peradaban

61

aplikasi yang minimal untuk menunjukkan potensi sebuah gerbang lengkap.

2. Pengumpulan bahan (teks, kamus, dsb.) dan juga aplikasi

Untuk tujuan penentuan cakupan pengumpulan data, yang berikut ditetapkan sebagai jenis data secara tentatif. Peringkat Gerbang:

• Teks: Arsip – menurut genre/topik perlu didaftar genre topik yang dianggap perlu

berdasarkan penelitian bersama yang sudah, sedang,

atau akan dilakukan (IT, novel, dll)

� Teks Setanding (B-I-M)

perlu didaftar tulisan yang sudah ada dalam 3

bahasa (media, novel, rapat bersama, terjemahan

Quran, dsb.)

� Teks Selari (dwi-bahasa)

perlu identifikasi tajuk teks terjemahan

(terjemahan novel, dsb.)

• Bank Leksikon

� Kamus Setanding (B-I-M) perlu dikembangkan (istilah, dsb.)

� Kamus (dwi- atau lebih bahasa)

perlu dikembangkan (indeks kamus di setiap laman

web aktif di negara anggota)

Peringkat Negara (secara minimum):

• Teks: jenis Arsip – berdasarkan genre/topik

perlu dimaklumkan senarai topik

� Teks Bebas

� Teks Selari (dwi-bahasa)

• Kamus � Kamus Eka-bahasa � Kamus Istilah, Glosarium � Tesaurus � Kamus (dwi- atau lebih bahasa)

Page 62: SIDANG KEEMPAT PULUH SATU MAJELIS BAHASA BRUNEI …mabbim.gerbangbahasa.gov.bn/filebase/files/201401/5723439468Microsoft... · Sastera Melayu/Indonesia dalam Mengukuhkan Peradaban

62

3. Penyediaan Inventori (apa, di mana, siapa pemiliknya)

Setiap negara angota perlu menginventarisasi data dan aplikasi yang terdapat di negara masing-masing. Untuk tujuan penyediaan inventori ini, informasi yang diperlukan adalah (1) Kandungan

• Teks (selari, setanding, bebas, dll.)

• Kamus (eka-, dwi-, setanding, dll.)

• Peranti lunak (yang melibatkan bahasa)

• Usaha penelitian pemprosesan bahasa

(2) Keperluan

• Apa

• Bentuk (digital/kertas)

• Di mana

• Siapa pemiliknya

• Kesediaan untuk menyumbang (hak cipta, pembayaran jika perlu)

• Bagaimana dapat dikumpulkan/diakses Setelah inventori dilakukan, baru ditentukan cakupan dan cara pengumpulan.

4. Masalah Administratif

1. Hak cipta: bergantung kepada hasil inventori. 2. Perlu ditentukan pihak yang bertangung jawab dalam

pengurusan pembangunan Gerbang. 5. Info-Struktur

Setiap negara anggota perlu mengkaji dan melaporkan situasi hal-hal berikut di negara masing-masing.

• Jaringan (network)

• Peranti Keras

• Peranti Lunak

Untuk tujuan itu, informasi yang diperlukan berkenaan dengan hal-hal berikut: Isi:

� Jaringan

(Untuk negara dan pusat sumber – misalnya Malaysia dan DBP)

• Internet service provider(s), misalnya Indo.Net, Jaring, Tmnet

Page 63: SIDANG KEEMPAT PULUH SATU MAJELIS BAHASA BRUNEI …mabbim.gerbangbahasa.gov.bn/filebase/files/201401/5723439468Microsoft... · Sastera Melayu/Indonesia dalam Mengukuhkan Peradaban

63

• Exit node

• Bandwidth

• Access – leased line, dial-up,ISDN

• Tarif

� Perangkat Keras

di pusat sumber (misalnya (DBP) yang dapat digunakan untuk tujuan penempatan data dan peranti lunak

• Platform (misalnya PC, Mac, SUN)

• Jumlah

• Kemampuan dan Daya Simpan

� Peranti lunak (yang melibatkan bahasa)

• Nama dan Fungsi

• Platform

• Ukuran dan Spesifikasi Teknis

• Peringkat kesiapan dan kegunaan

6. Gerbang – pembangunan (perancangan dan penyelengaraan)

• Gerbang Komunitas Peranti lunak yang sudah ada, diusahakan dengan dana yang mencukupi

• Enjin carian Peranti lunak yang sudah ada diusahakan dengan dana yang mencukupi, tetapi perlu diadaptasi untuk bahasa Melayu dan bahasa Indonesia.

• Pemuatan data Pemuatan data menjadi tanggung jawab setiap negara anggota. Untuk itu, perlu diusahakan dana yang mencukupi dan perlu diselaraskan oleh Panitia Gerbang.

7. Agihan Tugas dan Tenaga Manusia

Perlu menyediakan rancangan pelaksanaan yang terperinci setelah memperoleh inventori.

8. Dana

Penyediaan dana perlu diusahakan oleh negara masing-masing.

b. Tahap Lanjutan – perancangan masa yang akan datang

1. Pengumpulan Bahan Baru/Tambahan

• Data elektronik/bertulis

• Input baru

Page 64: SIDANG KEEMPAT PULUH SATU MAJELIS BAHASA BRUNEI …mabbim.gerbangbahasa.gov.bn/filebase/files/201401/5723439468Microsoft... · Sastera Melayu/Indonesia dalam Mengukuhkan Peradaban

64

• Direkabentuk/Dikompilasikan baru

2. Proyek-Proyek Penelitian dan Pengembangan

• Bahan aplikasi/sokongan

• WORDNET Bahasa Melayu

• dll.

• Aplikasi penanganan data

• Aplikasi (analisis) kebahasaan

• Lisan tulisan (dan sebaliknya)

• dll.

3. Agihan Tugas dan Tenaga Manusia

4. Dana

5. Penyelenggaraan atau Pemeliharaan

Semua hal di atas akan direncanakan dalam pertemuan akan datang berdasarkan: a. kerangka dan pelaksanaan tahap awal, b. umpan balik dari pihak-pihak tertentu di negara masing-masing, dan c. ketersediaan dana.

c. Tahap Penelitian/Penyemakan Tahap ini diperlukan untuk: a. memastikan keberhasilan kerja b. meneruskan ke tahap seterusnya c. memastikan anggaran d. merencnakan langkah selanjutnya

Page 65: SIDANG KEEMPAT PULUH SATU MAJELIS BAHASA BRUNEI …mabbim.gerbangbahasa.gov.bn/filebase/files/201401/5723439468Microsoft... · Sastera Melayu/Indonesia dalam Mengukuhkan Peradaban

65

4.3 Jadwal Kegiatan

No. Sasaran Kegiatan Tenggat

1 Rapat I: Pembentangan di Sidang Lengkap II

Ketua ● Menggunakan draf ini

12 September 2001 (di Bali)

2 Penyediaan laporan kegiatan awal yang lengkap

Panitia Gerbang Bahasa Melayu/Indonesia (Indonesia) 12 Februari 2002

3 Pengumpulan hasil tinjauan inventori dan info-struktur

Panitia Gerbang Bahasa Melayu/ Indonesia (Malaysia) ● Inventori data dan aplikasi ● Situasi info-struktur

12 April 2002

4 Rapat II: Panitia Gerbang Bahasa Melayu/Indonesia

● Penentuan jenis data ● Skop dan kaidah pengumpulan ● Masalah hak cipta ● Penanggungjawaban pengurusan pembangunan

Gerbang ● Perancangan pembangunan Gerbang ● Perancangan penyelenggaraan Gerbang ● Anggaran

12 Mei 2002 (di Jakarta)

5

Laporan Akhir Kegiatan Tahap Awal ……………………………… Rapat III: Panitia Gerbang Bahasa Melayu/Indonesia + Kelulusan MABBIM

Panitia Gerbang Bahasa Melayu/Indonesia (Indonesia) ……………………………………………………… ● Pengesahan rancangan pelaksanaan ● Anggaran ● Umpan balik negara anggota ● Tahap seterusnya (litbang, dll)

31 Mei 2002 ……………………… 31 Mei 2002

6 Tahap Pelaksanaan: Pembangunan Gerbang Bahasa Melayu/Indonesia ……………………………… Rapat IV: Panitia Gerbang Bahasa Melayu/Indonesia ……………………………… Rapat V: Panitia Gerbang Bahasa Melayu/Indonesia

+ penelitian

Panitia Gerbang Bahasa Melayu/Indonesia ● Gerbang komunitas ● Enjin carian ● Pemuatan data …………………………………………………. Panitia Gerbang Bahasa Melayu/Indonesia ● Pemantauan perlaksanaan proyek …………………………………………………. Panitia Gerbang Bahasa Melayu/Indonesia ● Penelitian bebas ● Pengesahan dan perancangan tahap berikutnya

12 September 2002 (4 bulan) ……………………… 12 Juni 2002 (Pertemuan Luar Sidang di Indonesia) ……………………… 12 Sept 2002 (bersama Sidang Pakar September 2002 di Brunei)

7 Laporan lengkap kegiatan tahap awal dan rencana kegiatan lengkap tahap lanjutan

Panitia Gerbang Bahasa Melayu/Indonesia (Brunei) 12 Oktober 2002 (1 bulan)

8 Rapat V: Panitia Gerbang Bahasa Melayu/Indonesia dan Peluncuran Gerbang Bahasa Melayu/Indonesia + pengesahan MABBIM untuk

tahap seterusnya

MABBIM 12 Maret 2003 (bersama sidang MABBIM di Brunei

Page 66: SIDANG KEEMPAT PULUH SATU MAJELIS BAHASA BRUNEI …mabbim.gerbangbahasa.gov.bn/filebase/files/201401/5723439468Microsoft... · Sastera Melayu/Indonesia dalam Mengukuhkan Peradaban

66

4.4 Anggaran: Sistem Gerbang dan Data

Anggaran ini disusun dengan catatan sebagai berikut: a. Proyek ini tidak dimulai dari keadaan kosong. Diandaikan bahwa:

• sudah terdapat bahan-bahan yang dapat diperoleh secara gratis;

• sebagian tenaga manusia akan disumbang oleh negara anggota;

• dana untuk kegiatan lain yang berkaitan (misalnya urusan MABBIM) masih diteruskan seperti biasa.

b. Anggaran akan diagihkan kepada dua peringkat:

• Peringkat Gerbang, untuk pembangunan gerbang serta pemuatan data dan aplikasi/peranti lunak antar-negara;

• Peringkat Negara, untuk pengumpulan data. c. Jumlah dana yang diperlukan masih tentatif:

• Perlu dikaji ulang selepas menerima hasil inventarisasi;

• anggaran untuk tahap lanjutan tidak diambil kira.

Rincian anggaran adalah sebagai berikut. SISTEM GERBANG B$500,000

Sistem Gerbang B$150.000 Pembangunan Aplikasi B$120.000 Peralatan dan Internet B$130.000 Biaya Administratif B$100.000 --------------

Jumlah B$500,000 DATA B$500,000 Data Korpus B$100.000 Pemprosesan Data Korpus B$100.000 Data Kamus B$100.000 Pemprosesan Data Kamus B$100.000 Biaya Administratif B$100.000 -------------- Jumlah B$500.000 ------------------ Jumlah B$1,000,000

Page 67: SIDANG KEEMPAT PULUH SATU MAJELIS BAHASA BRUNEI …mabbim.gerbangbahasa.gov.bn/filebase/files/201401/5723439468Microsoft... · Sastera Melayu/Indonesia dalam Mengukuhkan Peradaban

67

LAMPIRAN 10

Penelitian Bahasa:

- Aspek yang Perlu Digarap Bersama

- Sidang Ke-41Majlis Bahasa Brunei Darussalam-Indonesia-Malaysia

13-14 Mac 2002, Makassar, Indonesia

- Pertemuan Luar Sidang (Bogor, Indonesia, 5-8 Jun 2001)

- “…menyiapkan kerangka kerja di bidang penelitian kebahasaan,

misalnya tata bahasa, etimologi, sejarah bahasa Melayu , penulisan

ilmiah, dan penerbitan…”

- Aspek Penelitian

• Luas dan Pelbagai

- dialektologi, morfologi, sintaksis, semantik, etimologi, dsbnya.

- Tumpuan . ● Aspek bahasa yang wajar digarap bersama oleh ketiga-tiga

negara anggota MABBIM

Page 68: SIDANG KEEMPAT PULUH SATU MAJELIS BAHASA BRUNEI …mabbim.gerbangbahasa.gov.bn/filebase/files/201401/5723439468Microsoft... · Sastera Melayu/Indonesia dalam Mengukuhkan Peradaban

68

Struktur

- Majlis Eksekutif

Majlis Sidang Eksekutif Mabbim akan bertindak sebagai badan

penasihat bidang penelitian

- Peranan Majlis…

• Memastikan rancangan pelaksanaan Kelompok Penelitian

selari dan selaras dengan semangat dan piagam Mabbim;

• Mengenal pasti dan melantik anggota JK Pemandu/Panitia

Pengarahan;…

• Menerima dan mengesahkan penubuhan Kelompok Penelitian

berdasarkan cadangan JK Pemandu;

• Menerima dan mengesahkan keanggotaan Kelompok

Penelitian berdasarkan cadangan JK Pemandu;

dan..

JK

PEMANDU

Sidang

Eksekutif

Kelompok

Penelitian

Kelompok

Penelitan

Page 69: SIDANG KEEMPAT PULUH SATU MAJELIS BAHASA BRUNEI …mabbim.gerbangbahasa.gov.bn/filebase/files/201401/5723439468Microsoft... · Sastera Melayu/Indonesia dalam Mengukuhkan Peradaban

69

• Menerima dan mengesahkan laporan kegiatan dan penelitian

yang disampaikan oleh JK Pemandu.

- JK Pemandu/Panitia Pengarahan

Jawatankuasa ini terdiri daripada pakar bahasa/linguistik yang

dikenal pasti dan dilantik oleh Sidang Eksekutif Mabbim.

- Peranan JK Pemandu

● mengenal pasti bidang penelitian;

● membuat perancangan jangka pendek dan jangka panjang

penelitian; ● menentukan dan menyediakan kerangka kerja penelitian;

● mengenal pasti dan mencadangkan penubuhan Kelompok

Penelitian untuk pertimbangan dan persetujuan Majlis

Sidang Eksekutif; ….

• mengenal pasti dan mencadangkan anggota Kelompok

penelitian untuk pertimbangan dan persetujuan Sidang

Eksekutif;

• menerima dan mengesahkan laporan kegiatan dan hasil

penelitian Kelompok Penelitian; dan ….

• menyediakan laporan kegiatan dan hasil penelitian untuk

disampaikan kepada Sidang Eksekutif.

- Kelompok Penelitian

Kelompok penelitian ditubuhkan berdasarkan keperluan yang

dikenal pasti oleh JK Pemandu dan diterima oleh Majlis Sidang

Eksekutif.

Page 70: SIDANG KEEMPAT PULUH SATU MAJELIS BAHASA BRUNEI …mabbim.gerbangbahasa.gov.bn/filebase/files/201401/5723439468Microsoft... · Sastera Melayu/Indonesia dalam Mengukuhkan Peradaban

70

- Peranan Kelompok

• Merencanakan program penelitian;

• Melakukan penelitian; dan

• Menulis hasil penelitian.

- Contoh JK Kerja

• Tatabahasa

• Sejarah Bahasa

• Etimologi

• Dialek Melayu Nusantara

• Daftar Kependekan

• Daftar Kata Umum

- Jadual Pelaksanaan

• Mac 2002 (Sidang Ke-41)

- Persetujuan Mabbim

- Pencalonan dan Pelantikan Anggota JK Pemandu

• Mei 2002

(Pertemuan Luar Sidang)

- Pertemuan JK Pemandu

- Pengenalpastian Kelompok Penelitian dan anggota

• Jun 2002

- Pencalonan dan Pelantikan Anggota Kelompok

Penelitian

• Sept. 2002

- Sidang Pakar Kelompok Penelitian

Page 71: SIDANG KEEMPAT PULUH SATU MAJELIS BAHASA BRUNEI …mabbim.gerbangbahasa.gov.bn/filebase/files/201401/5723439468Microsoft... · Sastera Melayu/Indonesia dalam Mengukuhkan Peradaban

71

• Okt 2002 – Feb 2003

- Penelitian

• Mac 2003 (Sidang Ke-42)

- Laporan Status I

• Mei 2003

(Pertemuan Luar Sidang)

- menilai hasil penelitian

• Jun – Ogos 2003

- Penelitian

• Sept. 2003

- Sidang pakar Kelompok Penelitian

• Okt. 03 – Feb. 04

- Penelitian

• Mac 2004

- Laporan Status

• Apr – Ogos 04

- Penulisan dan Pembaikan

• Sept. 2004

- Sidang Pakar Penelitian

Page 72: SIDANG KEEMPAT PULUH SATU MAJELIS BAHASA BRUNEI …mabbim.gerbangbahasa.gov.bn/filebase/files/201401/5723439468Microsoft... · Sastera Melayu/Indonesia dalam Mengukuhkan Peradaban

72

Kesimpulan

Aspek penelitian yang dapat menyerlahkan persamaan dan

perbezaan di antara ketiga-tiga varian bahasa ini perlu segera

ditangani agar perencanaan bahasa Melayu/Indonesia dapat

dilakukan secara objektif dan menyeluruh.

Page 73: SIDANG KEEMPAT PULUH SATU MAJELIS BAHASA BRUNEI …mabbim.gerbangbahasa.gov.bn/filebase/files/201401/5723439468Microsoft... · Sastera Melayu/Indonesia dalam Mengukuhkan Peradaban

73

SAMBUTAN

MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL

• Saudara Gubernur Provinsi Sulawesi Selatan,

• Saudara Walikota Makassar,

• Saudara Rektor Universitas Hasanuddin,

• Saudara Rektor Universitas Negeri Makassar, dan

• Saudara Rektor Universitas Islam Makassar yang saya hormati; Yang terhormat:

• Ketua dan anggota perutusan Brunei Darussalam,

• Ketua dan anggota perutusan Malaysia,

• Ketua dan anggota perutusan peninjau Singapura, dan

• Ketua dan anggota perutusan Indonesia; serta

• Para undangan dan peserta Seminar Bahasa dan Sastra yang berbahagia. Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh dan Salam Sejahtera,

Marilah kita awali pertemuan ini dengan memanjatkan rasa syukur kita kepada Allah swt karena hanya atas izin dan perkenan-Nya kita dapat berkumpul di tempat ini dalam keadaan sehat wal-afiat.

Pagi ini kami benar-benar merasa gembira dan bahagia karena berada di tengah-tengah para pakar bahasa dan sastra yang datang dari berbagai negara, seperti Brunei Darussalam, Malaysia, dan Singapura. Kegembiraan dan kebahagiaan itu tidak disebabkan oleh kegiatan bahasa dan sastra ini memberikan pengalaman baru kepada saya, tetapi karena alasan lain.

Seperti kita ketahui, kerja sama kebahasaan antara Indonesia, Malaysia, dan Brunei Darussalam telah dimulai sejak tahun 1972 dalam bentuk majelis bahasa yang dikenal dengan singkatan MABBIM (Singapura berkedudukan sebagai peninjau). Dalam perkembangannya, menurut informasi yang kami peroleh Mabbim kini mantap eksistensinya karena, antara lain, diperkuat oleh Mastera (Majelis Sastra Asia Tenggara) yang secara khusus menggarap masalah sastra.

Kalau Mabbim itu makin mantap, tentu aspek bahasa dan sastra akan tergarap secara utuh dan berimbang pada waktu mendatang. Oleh karena itu, wajarlah rasanya kalau kita semua – termasuk kami – menaruh harapan yang lebih besar lagi pada Mabbim untuk memberikan sumbangan yang lebih bermakna bagi peradaban dunia baru atau sekurang-kurangnya bagi kesejahteraan pada pengguna bahasa serumpun.

Berdasarkan pemikiran itulah kami merasa gembira dan bahagia dapat memenuhi permintaan panitia penyelenggara, dalam hal ini Kepala Pusat Bahasa, untuk meresmikan mulainya Sidang Ke-41 Mabbim, Sidang Ke-7 Mastera, dan Seminar Bahasa dan Sastra di Hotel Sahid Jaya Makassar ini.

Sebelum kami meresmikan mulainya ketiga kegiatan tersebut, kami ingin menyatakan bahwa hasil Mabbim selama kurang lebih 30 tahun yang berupa istilah ilmu pengetahuan dan teknologi sebanyak lebih dari 250.000 itu tidaklah banyak manfaatnya kalau tidak dipakai

Page 74: SIDANG KEEMPAT PULUH SATU MAJELIS BAHASA BRUNEI …mabbim.gerbangbahasa.gov.bn/filebase/files/201401/5723439468Microsoft... · Sastera Melayu/Indonesia dalam Mengukuhkan Peradaban

74

oleh masyarakat luas atau setidak-tidaknya oleh pakar, praktisi, dan pendidik. Oleh karena itu, melalui kesempatan ini kami minta Kepala Pusat bahasa untuk terus melakukan upaya menempuh strategi pemasyarakatan istilah tersebut secara terpadu yang sekurang-kurangnya melibatkan Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, dan Direktorat Jenderal Pendidikan Luar Sekolah, dan Pemuda, serta Direktorat Jenderal Olahraga.

Tema Seminar Bahasa dan Sastera yang berbunyi Peran bahasa dan Sastra Indonesia/Melayu dalam Pembinaan Masyarakat Madani@ menurut hemat saya cukup aktual dan menantang. Seperti kita ketahui, dalam era global seperti sekarang ini yang penuh dengan kemelut politik dan krisis ekonomi, masyarakat pada umumnya dan tokoh atau

pejabat tertentu pada khususnya cenderung beranggapan bahwa masalah bahasa dan

satra tidak perlu dibicarakan sekarang atau bukan prioritas. Menurut pendapat kami, bahasa dan Sastra perlu dan harus terus dibina dan

dikembangkan karena tidak saja keadaan bahasa dan Sastra suatu bangsa mencerminkan keadaan bangsa itu sendiri, tetapi bahasa dan Sastra itu adalah salah satu sarana komunikasi bangsa yang ampuh kalau tidak boleh dikatakan yang terampuh. Oleh karena itu, membahas peran bahasa dan Sastra dalam pembinaan masyarakat madani dalam sebuah seminar seperti saat ini sangatlah tepat dan perlu. Walaupun demikian, kami perlu mengingatkan para peserta bahwa dalam berdiskusi nanti setiap peserta harus berusaha sedemikian rupa sehingga selalu berbicara dengan arif dan sejauh mungkin berupaya untuk berbicara tentang bahasa dan Sastra dalam hubungan dengan peradaban modern pada kehidupan masyarakat modern.

Mabbim dan Mastera dilandasi jiwa dan semangat keserumpunan. Oleh karena itu, kami percaya setiap peserta kegiatan, khususnya peserta Seminar, akan berusaha dengan sungguh-sungguh menerapkan jiwa dan semangat tersebut dalam setiap kesempatan berdiskusi.

Sebelum mengakhiri sambutan ini, kami berharap agar para anggota perutusan merasa nyaman tinggal di Indonesia, khususnya di Makassar, dan semoga diberi atau mendapat kesempatan untuk melihat-lihat dan menikmati berbagai objek wisata yang ada di Makassar dan di Sulawesi Selatan ini.

Akhirnya, dengan mengucapan bismillahirrahmanirrahim kami nyatakan: Sidang Ke-41 Mabbim, Sidang Ke-7 Mastera, dan Seminar Bahasa dan Sastra tahun 2002 secara

resmi dibuka. Selamat bersidang ! Terima kasih dan wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh Makassar, 11 Maret 2002

Menteri Pendidikan Nasional

Prof. A. Malik Fajar, M.A.

Page 75: SIDANG KEEMPAT PULUH SATU MAJELIS BAHASA BRUNEI …mabbim.gerbangbahasa.gov.bn/filebase/files/201401/5723439468Microsoft... · Sastera Melayu/Indonesia dalam Mengukuhkan Peradaban

75

SAMBUTAN GUBERNUR SULAWESI SELATAN

PADA PEMBUKAAN

SEMINAR BAHASA DAN SASTRA

SIDANG KE- 41 MAJELIS BAHASA

BRUNEI DARUSSALAM-INDONESIA-MALAYSIA

SIDANG KE-7 MAJELIS SASTRA ASIA TENGGARA

Makassar, 11 Maret 2002

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh

Yth. Menteri Pendidikan Nasional yang diwakili oleh Prof. Dr. Machmuri Muchlas, Sekretaris Jenderal Departemen Pendidikan Nasional Yth. Drs. H.B. Amiruddin Maula, M. Si., Walikota Makassar Yth. Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Sulawesi Selatan Yth. Panglima Daerah Militer Sulawesi Selatan Yth. Prof. Dr. H.M. Idris Arief, M. S., Rektor Universitas Negeri Makassar Yth. Prof. Dr. Ir. Radi A. Gany, Rektor Universitas Hasanuddin Yth. Prof. Dr. Zainuddin Thaha, Rektor Universitas Islam Makassar Yth, Dr. Dendy Sugono, Ketua Perutusan Indonesia Yth. Awang Haji Abdul Hakim Mohd. Yassin, Ketua Perutusan Brunei Darussalam beserta anggota perutusan Ybhg Dato’ Haji A. Aziz Deraman, Ketua Perutusan Malaysia beserta anggota perutusan Yth. Para Pemerhati dari Singapura, serta Para undangan dan peserta Seminar

Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Allah SWT atas perkenan dan hidyahnya

sehingga kita dapat bersama-sama menghadiri acara sidang Majelis Bahasa Brunei Darussalam-Indonesia-Malaysia (Mabbim) yang ke-41, Sidang Ke-7 Majelis Sastra Asia Tenggara (Mastera), dan Seminar Bahasa dan Sastra. Forum seperti ini sangat esensial yang diharapkan dapat memperluas wawasan dan pemahaman kita serta mengembangkan daya nalar dalam memandang upaya pemgembangan bahasa dan sastra di Asia Tenggara karena melalui momentum ini diharaplan terjalinnya silaturahmi yang erat dalam bidangnya, rasa kebersamaan konsolidasi para peserta sidang dan seminar. Untuk itulah saya atas nama pemerintah dan masyarakat Sulawesi selatan menyambut baik gagasan serta inisiatif dari penyelenggara acara ini dan berharap agar kegiatan semacam ini mendapat perhatian dan respon dari peserta yang tentunya tidak lain adalah untuk menciptakan suatu perkembangan bagi bahasa dan sastra.

Di samping itu, forum seperti ini penting artinya karena dapat memberikan manfaat yang sangat berarti bagi terjalinnya kehidupan yang harmonis antarbangsa karena dapat dimanfaatkan juga untuk membahas berbagai topik permasalahan dilihat dari beberapa sudut pandang guna menuju pada persamaan visi, persepsi, dan interpretasi terhadap pengembangan bahasa dan sastra serumpun, khususnya yang berkaitan dengan upaya peningkatan pemahaman bahasa dan sastra di Asia Tenggara. Di sisi lain, kegiatan ini

Page 76: SIDANG KEEMPAT PULUH SATU MAJELIS BAHASA BRUNEI …mabbim.gerbangbahasa.gov.bn/filebase/files/201401/5723439468Microsoft... · Sastera Melayu/Indonesia dalam Mengukuhkan Peradaban

76

merupakan salah satu wujud kepedulian daripada pemerhati bahasa dan sastra yakni menanamkan kecintaan, kesetiaan, dan kebanggaan terhadap bahasa dan sastra yang kita miliki bersama.

Hadirin sekalian yang saya hormati,

Pada kesempatan ini saya mengharapkan kiranya seminar ini dapat pula memberikan kontribusi dan pemikiran yang positif khususnya dunia bahasa dan sastra begitu pula sarana pendidikan dan informasi bagi masyarakat sebagai bekal ilmu pengetahuan.

Akhirnya, atas segala upaya yang telah dilakukan oleh segenap pihak dalam rangka mewujudkan kegiatan ini saya menyampaikan penghargaan yang setinggi-tingginya semoga upaya tersebut mendapatkan rahmat dari Tuhan Yang Maha Esa dan kepada segenap peserta, khususnya peserta yang berasal dari beberapa propinsi, saya mengucapkan selamat datang di Sulawesi Selatan. Semoga selama berada di makassar mendapat perlindungan dari Allah swt. Selamat bersidang dan berseminar.

Sekian dan terima kasih. Wabillahitaufiq walhidayah wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh. Gubernur Sulawesi Selatan H.Z.B. Palaguna

Page 77: SIDANG KEEMPAT PULUH SATU MAJELIS BAHASA BRUNEI …mabbim.gerbangbahasa.gov.bn/filebase/files/201401/5723439468Microsoft... · Sastera Melayu/Indonesia dalam Mengukuhkan Peradaban

77

SAMBUTAN

KETUA PERUTUSAN INDONESIA

PADA PEMBUKAAN

SEMINAR BAHASA DAN SASTRA

SIDANG KE- 41 MAJELIS BAHASA

BRUNEI DARUSSALAM-INDONESIA-MALAYSIA

SIDANG KE-7 MAJELIS SASTRA ASIA TENGGARA

Makassar, 11 Maret 2002

Bismillahirrahmanirrahim Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh

Yth. Menteri Pendidikan Nasional yang diwakili oleh Prof. Dr. Machmuri Muchlas, Sekretaris Jenderal Departemen Pendidikan Nasional Yth. Mayjen (Pur.) H.Z.B. Palaguna, Gubernur Sualwesi Selatan Yth. Drs. H.B. Amiruddin Maula, M. Si., Walikota Makassar Yth. Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Sulawesi Selatan Yth. Panglima Daerah Militer Sulawesi Selatan Yth. Prof. Dr. H.M. Idris Arief, M. S., Rektor Universitas Negeri Makassar Yth. Prof. Dr. Ir. Radi A. Gany, Rektor Universitas Hasanuddin Yth. Prof. Dr. Zainuddin Thaha, Rektor Universitas Islam Makassar Yth. Awang Haji Abdul Hakim Mohd. Yassin, Ketua Perutusan Brunei Darussalam beserta anggota perutusan Ybhg Dato’ Haji A. Aziz Deraman, Ketua Perutusan Malaysia beserta anggota perutusan Yth. Para Pemerhati dari Singapura, Para undangan dan peserta Seminar

Puji dan syukur kita tujukan kepada Allah Subhanahu Wataala karena atas karunia dan rahmat-Nya kita dapat berkumpul di Hotel Shahid Raya Makassar ini dalam rangka mengikuti acara pembukaan Seminar (Ke-10) Bahasa dan Sastra, Sidang Ke-41 Majelis Bahasa Brunei Darussalam-Indonesia-Malaysia (Mabbim) Sidang Ke-7 Majelis Sastra Asia Tenggara (Mastera).

Pada kesempatan ini saya ingin menyampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih kepada Gubernur Sualwesi Selatan atas perkenannya Seminar Bahasa dan Sastra, Sidang Mabbim dan Mastera dapat diselenggarakan di Makassar ini. Begitu juga atas dukungan Rektor Universitas Makassar, Universitas Hasanuddin, Universitas Islam Makassar dan institusi/lembaga lainnya, saya menyampaikan terima kasih. (Izinkan saya menyampaikan selintas ihwal kerja sama kebahasaan dan kesastraan ini)

Kerja sama kebahasaan ini dimulai sejak tahun 1972 antara Indonesia dan Malaysia dalam Majelis Bahasa Indonesia-Malaysia (MBIM). Keanggotaan Majelis itu bertambah setelah Brunei Darussalam menjadi anggota pada tahun 1985 dan namanya berubah menjadi Majelis Bahasa Brunei Darussalam-Indonesia-Malaysia (Mabbim). Sementara itu, Singapura berstatus sebagai pemerhati. Selain penyempurnaan ejaan dan tata cara pembentukan istilah,

Page 78: SIDANG KEEMPAT PULUH SATU MAJELIS BAHASA BRUNEI …mabbim.gerbangbahasa.gov.bn/filebase/files/201401/5723439468Microsoft... · Sastera Melayu/Indonesia dalam Mengukuhkan Peradaban

78

kerja sama ini telah menghasilkan sekitar 250.000 istilah berbagai bidang ilmu. Istilah itu nerupakan hasil kerja para pakar bidang ilmu dan pakar bahasa di ketiga negara anggota Mabbim melalui Panitia Kerja Sama Kebahasaan (Indonesia), Jawatankuasa Tetap Bahasa Melayu (Malaysia), dan Jawatankuasa Tetap Bahasa Melayu Brunei Darussalam. Penyelarasan istilah itu dilakukan dalam Sidang Pakar ketiga negara anggota yang diselenggarakan sekali dalam satu tahun di negara anggota secara bergiliran. Tahun 2001 yang lalu Indonesia bertindak sebagai penyelenggara sidang pakar yang ke-15 dan tahun 2002 ini sidang pakar akan diselenggarakan di Brunei Darussalam.

Sidang yang akan berlangsung di Makassar ini adalah Sidang Ke-41 Mabbim. Pada bulan Desember 2002 ini usia Mabbim akan genap 30 tahun. Dalam perjalanan yang panjang itu kerja sama negara serumpun ini telah berkembang tidak hanya di bidang kebahasaan, tetapi juga di bidang kesastraan. Sejak tahun 1996 telah terjalin kerja sama di bidang kesastraan dalam Majelis Sastra Asia Tenggara (Mastera). Kali ini Mastera akan melakukan sidangnya yang ke-7. Kalau Mabbim menggarap peristilahan bahasa kebangsaan negara anggota, Mastera melakukan upaya untuk memajukan sastra di negara anggota melalui kegiatan penelitian, pengembangan, dan pemasyarakatan karya sastra, serta pengembangan tenaga kesastraan.

Sejak tahun 1993 penyelenggaraan sidang majelis didahului dengan seminar untuk memasyarakatkan hasil Mabbim, seperti istilah bidang ilmu, dan untuk memperoleh masukan dalam upaya memajukan langkah dan gerak majelis ini. Sejak tahun 2001 yang lalu Seminar Mabbim dan Seminar Mastera. Tema seminar itu diselaraskan dengan perkembangan yang terjadi di dalam masyarakat. Di dalam masyarakat telah muncul gagasan masyarakat madani sebagai upaya solusi dalam menghadapi berbagai perkembangan tatanan kehidupan dunia yang baru. Untuk itulah seminar ini mengemukakan tema “Peran Bahasa dan Sastra Indonesia/Malaysia dalam Pembinaan Masyarakat Madani”. Apa peran bahasa dan sastra bagi masyarakat pendukungnya dalam menuju kehidupan masyarakat madani.

Pemilihan Makassar, Sulawesi Selatan sebagai tempat penyelenggaraan sidang dan seminar ini ditetapkan dalam Sidang Mabbim dan Mastera tahun lalu di Johor Bahru, Malaysia. Pemilihan itu amat tepat mengingat sejarah lembaga kebahasaan di kota ini termasuk yang tua. Sejak tahun 1947 telah ada satu lembaga yang menangani masalah kebahasaan yang kini disebut Balai Bahasa, sebagai unit pelaksana tenis Pusat Bahasa. Selain itu, Makassar juga merupakan tempat strategis bagi upaya pemasyarakatan Mabbim dan Mastera, khususnya, di kawasan wilayah Indonesia tengah dan timur.

Hadirin yang terhormat,

Seminar ini dihadiri oleh pemakalah dan peserta dari negara anggota, Indonesia, Malaysia, dan Brunei Darussalam, serta pemerhati Singapura dan peminat dari Jepang, Korea, Inggris, dan Amerika Serikat. Peserta dari Indonesia terdiri atas pakar bidang ilmu, pakar bahasa dan sastra, dosen, guru bidang studi, pejabat, ketua organisasi profesi kebahasaan dan kesastraan, serta peminat lainnya yang berasal dari seluruh Indonesia.

Pada kesempatan ini hadir pula tokoh-tokoh Mabbim Malaysia (Dato H. Hassan Ahmad, Prof. Asmah Haji Omar,); Indonesia (Amran Halim, Anton M. Moeliono, dan Hasan Alwi; dan Brunei Darussalam (Dato Paduka Haji Ahmad bin Kadi dan Dato Paduka Alidin bin Haji Othman).

Bapak-Bapak, Ibu-Ibu, Tuan-Tuan dan Puan-Puan serta hadirin yang saya hormati.

Page 79: SIDANG KEEMPAT PULUH SATU MAJELIS BAHASA BRUNEI …mabbim.gerbangbahasa.gov.bn/filebase/files/201401/5723439468Microsoft... · Sastera Melayu/Indonesia dalam Mengukuhkan Peradaban

79

Peristiwa semacam ini merupakan peluang yang amat berharga bagi Pusat Bahasa. Untuk itu, saya ingin memanfaatkan kesempatan ini untuk menyampaikan keinginan Pusat Bahasa. Dalam melihat perkembangan ke depan Pusat Bahasa akan berupaya meningkatkan pelayanan kepada masyarakat di bidang kebahasaan dan kesastraan. Untuk itu, Pusat Bahasa akan berupaya meningkatkan lagi perkembangan kosakata/istilah, memantapkan kaidah/sistem bahasa, serta meningkatkan mutu penggunaannya dalam berbagai keperluan. Dalam upaya menuju budaya baca-tulis, Pusat Bahasa akan berupaya menyebarluaskan hasil pembinaan dan pengembangan bahasa dan sastra melalui penerbitan.

Salah satu upaya ke arah itu adalah penerbitan glosarium istilah. Pada kesempatan ini akan diluncurkan lima glosarium (Keuangan, pertanian, linguistik, farmasi dan teknologi informasi). Untuk itu kepada para pakar Sdr. Jan Hoesada, Sdr. Sudirman Yahya, Sdr. Goeswin Agoes, Sdr. Elin Yulinah, Sdr. Hans Lapoliwa, dan Sdr. Titon Dutono yang telah melakukan penyuntingan istilah-istilah tersebut sehingga menjadi terbitan glosarium tersebut, saya menyampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih. Pada saatnya nanti, saya mohon kesediaan Sekretaris Jenderal meluncurkan glosarium tersebut.

Dalam upaya meningkatkan jaringan kerja sama hingga ke pemerintah kabupaten/kota di seluruh Indonesia. Dalam pengembangan pusat informasi kebahasaan dan kesastraan, Pusat Bahasa telah melakukan penelitian berbagai aspek kebahasaan dan kesastraan baik Indonesia maupun daerah. Sejak tahun 1974 telah dihasilkan sekitar .... penelitian bahasa dan sastra Indonesia dan daerah. Dalam upaya penyediaan sarana pembinaan bahasa telah dihasilkan berbagai kamus, kamus umum, kamus bidang ilmu (istilah), kamus pelajar, (sedang dalam proses penggarapan) tesaurus, serta tes bahasa (Uji Kemahiran Berbahasa Indonesia/UKB). Dalam upaya peningkatan apresiasi sastra di kalangan pelajar telah dilakukan pemberdayaan sastra di sekolah melalui kegiatan bengkel sastra. Dalam upaya pengembangan minat baca telah diterbitkan sekitar 230 cerita anak yang bersumber dari cerita rakyat dari berbagai daerah di Indonesia.

Mengingat luas wilayah kerja pembinaan dan pengembangan bahasa dan sastra, Pusat bahasa berupaya terus mengembangkan kelembagaannya hingga ke semua provinsi di Indonesia. Saat ini telah ada 14 Balai Bahasa dan 4 Kantor Bahasa yang berkedudukan di Banda Aceh, Medan, Padang, Pekanbaru, Palembang, Bandung, Yogyakarta, Semarang, Surabaya, Denpasar, Banjarmasin, Palangkaraya, Pontianak, Makassar, Palu, Manado, dan Jayapura (para kepala balai/kantor bahasa ada di sini). Kini masih diupayakan pendirian balai bahasa di sejumlah provinsi.

Bapak-Bapak, Ibu-Ibu, Tuan-Tuan dan Puan-Puan,

Pada bagian berikut izinkan saya memperkenalkan anggota perutusan Indonesia sebagai berikut.

A. Mabbim

1. Dr. Dendy Sugono 2. Dr. Hasan Alwi 3. Dr. Hans Lapoliwa, M.Phil. 4. Drs. Dedi Puryadi 5. Dr. Zaenal Arifin 6. Drs. Abdul Gaffar Ruskhan, M.Hum. 7. Drs. Sugiyono, M. Hum.

Page 80: SIDANG KEEMPAT PULUH SATU MAJELIS BAHASA BRUNEI …mabbim.gerbangbahasa.gov.bn/filebase/files/201401/5723439468Microsoft... · Sastera Melayu/Indonesia dalam Mengukuhkan Peradaban

80

B. Mastera

1. Dr. Dendy Sugono 2. Dr. Melani Budianta 3. Dr. Nafron Hasjim 4. Slamet Sukirmanto 5. Drs. Abdul Rozak Zaidan, M.A. 6. Hamid Jabar 7. Drs. Saksono Prijanto, M.Hum. 8. Drs. Muhammad Jaruki 9. Dra. Siti Zahra Yundiafi, M.Hum. 10. Drs. S. Amran Tasai, M.Hum.

C. Pemakalah

1. Dr. Andi A. Malarangeng 2. Prof. Dr. Nurdin Yatim 3. Dr. Sinansari ecip 4. Dr. Melani Budianta

D. Panelis

1. Prof. Dr. Anton M. Moeliono 2. Emha Ainun Najib Pada bagian akhir sambutan ini saya mohon kesediaan Gubenur Sulawesi Selatan

menyampaikan sambutan pada saatnya nanti dan saya mohon Sekretaris Jenderal Departemen Pendidikan Nasional mewakili Menteri Pendidikan Nasional memberikan sambutan dan dilanjutkan dengan membuka secara resmi Seminar Bahasa dan Sastra, Sidang Ke-41 Mabbim, dan Sidang Ke-7 Mastera serta meluncurkan glosarium.

Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh

Dendy Sugono

Page 81: SIDANG KEEMPAT PULUH SATU MAJELIS BAHASA BRUNEI …mabbim.gerbangbahasa.gov.bn/filebase/files/201401/5723439468Microsoft... · Sastera Melayu/Indonesia dalam Mengukuhkan Peradaban

81

SAMBUTAN

KETUA PERUTUSAN BRUNEI DARUSSALAM

PADA PEMBUKAAN

SEMINAR BAHASA DAN SASTRA

SIDANG KE- 41 MAJELIS BAHASA

BRUNEI DARUSSALAM-INDONESIA-MALAYSIA

SIDANG KE-7 MAJELIS SASTRA ASIA TENGGARA

Makassar, 11 Maret 2002

Bismillahirrahmanirrahim Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh Yang Terhormat Prof. Dr. Machmuri Muchlas , Sekretaris Jenderal Departemen Pendidikan Nasional Yang Terhormat Mayjen (Purn) H.Z.B. Palaguna, Gubernur Propinsi Sualwesi Selatan Yang Terhormat Walikota Makassar Yang Terhormat Bupati Gowa Yang Terhormat Para Rektor Perguruan Tinggi di Makassar Yang Terhormat Dr. Dendy Sugono, Ketua Perwakilan Indonesia dan anggota perwakilan Yang Berbahagia Dato’ Haji A. Aziz Deraman, Ketua Perwakilan Malaysia dan anggota perwakilan Yang Berbahagia Pemerhati dari Singapura Peserta Seminar Bapak-bapak dan Ibu-ibu yang saya hormati

Dari BSB ke Ujung Pandang Singgah sebentar di Jakarta Dari jauh kadikami datang Dengan tujuan merapat keluarga. Saya selaku Ketua Perwakilan Negara brunei Darussalam dengan perasaan tulus

ikhlas mengucapkan terima kasih tak terhingga atas sambutan tuan rumah kepada perwakilan, dan merakamkan penghargaan yang setinggi-tingginya kerana mengungkayahkan sidang kali ini dengan jayanya.

Seperti yang sedia dimaklumi, tujuan utama kita berhimpun di sini ialah untuk meningkatkan semangat kerjasama dan persaudaraan antara negra anggota bagi membina dan mengembangkan bahasa rasmi/kebangsaan negara.

Para hadirin yang dihormati

Bahasa bukan semata-mata alat komunikasi tetapi juga sebagai alat pembina budaya

dan lambang jati diri bangsa. Untuk mengembalikan kegemilangan tamadun bangsa dan

Page 82: SIDANG KEEMPAT PULUH SATU MAJELIS BAHASA BRUNEI …mabbim.gerbangbahasa.gov.bn/filebase/files/201401/5723439468Microsoft... · Sastera Melayu/Indonesia dalam Mengukuhkan Peradaban

82

bahasa Melayu/Indonesia di abad baru ini kita perlu mengukuhkan kebudayaan serta meningkatkan persepsi positif terhadap nilai bangsa dan bahasa itu sendiri.

Pengayaan khazanah ilmu dalam bahasa harus diambil perhatian yang serius untuk memperkasa dan meningkatkan kewibawaan bahasa Melayu/Indonesia dalam misi untuk memartabatkannya sebagai bahasa ilmu bersifat moden dan bertaraf antarabangsa.

Para hadirin yang dihormati

Alhamdullilah, pada masa ini skop dan bidang kerja MABBIM diperluaskan lagi

tidak sahaja terhad kepada istilah dan ejaan, bahkan kepada wacana ilmu, penerbitan penelitian dan kegiatan kebahasaan yang lain. Apatah lagi dengan kelahiran Majlis Antarabangsa Bahasa Melayu (MABM). Setelah 3 kali Jawatankuasa Eksekutif MABM bermusyawarah, jawatankuasa- jawatankuasa kerja telah membina rangka kerja yang akan disaring dan perkemaskan oleh Urus Setia menjadi Rancangan/Program 10 tahun MABM (2001 – 2010).

Kegiatan MABBIM tentu sekali boleh merealisasikan kegiatan MABM atau memperkukuhkannya, begitu juga sebaliknya. Begitu juga dengan Majlis Sastera Asia Tenggara (MASTERA). Majlis ini dapat memberi sumbangan kepada MABM terutama dalam soal memasyarakatkan sastera kepada golongan muda termasuk anak-anak. Tren tidak suka membaca, apatah lagi karya sastera, amat membingkan. Ini diperkuatkan lagi dengan pelbagai keudahan hiburan dan teknologi maklumat dan komunikasi dewasa ini. Kalau generasi baru tidak mencintai, atau sekurang-kurangnya mengenal sastera bangsa mereka (juga bangsa lain), maka bayangkan saja senario budaya sastera 15, 20 tahun akan datang. Justeru itu, kita yang menganggotai ketiga-tiga majlis, mempunyai tanggungjawab yang lebih besar untuk menanamkan minat mencinta bahasa, sastera dan, seterusnya, budaya bangsa kepada generasi muda, di samping golongan pendidik dan penulis/sasterawan dan pengamat ketiga-tiga bidang itu.

Mastera juga akan menggaris rancangan 5 tahun mereka (2001 – 2005) di samping membuat review kegiatan dan program yang telah dilaksanakan 5 tahun yang lalu. Antaranya, apakah sudah ramai warga kita mengetahui kewujudan MASTERA dan apakah sudah bertambah bilangan yang kenal penulis-penulis dan karya sastera dari Indonesia, malaysia, Brunei Darussalam dan Singapura?

Bapak-bapak dan Ibu-ibu yang hormati

Pada bulan Disember 2002 ini genaplah tiga puluh tahun kewujudan MABBIM

dipersada serantau. Negara Brunei Darussalam mendapat giliran untuk menjadi tuan rumah dan mendapat penghormatan menyelenggara sambutan 30 tahun MABBIM yang akan dilancarkan sempena Sidang Ke-42 MABBIM dan Sidang Ke-8 MASTERA yang akan diadakan pada bulan Mac 2003, insya Allah.

Seperti lazimnya saya ingin memperkenalkan anggota perwakilan Negara Brunei Darussalam ke sidang ini.

Page 83: SIDANG KEEMPAT PULUH SATU MAJELIS BAHASA BRUNEI …mabbim.gerbangbahasa.gov.bn/filebase/files/201401/5723439468Microsoft... · Sastera Melayu/Indonesia dalam Mengukuhkan Peradaban

83

MABBIM

1. Dato Paduka Haji Alidin bin Haji Othman Pembahas Kertas Kerja dan Mantan Pengarah DBP, Brunei 2. Dato Paduka Haji Ahmad bin Kadi

Ahli JKTBMBD, Mantan Pengarah DBP, Brunei dan ahli Panel Forum 3. Awang Hanafiah bin Haji Awang Zaini Setiausaha JKTBMBD/MABBIM Brunei Darussalam 4. Awang Haji Jalil bin Haji Mail Ahli JKTBMBD Brunei Darussalam 5. Dr. Haji Jaludin bin Haji Chuchu Ahli Jawatankuasa Teks MABBIM 6. Dr. Mataim bin Abu Bakar Pembentang Kertas Kerja 7. Dr. Hajah Fatimah binti Haji Chuchu Pembentang Kertas Kerja 8. Awang Haji Alipudin bin Haji Omarkandi Ahli Jawatankuasa Teks MABBIM 9. Dayang Hajah Zainab binti Haji Mat Daud Urus Setia MABBIM Brunei Darussalam

MASTERA

1. Dayang Aminah binti Haji Momin Setiausaha, Mastera Brunei Darussalam 2. Dr. Ampuan Haji Brahim bin Ampuan Haji Tengah Ahli Mastera Brunei Darussalam dan Pembentang Kertas Kerja 3. Awang Haji Zainal Ariffin bin BPKDP Haji Sirat Ahli Mastera Brunei Darussalam 4. Awang Haji Shawal bin Rajab Pembentang Kertas Kerja 5. Awang Alimin bin haji Abdul Hamid Urus Setia Mastera Brunei Darussalam Dan saya sendiri, Haji Abdul Hakim bin Haji Mohd. Yassin Pengerusi MABBIM dan MASTERA Brunei Darussalam juga selaku Ketua Perwakilan Negara Brunei Darussalam.

Dari Brunei ke Sulawesi Singgah sebentar di Pulau Jawa Semoga sidang penuh berisi Keputusan bermanfaat untuk semua. Sembilan hari di Kota Makassar Dua hari pula di Jakarta Maaf dipohon tersilap terkasar Semoga Allah merahmati kita.

Akhir kata, kepada peserta dan perwakilan Selamat berseminar dan bermusyawarah. Semoga bahasa dan sastera Melayu/Indonesia akan terus berkembang dan tidak mundur dalam menghadapi dan melalui anjakan paradigma dan cabaran alaf baru ini. Wabillahitaufiq walhidayah wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh. Awang Haji Abdul Hakim

bin Haji Mohd. Yassin

Page 84: SIDANG KEEMPAT PULUH SATU MAJELIS BAHASA BRUNEI …mabbim.gerbangbahasa.gov.bn/filebase/files/201401/5723439468Microsoft... · Sastera Melayu/Indonesia dalam Mengukuhkan Peradaban

84

SAMBUTAN

KETUA PERUTUSAN MALAYSIA

PADA PEMBUKAAN

SEMINAR BAHASA DAN SASTRA

SIDANG KE- 41 MAJELIS BAHASA

BRUNEI DARUSSALAM-INDONESIA-MALAYSIA

SIDANG KE-7 MAJELIS SASTRA ASIA TENGGARA

Makassar, 11 Maret 2002 Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh Bismillahirrahmanirrahim Yang Terhormat Prof. Dr. Machmuri Muchlas , Sekretaris Jenderal

Departemen Pendidikan Nasional

Yang Terhormat Haji Abbas Sabbi, SH Assistan II, Pemerintah Propinsi Sualwesi Selatan Yang Terhormat Walikota Makassar, Drs. H.B. Aminuddin Maula M.Sc. Yang Terhormat Panglima Kodam VII, Wirabuana Yang Terhormat Para Rektor Perguruan Tinggi di Makassar, Prof. Dr. H.M. Idris Arief, M. S., UNM, Prof. Dr. Ir. Radi A. Gany, UNHAS, Prof. Dr. Zainuddin Thaha, UIM Yang Terhormat Dr. Dendy Sugono, Ketua Perwakilan Indonesia dan Anggota perwakilan Yang Berbahagia Awang Haji Abdul Hakim bin Haji Mohd. Yassin Ketua Perwakilan Brunei Darussalam dan Anggota perwakilan Yang Berbahagia rakan-rakan Pemerhati dari Singapura, para pegawai/pejabat, para pakar, dan para peserta seminar dan sastera. Tuan-tuan, dan puan-puan, para hadirin dan hadirat sekalian.

Marilah sama-sama kita memanjatkan kesyukuran kita ke hadrat Allah swt. Atas limpah rahmat-Nya kita diberikan kesihatan dan dengan izin-Nya jua kita bertemu sekali lagi untuk ke-41 dalam rangka kerjasama kebahasaan dan persuratan serantau, khususnya rantau Alam Melayu.

Sidang Ke-41 bagi MABBIM dan Sidang Ke-7 bagi MASTERA ini, yang kita gilirkan tuan rumahnya itu, antara Brunei, Indonesia dan Malaysia adalah menandakan suatu perkongsian wawasan dan gerak kerja yang mendukung gagasan bersama. Dalam hal ini tentunya wawasan membina upaya kesatuan serumpun melalui bahasa, dan persatuan umat melalui kerjasama sastera dalam erti kata persuratan besarnya. Pelbagai program kerja dan kegiatan diatur ke arah merealisasikan gagasan yang kita letakkan di landasan bersama itu.

Bagi pihak anggota perwakilan Malaysia, saya selaku ketua perwakilan mengucapkan selamat bertemu kembali untuk melanjutkan muzakarah dan persefahaman antara negara-negara anggota MABBIM dan MASTERA dalam rangka memartabatkan bahasa dan

Page 85: SIDANG KEEMPAT PULUH SATU MAJELIS BAHASA BRUNEI …mabbim.gerbangbahasa.gov.bn/filebase/files/201401/5723439468Microsoft... · Sastera Melayu/Indonesia dalam Mengukuhkan Peradaban

85

persuratan Melayu sebagai tonggak tamadun di rantau ini. Demikian juga, saya menyampaikan salam takzim daripada pimpinan dan seluruh rakyat negara Malaysia yang secara lahir dan batinnya ikut serta dalam mendukung gerakan kerjasama tersebut.

Pertemuan kita di kota Makassar ini sangat relevan dan mempunyai signifikannya tersendiri. Sejarah dan kebudayaan Makassar-Ujung Pandang, dan tersohornya orang Bugis dengan ilmu laut dan pelayaran khususnya, dan peranan Sulawesi amnya dalam senario peradaban dunia Melayu menandakan demikianlah sifatnya geobudaya rumpun Melayu besar yang ditandai oleh kelautan dan kepulauan, kedaratan dan perkongsian peradaban yang sama asasnya. Di Malaysia, suatu tanda kebenaran itu ialah kehadiran kebanyakan suku bangsa dari rumpun Melayu. Walau dengan nama apa pun mereka dikenali dengan suku bangsanya, di Malaysia atau di rantau besar kita, mereka tetap dari keturunan rumpun yang sama, mempunyai hak yang sah terhadap alam ini. Mereka berpindah dan menetap di sana sini dalam sejarah dan di tapak sebuah kebudayaan yang kuat, berada dalam alam yang sama. Kebudayaan rakyat asal rantau ini sekarang pun masih merupakan cara hidup keperibumian, meskipun kita pernah menempuh sama merasa zaman kolonial Barat sejak awal abad ke-15. Kira-kira 250 juta umat manusianya menuturkan bahasa yang sama, bahasa yang kini sedang mengambil tempatnya menjadi bahasa serantau dan kedudukan yang kukuh sebagai bahasa nasional/kebangsaan di beberapa buah negara Asia Tenggara. Bayangkan betapa pentingnya keakraban dan senario ruang yang ada itu boleh dipupuk dan di manafaatkan melalui segala macam perencenaan program MABBIM, bukan sekadar melalui kejayaan membereskan soal ejaan dan istilah, bahkan kepada wacana ilmu, penelitian dan penerbitan dan lebih berbahagia lagi sekiranya kita lakukan pengukuhan nilai-nilai peradaban bersama. Saya kira, dalam keadaan rantau kita bergerak kerana membina masyarakat madani, masyarakat yang maju bukan saja dalam bentuk fizikal dan spritual atau civil society, terbatas tafsirannya tetapi untuk kesejahteraan dunia dengan kebudayaan dan kesejahteraan akhirat dengan agamanya. Tema seminar kita itu, “Peranan Bahasa dan Sastera Indonesia/Malaysia dalam Pembinaan Masyarakat Madani” amat perlu diterjemahkan dalam program pembangunan bangsa kita

Majlis Antarabangsa Bahasa Melayu (MABM). Setelah 3 kali Jawatankuasa Eksekutif MABM bermusyawarah, jawatankuasa- jawatankuasa kerja telah membina rangka kerja yang akan disaring dan perkemaskan oleh Urus Setia menjadi Rancangan/Program 10 tahun MABM (2001 – 2010).

MABBIM, (Majelis Bahasa Brunei Darussalam-Indonesia-Malaysia), MASTERA (Majlis Sastera Asia Tenggara) dan baru-baru ini telah juga didirikan FOKEPS (Forum Kerjasama Penerbitan Serantau), adalah organisasi- organisasi serantau yang didukung sesudah dilahirkan oleh ketiga-tiga negara induk berbahasa Melayu Brunei, Indonesia dan Malaysia. Pengaruh keserantauan itu juga kini sedang meresap ke wilayah-wilayah lain dalam erti kata hubungan budaya, selain Singapura adalah dengan Thailand Selatan, Kemboja dan Mindanao. Kami juga sedang mengisi program kebahasaan dan persuratan, serta kebudayaan di kawasan segi tiga Asia Tenggara seperti SIJORI, IMT-GT, BIMP-EAGA, agar menjadi saling melengkapi supplementary dan complementary dengan usaha-usaha dagang dan ekonomi.

Sejak tahun 2000, setelah dilancarkan/diluncurkan Majlis Antarabangsa Bahasa Melayu (MABM) di Kuala Lumpur, ternyata perancangan program dan perencanaan kegiatan, penelitian dan pembinaan, hal ehwal pengajian dan pengiktirafan akan dapat digerakkan segera. Sokongan dari hampir 30 buah negara dan institusi yang menganggotai MABM dari Eropah, Amerika, Asia dan Oceania, akan membolehkan penyelarasan usaha

Page 86: SIDANG KEEMPAT PULUH SATU MAJELIS BAHASA BRUNEI …mabbim.gerbangbahasa.gov.bn/filebase/files/201401/5723439468Microsoft... · Sastera Melayu/Indonesia dalam Mengukuhkan Peradaban

86

bidang-bidang tersebut dilakukan dengan secara kesepakatan dan kerjasama. Bagi saya, forum dunia ini akan menjadi hirarki dan struktur mengukuhkan wawasan kita dalam MABBIM dan MASTERA menjadikan bahasa Melayu salah satu bahasa Komunikasi Asia Tenggara dan salah satu bahasa komunikasi dunia sebelum pertengahan abad ini. Gagasan ini sesuai dengan kedudukan bahasa Melayu yang menduduki tangga keempat dari segi jumlah penuturnya (250 juta umat) di belakang bahasa Mandarin, Sepanyol dan bahasa Inggeris.

Sungguhpun bahasa Inggeris bahasa ketiga dalam hirarki jumlah penutur bahasa-bahasa dunia, tetapi bahasa Inggeris mengambil tempat bahasa pertama di bidang sains dan teknologi, khususnya perkembangan ilmu baru ICT (information and communication

technology), dan kebetulan ilmu baru ini juga dicipta oleh mereka. Bahasa kita perlu diperkukuh di peringat nasional dan rantau, dan sesuai dengan sifat keterbukaan peradaban Melayu besar itu, kita juga perlu dan boleh mengusai bahasa-bahasa asing yang lain.

Bahasa kita ini mesti terus maningkat upayanya dalam pemerkasaan budaya dan tamadun, dan untuk itu, kepustakaan ilmu menerusi kesepakatan kerja negara-negara induknya hendaklah dijalankan. Persuratan dan hasil-hasil kesusasteraannya dan penerbitan dalam pelbagai kategori ilmu diperbanyak dan diterbitkan bagi edaran sehingga menjadi bahan bacaan dan bahan ajar ke segenap pelusuk rantau kita. Di sinilah peranan baru MABBIM dan MASTERA. Langkah awal penerbitan kira-kira 70 buah novel pilihan berbahasa Melayu/Indonesia oleh DBP Malaysia dijangka selesai diterbitkan dalam tempoh tahun 2001-2003 ini. Selaku Pengerusi JKTBM, Malaysia dan pimpinan DBP (Dewan bahasa dan Pustaka Malaysia), kami mengalu-alukan sebarang kerjasama dengan mana-mana institusi, organisasi dan lembaga-lembaga yang mempunyai aspirasi bersama itu.

Sesudah hampir tiga dasawarsa berlalu, kita melayari bahtera kerjasama kebahasaan dan persuratan, mula-mula melalui MBIM, kemudian MABBIM, dan seterusnya MASTERA, sudah sampai saatnya kita melakukan muhasabah untuk menilai gerak kerja kita selama ini dan dampaknya terhadap gagasan dan idealisme pembinaan suatu peradaban besar di rantau ini melalui bidang bahasa dan persuratan. Demikian pula, marilah sama-sama kita renung dan kita rencanakan peluasan ruang liput kerjasama kita lewat forum-forum tersebut agar dapat memenuhi keperluan dan tuntutan sezaman, sejajar dengan kepesatan perkembangan ilmu, teknologi dan globalisasi. Hal ini sesuai pula dengan penetapan panitia Seminar Bahasa dan Sastera bersempena dengan Sidang Ke-41 bagi MABBIM dan Sidang Ke-7 bagi MASTERA pada kali ini yang secara khusus menyorot peranan bahasa dan sastera dalam pembentukan masyarakat madani.

Sesungguhnya pertemuan demi pertemuan tidak mungkin kita jayakan tanpa dukungan, bantuan dan keterlibatan tuan rumah. Untuk ini, saya ingin merakamkan rasa hormat dan penghargaan saya kepada Yang Terhormat Pak Dendy Sugono dan staf Pusat Bahasa, Indonesia yang menjadi sekretariat Panitia Kerjasama Kebahasaan (PAKERSA) atas pengelolaan Sidang MABBIM dan MASTERA kali ini. Di Makassar tiga hari yang lalu telah juga diadakan Mesyuarat Jawatankuasa Eksekutif MABM yang dihadiri oleh wakil-wakil Eropah, Amerika, Asia dan Oceania, selain dari tiga negara anggota MABBIM. Maka atas segala persediaan dan bantuan itu, saya juga ingin menyatakan penghargaan yang sama. Demikian terima kasih kami kepada Yth. Prof. Dr. Machmuri Muchlas , mewakili Menteri Pendidikan Nasional, Indonesia, teman-teman dari Brunei Darussalam dan pemerhati Singapura. Kepada seluruh peserta saya ucapkan selamat mengikuti seminar, selamat mengikuti Sidang MABBIM dan dan selamat mengikuti Sidang MASTERA.

Page 87: SIDANG KEEMPAT PULUH SATU MAJELIS BAHASA BRUNEI …mabbim.gerbangbahasa.gov.bn/filebase/files/201401/5723439468Microsoft... · Sastera Melayu/Indonesia dalam Mengukuhkan Peradaban

87

Pada kesempatan ini, izinkanlah saya memperkenalkan anggota perwakilan Malaysia bagi MABBIM dan MASTERA (termasuk anggota perwakilan, pemakalah dan panelis) dalam sidang pada tahun ini:

i. Dato’ Dr. Haji Hassan Ahmad ii. Prof. Emeritus Dato’ Dr. Hajah Asmah Haji Omar iii. Dato’ Dr. Siddiq Fadzil iv. Dr. Haji Awang Sariyan v. Prof. Dr. Zaharin Yusoff vi. Dr. Syed Othman Syed Omar vii. Dato’ Dr. Ahmad kamal @ Kemala (dengan maaf) viii. Haji Hamdan Yahya ix. Dr. Mohd. Anwar Haji Rethwan x. Puan Atiah Haji Salleh xi. Puan Hajah Zalila Sharif xii. Puan Hajah Halimah Haji Ahmad xiii. Puan Rogayah Abd. Hamid xiv. Encik Rusli Abd. Ghani xv. Puan Siti Aishah Murad xvi. Puan Sa’odah Abdullah xvii. Puan Zahrah Ibrahim xviii. Encik Abd. Gapar Abdullah xix. Puan Diarani Mat Adam dan, xx. Saya, Dato’ Haji A. Aziz Deraman, selaku Ketua Perwakilan. Selain itu, ikut serta dalam rombongan kami belasan orang peserta seminar yang

mencukupkan jumlah kami dari Malaysia sebesar 30 orang. Akhir kata, tiga rangkap pantun daripada saya:

Kota berkat saujana sawah, Adat dipantau bestari warga; Bahasa berdaulat sastera bermaruah, Umat serantau dihormati dunia. Sabah Sarawak Brunei Kalimantan, Berkongsi bumi pulaunya besar; Indah masyarakat madani jadi idaman, Bersatu hati kemajuan terpancar. Perahu pinisi dari Makassar, Ke Malaysia belayar meredah lautan; Kutahu budi tuan begini besar, Cahaya bersinar tersemat di ingatan.

Sekian, wabillahitaufiq walhidayah assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh. Dato’ Haji A. Aziz Deraman

Page 88: SIDANG KEEMPAT PULUH SATU MAJELIS BAHASA BRUNEI …mabbim.gerbangbahasa.gov.bn/filebase/files/201401/5723439468Microsoft... · Sastera Melayu/Indonesia dalam Mengukuhkan Peradaban

88

Page 89: SIDANG KEEMPAT PULUH SATU MAJELIS BAHASA BRUNEI …mabbim.gerbangbahasa.gov.bn/filebase/files/201401/5723439468Microsoft... · Sastera Melayu/Indonesia dalam Mengukuhkan Peradaban

89