makalah gastroenteritis

30
GASTROENTERITIS Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah KMB I Disusun Oleh : Nur Asiyah (NIM . P 17320109029) Refiani Yusuf (NIM. P 17320109002) Syarif Hidayat (NIM. P 17320109010) Vani Cahaya Lestari (NIM. P 17320109012) Tingkat : 2B

Upload: jhoni-darjudin

Post on 23-Jun-2015

8.432 views

Category:

Documents


18 download

TRANSCRIPT

Page 1: Makalah Gastroenteritis

GASTROENTERITIS

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah KMB I

Disusun Oleh :

Nur Asiyah (NIM . P 17320109029)

Refiani Yusuf (NIM. P 17320109002)

Syarif Hidayat (NIM. P 17320109010)

Vani Cahaya Lestari (NIM. P 17320109012)

Tingkat : 2B

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES BANDUNG

JURUSAN KEPERAWATAN

2010

Page 2: Makalah Gastroenteritis

KATA PENGANTAR

Page 3: Makalah Gastroenteritis

DAFTAR ISI

Page 4: Makalah Gastroenteritis

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Penyakit diare atau gastroenteritis merupakan suatu penyakit penting disekitar masyarakat

yang masih merupakan sebab utama kesakitan dan kematian seseorang terutama pada anak.Hal

ini tercemin banyak orang yang menderita penyakit diare atau gastroenteritis yang masuk keluar

dari Rumah Sakit.Akibat dari penyakit diare banyak faktor diantaranya kesehatan lingkungan,

higene perorangan, keadaan gizi, faktor sosial ekonomi, menentukan serangan penyakit diare,

walaupun banyak kasus diare yang mengalami dehidrasi namun banyak yang meninggal bila

tidak dilakukan tindakan-tindakan yang tepat.

Masyarakat pada umumnya selalu menganggap suatu hal penyakit diare adalah sepele,

sedangkan jika mengetahui yang terjadi sebenarnya banyak penderita diare yang mengalami

kematian. Penyakit gastrointeritis merupakan penyakit yang harus sege ra ditangani karena dapat

mengalami dehidrasi berat yang mengakibatkan syok hipovolemik dan mengalami

kematian.

Masalah pada penyakit gastrointeritis atau diare yang dapat mengakibatkan kematian

berupa komplikasi lain dan masalah lain yang berkaitan dengan diare belum sepenuhnya

ditanggulangi secara memadai, namun berbagai peran untuk mencegah kematian yang berupa

komplikasi dan masalah lain seperti pelayanan kesehatan yang baik dan terpenuhi, dalam

mencegah penyakit diare dengan memberikan pendidikan kesehatan kepada semua warga

masyarakat tentang penyakit gastroenteriritis serta peran keluarga dan warga sekitarnya sangat

mendorong turunnya terjadinya penyakit gastroenteritis karena dari keluargalah pola hidup

seseorang terbentuk. Dengan pola hidup yang sehat dan bersih dapat mencegah terjadinya

penyakit gastrointeritis.

Maka dari itu muncul gagasan untuk mengurangi agar tidak muncul penderita

gastroenteritis dengan memberikan pendidikan kesehatan kepada masyarakat luas dan dari latar

belakang tersebut penyusun mengambil kasus tersebut sebagai penyusunan makalah keperawatan

medikal bedah dengan judul gastroenteritis.

1.2 Rumusan masalah

Page 5: Makalah Gastroenteritis

1.3 Tujuan

1.3.1 Untuk memperdalam kajian tentang gastroenteritis.

1.3.2 Menambah informasi kepada para pembaca tentang gastroenteritis.

1.3.3 Merumuskan asuhan keperawatan pada pasien gastroenteritis.

1.4 Manfaat

Manfaat penulisan ini antara lain :

1.4.1 Dapat menjelaskan bagaimana asuhan keperawatan dengan gangguan pencernaan dengan

masalah gastroenteritis.

1.4.2 Pembaca dan khususnya penderita gastroenteritis dapat mengerti apa dan bagaimana

gastroenteritis.

1.4.3 Pembaca dapat lebih mengatahui bagaimana cara mencegah dan menangani gangguan

pencernaan: gastroenteritis sehingga pembaca dapat menerapkannya.

1.4.4 Penulis ingin pembaca luas lebih mengetahui tentang gangguan pencernaan: gastroenteritis.

1.4.5 Penulis lebih mengetahui dan memahami bagaimana asuhan keperawatan pada gangguan

pencernaan: gastroenteritis.

Page 6: Makalah Gastroenteritis

BAB II

TINJAUAN TEORI

A.Pengertian

Gastroenteritis atau diare akut adalah kekerapan dan keenceran BAB dimana

frekuensinya lebih dari 3 kali perhari dan banyaknya lebih dari 200 – 250 gram (Syaiful

Noer, 1996 ). Istilah gastroenteritis digunakan secara luas untuk menguraikan pasien yang

mengalami perkembangan diare dan/ atau munmtah akut. Istilah ini menjadi acuan bahwa

terjadi proses inflamasi dalam lambung dan usus.

Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan jumlah tinja yang lebih banyak dari

biasanya (normal 100 – 200 ml per jam tinja), dengan tinja berbentuk cairan atau setengah

cair (setengah padat) dapat pula disertai frekuensi yang meningkat (Arif Mansjoer, 1999 :

501).

Gastroenteritis (diare akut) adalah inflamasi lambung dan usus yang disebabkan oleh

berbagai bakteri , virus, dan pathogen parasitic. Diare adalah defekasi yang tidak normal baik

frekuensi maupun konsistensinya, frekuensi diare lebih dari 4 kali sehari.

B.Anatomi fisiologi

Saluran gastrointestinal yang berjalan dari mulut melalui esofagus, lambung dan usus

sampai anus. Esofagus terletak di mediastinum rongga torakal, anterior terhadap tulang

punggung dan posterior terhadap trakea dan jantung. Selang yang dapat mengempis ini, yang

panjangnya kira-kira 25 cm (10 inchi) menjadi distensi bila makanan melewatinya.

Bagian sisa dari saluran gastrointestinal terletak di dalam rongga peritoneal. Lambung

ditempatkan dibagian atas abdomen sebelah kiri dari garis tengah tubuh, tepat di bawah

diafragma kiri. Lambung adalah suatu kantung yang dapat berdistensi dengan kapasitas kira-

kira ± 1500 ml. Lambung dapat dibagi ke dalam empat bagian anatomis, kardia, fundus,

korpus dan pilorus.

Usus halus adalah segmen paling panjang dari saluran gastrointestinal, yang jumlah

panjangnya kira-kira dua pertiga dari panjang total saluran. Untuk sekresi dan absorbsi, usus

halus dibagi dalam 3 bagian yaitu bagian atas disebut duodenum, bagian tengah disebut

yeyunum, bagian bawah disebut ileum. Pertemuan antara usus halus dan usus besar terletak

dibagian bawah kanan duodenum. Ini disebut sekum pada pertemuan ini yaitu katup

ileosekal. Yang berfungsi untuk mengontrol isi usus ke dalam usus besar, dan mencegah

refluks bakteri ke dalam usus halus. Pada tempat ini terdapat apendiks veriformis. Usus besar

Page 7: Makalah Gastroenteritis

terdiri dari segmen asenden pada sisi kanan abdomen, segmen transversum yang memanjang

dari abdomen atas kanan ke kiri dan segmen desenden pada sisi kiri abdomen. Yang mana

fungsinya mengabsorbsi air dan elektrolit yang sudah hampir lengkap pada kolon. Bagian

ujung dari usus besar terdiri dua bagian. Kolon sigmoid dan rektum kolon sigmoid berfungsi

menampung massa faeces yang sudah dehidrasi sampai defekasi berlangsung. Kolon

mengabsorbsi sekitar 600 ml air perhari sedangkan usus halus mengabsorbsi sekitar 8000 ml

kapasitas absorbsi usus besar adalah 2000 ml perhari. Bila jumlah ini dilampaui, misalnya

adalah karena adanya kiriman yang berlebihan dari ileum maka akan terjadi diare.

Rektum berlanjut pada anus, jalan keluar anal diatur oleh jaringan otot lurik yang membentuk

baik sfingter internal dan eksternal.

C.Etiologi

Faktor infeksi

a.Infeksi internal, yaitu saluran pencernaan yang merupakan penyebab utama diare. Pada sat

ini telah dapat diidentifikasi tidak kurang dari 25 jenis mikroorganisme yang dapat

menyebabkan diare pada anak dan bayi. Penyebab itu dapat digolongkan lagi kedalam

penyakit yang ditimbulkan adanya virus, bakteri, dan parasit usus. Penyebab utama oleh virus

yang terutama ialah rotavirus (40-60%) sedangkan virus lainnya ialah virus Norwalk,

astrovirus, calcivirus, coronavirus, minirotavirus dan virus bulat kecil. Bakteri-bakteri yang

dapat menyebabkan penyakit itu adalah aeromonashidrophilia, bacillus cereus, campylobacter

jejuni, clostridium defficile, clostridium perfringens, E, coli, plesiomonas, shigelloides,

salmonella spp, staphylococcus aureus, vibrio cholerae, dan yersinia enterocolitica.

Sedangkan penyebab gastroenteritis (diare akut) oleh parasit adalah balantidium coli,

capillaria philippinensis, cryptosporidium, entamoeba histolitica, giarsia lamblia, isospora

billi, fasiolapsis buski, sarcocystis suihominis, strongiloides stercoralis, dan trichuris

trichuria.

b.Bakteri penyebab gastroenteritis (diare akut) dibagi dalam dua golongan besar, ialah

bvakteri non invasive dan bakteri invasive. Yang termauk dalam golongan bakteri non

invasive adalah : vibrio cholera, E. coli pathogen (EPEC,ETEC,EIEC). Sedangkan golongan

bakteri invasiv adalah salmonella spp, shigella spp, E. coli infasif (EIEC), E. coli

hemorrhagic (EHEC) dan camphylobcter. Diare karena bakteri invasive dan non ihnvasiv

terjadi melalui suatu mekanisme yang berhubungan dengan pengaturan transport ion di dalam

sel-sel usus berikut ini : cAMP (cyclic adenosine monophospate), cGMP (cyclic guaniosin

Page 8: Makalah Gastroenteritis

monophospate), Ca-dependent dan pengaturan ulang sitoskeleton.

c.Infeksi parenteral, yaitu infeksi di bagian tubuh lain di luar alat pencernaan seperti : otitis

media akut tonsilopharingitis, dan sebagainya.

D.Insiden

Data departemen kesehatan RI, menyebutkan bahwa angka kesakitan diare diindonesia saat

ini adalah 230-330 per 1000 pendududk intuk semua golongan umur dan 1,6 – 2,2 episode

diare setiap tahunnya untuk golongan umur balita. Angka kematian diare golongan umur

balita adalah sekitar 4 per 1000 balita. Di laboratorium kesehatan anak RSUD Dr. soetomo

pada tahun 1996 didapatkan 871 penderita diare yang dirawat dengan dehidrasi ringan 5%,

dehidrasi sedang 7,1%, dan dehidrasi berat 23 %.tahun 2000 terdapat 1160 penderita diare

yang dirawat dengan 227 (19,56 %) penderita yang meninggal karena dehidrasi.

E.Patogenesis

Diare akut akibat infeksi( gastro enteritis) terutama dilakukan secara fekal oral. Hal ini

disebabkan masukan minuman atau makanan yang terkontaminasi tinja ditambah dengan

ekskresi yang buruk, makanan yang tidak matang, bahkan yang disajikan tanpa dimasak

penularannya transmisi orang ke orang melalui aerosolisasi (Norwalk, rotavirus), tangan yang

terkontaminasi (clostridium difficille), atau melalui aktivitas seksual. Faktor penentu

terjadinya diare akut adalah faktor penyebab (agent) dan faktor penjamu (host). Faktor

penjamu adalah kemampuan pertahanan tubuh terhadap mikroorganisme, yaitu faktor daya

tahan tubuh atau lingkungan lumen saluran cerna, seperti keasaman lambung, motilitas

lambung, imunitas juga mencakup lingkungan mikroflora usus. Faktor penyebab yang

mempengaruhi patogenesis antara lain daya penetrasi, yang merusak sel mukosa, kemampuan

memproduksi toksin yang mempengaruhi sekresi cairan di usus serta daya lekat kuman.

Kuman tersebut membentuk koloni-koloni yang dapat menginduksi diare patogenesis diare

disebabkan infeksi bakteri terbagi dua yaitu :

1.Bakteri noninvasif (enterotoksigenik)

Bakteri masuk kedalam makanan atau minuman yang tercemar oleh bakteri tersebut. Bakteri

kemudian tertelan dan masuk kedalam lambung, didalam lambung bakteri akan dibunuh oleh

asam lambung, namun bila jumlah bakteri terlalu banyak maka akan ada yang lolos kedalam

usus 12 jari (duodenum). Di dalam duodenum bakteri akan berkembang biak sehingga

jumlahnya mencapai 100 juta koloni atau lebih per ml cairan usus. Denan memproduksi

Page 9: Makalah Gastroenteritis

enzim muicinase bakteri berhasil mencairkan lapisan lendir yang menutupi permukaan sel

epitel usus sehingga bakteri dapat masuk ke dalam membrane (dinding sel epitel). Di dalam

membrane bakteri mengeluarkan toksin yang disebut sub unit A dan sub unit B. sub unit B

melekat di dalam membrane dari sub unit A dan akan bersentuhan dengan membrane sel serta

mengeluarkan cAMP (cyclic Adenosin Monophospate). cAMP berkhasiat merangsang

sekresi cairan usus di bagian kripta vili dan menghambat absorbsi cairan di bagian kripta vili,

tanpa menimbulkan kerusakan sel epitel tersebut. Sebagai akibat adanya rangsangan sekresi

cairan dan hambatan absorbsi cairan tersebut, volume cairan didalam lumen usus akan

bertambah banyak. Cairan ini akan menyebabkan dinding usus menggelembung dan tegang

dan sebagai reaksi dinding usus akan megadakan kontraksi sehingga terjadi hipermotilitas

atau hiperperistaltik untuk mengalirkan cairan ke baeah atau ke usus besar. Dalam keadaan

normal usus besar akan meningkatkan kemampuannya untuk menyerap cairan yang

bertambah banyak, tetapi tentu saja ada batasannya. Bila jumlah cairan meningkat sampai

dengan 4500 ml (4,5 liter), masih belum terjadi diare, tetapi bila jumlah tersebut melampaui

kapasitasnya menyerap, maka akan terjadi diare.

2.Bakteri enteroinvasif

Diare menyebabkan kerusakan dinding usus berupa nekrosis dan ulserasi, dan bersifat

sekretorik eksudatif. Cairan diare dapat bercampur lendir dan darah. Bakteri yang termasuk

dalam golongan ini adalah Enteroinvasif E. Coli (EIEC), S. Paratyphi B, S. Typhimurium, S.

Enteriditis, S. Choleraesuis, Shigela, Yersinia dan Perfringens tipe C.

Penyebab diare lainnya, seperti parasit menyebabkan kerusakan berupa usus besar (E.

Histolytica) kerusakan vili yang penting menyerap air, elektrolit dan zat makanan (lamdia)

patofisologi kandida menyebabkan gastroenteritis belum jelas, mungkin karena superinfeksi

dengan jasad renik lain.

Mekanisme yang dilakukan virus masih belum jelas kemungkinan dengan merusak sel

epitel mukosa walaupun hanya superfisial, sehingga mengganggu absorpsi air, dan elektrolit.

Sebaliknya sel-sel kripti akan berpoliferasi dan menyebabkan bertambahnya sekresi cairan ke

dalam lumen usus. Selain itu terjadi pula kerusakan enzim-enzim disakarida yang

menyebabkan intoleransi yang akhirnya memperlama diare.

F.Gejala Klinik

Pasien dengan diare akibat infeksi sering mengalami nausea, muntah, nyeri perut

sampai kejang perut, demam dan diare terjadi renjatan hipovolemik harus dihindari

Page 10: Makalah Gastroenteritis

kekurangan cairan menyebabkan pasien akan merasa haus, lidah kering, tulang pipi

menonjol, turgor kulit menurun, serta suara menjadi serak, gangguan biokimiawi seperti

asidosis metabolik akan menyebabkan frekuensi pernafasan lebih cepat dan dalam

(pernafasan kusmaul). Bila terjadi renjatan hipovolemik berat maka denyut nadi cepat (lebih

dari 120 kali/menit) tekanan darah menurun tak terukur, pasien gelisah, muka pucat, ujung

ekstremitas dingin dan kadang sianosis, kekurangan kalium dapat menimbulkan aritmia

jantung. Perfusi ginjal dapat menurun sehingga timbul anuria, sehingga bila kekurangan

cairan tak segera diatasi dapat timbul penulit berupa nekrosis tubular akut.

Secara klinis dianggap diare karena infeksi akut dibagi menjadi dua golongan

pertama, kolerifrom, dengan diare yang terutama terdiri atas cairan saja. Kedua disentriform,

pada saat diare didapatkan lendir kental dan kadang-kadang darah.

G.Tes Diagnostik

BAHAN PEMERIKSAAN:

Tinja

Darah

Cairan duadenum

Biakan : Siggela, salmonella, E. coli, V. Cholarae

Virus : Mikroskop elektron, elisa

Parasit : Pemeriksaan mikroskopika

PH dan uji reduksi

Lemak (pewarna sudam III)

Elektrolit dan osmolalitas

Darah tepi lengkap

Asam folat serum dan eritrosit

Mikroskopik : glordia dorstring dan loides.

Biakan : kuman aerob dan anaerob.

H.Penatalaksanaan

Dasar pengobatan diare adalah :

1.Pemberian cairan : jenis cairan, cara memberikan dan jumlah cairan.

2.Dietetik.

3.Obat-obatan.

Page 11: Makalah Gastroenteritis

Ketiga dasar pengobatan tersebut dijelaskan sebagai berikut :

1.Pemberian cairan pada pasien diare dengan memperhatikan derajat dehidrasinya dan

keadaan umum.

Jenis cairan

a. Cairan peroral :

Pada pasien dengan dehidrasi ringan dan sedang atau tanpa dehidrasi dan bila anak

mau minum serta kesadaran baik diberikan peroral berupa cairan yang berisi NaCl

dan NaHCO3, KCI dan glukosa. Formula lengkap sering disebut juga oralit. Cairan

sederhana yang dapat dibuat sendiri (formula tidak lengkap)hanya mengandung

garam dan gula (NaCl dan sukrosa), atau air tajin yang diberi garam dan gula untuk

pengobatan sementara sebelum di bawah berobat ke rumah sakit pelayanan kesehatan

untuk mencegah dehidrasi lebih jauh.

b. Cairan parenteral :

1). Belum ada dehidrasi

Peroral sebanyak anak mau minum atau 1 gelas tiap defekasi.

2). Dehidrasi ringan

1 jam pertama : 25 – 50 ml/kg BB per oral (intragastrik). Selanjutnya : 125 ml/kg BB /hari.

3). Dehidrasi sedang

1 jam pertama : 50 – 100 ml/kg BB peroral /intragastrik (sonde). Selanjutnya ; 125 ml/kg

BB/hari.

4). Dehidrasi berat

(a).Untuk anak umur 1 bulan – 2 tahun, berat badan 3 – 10 kg. yaitu 1 jam pertama : 40 ml/kg

BB / jam = 10 tetes / kg BB /menit (set infus berukuran 1 ml = 15 tetes) atau 13 tetes / kg

BB /menit (set infus 1 ml : 20 tetes). 7 jam berikutnya : 12 ml /kg BB/jam = 33 tetes / kg BB/

m atau 4 tetes / kg BB/menit. 16 jam berikutnya : 125 ml/kg BB oralit peroral atau

intragastrik. Bila anak tidak mau minum, teruskan dengan intravena 2 tetes/.kg BB/menit atau

3 tetes/kgBB/menit.

(b).Untuk anak lebih dari 25 tahun dengan BB 10 – 15 kg :

1 jam pertama : 30 ml /kg BB/jam = 8 tetes/kgBB/menit. atau 10 tetes/kgBB/menit.

7 jam berikutnya : 10 ml /kg BB /jam = 3 tetes/kgBB/ menit. atau 4 tetes/kgBB/menit.

16 jam berikutnya : 125 ml /kg BB oralit peroral atau intragastrik. Bila anak tidak mau

minum dapat diteruskan dengan DG aa intravena 2 tetes/kgBB/m, atau 3 tetes/ kgBB/m.

Page 12: Makalah Gastroenteritis

(c).Untuk bayi baru lahir (neonatus) dengan BB 2 – 3 kg.

Kebutuhan cairan : 125 ml + 100 ml + 25 ml = 250 ml /kg bb /24 jam. Jenis cairan 4 : 1 (4

bagian glukosa 5 % + 1 bagian NaHCO3 1 %) dengan kecepatan 4 jam pertama = 25 ml / kg

BB /jam atau 6 tetes/kgBB/menit., 8 tetes/kgBB/ menit. 20 jam berikutnya 150 ml /kg BB /20

jam = 2 tetes/kgBB/ menit. atau 2 ½ tetes/kgBB/menit.

2.Pengobatan dietetik

Untuk anak dibawah 1 tahun dan anak di atas 1 tahun dengan BB kurang dari 7 kg jenis

makanan :

a. Susu (ASI dan atau susu formula yang mengandung laktosa rendah dan asam lemak tak

jenuh).

b. Makanan setengah padat (bubur) atau makanan padat (nasi tim).

c. Susu khusus yang disesuaikan dengan kelainan yang ditemukan.

Cara memberikannya :

a.Hari pertama : setelah dehidrasi segera diberikan makanan peroral. Bila diberi ASI/susu

formula tapi masih diare diberikan oralit selang-seling.

b. Hari kedua – keempat : ASI /susu formula rendah laktosa penuh.

c. Hari kelima : bila tidak ada kelainan pasien dipulangkan. Kembali susu atau makanan

biasa.

3.Obat-obatan

a.Obat anti sekresi : dosis 25 mg /tahun dengan dosis minimum 30 mg. Klorpromazin dosis

0,5 – 1 mg /kg bb /hari.

b. Obat spasmolitik.

c. Antibiotik (Ngastiyah, 1997).

I.Prinsip Pengobatan Dan Managemen Perawatan

1.Pengobatan tergantung pada derajat dehidrasi. Dehidrasi ringan . ada kemungkinan lebih

disukai untuk merawat anak di rumah, asal diberikan perawatan medis tang efesien.

a.Dihentikannya pemberian susu yang diganti dengan campuran glucose elektrolit (dioralite).

b.Cairan harus diberikan setiap 2 jam pada siang hari dan setiap 4 jam selama malam hari,

dilanjutkan selama 24 jam

c.Setelah 24 jam pemberian susu dimulai kembali, jika diberikan jumlah kecil (15 ml susu

krim separuh) setiap 4 jam dengan salin antara waktu makan

Page 13: Makalah Gastroenteritis

d.Dengan ditingkatkannya pemberian susu, jumlah campuran glucose elektrolit diturunkan

secara berimbang

e.Sucrose hanya ditambahkan jika feces mulai berbentuk

Dehidrasi ringan. Pada kasus ini, gambaran klinik ditegakkan secara baik danbayi mulai

dirawat :

a.Dihentikannya pemberian susu

b.Penggantian deficit cairan danelektrolit serta koreksi gangguan asam basa. Ini didasarkan

pada penilaian klinis, atau pada rekaman kehi,angan berat badanterakhir. Pergantian dapat

dilakukan baik peroral atau intravena dan akan tergantung pada kehilangan air dan elektrolit

melalui diare.

c.Perawatan bayi dengan terapi intra vena

d.Pemeriksaan biokimia dan obsevasi klinis untuk menentukan status elektrolit

e.Dimulainya pemberian cairan peroral secara perlahan – lahan untuk kmenentukan

kemampuan menerima cairan

f.Dimulainya pemberian susu secara berangsur-angsur seperti yangdiuraikanuntuk dehidrasi

ringan

g.Penimbangan berat badan harian dan pengumpilan urin harian

Dehidrasi parah. Bayi dalamkedaan sakit parah dengan kegagalan sirkulasi :

a.Infuse intravena dengan larutan yang sesuai dan masukan cairan dengan peningkatan yang

seksama

b.Infuse plasma untukmenggantikan penurunan volume plasma

c.Koreksi asidosis merabolik dengan pemberian secara intravena 8,4 % natrium bikarbonat

dengan penilaian kembali status asam basa

d.Jika suatu elektrolit dan cairan telah dikoreksi, secara berangsur-angsur susu diberikan

kembali seperti yang diuraikan untuk dehidrasi ringan

e.Selama fase akut, bayi dirawat dalam incubator. Diberikan oksigen dan bayi diobservasi

secara seksama, karena penurunan kadar kalium serum menimbulkan perubahan aktivitas

jantung, dan peningkatan kadar kalium secara cepat membawa resiko henti jantung.

2.Perawatan rutin

a.Pemberian obat-obatan, terutama antibiotika untuk mengatasu kuman infeksi . jika muntah

parah, obat-obatan yang sesuai, seperti kloramfenikol atau streptomisin, dapat diberikan

secara parenteral

b.Isolasi bayi dan pengertian akan proses infeksi silang serta pencegahannya.

c.Perawatan bokong anak. Feces yang encer akan menyebabkan kemerahan dan ekskoriasi

Page 14: Makalah Gastroenteritis

kulit. Bayi tidak boleh ditinggal berbaring dengan popok yang basah dan kotor. Area popok

dibasuh secara lebih dan diberikan krim pelindung. Meninggalkan bokong dalam kedaan

terpapar merupakan cara yang terbaik untuk mendorong terjadinya penyembuhan.

d.Inspeksi dan perawatan mulit bayi

e.Dukungan bagi orang tua. Jika terdapat bukti tidak adanya pengertian dalam hal perawatan

anak,ibu harusdidorong untuk tinggal bersama anak. Perawatan dapat diawasi dan diberikan

bantuan. Walaupun demikian, harus diingat bahwa banyak bayi yangmenderita gastroenteritis

kendatipun perawatan bayi yang bhaik, dan orang tua tidak boleh disalahkan karena keadaan

ini.

f.Persiapan pulang ke rumah. Segera setelah petunjuk pemberian makanan mencapai tingkat

sesuai umur dan kebutuhan anak, dan jika terjadi pertambahan berat badan anak yang

memuaskan dan tidak terdapat muntah atau feces yang encer, maka anak dizinkan pulang.

Orang tua diminta untuk datang ke unit rawat jalan untuk mengubungi dokter umum untuk

menilai kemajuan bayi.

Asuhan Keperawatan Gastroenteritis

Pengkajian yang sistematis meliputi pengumpulan data, analisa data dan penentuan masalah.

Pengumpulan data diperoleh dengan cara intervensi, observasi, pemeriksaan fisik. Pengkaji

data menurut Cyndi Smith Greenberg, 1992 adalah :

1. Identitas klien.

2. Riwayat keperawatan.

· Awalan serangan : Awalnya anak cengeng,gelisah,suhu tubuh meningkat,anoreksia

kemudian timbul diare.

· Keluhan utama : Faeces semakin cair,muntah,bila kehilangan banyak air dan elektrolit

terjadi gejala dehidrasi,berat badan menurun. Pada bayi ubun-ubun besar cekung, tonus dan

turgor kulit berkurang, selaput lendir mulut dan bibir kering, frekwensi BAB lebih dari 4 kali

dengan konsistensi encer.

3. Riwayat kesehatan masa lalu.

Riwayat penyakit yang diderita, riwayat pemberian imunisasi.

4. Riwayat psikososial keluarga.

Hospitalisasi akan menjadi stressor bagi anak itu sendiri maupun bagi keluarga, kecemasan

meningkat jika orang tua tidak mengetahui prosedur dan pengobatan anak, setelah menyadari

penyakit anaknya, mereka akan bereaksi dengan marah dan merasa bersalah.

Page 15: Makalah Gastroenteritis

5. Kebutuhan dasar.

· Pola eliminasi : akan mengalami perubahan yaitu BAB lebih dari 4 kali sehari, BAK sedikit

atau jarang.

· Pola nutrisi : diawali dengan mual, muntah, anopreksia, menyebabkan penurunan berat

badan pasien.

· Pola tidur dan istirahat akan terganggu karena adanya distensi abdomen yang akan

menimbulkan rasa tidak nyaman.

· Pola hygiene : kebiasaan mandi setiap harinya.

· Aktivitas : akan terganggu karena kondisi tubuh yang lemah dan adanya nyeri akibat

distensi abdomen.

6. Pemerikasaan fisik.

a. Pemeriksaan psikologis : keadaan umum tampak lemah, kesadaran composmentis sampai

koma, suhu tubuh tinggi, nadi cepat dan lemah, pernapasan agak cepat.

b. Pemeriksaan sistematik :

· Inspeksi : mata cekung, ubun-ubun besar, selaput lendir, mulut dan bibir kering, berat badan

menurun, anus kemerahan.

· Perkusi : adanya distensi abdomen.

· Palpasi : Turgor kulit kurang elastis

· Auskultasi : terdengarnya bising usus.

c. Pemeriksaan tingkat tumbuh kembang.

d. Pada anak diare akan mengalami gangguan karena anak dehidrasi sehingga berat badan

menurun.

e. Pemeriksaan penunjang.

f.Pemeriksaan tinja, darah lengkap dan duodenum intubation yaitu untuk mengetahui

penyebab secara kuantitatip dan kualitatif.

Diagnosa Keperawatan GE

1. Defisit volume cairan dan elektrolit kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan

output cairan yang berlebihan.

2. Gangguan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual dan

muntah.

3. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan iritasi, frekwensi BAB yang berlebihan.

4. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan distensi abdomen.

Page 16: Makalah Gastroenteritis

5. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang penyakit,

prognosis dan pengobatan.

6. Cemas berhubungan dengan perpisahan dengan orang tua, prosedur yang menakutkan.

Intervensi

Diagnosa 1.

Defisit volume cairan dan elektrolit kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan output

cairan yang berlebihan.

Tujuan :

Devisit cairan dan elektrolit teratasi

Kriteria hasil:

Tanda-tanda dehidrasi tidak ada, mukosa mulut dan bibir lembab, balan cairan seimbang

Intervensi :

Observasi tanda-tanda vital. Observasi tanda-tanda dehidrasi. Ukur input dan output cairan

(balan cairan). Berikan dan anjurkan keluarga untuk memberikan minum yang banyak kurang

lebih 2000 – 2500 cc per hari. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian therapi cairan,

pemeriksaan lab elektrolit. Kolaborasi dengan tim gizi dalam pemberian cairan rendah

sodium.

Diagnosa 2.

Gangguan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubuingan dengan mual dan

muntah.

Tujuan :

Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi teratasi

Kriteria hasil :

Intake nutrisi klien meningkat, diet habis 1 porsi yang disediakan, mual, muntah tidak ada.

Intervensi :

Kaji pola nutrisi klien dan perubahan yang terjadi. Timbang berat badan klien. Kaji faktor

penyebab gangguan pemenuhan nutrisi. Lakukan pemeriksaan fisik abdomen (palpasi,

perkusi, dan auskultasi). Berikan diet dalam kondisi hangat dan porsi kecil tapi sering.

Kolaborasi dengan tim gizi dalam penentuan diet klien.

Diagnosa 3.

Gangguan integritas kulit berhubungan dengan iritasi, frekwensi BAB yang berlebihan.

Tujuan :

Gangguan integritas kulit teratasi

Page 17: Makalah Gastroenteritis

Kriteria hasil :

Integritas kulit kembali normal, iritasi tidak ada, tanda-tanda infeksi tidak ada

Intervensi :

Ganti popok anak jika basah. Bersihkan bokong secara perlahan menggunakan sabun non

alkohol. Beri zalp seperti zinc oxsida bila terjadi iritasi pada kulit. Observasi bokong dan

perineum dari infeksi. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian therapi antifungi sesuai

indikasi.

Diagnosa 4.

Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan distensi abdomen.

Tujuan :

Nyeri dapat teratasi

Kriteria hasil :

Nyeri dapat berkurang / hilang, ekspresi wajah tenang

Intervensi :

Observasi tanda-tanda vital. Kaji tingkat rasa nyeri. Atur posisi yang nyaman bagi klien. Beri

kompres hangat pada daerah abdomen. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian therapi

analgetik sesuai indikasi.

Diagnosa 5.

Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang penyakit, prognosis

dan pengobatan.

Tujuan

Pengetahuan keluarga meningkat

Kriteria hasil :

Keluarga klien mengerti dengan proses penyakit klien, ekspresi wajah tenang, keluarga tidak

banyak bertanya lagi tentang proses penyakit klien.

Intervensi :

Kaji tingkat pendidikan keluarga klien. Kaji tingkat pengetahuan keluarga tentang proses

penyakit klien. Jelaskan tentang proses penyakit klien dengan melalui pendidikan kesehatan.

Berikan kesempatan pada keluarga bila ada yang belum dimengertinya. Libatkan keluarga

dalam pemberian tindakan pada klien.

Diagnosa 6.

Cemas berhubungan dengan perpisahan dengan orang tua, prosedur yang menakutkan.

Tujuan :

Klien akan memperlihatkan penurunan tingkat kecemasan

Page 18: Makalah Gastroenteritis

Intervensi :

Kaji tingkat kecemasan klien. Kaji faktor pencetus cemas. Buat jadwal kontak dengan klien.

Kaji hal yang disukai klien. Berikan mainan sesuai kesukaan klien. Libatkan keluarga dalam

setiap tindakan. Anjurkan pada keluarga untuk selalu mendampingi klien.

Evaluasi

1. Volume cairan dan elektrolit kembali normal sesuai kebutuhan.

2. Kebutuhan nutrisi terpenuhi sesuai kebutuhan tubuh.

3. Integritas kulit kembali normal.

4. Rasa nyaman terpenuhi.

5. Pengetahuan kelurga meningkat.

6. Cemas pada klien teratasi.

Page 19: Makalah Gastroenteritis

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Gastroenteritis atau diare akut adalah kekerapan dan keenceran BAB dimana

frekuensinya lebih dari 3 kali perhari dan banyaknya lebih dari 200 – 250 gram

Etiologi terdiri dari 3 faktor infeksi

a.Infeksi internal

b.Bakteri penyebab gastroenteritis (diare akut) dibagi dalam dua golongan besar, ialah bakteri

non invasive dan bakteri invasive

c.Infeksi parenteral

Gejala klinik pasien dengan diare akibat infeksi sering mengalami nausea, muntah,

nyeri perut sampai kejang perut, torgor kulit menurun, demam dan diare terjadi renjatan

hipovolemik.Tes diagnostik sangat diperlukan untuk pengkajian penyakit diare

Dasar pengobatan diare adalah :

1.Pemberian cairan : jenis cairan, cara memberikan dan jumlah cairan.

2.Dietetik.

3.Obat-obatan

Pemberian asuhan keperawatan diperikan untuk penderita diare

3.2 Saran

Saran dari para pembaca sebagai masukan sangat diperlukan untuk perbaikan bagi

penulis, diharapkan penulis mampu membuat karya tulisanya lagi lebih baik dimasa yang

akan datang.

Page 20: Makalah Gastroenteritis

DAFTAR PUSTAKA

http://nursingbegin.com/asuhan-keperawatan-pada-klien-dengan-gastroenteritis/

http://harnawatiaj.wordpress.com/2008/03/09/gastroenteritis/