isi dermatitis seboroik nh

Upload: zainal-abd-salam

Post on 11-Oct-2015

26 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

  • 5/21/2018 Isi Dermatitis Seboroik Nh

    1/17

    1

    DERMATITIS SEBOROIK

    I. PENDAHULUAN

    Dermatitis seboroik merupakan dermatosis kronik yang sering ditandai

    dengan kemerahan dan skuama pada daerah yang kelenjar sebaseanya lebih aktif

    atau biasanya disebut area seboroik. Lesi umumnya simetris, dimulai di daerah

    yang berambut dan meluas meliputi kulit kepala, alis, lipat nasolabial, belakang

    telinga, dada, aksila dan daerah lipatan kulit.1,2

    Ketombe (pitiriasis sika) merupakan bentuk ringan dari dermatitis

    seboroik. Pada jenis yang berminyak, pitiriasis steatoides, disertai oleh eritema

    dan akumulasi krusta yang tebal. Dalam kasus yang ekstrim seluruh kulit kepala

    ditutupi oleh krusta berminyak, kotor dengan bau yang tidak enak. Pada bayi, lesi

    coklat atau kuning pada kulit kepala dengan akumulasi debris epitelial disebut

    cradle cap.1,3

    II. EPIDEMIOLOGI

    Dermatitis seboroik dianggap salah satu gangguan kulit yang paling

    sering, meskipun perkiraan prevalensi terbatas karena kurangnya kriteria baku

    untuk diagnosis atau menentukan tingkat keparahan. 4Dermatitis seboroik dapat

    terjadi pada infantil yang biasanya terjadi pada daerah kulit kepala (cradle cap),

    wajah, dan daerah popok. 1,5 Dermatitis seboroik berhubungan erat dengan

    keaktifan glandula sebasea. 5,6 Glandula tersebut aktif pada bayi baru lahir,

    kemudian menjadi tidak aktif pada usia 9-12 tahun akibat stimulasi hormon

    androgen dari ibu berhenti.5

    Pada usia pubertas, paling sering antara 20 sampai 50

  • 5/21/2018 Isi Dermatitis Seboroik Nh

    2/17

    2

    tahun ataupun yang lebih tua, walaupun hanya bentuk ringan (ketombe) yang

    paling sering terjadi. 6,7 Dermatitis seboroik lebih sering pada laki-laki dan

    insidennya 2 sampai 5% dari populasi. 1Tidak ditemukan faktor genetik dalam

    predisposisi dermatitis seboroik.7

    III. ETIOLOGI

    Penyebabnya belum diketahui pasti. Diduga spesies dari genus Malassezia

    furfur yaitu Pityrosporum ovale yang berperan dalam patogenesis dermatitis

    seborik. 2Hal ini disebabkan adanya respon terhadap ketokonazol dan selenium

    sulfida mengindikasikan adanya jamur yang patogen.1

    Stres, kelelahan, cuaca ekstrim, kulit berminyak dan keramas atau

    pembersihan kulit yang jarang membuatnya lebih buruk. Dermatitis seboroik

    adalah salah satu manifestasi kulit paling umum pada penderita AIDS. Onset

    biasanya terjadi sebelum perkembangan gejala AIDS. 9 Penyakit medis yang

    berat, termasuk penyakit parkinson, cedera kepala, dan stroke juga berhubungan

    dengan dermatitis seboroik.6,9,10

    IV. PATOGENESIS

    Mekanisme dermatitis seboroik sampai saat ini belum diketahui secara

    pasti, namun dermatitis seboroik erat dengan keaktifan glandula sebasea.5

    Banyak

    penelitian telah dilakukan untuk menghubungkan penyakit ini dengan infeksi

    bakteri atau Pitysporum ovale yang merupakan flora normal manusia. 5,11

    Pertumbuhan Pityrosporum ovale yang berlebihan dapat mengakibatkan reaksi

    inflamasi, baik akibat produk metabolitnya yang masuk ke dalam epidermis,

  • 5/21/2018 Isi Dermatitis Seboroik Nh

    3/17

    3

    maupun karena sel jamur itu sendiri, melalui aktifasi sel limfosit T dan sel

    langerhans.5

    Peningkatan proliferasi epidermal pada dermatitis seboroik, menjelaskan

    mengapa penyakit ini cukup responsif pada terapi dengan sitostatik. Selain itu,

    dermatitis seboroik sering berkaitan dengan kelainan-kelainan neurologik seperti

    penyakit parkinson pasca ensefalitis, epilepsi, trauma supraorbital, paralisis

    nervus fasialis, polimielits, siringomielia, dan kuadriplegia. Kelainan pada sistem

    neurologik menyebabkan abnormalitas pada neurotransmitter dan bermanifestasi

    sebagai gangguan fungsi kelenjar sebum. Hal ini berdasarkan fakta, bahwa

    beberapa obat yang dapat menginduksi parkinson ternyata juga dapat menginduksi

    dermatitis seboroik, sementara pemberian L-dopa selain memperbaiki kondisi

    parkinson, juga lesi kulit dengan dermatitis seboroik.12

    Pasien dengan dermatitis seboroik memperlihatkan peningkatan regulasi

    interferon (IFN) , interleukin (IL)-6, IL1, dan IL-4. Peningkatan aktivasi

    sitotoksik dan kumpulan sel natural killerjuga ditemukan.3

    V. GAMBARAN KLINIS

    Lesi kulit ditandai dengan perubahan warna menjadi agak kekuningan,

    kemerahan, inflamasi infilrat, berminyak, skuama tipis, krusta dan batasnya agak

    kurang jelas. Pasien dengan keluhan gatal biasanya terjadi pada daerah kulit

    kepala dan liang telinga. 5, 12Dermatitis seboroik yang ringan hanya mengenai

    kulit kepala berupa skuama-skuama yang halus, mulai dari bercak kecil yang

    kemudian mengenai seluruh kulit kepala dengan skuama-skuama yang halus dan

    kasar. Kelainan tersebut disebut pitiriasis sika (ketombe, dandruff).5

  • 5/21/2018 Isi Dermatitis Seboroik Nh

    4/17

    4

    Ketombe biasanya merupakan manifestasi awal dari dermatitis seboroik.

    Pada tahap selanjutnya,eritema perifolikular dan skuama secara bertahap meluas

    membentuk bercak yang berbatas tegas, atau menyatu untuk melibatkan bagian

    terbesar dari kulit kepala dan melampaui batas rambut depan sebagai corona

    seborrhoeica. 2,6 Bentuk dermatitis seboroik biasanya dimulai sekitar 1 minggu

    setelah lahir dan dapat bertahan selama beberapa bulan. Awalnya, skuama

    terlihat sedikit berminyak di daerah depan kepala dan vertex, yang dapat meluas

    selama peradangan ke seluruh kulit kepala, dan akhirnya bisa menjadi skuama-

    skuama dan krusta meliputi sebagian besar kulit kepala (cradle cap). 2,5Lesi yang

    meluas, biasanya intensitas lebih rendah, mungkin timbul pada wajah, lipatan

    retroaurikuler, leher, badan dan ekstremitas proksimal. 2Dermatitis seboroik dapat

    bersama-sama dengan akne yang berat. Jika meluas terjadi eritroderma, pada bayi

    disebut penyakit Leiner.5

    Gambar 1a G ambar 1b Gambar 1c

    Gambar 1a, 1b & 1c. Dermatitis seboroik pada bayi.10,12

    Belakang telinga dapat timbul kemerahan dan skuama berminyak, dan

    krusta sering berkembang di daerah lipatan. Adanya krusta dan skuama dapat

    meluas ke dalam kulit kepala yang berdekatan. Kedua sisi pinna, wilayah

    periaurikuler dan sisi leher juga terlibat. Otitis eksterna yang mudah iritasi dapat

  • 5/21/2018 Isi Dermatitis Seboroik Nh

    5/17

    5

    menyertai dermatitis seboroik di bagian lain, atau dapat terjadi sendirian. Terdapat

    skuama di kanal telinga dan lubang telinga, biasanya ditandai dengan rasa

    gatal. 3,6

    Gambar 2a Gambar 2b Gambar 2c

    Gambar 2a. Dermatitis seboroik pada belakang telinga.

    2b & 2c. Dermatitis seboroik pada wajah.6

    Pada wajah khas seboroik, melibatkan bagian medial alis, glabela dan

    lipatan nasolabial. Daerah yang mengalami eritem dan skuama, biasanya

    berhubungan dengan keterlibatan kulit kepala. Blefaritis juga sering terjadi. Batas

    dari kelopak memerah ditutupi oleh skuama putih yang kecil. Krusta kuning juga

    bisa terbentuk, dan menyebabkan bisul kecil, penyembuhan akan membentuk

    bekas luka yang menimbulkan kerusakan folikel bulu mata.6

    Pada daerah tubuh, yang paling sering pada daerah petaloid (disebut

    karena lesi berbentuk kelopak). Hal ini sering terlihat di laki-laki di dada bagian

    depan dan interskapuler. Lesi awal kecil merah-coklat papula folikular, ditutupi

    oleh skuama berminyak.6

  • 5/21/2018 Isi Dermatitis Seboroik Nh

    6/17

    6

    Gambar 3a Gambar 3b

    Gambar 3a & 3b. Dermatitis seboroik pada daerah petaloid & lipatan aksila.6

    Pada daerah lipatan terutama di aksila, lipatan paha, daerah anogenital dan

    umbilikus, dermatitis seboroik muncul sebagai intertrigo yang difus, eritema tidak

    berbatas tegas dan skuama berminyak. Alat kelamin bisa terlibat, dan lesi

    menunjukkan eritema minimal dan skuama untuk dermatitis yang lebih parah.6

    VI. DIAGNOSIS

    Diagnosis dermatitis seboroik sebagian besar dapat ditentukan dari

    anamnesis dan pemeriksaan klinis. 4 Pada anamnesis penyakit ini lebih sering

    terkena di daerah kulit kepala, alis, kelopak mata, lipatan nasolabial, bibir, telinga,

    daerah sternum, aksila, lipatan di bawah payudara, umbilikus, lipatan paha, dan

    sekitar bokong. 3Kekambuhan seringkali terjadi dan dipicu oleh kelelahan atau

    stres.4

  • 5/21/2018 Isi Dermatitis Seboroik Nh

    7/17

    7

    Gambar 4. Tempat predileksi Dermatitis Seboroik.9

    Kelainan kulit terdiri atas eritema dan skuama yang berminyak dan agak

    kekuningan, batasnya kurang tegas. 5Lesi pada kulit kepala bervariasi dari ringan,

    skuama yang luas, tebal atau krusta. Plak jarang terjadi. Dari kulit kepala,

    dermatitis seboroik dapat menyebar ke dahi, bagian belakang leher, dan kulit

    belakang telinga, seperti pada psoriasis.13

    Lesi kulit dermatitis seboroik dapat bermanifestasi sangat eritem dan

    berminyak serta kulit meradang. Hipopigmentasi dapat terlihat pada orang kulit

    hitam. Dermatitis eczematoid terjadi dengan keluarnya cairan dan pengerasan

    kulit, menunjukkan adanya infeksi sekunder. Blefaritis seboroik juga dapat terjadi

    secara tersendiri.13

    Distribusi mengikuti daerah berminyak pada kepala dan leher, seperti kulit

    kepala, dahi, alis, garis bulu mata, lipatan nasolabial, janggut, dan kulit

    postaurikuler. Perpanjangan pada kulit submental dapat terjadi. 13 Keterlibatan

    presternal atau interskapuler lebih umum dari pada nonscaling intertrigo pada

  • 5/21/2018 Isi Dermatitis Seboroik Nh

    8/17

    8

    umbilikus, aksila, lipatan di bawah payudara dan inguinal, perineum, atau lipatan

    anogenital, yang juga mungkin ada. Pada bayi, bagian depan dari kulit kepala

    ditutupi dengan skuama-skuama kekuningan dan kumpulan debris-debris epitel

    disebut cradle cap.5,12,13

    Gambar 5. Cradle Cap14

    Dua pola berbeda dermatitis seboroik pada tubuh yang dapat terjadi.

    Sebuah skuama petaloid anular adalah yang paling sering (Gambar. 3a). Berbagai

    pitiriasiformis jarang dapat dilihat pada tubuh dan leher, dengan skuama perifer

    di sekitar bercak, menyerupai pitiriasis rosea. Orang dari ras berkulit gelap rentan

    terhadap dermatitis seboroik anular, juga disebut petaloid dermatitis seboroik atau

    petaloides seborrhea.13

    Biopsi kulit mungkin diperlukan pada pasien dengan eritroderma

    eksfoliatif, dan kultur jamur dapat digunakan untuk menyingkirkan tinea kapitis.

    Temuan histologis berupa temuan dermatopatologik dermatitis seboroik tidak

    spesifik. Hiperkeratosis, akantosis, penekanan rete ridges, spongiosis fokal, dan

    parakeratosis merupakan karakteristik. Psoriasis dapat dibedakan oleh akantosis

    biasa, rete ridgesmenipis, eksositosis, parakeratosis, dan tidak adanya spongiosis.

    Neutrofil dapat dilihat pada kedua penyakit.13

    Jika tidak yakin dapat pula dilakukan pemeriksaan lainnya8,9:

  • 5/21/2018 Isi Dermatitis Seboroik Nh

    9/17

    9

    Pemeriksaan lampu wood : negatif pada dermatitis seboroik.

    Pemeriksaan KOH : negatif pada dermatitis seboroik.

    VII.

    DIAGNOSIS BANDING

    Dermatitis atopi

    Inflamasi difus wajah pada dermatitis seboroik sulit dibedakan

    dengan dermatitis atopik. Keduanya mempengaruhi kulit kepala dan wajah

    dengan eritema tidak berbatas tegas. Dermatitis seboroik cenderung pada

    skuama yang lebih luas, gatal yang kurang dibanding dermatitis atopi.

    Dermatitis atopi sering terjadi selama masa bayi dan anak-anak, sering

    berhubungan dengan peningkatan kadar IgE dalam serum dan riwayat

    atopi pada keluarga atau penderita (dermatitis atopik, rinitis alergi, dan

    atau asma bronkial).11,15

    Gambar 6a Gambar 6b

    Gambar 6a & 6b. Dermatitis Atopi3

    Psoriasis

    Psoriasis merupakan penyakit autoimun, bersifat kronis dan residif.

    Ditandai dengan adanya bercak-bercak eritema berbatas tegas dengan

    skuama yang kasar, berlapis-lapis dan transparan; disertai fenomena

    tetesan lilin, Auspitz dan Kobner.5

  • 5/21/2018 Isi Dermatitis Seboroik Nh

    10/17

    10

    Gambar 7: Psoriasis vulgaris2

    Tinea kapitis

    Tinea kapitis adalah kelainan pada kulit dan rambut kepala yang

    disebabkan oleh spesies dermatofita. Kelainan ini dapat ditandai dengan

    lesi bersisik, kemerah-merahan, alopesia, dan kadang-kadang terjadi

    gambaran klinis yang lebih berat, yang disebut kerion.5,16

    Gambar 8. Tinea Kapitis2

    Kandidosis

    Kandidosis adalah penyakit jamur, yang bersifat akut atau subakut

    disebabkan oleh spesies Candida, biasanya oleh spesies Candida albicans

    dan dapat mengenai mulut, vagina, kulit, kuku, bronki, atau paru, kadang

    kadang dapat menyebabkan septikemia, endokarditis, atau meningitis.5,17

  • 5/21/2018 Isi Dermatitis Seboroik Nh

    11/17

    11

    Gambar 9. Kandidiasis Intertriginosa.1

    Skabies

    Skabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh infestasi dan

    sensitasi terhadap Sarcoptes scabei var, hominisdan produknya. Sarcoptes

    scabiei secara morfologik merupakan tungau kecil, berbentuk oval,

    punggungnya cembung dan bagian perutnya rata. Ada empat tanda

    kardinal pada skabies, yaitu: pruritus nokturnal, menyerang manusia

    secara berkelompok, adanya terowongan (kunikula) pada tempat-tempat

    predileksi, dan ditemukan tungau.5,18

    Gambar 10. Skabies.1

    VIII.

    PENATALAKSANAAN

    a.

    Non Medikamentosa

    Edukasi kebersihan

    Pembersihan yang tepat dan keramas cukup untuk mengontrol dermatitis

    seboroik ringan. Langkah-langkah sederhana ini yang paling sering

    diabaikan. Hal ini terutama untuk pasien wanita lebih tua yang jarang

    keramas. Pasien perlu diberitahu tentang pola pembersihan dan perawatan

  • 5/21/2018 Isi Dermatitis Seboroik Nh

    12/17

    12

    kulit agar mereka mengubah kebiasaannya. Setelah diberitahu, beberapa

    pasien suka mengubah perilaku, sementara yang lain ada pula lebih

    memilih untuk mempertahankan kebiasaan mereka dan bergantung

    sepenuhnya pada obat untuk kontrol.9

    b. Medikamentosa

    - Pengobatan sistemik

    Pengobatan sistemik diindikasikan hanya pada penyakit yang luas atau

    pada kasus yang refrakter. Dapat digunakan antijamur sistemik seperti,

    itrakonazol, ketokonazol, dan terbinafin dengan mempertimbangkan efek

    samping dan biayanya. Agen anti jamur dari golongan azol dapat

    digunakan sebagai terapi denyut dengan flukonazol dosis 200 mg per hari

    sekali seminggu atau itrakonazol 100 mg dua kali sehari selama satu

    minggu dalam 1 bulan hingga terjadi perbaikan. Ketokonazol sistemik juga

    efektif tetapi memiliki risiko yang lebih besar dari efek samping yang

    serius.9,12

    Kortikosteroid sistemik dapat diberikan pada kasus yang berat dengan

    dosis prednison 20-30 mg sehari yang diturunkan perlahan setelah ada

    perbaikan. Selain itu dapat pula diberikan isotretinoin sistemik pada kasus

    yang rekalsitran dengan dosis 0,1-0,3 mg/kgBB/hari yang memiliki efek

    untuk mengurangi aktivitas sebasea.5,12

  • 5/21/2018 Isi Dermatitis Seboroik Nh

    13/17

    13

    -

    Pengobatan Topikal

    1.

    Steroid topikal

    Steroid secara dramatis dapat meningkatkan pengobatan dermatitis

    seboroik. Karena steroid aman, efektif, dan terapi murah bila diresepkan

    dengan tepat. Produk yang mengandung hidrokortison, desonid, dan

    aklometason sangat efektif. Ini tersedia dalam krim vanishing dan lotion

    ringan. Komposisi dasar seringkali sama pentingnya dengan bahan aktif.

    Pada kulit wajah dan badan diterapi dengan steroid potensi rendah seperti,

    hidrokortison, desonid, dan aklometason. Pemberian kortikosteroid jangka

    panjang yang tidak terkontrol dapat memicu timbulnya efek samping

    seperti fenomena rebound, steroid rosasea, dan dermatitis perioral.9,12

    2. Antijamur topikal

    Dilaporkan pemberian antijamur topikal khususnya golongan

    imidazol memberikan hasil yang baik berkisar antara 63-90% setelah

    pemberian selama 4 minggu. Golongan imidazol yang dapat digunakan

    antara lain itrakonazol, mikonazol, flukonazol, ekonazol, bifonazol,

    klimbazol, siklopiroks, dan siklopiroksolamin. Yang paling sering

    digunakan adalah ketokonazol krim 2% telah dibuktikan efektif dan telah

    disetujui untuk pengobatan dermatitis seboroik.5,12

    Pengobatan blefaritis seboroik memiliki pengobatan khusus dan

    unik, bahkan dermatitis seboroik yang sering diabaikan. Kelopak mata

    merah dan bersisik dan sering ada konjungtivitis terkait, yang sangat

    simtomatik. Blefaritis ini biasanya merespon dengan cepat untuk

  • 5/21/2018 Isi Dermatitis Seboroik Nh

    14/17

    14

    pengobatan singkat sodium sulamid solution 10%. Chlortetracycline dan

    tetracyclinemata juga efektif.8

    - Shampo

    Ada beberapa jenis shampo yang tersedia dan efektif terhadap

    dermatitis seboroik. Kebanyakan produk-produk mengandung zinc

    pyrithione, selenium sulfida, belerang, parachlorometaxylenol, atau

    derivat tar. Shampo ini tersedia tanpa resep dengan berbagai bahan-bahan

    umum yang menghambat pertumbuhan Pityrosporum ovale yang

    menghasilkan ragi kulit yang terlibat dalam penyebab dermatitis

    seboroik.5,9

    Beberapa contoh shampo pengobatan, yaitu11:

    o Shampo keratolitik tar - sulfur atau asam salisil,

    o

    Zinc pyrithione,

    o Shampo selenium sulfida 2,5%,

    o Shampo ketokonazol 2%.

    - Fototerapi

    Pasien sering mengalami perbaikan selama musim panas. Efek

    inhibisi langsung dari UVA dan UVB pada ragi Malassezia dikultur dari

    kulit telah secara eksperimen dikonfirmasi. Dalam sebuah studi prospektif

    terbuka, 18 pasien dengan dermatitis seboroik berat diobati dengan

    Narrow-band UVB 3 kali per minggu sampai sembuh setelah

    menyelesaikan 2 bulan terapi.15

  • 5/21/2018 Isi Dermatitis Seboroik Nh

    15/17

    15

    Kasus - kasus yang telah mempunyai faktor konstitusi agak sukar

    disembuhkan, meskipun penyakitnya dapat terkontrol. Faktor predisposisi

    hendaknya diperhatikan, misalnya stres dan kurang tidur.5

    IX. KOMPLIKASI

    Pada beberapa kasus yang ekstrim dapat terjadi eritroderma eksfoliatif

    (eritroderma seboroik). Ada beberapa keadaan yang terdapat pada pasien ini,

    yaitu: ketidakseimbangan elektrolit dan suhu. Eritroderma seboroik disertai diare

    dan gagal tumbuh (penyakit Leiner) pada bayi dikaitkan dengan berbagai

    gangguan immunodefisiensi.11,12

    X.

    PROGNOSIS

    Dermatitis seboroik sangat sering terjadi, mayoritas telah terkena pada

    seseorang sepanjang hidup. Keadaan meningkat pada saat musim panas dan

    menurun pada saat musim gugur. Kekambuhan dapat terjadi apabila terjadi

    alopesia yang cukup parah. Pada Infantil prognosisnya baik karena kondisinya

    jinak dan sembuh sendiri. Dermatitis seboroik pada remaja akan menghilang

    sejalan dengan usia. Dan biasanya sembuh dengan penggunaan kortikosteroid

    topikal.1,11,12

  • 5/21/2018 Isi Dermatitis Seboroik Nh

    16/17

    16

    DAFTAR PUSTAKA

    1. Wolff K, Johnson RA. Seborrheic dermatitis. Fitzpatricks color atlas &

    synopsis of clinical dermatology 6th ed. Massachuets: The McGraw-Hill

    Companies. 2009. p. 48-51.

    2. Fritsch PO, Reider N. Seborrheic dermatitis. In: Bolognia JM, Jorizzo JL,

    Rapini RP, editors. Dermatology2nded.USA: Mosby Elsevier. 2008.

    3. James WD. Seborrheic dermatitis. Andrews disease of the skin: clinical

    dermatology 10thed. Pennsylvania: Saunders Elsevier. 2006. p. 191-2.

    4.

    Naldi L, Rebora A. Seborrheic dermatitis. 2009 January 22. [online]. [cited

    2012 February 14]: [4 screens]. Available from URL: http://www

    .nejm.org/doi/full/10.1056 /NEJMcp0806464

    5.

    Djuanda A. Dermatosis eritroskuamosa. Dalam: Djuanda A, Hamzah M,

    Aisah S, editor. Ilmu penyakit kulit dan kelamin edisi 5. Jakarta: FKUI. 2007.

    hal. 189-95, 200-2.

    6.

    Holden CA, Berth-Jones J. Eczema, lichenification, prurigo and erythroderma.

    In: Burns, Tony, Stephen B, et al Editors. Rooks textbook of dermatology 7th

    ed. Massachusetts: Blakwell Publishing Inc. 2004. p. 17.10-4.

    7.

    Berk T, Scheinfeld N. Dermatitis seborrheic. June 2010. [online]. [cited 2012

    February17]:[5screens]. Available from URL: http://www.ncbi.nlm.nih

    .gov/pmc/articles

    8.

    Barankin B, Freiman A. Seborrheic dermatitis. Derm notes dermatology

    clinical pocket guide. Davis Company: Philadelphia. 2006. p. 147-8.

    9.

    Trozak DJ, Tennenhouse DJ, Russel JJ. Seborrheic dermatitis. Dermatology

    skills for primary care.New Jersey: Humana Press. 2006. p. 67-75.

    10.Habif TF. Seborrheic dermatitis. Clinical dermatology a color guide to

    diagnosis and therapy 4thed. USA: Mosby Elsevier. 2004. p. 242-5.

    11.Mallory SB, Bree A, Chern P. Seborrheic dermatitis. Ilustrated manual of

    pediatric dermatology diagnosis and management. United Kingdom: Taylor

    and Francis. 2005. p. 64-6.

    http://www.ncbi.nlm.nih/http://www.ncbi.nlm.nih/http://www.ncbi.nlm.nih/
  • 5/21/2018 Isi Dermatitis Seboroik Nh

    17/17

    17

    12.

    Plewig G, Jansen T. Seborrheic dermatitis. In: Wolff K, Katz LAGS, et all

    editors.Fitzpatricks dermatology in general medicine 7thed. USA: McGraw-

    Hill. 2008. p. 219-25.

    13.

    Selden ST. Seborrheic dermatitis. 2010 July 13. [online]. [cited 2012 February

    13]: [6 screens]. Available from URL: http://emedicine.medscape.com

    /article/1108312-overview#showall

    14.Boddy I. Cradle cap. 2009 September 15. [online]. [cited 2012 February 20]:

    [1 screen]. Available from URL: http://www.webmd.com/skin-problems-and-

    treatments/picture-of-cradle-cap

    15.

    Sularsito SA, Djuanda S. Dermatitis. Dalam: Djuanda A, Hamzah M, Aisah S,

    editor. Ilmu penyakit kulit dan kelamin edisi 5. Jakarta: FKUI. 2007. hal. 138-

    47.

    16.

    Budimulja U. Mikosis. Dalam: Djuanda A, Hamzah M, Aisah S, editor. Ilmu

    penyakit kulit dan kelamin edisi 5. Jakarta: FKUI. 2007. hal. 95-6.

    17.Kuswadji. Kandidosis. Dalam: Djuanda A, Hamzah M, Aisah S, editor. Ilmu

    penyakit kulit dan kelamin edisi 5. Jakarta: FKUI. 2007. hal. 106-9.

    18.

    Handoko RP. Skabies. Dalam: Djuanda A, Hamzah M, Aisah S, editor. Ilmu

    penyakit kulit dan kelamin edisi 5. Jakarta: FKUI. 2007. hal. 122-5.

    http://www.webmd.com/skin-problems-and-treatments/picture-of-cradle-caphttp://www.webmd.com/skin-problems-and-treatments/picture-of-cradle-caphttp://www.webmd.com/skin-problems-and-treatments/picture-of-cradle-caphttp://www.webmd.com/skin-problems-and-treatments/picture-of-cradle-caphttp://www.webmd.com/skin-problems-and-treatments/picture-of-cradle-cap