evaluasi kewajiban perpajakan pph badan...

28
EVALUASI KEWAJIBAN PERPAJAKAN PPH BADAN PADA PERUSAHAAN JASA KONSTRUKSI (Studi kasus di PT. Nurcahya Jaya Mandiri Demak) Linda Puji Nurhayati Dr. Endang Kiswara, M.Si., Akt Universitas Diponegoro ABSTRACT PT. Nurcahya Jaya Mandiri as a company that was built in 2009 experienced difficulties in fulfilling the obligations of taxation, especially in income tax. This research is a case study that evaluates the tax liability of income tax on construction services company PT. Nurcahya Jaya Mandiri. The purpose of this study was to determine whether the calculation of corporate income tax liability is in conformity with the Taxation Law Number 36 Year 2008 regarding Income Tax and Government Regulation No. 51 of 2008 as well as whether the income tax deposit and reporting are in accordance with PMK of Finance Number 187/PMK. 03/2008 or not. This study uses quantitative methods without statistics by analyzing quantitative and qualitative analysis. The quantitative analysis used to determine the magnitude of the differences that arise in the calculation of tax liabilities between the Corporate Tax Taxation Law No. 36 of 2008 concerning income tax and PP No. 51 year 2008 regarding income tax on income from construction services business with the PT. Nurcahya Jaya Mandiri. Qualitative analysis was performed by comparing between the PMK Number 187/PMK.03/2008 with those already made by PT. Nurcahya Jaya Mandiri, whether it is appropriate or correction still needs to be done. The results provide the conclusion that in the calculation of Income Tax Article 4, paragraph 2 and for depositing and reporting of the company are correct. Key words: Corporate Income Tax, Corporate Construction Services.

Upload: hadiep

Post on 06-Feb-2018

214 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: EVALUASI KEWAJIBAN PERPAJAKAN PPH BADAN …eprints.undip.ac.id/29818/1/Jurnal_Linda_Puji_Nurhayati_(C2C309022... · that arise in the calculation of tax liabilities between the Corporate

EVALUASI KEWAJIBAN PERPAJAKAN PPH BADAN

PADA PERUSAHAAN JASA KONSTRUKSI

(Studi kasus di PT. Nurcahya Jaya Mandiri Demak)

Linda Puji Nurhayati

Dr. Endang Kiswara, M.Si., Akt

Universitas Diponegoro

ABSTRACT

PT. Nurcahya Jaya Mandiri as a company that was built in 2009 experienced difficulties

in fulfilling the obligations of taxation, especially in income tax. This research is a case study

that evaluates the tax liability of income tax on construction services company PT. Nurcahya

Jaya Mandiri. The purpose of this study was to determine whether the calculation of corporate

income tax liability is in conformity with the Taxation Law Number 36 Year 2008 regarding

Income Tax and Government Regulation No. 51 of 2008 as well as whether the income tax

deposit and reporting are in accordance with PMK of Finance Number 187/PMK. 03/2008 or

not.

This study uses quantitative methods without statistics by analyzing quantitative and

qualitative analysis. The quantitative analysis used to determine the magnitude of the differences

that arise in the calculation of tax liabilities between the Corporate Tax Taxation Law No. 36 of

2008 concerning income tax and PP No. 51 year 2008 regarding income tax on income from

construction services business with the PT. Nurcahya Jaya Mandiri. Qualitative analysis was

performed by comparing between the PMK Number 187/PMK.03/2008 with those already made

by PT. Nurcahya Jaya Mandiri, whether it is appropriate or correction still needs to be done.

The results provide the conclusion that in the calculation of Income Tax Article 4,

paragraph 2 and for depositing and reporting of the company are correct.

Key words: Corporate Income Tax, Corporate Construction Services.

Page 2: EVALUASI KEWAJIBAN PERPAJAKAN PPH BADAN …eprints.undip.ac.id/29818/1/Jurnal_Linda_Puji_Nurhayati_(C2C309022... · that arise in the calculation of tax liabilities between the Corporate

PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah

Pasal 1 Undang-Undang No.16 ntahun 2009 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara

Perpajakan menyatakan bahwa, pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang orang

pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang, dengan tidak

mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-

besarnya kemakmuran rakyat. Berdasarkan pengertian diatas bahwa pada dasarnya pembayaran

pajak ditujukan untuk kemakmuran rakyat atau dengan kata lain dari rakyat dan untuk rakyat.

Pembangunan suatu negara sangat berpengaruh dari penerimaan negara tersebut, dalam

pembangunan bangsa kita yang tumbuh secara pesat dalam berbagai aspek kehidupan dengan

fasilitas umum yang semakin memadai dan modern melalui kemajuan teknologi merupakan hasil

dari pembayaran pajak oleh wajab pajak yang terdiri dari orang pribadi dan badan.

Penelitian ini dilakukan pada perusahaan jasa yang bergerak di bidang konstruksi.

Berbagai peraturan maupun Undang-Undang mengenai jasa konstruksi diatur khusus oleh

Pemerintah. Hal tersebut disebabkan karena jasa konstruksi merupakan salah satu kegiatan dalam

bidang ekonomi, sosial dan budaya yang mempunyai peranan penting dalam pencapaian

berbagai sasaran guna menunjang terwujudnya tujuan Pembangunan Nasional. Peraturan

perpajakan mengenai usaha jasa konstruksi juga diatur khusus, dalam hal ini pengenaan pajak

atas usaha jasa konstruksi berbeda dengan wajib pajak badan pada umumnya.

Pengenaan pajak atas penghasilan dari usaha jasa konstruksi yang diatur dalam

Peraturan Menteri Keuangan No.187/PMK.03/2008 menetapkan bahwa atas penghasilan yang

diterima oleh Wajib Pajak dalam negeri dan bentuk usaha tetap dari usaha di bidang jasa

konstruksi, dikenakan pajak penghasilan berdasarkan Undang-undang Pajak Penghasilan, dimana

penghasilan yang diterima dapat dikenakan pemotongan pajak yang bersifat final berdasarkan

Undang-Undang Perpajakan No.36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan Pasal 4 ayat 2.

Bersifat final artinya bahwa penghasilan tersebut tidak perlu digabung dengan penghasilan

lainnya dalam perhitungan pajak penghasilan terutang. Dalam hal perusahaan jasa konstruksi

yang hanya memperoleh penghasilan dari usaha jasa konstruksi yang dikenakan pajak bersifat

final, maka dalam hal menghitung pajak penghasilan terutang dihitung dari tarif tertentu

berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan No.187/PMK.03/2008 pasal 3, dikalikan dengan

jumlah imbalan bruto.

Page 3: EVALUASI KEWAJIBAN PERPAJAKAN PPH BADAN …eprints.undip.ac.id/29818/1/Jurnal_Linda_Puji_Nurhayati_(C2C309022... · that arise in the calculation of tax liabilities between the Corporate

PT. Nurcahya Jaya Mandiri adalah perusahaan jasa konstruksi, dimana perusahaan ini

baru berdiri pada April 2009 sehingga peneliti mengambil penelitian dalam skripsi ini adalah

kewajiban perpajakan tahun 2010 melihat dari kelengkapan data yang dimiliki oleh perusahaan

itu sendiri. PT. Nurcahya Jaya Mandiri merasa perlu untuk dapat melakukan sendiri kewajiban

perpajakan penghasilannya dengan baik dan benar. Masalah yang timbul adalah PT. Nurcahya

Jaya Mandiri merasa kesulitan untuk menghitung, menyetor dan melaporkan pajaknya dengan

benar.

PT. Nurcahya Jaya Mandiri sebagai perusahaan yang berbentuk perseroan juga wajib

melaporkan dan menyetorkan pajak penghasilan badan, yang dalam kasus ini perusahaan sudah

dikenai tarif final sesuai dengan peraturan yang berlaku. PT. Nurcahya Jaya Mandiri. Dengan

pengenaan tarif final tersebut dapat diketahui apakah nantinya pengenaan tarif final untuk

perusahaan jasa konstruksi ini lebih memberatkan dalam penyetoran kewajiban perpajakan pajak

penghasilan badannya atau sebaliknya pajak penghasilan yang terutang menjadi lebih ringan.

TELAAH PUSTAKA

Jasa Konstruksi Secara Umum

Jasa konstruksi merupakan salah satu kegiatan dalam bidang ekonomi, sosial dan

budaya yang mempunyai peranan penting dalam pencapaian berbagai sasaran guna menunjang

terwujudnya pembangunan nasional. Berbagai peraturan perundang-undangan yang berlaku

belum berorientasi baik kepada kepentingan pengembangan jasa konstruksi sesuai dengan

karakteristiknya yang mengakibatkan kurang berkembangnya iklim usaha yang mendukung

peningkatan daya saing secara optimal, maupun bagi kepentingan masyarakat. Dalam Undang-

undang Republik Indonesia No.18 Tahun 1999 tentang jasa konstruksi, yang dimaksud dengan

jasa konstruksi adalah layanan jasa konsultasi perencanaan pekerjaan konstruksi, layanan jasa

pelaksanaan pekerjaan konstruksi, dan layanan jasa konsultasi pengawasan pekerjaan konstruksi.

Dalam Undang-undang Republik Indonesia No.18 Tahun 1999 tentang jasa konstruksi,

yang dimaksud dengan jasa konstruksi adalah layanan jasa konsultasi perencanaan pekerjaan

konstruksi, layanan jasa pelaksanaan pekerjaan konstruksi, dan layanan jasa konsultasi

pengawasan pekerjaan konstruksi. Bidang usaha jasa konstruksi tersebut mencakup pekerjaan

arsitektural, sipil, mekanikal, elektrikal dan atau tata lingkungan, masing-masing beserta

kelengkapannya.

Page 4: EVALUASI KEWAJIBAN PERPAJAKAN PPH BADAN …eprints.undip.ac.id/29818/1/Jurnal_Linda_Puji_Nurhayati_(C2C309022... · that arise in the calculation of tax liabilities between the Corporate

1. Perencanaan Konstruksi

Adalah penyedia jasa orang perseorangan atau badan usaha yang dinyatakan ahli yang

professional di bidang perencanaan jasa konstruksi yang mampu mewujudkan pekerjaan

dalam bentuk dokumen perencanaan bangunan atau bentuk fisik lain.

2. Pelaksana Konstruksi

Adalah penyedia jasa orang perseorangan atau badan usaha yang dinyatakan ahli yang

professional di bidang pelaksanaan jasa konstruksi yang mampu menyelenggarakan

kegiatannya untuk mewujudkan suatu hasil perencanaan menjadi bentuk bangunan atau

bentuk fisik lain.

3. Pengawas Konstruksi

Adalah penyedia jasa orang perseorangan atau badan usaha yang dinyatakan ahli yang

professional di bidang pengawasan jasa konstruksi yang mampu melaksanakan pekerjaan

pengawasan sejak awal pelaksaan pekerjaan konstruksi sampai selesai dan

diserahterimakan.

Jenis Usaha Jasa Konstruksi

1. Usaha Perencanaan Konstruksi

Memberikan layanan jasa perencanaan dalam pekerjaan konstruksi yang meliputi rangkaian

kegiatan atau bagian-bagian dari kegiatan mulai dari studi pengembangan sampai dengan

penyusunan dokumen kontrak kerja konstruksi.

2. Usaha Pelaksanaan Konstruksi

Memberikan layanan jasa pelaksanaan dalam pekerjaan konstruksi yang meliputi rangkaian

kegiatan atau bagian-bagian dari kegiatan mulai dari penyiapan lapangan sampai dengan

penyerahan hasil akhir pekerjaan konstruksi.

3. Usaha Pengawasan Konstruksi

Memberikan layanan jasa pengawasan baik sebagian atau keseluruhan pekerjaan

pelaksanaan konstruksi mulai dari penyiapan lapangan sampai dengan penyerahan hasil

akhir konstruksi.

Bentuk Usaha Jasa Konstruksi

Bentuk usaha jasa konstruksi berdasarkan UU No.18 Tahun 1999, tentang “Jasa

Konstruksi” dapat berbentuk perseorangan atau badan usaha. Bentuk usaha yang dilakukan oleh

orang perseorangan selaku perencana konstruksi atau pengawas konstruksi hanya dapat

Page 5: EVALUASI KEWAJIBAN PERPAJAKAN PPH BADAN …eprints.undip.ac.id/29818/1/Jurnal_Linda_Puji_Nurhayati_(C2C309022... · that arise in the calculation of tax liabilities between the Corporate

melaksanakan pekerjaan yang sesuai dengan bidang keahliannya. Pekerjaan konstruksi yang

beresiko besar dan atau berteknologi tinggi dan atau yang berbiaya besar hanya dapat dilakukan

oleh badan usaha yang berbentuk perseroan terbatas atau badan usaha asing yang dipersamakan.

Penghasilan Perusahaan Jasa Konstruksi

1. Penghasilan Dari Usaha Jasa Konstruksi

Penghasilan utama perusahaan konstruksi tersebut adalah penghasilan dari penyediaan jasa

konstruksi, baik jasa perencana konstruksi, jasa pelaksana konstruksi maupun jasa

pengawas konstruksi. Untuk perusahaan jasa konstruksi yang memberikan jasa

pelaksanaan konstruksi, tetapi didalamnya juga termasuk memberikan jasa perencanaan

dan pengawasan konstruksi, maka jasa konstruksi tersebut tetap diklasifikasikan sebagai

jasa pelaksana konstruksi.

2. Penghasilan Luar Usaha Jasa Konstruksi

Selain peng hasilan dari memberikan jasa konstruksi terdapat juga penghasilan lain

perusahaan jasa konstruksi yang meliputi: Penghasilan sewa alat-alat berat dan mesin-

mesin yang menganggur; Penghasilan jasa giro; Penghasilan bunga deposito; dan

penghasilan luar usaha lainnya.

Beban Perusahaan Jasa Konstruksi

1. Beban Dari Usaha Konstruksi

Menurut akuntansi yang terdapat dalam PSAK No.34 terdiri dari: biaya yang berhubungan

langsung dengan suatu kontrak, biaya-biaya yang dapat didistribusikan ke aktivitas kontrak

pada umumnya dan dapat dialokasikan ke kontrak, biaya lain yang secara khusus dapat

ditagihkan ke pemberi kerja sesuai isi kontrak, biaya yang tidak dapat di distribusikan ke

aktivitas kontrak atau tidak dapat dialokasikan ke suatu kontrak dikeluarkan dari biaya

konstruksi.

2. Beban Luar Usaha jasa Konstruksi

Beban-beban yang timbul untuk mendapatkan pendapatan luar usaha konstruksi, dapat

berupa biaya pemeliharaan peralatanyang disewakan, biaya administrasi bank sehubungan

dengan pemeliharaan pendapatan jasa giro dan pendapatan deposito, serta beban usaha

lainnya.

Definisi beban menurut akuntansi yang terdapat dalam Standar Akuntansi Keuangan yaitu:

“Penurunan manfaat ekonomi selama suatu periode akuntansi dalam bentuk arus keluar

Page 6: EVALUASI KEWAJIBAN PERPAJAKAN PPH BADAN …eprints.undip.ac.id/29818/1/Jurnal_Linda_Puji_Nurhayati_(C2C309022... · that arise in the calculation of tax liabilities between the Corporate

atau berkurangnya aset atau terjadinya kewajiban yang mengakibatkan penurunan ekuitas

yang tidak menyangkut pembagian kepadaa penanam modal. (IAI, 2007, p.18).

Dari pengertian diatas dapat diambil kesimpulan bahwa segala pengeluaran yang

menyebabkan penurunan manfaat ekonomi selama suatu periode akuntansi dalam bentuk

arus keluar atau berkurangnya aset atau terjadinya kewajiban yang mengakibatkan

penurunan ekuitas yang tidak menyangkut pembagian kepada penanam modal merupakan

beban. Jadi biaya pemeliharaan, biaya administrasi bank sehubungan dengan pemeliharaan

pendapatan jasa giro dan bunga deposito merupakan beban dalam laporan keuangan

komersial perusahaan.

Kewajiban Perpajakan Perusahaan Jasa Konstruksi

Dalam ketentuan perpajakan yang diatur dalam Peraturan Pemerintah No. 51 tahun 2008

tentang Pajak Penghasilan dari Usaha Jasa Konstruksi dan Peraturan Menteri Keuangan

Republik Indonesia Nomor 187/PMK.03/2008 tentang Tatacara Pemotongan, Penyetoran,

Pelaporan dan Penatausahaan Pajak Penghasilan atas Penghasilan dari Usaha Jasa Konstruksi.

Yang dimaksud dengan jasa kontruksi adalah layanan jasa konsultasi perencanaan

pekerjaan konstruksi, layanan jasa pelaksanaan pekerjaan konstruksi, dan layanan jasa konsultasi

pengawasan pekerjaan konstruksi. Adapun pekerjaan konstruksi adalah keseluruhan atau

sebagian rangkaian kegiatan perencanaan dan/atau pelaksanaan beserta pengawasan yang

mencakup pekerjaan arsitektural, sipil, mekanikal, elektrikal, dan tata lingkungan masing-masing

beserta kelengkapannya untuk mewujudkan suatu bangunan atau bentuk fisik lain.

Perencanaan konstruksi adalah pemberian jasa oleh orang pribadi atau badan yang

dinyatakan ahli yang profesioanal dibidang perencanaan jasa konstruksi yang mampu

mewujudkan pekerjaan dalam bentuk dokumen perencanaan bangunan fisik lain. Pelaksanaan

konstruksi adalah pemberian jasa oleh orang pribadi atau badan yang dinyatakan ahli yang

profesioanal di bidang pelaksaaan jasa konstruksi yang mampu menyelenggarakan kegiatannya

untuk mewujudkan suatu hasil perencanaan menjadi bentuk bangunan atau bentuk fisik lain,

termasuk di dalamnya pekerjaan konstruksi terintegrasi yaitu penggabungan fungsi layanan

dalam model penggabungan perencanaan, pengadaan dan pembangunan (enginering,

procurement andconstruction) serta model penggabungan perencanaan dan pembangunan

(design and build). Pengawasan Konstruksi adalah pemberian jasa oleh orang pribadi atau badan

yang dinyatakan ahli yang profesioanal di bidang pengawasan jasa konstruksi, yang mampu

Page 7: EVALUASI KEWAJIBAN PERPAJAKAN PPH BADAN …eprints.undip.ac.id/29818/1/Jurnal_Linda_Puji_Nurhayati_(C2C309022... · that arise in the calculation of tax liabilities between the Corporate

melaksanakan pekerjaan pengawasan sejak awal pelaksanaan pekerjaan konstruksi sampai dan

diserahterimakan.

Atas penghasilan dari usaha Jasa Konstruksi dikenakan Pajak Penghasilan yang bersifat

final. Tarif Pajak Penghasilan yang bersifat final sebagaimana dimaksud adalah sebagai berikut:

a. 2% (dua persen) untuk Pelaksanaan Konstruksi yang dilakukan oleh Penyedia Jasa

dengan kualifikasi usaha kecil;

b. 4% (empat persen) untuk Pelaksanaan Konstruksi yang dilakukan oleh Penyedia Jasa

yang tidak memiliki kualifikasi usaha;

c. 3% (tiga persen) untuk Pelaksanaan Konstruksi yang dilakukan oleh Penyedia Jasa selain

Penyedia Jasa sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b;

d. 4% (empat persen) untuk Perencanaan Konstruksi atau Pengawasan Konstruksi yang

dilakukan oleh Penyedia Jasa yang memiliki kualifikasi usaha; dan

e. 6% (enam persen) untuk Perencanaan Konstruksi atau Pengawasan Konstruksi yang

dilakukan oleh Penyedia Jasa yang tidak memiliki kualifikasi usaha.

Pajak Penghasilan yang bersifat final sebagaimana dimaksud diatas, dipotong oleh

Pengguna Jasa pada saat pembayaran, dalam hal Pengguna Jasa merupakan pemotong pajak;

atau disetor sendiri oleh Penyedia Jasa, dalam hal Pengguna Jasa bukan merupakan pemotong

pajak. Besarnya, Pajak Penghasilan yang dipotong, adalah jumlah pembayaran, tidak termasuk

Pajak Pertambahan Nilai, dikalikan tarif Pajak Penghasilan. Sedangkan besarnya. Pajak

Penghasilan yang disetor sendiri adalah jumlah penerimaan pembayaran, tidak termasuk Pajak

Pertambahan Nilai, dikalikan taril Pajak Penghasilan. Jumlah pembayaran atau jumlah

penerimaan pembayaran sebagaimana dimaksud diatas, merupakan bagian dari Nilai Kontrak

Jasa Konstruksi.

Pembayaran Pajak Penghasilan atau Penyetoran Pajak Penghasilan dilakukan dengan

menggunakan Surat Setoran Pajak atau sarana administrasi lain yang disamakan dengan Surat

Setoran Pajak. Pemotong Pajak Penghasilan memberikan tanda bukti pemotongan kepada

Penyedia Jasa yang dipotong Pajak Penghasilan setiap melakukan pemotongan. Pengguna Jasa

atau Penyedia Jasa wajib menyampaikan Surat Pemberitahuan Masa paling lama 20 (dua puluh)

hari setelah bulan dilakukan pemotongan pajak atau penerimaan pembayaran. Dalam hal tanggal

jatuh tempo penyampian Surat Pemberitahuan Masa sebagaimana bertepatan dengan hari libur

Page 8: EVALUASI KEWAJIBAN PERPAJAKAN PPH BADAN …eprints.undip.ac.id/29818/1/Jurnal_Linda_Puji_Nurhayati_(C2C309022... · that arise in the calculation of tax liabilities between the Corporate

termasuk hari sabtu atau hari libur nasional, maka saat penyampaian Surat Pemberitahuan Masa

dapat dilakukan pada hari kerja berikutnya.

Kewajiban Perpajakan PPh Badan

Sesuai dengan Undang-undang perpajakan Nomor 36 tahun 2008 tentang pajak

penghasilan yang merupakan subjek pajak dalam negeri adalah badan yang didirikan atau

bertempat kedudukan di Indonesia.

Objek Pajak Penghasilan Badan

Objek pajak adalah penghasilan, yaitu setiap tambahan kemampuan ekonomis yang

diterima atau diperoleh Wajib Pajak, baik yang berasal dari Indonesia maupun dari luar

Indonesia, yang dapat dipakai untuk konsumsi atau untuk menambah kekayaan Wajib Pajak

yang bersangkutan, dengan nama dan dalam bentuk apa pun.

Yang Dikecualikan Dari Objek Pajak

Bantuan atau sumbangan, warisan, harta termasuk setoran tunai yang diterima oleh

badan, penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa yang diterima atau

diperoleh dalam bentuk natura dan/atau kenikmatan dari Wajib Pajak atau Pemerintah,

pembayaran dari perusahaan asuransi, dividen atau bagian laba yang diterima atau diperoleh

perseroan terbatas, iuran yang diterima atau diperoleh dana pensiun yang pendiriannya telah

disahkan Menteri Keuangan, penghasilan dari modal yang ditanamkan oleh dana pensiun, bagian

laba yang diterima atau diperoleh anggota dari perseroan komanditer yang modalnya tidak

terbagi atas saham-saham, penghasilan yang diterima atau diperoleh perusahaan modal ventura

berupa bagian laba, beasiswa yang memenuhi persyaratan tertentu yang ketentuannya diatur

lebih lanjut dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan, sisa lebih yang diterima atau

diperoleh badan atau lembaga nirlaba yang bergerak dalam bidang pendidikan dan/atau bidang

penelitian dan pengembangan, bantuan atau santunan yang dibayarkan oleh Badan

Penyelenggara Jaminan Sosial kepada Wajib Pajak tertentu, yang ketentuannya diatur lebih

lanjut dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan.

Penghasilan Yang Dikenai Tarif Final

a. penghasilan berupa bunga deposito dan tabungan lainnya, bunga obligasi dan surat utang

negara, dan bunga simpanan yang dibayarkan oleh koperasi kepada anggota koperasi

orang pribadi;

b. penghasilan berupa hadiah undian;

Page 9: EVALUASI KEWAJIBAN PERPAJAKAN PPH BADAN …eprints.undip.ac.id/29818/1/Jurnal_Linda_Puji_Nurhayati_(C2C309022... · that arise in the calculation of tax liabilities between the Corporate

c. penghasilan dari transaksi saham dan sekuritas lainnya, transaksi derivatif yang

diperdagangkan di bursa, dan transaksi penjualan saham atau pengalihan penyertaan

modal pada perusahaan pasangannya yang diterima oleh perusahaan modal ventura;

d. penghasilan dari transaksi pengalihan harta berupa tanah dan/atau bangunan, usaha jasa

konstruksi, usaha real estate, dan persewaan tanah dan/atau bangunan; dan

e. penghasilan tertentu lainnya, yang diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Pemerintah.

Tarif Pajak Penghasilan Badan

Dalam Undang-Undang Perpajakan Nomor 36 tahun 2008 pasal 17 tentang pajak

penghasilan diatur bahwa Wajib Pajak badan dalam negeri dan bentuk usaha tetap adalah sebesar

28% (dua puluh delapan persen). Tarif ini menjadi 25% berlaku sejak tahun pajak 2010.

Tarif pajak penghasilan badan tahun 2010 bagi wajib pajak badan dalam negeri yang

mempunyai peredaran bruto hingga Rp. 50.000.000.000 (lima Puluh Miliar rupiah). Berdasarkan

Pasal 31E ayat (1) Undang-Undang Pajak Penghasilan, diatur bahwa Wajib Pajak badan dalam

negeri dengan peredaran bruto sampai dengan Rp50.000.000.000,00 (lima puluh miliar rupiah)

mendapat fasilitas berupa pengurangan tarif sebesar 50% (lima puluh persen) dari tarif

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 ayat (1) huruf b dan ayat (2a) yang dikenakan atas

Penghasilan Kena Pajak dari bagian peredaran bruto sampai dengan Rp 4.800.000.000,00 (empat

miliar delapan ratus juta rupiah).

Fasilitas pengurangan tarif sesuai dengan Pasal 31E ayat (1) Undang-Undang Pajak

Penghasilan dilaksanakan dengan cara self assessment pada saat penyampaian Surat

Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan Wajib Pajak Badan. Dengan demikian, Wajib Pajak

tidak perlu menyampaikan permohonan untuk dapat memperoleh fasilitas tersebut.

Penghitungan PPh terutang berdasarkan Pasal 31E dapat dibedakan menjadi dua yaitu:

1. Jika peredaran bruto sampai dengan Rp 4.800.000.000,00, maka penghitungan PPh terutang

yaitu sebagai berikut:

PPh terutang = 50% X 25% X seluruh Penghasilan Kena Pajak

2. Jika peredaran bruto lebih dari Rp 4.800.000.000,00 sampai dengan Rp 50.000.000.000,00,

maka penghitungan PPh terutang yaitu sebagai berikut:

a. PPh terutang = 50% X 25% X Penghasilan Kena Pajak dari bagian peredaran bruto yang

memperoleh fasilitas

Page 10: EVALUASI KEWAJIBAN PERPAJAKAN PPH BADAN …eprints.undip.ac.id/29818/1/Jurnal_Linda_Puji_Nurhayati_(C2C309022... · that arise in the calculation of tax liabilities between the Corporate

b. PPh terutang = 25% X Penghasilan Kena Pajak dari bagian peredaran bruto yang tidak

memperoleh fasilitas

Kewajiban Pembukuan pada Wajib Pajak Badan

Menurut Undang-undang Nomor 16 tahun 2009 tentang ketentuan umum dan tatacara

perpajakan pasal 28 ayat (1) yaitu wajib pajak orang pribadi yang melakukan kegiatan usaha atau

pekerjaan bebas dan wajib pajak badan di Indonesia wajibmenyelenggarakan pembukuan. Hal ini

jelas diatur dalam undang-undang bahwa wajib pajak badan harus melakukan pembukuan dalam

kegiatan usahanya. Pembukuan sekurang-kurangnya terdiri atas catatan mengenai aset,

kewajiban, ekuitas, penghasilan dan biaya serta penjualan dan pembelian sehingga dapat

dihitung besarnya pajak terutang.

Surat Pemberitahuan

Surat Pemberitahuan (SPT) adalah surat yang oleh Wajib Pajak (WP) digunakan untuk

melaporkan penghitungan dan atau pembayaran pajak, objek pajak dan atau bukan objek pajak

dan atau harta dan kewajiban, menurut ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.

Terdapat dua macam SPT yaitu:

a. SPT Masa adalah Surat Pemberitahuan untuk suatu Masa Pajak.

b. SPT Tahunan adalah Surat Pemberitahuan untuk suatu Tahun Pajak atau Bagian Tahun

Pajak.

Pengisian dan Penyampaian SPT

Setiap Wajib Pajak wajib mengisi SPT dalam bahasa Indonesia dengan menggunakan huruf

Latin, angka Arab, satuan mata uang Rupiah, dan menandatangani serta menyampaikannya ke

kantor Direktorat Jenderal Pajak tempat Wajib Pajak terdaftar atau dikukuhkan.

SPT wajib diisi secara benar, lengkap, jelas dan harus ditandatangani. Dalam hal SPT diisi

dan ditandatangani oleh orang lain bukan oleh WP, harus dilampiri surat kuasa khusus. Untuk

Wajib Pajak Badan, SPT harus ditandatangani oleh pengurus/direksi. Ketentuan tentang

penyampaian SPT adalah sebagai berikut:

1. SPT dapat disampaikan secara langsung atau melalui Pos secara tercatat ke KPP, KP4 atau

KP2KP setempat, atau melalui jasa ekspedisi atau jasa kurir yang ditunjuk oleh Direktur

Jenderal Pajak.

2. Batas waktu penyampaian:

a. Penyampaian SPT Tahunan PPh Badan paling lambat 4 bulan sejak akhir Tahun Pajak.

Page 11: EVALUASI KEWAJIBAN PERPAJAKAN PPH BADAN …eprints.undip.ac.id/29818/1/Jurnal_Linda_Puji_Nurhayati_(C2C309022... · that arise in the calculation of tax liabilities between the Corporate

b. Wajib Pajak dengan kriteria tertentu dapat melaporkan beberapa Masa Pajak dalam 1

(satu) SPT Masa.

c. SPT Masa, paling lambat dua puluh hari setelah akhir Masa Pajak.

3. SPT yang disampaikan langsung ke KPP/KP4 diberikan bukti penerimaan. Dalam hal SPT

disampaikan melalui pos secara tercatat, bukti serta tanggal pengiriman dianggap sebagai

bukti penerimaan.

Fungsi SPT

a. Wajib Pajak PPh

Sebagai sarana WP untuk melaporkan dan mempertanggungjawabkan penghitungan jumlah

pajak yang sebenarnya terutang dan untuk melaporkan tentang :

1) pembayaran atau pelunasan pajak yang telah dilaksanakan sendiri atau melalui

pemotongan atau pemungutan pihak lain dalam satu Tahun Pajak atau Bagian Tahun

Pajak;

2) penghasilan yang merupakan objek pajak dan atau bukan objek pajak;

3) harta dan kewajiban;

4) pemotongan/ pemungutan pajak orang atau badan lain dalam 1 (satu) Masa Pajak.

b. Pengusaha Kena Pajak

Sebagai sarana untuk melaporkan dan mempertanggungjawabkan penghitungan jumlah PPN

dan PPnBM yang sebenarnya terutang dan untuk melaporkan tentang :

1) pengkreditan Pajak Masukan terhadap Pajak Keluaran

2) pembayaran atau pelunasan pajak yang telah dilaksanakan sendiri oleh PKP dan atau

melalui pihak lain dalam satu masa pajak, yang ditentukan oleh ketentuan peraturan

perundang-undangan perpajakan yang berlaku.

c. Pemotong/ Pemungut Pajak

Sebagai sarana untuk melaporkan dan mempertanggungjawabkan pajak yang dipotong atau

dipungut dan disetorkan.

Tempat Pengambilan SPT

Setiap WP harus mengambil sendiri formulir SPT di Kantor Pelayanan Pajak (KPP),

Kantor Penyuluhan dan Pengamatan Potensi Perpajakan (KP4), Kantor Pelayanan Penyuluhan

dan Konsultasi Perpajakan (KP2KP), Kantor Wilayah DJP, Kantor Pusat DJP, atau melalui

Page 12: EVALUASI KEWAJIBAN PERPAJAKAN PPH BADAN …eprints.undip.ac.id/29818/1/Jurnal_Linda_Puji_Nurhayati_(C2C309022... · that arise in the calculation of tax liabilities between the Corporate

website DJP : http://www.pajak.go.id atau mencetak/ menggandakan/ fotokopi dengan bentuk

dan isi yang sama dengan aslinya.

Perpanjangan Waktu Penyampaian SPT Tahunan

Apabila WP tidak dapat menyelesaikan/ menyiapkan laporan keuangan tahunan untuk

memenuhi batas waktu penyelesaian, WP berhak mengajukan permohonan perpanjangan waktu

penyampaian SPT Tahunan Pajak Penghasilan paling lama 2 (dua) bulan dengan cara

menyampaikan pemberitahuan secara tertulis disertai surat pernyataan mengenai penghitungan

sementara pajak terutang dalam 1 (satu) tahun pajak dan bukti pelunasan kekurangan

pembayaran pajak yang terutang atau dengan cara lain yang ketentuan diatur dalam Keputusan

Menteri Keuangan.

Sanksi Tidak Atau Terlambat Menyampaikan SPT

SPT yang tidak disampaikan atau disampaikan tidak sesuai dengan batas waktu yang

ditentukan, dikenakan sanksi administrasi berupa denda yaitu untuk SPT Tahunan PPh Badan Rp

1 juta sedangkan SPT Masa Lainnya Rp 100 ribu.

Pembetulan SPT

Untuk pembetulan SPT atas kemauan WP sendiri dapat dilakukan sampai dengan

daluwarsa, kecuali untuk SPT Rugi atau SPT Lebih Bayar paling lama 2 tahun sebelum

daluwarsa, sepanjang belum dilakukan pemeriksaan. Sanksi administrasi atas pembetulan SPT

dengan kemauan Wajib Pajak sendiri setelah Pemeriksaan tetapi belum dilakukan penyidikan

150% dari pajak yang kurang dibayar.

Batas Waktu Pembayaran Pajak

Batas waktu pembayaran dan penyetoran pajak yang terutang untuk suatu saat atas

Masa Pajak ditetapkan oleh Menteri Keuangan dengan batas waktu tidak melewati 15 (lima

belas) hari setelah saat terutangnya pajak atau Masa Pajak berakhir. Batas waktu pembayaran

untuk kekurangan pembayaran pajak berdasarkan SPT Tahunan paling lambat sebelum SPT

disampaikan. Jangka waktu pelunasan surat ketetapan pajak untuk Wajib Pajak usaha kecil dan

Wajib Pajak di daerah tertentu paling lama 2 bulan.

Sanksi Keterlambatan Pembayaran Pajak

Atas keterlambatan pembayaran pajak, dikenakan sanksi denda administrasi bunga 2%

(dua persen) sebulan dari pajak terutang dihitung dari jatuh tempo pembayaran. Wajib Pajak

yang alpa tidak menyampaikan SPT atau menyampaikan SPT tetapi isinya tidak benar atau tidak

Page 13: EVALUASI KEWAJIBAN PERPAJAKAN PPH BADAN …eprints.undip.ac.id/29818/1/Jurnal_Linda_Puji_Nurhayati_(C2C309022... · that arise in the calculation of tax liabilities between the Corporate

lengkap dan dapat merugikan negara yang dilakukan pertama kali tidak dikenai sanksi pidana

tetapi dikenai sanksi administrasi berupa kenaikan sebesar 200% dari pajak yang kurang dibayar.

METODE PENELITIAN

Jenis dan Sumber Data

Jenis Data

1. Data Subjek (Self Report Data)

Data subjek merupakan data penelitian yang diberikan oleh responden dalam hal ini bagian

administrasi pajak dan akuntansi.

2. Data Dokumenter (Dokumen Data)

Dalam penelitian ini data dokumenter yang digunakan adalah laporan laba rugi perusahaan

jasa konstruksi pada PT. Nurcahya Jaya Mandiri tahun 2010, Surat Setoran Pajak (SSP)

serta bukti pemotongan/pemungutan pajak penghasilan final pasal 4 ayat (2) atas

penghasilan dari usaha jasa konstruksi.

Sumber Data

1. Data Primer

Berupa data subjek yang diperoleh secara langsung dari sumbernya yang berupa data

mengenai aktivitas operasional perusahaan yang terjadi selama tahun 2010 dan gambaran

umum tentang perusahaan jasa konstruksi.

2. Data Sekunder

Berupa data internal yang diperoleh dari objek yang diteliti yaitu berupa laporan laba rugi

PT. Nurcahya Jaya Mandiri tahun 2010, SPT Tahunan 2010 PPh Badan, Surat Setoran Pajak

serta bukti pemotongan/pemungutan pajak penghasilan final pasal 4 ayat (2) atas

penghasilan dari usaha jasa konstruksi.

Metode Pengumpulan Data

1. Metode Wawancara

Metode ini digunakan dalam rangka mendapatkan data primer berupa data mengenai

aktivitas operasional perusahaan yang terjadi selama tahun 2010 dan gambaran umum

tentang perusahaan jasa konstruksi.

2. Dokumentasi

Suatu metode pengumpulan data yang dilakukan untuk mendapatkan data sekunder dengan

Page 14: EVALUASI KEWAJIBAN PERPAJAKAN PPH BADAN …eprints.undip.ac.id/29818/1/Jurnal_Linda_Puji_Nurhayati_(C2C309022... · that arise in the calculation of tax liabilities between the Corporate

cara mengcopy dan mencatat dokumen-dokumen yang ada di PT. Nurcahya Jaya Mandiri

yang berhubungan dengan penelitian.

3. Studi Pustaka

Studi pustaka sebagai bagian dari langkah studi eksploratif yang digunakan yang merupakan

suatu metode pengumpulan data dengan mencari informasi-informasi yang berhubungan

dengan kewajiban perpajakan PPh badan perusahaan jasa konstruksi.

Metode Analisis

Metode yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah penulisan yang bersifat

kuantitatif tanpa statistik dengan tujuan untuk mengevaluasi perhitungan kewajiban perpajakan

PPh Badan pada Perusahaan Jasa Konstruksi PT. Nurcahya Jaya Mandiri Demak, penyetoran dan

pelaporan, pajaknya.

Analisis Kuantitatif

Analisis Kuantitatif yaitu analisis yang digunakan untuk mengetahui besarnya

perbedaan yang timbul pada perhitungan kewajiban perpajakan PPh Badan antara Perusahaan

Jasa Konstruksi PT. Nurcahya Jaya Mandiri Demak dengan Undang-undang Perpajakan Nomor

36 tahun 2008 dan PP Nomor 51 tahun 2008.

Analisis Kualitatif

Analisis Kualitatif yaitu analisis yang dilakukan dengan membandingkan antara teori dan

praktek dalam tata cara penyetoran dan pelaporan kewajiban perpajakan perusahaan jasa

konstruksi.

HASIL DAN ANALISIS

Deskripsi Objek Penelitian

Sejarah Singkat

PT. Nurcahya Jaya Mandiri adalah perusahaan perseroan yang bergerak di bidang

contractor. Perusahaan ini berdiri pada tanggal 27 April 2009. Bangunan kantor PT. Nurcahya

Jaya Mandiri sendiri terletak di Jalan Lingkar Selatan Demak RT. 003 RW. 002 Desa Mranak

Kec. Wonosalam Demak. Meskipun PT. Nurcahya Jaya Mandiri ini baru saja berdiri tapi

Page 15: EVALUASI KEWAJIBAN PERPAJAKAN PPH BADAN …eprints.undip.ac.id/29818/1/Jurnal_Linda_Puji_Nurhayati_(C2C309022... · that arise in the calculation of tax liabilities between the Corporate

sekarang perusahaan ini tumbuh sebagai suatu badan usaha yang mencoba untuk dapat lebih

exist berkompitisi di bidangnya dengan aktif dan produktif secara sehat sesuai dengan

pertumbuhan yang terus terjadi.

Visi dan Misi PT. Nurcahya Jaya Mandiri

Adapun visi dari PT. Nurcahya Jaya Mandiri adalah menjadi salah satu peusahaan

konstruksi terbaik di wilayahnya dengan mengutamakan professionalism dalam bekerja.

Misi dari PT. Nurcahaya Jaya Mandiri sendiri adalah:

1. Memberikan pelayanan dalam bidang konstruksi yang professional dan bermutu.

2. Sebagai perusahaan rujukan pertama di bidang konstruksi dan perdagangan bahan

bangunan.

3. Ekspansi strategis ke luar daerah.

Kegiatan PT. Nurcahya Jaya Mandiri

Saat ini perusahaan telah mengembangkan jenis kegiatan usahanyadalam rangka

menyesuaikan tingkat kebutuhan dan perkembangan masyarakat serta dalam upaya diversifikasi

kegiatan usahanya. Jenis-jenis kegiatan usaha yang dikerjakan PT. Nurcahya Jaya Mandiri ini

adalah sebagai berikut: Jalan raya dan jalan lingkungan, Jembatan, Sungai dan rawa, Bending

dan bendungan, Draenase dan irigasi, Pelabuhan dan dermaga, Penggalian dan pemindahan

tanah.

Struktur Organisasi

Dapat didefinikan sebagai mekanisme-mekanisme normal dimana organisasi dikelola.

Struktur organisasi menunjukkan kerangka dan susunan perwujudan pola tetap hubungan-

hubungan diantara fungsi-fungsi, bagian-bagian atau posisi-posisi maupun orang-orang yang

menunjukkan kedudukan, tugas, wewenang dan tanggung jawab yang berbeda-beda dalam suatu

organisasi. Struktur ini mengandung unsur-unsur spesialisasi kerja, standarisasi, koordinasi,

sentralisasi atau desentralisasi dalam pembuatan keputusan dan ukuran-ukuran satuan kerja

(Hani Handoko, 1995 : 169). Pada PT. Nurcahya Jaya Mandiri bagian-bagiannya terdiri dari:

Page 16: EVALUASI KEWAJIBAN PERPAJAKAN PPH BADAN …eprints.undip.ac.id/29818/1/Jurnal_Linda_Puji_Nurhayati_(C2C309022... · that arise in the calculation of tax liabilities between the Corporate

1. Direktur

Memimpin, mengatur dan mengelola semua kegiatan yang dikerjakan oleh PT. Nurcahya

Jaya Mandiri secara berdaya guna dan berhasil guna dengan cara mengembangkan

kepemimpinan kolektif dengan berpedoman pada kaidah dan peraturan yang berlaku.

2. Administrasi Umum

Melaksanakan ketatausahaan, administrasi kepegawaian dan permasalahan umum serta

bertanggung jawab terhadap penyelenggaraan tertib administrasi di bidangnya.

3. Accounting

- Mencatat dan membuat pembukuan seluruh penerimaan dan pengeluaran pada

perusahaan serta mobilitas dana.

- Mengelola dan mengamankan pendapatan perusahaan, asset perusahaan serta

pengendalian anggaran secara efektif dan efisien.

4. General Superitendent

- Bertanggung jawab kepada direktur atas seluruh perencanaan, pelaksanaan dan

pengawasan kegiatan perusahaan.

- Bertugas sebagai manager lapangan yang bertanggung jawab langsung kepada

pimpinan perusahaan.

5. Quantity Surveyor

Bertanggung jawab pada semua pekerjaan lapangan terutama yang terkait dengan

konstuksi bangunan.

6. Administrasi pajak

Bertanggung jawab terhadap semua perhitungan pajak dan juga untuk melaporkan pajak

terutang perusahaan kepada Kantor Pelayanan Pajak (KPP).

7. Materials Superintendant

- Melakukan pemeriksaan mutu bahan, baik itu mutu di lapangan maupun di

laboratorium.

- Membuat program penyesuaian mutu dan waktu agar hasil pelaksanaan memenuhi

persyaratan kontrak.

8. Contruksion Enginerr

Page 17: EVALUASI KEWAJIBAN PERPAJAKAN PPH BADAN …eprints.undip.ac.id/29818/1/Jurnal_Linda_Puji_Nurhayati_(C2C309022... · that arise in the calculation of tax liabilities between the Corporate

- Membuat anggaran kebutuhan bahan yang didasarkan pada anggaran biaya

pelaksanaan.

- Membandingkan dan mengarahkan agar pelaksanaan sesuai dengan rencana.

9. Equipment Superintendant

- Bertanggung jawab atas operasinya alat-alat proyek.

- Mendukung pelaksanaan dan operasional lapangan.

Analisis data

Kebijakan Akuntansi Perusahaan

1. Laporan Keuangan

Laporan keuangan disajikan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku di Indonesia.

Metode pencatatan yang digunakan dalam penyusunan laporan keuangan adalah metode

accrual basis, dimana transaksi dicatat pada saat terjadinya. Laporan keuangan disajikan

perusahaan terdiri dari dua yaitu laba rugi dan neraca. Laporan laba rugi disusun untuk

mengetahui besarnya laba rugi yang dicapai/diderita perusahaan selama satu periode

akuntansi. Sedangkan neraca disusun untuk mengetahui posisi aset, kewajiban dan ekuitas

perusahaan pada waktu tertentu. Mata uang yang digunakan adalah Rupiah.

2. Pendapatan

Pendapatan proyek dihitung dengan menggunakan metode persentase penyelesaian yang

merupakan pendapatan utama perusahaan. Sedangkan untuk pendapatan lainnya dicatat

sesuai dengan nilai transaksi.

3. Piutang

Perusahaan menggunakan metode penghapusan langsung untuk mengakui jumlah piutang

yang tidak dapat ditagih. Hal tersebut disebabkan karena selama berdiri , kecil

kemungkinan terdapat pitang yang tak tertagih, sehingga perusahaan berpendapat tidak

perlu dibentuk cadangan piutang tak tertagih.

4. Aset Tetap

Aset tetap dicatat berdasarkan dengan harga perolehan dan disusutkan dengan metode garis

lurus tanpa nilai residu sesuai dengan taksiran umur manfaat. Daftar umur manfaat aset

tetap perusahaan adalah gedung 20 tahun, alat-alat proyek 8 tahun, kendaraan 8 tahun,

inventaris Kantor 4 tahun.

Page 18: EVALUASI KEWAJIBAN PERPAJAKAN PPH BADAN …eprints.undip.ac.id/29818/1/Jurnal_Linda_Puji_Nurhayati_(C2C309022... · that arise in the calculation of tax liabilities between the Corporate

Pengeluaran untuk pemeliharaan dan perbaikan diakui sebagai beban pada saat timbulnya

beban tersebut. Harga perolehan dan akumulasi penyusutan aset tetap yang dijual atau

dihentikan penggunaannya akan dikeluarkan dari buku pada saat penjualan atau

penghentian aset tersebut. Dan keuntungan serta kerugian yang timbul akan dibebankan

pada laba rugi tahun berjalan.

5. Harga Pokok Proyek

Harga pokok proyek adalah jumlah biaya proyek yang terdiri dari bahan baku, bahan

pembantu, biaya tenaga kerja langsung, biaya overhead, biaya penyusutan dan biaya

lainnya yang bersangkutan langsung dengan proyek yang bersangkutan.

Penyajian Laporan Laba Rugi Fiskal PT. Nurcahya Jaya Mandiri

Berikut adalah penyajian laporan laba rugi fiskal pada PT. Nurcahya Jaya mandiri tahun

2010:

Page 19: EVALUASI KEWAJIBAN PERPAJAKAN PPH BADAN …eprints.undip.ac.id/29818/1/Jurnal_Linda_Puji_Nurhayati_(C2C309022... · that arise in the calculation of tax liabilities between the Corporate

PT. NURCAHYA JAYA MANDIRI

LAPORAN LABA RUGI FISKAL

(Dalam Rupiah)

Keterangan L/R Komersil Koreksi Fiskal

L/R Fiskal Positif Negatif

Pendapatan

13.281.983.815 13.281.983.815

Harga Pokok Proyek

(10.803.129.858)

(10.803.129.858)

LABA KOTOR

2.478.853.957 2.478.853.957

Biaya Pemasaran

Biaya Perjalanan Dinas

(41.580.000)

(41.580.000)

Biaya Transportasi

(43.365.000)

(43.365.000)

Biaya Gambar Tender

(11.850.000)

(11.850.000)

Biaya Administrasi Pemasaran (19.785.600) (19.785.600)

Biaya Telepon, Fax, HP

(6.930.800)

(6.930.800)

Biaya Marketing Direksi

(68.560.000) (68.560.000)

TOTAL BIAYA

PEMASARAN (192.071.400) (192.071.400)

Biaya Pegawai

Biaya Gaji Karyawan

(445.029.757) (445.029.757)

Biaya Perjalanan Dinas Kantor (13.024.000) (13.024.000)

Biaya Lain-lain Pegawai

(3.702.400) 3.702.400

-

TOTAL BIAYA

PEGAWAI (461.756.157) (458.053.757)

Biaya Administrasi Kantor

Biaya Administrasi kantor (12.951.482) (12.951.482)

Biaya Telepon, Fax, HP

(11.434.439) 5.400.000

(6.034.439)

Biaya Listrik dan Air

(16.078.272) (16.078.272)

Biaya Lain-lain Kantor

(11.560.000) 11.560.000

-

Biaya Pemeliharaan Peralatan

Kantor (2.558.000) (2.558.000)

Biaya Gudang

(12.600.000) (12.600.000)

TOTAL BIAYA

ADM. KANTOR (67.182.193) (52.022.193)

Page 20: EVALUASI KEWAJIBAN PERPAJAKAN PPH BADAN …eprints.undip.ac.id/29818/1/Jurnal_Linda_Puji_Nurhayati_(C2C309022... · that arise in the calculation of tax liabilities between the Corporate

Biaya Kendaraan

Biaya Pemeliharaan kendaraan (5.011.200) (5.011.200)

Biaya Pajak Kendaraan

(7.264.000) (7.264.000)

Biaya BBM, Tol, Parkir

(17.130.000) (17.130.000)

TOTAL BIAYA

KENDARAAN (29.405.200) (29.405.200)

Biaya Bank

Biaya Adminintrasi Bank

(1.440.000) (1.440.000)

Biaya Penyusutan

Biaya Peny. Bangunan dan

Prasarana (61.250.000) (61.250.000)

Biaya Penyusutan Kendaraan (6.818.182) (6.818.182)

Biaya Penyusutan Inventaris

Kantor (3.125.000) (3.125.000)

TOTAL BIAYA

PENYUSUTAN (71.193.182) (71.193.182)

TOTAL BIAYA KANTOR

(823.048.132)

(802.385.732)

LABA KOTOR

1.655.805.825 1.676.468.225

Beban PPh Final

383.396.351

LABA BERSIH SETELAH PAJAK 1.272.409.474

Dari tabel koreksi fiskal diatas, akan diuraikan akun mana saja yang termasuk dalam beda

tetap (permanent difference) sebagai berikut:

1. Biaya lain-lain pegawai yang terdiri dari pembagian beras (biaya pegawai) = Rp

3.702.400

2. Biaya telepon, fax, HP pribadi direktur (biaya administrasi kantor) = Rp 5.400.000

3. Biaya lain-lain kantor terdiri dari entertainment (biaya administrasi kantor) = Rp

11.560.000

Total laba perusahaan yang diakui sebesar Rp 1.676.468.225 yang diperoleh dari laba usaha

komersil ditambah dengan koreksi positif sebesar Rp 20.662.400.

Rincian Akun Pendapatan pada Laporan Laba Rugi

Pendapatan proyek merupakan pendapatan utama perusahaan yang dihitung dengan

metode persentase penyelesaian. Penilaian ini dilakukan oleh orang-orang teknik di lapangan

karena orang-orang tersebut yang mengetahui berapa persen kemajuan pekerjaan proyek menuju

tercapainya penyelesaian pekerjaan. Pendapatan proyek sebanyak Rp 13.281.983.815 tidak

termasuk PPN.

Page 21: EVALUASI KEWAJIBAN PERPAJAKAN PPH BADAN …eprints.undip.ac.id/29818/1/Jurnal_Linda_Puji_Nurhayati_(C2C309022... · that arise in the calculation of tax liabilities between the Corporate

Pendapatan yang diterima untuk proyek Kali lanang Paket 1 adalah sebesar Rp

2.389.520.920; proyek Instal U-Ditch sebesar Rp 670.781.074; proyek Kali Siklenthing Kec.

Wedung Rp 999.163.636; proyek SWD I Kec. Wedung Rp 1.797.350.907, proyek Kali

Kongklangan Rp 722.000.000; sedangkan pendapatan yang terakhir untuk proyek Sungai

Grompol adalah sebesar Rp 6.703.167.278.

Perhitungan Pajak Penghasilan Pasal 4 ayat 2

Sesuai dengan UU Perpajakan Nomor 36 tahun 2008 pasal 4 ayat 2 tentang pajak

penghasilan bahwa untuk penghasilan dari usaha jasa konstruksi dikenakan tarif final. Tarif

pajak penghasilan untuk usaha jasa konstruksi pada PT. Nurcahya Jaya Mandiri sebagai

pelaksanaan jasa konstruksi adalah sebesar 3% sesuai dengan PP Nomor 51 tahun 2008 pasal 3

ayat 1c.

Untuk kepentingan perhitungan kewajiban perpajakan maka perlu dibuat rincian

pendapatan setiap bulannya yang diperoleh PT. Nurcahya Jaya Mandiri. Berikut penyajian

rincian pendapatan proyek pada PT. Nurcahya Jaya Mandiri menurut Undang-Undang selama

tahun 2010:

Bulan Proyek DPP

(Rp) Tarif

PPh Final

(Rp)

April Kali Lanang Paket 1 Angsuran 1 256.703.063 3% 7.701.092

Mei Kali Lanang Paket 1 Angsuran 2 767.284.125 3% 23.018.524

Juni Instal U-Ditch Magelang Angsuran 1 182.219.885 3% 5.466.597

Juli Instal U-Ditch Magelang Angsuran 2 182.212.902 3% 5.466.387

Agustus Kali Siklenthing Angsuran 1 199.832.727 3% 5.994.982

Instal U-Ditch Magelang Angsuran 3 91.611.520 3% 2.748.346

Kali Lanang Paket 1 Angsuran 3 508.370.840 3% 15.251.125

Sept SWD 1 Kec. Wedung Angsuran 1 359.470.180 3% 10.784.105

Oktober Kali Siklenthing Angsuran 2 749.372.727 3% 22.481.182

November Kali Lanang paket 1 Angsuran 4 857.162.892 3% 25.714.887

Instal U-Ditch Magelang Angsuran 4 214.736.765 3% 6.442.103

Kali Siklenthing Angsuran 3 49.958.182 3% 1.498.745

Desember Kali Kongklangan 722.000.000 3% 21.660.000

Sungai Grompol Angsuran 1 1.907.484.154 3% 57.224.525

Sungai Grompol Angsuran 2 4.575.515.400 3% 137.265.462

Sungai Grompol Angsuran 3 220.167.725 3% 6.605.032

SWD 1 Kec. Wedung Angsuran 2 1.348.013.182 3% 40.440.395

SWD 1 Kec. Wedung Angsuran 3 89.867.545 3% 2.696.026

JUMLAH 13.281.983.815 398.459.514

Page 22: EVALUASI KEWAJIBAN PERPAJAKAN PPH BADAN …eprints.undip.ac.id/29818/1/Jurnal_Linda_Puji_Nurhayati_(C2C309022... · that arise in the calculation of tax liabilities between the Corporate

Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa perhitungan pajak penghasilan badan yang

teutang dengan tarif final antara perusahaan dengan Undang-Undang sudah sesuai tidak ada

perbedaan. Ini berarti bahwa perusahaan sudah melakukan perhitungan pajak penghasilan badan

tarif final dengan tarif final.

Perhitungan Pajak Penghasilan Pasal 21 Badan

Tarif pajak penghasilan badan tahun 2010 bagi wajib pajak badan dalam negeri yang

mempunyai peredaran bruto hingga Rp. 50.000.000.000 (lima Puluh Miliar rupiah). Berdasarkan

Pasal 31E ayat (1) Undang-Undang Pajak Penghasilan, diatur bahwa Wajib Pajak badan dalam

negeri dengan peredaran bruto sampai dengan Rp50.000.000.000,00 (lima puluh miliar rupiah)

mendapat fasilitas berupa pengurangan tarif sebesar 50% (lima puluh persen) dari tarif

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 ayat (1) huruf b dan ayat (2a) yang dikenakan atas

Penghasilan Kena Pajak dari bagian peredaran bruto sampai dengan Rp 4.800.000.000,00 (empat

miliar delapan ratus juta rupiah).

Oleh karena itu untuk perhitungan kewajiban perpajakan pajak penghasilan badan pada

PT. Nurcahya Jaya Mandiri ini memutuskan untuk memakai fasilitas pengurangan tarif sebesar

50% dari tarif sesuai pasal 17. Dilihat dari besarnya jumlah peredaran bruto yang diterima

perusahaan yaitu sebesar Rp 13. 281.983.815, jadi sudah sesuai dengan peraturan yang berlaku.

Berikut adalah perhitungan pajak penghasilan yang terutang pada PT. Nurcahya Jaya Mandiri

tahun 2010 yang dihitung dari jumlah laba kotor perusahaan:

1. Penghasilan Kena Pajak yang memperoleh fasilitas tarif 50%

= PKP dari bag. peredaran bruto yang memperoleh fasilitas x Laba Kotor Fiskal

Peredaran bruto

= Rp 4.800.000.000 x Rp 1.676.468.225

Rp 13.281.983.815

= Rp 605.861.865

2. Penghasilan Kena Pajak yang tidak memperoleh fasilitas tarif 50%

= Laba kotor fiskal – PKP yang mendapat fasilitas tarif 50% x 25%

= Rp 1.676.468.225 – Rp 605.861.865

= Rp 1.070.606.360

Page 23: EVALUASI KEWAJIBAN PERPAJAKAN PPH BADAN …eprints.undip.ac.id/29818/1/Jurnal_Linda_Puji_Nurhayati_(C2C309022... · that arise in the calculation of tax liabilities between the Corporate

3. Pajak Penghasilan Terutang

50% x 25% x Rp 605.861.865 = Rp 75.732.733

25% x Rp 1.070.606.360 = Rp 267.384.323 +

Rp 343.384.323

Dari perhitungan diatas dapat diketahui bahwa pemakaian fasilitas pengurangan tarif

sebanyak 50% sebenarnya sangat menguntungkan wajib pajak badan, karena dengan fasilitas

tersebut berarti pajak yang terutang oleh perusahaan menjadi lebih sedikit. Berikut akan

ditampilkan pada tabel 4.6 perbandingan perhitungan pengenaan tarif antara pasal 4 ayat 2

dengan pasal 17 pada perusahaan jasa konstruksi:

Perbandingan Perhitungan Pengenaan Tarif Antara Pasal 4 Ayat 2 Dengan Pasal 17

Pasal 4 Ayat 2 Pasal 17 Peredaran Bruto x Tarif

Final Penghasilan Kena Pajak yang memperoleh fasilitas tarif

50% = Rp 605.861.865

Rp 13.281.983.815 x 3%

Penghasilan Kena Pajak yang tidak memperoleh fasilitas

tarif 50% = Rp 1.070.606.360

PPh terutang : PPh terutang :

Rp398.459.514 50% x 25% x Rp 605.861.865 = Rp 75.732.733

25% x Rp 1.070.606.360 = Rp 267.651.590

total Rp 343.384.323

Pengenaan tarif final pada perusahaan konstruksi mengakibatkan kerugian pada

perusahaan karena pajak penghasilan terutang perusahaan semakin besar dibandingkan dengan

pengenaan tarif pasal 17. Pada pengenaan tarif final ini tidak memperhitungkan biaya-biaya yang

dikeluarkan perusahaan selama proyek berlangsung. Berbeda jika pajak penghasilan terutangnya

sesuai dengan tarif pasal 17 dan fasilitas pengurangan 50% pasal 31E Undang-Undang Nomor

36 Tahun 2008, maka pajak penghasilan yang terutang oleh wajib pajak badan menjadi lebih

ringan sehingga keuntungan yang diperoleh perusahaan pun semakin banyak.

Evaluasi Penyetoran dan Pelaporan Pajak Penghasilan Badan

Surat Pemberitahuan (SPT) adalah surat yang oleh Wajib Pajak (WP) digunakan untuk

melaporkan penghitungan dan atau pembayaran pajak, objek pajak dan atau bukan objek pajak

dan atau harta dan kewajiban, menurut ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.

Sesuai dengan UU Nomor 16 Tahun 2009 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara

Perpajakan batas waktu penyampaian Penyampaian SPT Tahunan PPh Badan paling lambat 4

Page 24: EVALUASI KEWAJIBAN PERPAJAKAN PPH BADAN …eprints.undip.ac.id/29818/1/Jurnal_Linda_Puji_Nurhayati_(C2C309022... · that arise in the calculation of tax liabilities between the Corporate

bulan sejak akhir Tahun Pajak sedangkan untuk SPT Masa, paling lambat 20 hari setelah akhir

Masa Pajak.

SPT yang disampaikan langsung ke KPP/KP4 diberikan bukti penerimaan. Dalam hal

SPT disampaikan melalui pos secara tercatat, bukti serta tanggal pengiriman dianggap sebagai

bukti penerimaan. Apabila WP tidak dapat menyelesaikan/ menyiapkan laporan keuangan

tahunan untuk memenuhi batas waktu penyelesaian, WP berhak mengajukan permohonan

perpanjangan waktu penyampaian SPT Tahunan Pajak Penghasilan paling lama 2 (dua) bulan

dengan cara menyampaikan pemberitahuan secara tertulis disertai surat pernyataan mengenai

penghitungan sementara pajak terutang dalam 1 (satu) tahun pajak dan bukti pelunasan

kekurangan pembayaran pajak yang terutang atau dengan cara lain yang ketentuan diatur dalam

Keputusan Menteri Keuangan. SPT yang tidak disampaikan atau disampaikan tidak sesuai

dengan batas waktu yang ditentukan, dikenakan sanksi administrasi berupa denda untuk SPT

Tahunan PPh Badan Rp 1 juta sedangkan SPT Masa Lainnya Rp 100 ribu.

Untuk pembetulan SPT atas kemauan WP sendiri dapat dilakukan sampai dengan

daluwarsa, kecuali untuk SPT Rugi atau SPT Lebih Bayar paling lama 2 tahun sebelum

daluwarsa, sepanjang belum dilakukan pemeriksaan. Sanksi administrasi atas pembetulan SPT

dengan kemauan Wajib Pajak sendiri setelah Pemeriksaan tetapi belum dilakukan penyidikan

150% dari pajak yang kurang dibayar.

Batas waktu pembayaran dan penyetoran pajak yang terutang untuk suatu saat atas Masa

Pajak ditetapkan oleh Menteri Keuangan dengan batas waktu tidak melewati 15 (lima belas) hari

setelah saat terutangnya pajak atau Masa Pajak berakhir. Batas waktu pembayaran untuk

kekurangan pembayaran pajak berdasarkan SPT Tahunan paling lambat sebelum SPT

disampaikan. Jangka waktu pelunasan surat ketetapan pajak untuk Wajib Pajak usaha kecil dan

Wajib Pajak di daerah tertentu paling lama 2 bulan.

Berikut akan diuraikan evaluasi penyetoran dan pelaporan kewajiban perpajakan pajak

penghasilan pasal 4 ayat 2 pada PT. Nurcahya Jaya Mandiri tahun 2010:

Menurut Undang-undang Perpajakan Nomor 36 tahun 2008 tentang pajak penghasilan pasal 4

ayat 2 berkenaan dengan tarif final untuk perusahaan yang bergerak di bidang jasa konstruksi

sebesar 3% dari jumlah penghasilan bruto yang diterima perusahaan selama tahun 2010 maka

pajak final yang terutang oleh PT. Nurcahya Jaya Mandiri adalah sebesar:

3% x Rp 13.281.983.815 = Rp 398.459.514

Page 25: EVALUASI KEWAJIBAN PERPAJAKAN PPH BADAN …eprints.undip.ac.id/29818/1/Jurnal_Linda_Puji_Nurhayati_(C2C309022... · that arise in the calculation of tax liabilities between the Corporate

Dari perhitungan diatas, maka jumlah pajak final yang terutang oleh PT. Nurccahya Jaya

Mandiri sudah benar.

Untuk penyetoran dan pelaporan sesuai dengan SPT Tahunan Pajak Penghasilan Wajib

Pajak Badan (Lampiran A), ternyata PT. Nurcahya Jaya Mandiri melakukan kesalahan dalam

penulisan PPh Final perusahaan. Perusahaan hanya menuliskan dalam formulir 1771 kolom E

angka 15a sebesar Rp 383.396.351 yang seharusnya adalah sebesar Rp 398.459.514. Untuk

pelaporan selanjutnya sebaiknya perusahaan lebih berhati-hati dalam penulisan SPT.

Untuk pelaporan SPT Tahunan PT. Nurcahya Jaya Mandiri sudah melaporkan tepat

waktu yaitu tanggal 18 April 2011. Batas waktunya pelaporannya sendiri adalah untuk Wajib

Pajak Badan paling lama 4 (empat) bulan setelah akhir tahun pajak sesuai dengan Undang-

Undang Nomor 16 tahun 2009 tentang ketentuan umum dan tatacara perpajakan. PT. Nurcahya

Jaya Mandiri sebagai hanya penjual jasa tidak perlu melaporkan SPT Masa pajak penghasilan.

Dalam perhitungan pajak penghasilan badan PT. Nurcahya Jaya Mandiri nilainya nihil

sesuai dengan formulir 1771 kolom B sehingga tidak perlu melaporkan SPT Masa. Perusahaan

hanya wajib melaporkan SPT Tahunan. Waktu pelaporan SPT Tahunan sudah sesuai dengan

peraturan yang berlaku yaitu paling lambat akhir bulan keempat setelah akhir tahun pajak. PT.

Nurcahya sudah melakukan kewajiban perpajakannya dengan benar.

PENUTUP

Simpulan

Dari hasil evaluasi kewajiban perpajakan pajak penghasilan pada PT. Nurcahya Jaya

Mandiri tahun 2010 diatas maka dapat diambil simpulan sebagai berikut:

1. Perusahaan sudah melakukan perhitungan kewajiban perpajakan PPh Badan dengan benar

karena dalam perhitungannya menggunakan tarif final sebesar 3% sesuai dengan Undang-

Undang Perpajakan Nomor 36 tahun 2008 pasal 4 ayat 2 tentang Pajak Penghasilan.

2. Hasil analisis perhitungan kewajiban perpajakan pajak penghasilan badan ternyata dengan

adanya pengenaan tarif final untuk perusahaan jasa konstruksi lebih membebani wajib pajak

badan dari segi jumlah pajak penghasilan yang terutang.

3. Untuk penyetoran dan pelaporan kewajiban perpajakan pajak penghasilan yang dilakukan

PT. Nurcahya Jaya Mandiri sudah benar. Penyetoran dan pelaporan SPT Tahunan Pajak

Page 26: EVALUASI KEWAJIBAN PERPAJAKAN PPH BADAN …eprints.undip.ac.id/29818/1/Jurnal_Linda_Puji_Nurhayati_(C2C309022... · that arise in the calculation of tax liabilities between the Corporate

Penghasilan Wajib Pajak Badan dilakukan pada tanggal 18 April 2011, hal tersebut sudah

sesuai dengan UU Nomor 16 Tahun 2009 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara

Perpajakan.

Keterbatasan

Dalam penelitian ini terdapat beberapa keterbatasan, antara lain:

1. Memilih objek penelitian pada satu perusahaan jasa konstruksi yaitu PT. Nurcahya Jaya

Mandiri Demak. Hal ini menyebabkan penelitian hanya terfokus pada satu jenis perusahaan.

2. Data penelitian yang dipakai hanya satu tahun pajak yaitu tahun 2010 karena perusahaan

baru berdiri tahun 2009. Sehingga penulis memutuskan untuk mengambil data 2010 yang

dilihat dari kelengkapan data-data yang diperlukan, mulai dari laporan laba rugi perusahaan

sampai dengan SPT Tahunan Badan.

3. Evaluasi hanya dilakukan pada kewajiban perpajakan pajak penghasilan badan PT. Nurcahya

Jaya Mandiri sehingga penelitian ini hanya menganalisis kewajiban perpajakan pajak

penghasilan badan.

Saran

Berdasarkan hasil analisis dan simpulan dari kewajiban perpajakan pajak penghasilan PT.

Nurcahya Jaya Mandiri, maka penulis memberikan beberapa saran sebagai bahan pertimbangan

dalam kebijaksanaan yang berhubungan dengan kewajiban perpajakan perusahaan jasa

konstruksi. Saran-saran yang dapat penulis berikan adalah:

1. Untuk perusahaan jasa konstruksi sebaiknya dibolehkan menggunakan pencatatan karena

dalam pelaksanaannya pembukuan perusahaan jasa konstruksi tidak diperlukan atas dasar

pengenaan tarif final sesuai dengan UU PPh pasal 4 ayat 2.

2. Direktorat Jendral Pajak sebaiknya menyediakan form SPT Tahunan khusus untuk

perusahaan jasa konstruksi karena komponen-komponen yang diperlukan perusahaan jasa

konstruksi tidak sama dengan perusahaan lainnya yang tidak dikenakan tarif final.

3. Direktorat Jendral Pajak sebaiknya untuk perusahaan jasa konstruksi tidak dikenai tarif final,

karena dalam pelaksanaan kewajiban perpajakan pengenaan tarif final tidak menguntungkan

wajib pajak badan.

4. Perusahaan disarankan untuk lebih professional dalam melakukan perhitungan kewajiban

perpajakannya khususnya untuk pajak penghasilan badan yang terutang sehingga dalam

prakteknya nanti tidak akan mengalami kesulitan.

Page 27: EVALUASI KEWAJIBAN PERPAJAKAN PPH BADAN …eprints.undip.ac.id/29818/1/Jurnal_Linda_Puji_Nurhayati_(C2C309022... · that arise in the calculation of tax liabilities between the Corporate

5. Perusahaan harus lebih memahami ketentuan perpajakan mengenai batas akhir penyetoran

dan pelaporan pajak penghasilan badan. Hal tersebut untuk menghindari perusahaan dari

keterlambatan penyetoran dan pelaporan kewajiban perpajakan pajak penghasilan badan

yang nantinya dapat dikenakan sanksi administrasi di bidang perpajakan yang merupakan

pemborosan sumber daya perusahaan.

Page 28: EVALUASI KEWAJIBAN PERPAJAKAN PPH BADAN …eprints.undip.ac.id/29818/1/Jurnal_Linda_Puji_Nurhayati_(C2C309022... · that arise in the calculation of tax liabilities between the Corporate

68

DAFTAR PUSTAKA

Lumbantoruan, Sophar. 1996. Akuntansi Pajak. Jakarta: PT. Gramedia Widiasarana

Indonesia.

Soemarso, S.R. 2004. Akuntansi Suatu Pengantar. Jakarta: Salemba Empat.

Handoko, T Hani. 1995. Manajemen. Yogyakarta: BPFE.

Waluyo. 2008. Perpajakan Indonesia : Pembahasan Sesuai Dengan Ketentuan

Perundang-undangan Perpajakan dahn Aturan Pelaksanaan Perpajakan Terbaru.

Jakarta: Salemba Empat.

Ikatan Akuntan Indonesia. 2007. Pedoman Standar Akuntansi Indonesia. Jakarta:

Salemba Empat.