respirasi tanah pada pertananaman kacang hijau …digilib.unila.ac.id/32717/3/3. skripsi tanpa...
TRANSCRIPT
RESPIRASI TANAH PADA PERTANANAMAN KACANG HIJAU
(Vigna radiata L.) AKIBAT PEMUPUKAN DAN SISTEM OLAH TANAH
DI TANAH ULTISOL GEDUNG MENENG
(Skripsi)
Oleh
YAIS DANIATI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2018
ABSTRAK
RESPIRASI TANAH PADA PERTANANAMAN KACANG HIJAU
(Vigna radiata L.) AKIBAT PEMUPUKAN DAN SISTEM OLAH TANAH
DI TANAH ULTISOL GEDUNG MENENG
Oleh
YAIS DANIATI
Respirasi tanah merupakan proses yang terjadi karena adanya aktivitas
mikroorganisme di dalam tanah. Penetapan respirasi tanah berdasarkan penetapan
jumlah CO2 yang dihasilkan oleh mikroorganisme tanah dan jumlah O2 yang
digunakan oleh mikroorganisme tanah. Adanya interaksi antara mikroorganisme
dengan lingkungan fisik disekitarnya dapat mempengaruhi kemampuannya dalam
respirasi dan pertumbuhan mikroorganisme tersebut. Usaha yang dapat
meningkatkan laju respirasi tanah dengan sistem olah tanah dan pemupukan.
Sistem olah tanah digunakan dua sistem olah tanah yaitu olah tanah minimum dan
olah tanah intensif. Pemupukan dengan diberi pupuk kompos dan NPK. Penelitian
bertujuan untuk menduga pengaruh sistem olah tanah dan pemupukan terhadap
aktivitas mikroorganisme tanah, dalam hal ini respirasi tanah.
Penelitian dilaksanakan di laboratorium lapang terpadu gedung meneng,
Universitas Lampung dan laboratorium ilmu tanah, Fakultas Pertanian,
Yais Daniati
Universitas Lampung pada bulan April sampai Juni 2017. Penelitian
menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK). Perlakuan terdiri dari 2 faktor
yaitu sistem olah tanah (T) dan pemupukan (P). Sistem olah tanah terdiri dari
olah tanah minimum (T0) dan olah tanah intensif (T1). Sedangkan aplikasi
pemupukan terdiri dari pemupukan (P1) dan tanpa pemupukan (P0). Data yang
diperoleh dianalisis dengan sidik ragam pada taraf 5%, yang sebelumnya telah
diuji homogenitas ragamnya dengan Uji Bartlett dan aditivitasnya dengan Uji
Tukey. Rata-rata nilai tengah diuji dengan uji BNT pada taraf 5%. Untuk
mengetahui hubungan antara C-organik, pH tanah, dan suhu tanah dengan
respirasi tanah akan dilakukan uji korelasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
terdapat interaksi antara sistem olah dengan respirasi tanah dimana pada sistem
olah tanah minumim menunjukan laju respirasi yang lebih tinggi dibandingkan
olah tanah intensif pada 90 HST, dan pada perlakuan pemupukan juga
menunjukan pengaruh yang nyata terhadap respirasi tanah dimana perlakuan tanpa
pemupukan menunjukan laju respirasi yang lebih tinggi dibandingan dipupuk.
Tidak terdapat korelasi antara C-organik tanah, kadar air tanah, pH tanah dan suhu
tanah terhadap respirasi tanah.
Kata kunci: Sistem olah tanah, Respirasi tanah, Pemupukan.
RESPIRASI TANAH PADA PERTANANAMAN KACANG HIJAU
(Vigna radiata L.) AKIBAT PEMUPUKAN DAN SISTEM OLAH TANAH
DI TANAH ULTISOL GEDUNG MENENG
Oleh
YAIS DANIATI
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar
SARJANA PERTANIAN
Pada
Jurusan Agroteknologi
Fakultas Pertanian Universitas Lampung
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2018
Judul
Nama Mahasiswa
No. Pokok Mahasiswa
Jurusan
Fakultas
Yais Daniati
1414121247
Agroteknologi
Pertanian
RESPIRASI TANAH PADA PERTAhTANAM LN
KACANG HIJAU (Vigna radiata L) AKIBATPNNNUPUKAhI DAN SISTEM OLAI{ TAhIAH DITANAH I.JLTISOL GEDUNG MENENG
MENYETUJI.II
l. Komisi Pembimbing
Prof. Dr.Ir. Ainin Niswati, M.S., M'Agr'ScNrP 1 96305091 98703200 1
2. Kenra Junrsan Agroteknologi
/ /7%/ '-" 1--
Prof. Dr.Ir. Sri Yusnaini' M.Si.NrP I 9630508 I 988 1 12001
Aini, S.P' M.Si.
MENGESAHI(AI\I
l. Tim Penguji
Ketua : Prof. Dr.Ir. Ainin Niswati, M.S., M.AgnSc
Sekertaris : Septi Nurul Aini, S.P, M.Si
PengujiBdkanPembirnbing : I)r.Ia llenrieBueharie, M:Si
Fakultas Pertanian
. Irwan Sukri Banuwa, M.Si.10201986031002
Tenggal Lulus Ujian Skripsi : 0l Agustus 2018
ffi"3oo"r".llP*qtlb",
f4r,*-'r
2z6*2
6ll$t?i'ry;
SURAT PER}TYATAAN
Sryayang bertandatangan di bawah ini, menyatakan bahwa skripsi sayayang berjudul
TESPIRASI TANAH PN)A PERTANANAMAN KACAhtc ilJAU (Wgna
rdiAa L) AKIBAT PEMT]PT]KAI\I DAI\T SISTEM OLAII TANAH DI LAHAN
GEDITNGMENENG'merupakan hasil karya sendiri dan bukan hasil karya orang
lain- Semua hasil yang tertuang dalam skripsi ini telah mengikuti kaidah penulisan
kryailmiah Universitas Lampung. Apabila dikemudian hari terbukti bahwa
daipsi ini merupakan hasil Salinan atau di buat orang lain, maka saya bersedia
menerima sanksi sesuai ketenfuan akademik yang berlaku.
Bandax Lampturg, Agustus 20lS
YAIS DANIATIIIPM 1414t21247
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Prabumulih pada tanggal 06 Juni 1996 sebagai anak
pertama dari dua bersaudara dari pasangan Bapak Dencik (Alm) dan Ibu Meri
Yanti. Riwayat pendidikan penulis dimulai dari Pendidikan Taman Kanak-
kanak (TK) YWKA(Yayasan Wanita Kereta Api) yang diselesaikan pada tahun
2002, selanjutnya menyelesaikan pendidikan sekolah dasar di Sekolah Dasar
(SD) Negeri 34 Prabumulih pada tahun 2008, Sekolah Menengah Pertama
(SMP) Negeri 01 Prabumulih pada tahun 2011, dan Sekolah Menengah Atas
(SMA) 03 Prabumulih pada tahun 2014. Pada tahun 2014 penulis diterima di
Jurusan Agroteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung melalui
seleksi nasional masuk perguruan tinggi negri (SNMPTN) dan diterima sebagai
mahasiswa penerima beasiswa Bidik Misi Universitas Lampung.
Penulis menjalani Praktik Umum (PU) di PTPN VII Bunga mayang pada bulan
Juli hingga Agustus tahun 2017 dan melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di
Desa Sri Sawaham, Kecamatan Punggur, Kabupaten Lampung Tengah pada
bulan Januari hingga Februari tahun 2016. Selama menjadi mahasiswa, penulis
aktif pada organisasi yang ada di kampus. Penulis menjadi anggota bidang
Litbang di KOIN (Komunitas Integritas Universitas Lampung) pada tahun
periode 2014-2015.Selama kuliah, penulis dipercayai untuk membantu dosen
sebagai asisten dosen, yaitu pada mata kuliah Dasar Dasar Ilmu Tanah dan
Pengantar Ilmu Tanah.
Jangan pernah takut jika melibatkan ALLAH SWT dalam setiap urusan. Lakukan yang menjadi pilihan hati dan percayalah disetiap
keberuntungan dalam hidup, Doa ibu dikabulkan. (Daniati, 2018 )
Jenius adalah 1 % inspirasi dan 99 % keringat. Tidak ada yang
menggantikan kerja keras (Anonim)
Hiduplah sedemikian rupa seolah-olah akan mati esok. Belajarlah
seolah-olah kau hidup selamanya. (Mahatma Ghandi)
Bila kau tak tahan lelahnya belajar, kau harus tahan menanggung
perihnya kebodohan (Imam Asy-Syafi’i)
PERSEMBAHAN
Puji syukur kehadirat Allah SWT, karena atas limpahan berkat dah rahmat-
Nya skripsi ini dapat terselesaikan.
Penulis persembahkan karya sederhana buah perjuangan dan kerja keras
kepada Ayahanda tercinta Dencik (Alm) dan Ibunda tercinta Meri Yanti
yang telah memberikan doa dan dukungan serta kasih sayang yang tidak
ternilai. Adik-adikku Nabila Akbarrani dan Dio Anugrah atas doa, kasih
sayang, nasehat, dan semangat yang tulus.
Almamaterku tercinta, Universitas Lampung
SANWACANA
Bismillahirrahmanirrahim
Ahamdulillah, segala puji bagi Allah SWT atas segala kenikmatan anugerah-Nya
yang tiada terkira, Shalawat teriring salam semoga selalu terlimpah kepada Nabi
Muhammad S.A.W. beserta keluarga, sahabat, dan para penerus risalahnya yang
mulia, yang bersamanya kemuliaan dan keagungan Islam. Sehingga penulis dapat
menyelesaikan tugas akhir (SKRIPSI yang berjudul “RESPIRASI TANAH
PADA PERTANANAMAN KACANG HIJAU (Vigna radiata L.) AKIBAT
PEMUPUKAN DAN SISTEM OLAH TANAH DI TANAH ULTISOL
LAHAN GEDUNG MENENG” .
Banyak pihak yang telah memberikan dukungan, bantuan, nasihat, serta saran-
saran yang membangun memotivasi dalam penyelesaian laporan ini, karena itu
dengan rendah hati penulis mengucapkan terima kasih yang tak terhingga nilainya
kepada :
1. Pof. Dr. Ir. Irwan Sukri Banuwa, M.Si., selaku Dekan Fakultas Pertanian
Universitas Lampung atas semua bimbingan dan bantuan yang diberikan.
2. Prof. Dr. Ir. Ainin Niswati, M.S., M. Agr.Sc., selaku Dosen Pembimbing
Pertama dan Ketua bidang Ilmu Tanah atas bimbingan, saran, arahan,
nasehat, motivasi dan dukungan yang diberikan.
3. Septi Nurul Aini, S.P, M.Si. selaku Dosen Pembimbing Kedua atas
bimbingan, saran, arahan, nasehat, dan motivasi yang diberikan.
4. Dr. Ir. Henrie Buchari, M.Si., sebagai Dosen Penguji Skripsi, atas saran,
arahan dan nasehatnya.
5. Dr.Ir. Rusdi Evizal, M.S., sebagai Dosen Pembimbing Akademik atas
bimbingan, saran, arahan, nasehat, dan motivasi yang diberikan.
6. Prof. Dr. Ir.Sri Yusnaini, M.S., sebagai Ketua Jurusan Agroteknologi atas
segala masukan, arahan dan nasehatnya.
7. Seluruh karyawan di Jurusan Agroteknologi atas bantuannya.
8. Kedua orang tuaku tercinta, Ayahanda Dencik (Alm) dan Ibunda Meri
Yanti, serta Adik tersayang Nabila Akbarrani, Dio Anugrah yang telah
memberikan kasih sayang tulus, motivasi, dan doa yang tiada henti-
hentinya. kalian adalah alasan saya untuk selalu berjuang.
9. Spesial teruntuk Soni Setiawan, kamu yang selalu memberikan dukungan,
bantuan, keceriaan, alasan, semangat, motivasi, nasehat yang berharga bagiku,
dan semuanyaaa “Terima Kasih”
10. Dan untuk Ibu Maswani dan Bpk Sriyono. Terima kasih atas kasih sayang
tulus yang kalian berikan.
11. Sahabat-sahabatku Shafira Fatimah, Vredigh Richal G, Septiana Putri, Yesi
Novitas Sari, Yuniana Putri, Tri Hananto, Sevagus Wakita C. Terima kasih
atas dukungan, kebahagian, kebersamaan, kasih sayang dan motivasi yang
kalian berikan semoga kita sukses sumua.
12. “Sister Alim” Heppy Kurniati, Anisa Mawarni, Restu Paresta, Desta
Natalia dan Kenny Titian Mutiara.
13. Untuk semua sahabatku di TIM Ukhti Manja , Concerto, Tim KKN
tercinta, Hercules Squad (Tim Praktek Umum) dan tim Penelitian Bapak
(Yogi, Sirot, Zelpi, Mifta, Shinta Nur, Yuves, Tunsiyah, Mifta, Alfan).
terima kasih untuk pengalaman, nasihat dan kebahagian yang kalian
berikan.
14. Bang Arif Wicaksono, bang Domonicus Agung Samosir dan mbak S.
Bherliana Maharani Setiawati terima kasih untuk ilmu, pengalaman, cerita
yang kalian bagi semoga kalian sukses.
15. Rekan-rekan mahasiswa/i Jurusan Agroteknologi angkatan 2014 dan
Keluarga Tersayang (Agt kelas D) terimakasih atas kebersamaannya.
16. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu, yang telah
membantu penulis dalam menyelesaikan karya ini.
Semoga Allah SWT memberikan balasan terbaik atas segala bantuan yang telah
diberikan dan tetap menanamkan semangat untuk berbuat baik dalam diri kita.
Semoga karya kecil yang masih jauh dari kesempurnaan ini dapat memberikan
manfaat bagi pihak-pihak yang membutuhkan. Penulis meminta maaf jika ada
kesalahan dan kepada Allah SWT penulis mohon ampun.
Bandar Lampung, Agustus 2018
Penulis,
Yais Daniati
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI ........................................................................................................... i
DAFTAR TABEL ................................................................................................ iii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ ix
I. PENDAHULUAN .......................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang .......................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ..................................................................................... 4
1.3 Tujuan Penelitian ...................................................................................... 4
1.4 Kerangka Pemikiran.................................................................................. 5
1.5 Hipotesis ................................................................................................... 8
II. TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................. 9
2.1 Tanaman Kacang Hijau............................................................................. 9
2.2 Pengolahan Tanah ..................................................................................... 9
2.3 Pupuk dan Pemupukan ............................................................................ 10
2.3.1 Pupuk Anorganik ........................................................................... 12
2.3.2 Pupuk Organik ............................................................................... 12
2.4 Respirasi Tanah ....................................................................................... 13
2.5 Pengaruh Olah Tanah terhadap Respirasi Tanah .................................... 15
2.6 Pengaruh Pupuk Organik dan Anorganik terhadap Respirasi Tanah ...... 16
III. METODE PENELITIAN ............................................................................ 18
3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ................................................................. 18
3.2 Alat dan Bahan Penelitian ....................................................................... 18
3.3 Metode Penelitian ................................................................................... 18
3.4 Pelaksanaan Percobaan ........................................................................... 20
3.4.1 Sejarah Lahan ................................................................................ 20
3.4.2 Pengolahan Lahan ......................................................................... 21
3.4.3 Penyiapan Benih ............................................................................ 21
3.4.4 Pemeliharaan ................................................................................. 22
3.4.5 Panen ............................................................................................. 22
3.5 Pelaksanaan Penelitian ............................................................................ 23
ii
3.5.1 Pengukuran Respirasi Tanah di Lapangan dengan Modifikasi
Metode Verstraete (Anas, 1989) .................................................... 23
3.5.2 Analisis Laboratorium ................................................................... 24
3.5.3 Perhitungan Respirasi Tanah ......................................................... 25
3.5.4 Variabel Pengamatan dan Pengambilan Sampel ........................... 25
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................................... 26
4.1 Hasil Penelitian ....................................................................................... 26
4.1.1 Respirasi Tanah ............................................................................. 26
4.1.2 Pengaruh Sistem Pengolahan Tanah dan Pemupukan terhadap
Kadar Air Tanah, Suhu Tanah, C-organik dan pH Tanah ............. 27
4.1.3 Korelasi antara C-organik Tanah, Kadar Air Tanah, pH tanah dan
Suhu Tanah terhadap Respirasi Tanah .......................................... 32
4.2 Pembahasan............................................................................................. 33
V. SIMPULAN DAN SARAN .......................................................................... 38
5.1 Simpulan ................................................................................................. 38
5.2 Saran ....................................................................................................... 38
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 39
LAMPIRAN ......................................................................................................... 44
Tabel 14-94 ............................................................................................... 45-81
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Ringkasan analisis ragam pengaruh sistem pengolahan tanah dan
pemupukan terhadap respirasi tanah CO2-C pada pengamatan sebelum
olah tanah, 6 HST, 43 HST dan 90 HST di pertanaman kacang hijau ............ 26
2. Pengaruh sistem pengolahan tanah dan pemupukan terhadap laju respirasi
pada pertanaman kacang hijau 90 HST ........................................................... 27
3. Ringkasan analisis ragam pengaruh sistem pengolahan tanah dan
pemupukan terhadap kadar air tanah (%) pada sebelum olah tanah,
6 HST, 43 HST dan 90 HST di pertanaman kacang hijau .............................. 28
4. Pengaruh pemupukan terhadap kadar air tanah (%) pada sebelum olah
tanah di pertanaman kacang hijau ................................................................... 28
5. Pengaruh sistem olah tanah terhadap kadar air tanah pada 43 HST di
pertanaman kacang hijau ................................................................................. 29
6. Ringkasan analisis ragam pengaruh pengolahan tanah dan pemupukan
terhadap Suhu (oC) pada sebelum olah tanah, 6 HST,43 HST dan 90 HST
di pertanaman kacang hijau ............................................................................. 29
7. Pengaruh sistem olah tanah terhadap suhu pada 6 HST di pertanaman
kacang hijau .................................................................................................... 30
8. Ringkasan analisis ragam pengaruh pengolahan tanah dan pemupukan
terhadap C-organik tanah (%) pada sebelum olah tanah, 6 HST,43 HST
dan 90 HST di pertanaman kacang hijau ........................................................ 30
9. Pengaruh sistem olah tanah terhadap C-organik tanah (%) sebelum olah
tanah di pertanaman kacang Hijau .................................................................. 31
10. Pengaruh sistem olah tanah terhadap C-organik tanah (%) 90 HSTdi
pertanaman kacang Hijau ................................................................................ 31
11. Ringkasan analisis ragam pengaruh pengolahan tanah dan pemupukan
terhadap pH Tanah pada Sebelum Olah Tanah, 6 HST,43 HST dan
90 HST di pertanaman kacang hijau ............................................................... 32
iv
12. Pengaruh sistem olah tanah terhadap pH Tanah pada 90 HST
di pertanaman kacang Hijau ............................................................................ 32
13. Uji korelasi antara C-organik tanah, kadar air tanah,pH tanah dan suhu
tanah dengan respirasi tanah ........................................................................... 33
14. Pengaruh sistem olah tanah dan pemupukan variabel olah respirasi tanah
pada pengamatan sebelum olah tanah ............................................................ 45
15. Pengaruh sistem olah tanah dan pemupukan pada variabel respirasi
sebelum olah tanah setelah ditraspormasi √(x+0,5) ........................................ 45
16. Uji homogen ragam hasil pengaruh sistem olah tanah dan pemupukan
pada variabel total respirasi sebelum olah tanah ............................................. 46
17. Analisis ragam hasil pengaruh sistem olah tanah dan pemupukan pada
variabel total Respirasi sebelum olah tanah .................................................... 46
18. Pengaruh sistem olah tanah dan pemupukan pada variabel total respirasi
6 HST .............................................................................................................. 46
19. Pengaruh sistem olah tanah dan pemupukan pada variabel respirasi
6 HST setelah ditrasformasi √(x+0,5) ............................................................. 47
20. Uji homogen ragam hasil pengaruh sistem olah tanah dan pemupukan
pada variabel total respirasi 6 HST ................................................................. 47
21. Analisis ragam hasil pengaruh sistem olah tanah dan pemupukan pada
variabel total respirasi 6 HST .......................................................................... 48
22. Pengaruh sistem olah tanah dan pemupukan pada variabel total
Respirasi 43 HST ............................................................................................ 48
23. Pengaruh sistem olah tanah dan pemupukan pada variabel respirasi
43 HST setelah ditraspormasi √(x+0,5) .......................................................... 49
24. Pengaruh sistem olah tanah dan pemupukan pada variabel respirasi
43 HSTsetelah ditraspormasi √(x+0,5) ........................................................... 49
25. Uji homogen ragam hasil pengaruh sistem olah tanah dan pemupukan
pada variabel 43 HST ...................................................................................... 50
26. Analisis ragam hasil pengaruh sistem olah tanah dan pemupukan pada
variabel total respirasi 43 HST ........................................................................ 50
27. Pengaruh sistem olah tanah dan pemupukan pada variabel total
respirasi 90 HST .............................................................................................. 51
28. Pengaruh sistem olah tanah dan pemupukan pada variabel respirasi
90 HST setelah ditransformasi √(x+0,5) ......................................................... 51
v
29. Uji homogen ragam hasil pengaruh sistem olah tanah dan pemupukan
pada variabel 90 HST ...................................................................................... 52
30. Analisis ragam hasil pengaruh sistem olah tanah dan pemupukan pada
variable total Respirasi 90 HST ...................................................................... 52
31. Pengaruh sistem olah tanah dan pemupukan pada variable total Kadar
Air (%) sebelum olah tanah............................................................................. 53
32. Uji homogen ragam hasil pengaruh sistem olah tanah dan pemupukan
pada variabel totak Kadar Air (%) sebelum olah tanah .................................. 53
33. Analisis ragam hasil pengaruh sistem olah tanah dan pemupukan pada
variabel total Kadar Air (%) sebelum olah tanah ............................................ 54
34. Pengaruh sistem olah tanah dan pemupukan pada variabel total kadar air
tanah (%) 6 HST............................................................................................. 54
35. Uji homogen ragam hasil pengaruh sistem olah tanah dan pemupukan
pada variabel kadar air tanah (%) 6 HST ........................................................ 55
36. Analisis ragam hasil pengaruh sistem olah tanah dan pemupukan pada
variabel total kadar air tanah (%) 6 HST ........................................................ 55
37. Pengaruh sistem olah tanah dan pemupukan pada variabel total kadar air
tanah (%) 43 HST............................................................................................ 56
38. Uji homogen ragam hasil pengaruh sistem olah tanah dan pemupukan
pada Variabel kadar air tanah (%) 43 HST ..................................................... 56
39. Analisis ragam hasil pengaruh sistem olah tanah dan pemupukan pada
variabel total kadar air tanah (%) 43 HST ...................................................... 57
40. Pengaruh sistem olah tanah dan pemupukan pada variabel total Kadar
air tanah (%) 90 HST ...................................................................................... 57
41. Uji homogen ragam hasil pengaruh sistem olah tanah dan pemupukan
variabel total KA (%) 90 HST ........................................................................ 58
42. Analisis ragam hasil pengaruh sistem olah tanah dan pemupukan pada
variabel total Kadar Air (%) 90 HST .............................................................. 58
43. Pengaruh sistem olah tanah dan pemberian pemupukan pada variabel
total pH sebelum olah tanah ............................................................................ 59
44. Uji homogen ragam hasil pengaruh sistem olah tanah dan pemupukan
pada Variabel sebelum olah tanah................................................................... 59
45. Analisis ragam hasil pengaruh sistem olah tanah dan pemupukan pada
variabel total pH tanah sebelum olah tanah .................................................... 60
vi
46. Pengaruh sistem olah tanah dan pemupukan pada variabel total pH
6 HST .............................................................................................................. 60
47. Uji homogen ragam hasil pengaruh sistem olah tanah dan pemupukan
pada variabel 6 HST ........................................................................................ 61
48. Analisis ragam hasil pengaruh sistem olah tanah dan pemupukan pada
variabel total pH 6 HST .................................................................................. 61
49. Pengaruh sistem olah tanah dan pemupukan pada variabel pH
ke-43 HST ....................................................................................................... 62
50. Uji homogen ragam hasil pengaruh sistem olah tanah dan pemupukan
pada variabel pH 43 HST ................................................................................ 62
51. Analisis ragam hasil pengaruh sistem olah tanah dan pemupukan pada
variabel pH 43 BST ......................................................................................... 63
52. Pengaruh sistem olah tanah dan pemberian pemupukan pada variabel
total pH tanah 90 HST..................................................................................... 63
53. Uji homogen ragam hasil pengaruh sistem olah tanah dan pemupukan
pada variabel pH 90 HST ................................................................................ 64
54. Analisis ragam hasil pengaruh sistem olah tanah dan pemupukan pada
variabel 90 HST .............................................................................................. 64
55. Pengaruh sistem olah tanah dan pemupukan pada variabel total Suhu (ºC)
sebelum olah tanah .......................................................................................... 65
56. Uji homogen ragam hasil pengaruh sistem olah tanah dan pemupukan
suhu (ºC) sebelum olah tanah .......................................................................... 65
57. Analisis ragam hasil pengaruh sistem olah tanah dan pemupukan
Suhu (ºC) Sebelum olah tanah ........................................................................ 66
58. Pengaruh sistem olah tanah dan pemupukan pada variabel total Suhu
(ºC) 6 HST ....................................................................................................... 66
59. Uji homogen ragam hasil pengaruh sistem olah tanah dan pemupukan
pada suhu (ºC) 6 HST ..................................................................................... 67
60. Analisis ragam hasil pengaruh sistem olah tanah dan pemupukan pada
variabel suhu (ºC) 6 HST ................................................................................ 67
61. Pengaruh sistem olah tanah dan pemupukan pada variabel total Suhu
(ºC) 43 HST ..................................................................................................... 68
62. Uji homogen ragam hasil pengaruh sistem olah tanah dan pemupukan
variabel Suhu (ºC) 43 HST ............................................................................. 68
vii
63. Analisis ragam hasil pengaruh sistem olah tanah dan pemupukan pada
variabel Suhu (ºC) 43 HST ............................................................................. 69
64. Pengaruh sistem olah tanah dan pemupukan pada variabel total suhu
(ºC) 90 HST .................................................................................................... 69
65. Uji homogen ragam hasil pengaruh sistem olah tanah dan pemupukan
variabel Suhu (ºC) 90 HST ............................................................................. 70
66. Analisis ragam hasil pengaruh sistem olah tanah dan pemupukan pada
variabel Suhu (ºC) 90 HST ............................................................................. 70
67. Pengaruh sistem olah tanah dan pemupukan pada variabel total
C-organik (%) sebelum olah tanah .................................................................. 71
68. Uji homogen ragam hasil pengaruh sistem olah tanah dan pemupukan
pada variabel C-organik sebelum olah tanah .................................................. 71
69. Analisis ragam hasil pengaruh sistem olah tanah dan pemupukan pada
variablel total C-organik (%) sebelum olah tanah........................................... 72
70. Pengaruh sistem olah tanah dan pemupukan pada variabel total
C-organik (%) 6 HST ...................................................................................... 72
71. Uji homogen ragam hasil pengaruh sistem olah tanah dan pemupukan
Pada variabel total C-organik (%) 6 HST ....................................................... 73
72. Analisis ragam hasil pengaruh sistem olah tanah dan pemupukan pada
variabel total C-organik (%) 6 HST ................................................................ 73
73. Pengaruh sistem olah tanah dan pemupukan pada variabel total
C-organik (%) 43 HST .................................................................................... 74
74. Uji homogen ragam hasil pengaruh sistem olah tanah dan pemupukan
pada variabel total C-organik (%) 43 HST ..................................................... 74
75. Analisis ragam hasil pengaruh sistem olah tanah dan pemupukan pada
variabel total C-organik (%) 43 HST .............................................................. 75
76. Pengaruh sistem olah tanah dan pemupukan pada variabel total C-organik
(%) 90 HST ..................................................................................................... 75
77. Uji homogen ragam hasil pengaruh sistem olah tanah dan pemupukan
pada variabel total C-organik (%) 90 HST ..................................................... 76
78. Analisis ragam hasil pengaruh sistem olah tanah dan pemupukan pada
variabel total C-organik (%) 90 HST .............................................................. 76
79. Analisis ragam antara C-organik (%) dengan respirasi tanah pada
Sebelum olah tanah ......................................................................................... 76
viii
80. Analisis ragam antara C-organik (%) dengan respirasi tanah pada
6 HST .............................................................................................................. 77
81. Analisis ragam antara C-organik (%) dengan respirasi tanah pada
43 HST ............................................................................................................ 77
82. Analisis ragam antara C-organik (%) dengan respirasi tanah pada
90 HST ............................................................................................................ 77
83. Analisis ragam antara kadar air tanah (%) dengan respirasi tanah pada
sebelum olah tanah .......................................................................................... 78
84. Analisis ragam antara kadar air tanah (%) dengan respirasi tanah pada
6 HST .............................................................................................................. 78
85. Analisis ragam antara kadar air tanah (%) dengan respirasi tanah pada
43 HST ............................................................................................................ 78
86. Analisis ragam antara kadar air tanah (%) dengan respirasi tanah pada
90 HST ............................................................................................................ 79
87. Analisis ragam antara pH tanah dengan respirasi tanah pada sebelum
olah tanah ........................................................................................................ 79
88. Analisis ragam antara pH tanah dengan respirasi tanah pada 6 HST ............. 79
89. Analisis ragam antara pH tanah dengan respirasi tanah pada 43 HST ........... 79
90. Analisis ragam antara pH tanah dengan respirasi tanah pada 90 HST ........... 80
91. Analisis ragam antara suhu tanah (oC) dengan respirasi tanah pada
sebelum olah tanah .......................................................................................... 80
92. Analisis ragam antara suhu tanah (oC) dengan respirasi tanah pada
6 HST .............................................................................................................. 80
93. Analisis ragam antara suhu tanah (oC) dengan respirasi tanah pada
43 HST ............................................................................................................ 80
94. Analisis ragam antara suhu tanah (oC) dengan respirasi tanah pada
90 HST ............................................................................................................ 81
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Tata Letak Percobaan ....................................................................................... 20
2. Pengukuran respirasi tanah di lapangan ........................................................... 24
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kacang hijau (Vigna radiata L.) merupakan tanaman palawija yang memiliki
peran penting setelah kedelai dan kacang tanah, karena kacang hijau dapat
memenuhi kebutuhan gizi masyarakat. Kandungan gizi kacang hijau antara lain
amylum, protein, besi, belerang, kalsium, minyak lemak, mangan, magnesium,
niasin dan vitamin (B1, A, dan E). Selain itu, kacang hijau juga dapat
dimanfaatkan sebagai bahan pangan dan pakan ternak (Cahyono, 2008).
Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) pada tanggal 5 Mei tahun 2014,
Indonesia mengimpor kacang hijau dari beberapa negara di antaranya Myanmar,
Thailand, Australia, dan Brazil. Sepanjang bulan Januari-Maret 2014 impor yang
masuk ke Indonesia mencapai 18,64 ribu ton. Impor kacang hijau pada bulan
Februari sebanyak 6,27 ribu ton meningkat menjadi 13,96 ribu ton pada bulan
Maret. Total impor kacang hijau selama 3 bulan pertama 2014 tercatat 23,45 ribu
ton. Tingginya tingkat impor kacang hijau menunjukkan bahwa rendahnya
produksi kacang hijau di Indonesia. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk
meningkatkan produksi kacang hijau yaitu dengan pengolahan tanah. Pengolahan
tanah dapat diartikan sebagai kegiatan manipulasi mekanik terhadap tanah untuk
menciptakan keadaan tanah yang baik bagi pertumbuhan tanaman.
2
Menurut Utomo (2006), pengolahan tanah yang dilakukan secara intensif dapat
menimbulkan terjadinya degradasi tanah yang diikuti dengan kerusakan struktur
tanah dan peningkatan terjadinya erosi sehingga akan berpengaruh terhadap
keberadaan mikroorganisme tanah. Olah tanah intensif (OTI) juga dapat
meningkatkan emisi gas CO2 ke udara. Hal ini terjadi karena tanah yang diolah
secara terus-menerus sehingga memiliki bongkahan yang lebih kecil sehingga luas
permukaan tanah menjadi lebih tinggi dan pori-pori makro lebih banyak. Keadaan
tanah tersebut dapat meningkatkan oksigen dalam tanah, sehingga oksidasi bahan
organik menjadi lebih tinggi, akibatnya pelepasan CO2 ke udara semakin
meningkat (Widiyono, 2005). Mengingat dampak yang ditimbulkan oleh sistem
olah tanah intensif, maka perlu dilakukannya sistem olah tanah konservasi salah
satunya yaitu OTM.
Olah tanah minimum (OTM) merupakan salah satu sistem olah tanah dengan
melakukan pengolahan tanah seminimal mungkin namun masih memberikan
kondisi yang menguntungkan bagi pertumbuhan tanaman (Sutanto, 2002).
Permukaan lahan pada OTM menggunakan sisa tanaman untuk dijadikan mulsa.
Mulsa yang berada di atas permukaan tanah akan didekomposisi oleh
mikroorganisme tanah yang dalam prosesnya akan melepas CO2 ke udara. Namun,
tidak semua CO2 hilang ke udara tetapi masih ada yang tinggal di dalam tanah
terkonversi menjadi karbon organik. Adanya penambahan mulsa tersebut dan
kurangnya tindakan pengolahan pada permukaan tanah akan menghasilkan
akumulasi bersih karbon dalam tanah yang lebih tinggi dari olah tanah intensif
(OTI). Utomo (2006) juga menyatakan bahwa OTM mampu memperbaiki
kesuburan tanah dan dapat meningkatkan keanekaragaman mikroorganisme tanah.
3
Selain pengolahan tanah, usaha untuk meningkatkan produksi tanaman dapat
dilakukan dengan pemupukan. Pemupukan merupakan suatu tindakan untuk
memberikan unsur hara kepada tanah atau tanaman sesuai dengan kebutuhannya
(Hakim et al., 1986). Nitrogen (N), fosfor (P), dan kalium (K) merupakan unsur
hara yang penting di dalam tanah. Meskipun unsur hara N dapat tersedia secara
alami, akan tetapi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan tanaman sehingga
diperlukan penambahan unsur hara N dari luar dalam bentuk pupuk phonska dan
pupuk kompos. Penambahan pupuk N ke dalam tanah dapat meningkatkan atau
menurunkan jumlah dan aktivitas mikroorganisme tanah. Hasil penelitian
Fernando (2010), menyatakan bahwa sistem olah tanah intensif dengan
pemupukan N maupun tanpa pemupukan N dapat mempercepat pelepasan CO2 ke
udara.
Perbedaan sistem olah tanah dan aplikasi pemupukan pada pertanaman kacang
hijau akan mempengaruhi respirasi tanah. Handayani (1999), menyatakan bahwa
sistem olah tanah dapat mempengaruhi kuantitas CO2 dalam tanah. Sistem olah
tanah maksimum membuat struktur tanah menjadi gembur, aerasi baik, sehingga
dapat meningkatkan aktivitas mikroorganisme dan laju respirasi tanah, sehingga
CO2 dilepas ke udara semakin tinggi. Respirasi tanah didefinisikan sebagai
jumlah dari semua kegiatan metabolisme yang menghasilkan CO2 atau yang
menghasilkan penyerapan O2 dari tanah. Respirasi tanah digunakan untuk
mengevaluasi kemampuan dari biodegradasi karbon dan merupakan metode yang
tepat untuk mengevaluasi status bahan organik tanah dalam ekosistem alami atau
yang dibudidaya (Koutika et al., 1999). Menurut Haney et.al (2008) menyatakan
bahwa respirasi tanah menjadi aspek penting dalam menunjukan kualitas tanah
4
serta in dikator kesuburan tanah. Tanah yang mengandung bahan organik yang
tinggi juga mengandung jumlah mikroorganisme yang tinggi karena tanah
tersebut mengandung substrat yang dapat menunjang kehidupan mikroorganisme.
Berdasarkan uraian di atas, maka perlu dilakukan penelitian tentang respirasi
tanah pada pertananaman kacang hijau (Vigna radiata L.) akibat pemupukan dan
sistem olah tanah di lahan Gedung Meneng.
1.2 Rumusan Masalah
Perumusan masalah pada penelitian ini yaitu:
1. Apakah sistem olah tanah berpengaruh terhadap respirasi tanah pada
pertanaman kacang hijau?
2. Apakah aplikasi pemupukan berpengaruh terhadap respirasi tanah pada
pertanaman kacang hijau?
3. Apakah sistem olah tanah dan aplikasi pemupukan berpengaruh terhadap
respirasi tanah?
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang telah dikemukakan, maka
penelitian ini bertujuan untuk:
1. Mempelajari pengaruh sistem olah tanah terhadap respirasi tanah pada
pertanaman kacang hijau.
2. Mempelajari pengaruh aplikasi pemupukan terhadap respirasi tanah pada
pertanaman kacang hijau.
5
3. Mengetahui pengaruh interaksi antara sistem olah tanah dan aplikasi
pemupukan terhadap respirasi tanah.
1.4 Kerangka Pemikiran
Peningkatkan produksi tanaman salah satunya dapat dilakukan dengan pengolahan
tanah. Hal ini karena pengolahan tanah merupakan kegiatan manipulasi fisik
terhadap tanah untuk menciptakan keadaan tanah yang baik bagi pertumbuhan
tanaman. Menurut Anas (1990), pengolahan tanah berpengaruh terhadap aktivitas
dan jumlah mikroorganisme serta berpengaruh terhadap emisi CO2 ke udara yang
dihasilkan dari proses respirasi mikroorganisme dan akar tanaman. Pengolahan
tanah dapat dilakukan dengan olah tanah intensif (OTI) dan olah tanah konservasi
atau olah tanah minimum (OTM).
Pada olah tanah intensif, permukaan tanah dibuat menjadi bersih dari gulma serta
lapisan atas tanah dibuat menjadi gembur sehingga perakaran tanaman dapat
berkembang dengan baik. Menurut Reicosky (2000 dalam Utomo, 2012), olah
tanah intensif mempunyai emisi gas CO2 lebih besar dari pada kondisi alami.
Pengolahan tanah intesif memecah bongkahan tanah dan mencampur tanah
sehingga memperluas permukaan kontak dan meningkatkan porositas tanah.
Akibatnya, banyak O2 yang masuk dan memacu proses dekomposisi (respirasi)
oleh mikroba tanah dan menghasilkan gas CO2. Olah tanah intensif juga dapat
meningkatkan respirasi tanah, karena olah tanah intensif terjadi proses pembalikan
tanah yang dapat membuat aktivitas mikroorganisme lebih baik. Mikroorganisme
dalam setiap aktivitasnya membutuhkan O2 atau mengeluarkan CO2 yang
dijadikan dasar untuk pengukuran respirasi tanah. Hal ini didukung oleh hasil
6
penelitian Indra Djati (2011) yang melaporkan bahwa rata-rata emisi gas CO2
yang dikeluarkan perhari pada sistem olah tanah intesif sebesar 6,14 kg hari-1 ha-1,
sedangkan pada sistem tanpa olah tanah konservasi sebesar 4,97 kg hari-1 ha.
Kemudian Putri, et al. (2017) melaporkan bahwa emisi CO2 tertinggi terdapat
pada sistem olah tanah intensif dibandingkan tanpa olah tanah. Namun,
pengolahan tanah yang dilakukan secara intensif dapat menimbulkan dampak
negatif terhadap produktivitas lahan (Utomo, 2012). Oleh karena itu, penting
dilakukannya penerapan sistem olah tanah konservasi.
Sistem olah tanah konservasi merupakan pengolahan tanah yang dilakukan
dengan tetap memperhatikan aspek konservasi tanah dan air (Utomo, 2012).
Sistem olah tanah konservasi juga dapat mempertahankan suhu dan kelembaban
tanah, sehingga aktivitas mikroorganisme tanah dapat berlangsung normal
(Utomo, 1995). Sistem olah tanah yang termasuk ke dalam olah tanah konservasi
yaitu olah tanah minimum (OTM).
Olah tanah minimum (OTM) dilakukan dengan mengolah tanah seperlunya
(LIPTAN, 1994). Permukaan lahan pada OTM menggunakan sisa tanaman untuk
dijadikan mulsa. Menurut Suwardjo (1981), pemberian mulsa dapat
meningkatkan aktivitas mikroorganisme tanah. Adanya peningkatan aktivitas
mikroorganisme tanah maka respirasi tanah akan mengalami peningkatan. Sistem
olah tanah minimum emisi CO2 tanah yang diukur dari respirasi tanah
mikroorganisme tanah tidak begitu tinggi pada hari pertama tetapi semakin
meningkat setelah memasuki fase vegetatife maksimum respirasi tinggi karena
emisi CO2 tanah yang berasal dari eksudat akar yang meningkat. Meskipun
7
pengolahan tanah yang dilakukan secara minimum dianggap penting dalam
budidaya tanaman, tetapi pengolahan tanah secara intensif dapat menyebabkan
terjadinya degradasi tanah yang berpengaruh juga terhadap penurunan
mikroorganisme tanah. Oleh karena itu, perlu dilakukan usaha lain yaitu dengan
melakukan pemupukan.
Pemupukan merupakan suatu tindakan untuk memberikan unsur hara kepada
tanah atau tanaman sesuai dengan kebutuhannya (Hakim et al., 1986). Meskipun
pupuk ditujukan untuk memberikan keuntungan, namun dampak dari pemupukan
perlu diperhatikan khususnya pada penggunaan pupuk anorganik. Penggunaan
pupuk anorganik secara terus menerus dapat menimbulkan dampak negatif
terhadap tanah, seperti menurunnya kandungan bahan organik tanah dan aktivitas
mikroorganisme tanah (Sharma dan Mitra, 1991). Oleh karena itu, perlu
mengurangi penggunaan pupuk anorganik dengan menggunakan pupuk organik.
Lingga dan Marsono (2001) menyatakan bahwa pemberian pupuk anorganik tanpa
diimbangi dengan penggunaan pupuk organik dapat menurunkan aktivitas
mikroorganisme yang berpengaruh pada respirasi tanah. Hal ini sesuai dengan
pernyataan Sutedjo et al. (1991) yang menyatakan bahwa penggunaan bahan
organik ke dalam tanah ultisol dapat memperbaiki sifat biologi tanah sehingga
akan meningkatkan pertumbuhan dan aktivitas mikroorganisme tanah sehingga
berpengaruh terhadap laju respirasi tanah. Respirasi tanah merupakan suatu
proses yang terjadi karena adanya kehidupan mikroorganisme yang melakukan
aktivitas hidup dan berkembang biak dalam suatu massa tanah. Respirasi tanah
yang tinggi menunjukkan bahwa aktivitas biologi tinggi dan dekomposisi bahan
8
organik berjalan dengan baik dalam menyediakan unsur hara tersedia bagi
tanaman (Gomes, 2001).
1.5 Hipotesis
Berdasarkan kerangka pemikiran yang telah dikemukakan, maka dapat ditetapkan
beberapa hipotesis sebagai berikut :
1. Respirasi tanah lebih tinggi pada perlakuan sistem olah tanah minumum pada
pertanaman kacang hijau.
2. Respirasi tanah lebih tinggi pada lahan yang diaplikasikan pupuk pada
pertanaman kacang hijau.
3. Terdapat interaksi antara sistem olah tanah dan aplikasi pemupukan terhadap
respirasi tanah.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tanaman Kacang Hijau
Kacang hijau (Vigna radiata L.) merupakan tanaman palawija yang memiliki
peranan penting dalam memenuhi kebutuhan gizi masyarakat. Kacang hijau
merupakan salah satu sumber makanan penting karena tingginya kandungan
nutrisi dalam semua bagian biji. Tanaman kacang hijau memiliki potensi yang
tinggi untuk dikembangkan. dibanding dengan tanaman kacang-kacangan lainnya,
kacang hijau memiliki kelebihan ditinjau dari segi agronomi dan ekonomis,
seperti: (a) lebih tahan kekeringan, (b) serangan hama dan penyakit lebih sedikit,
(c) dapat dipanen pada umur 55-60 hari, (d) dapat ditanam pada tanah yang
kurang subur, dan (e) cara budidayanya mudah (Sunantara, 2000).
2.2 Pengolahan Tanah
Pengolahan tanah adalah setiap manipulasi mekanik terhadap tanah yang
diperlukan untuk menciptakan keadaan tanah yang baik bagi pertumbuhan
tanaman. Pada umumnya setiap tanah memiliki kandungan bahan organik yang
berbeda-beda sesuai dengan karakteristik tanahnya dan penggunaannya.
Perubahan vegetasi atau penggunaan lahan dan pola pengelolaan tanah
menyebabkan perubahan kandungan bahan organik tanah (Handayani, 1999).
10
Olah tanah konservasi merupakan teknologi penyiapan lahan yang berwawasan
lingkungan. Utomo (1995) mendefinisikan olah tanah konservasi (OTK)
sebagai suatu cara pengolahan tanah yang bertujuan untuk menyiapkan lahan
agar tanaman dapat tumbuh dan berproduksi optimum, namun tetap
memperhatikan aspek konservasi tanah dan air. Pada sistem OTK, tanah diolah
seperlunya saja atau bila perlu tidak sama sekali, dan mulsa dari residu tanaman
sebelumnya dibiarkan menutupi permukaan lahan minimal 30%. Sistem olah
tanah yang masuk dalam rumpun OTK antara lain olah tanah bermulsa (OTB),
olah tanah minumum (OTM) dan tanpa olah tanah (TOT). Olah tanah
konservasi pada prinsipnya adalah menggunakan sistem reduce of conventional
tillage atau tetap menggunakan cara pengolahan tanah secara konvensional
akan tetapi dipadu dengan menggunakan mulsa organik.
Sistem olah tanah minimum merupakan sistem pengolahan tanah dengan
pengolahan seperlunya saja. Gulma dapat dikendalikan secara manual dan
kimiawi. Seperti halnya sistem tanpa olah tanah sisa-sisa tanaman pada musim
tanam sebelumnya digunakan untuk menutupi permukaan tanah, agar menjaga
kelembaban aerasi yang baik, dan menyimpan air untuk kebutuhan tanaman
(Utomo, 1989).
2.3 Pupuk dan Pemupukan
Pupuk adalah suatu bahan yang digunakan untuk memperbaiki kesuburan tanah.
Pupuk alam adalah pupuk yang langsung di dapat dari alam seperti, fosfat alam,
pupuk organik (pupuk kandang, pupuk kompos). Sedangkan pupuk buatan adalah
pupuk yang dibuat di pabrik dibuat dengan komposisi unsur hara tertentu seperti
11
pupuk tunggal dan pupuk majemuk. Pupuk tunggal adalah pupuk yang hanya
mengandung satu unsur hara (N, P, K, dll). Sedangkan pupuk majemuk adalah
pupuk yang mengandung lebih dari satu unsur hara (Sutanto, 2002).
Pemupukan adalah pemberian bahan-bahan pada tanah agar dapat menambah
unsur-unsur atau zat makanan yang diperlukan tanah secara langsung atau tidak
langsung. Pemupukan pada umumnya bertujuan untuk memelihara atau
memperbaiki kesuburan tanah sehingga tanaman dapat tumbuh lebih cepat, subur
dan sehat.Selain itu, pemupukan dimaksudkan untuk mengganti kehilangan unsur
hara pada media atau tanah dan merupakan salah satu usaha yang penting untuk
meningkatkan pertumbuhan dan produksi tanaman. Pupuk yang sudah dikenal ada
2 jenis yaitu pupuk organik dan pupuk anorganik. Pupuk anorganik adalah pupuk
sintetis yang dibuat oleh industri atau pabrik, sedangkan pupuk organik adalah
yang berasal dari bahan-bahan alam yaitu sisa-sisa tumbuhan atau sisa-sisa hewan
(Murbandono, 1990).
Penempatan dan cara pemupukan penting akan dapat menghemat pupuk dan
efisien agar dapat di ambil akar tanaman, tidak merusak biji dan akar tanaman.
Penempatan pupuk dicari cara mudah tetapi yang efisien disesuiakan dengan
kondisi lapangan seperti :
a. Ditebar
b. Di samping tanaman
c. Dalam larikan
d. Pupuk diberikan bersama biji atau bibit
e. Disemprot lewat daun
f. Lewat air irigasi (Mukhlis, 2004).
12
2.3.1 Pupuk Anorganik
Pupuk anorganik bisa dibedakan menjadi pupuk kimia tunggal dan pupuk kimia
majemuk. Pupuk kimia tunggal adalah pupuk yang hanya memiliki satu
macam hara, misalnya pupuk urea yang mengandung unsur N, pupuk SP-36
yang mengandung unsur P, dan pupuk KCl yang mengandung unsur K (Lestari,
2009). Pupuk kimia majemuk adalah pupuk yang memiliki kandungan lebih
dari satu atau beberapa unsur hara, misalnya N+K, N+P, N+P+K, dan
sebagainya (Isroi, 2008).
2.3.2 Pupuk Organik
Pupuk organik adalah pupuk yang terbuat dari bahan baku yang sebagian besar
atau keseluruhan berasal dari bahan-bahan organik, baik tumbuhan maupun
hewan yang telah melalui proses rekayasa yang kemudian menjadi hara
tersedia bagi tanaman (Suwahyono, 2011). Pupuk organik mengandung unsur
hara makro dalam jumlah yang relatif sedikit dan mikro dalam jumlah cukup
yang diperlukan untuk pertumbuhan tanaman. Unsur hara tersebut dilepaskan
oleh bahan organik secara perlahan-lahan melalui proses mineralisasi (Sutanto,
2002). Dengan demikian, apabila pupuk organik diberikan secara
berkesinambungan, maka akan banyak membantu dalam memperbaiki
kesuburan tanah.
Hasil penelitian Mulyati et al., (2007) menunjukkan bahwa pupuk urea
memberikan pengaruh nyata terhadap tinggi tanaman pada umur 7, 14, dan 21
hari setelah tanam dan pupuk kandang berpengaruh nyata terhadap tinggi
13
tanaman mulai pada umur 14 dan 21 hari setelah tanam. Pupuk anorganik
bersifat lebih cepat menyediakan unsur hara dibandingkan dengan pupuk
organik sehingga pengaruhnya lebih cepat terlihat pada tanaman. Selain itu,
dalam memproduksi pupuk organik yang berkualitas memerlukan waktu
pemeraman satu sampai tiga bulan sehinggga menyebabkan biaya produksi
pembuatan pupuk menjadi besar, ditambah lagi volume pemupukan yang
besar pada lahan yang budidaya yang luas mengakibatkan harga jual pupuk
organik menjadi lebih tinggi dibandingkan dengan pupuk anorganik
(Suwahyono, 2011).
2.4 Respirasi Tanah
Respirasi tanah adalah proses evolusi CO2 dari tanah ke atmosfer, terutama
dihasilkan oleh mikroorganisme tanah dan akar tanaman. Mikroorganisme dalam
setiap aktifitasnya membutuhkan O2 atau mengeluarkan CO2 yang dijadikan dasar
untuk pengukuran respirasi tanah. Hal ini dipengaruhi tidak hanya oleh faktor
biologis (vegetasi, mikroorganisme) dan faktor lingkungan (antara lain suhu,
kelembaban, pH), tetapi juga oleh faktor buatan manusia. Menurut Sutedjo et
al.,(1991), faktor-faktor yang mempengaruhi meningkatnya mikroorganisme
dalam tanah yang paling penting yaitu C-organik, reaksi (pH), kelembaban, dan
temperatur.
Respirasi dapat dikaitkan dengan status kesehatan tanah. Laju respirasi tanah
dapat diukur dalam sistem dinamis maupun statis. Teknik pengukuran yang
canggih umumnya menggunakan IRGA (infra red gas analyser), tetapi teknik ini
masih relatif mahal. Untuk aplikasi yang lebih sederhana di lapangan, Tongway et
14
al., (2003) menggunakan pengukuran larutan 0,5 N KOH yang dapat menjerap
CO2 dalam inverted box sebagai teknik pendekatan yang mudah diaplikasikan dan
relatif lebih murah. Cara pengukuran respirasi tanah merupakan yang pertama
kali digunakan untuk menentukan tingkat aktivitas mikroorganisme tanah.
Penetapan respirasi tanah adalah berdasarkan penetapan jumlah CO2 yang
dihasilkan oleh mikroorganisme tanah dan jumlah O2 yang digunakan oleh
mikroorganisme tanah (Badan Besar Penelitian dan Pengembangan, 2007).
Respirasi tanah dilakukan oleh mikroorganisme tanah baik berupa bakteri maupun
cendawan. Interkasi antara mikroorganisme dengan lingkungan fisik disekitarnya
mempengaruhi kemampuannya dalam respirasi, tumbuh, dan membelah. Salah
satu faktor lingkungan fisik tersebut adalah kelembapan tanah yang berkaitan erat
dengan respirasi tanah (Cook dan Orchard, 2008).
Ciri khas parameter aktivitas metabolik dari populasi mikroba tanah yang
berkorelasi positif dengan material organik tanah. Dengan meningkatnya laju
respirasi maka meningkatnya pula laju dekomposisi bahan organik yang
terakumulasi di tanah dasar, proses metabolisme yang menghasilkan produk sisa
berupa CO2 dan H2O dan pelepasan energi (Jauhiainen, 2012). Menurut
Kusyakov (2006), hasil dari proses dekomposisi sebagian digunakan organisme
untuk membangun tubuh, akan tetapi terutama digunakan sebagai sumber energi
atau sumber karbon utama, dimana proses dekomposisi dapat berlangsung dengan
aktifitas mikroorganisme, sehingga mikroorganisme merupakan tenaga penggerak
dalam respirasi tanah.
15
Setelah fotosintesis, respirasi tanah merupakan aliran karbon terbesar kedua di
sebagian besar ekosistem. Bahkan, ahli ekologi mengukur respirasi tanah pada
skala plot dan ekosistem dan akhirnya tertarik pada siklus perputaran karbon baik
skala daerah maupun skala global. Respirasi tanah melibatkan aspek berbeda
yaitu kimia, fisika dan proses biologi.
2.5 Pengaruh Olah Tanah terhadap Respirasi Tanah
Pengolahan tanah memacu aktivitas mikroba yang ditandai oleh meningkatnya
jumlah populasi dan aktivitas respirasi. Stimulasi ini terjadi karena terganggunya
agregat tanah dan tereksposnya bahan- bahan cepat lapuk (degradable material).
Pembalikan tanah dan penghancuran bahan-bahan organik menciptakan zona
aktivitas mikroba intensif dilapisan tanah. Dalam olah tanah konservasi
dikelompokkan menjadi olah tanah minimum (OTM) dan tanpa olah tanah (TOT),
stimulasi aktivitas mikroba terjadi di dekat permukaan tanah (Paul dan Clark,
1996).
Pengolahan tanah dengan cangkul meningkatkan tinggi tanaman kedelai lebih
tinggi dibandingkan dengan tanpa olah tanah. Hal ini disebabkan karena tanah
yang diolah menjadi gembur atau struktur dan aerasi tanah menjadi lebih sehingga
baik untuk pertumbuhan akar dimana akar dengan leluasa dapat menyerap unsur
hara dan air yang diberikan. Hal ini sesuai dengan pernyataan Rusli et al. (2004),
tanah menjadi gembur karena kerapatanya berkurang sedangkan porositasnya
meningkat sehingga mampu memperbaiki drainase dan aerasi tanah yang sangat
diperlukan untuk meningkatkan respirasi dan penetrasi akar yang sangat
16
diperlukan untuk membantu akar tanaman untuk mengabsorbsi air dan hara
didalam tanah untuk pertumbuhan.
2.6 Pengaruh Pupuk Organik dan Anorganik terhadap Respirasi Tanah
Pupuk merupakan zat yang ditambahkan ke tanah baik anorganik maupun organik
yang berfungsi untuk meningkatkan nutrisi bagi kebutuhan tanaman. Meskipun
pupuk ditujukan untuk memberikan keuntungan, namun dampak dari pemupukan
perlu diperhatikan khususnya pada penggunaan pupuk anorganik. Penggunaan
pupuk anorganik secara terus menerus dapat menimbulkan dampak negatif
terhadap tanah, seperti menurunnya kandungan bahan organik tanah dan aktivitas
mikroorganisme tanah (Sharma dan Mitra, 1991).
Pada umumnya tanaman tidak dapat menyerap pupuk anorganik secara
keseluruhan sehingga akan ada sisa atau residu. Sisa pemupukan atau residu
pupuk anorganik yang tertinggal di dalam tanah dapat menyebabkan tanah
menjadi keras. Apabila tanah semakin keras maka tanah semakin tidak responsif
terhadap pupuk anorganik. Residu pupuk anorganik di dalam tanah yang
mengakibatkan terhambatnya proses dekomposisi oleh mikroorganisme tanah.
Hal ini karena sifat dari bahan kimia yang sulit terurai sehingga berapapun
banyaknya tanah yang diberi pupuk anorganik hasilnya tetap tidak optimal. Oleh
karena itu, perlu mengefisienkan penggunaan pupuk anorganik dan aman bagi
lingkungan yaitu salah satunya dengan penggunaan pupuk organik.
Penggunaan pupuk organik ke dalam tanah dapat memperbaiki struktur tanah dan
menyebabkan aktivitas dan populasi mikroorganisme dalam tanah meningkat,
terutama yang berkaitan dengan aktivitas dekomposisi dan mineralisasi bahan
17
organik. Mikroorganisme yang berperan dalam dekomposisi bahan organik
adalah fungi, bakteri dan actinomycetes (Atmojo, 2003). Menurut Sutedjo et al.
(1991) melaporkan bahwa penggunaan bahan organik ke dalam tanah ultisol dapat
memperbaiki sifat biologi tanah sehingga akan meningkatkan pertumbuhan dan
aktivitas mikroorganisme tanah. Hal ini sesuai dengan penelitian Nurida et al.
(2012) yang menyatakan bahwa aktivitas mikoorganisme mulai meningkat dengan
diberi bahan pembenah tanah biochar 2,5 ton/ha atau 7,5 ton ha-1. Pemberian 5
ton/ha meningkatkan respirasi tanah namun tidak berbeda nyata dengan tanpa
pemberian pembenah tanah biochar.
Hasil penelitian Antonius dan Agustiyani (2011) melaporkan bahwa aktivitas
respirasi tanah tertinggi didapatkan pada kombinasi perlakuan pupuk anorganik
140 kg Urea ha-1, 200 kg TSP ha-1, 130 kg KCl ha-1 dan pupuk organik hayati 40
liter ha-1, diikuti oleh perlakuan pupuk organik hayati sedangkan aktivitas
respirasi tanah pada perlakuan pupuk anorganik sedikit lebih rendah dibandingkan
dengan kontrol. Rendahnya respirasi tanah ini menunjukkan bahwa tidak adanya
penambahan pupuk organik sehingga menyebabkan kurang baiknya struktur tanah
dan di duga karena penggunaan pupuk anorganik secara terus menerus.
III. METODE PENELITIAN
3.1 Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Gedung Meneng,
Universitas Lampung dan di Laboratorium Ilmu Tanah, Fakultas Pertanian,
Universitas Lampung pada bulan April sampai Juni 2017.
3.2 Alat dan Bahan Penelitian
Alat yang digunakan dalam penelitian ini yaitu cangkul, sabit, botol film,
timbangan, plastik, erlenmeyer, termometer tanah, buret, toples penyungkup, alat
tulis serta alat-alat yang digunakan dalam analisis laboratorium.
Bahan yang di gunakan dalam penelitian ini yaitu sampel tanah, benih kacang
hijau, pupuk kompos yang berasal dari kotoran sapi dan seresah tanaman jagung
serta pupuk NPK (15:15:15), KOH 0,1 N, HCl 0,1 N penolptalin, aquades, methyl
orange, dan bahan lain untuk analisis C-Organik, dan pH tanah.
3.3 Metode Penelitian
Penelitian ini akan dilakukan dengan menggunakan Rancangan Acak Kelompok
(RAK). Perlakuan terdiri dari 2 faktor yaitu sistem olah tanah (T) dan pemupukan
(P). Sistem olah tanah terdiri dari olah tanah minimum (T0) dan olah tanah intensif
19
(T1). Sedangkan aplikasi pemupukan terdiri dari pemupukan (P1) dan tanpa
pemupukan (P0). Dengan demikian percobaan ini terdiri dari empat kombinasi
perlakuan yaitu:
Dengan demikian percobaan ini terdiri dari empat kombinasi perlakuan yaitu:
1. T0P0 = Olah tanah minimum + tanpa pemupukan
2. T0P1 = Olah tanah minimum + dipupuk (kompos 1 ton ha-1= 625 g plot-1 dan
NPK 200 kg Ha-1 = 125 g plot-1)
3. T1P0 = olah tanah intensif + tanpa pemupukan
4. T1P1 = olah tanah intensif + dipupuk (kompos 1 ton ha-1= 625 g plot-1 dan NPK
200 kg Ha-1 = 125 g plot-1)
Data yang diperoleh akan dianalisis dengan sidik ragam pada taraf 5%, yang
sebelumnya telah diuji homogenitas ragamnya dengan Uji Bartlett dan
aditivitasnya dengan Uji Tukey jika asumsi terpenuhi. Rata-rata nilai tengah diuji
dengan uji BNT pada taraf 5%. Untuk mengetahui hubungan antara C-organik,
pH tanah, dan suhu tanah dengan respirasi tanah akan dilakukan uji korelasi. Tata
letak percobaan dapat dilihat pada Gambar 1
20
Gambar 1. Tata Letak Percobaan
Ukuran plot 2,5 m X 2,5 m, percobaan dengan 4 perlakuan dan 4 ulangan
sehingga diperoleh 16 satuan percobaan.
3.4 Pelaksanaan Percobaan
3.4.1 Sejarah Lahan
Lahan yang digunakan dalam penelitian ini terletak di Laboratorium Lapangan
Terpadu, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung. pada musim tanam ke-1 lahan
di tanami tanaman jagung pada bulan Desember 2016- Februari 2017. Perlakuan
yang diberikan yaitu sistem olah tanah dan pemupukan. Kemudian penelitian yang
dilakukan merupakan musim tanam ke-2 pada bulan April 2017 dengan
komoditas yang digunakan adalah tanaman kacang hijau dan menggunakan
perlakuan yang sama tetapi dosis pupuk yang diberikan sesuai dengan kebutuhan
tanaman yang ditanam.
Blok 1 Blok 2
T0P0 T0P1
T1P0 T0P1
T0P0
T1P1
T1P0
T1P1
Blok 3 Blok 4
T0P1
T0P0
T1P0 T1P1
T1P1
T0P1
T1P0
T0P0
21
3.4.2 Pengolahan Lahan
Persiapan lahan sebelum diolah, lahan terlebih dahulu dilakukan pembersihan.
Pembersihan lahan dilakukan dengan membersihkan sisa-sisa tanaman yang telah
selesai dipanen menggunakan celurit dan golok. Untuk plot dengan perlakuan
tanpa olah tanah, gulma dan sisa tanaman hasil panen dimasukkan ke dalam plot
yang disusun secara larik sebanyak tiga larik di dalam petak lahan. Untuk
perlakuan olah tanah intensif, gulma dan sisa tanaman hasil panen diletakkan di
luar petak percobaan sehingga keadaan lahan benar-benar bersih. Setelah lahan
terlihat bersih dari sisa-sisa gulma, lahan dicangkul dan digemburkan hingga
permukaan tanah halus dan merata, sedangkan lahan yang diolah minimum
dibiarkan saja dengan penutup permukaan tanah dari gulma dan sisa-sisa tanaman
hasil panen.
3.4.3 Penyiapan Benih
Benih kacang hijau varietas Kutilang diseleksi terlebih dahulu dengan cara
merendam benih di dalam air, setelah direndam untuk benih yang terapung
dibuang dan benih yang tenggelam dipakai saat penanaman. Setelah melalui
tahap perendaman, benih ditanam di lubang tugal dengan jarak tanam yang
digunakan 70 x 30 cm dengan 2 butir benih perlubang tanam. Kedalaman lubang
tanam sekitar 2–3 cm. Sehingga dalam 1 plot lahan perlakuan terdapat 4 baris
tanam dengan populasi tanaman sebanyak 29 tanaman.
22
3.4.4 Pemeliharaan
3.4.4.1 Penyiraman
Penyiraman dilakukan setiap hari pada sore hari, jika turun hujan tidak dilakukan
penyiraman. Penyiraman bertujuan agar kelembaban tanah di sekitar daerah
perakaran tetap terjaga, penyiraman dilakukan dengan menggunakan selang atau
gembor.
3.4.4.2 Penyiangan
Penyiangan dilakukan saat tanaman berumur 21 HST, 35 HST, dan 49 HST. Pada
lahan yang diolah minimum penyiangan dilakukan dengan memotong gulma
dengan gunting atau dikoret tipis sehingga tidak merusak struktur tanah,
sedangkan pada lahan yang diolah secara konvensional penyiangan gulma
dilakukan dengan cara mencabut gulma yang tumbuh disekitar tanaman.
3.4.4.3 Pemupukan
Pemberian pupuk NPK (15:15:15) dan kompos diberikan sebanyak satu kali
selama masa tanam secara bersamaan dengan cara larik pada umur tanaman 7
HST. Dosis pupuk yang diberikan untuk kompos sebanyak 1 t ha-1 dan NPK
sebanyak 200 kg ha-1. Sehingga setiap plot percobaan diberikan pupuk kompos
sebanyak 625 gram dan pupuk NPK sebanyak 125 g.
3.4.5 Panen
Panen kacang hijau dapat dilakukan secara serempak, ≥ 50% dari populasi
menunjukan kriteria panen. Waktu panen dilakukan pada waktu polong berwarna
coklat atau hitam dan masih utuh.
23
3.5 Pelaksanaan Penelitian
3.5.1 Pengukuran Respirasi Tanah di Lapangan dengan Modifikasi Metode
Verstraete (Anas, 1989)
Beberapa metode telah dikembangkan untuk mengukur CO2 tanah, CO2 dari
tanah ke atmosfer dapat diukur dengan menggunakan metode ruang tertutup.
Hendri (2014) juga menggunakan metode ruang tertutup untuk pengukuran fluks
CO2 dan N2O dari tanah. Respirasi tanah menggambarkan aktivitas
mikroorganisme tanah, metode respirasi tanah masih sering digunakan karena
cukup peka, konsisten, sederhana, dan tidak memerlukan alat yang canggih dan
mahal.
Pengambilan sampel dilakukan 4 kali yaitu sebelum pengolahan tanah, sebelum
pemupukan, fase vegetative dan pasca panen. Adapun langkah-langkah untuk
pengukuran CO2 atau respirasi tanah yaitu botol film yang diisi 10 ml 0,1 N
KOH lalu botol film tersebut diletakkan di atas tanah dengan keadaan terbuka di
petak percobaan lalu ditutup dengan sungkup dan sungkup tersebut dimasukkan
ke dalam tanah sekitar 1 cm lalu pinggirnya ditutupi dengan tanah atau bagian
atas toples diberi beban yang berat seperti batu, agar tidak ada gas yang keluar
dari sungkup. Hal yang sama dilakukan untuk KOH alas plastik yang diletakkan
di sebelah KOH tanpa alas.
24
Gambar 2. Pengukuran respirasi tanah di lapangan
Setelah sungkup (toples) diletakkan, dibiarkan selama 2 jam. Setelah 2 jam,
sungkupnya dibuka dan botol yang berisi KOH langsung ditutup agar tidak terjadi
kontaminan dari gas CO2 dari sekitarnya dan di analisis di laboratorium.
3.5.2 Analisis Laboratorium
Sampel KOH dari lapangan lalu dianalisis laboratorium dengan cara titrasi yaitu
botol yang berisi KOH, larutan KOH dari lapangan tersebut dimasukan ke dalam
erlenmeyer ditetesi 2 tetes penolptalin, dan kemudian dititrasi dengan 0,1 N HCl
hingga warna merah hilang. Volume HCl yang digunakan untuk titrasi tersebut
dicatat. Lalu pada larutan tadi ditambah 2 tetes methyl orange, dan dititrasi
kembali dengan HCl sampai warna kuning berubah menjadi pink. Jumlah HCl
yang digunakan pada tahap kedua ini berhubungan langsung dengan jumlah CO2
yang difiksasi. Demikian juga dengan KOH blanko dilakukan prosedur yang sama
dengan KOH sampel. 1 petak percobaan mewakili KOH sampel dan KOH
blanko, maka terdapat 32 sampel KOH pagi dan 32 sampel KOH sore.
25
Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut :
1. Reaksi pengikatan CO2
CO2 + 2 KOH K2CO3 + H2O
2. Perubahan warna menjadi tidak berwarna (penolptalin)
K2CO3 + HCl KCl + KHCO3
3. Perubahan warna kuning menjadi merah muda (methyl orange)
KHCO3 +HCl KCl +H2O + CO2
3.5.3 Perhitungan Respirasi Tanah
Perhitungan respirasi tanah yaitu : C − CO2 =(a−b)×t×12
T ×π×r2
Keterangan :
C-CO2 = mg jam-1 m-2
a = ml HCl untuk sampel (setelah ditambahkan methyl orange)
b = ml HCl untuk blanko (setelah ditambahkan methyl orange)
t = normalitas (N) HCl
T = waktu ( jam)
r = jari-jari tabung toples (m)
3.5.4 Variabel Pengamatan dan Pengambilan Sampel
Variabel utama pada penelitian ini adalah: Respirasi Tanah (Modifikasi Metode
Verstraete) (mg jam-1 m-2). Sedangkan variabel pendukung pada penelitian yang
digunakan untuk mengetahui korelasi dengan respirasi tanah adalah :
1. C-Organik (%) (Metode Walkley and Black)
2. Suhu Tanah (˚C) (Termometer Tanah)
3. pH tanah (Metode Elektrometrik)
4. Kadar air tanah (%) (Metode Gravimetri)
V. SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
Dari hasil penelitian dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Respirasi tanah lebih tinggi pada perlakuan sistem olah tanah minimum pada
pertanaman kacang hijau di 90 HST.
2. Respirasi tanah lebih tinggi pada perlakuan tanpa pemupukan pada
pertanaman kacang hijau.
3. Tidak adanya korelasi antara C-organik tanah, kadar air tanah, pH tanah dan
suhu tanah terhadap respirasi tanah.
5.2 Saran
Saran penulis agar dilakukan penelitian lanjutan dengan perlakuan yang sama agar
dapat mengetahui nyata atau tidaknya pengaruh perlakuan sistem olah tanah dan
pemupukan.
DAFTAR PUSTAKA
Anas, I.1989. Biologi Tanah dalam Praktek. Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan Direktorat Jendaral Pendidikan Tinggi Pusat antar Universitas
Bioteknologi. Institut Pertanian Bogor. 161 hlm.
Anjani, D. 2013. Uji Efektivitas Pupuk Organonitropos dan Kombinasinya
Dengan Pupuk Kimia Terhadap Pertumbuhan, Serapan Hara, Serta
Produksi Tanaman Tomat Pada Tanah Ultisol Gedung Meneng. Sksripsi.
Universitas Lampung. Bandar Lampung. 88 hlm.
Antonius, S dan D. Agustiyani. 2011. Pengaruh pupuk organic hayati yang
mengandung mikroba bermanfaat terhadap pertumbuhan dan hasil panen
tanaman semangka serta sifat biokimia tanahnya pada percobaan lapangan
di Malinau Kalimantan Timur. Berkalah Panelitian Hayati. 16 :203-206.
Atmojo, S.W. 2003. Peranan Bahan Organik Terhadap Kesuburan Tanah dan
Upaya Pengolahannya. Sebelas Maret University Press. Sukarta. 36 hlm.
Badan Penelitian Dan Pengembangan Pertanian, Departemen Pertanian. 2007.
Metode Analisis Biologi Tanah. Jawa Barat. Bogor.
Badan Pusat Statistika. 2014. Produksi Kacang Hijau di Indonesia. Diaskes pada
03 Mei 2017. Bps.go. id.
Cahyono. 2008. Kacang Hijau, Teknik Budidaya dan Analisis Usaha Tani.
Aneka Ilmu. Semarang. 122 hlm.
Cook, V. J and Orchard V.A. 2008. Relationships between soil respiration and
soil moisture. Soil Biology & Biochemistry, 40:1013-1018.
Djati. 2011. Pengaruh Sistem Olah Tanah dan Aplikasi Mulsa Bagas Terhadap
Respirasi Tanah pada Lahan Pertanaman Tebu ( Saccharum officinarum
L). PT gunung madu Plantions. Jurnal Agrotek Tropika. 2 : 208-212.
Evita, 2007. Pengaruh beberapa dosis kompos sampah kota terhadap pertumbuhan
dan hasil kacang hijau. Jurnal Agronomi, 13 (2).
40
Fernando, L, K. 2010. Pengaruh Olah Tanah Konservasi dan Pemupukan N
jangka Panjang Terhadap Karbon dan Emisi Gas CO2 Pada Lahan
Pertanaman Jagung (Zea mays L) Di Tanah Ultisol. Universitas Lampung.
Bandar Lampung.
Gomes, S. 2001. Soil Qualitty Field Results. The Online Newsletter. Cedar Basin
Crop Consulting.
Hakim, N., Nyakpa, M.Y., Lubis A.B., Nuhroho, S.G., Diha, M.A., Hong dan
Bailey, H.H. 1986. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Penerbit Universitas
Lampung. Lampung. 488 hal.
Handayani, I.P. 1999. Kuantitas Variasi Nitrogen Tersedia Pada Tanah Setelah
Penebanga Hutan. Jurnal Tanah Tropika, 8: 215-226.
Hanafiah, K.A. 2007. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Raja Grafido. Jakarta. 360 hal.
Hendri, J. 2014. Fluks CO2 Dari Penggunaan Lahan Hutan, dan Hortikultura
Pada Andisol Jawa Barat. Jawa Barat. Bogor.
Indra, D.W. 2011. Pengaruh Sistem Olah Tanah terhadap C-Organik dan
Respirasi Tanah pada Pertanaman Jagung di Lahan Petani Lampung.
Skripsi. Unila. Bandar Lampung.
Isroi, 2008.Kompos. Balai Penelitian Bioteknologi Perkebunan Indonesia..
Bogor.http://id.wikipedia.org/wik/kompos.
Jauhiainen, J., Hooijer A, dan Page S.E. 2012. Carbon dioxide emissions from an
Acacia plantation on peatland Sumatra, Indonesia. Biogeosciences, 9: 617–
630.
Jasmani. 2006. Respon kacang hijau (Phaseolus radiatus) varietas walet terhadap
jarak tanam dan pemupukan phospor. (Skripsi). Fakultas Manajemen
Agribisnis. Universitas Mercu Buana.
Koutika L.S, Andreux F, Hassink J. Chone C.C. 1999. Characterization of organic
matter in topsoils under rain forest and pasture in the eastern Brazilian
Amazon basin. Biology and Fertil Soil, 29: 309– 313.
Kusyakov, Y. 2006. Sources of CO2 efflux from soil and review of partitioning
methods. Soil Biology and Biochem. 38: 425-448.
Lembar Informasi Pertanian (LIPTAN) BIP Irian Jaya. 1994. Pengolahan Tanah
Minimum (Minimum Tillage). Balai Informasi Penelitian Irian Jaya.
Jayapura. 3 hlm.
Lingga, P. dan Marsono. 2001. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Penebar Swadaya.
Jakarta. 89 hlm.
41
Marsono. 2001. Pupuk akar, Jenis dan Aplikasinnya. Penebar Swadaya. Jakarta.
97 hlm.
Mulyati, A.M., Jusuf, L., dan Sanaba A.H. 2007. Pengaruh Dosis Pupuk Organik
Padat Daun Gamal terhadap Tanaman Sawi. Gowa: Sekolah Tinggi
Penyuluhan Pertanian ( STPP). Agrisistem, 3(2): 80-90.
Murbandono, HS.L. 1990. Membuat Kompos. Penebar Swadaya. Jakarta.
Mukhlis, H. 2004. Cara Penyiapan Lahan Dan Mikroba Tanah Dalam Budidaya
Pertanian. Balai Penelitian Pertanian Lahan Rawa. Kalimantan Selatan.
Needelman,B.A., Wander, M.M., Bollero,G.A., Boast.C.W.,Sims G.K.,and
Bullock. D.G. 1999. Interaction of tillage and soil texture : Biologically
active soil organic matter in lllinois. Soil Sci. Soc. Am. Jurnal.63 : 1350-
1358.
Nurida, N. L. 2001. Pembukaan Lahan Secara Tebas Bakar Hubungannya dengan
Tingkat Populasi dan aktivitas Organisme Tanah. Makalah falsafah Sains
(PPs 702). Program Pascasarjana/S3.IPB. 18 hlm.
Paul, E.A. dan Clark, F.E. 1989. Soil Microbiology and Biochemistry. Academic
Press, Inc. London.
Putri, N.A.R. 2017. Pengaruh Sistem Olah Tanah dan Aplikasi Mulsa Bagas
terhadap Respirasi Tanah pada Pertanaman Tebu (Saccharum offinarum L)
Ratoon ke-1 periode 2 di PT Gunung Madu Plantations. Jurnal Agrotek
Tropika, 2 : 109-112.
Reeves, W. 1997. The role of soil organic matter in maintaining soil quality in
continuous cropping system. Soil and Tillage Research. 43: 131-161.
Reicosky, D. 2000. Conservation Tillage and Carbon Cycling: Soil as a Source
or Sink for Carbon. USDA. Agricultural Research Service, North
Central Soil Conservation Research Laboratory, USA.
Rusli, N. Heryana, dan Randriani, E. 2004. Pengaruh Pengolahan Tanah
terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Temu Ireng ( Curcuma
aeruginosa) di antara Tanaman Kelapa Genjah Kuning Nias. Loka
Penelitian Tanaman Perkebunan, 66-67 hlm
Ryan M.G and Law B.E. 2005. Interpreting, measuring, and modeling soil
respiration. Soil Biology and Biogeochemistry, 196: 141-146.
42
Sarief, E.S. 1989. Fisika-Kimia Tanah Pertanain. Pustaka Buana. Bandung. 220
hlm.
Selian, A.R.K. 2008. Analisa kadar unsur hara kalium (K) dari tanah perkebunan
kelpa sawit bengkalis riau secara spektrofotometri serapan atom ( SSA).
Tugas akhir, Program Studi Diploma 3 Kimia Analis Departemen Kimia
Fakultas Matematika Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatra Utara.
Medan.
Sharma, A.R. dan Mittra, B.N. 1991. Effect of different rayes application of
organic and nitrogen fertilizer in a rice-bassed cropping system. The
journal of Agricultural Science.117: 313-318.
Sinukaban, N. 1983. Pengelolaan tanah konservasi pada pertanian tanaman
pangan, Proseding lokakarya usahatan konservasi dilahan alang-alang,
Podsolik merah kuning. Badan Litbang, Deptan. 1-15 hlm.
Six. J.,Elliot E.T., and Paustian K. 1999. Aggregate and soil organic matter
dynamics under conventional and no-tillage system. Soil Sci. Am. J.63:
1350- 1358.
Sucahyono D. dan Soedarjo M. 2007. Pengaruh Varietas Dan Pemupukan
Teerhadap Infektivitas Dan Efektivitas Rhizobium Endogen Kacang Tanah
Di Tanah Ultisol Lampung. Proseding Seminar Nasional “ Inovasi
Teknologi Kacang-kacangan Dan Umbi-Umbian Mendukung Kemandirian
Pangan & Kecukupan Energi’’ Balai Penelitian Kcang-Kacangan dan
Umbi-Umbian. Badan Litbang Pertanian. Departemen Pertanian.
Sunantara, I.M.M., 2000. Teknik Produksi Benih Kacang Hijau pada Lahan
Kering Lombok Timur, NTB. Diaskes pada 15 April 2015
http/ntb.litbang.pertanian.go.id.
Sutanto, R., 2002. Penerapan Pertanian Organik. Permasyarakatan dan
Pengembangannya. Penerbit Kanisius. Yogyakarta.
Sutedjo, M.M., Kartasaputra, A. G dan Sastroatmodjo, R.D.S. 1991.
Mikrobiologi Tanah. Rineka Cipta. Jakarta.
Suwahyono. 2011. Petunjuk Praktis Penggunaan Pupuk Organik Secara Efektif
Dan Efisien. Penebar Swadaya. Jakarta. 132 hlm.
Suwardjo, H. 1981. Peranan Sisa-sisa Tanaman dalam Konservasi Tanah dan Air
pada Usaha Tani Tanaman Semusim. Disertasi Doktor. Sekolah Pasca
Sarjana, IPB. Bogor. 240 hlm.
Tongway, D., Hindley N dan Seaborn B. 2003. Indicators of ecosystem
rehabilitation success. Stage two - verification of EFA indicators.
Canberra: CSIRO Sustainable Ecosystems.
43
Utomo, M. 2015. Tanpa Olah Tanah; Teknologi Pengolahan Pertanian Lahan
Kering. Graha Ilmu. Yogyakarta
Widayanti, A. 2010. Respirasi tanah gambut yang diberi amelioran pada
pertanaman jagung ( Zea mays L.). Skripsi. Fakultas Pertanian. Universitas
Lampung. Bandar Lampung. 65 hlm.
Widayanti, M. 2006. Olah Tanah Konservasi. Pengolahan Lahan Kering
Berkelanjutan. Universitas Lampung, Bandar Lampung. 25 hlm.
Widiyono, H. 2005. Pengaruh Sistem Olah Tanah dan Pertanaman terhadap Erosi
Tanah. Jurnal. Akta-Agrosia. 8 (2). 74-77 hlm.