pertanian berkelanjutan dan leisa.docx

21
TUGAS AGRONOMI LANJUT PERTANIAN BERKELANJUTAN, HEIA, LEIA, DAN LEISA FADIL ROHMAN

Upload: fadilfadilfadil

Post on 22-Jan-2016

158 views

Category:

Documents


21 download

DESCRIPTION

Berisi tentang informasi Pertanian Berkelanjutan, HEIA, LEIA, dan LEISA

TRANSCRIPT

Page 1: Pertanian Berkelanjutan dan LEISA.docx

TUGAS

AGRONOMI LANJUT

PERTANIAN BERKELANJUTAN, HEIA, LEIA, DAN LEISA

FADIL ROHMAN

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURAFAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR2015

Page 2: Pertanian Berkelanjutan dan LEISA.docx

PERTANIAN BERKELANJUTAN

Kata berkelanjutan memiliki dua arti, yaitu “menjaga agar suatu upaya terus berlangsung” dan “ kemampuan untuk bertahan dan menjaga agar tidak merosot”. Pertanian berkelanjutan adalah pengelolaan sumber daya untuk usaha pertanian guna membantu kebutuhan manusia yang berubah sekaligus mempertahankan atau meningkatkan kualitas lingkungan dan melestarikan sumber daya alam (Reijntjes et al. 2006). Konsep pertanian berkelanjutan mulai dikembangkan sejak adanya kemerosotan produktivitas pertanian akibat Revolusi Hijau. Revolusi Hijau memang sukses dengan produktivitas hasil panen biji-bijian yang tinggi, namun ternyata juga memiliki dampak negatif, seperti erosi tanah, punahnya keanekaragaman hayati, pencemaran air, adanya residu bahan kimia yang berbahaya pada hasil-hasil pertanian.

Keberlanjutan suatu sistem pertanian berarti membudidayakan tanaman dan/atau ternak yang memenuhi tiga tujuan sekaligus, yaitu: (1) keuntungan ekonomi, (2) manfaat sosial bagi keluarga petani dan komunitasnya, dan (3) konservasi lingkungan. Pertanian berkelanjutan bergantung pada keseluruhan sistem pendekatan yang mencakup keseluruhan tujuan yaitu kesehatan lahan dan manusia berlangsung terus. Dengan demikian, sistem pertanian perkelanjutan lebih menitikberatkan pada penyelesaian masalah untuk jangka panjang daripada perlakuan jangka pendek. Salikin (2011) menyatakan bahwa suatu sistem pertanian dapat dikatakan berkelanjutan jika mencakup hal-hal berikut ini:1) Mantap secara ekologis.

Kualitas sumber daya alam dipertahankan dan kemampuan agrosistem (hubungan antara manusia, tanaman, hewan dan organisme tanah) dipertahankan. Penggunaan sumber daya ditekankan pada sumber daya yang dapa diperbarui sehingga kehilangan unsur hara, biomassa dan energi dapat ditekan serendah mungkin serta dapat mencegah pencemaran lingkungan.

2) Berkelanjutan secara ekonomis. Petani dapat menghasilkan hasil pertanian yang cukup untuk memenuhi

kebutuhan sendiri dan sebagai sumber pendapatan sekaligus dapat mengembalikan tenaga dan biaya produksi yang dikeluarkan. Keberlanjutan ekonomi ini dapat diukur dengan produk pertanian yang dihasilkan, kelestarian lingkungan dan usaha meminimalisir resiko.

3) Adil. Kekuasaan dan sumber daya dapat didistribusikan secara merata

sehingga kebutuhan semua anggota masyarakat dapat terpenuhi. Hak-hak masyarakat dalam penggunaan lahan, modal yang memadai, bantuan teknis serta peluang pemasaran dapat terjamin. Setiap anggota masyarakat berhak untuk ikut serta dalam pengambilan keputusan, baik di lapang ataupun di dalam masyarakat.

4) Manusiawi. Semua bentuk kehidupan (manusia, hewan, dan tumbuhan) dihargai.

Antar individu atau kelompok dapat menggabungkan nilai kemanusiaan yang mendasar, seperti kepercayaan, kejujuran, harga diri, kerja sama, dan rasa kasih sayang. Integritas budaya dan spiritualitas masyarakat dapat terjaga keberlanjutannya.

Page 3: Pertanian Berkelanjutan dan LEISA.docx

5) Luwes. Masyarakat pedesaaan mampu menyesuaikan diri dengan kondisi usaha

tani yang berubah dari waktu ke waktu, misalnya pertambahan jumlah penduduk, kebijakan pemerintah, permintaan pasar dan lain-lain. Hal ini tidak hanya meliputi pengembangan teknologi yang baru dan sesuai, namun juga iinovasi dalam arti sosial dan budaya. Masyarakat dapat mengintegrasikan antara teknologi lokal dengan teknologi modern.

Secara umum pertanian berkelanjutan bertujuan untuk meningkatkan kualitas kehidupan. Untuk mencapai tujuan tersebut diperlukan tujuh macam kehiatan, yaitu: meningkatkan pembangunan ekonomi, memprioritaskan swasembada pangan, meningkatkan pengembangan sumber daya manusia, meningkatkan harga diri, memberdayakan dan memerdekakan petani, menjaga stabilitas lingkungan (aman, bersih, seimbang dan diperbarui), dan orientasi pada produktivitas untuk jangka panjang. Untuk mencapai tujuan tersebut diperlukan suatu pendekatan pertanian berkelanjutan yang bersifat proaktif, berdasarkan pengalaman, dan partisipatif.

Di Indonesia, pembangunan pertanian berwawasan lingkungan merupakan implementasi dari konsep pembangunan berkelanjutan yang bertujuan untuk meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat tani secara luas, melalui peningkatan produksi pertanian, baik dalam hal kualitas mapun kuantitas, dengan tetap memperhatikan kelestarian sumber daya alam dan lingkungan. Pembangunan pertanian yang dimaksud adalah pembangunan pertanian dalam arti luas, meliputi tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, kehutanan, peternakan, perikanan, dan kelautan. Pembangunan pertanian berkelanjutan harus dilakukan secara berimbangdan disesuaikan dengan daya dukung ekosistem sehingga kontinuitas produksi dapat dipertahankan dalam jangka panjang, dengan meminimalisir kerusakan lingkungan.

Sistem pertanian berkelanjutan memiliki lima dimensi, yaitu berorientasi ekologis, kelayakan ekonomis, kepantasan budaya, kesadaran sosisal, dan pendekatan holistic yang bertujuan untuk mewujudkan ketahanan pangan, meningkatkan kualitas hidup, dan menjadaga kelestarian sumber daya alam, melalui strategi kerja keras, proaktif, pengalaman nyata, partisipatif dan dinamis (Salikin 2011).

HEIA, LEIA dan LEISA

Revolusi hijau yang dicirikan dengan penggunaan input luar tinggi atau high external input agriculture (HEIA) mempunyai beberapa karakteristik yang berbeda dengan teknologi pertanian dengan menggunakan input luar rendah atau low external input agriculture (LEIA) dan low external input sustainable agriculture (LEISA).

HEIA dicirikan dengan sistem pertanian yang sangat tergantung pada input kimia buatan (pupuk dan pestisida), benih hibrida, mekanisasi dengan memanfaatkan bahan bakar minyak dan juga irigasi.sistem pertanian HEIA menggunakan sumber daya yang tidak dapat diperbarui, seperti bahan bakar fosil

Page 4: Pertanian Berkelanjutan dan LEISA.docx

dan minyak bumi yang digunakan dalam jumlah besar. HEIA berorientasi pada pasar dan membutuhkan modal yang besar. HEIA hanya dimungkinkan di daerah dengan kondisi ekologi yang relatif seragam dan bisa dikendalikan dengan mudah dan memiliki pelayanan penyaluran, penyuluhan, pemasaran, dan transportasi yang baik (Reijntjes et al. 2006). Peningkatan kebutuhan produk pertanian dan pengembangan varietas baru tanaman pangan (padi, gandum, dan jagung) menyebabkan pengenalan teknologi HEIA mudah diterima di masyarakat. Namun pemanfaatan input yang terlalu besar dan tidak seimbang dari HEIA, tidak diikuti dengan usaha untuk menjaga kelestarian lingkungan sehingga berdampak negatif pada ekologi dan keberlanjutan usaha pertanian.

Berbeda dengan HEIA, LEIA lebih dipraktekkan pada lokasi yang bersifat kompleks, beragam dan rentan resiko. Sifat-sifat lingkungan fisik dan/atau infrastruktur (transportasi desa dan sistem distribusi input yang kurang dikembangkan serta institusi simpan pinjam yang kurang memadai) tidak memungkinkan pemanfaatan input secara luas. Penggunaan pestisida dan pupuk buatan hanya dalam jumlah yang rendah dan secara sporadis dan hanya digunakan untuk beberapa jenis tanaman oleh segelintir petani yang berkecukupan ekonomi.

Tabel 1. Perbedaan HEIA, LEIA dan LEISA

Aspek HEIA LEIA LEISA

Penggunaan Input Luar

Tinggi Rendah (cenderung tidak ada)

Rendah

Pelaksanaan Melalui program pemerintah

Turun temurun dan kebutuhan rumah tangga

Melalui uji coba petani

Skala pertanian Besar Kecil Kecil/sedang

Pendekatan Mengabaikan pengetahuan lokal petani

Mengandalkan pengetahuan lokal petani

Mengutamakan pengetahuan lokal petani

Mekanisasi pertanian

Tinggi Tidak ada Rendah

Tenaga kerja manusia

Rendah Tinggi Tinggi

Keberlanjutan Jangka pendek Jangka pendek Jangka panjang

Page 5: Pertanian Berkelanjutan dan LEISA.docx

Biaya produksi Tinggi Rendah Rendah

Produktivitas Tinggi namun cenderung menurun

Rendah dan cenderung menurun

Sedang dan relatif stabil

Sumber: Ruswita et al. [tahun tidak diketahui].Di sebagian besar daerah yang menerapkan sistem LEIA, pertumbuhan

produksinya tertinggal jauh dibandingkan dengan pertumbuhan jumlah penduduk. Jika teknologi baru untuk mengintensifkan penggunaan lahan secara berkelanjutan tidak dikembangkan, seringkali petani terpaksa mengeksploitasi lahan melebihi kapasitas kemampuannya. Aplikasi LEIA secara berlebihan pada usaha tani di lahan sempit serta perluasannya ke lahan baru yang seringkali bersifat marginal, mengakibatkan penggundulan hutan, degradasi tanah dan peningkatan kerentanan terhadap serangan hama dan penyakit (Reijntjes et al. 2006).

Dengan melihat kelemahan yang terdapat dalam HEIA dan LEIA, kemudian muncul pendekatan baru yakni LEISA yang menekankan pada keberlanjutan. LEISA tidak berorientasi pada usaha memaksimalkan produksi dalam jangka pendek, namun lebih menekankan pada pencapaian produksi yang stabil dan memadai dalam jangka panjang. Suatu sistem pertanian dapat dikatakan LEISA apabila menggunakan input luar yang rendah dan memperhatikan aspek kelestarian lingkungan serta keberlanjutan produksi pertanian. LEISA bukanlah sistem yang meniadakan penggunaan input luar tetapi membatasi seminimal mungkin penggunaan input luar terutama yang bersifat anorganik.

MENGAPA HARUS LEISA

LEISA merupakan suatu pilihan yang layak bagi sebagian besar petani dan mampu melengkapi bentuk-bentuk lain produksi pertanian. Karena sebagian besar petani tidak mampu untuk memanfaatkan input buatan tersebut atau pemanfaatannya hanya dalam jumlah yang sedikit, maka teknologi yang bisa memanfaatkan sumber daya lokal secara efisien perlu diperhatikan. Petani yang saat ini menerapkan HEIA, bisa saja mengurangi pencemaran dan biaya serta meningkatkan efisiensi input luar dengan menerapkan teknik LEISA. Oleh karena itu, sangat penting untuk menerapkan pengetahuan agroekologi petani maupun ilmuwan, sehingga input luar dan input dalam bisa diintegrasikan sedemikian rupa untuk mengkonversi atau memperkuat sumber daya alam, meningkatkan produktivitas dan jaminan serta meminimalisir dampak negatif terhadap lingkungan.

Salikin (2011) menyatakan bahwa bentuk-bentuk pertanian yang menjadi acuan dari LEISA adalah sebagai berikut.1) Berusaha mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya lokal yang ada dengan

mengkombinasikan berbagai macam komponen sistem usaha tani, yaitu

Page 6: Pertanian Berkelanjutan dan LEISA.docx

tanaman, hewan, tanah, air, iklim, dan manusia sehingga saling melengkapi dan memberikan efek sinergi yang besar.

2) Berusaha mencari cara pemanfaatan input luar hanya jika diperlukan untuk melengkapi unsur-unsur yang kurang dalam ekosistem dan meningkatkan sumber daya biologi, fisik, dan manusia. Dalam memanfaatkan input luar, LEISA mengacu pada maksimalisasi daur ulang sumber daya dan minimlisasi kerusakan lingkungan.

Banyak negara berkembang yang mengimplementasikan program penyesuaian struktural yang melibatkan kebijakan-kebijakan yang dapat membatasi impor dan mendorong pembelian barang-barang lokal sehingga mengurangi keseimbangan pembayaran dan defisit pemerintah serta mendorong pertumbuhan ekonomi nasional. Dalam konteks ini dapat terlihat bahwa penerapan LEISA sangat tepat karena tidak menuntut bahaya impor dan kredit jika dibandingkan dengan pendekatan konvensional pada pengembangan pertanian.

Pada tingkat petani, LEISA menunjukkan perlunya pengawasan melekat dan pengelolaan penyaluran unsur hara, air dan energi untuk mencapai keseimbangan pada tingkat produksi yang tinggi. Prinsip-prinsip pengolahan meliputi pemanfaatan air dan unsur hara, daur ulang unsur hara, pengelolaan unsur hara dari usaha tani ke konsumen dan sebaliknya, pemanfaatan mata air secara bijaksana serta sumber daya yang dapat diperbarui. Di sisi lain, penyaluran prinsip ini tidak dibatasi oleh batas-batas lahan usaha tani, maka LEISA perlu diterapkan tidak hanya pada tingkat usaha tani, namun juga pada tingkat wilayah, regional, nasional, dan bahkan internasional. Pada setiap tingkat, dicari teknologi-teknologi yang dapat mempersingkat dan menyeimbangkan daur penyaluran tersebut.

LEISA mengabungkan komponen-komponen terbaik dari pengetahuan dan praktek-praktek setempat, pertanian berwawasan ekologi yang dikembangkan di tempat lain, ilmu konvensional dan pendekatan baru dalam ilmu pengetahuan (misalnya agroekologi dan bioteknologi). Praktek-praktek LEISA harus dikembangkan dalam setiap ekologi dan sosioekonomi.

Pengembangan teknologi pertanian yang dilakukan dengan mengacu pada ilmu pengetahuan dan ilmu asli setempat disebut dengan pengembangan teknologi partisipatif (PTP) atau participatory technology development. PTP merupakan suatu pendekatan pembangunan pertanian yang setrategis karena beberapa pengalaman memberikan pelajaran bahwa program yang tidak mengikutsertakan masyarakat dalam tahap perencanaan akan berujung pada kegagalan. PTP menekankan pada partisipasi masyarakat sebagai pelaku pembangunan pertanian dalam mengmbangkan teknologi pertanian. PTP mendorong petani sebagai peneliti dalam usaha tani mereka, sehingga petani mengetahui langkah-langkah apa yang harus ditempuh untuk mencapai tujuan tersebut (Ruswita et al. [tahun tidak diketahui]). Petani melakukan kerja sama dengan pihak-pihak dari luar (misalnya penyuluh dan peneliti) dalam mengidentifikasi, menghasilkan dan mengujicoba, dan menerapkan teknologi pertanian baru. PTP berupaya untuk memperkuat kemampuan pengujicobaan dari petani dan mendorong keberlanjutan proses inovasi di bawah pengawasan setempat.

Page 7: Pertanian Berkelanjutan dan LEISA.docx

PENERAPAN LEISA

LEISA memberikan praktek-praktek teknologi pertanian yang mendukung keberlanjutan dan penerapannya mudah dilakukan oleh setiap petani. Reijntjes et al. (2006) mengungkapkan beberapa penerapan LEISA adalah sebagai berikut: 1) Pengelolaan tanah dan nutrient

Pengolahan tanah dan nutrien dilakukan untuk meningkatkan keberlanjutan pertanian dengan menambah kandungan bahan organik dan memacu aktivitas organisme tanah. Kegiatan ini juga bertujuan untuk memberikan sumbangan pada daur ulang nutrient dengan menjaga ketersdiaan nutrient bagi tanaman serta meningkatkan dan menyeimbangkan cadangan nutrient. Adapun praktek-praktek pengolahan tanah dan nutrient adalah sebagai berikut:a) Penanganan dan perbaikan pupuk kandang/rabuk

Peningkatan teknik pengumpulan, pengomposan, penyimpanan, dan pengangkutan kotoran dan urin ternak dapat mengurangi hilangnya nutrient. Kandungan nutrient rabuk secara langsung terkait dengan spesies, jenis kelamin serta kualitas dan jumlah pakan dan bahan kandang. Kualitas dan jumlah rabuk dapat diperbaiki dengan memilih spesies hewan yang cocok dengan jumlah yang sesuai dengan ketersediaan pakan dan menyeimbangkan kandungan protein/energi serta menyediakan bahan kandang yang baik untuk ternak.

b) Pengomposan Pengomposan adalah penguraian bahan organik oleh organisme tanah

sehingga menghasilkan humus yang disebut ompos. Kompos dapat merangsang aktivitas biologi tanah dan memperbaiki struktur tanah serta memberikan pengaruh positif bagi tanaman terhadap hama dan penyakit. Pengomposan merupakan salah satu teknik yang penting untuk mendaur ulang sampah organik dan untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas pupuk organik.

c) Pemupukan hijauPupuk hijau merupakan salah satu sumber pupuk organik yang murah

untuk membentuk dan mempertahankan bahan organik dan kesuburan tanah. Pepohonan, semak-semak, tanaman pelindung, biji/polong, rerumputan, pakis, dan ganggang dapat menghasilkan pupuk hijau. Dalam sistem rotasi tanaman, tanaman pupuk hijau yang berakar cukup dalam dapat membantu mengembalikan nutrien yang dilepas pada subsoil.

2) Mengelola aliran radiasi sinar matahari, udara, dan air.Adanya tumpang tindih antara teknik pengelolaan iklim mikro,

pengelolaan air dan pengendalian erosi, menyebabkan pentingnya praktek-praktek yang dapat membantu menciptakan kondisi yang cocok untuk kehidupan tanaman dan hewan, melestarikan air dan tanah serta menurunkan resiko akibat iklim. Praktek-praktek yang memperbaiki ketersediaan air bagi tanaman berperan dalam meningkatkan produksi biomassa dan ketersediaan air bagi manusia dan hewan. Praktek penerapan pengelolaan aliran radiasi sinar matahari, udara, dan air antara lain:

Page 8: Pertanian Berkelanjutan dan LEISA.docx

a) PemulsaanMulsa merupakan suatu lapisan pada titik pertemuan tanah dengan air

dengan sifat-sifat yang berbeda dari lapisan permukaan tanah aslinya. Pemulsaan merupakan teknik yang penting untuk: (1) memperbaiki iklim mikro tanah; (2) meningkatkan kehidupan, struktur dan kesuburan tanah; (3) menjaga kelembaban tanah; (4) mengurangi pertumbuhan gulma; (5) meminimalisir kerusakan akibat radiasi sinar matahari dan curah hujan (pengendalian erosi); (6) mengurangi kebutuhan akan pengelolaan tanah. Mulsa yang digunakan secara luas yaitu rumput kering, jerami, dedaunan, semak, rerumputan, gulma, dan tanaman hidup.

b) Penahan angin/pagar hidupPagar hidup berfungsi memperbaiki iklim mikro dan menurunkan

erosi karena angin. Pagar hidup dibuat dari tanaman kayu yang ditanam dengan jarak yang rapat dan mengelilingi sawah atau lahan majemuk. Pagar hidup juga berperan dalam penyeimbang populasi hama.

c) Penampungan airPenampung air dapat digunakan untuk mengumpulkan air hujan atau

air luapan sedemikian rupa sehingga dapat dimanfaatkan untuk pertumbuhan tanaman. Penampungan air biasanya digunakan di tempat yang yang memiliki curah hujan rendah dan tidak terdapat cukup air untuk pertumbuhan tanaman. Penampungan air juga berfungsi untuk mengendalikan erosi tanah dan mengisi kembali lampisan kedap air untuk irigasi.

3) Pengendalian hama dan penyakitSistem pertanian yang berorientasi pada kesehatan lingkungan memiliki

keterbatasan pada cara-cara untuk mengendalikan hama dan penyakit. Aplikasi pestisida alami kurang efektif dibandingkan pestisida kimiawi, sehingga pengendalian hama secara alami didasarkan pada pemahaman daur hidup hama dan pencegahan berkembangnya populasi hama. Cara-cara pengendalian hama dan penyakit yang mendukung LEISA antara lain:a) Tumpangsari (intercropping)

Tumpangsari pada umumnya memberikan pengaruh positif pada pengendalian hama dan penyakit. Populasi musuh alami pada sistem tumpangsari lebih banyak dibandingkan dengan sistem tanam tunggal karena mendapatkan kondisi lingkungan yang lebih baik seperti pemerataan sumber makanan dan habitat mikro untuk kelangsungan hidup musuh alami. Tumpangsari juga dapat memutus siklus hama.b) Penggunaan pestisida

Pestisida dapat diperoleh dari tanaman atau bahan-bahan lokal lainnya (misalnya urine, abu, dan mineral). Dengan cara inj ketergantungan akan pestisida kimia dapat dikurangi. Menurut Ruswita et al. [tahun tidak diketahui], penggunaan pestsida nabati bersifat hit and run yaitu apabila diaplikasikan akan membunuh hama pada waktu itu dan setelah hamanya terbunuh residunya akan menghilang di alam. Penggunaan pestisida nabati dimaksudkan bukan untuk meningggalkan pestisida kimia, tetapi merupakan suatu langkah

Page 9: Pertanian Berkelanjutan dan LEISA.docx

alternatif pengendalian hama yang ramah lingkungan sehingga dapat mengurangi penggunaan pestisida sintetis yang dapat merusak lingkungan.c) Pengembangan teknik pengendalian hama yang berpusat pada petani

Banyak kegiatan yang mempengaruhi daur hidup organisme yang berpotensi untuk berkembangnya hama atau penyakit. Pengetahuan tentang daur hidup organisme dan tingkat kerusakan yang ditimbulkan sangat penting bagi teknik pengendalian yang efektif dan ekologis. Meningkatkann kemampuan petani engendalikan hama dan penyakit memerlukan proses partisipatif yang melibatkan seluruh komunitas.

4) Memilih, melestarikan, dan meningkatkan sumber daya geneticSebelum melakukan pengenalan kultivar atau benih baru, diperlukan

gambaran yang baik dari sisi permintaan, misalnya harapan keluarga petani, kendala ekologis, dan kelestarian varietas lokal. Meningkatkan kemampuan dalam mengelola sumber daya genetic (suplai lokal, konservasi varietas atau benih lokal, penanganan dan penyimpanan benih) merupakan faktor penting dalam LEISA. Untuk mencapai hal tersebut, diperlukan kerja sama antara peneliti, agen pemerintah dan LSM dengan petani.

Konservasi sumber daya genetic yang biasanya dilakukan oleh pusat-pusat penelitian adalah dengan penyimpanan dalam bank-bank genetic dengan teknologi tinggi. Sistem ini memiliki kelemahan yaitu tidak mudah tersedia bagi petani. Usaha konservasi alternatif yang dapat dilakukan adalah dengan pendekatan konservasi seperti dalam keadaan aslinya, yaitu mengumpulkan, mengevaluasi, mengamankan, meningkatkan, menggandakan dan menyebarkan sumber daya genetic asli ke tempat asalnya.

5) Penerapan sistem pertanian terpaduSistem pertanian terpadu merupakan sistem yang menggabungkan

kegiatan pertanian, peternakan, perikanan, kehutanan dan ilmu lain yang terkait dengan pertanian dalam satu lahan, sehingga diharapkan dapat sebagai salah satu solusi bagi peningkatan produktivitas lahan, program pembangunan dan konservasi lingkungan, serta pengembangan desa secara terpadu. Diharapkan kebutuhan jangka pendek, menengah, dan panjang petani berupa pangan, sandang dan papan akan tercukupi dengan sistem pertanian ini. Kombinasi berbagai macam spesies tanaman dan hewan dan penerapan beraneka ragam teknik untuk mencptakan kondisi yang cocok dan untuk menjaga kelestarian lingkungan dapat membantu petani menjaga produktivitas lahan dan mengurangi resiko usaha tani.

Sistem pertanian terpadu merupakan satu sistem yang menggunakan ulang dan mendaur ulang menggunakan tanaman dan hewan sebagai mitra, menciptakan suatu ekosistem yang meniru cara alam bekerja. Pertanian pada hakekatnya merupakan pertanian yang mampu menjaga keseimbangan ekosistem di dalamnya sehingga aliran nutrisi (unsur hara) dan energi terjadi secara seimbang. Keseimbangan inilah yang akan menghasilkan produktivitas yang tinggi dan keberlanjutan produksi yang terjaga secara efektif dan efisien.

KETERBATASAN LEISA

Page 10: Pertanian Berkelanjutan dan LEISA.docx

Meskipun program pengenalan LEISA sudah mulai berkembang di lapangan, namun saat ini masih dijumpai beberapa faktor yang membatasi pengembangan LEISA di lapangan yaitu:1. Tingkat pendidikan petani yang relative rendah bahkan ada yang buta huruf.

Hal ini menyebabkan perlunya pendekatan yang lebih intensif pada petani untuk dapat menerima suatu pembaruan atau inovasi teknik LEISA.

2. Tingkat ketergantungan masyarakat pada hutan masih cukup tinggi di beberapa tempat. Sumber daya hutan yang diambil masyarakat antara lain kayu, rotan sarang burung wallet dan lain-lain. Hal ini menyebabkan kegiatan budidaya pertanian belum menjadi sector yang dikembangkan secara intensif dan hanya sekedar untuk memenuhi kebutuhan keluarga.

3. Sebagian petani belum menyadari pentingnya berkelompok, sehingga tidak jarang kelompok tani yang telah terbentuk tidak bisa berjalan sebagaimana mestinya. Kesadaran petani untuk berpartisipasi dalam pengembangan LEISA cukup rendah. Terkadang kegiatan pendampingan lebih difokuskan pada perorangan dengan harapan nantinya bila berhasil bisa menjadi contoh bagi petani lain.

4. Kebiasaan dan adat masyarakat beberapa daerah seringkali memakan waktu lama sehingga kadangkala mengakibatkan kegiatan penyuluhan ataupun praktek LEISA batal digunakan.

5. Penyuluh pertanian terkadang mengalami kesulitan karena kondisi lapangan dari sisi sosial dan budaya masyarakat dan teknis pertanian belum dikuasai. Akibatnya sering mengalami kesulitan dalam menerapkan dan mengembangkan LEISA.

DAMPAK HEIA, LEIA, DAN LEISA

Dampak HEIA dan LEIA

Sistem LEIA yang berfungsi dengan baik, tanaman, pepohonan, tumbuhan perdu dan hewan tidak hanya memiliki fungsi produktif, tetapi juga memiliki fungsi ekologis, seperti menghasilkan bahan organik, memompa unsur hara, membuat cadangan unsur hara dalam tanah, melindungi tanaman secara alami, dan mengendalikan erosi. Fungsi-fungsi ini mendukung keberlanjutan usaha tani dan sebagai penghasil input dalam.

Sistem LEIA yang bejalan baik dapat dibandingkan dengan usatu ekosistem alami yang matang, di mana hampir semua biomassa yang dihasilkan dimanfaatkan kembali untuk menjaga kesuburan dan kestabilan sistem biotik. Akan tetapi proses daur ulang ini lebih sedikit, karena manusia mengambil bagian produksi dari agroekosistem. Dengan mengganti input dalam yang alami (seperti pupuk kandang dan kompos) dengan input luar (seperti pupuk buatan), lebih banyak produk yang dapat diambil dalam agroekosistem. Dengan merubah proses alami dengan proses yang dapat dikendalikan oleh manusia, seperti irigasi, keragaman produksi akan berkurang.

Kemampuan masyarakat untuk merubah input menjadi produk yang berguna dapat diperkuat dengan penyeleksiaan dan pemuliaan tanaman dan

Page 11: Pertanian Berkelanjutan dan LEISA.docx

ternak. Dalam proses ini, sifat-sifat lain seperti ketahanan alami dan kemampuan bersaing akan hilang. Fungsi-fungi lain yang dikorbankan ini harus diperhitungkan oleh manusia.

Dalam sistem HEIA, penggantian fungsi-fungsi ekologis oleh manusia telah berjalan lebih jauh dari pada sistem LEIA. Keragaman dirubah menjadi keseragaman karena alas an efisiensi dan peluang pasar. Dalam jangka pendek, penggunaan input luar memungkinkan peningkiatan intensitas penggunaan lahan yang cukup besar. Peningkatan penggunaan pupuk buatan secara besar-besaran di negara-negara brkembang merupakan faktor tunggal yang potensial bagi peningkatan produktivitas dalam integrasinya dengan berbagai input luar lain seperti varietas hibrida, irigasi dan informasi relevan lainnya. Namun, adanya levelling off dalam peningkatan produksi telah menunjukkan bahwa produktivitas sistem HEIA tidak mampu menjamin dalam jangka panjang.

Sebagian besar petani tidak setuju untuk mengadopsi sistem HEIA karena tidak sesuai dengan kondisi usaha tani mereka. Hal lain yang menyebabkan prnolakan petani terhadap sistem HEIA adalah tidak tersedianya input harga input luar yang terlalu mahal. Namun, hal ini mengakibatkan petani cenderung melakukan pengambilan produksi yang semakin meningkat sehingga pengembalian atau daur ulang sumber daya dari dalam semakin menurun dan berdampak pada penurunan kualitas tanah sehingga sistem LEIA yang seperti itu tidak dapat berlanjut.

Dampak Leisa

Penerapan sistem LEISA telah memberikan pengaruh yang cukup baik, dari segi ekonomi, sosial dan ekologi. Menurut Ruswita et al. [tahun tidak diketahui], dampak LEISA dari segi ekonomi, sosial dan ekologi adalah sebagai berikut:

1. Dampak ekonomia. Penerapan LEISA telah memberikan peningkatan produktivitas petani

walaupun tidak drastis namun hasil panen relatif stabil dengan mutu yang disenangi konsumen sehingga harga jualnya relatif lebih tinggi. Hal ini secara langsung berpengaruh terhadap meningkatnya pendapatan petani sehingga petani dapat memenuhi kebutuhan primer, sekunder, dan tersier dan meningkatkan kesejahteraan hidup keluarga.

b. Petani dapat menekan biaya produksi seminimal mungkin karena teknik LEISA mudah dilaksanakan dan tidak memerlukan bahan yang mahal karena LEISA hanya memerlukan bahan-bahan yang bersifat organik dan banyak tersedia di alam.

c. Penggunaan teknik LEISA juga mengurangi ketergantungan pada ketersediaan pupuk dan pestisida kimia yang mahal harganya dan seringkali sulit diperoleh di pasaran lokal.

d. Peningkatan pemanfaatan lahan dengan sistem diversifikasi pertanian memberikan potensi tambahan pendapatan yang lebih banyak.

2. Dampak sosial

Page 12: Pertanian Berkelanjutan dan LEISA.docx

a. Masyarakat dapat terbiasa untuk berorganisasi baik melalui kelompok tani, lembaga adat, lembaga desa dan lain-lain, sebagai media berinteraksi untuk saling tukar pengetahuan dan pengalaman.

b. Masyarakat termotivasi untuk lebih meningkatkan usaha tani sebab sector pertanian dapat menjadi sumber mata pencaharian yang bagus sehingga dapat terwujud kesejahteraan sosial.

c. Dengan penerapan metode LEISA, beberapa petani yang bertani dengan sistem tradisional dan pemeliharaan yang kurang, mengalami perubahan dalam hal bercocok tanam. Petani dapat mengadopsi dan mengembangkan pertanian yang menggunakan teknik pengolahan tanah, pemupukan, pembuatan pestisida nabati yang hasilnya lebih produktif. Adopsi teknik LEISA oleh petani juga tidak sulit karena jarang menggunakan input-input kimia.

d. Meningkatnya pengetahuan petani tentang bahaya-bahaya akibat kandungan bahan kimia dalam penggunaan pupuk dan pestisida kimia .

e. Introduksi tentang gender dapat membawa perubahan menuju tercapainya kesetaraan peran laki-laki dan perempuan dalam usaha tani.

3. Dampak ekologia. Penerapan metode LEISA yang meminimalkan pemakaian input dari luar,

dapat memperbaikistruktur tanah, meningkatkan kandungan unsur hara dan berkembangnya mikroorganisme pengurai sehingga kualitas sumber daya alam dapat dipertahankan dan kemampuan agroekosistem (manusia, tumbuhan, dan hewan) dapat ditingkatkan. Hal ini dapat mewujudkan sistem pertanian berkelanjutan.

b. Masyarakat mulai mengurangi kegiatan pembakaran dalam persiapan lahan sehingga resiko kebakaran lahan yang membawa dampak merugikan dapat diminimalisir.

c. Penerapan LEISA dapat mengurangi kemungkinan terjadinya pengurassan unsur hara akibat masa bera yang semakin pendek.

d. Berkembangnya sistem pertanian yang ramah lingkungan karena teknik LEISA banyak memanfaatkan bahan organik yang banyak tersedia alam.

PROSPEK LEISA

Banyak proses ekologis, sosioekonomis dan budaya yang dapat membatasi pengembangan sistem pertanian berkelanjutan. Beberapa proses hambahatan yang sangat kuat, misalnya lahan kurang subur (marginal), serangan hama dan penyakit, terbatasnya transportasi dan perdagangan, perpindahan tenaga kerja besar-besaran, harga input luar yang tinggi, harga produk pertanian yang rendah, dan lain-lain. Untuk mengidentifikasi peluang suatu sistem pertanian agar tercapai keberlanjutan, diperlukan evaluasi rumah tangga petani dan sistem teknologi khusus yang dipakai, meliputi sumber daya genetic, teknik, input, strategi dan tata letak pertanian.

Sistem pertanian LEISA berpeluang besar untuk mengatasi hambatan-hambatan yang ada untuk menuju sistem pertanian yang berkelanjutan. Sistem teknologi LEISA merupakan gabungan teknik yang dipilih secara cermat dan diorientasikan pada keberlanjutan. Teknik-teknik atau penerapan-penerapan

Page 13: Pertanian Berkelanjutan dan LEISA.docx

LEISA mempunyai fungsi produktif, reproduktif dan/atau sosial dan saling melengkapi. Teknik atau penerapan LEISA yang dapat mendukung sistem pertanian berkelanjutan adalah pengelolaan tanah dan nutrien; mengelola aliran radiasi matahari, udara dan air; pengendalian hama dan penyakit; memilih, melestarikan dan meningkatkan sumber daya genetik; dan sistem pertanian terpadu (seperti yang dijelaskan pada bagian penerapan LEISA). Kondisi petani LEISA yang kompleks dan beragam, teknik-teknik usaha taninya bersifat spesifik setempat dan tergantung pada keterampilan, asset, dan input lokal. Mengingat besarnya variasi kondisi iklim, salah satu ciri penting sistem LEISA adalah keluwesan pilihan-pilihan tekniknya. Menurut Reijntjes et al. (2006), beberapa prospek LEISA dalam menghadapi hambatan pertanian saat ini adalah sebagai berikut:

1. Menghadapi hambatan lahanSemakin bertambahnya penduduk akan mendorong alih fungsi lahan

pertanian ke fungsi perumahan. Di sisi lain kebutuhan akan pangan, pakan, sandang dan papan semakin meningkat. dengan semakin menyempitnya lahan, usaha tani akan lebih diarahkan pada intensifikasi dan diversifikasi pertanian.

Teknik LEISA yang dapat diterapkan dalam konteks mengatasi hambatan lahan dengan intensifikasi dan diversifikasi adalah teknik yang melibatkan pelestarian tanah dan air, penggunaan sumber daya genetic, pertanian terintegrasi, memanfaatkan fiksasi nitrogen dan pemanfaatan secara efisien input luar (alami atau buatan) sebagai pelengkap unsur hara. Teknik-teknik ini dapat digabungkan sedemikian rupa sehingga hasil jangka pendek, dalam hal peningkatan produksi, dan pengaruh jangka panjang, dalam hal pelestarian sumber daya alam, dapat tercapai.

2. Menghadapi hambatan tenaga kerjaPeningkatan produktivitas tenaga kerja adalah dengan mekanisasi berdasar

pada peralatan yang dioperasikan dengan tangan atau tenaga hewan. Mekanisasi yang cocok untuk transportasi telah mendapatkan perhatian yang adil, tetapi sedikit mesin-mesin peralatan yang cocok telah dikembangkan untuk kegiatan khusus pada usaha tani ekologis (misalnya pemulsaan, pembenihan dalam mulsa, mencampur pupuk hijau, pengumpulan air secara on-site, dan pembungaan). Mekanisasi kegiatan seperti itu dalam kondisi input rendah sangat memerlukan penelitian lebih jauh.

Perhatian khusus perlu diberikan pada pengaruh terhadap lingkungan dari mekanisasi dan perubahan beban kerja, terkait dengan masalah gender. Penggunaan tenaga hewan untuk tujuan transportasi lebih sesuai dengan sistem LEISA, namun akan menghambat teknik-teknik lain seperti tumpangsari, pemulsaan tanpa olah tanah, dan agroforestri. Pengolahan lahan dengan tenaga hewan meningkatkan intensif untuk memperluas budi daya dan mengekstensifkan penggunaan lahan. Teknik manual dan biologis yang lebih intensif dapat membuat suatu sistem pertanian menjadi berkelanjutan.

3. Meningkatkan sumber daya melalui penggunaan input luarInput luar baik yang bersifat organik maupun kimiawi sangat diperlukan

untuk menyeimbangkan aliran unsur hara pada lahan pertanian dengan

Page 14: Pertanian Berkelanjutan dan LEISA.docx

menggantikan unsur hara yang hilang. Menggunakan unsur hara sintetis yang dikombinasikan dengan input organik akan lebih menguntungkan daripada hanya tergantung pada unsur hara sintetis untuk mempertahankan atau meningkatkan kesuburan.

Penggunaan input luar yang lebih efisien, seperti pupuk kimia, pestisida, dan air irigasi, akan meningkatkan keuntungan dan menurunkan pengaruh negatif pada lingkungan. Kerugian yang lebih rendah dan keefektifan yang lebih tinggi memungkinkan penggunaan input lebih sedikit per unit daerah sementara hasil yang didapat sama. Namun demikian, sama pentingnya untuk mengurangi kebutuhan akan input luar, atau paling tidak mengurangi penggunaan input luar. Hal ini dapat dilakukan dengan mendaur ulang sampah organik untuk mengembalikan bahan organik dan unsur hara ke dalam tanah, meningkatkan efisiensi penggunaan inout dari dalam dan mengurangi persaingan produksi input dalam melawan produksi tanaman dan hewan.

DAFTAR PUSTAKA

Reijntjes C, Hverkort B, Bayer AW. 2006. Pertanian Masa Depan. Yogyakarta (ID): Kanisius.

Ruswita T, Djoka CW, Ramli S, Merapi L, Ansori, Marbayanto E. [tahun tidak diketahui]. Agroforestry/Pertanian Berkelanjutan dengan Inpur Rendah (Low External Input for Sustainable Agriculture/LEISA). Canada: Canadian International Development Agency (CIDA).

Salikin KA. 2011. Sistem Pertanian Berkelanjutan. Yogyakarta (ID): Kanisius.