pertanian berkelanjutan fix

22
PERTANIAN BERKELANJUTAN Definisi komprehensif bagi pertanian berkelanjutan meliputi komponen-komponen fisik, biologi dan sosial ekonomi, yang direpresentasikan dengan sistem pertanian yang melaksanakan pengurangan input bahan-bahan kimia dibandingkan pada sistem pertanian tradisional, erosi tanah terkendali, dan pengendalian gulma, memiliki efisiensi kegiatan pertanian (on-farm) dan bahan- bahan input maksimum, pemeliharaan kesuburan tanah dengan menambahkan nutrisi tanaman, dan penggunaan dasar-dasar biologi pada pelaksanaan pertanian. Salah satu pendekatan pertanian berkelanjutan adalah input minimal (low input) secara khusus ditulis oleh Franklin H. King dalam bukunya Farmers of Forty Centuries. King membandingkan penggunaan input minimal dan pendekatan berkelanjutan pada pertanian daratan Timur (oriental) dengan apa yang dia lihat sebagai kesalahan metoda yang digunakan petani Amerika. Gagasan King adalah bahwa sistem pertanian memiliki kapasitas internal yang besar untuk melakukan regenerasi dengan menggunakan sumberdaya-sumberdaya internal. Siapapun yang bergerak di bidang pertanian seharusnya berbagi kepedulian yang lebih luas pada masyarakat dalam mendukung lingkungan yang bersih dan nyaman. Selama sepuluh tahun terakhir, telah terjadi paradigma yang mengangkat masyarakat pertanian dari kondisi yang mengharuskan produktivitas lebih tinggi menuju suatu kondisi masyarakat yang peduli pada

Upload: febryy-alfiyann

Post on 16-Nov-2015

25 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

pip

TRANSCRIPT

PERTANIAN BERKELANJUTANDefinisi komprehensif bagi pertanian berkelanjutan meliputi komponen-komponen fisik, biologi dan sosial ekonomi, yang direpresentasikan dengan sistem pertanian yang melaksanakan pengurangan input bahan-bahan kimia dibandingkan pada sistem pertanian tradisional, erosi tanah terkendali, dan pengendalian gulma, memiliki efisiensi kegiatan pertanian (on-farm) dan bahan-bahan input maksimum, pemeliharaan kesuburan tanah dengan menambahkan nutrisi tanaman, dan penggunaan dasar-dasar biologi pada pelaksanaan pertanian.Salah satu pendekatan pertanian berkelanjutan adalah input minimal (low input) secara khusus ditulis oleh Franklin H. King dalam bukunya Farmers of Forty Centuries. King membandingkan penggunaan input minimal dan pendekatan berkelanjutan pada pertanian daratan Timur (oriental) dengan apa yang dia lihat sebagai kesalahan metoda yang digunakan petani Amerika. Gagasan King adalah bahwa sistem pertanian memiliki kapasitas internal yang besar untuk melakukan regenerasi dengan menggunakan sumberdaya-sumberdaya internal.Siapapun yang bergerak di bidang pertanian seharusnya berbagi kepedulian yang lebih luas pada masyarakat dalam mendukung lingkungan yang bersih dan nyaman. Selama sepuluh tahun terakhir, telah terjadi paradigma yang mengangkat masyarakat pertanian dari kondisi yang mengharuskan produktivitas lebih tinggi menuju suatu kondisi masyarakat yang peduli pada keberlanjutan. Hal ini dirasakan sebagai suatu kesalahan bahwa produktivitas yang tinggi dari kegiatan pertanian konvensional telah menimbulkan biaya kerusakan yang cukup siginifikan terhadap lingkungan alam dan disrupsi masalah sosial. Dalam usaha mengalihkan konsekuensi-konsekuensi negatif pertanian konvensional, beberapa format sistem pertanian berkelanjutan yang berbeda telah direkomendasikan sebagai alternatif-alternatif untuk mencapai tujuan sistem produksi pertanian yang dapat menguntungkan secara ekonomi dan aman secara lingkungan. Tetapi kriteria yang paling penting untuk kebanyakan petani dalam mempertimbangkan suatu perubahan usaha tani adalah keingingan memperoleh hasil yang layak secara ekonomi.1. Pengertian Pertanian BerkelanjutanPertanian Berkelanjutan Suatu Konsep Pemikiran Masa Depan. Apa itu pertanian berkelanjutan?Pertanian berkelanjutan (sustainable agriculture) adalah pertanian yang berlanjut untuk saat ini dan saat yang akan datang dan selamanya, Artinya pertanian tetap ada dan bermanfaat bagi semuanya dan tidak menimbulkan bencana bagi semuanya. Jadi dengan kata lain pertanian yang bisa dilaksanakan saat ini, saat yang akan datang dan menjadi warisan yang berharga bagi anak cucu kita.Ada pun definisi lain dari pertanian berkelanjutan adalah sebagai alternatif-alternatif untuk mencapai tujuan sistem produksi pertanian yang dapat menguntungkan secara ekonomi dan aman secara lingkungan. Berarti dapat disimpulkan bahwa pertanian berkelanjutan (sustainable agriculture) adalah pertanian yang meliputi komponen-komponen fisik, biologi, sosial ekonomi, lingkungan dan manusia yang berjalan secara ideal untuk saat ini dan yang akan datang.2. Kriteria sistem pertanian berkelanjutanKeberlanjutan Secara EkonomiPola pertanian yang dikembangkan bisa menjamin infestasi dalam bentuk tenaga dan biaya yang telah dikeluarkan petani, dan hasil yang didapat petani mencukupi kebutuhan keluarganya secara layak. Keberlanjutan ekonomi berarti juga meminimalkan atau bahkan meniadakan biaya eksternal dalam proses produksi pertanian. Dalam poin keberlanjutan ekonomi ini, masih banyak terlihat bahwa petani (dan pertanian) kita belum sustain secara ekonomi dalam pengelolaan pertaniannya. Sebagai contoh, di lapangan penulis banyak menjumpai petani yang harus (terus-menerus) berutang menjelang musim tanam (untuk biaya produksi dan alat). Ketergantungan petani atas input dari luar (terutama pupuk dan pestisida) adalah bukti paling nyata.Jadi kita harus memulai (saat ini juga) memperkenalkan kepada para petani kita beberapa alternatif model pertanian, semisal LEISA (Low External Input and Sustainable Agriculture). Dimana dengan LEISA ini kemandirian petani lebih terjamin, selain itu juga ramah lingkungan. Di beberapa tempat lain, system pertanian hutan-tani (agroforestry) justru dapat menjadi jalan keluar.

Keberlanjutan EkologiKeberlanjutan ekologis adalah upaya mengembangkan agroekosistem agar memiliki kemampuan untuk bertahan dalam kurun waktu yang lama melalui pengelolaan terpadu untuk memelihara dan mendorong peningkatan fungsi sumber daya alam yang ada. Pengembangan sistem juga berorientasi pada keragaman hayati (biodiversity).Praktik-praktik budidaya tanaman yang menyebabkan dampak negatif pada lingkungan harus di hindari. Penulis menjumpai di lapangan, bahwa petani sering menyemprot pestisida pabrikan walaupun tidak ada hama. Seolah ada ketakutan yang dalam jika tidak disemprot pastilah akan kena serangan hama. Tanaman melon di Kab Sukoharjo Jateng misalnya, sejak menjelang berbunga hingga menjelang panen, dapat di semprot dengan pestisida hingga tiga kali sehari oleh petani. Saking akrabnya petani dengan pola asal semprot-semprot ini ditunjukkan dengan kebiasaan mereka menyebut pestisida sebagai obat. Padahal pestisida adalah racun (pest=hama sida=racun) bukan obat. Bahkan banyak pula petugas penyuluh yang menyebut pestisida sebagai obat. Padahal sudah banyak ulasan tentang bahaya residu pestisida terhadap petani, lingkungan dan konsumen.Hal lain, kebiasaan menyemprot pestisida secara over-dosis ini dapat menyebabkan tumbuhnya kekebalan pada hama yang selamat. Sehingga generasi hama berikutnya tidak lagi mempan disemprot dengan dosis yang sama, atau pestisida yang sama. Di lapangan dijumpai kebiasaan petani meng-oplos berbagai merk pestisida untuk mendapatkan hasil yang lebih ampuh (dalam banyak kasus, justeru penyuluh pertanianlah yang mengajarkan petani akan perihal berbahaya ini). Selain berkelanjutan secara ekonomi dan lingkungan, syarat mutlak sistem pertanian berkelanjutan adalah keadilan sosial, dan kesesuaian dengan budaya lokal. Yakni penghargaan martabat dan hak asasi individu serta kelompok untuk mendapat perlakuan adil. Misalnya adanya perlindungan yang lebih tegas atas hak petani dalam penguasaan lahan, benih dan teknologi lokal yang sering dibajak oleh kaum pemodal.Sistem yang harus dibangun juga menyediakan fasilitas untuk mengakses informasi, pasar dan sumberdaya yang terkait pertanian. Hal mana harus menjamin harga keringat petani untuk mendapat nilai tukar yang layak, untuk kesejahteraan keluarga tani dan keberlanjutan modal usaha tani. Khususnya akses atas lahan harus kembali dievaluasi dalam rangka menegakkan keadilan, dengan tanpa membedakan jenis kelamin, posisi sosial, agama dan etnis. Contoh adanya ketimpangan keadilan adalah (dalam konvensi di Indonesia?) bila si istri melakukan transaksi hak atas tanah, oleh Notaris akan dimintakan surat kuasa dari suaminya. Sementara itu, budaya pertanian lokal sering kali dilecehkan. Misalnya, sistem ladang berpindah orang Dayak sering dituduh merusak lingkungan (yang benar, orang Dayak menggilirkan lahan secara berputar/siklus, bukan berladang berpindah-pindah). Padahal sistem itu justeru melestarikan lingkungan dan sudah teruji berabad-abad. Namun kebiasaan orang Dayak menggulirkan siklus lahan ini dijadikan kambing hitam atas dosa lingkungan dari jaringan penjarah kayu serta penjarah hutan hak ulayat suku.3. Praktik Pertanian BerkelanjutanSebenarnya, dalam ekosistem terdapat komponen biotik, baik flora maupun fauna yang menyediakan jasa ekologi seperti: Proses dekomposisi bahan organik (daur ulang unsur hara) guna mempertahankan kesuburan tanah. Alam juga telah menyediakan pengatur dan pengendali populasi hama dan penyebab penyakit tanaman. Kemudian, alam menyediakan proses penyerbukan oleh serangga/hewan penyerbuk yang menjaga keberlanjutan reproduksi tanaman. Kesemua hal di atas itu (anggota penyusun komponen biotik) berinteraksi sesuai proses evolusi ekosistem. Apabila satu komponen hilang akan timbul goncangan ekologi yang ditandai pelonjakan salah satu komponen (misal hama), atau proses perkembangan ekosistem berjalan tidak normal (Misal: karena input pestisida dan pupuk kimia yang ngawur, tanah menjadi tidak gembur karena kehilangan mikroba pengurai).Indikator suksesSelama ini indikator sukses pertanian kita adalah sekadar jumlah atau hasil produksi pertanian, untuk memenuhi permintaan pasar. Dalam pertanian berkelanjutan, tujuan yang ingin dicapai bukanlah sekadar target produksi jangka pendek, tetapi lebih ditekankan pada upaya keberlanjutan sistem produksi jangka panjang. Sehingga inovasi yang dilakukan, dalam pertanian berkelanjutan adalah dalam rangka peningkatan secara optimal proses-proses biologi dan ekologi dalam ekosistem. Untuk inilah, kini saatnya (terutama) para penyuluh pertanian untuk mengajari petani kita (yang sudah lupa) cara-cara mengembangkan kesuburan tanah, prinsip pengendalian hama alami dan pengoptimalisasi peran musuh alami, pengelolaan tanaman (memilih jenis, pola tanam, mengatur waktu tanam yang tepat) guna memanipulasi interaksi musim-tanaman-hama.Hal lain, harus dipikirkan pula pengembangan jenis-jenis kultiva tanaman yang tidak rakus pupuk dan relative tahan terhadap hama dan penyakit. Pengembangan varietas unggul lokal (yang sudah beradaptasi sesuai dengan kondisi setempat) perlu dipertimbangkan untuk mendapatkan bibit unggul spesifik lokasi. Kiranya, masih ada harapan di Indonesia, untuk mempertahankan keberadaan ekosistem pertanian, memelihara potensinya untuk jangka waktu lama, tidak berdampak negatif pada lingkungan dan kesehatan, akan dapat memberi keuntungan terus-menerus (jangka panjang dan turun temurun) pula.1.Sifat sifat pertanian berkelanjutan Mampertahankan fungsi ekologis, artinya tidak merusak ekologi pertanian itu sendiri. Berlanjut secara ekonomis artinya mampu memberikan nilai yang layak bagi pelaksana pertanian itu dan tidak ada pihak yang diekploitasi. Masing-masing pihak mendapatkan hak sesuai dengan partisipasinya. Adil berarti setiap pelaku pelaksanan pertanian mendapatkan hak-haknya tanpa dibatasi dan dibelunggu dan tidak melanggar hal yang lain. Manusiawi artinya menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan, dimana harkat dan martabat manusia dijunjung tinggi termasuk budaya yang telah ada. Luwes yang berarti mampu menyesuaikan dengan situasi dan kondisi saat ini, dengan demikian pertanian berkelanjutan tidak statis tetapi dinamis bisa mengakomodir keinginan konsumen maupun produsen.Mengapa harus berkelanjutan?Apa bisa berlanjut ? merupakan pertanyaan mendasar dan apakah itu mungkin? Jawabannya adalah mungkin asalkan semua yang berkait dengan pertanian itu sadar dan melaksanakan prinsip-prinsip pertanian yang berkelanjutan. Salah satu alasan mengapa harus berlanjut adalah pengalaman selama ini dimana input tinggi telah menyebabkan degradasi lahan secara nyata. Sebagai contoh penggunaan pestisida yang berlebihan menyebabkan resurgensi, resistensi dan munculnya hama penyakit sekunder.Penggunaan pupuk yang berlebihan malah menyebabkan pertemubuhan vegetatif yang tak diinginkan dan di daerah hilir menyebabkan eutrifikasi (suburnya perairan akibat akumulai hara oleh aliran air). Lahan sebagai penopang utama telah rusak, maka akan sangat mahal biaya yang harus dikeluarkan dan dimasa yang akan datang anak cucu hanya ditinggali barang sisa kurang bermutu. Pada hal harapakn kita semua generasi yang akan datang harus lebih baik dari pada generasi saat ini.MULTIPLE CROPPINGDalam rangka meningkatkan produksi tanaman per satuan luas per satuan waktu telah banyak upaya yang dilakukan masyarakat baik melalui intensifikasi, ektensifikasi maupun diversifikasi, dengan tujuan utama adalah untuk mencukupi kebutuhan pangan masyarakat yang semakin bertambah besar dan beragam sejalan dengan laju pertambahan jumlah penduduk yang cepat. Kesenjangan yang terjadi antara pertambahan produksi yang rendah dan pertumbuhan penduduk yang relatif cepat mendorong upaya peningkatan produksi tanaman melalui pengelolaan tanaman yang tepat pada sebidang lahan melalui penerapan Multiple Cropping dengan input teknologi dan penggunaan sarana produksi yang memadai dengan hasil tanaman yang tinggi dan berkelanjutan. Pengelolaan tanaman dalam pola Multiple Cropping ini telah lama dipraktekkan petani di daerah tropis sejak ribuan tahun silam dengan input produksi yang sederhana dalam berbagai bentuk atau pola dengan jenis tanaman, produksi dan tingkat teknologi yang sangat beragam. Semula ditujukan hanya untuk mencukupi kebutuhan keluarga, namun akhir-akhir ini penerapan Multiple Cropping tidak hanya ditujukan untuk keperluan rumah tangga saja dalam waktu terbatas, tapi pada petani di negara maju telah dikembangkan dengan mengaplikasikan berbagai jenis tanaman yang mampu beradaptasi pada kondisi lingkungan yang bervariasi untuk mencukupi kebutuhan pasar dengan teknologi ramah lingkungan. Penerapan teknologi dalam Multiple Cropping untuk mencukupi kebutuhan pangan di daerah tropis belum terwujud dan masih memerlukan kajian strategis dalam pencapaiannya, tapi petani di negara-negara maju, praktek Multiple Cropping dilakukan secara cermat dengan harapan produksi yang diperoleh secara kuantitas dan kualitas dapat dipertanggungjawabkan. Beberapa studi kasus adanya praktek Multiple Cropping daerah tropis yang cukup berhasil memberikan pengharapan hidup yang memadai secara berkelanjutan, seperti pada masyarakat tani di Thailand, Filipina dan Indonesia. Penerapan agrosilvopastural di Thailand yang menunjukkan hasil yang baik pada berbagai wilayah pegunungan di Chiang Mai, Chiang Rai, Chiang Dong, dan Propinsi Lampang. Tanaman jagung di antara pohon Eucalyptus, Tanaman kopi di antara pohon Eucalyptus, tanaman sayuran di antara pohon lichi dan tanaman mangga. Penanaman tanaman sela tersebut hanya efektif pada saat pohon belum tertutup kanopinya. Pemandangan di atas banyak ditemukan pada pola pertanaman di Chiang Mai, Thailand. Sementara di Indonesia, penerapan Multiple Cropping juga cukup prospektif dengan pola yang beragam seperti yang dilakukan petani di Pulau Jawa, Bali, Sumatra dan Sulawesi Selatan. Melalui input teknologi sederhana, peningkatan produksi tanaman disertai jaminan mutu yang terjaga dalam pola pertanaman ganda merupakan harapan petani masa depan yang menjanjikan dalam upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat.Multiple Cropping sebagai Upaya Peningkatan ProduksiDisadari penuh bahwa peningkatan produksi dapat diupayakan melalui usaha intensifikasi dan ekstensifikasi guna memenuhi kebutuhan pangan, bahan baku industri dan kebutuhan lainnya. Kedua usaha dimaksud telah lama digalakkan, namun peningkatan produksi belum dapat dinikmati oleh seluruh lapisan masyarakat akibat pertambahan penduduk yang tidak seimbang dengan kenaikan produksi pertanian. Di lain pihak luas lahan garapan juga semakin terbatas, sehingga lahirlah petani kecil yang berlahan sempit dengan lokasi garapan yang terpencar mengakibatkan aplikasi teknologi terbatas.Petani berlahan sempit merasakan pentingnya penggunaan waktu dalam berusahatani. Pada dekade silam produksi pertanian secara umum telah mengalami peningkatan dengan (i) penanaman pada lahan yang luas, tetapi sekarang scope-nya semakin terbatas dengan permasalahan yang makin kompleks terutama berkaitan dengan adanya kepemilikan lahan yang semakin sempit. Oleh karena itu sekarang ini sangat ditekankan pada (ii) peningkatan produksi per satuan luas. Hal ini sudah dikembangkan dengan baik khususnya daerah-daerah beriklim sedang. Dan pada negara-negara yang sedang berkembang di daerah tropik menekankan pada (iii) penanaman banyak tanaman setiap tahun atau menerapkan sistem multiple cropping. Secara teori, kemungkinan produksi tinggi dapat dicapai dengan menerapkan tiga pendekatan tersebut yaitu secara terus menerus menanam tanaman yang berproduksi tinggi pada lahan yang tersedia terutama adanya fenomena makin sempitnya pemilikan lahan oleh petani. Karena itu petani berupaya bagaimana caranya mengusahakan lahannya yang sempit seefisien mungkin dengan berbagai jenis tanaman dalam pola yang tepat untuk memenuhi kebutuhan keluarganya. Dengan demikian usaha peningkatan produksi pertanian per satuan luas dan waktu perlu mendapat perhatian. Upaya peningkatan produksi dan mutu tanaman dalam areal yang terbatas pada waktu tertentu dapat dilakukan melalui penerapan Multiple Cropping.I. Pengertian Multiple croppingBatasan sederhana dari Multiple Cropping dapat dilihat dari dua suku kata yang menyusunnya, yakni multiple artinya ganda dan cropping artinya pertanaman, maka arti Multiple Cropping dari asal katanya adalah pertanaman ganda. Namun demikian secara sederhana Multiple cropping pengertiannya disamakan dengan tanaman ganda atau tumpang gilir adalah pengusahaan berbagai jenis tanaman pada sebidang lahan yang sama dalam jangka waktu satu tahun. Sedang menurut Neal C. Stoskopt (1981) mengartikan multiple cropping adalah pertumbuhan dua jenis tanaman atau lebih pada sebidang lahan yang sama dalam waktu satu tahun. Dengan demikian memberikan gambaran yang komprehensif bahwa dalam multiple cropping dapat dilakukan pemungutan hasil atau panen lebih dari satu kali dalam jangka waktu selama satu tahun.Praktek pengusahaan tanaman dalam multiple cropping meliputi semua jenis tanaman yang bermanfaat bagi kehidupan masyarakat seperti tanaman semusim, tanaman tahunan, ternak, atau ikan yang dipelihara di sawah melalui pola penanaman yang tepat dan sesuai.Sistem tersebut sudah tidak asing lagi bagi kita karena sudah lama dikenal oleh petani secara tradisional di Indonesia. Pada lahan kering, tegalan, dan pekarangan diusahakan pertumbuhan tanaman dan pola tanam yang sesuai pada suatu lahan merupakan interaksi antara tanah, iklim, tanaman dan pengelolaannya. Setiap jenis tanaman akan tumbuh dengan baik apabila kebutuhan minimal terhadap faktor-faktor yang diperlukan terpenuhi. Sedangkan hasil yang diperoleh akan menguntungkan bilamana susunan faktor-faktor yang diperlukan tersedia secara optimal.Berbagai terobosan dalam teknologi pertanian telah ditemukan oleh ahli agronomi dan telah dilakukan oleh petani untuk melipatgandakan hasil pertanian tanpa merusak kesuburan tanah, kelestarian air, serta dengan biaya produksi yang sangat rendah. Salah satu di antaranya adalah pemanfaatan lahan dengan berbagai jenis tanaman per satuan luas dalam jangka waktu tertentu. Sistem ini dikenal multiple cropping sebagai dimensi ketiga dalam upaya peningkatan produksi pertanian. Aneka macam tanaman pangan, dan tanaman perkebunan yang diusahakan oleh petani seperti kelapa, cengkeh, jambu mete dan sebagainya.Pada lahan sawah yang beririgasi dalam musim hujan di samping ditanami padi, juga petani sempat menanam palawija seperti jagung, kacang panjang dan sebagainya. Di atas pematang atau gelengan sawah tersebut. Apalagi sawah sistem sorjan dimana lahan pertanian dapat dibagi dua secara berselingan yaitu lahan kering (guludan) dan lahan basah (tabukan).Daerah persawahan yang memperoleh air pengairan sepanjang tahun dimungkinkan untuk menanam padi secara terus menerus, kecuali ada masalah lain. Biasanya pada daerah irigasi ini lahan yang dimiliki petani lebih sempit bila dibandingkan dengan lahan tanpa irigasi. Berdasarkan kenyataan ini masih banyak petani yang mengusahakan padi sawah satu kali dalam setahun dengan lahan yang begitu sempit sehingga hasilnya tidak cukup untuk kebutuhan keluarganya. Mereka membiarkan tanahnya kosong setelah panen padi walaupun masih ada kemungkinan untuk mengusahakan satu kali pertanaman lagi, terutama jenis-jenis tanaman yang berumur pendek.Petani dengan tanah garapan yang terbatas mengusahakannya secara efisien mungkin untuk mencukupi keperluan hidup keluarganya sehari-hari. Dengan demikian usaha mempertinggi produksi pertanian persatuan luas sambil menjaga kesuburan tanah dan kelestarian air, tentu akan menjadi sangat penting dan besar artinya bagi kesejahteraan petani. Telah diketahui bahwa peningkatan produktivitas satuan luas lahan dapat dilakukan dengan perbaikann kinetika tanaman, peningkatan pemakaian pupuk, teknik pengendalian hama penyakit yang baik, pengelolaan dan pengolahan tanah yang baik serta pengelolaan dan pemanfaatan air irigasi (Richard et al, 1984).Dalam usaha meningkatkan produksi pertanian per satuan luas persatuan waktu maka daya guna tanah, air, sinar matahari dan waktu perlu ditingkatkan. Melalui upaya ini kita dapat memperpendek saat kosong (bera) sebidang lahan. Dengan kata lain mengusahakan sejauh mungkin adanya pertanaman pada sebidang lahan sepanjang tahun. Upaya seperti tersebut sebenarnya telah dilakukan oleh petani yang memiliki tanah garapan sempit meskipun belum diusahakan secara intensif.II. Manfaat penerapan sistem multiple croppingDalam melaksanakan sistem multiple cropping akan diperoleh manfaat sebagai berikut:1. Mencegah tibanya masa paceklik karena volume dan frekuensi panen bertambah.2. Mengurangi pengangguran musiman. Dalam hal ini tenaga kerja dapat diatur dengan baik sehingga dapat mencegah pengangguran sepanjang tahun. 3. Memperbaiki taraf hidup petani karena dengan sistem multiple cropping pendapatan petani meningkat, mengurangi resiko kegagalan panen dan memperbaiki keanekaragaman pangan serta nilai gizi makanan masyarakat.4. Bila dilakukan secara intensif dan sistematis akan dapat menekan biaya produksi dan dapat mempertahankan produktifitas tanah yang cukup tinggi.5. Dapat membantu mengendalikan hama dan penyakit, tumbuhan penganggu atau mempertahankan stabilitas biologis.6. Dengan penerapan multiple cropping baik dan tepat akan dapat memberikan solusi bagi masalah kekurangan pangan umat manusia di daerah rawan dan juga efisien dalam hal penggunaan sumber daya tanah, air, cahaya dan modal lebih ditingkatkan.7. Pengendalian erosi dengan penutup tanah karena permukan tanah dapat tertutup sepanjang tahun. Erosi dan pencucian unsur hara juga dapat diminimalkan dengan menggilir tanaman legum dan non-legum.8. Merupakan upaya mempertahankan kesuburan tanah dengan penggunaan pupuk hijau terutama tanaman yang dapat mengfiksasi nitrogen dari udara.

Salah satu contoh penerapan sistem multiple cropping (menanam kacang ijo sebelum padi) di Thailand (Pookpakdi, 1992) telah memberikan keuntungan atau manfaat sebagai berikut:a. Memberikan pendapatan ekstra petani lahan kering hanya dalam jangka waktu pendek (lebih kurang 70 hari).b. Populasi gulma di lahan petani berkurang, sehingga memudahkan persiapan lahan untuk tanaman padi sebagai tanaman berikutnya.c. Unsur nitrogen dapat disuplai ke dalam tanah akibat adanya fiksasi nitrogen oleh kacang hijau yang memberikan keuntungan bagi tanaman padi.d. Meningkatkan ektivitas di lahan pertanian sehingga dapat membantu upaya pengurangan perpindahan penduduk ke daerah lain termasuk ke kota.III. Perkembangan Multiple CroppingMultiple Cropping merupakan salah satu upaya nyata dilakukan manusia untuk memanfaatkan lahan secara efektif dan efisien dengan menggunakan berbagai jenis tanaman pada musim tertentu. Praktek penanaman tanaman secara Multiple Cropping telah lama dilakukan oleh masyarakat, namun sampai saat ini belum dilakukan secara benar, sehingga masih perlu pengembangan. Pembangunan pertanian dalam arti luas perlu terus dikembangkan dengan tujuan meningkatkan produksi dan memperluas penganekaragaman hasil pertanian guna memenuhi kebutuhan pangan dan industri dalam negeri serta memperbesar ekspor, meningkatkan pendapatan dan taraf hidup petani, mendorong perluasan dan pemerataan kesempatan berusaha dan lapangan kerja serta mendukung pembangunan daerah.Dalam setiap pembicaraan tentang pembangunan pertanian, sumberdaya alam dan lingkungan tidak boleh diabaikan. Hal ini penting mengingat aktivitas pertanian adalah aktivitas yang memanfaatkan sumberdaya alam dan lingkungan seperti air, tanah dan organisme yang telah diketahui manfaatnya, yang pada dasarnya memanfaatkan proses biologi dengan ragam teknologi yang dikuasai masyarakat.Sejak ratusan tahun silam, pertanian merupakan suatu kegiatan ekonomi yang sangat esensial bagi kehidupan dan kesejahteraan umat manusia. Sektor ini juga merupakan sektor ekonomi yang mempengaruhi dan sangat tergantung pada faktor lingkungan (FAO, 1991). Di wilayah Asia dan Pasifik mempunyai kurang lebih 23% dari total luas areal dunia dan sekitar 30% dari areal dunia yang dapat dikelola, tetapi 56% dari total penduduk dunia yang bermata pencaharian pertanian (FAO, 1991).Penduduk dunia terus bertambah sehingga pertanian terus dipacu untuk memenuhi kebutuhan esensial umat manusia serta unutk meningkatkan pendapatan dan kesejahteraannya. Netherlands Conference on Agriculture and the Environment (FAO, 1991) disebutkan bahwa lebih dari 500 juta umat manusia adalah kesulitan dalam pendapatan dan kekurangan akan bahan makanan. Oleh karena itu, tantangan para pakar agronomi dunia termasuk Indonesia yang utama bukanlah industrialisasi pertanian tetapi untuk jaminan kecukupan pangan bagi umat manusia. Dengan demikian tugas kita khususnya yang punya disiplin ilmu dan punya kepedulian di bidang pertanian adalah memberikan pangan dan kesejahteraan bagi seluruh dunia termasuk Asia Pasifik dan Indonesia. Tingginya permintaan sebagai hasil pertumbuhan penduduk dan urbanisasi serta kurangnya alternatif pekerjaan di lingkungan sekitarnya sehingga mendorong bidang pertanian untuk meningkatkan produksi dan disinyalir telah menimbulkan degradasi sumberdaya alam dan lingkungan. Seperti halnya pertanian di negara sedang berkembang yang mempunyai ciri-ciri antara lain lahan umumnya sempit dan mulai diperhadapkan dengan degradasi sumberdaya alam. Kerusakan lingkungan dan sumberdaya alam seperti penebangan hutan, kerusakan lahan, penyalagunaan penggunaan pestisida dan bahan kimia serta berkurangnya keragaman genetik. Penggunaan pestisida yag cukup berat seperti insektisida, herbisida dan fungisida adalah menyebabkan meningkatnya resistensi terhadap hama penyakit dan mengurangi musuh-musuh alami. Pengurangan areal hutan dan bertambahnya areal ang dapat dikelola yang diakibatkan oleh peningkatan kebutuhan areal pertanian khususnya di tingkat petani miskin dan berlahan sempit. Kerusakan hutan menyebabkan meningkatnya penggunaan pestisida, kadar garam dan kehilangan plasma nutfah (sumber keragaman genetik). Petani kadang mempunyai masalah dalam mengelola lahannya, panen dengan produksi rendah yang membuat mereka hidup di bawah garis kemiskinan dan kurangnya ksempatan untuk memperbaiki kualitas hidupnya. Sehingga pada saat ini maupun pada masa datang diupayakan peningkatan produksi dengan berbagai terobosan rekayasa teknologi namun dengan pemakaian akan bahan kimia seminimal mungkin, konservasi dan efisiensi penggunaan lahan pertanian dalam mempertahankan keragaman biologis (biodiversity).Teknologi budidaya yang ditawarkan kepada petani haruslah memenuhi minimal tiga syarat yaitu ekonomi, sosial budaya dan ekologi. Dengan demikian menyongsong masa depan dengan konsep pertanian atau penyediaan bahan makanan yang berkelanjutan perlu ditekankan teknologi yang dapat menghasilkan komoditi pertanian yang menguntungkan dan tidak berbahaya bagi lingkungan. Demikian pula dengan teknologi dimaksud akan ditransformasi di lingkungan masyarakat tani haruslah meningkatkan nilai tambah dan kesejahteraan masyarakat dan pada tahap selanjutnya pembangunan pertanian haruslah menekankan guna terpenuhi kebutuhan sendiri, kwalitas produksi dan ekspor serta tingginya nilai tambah yang diperoleh dari komoditi pertanian dan aman bagi lingkungan. Untuk produksi tanaman yang berkelanjutan antara lain dapat dicapai dengan memperkenalkan dan menerapkan tanaman campuran, rotasi tanaman dan segala untuk perwujudan multiple cropping pada berbagai agroekosistem ketimbang pertanian dengan sistem pertanian monokultur. Dengan konsep pendekatan sistem Multiple cropping di samping terwujudnya upaya peningkatan produktivitas lahan dan pendapatan, maka juga diharapkan akan merupakan upaya tetap menjaga kelestarian sumberdaya alam dan lingkungan. Di samping itu penggunaan legum dalam konsep dimaksud akan meningkatkan kesuburan tanah yang pada gilirannya akan tetap menyediakan kebutuhan unsur hara tanaman sehingga mengurangi ketergantungan pada pupuk kimiawi.

DAFTAR PUSTAKABrady, 1990. Bahan Organik. www.wikipedia.com. Diakses tanggal 30 Maret 2011.Brady, 1990. pemasaman Tanah.www.wikipedia.com. Diakses tanggal 30 Maret 2011.Djajakirana, 2001.Peranan Bahan Organik.www.wikipedia.com. Diakses tanggal 30 Maret 2011.Kononova, 1961.Pengertian bahan Organik.www.wikipedia.com. Diakses tanggal 30 Maret 2011.Lal, 1995. Pengolahan tanah berkelanjutan. www.wikipedia.com. Diakses tanggal 30 Maret 2011.Ma et al., 1990. Kerusakan tanah. www.wikipedia.com. Diakses tanggal 30 Maret 2011.Stevenson, 1994. Pengertian bahan Organik Tanah.www.wikipedia.com. Diakses tanggal 30 Maret 2011.Kanisius. 1976. Petunjuk Praktis Bertanam Sayuran. Kanisius, Yogyakarta.Sunu, P. dan Wartoyo. 2006. Dasar-dasar Hortikultura