makalah pernikahan yg baru

12
PSIKOLOGI PERKEMBANGAN PERNIKAHAN Disusun Oleh : 1. Dara Argayunia (12710010) 2. Hafidha Rahmawati (12710022) 3. Nur Mutiara H (12710029) PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN HUMANIORA

Upload: hafidha

Post on 18-Sep-2015

7 views

Category:

Documents


5 download

DESCRIPTION

psikologi

TRANSCRIPT

PSIKOLOGI PERKEMBANGANPERNIKAHAN

Disusun Oleh :1. Dara Argayunia(12710010)2. Hafidha Rahmawati(12710022)3. Nur Mutiara H

(12710029)

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN HUMANIORA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA

YOGYAKARTA2012Kata Pengantar

Segala puji bagi Allah SWT atas karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan penulisan tugas Makalah untuk memenuhi penilaian mata kuliah Psikologi Perkembangan yang berjudul Pernikahan dengan usia pernikahan 28th. Tidak lupa kami ucapkan terima kasih kepada Satih Saidiyah selaku dosen pengampu Psikologi Perkembangan yang membimbing kami. Mungkin dalam pembuatan makalah ini masih banyak kekurangan baik itu dari segi penulisan, isi dan lain sebagainya, maka kami sangat mengharapkan kritikan dan saran guna perbaikan untuk pembuatan makalah yang akan datang.

Demikianlah sebagai pengantar kata, semoga makalah sederhana ini dapat diterima dan bermanfaat bagi pembaca.

DAFTAR ISI

Halaman Judul

Kata Pengantar 2Daftar Isi 3BAB I PENDAHULUAN 4A. Latar Belakang 4B. Pembahasan 4C. Analisis Data 6BAB II PENUTUP 8

A. Kesimpulan 8B. Daftar Pustaka 8BAB IPENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pada observasi ini, kami mendapatkan narasumber dengan identitas sebagai berikut:Nama

: Suwarneni(50th)

Suami

: Sumarno (54th)

Alamat: Jl. Sunan Ampel 10, Ganten, Magelang, Jawa Tengah.Pekerjaan

: POLRI & Ibu Rumah Tangga

Anak: Tiga orang anak (Denis (lk), Dela (pr), Dara (pr)).Pendidikan

: Suami : STM, Istri : SMA

Menikah

: Tahun 1984-anUmur Pernikahan: 28 tahunB. PembahasanI. Pernikahan dan KeluargaSiklus kehidupan keluarga mencakup : Meninggalkan rumah dan menjadi orang dewasa yang hidup sendiri,

Adalah fase pertama dalam siklus kehiduoan keluarga dan melibatkan pelepasan atau launching. Pelepasan adalah proses dimana orang muda menjadi orang dewasa dan keluar dari keluarga asalnya.

Bergabungnya keluarga melalui pernikahan (pasangan baru),

Pasangan baru (new couple) adalah fase kedua dari siklus kehidupan keluarga, dimana dua individu dari dua keluarga yang berbeda bersatu untuk membentuk satu sistem keluarga yang baru.

Menjadi orang tua dan sebuah keluarga dengan anak,

Adalah fase ketiga dalam siklus kehidupan keluarga. Memasuki fase ini menuntut orang dewasa untuk maju satu generasi dan menjadi pemberi kasih sayang untuk generasi yang lebih muda.

Keluarga dengan remaja,

Adalah fase keempat dalam siklus kehidupan keluarga. Remaja adalah fase perkembangan dimana individu mendesak untuk memperoleh otonomi dan berusaha untuk mengembangkan identitas diri. Keluarga pada kehidupan tengah baya,Adalah fase kelima dari siklus kehidupan keluarga. Ini adalah saat melepaskan anak-anak, memainkan peran penting dalam hubungan antar generasi, dan menyesuaikan diri dengan perkembangan perubahan hidup pada usia tengah baya.

Keluarga pada kehidupan usia lanjut.

Adalah fase keenam dan terakhir dalam siklus kehidupan keluarga. Pensiun mengubah gaya hidup sebuah pasangan, yang memerlukan penyesuaian diri.II. Teori

Pada observasi ini, kami mengacu pada teori Erik Erikson untuk masa

dewasa awal. Pada masa ini individu mengalami satu tahapan yaitu intimasi versus isolasi. Pada tahap ini, individu akan dihadapkan pada dua pilihan, apakah dia akan sendiri dalam hal tidak menikah dan tidak mencoba mencari pasangan hidup, serta fokus terhadap kariernya saja atau memilih pasangan, menikah dan mempunyai suatu keluarga.

Level intimasi mencakup berkeluarga, bekerja, menyiapkan pasangan hidup, berjuang untuk membina hubungan yang tidak mudah, membuat seseorang dekat dan terjadi kepercayaan. Pada tahap ini, subjek yang kami observasi menjalani tahap intimasi. Beliau mulai menanam kepercayaan kepada pasangan sebelum akhirnya mereka menikah. Sebelum menikah, beliau sempat bekerja, namun setelah menikah dan melahirkan anak pertama beliau mulai meninggalkan pekerjaannya dan fokus kepada anak dan keluarganya.

Membina suatu hubungan memang tidak mudah. Perbedaan persepsi antarpasangan harus diselesaikan secara matang. Sering terjadi perbedaan pendapat antara Ibu Suwarneni dan suami. Tetapi mereka menyelesaikannya dengan mudah dan dengan musyawarah.

C. ANALISIS DATA

Kami mewawancarai siklus kehidupan ibu Suwarneni dalam hal finansial dan sosio-emosionalnya sebelum dan sesudah beliau menikah. Sebelum menikah, kehidupan finansial (ekonomi) ibu Suwarneni adalah sebagai seorang anak dari pegawai negeri. Sebelum menikah, beliau bekerja di kantor kelurahan dan penghasilannya untuk kehidupan beliau sendiri dan sebagian untuk membantu kedua orang tuanya. Saat menjalin hubungan sebelum menikah beliau merasa was-was karena berpikir bahwa apakah lelaki yang menjadi pacarnya sekarang akan menjadi suaminya kelak atau tidak. Dengan bertambahnya umur, beliau lebih khawatir dan was was karena menjalin hubungan sebelum menikah itu dapat menimbulkan fitnah atau menyebabkan kecelakaan. Beliau menikah saat umur 22 tahun karena mengingat pepatah orang tua Jangan kamu menikah saat bunga sudah sore. Beliau menikah setelah menjalin hubungan selama 1,5 tahun dengan orang yang ditemui di kantornya. Sedangkan perasaan beliau setelah menikah mulai merasa tenang karena setelah beliau menikah tidak ada lagi ancaman fitnah dari orang-orang sekelilingnya.

Problem baru setelah menikah, beliau harus beradaptasi dengan kehidupan barunya sebagai seorang istri dalam penyesuaian watak, keadaan ekonomi, dan kebiasaan sehari-hari. Lahirnya anak pertama : saat mengandung ada perasaan senang dan was-was karena mendengar dan melihat banyak cerita. Saat anak lahir senang dengan kelahiran anak pertama, tidak was-was karena banyak yang membantu.

Lahirnya anak kedua: sudah mapan dalam kehidupan berumahtangga. Repot karena punya anak balita tetapi sudah harus mempunyai anak lagi.

Lahirnya anak terakhir: dengan bertambahnya umur lebih merasa was-was. Karena pada umur 32 tahun beliau mengandung anak terakhir. Ketika anak mulai menikah, perasaannya senang, tetapi juga merasa kehilangan karena anak jauh dari rumah. Merasa kesepian. Beliau menghilangkan rasa kesepiannya dengan membaca Al-Quran, memngerjakan pekerjaan-pekerjaan rumah, mengikuti pengajian dan organisasi. Dalam rentang usia pernikahan selama 28 tahun ini, tidak mudah dalam mempertahankannya bagi sebagian pasangan. Begitu pula dengan pasangan Ibu Suwarneni dan Bapak Sumarno, mereka punya cara tersendiri untuk dapat mempertahankan ikatan pernikahan mereka yang telah memasuki usia 28 tahun dan telah memiliki 4 orang anak, tetapi yang satu meninggal. Cara-cara yang mereka lakukan untuk mempertahankannya yaitu, bersikap jujur dalam segala hal misalnya dalam hal keuangan, teman bergaul di luar, teman lama, dan senantiasa membicarakan problem yang menghinggapi keluarga mereka dengan musyawarah. Adanya sikap pengertian antar pasangan, jadi kalau ada perbedaan pendapat antara istri dengan suami maka slah astu diantara mereka harus ada yang mengalah. Tumbuhkan rasa cinta dan kasih sayang; kebersamaan dalam melakukan ibadah dan acara keluarga; dan saling bahu membahu pekerjaan rumah agar selalu fresh. Adanya silaturrahmi bersama keluarga dan berlibur bersama keluarga, selain untuk menghilangkan kejenuhan juga untuk menumbuhkan kasih sayang antara ibu, bapak, dan anak. Begitulah cara-cara yang dilakukan Ibu Suwarneni dan suami untuk mempertahankan pernikahan mereka.BAB IIPENUTUPA. KesimpulanBerdasarkan hasil wawancara kami dengan Ibu Suwarneni, kami menyimpulkan bahwa beliau telah melalui tahap intimasi versus isolasi. Sejak memasuki masa dewasa awal beliau telah bekerja untuk mencukupi kehidupannya sendiri dan membantu orang tuanya. Beliau mulai menyiapkan pasangan hidup , dekat dengan orang lain, dan mulai percaya dengan orang lain yang dekat dengannya. Setelah mempunyai keluarga baru, hamper semua aspek dalam kehidupannya berubah, mulai dari keadaan ekonomi sampai sosio-emosionalnya. Pada kelahiran anak pertama beliau mulai merasakan menjadi orang tua dan seorang ibu. Sampai pada kelahiran anak terakhirnya beliau merasa bahagia karena akhirnya mempunyai momongan dari hasil pernikahannya dengan pasangan yang beliau pilih. B. Daftar Pustaka

Santrock, John W..2002.Life-Span Development Perkembangan Masa Hidup Jilid 2.Jakarta:Erlangga.8