makala bronkoskopi

Upload: chory-nurtice-handayani

Post on 02-Mar-2016

418 views

Category:

Documents


14 download

TRANSCRIPT

MAKALA KESEHATAN PARU

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar BelakangBronkoskopi diperkenalkan pertama kali oleh Killian lebih kurang 90 tahun lalu. Bronkoskop kaku ini dikembangkan oleh Jackson sehingga metoda bronkoskopi menjadi suatu tindakan baku untuk diagnosis dan terapi. Mula-mula tindakan ini digunakan untuk memastikan dan mengangkat benda asing dalam trakea dan bronkus, termasuk tumor kecil. Penggunaannya semakin luas sejalan dengan perkembangan bedah toraks.(1)

Amerika mengembangkan teknik melakukan tindakan bronkoskopi dan desain modern instrument bronkoskopi dengan tujuan tindakan terapeutik.(2)

Pada tahun 1960 Dr. Shigeto Ikeda memperkenalkan Bronkoskopi Serat Optik Lentur (BSOL) yang tujuan utamanya adalah sebagai alat diagnostik. Sejak akhir tahun 1960-an BSOL telah menggantikan bronkoskopi rigid sebagai alat untuk tindakan diagnostik dan terapeutik. (2)

Bronkoskopi merupakan salah satu upaya penting dalam bidang paru karena alat ini dapat digunakan diagnostik dan terapeutik. Bronkoskopi adalah tindakan yang dilakukan untuk melihat keadaan intra bronkus dengan menggunakan alat BSOL. Prosedur diagnostik dengan bronkoskop ini dapat menilai lebih baik mukosa saluran napas; normal, hiperemis atau lesi infiltrat yang memperlihatkan mukosa compang-camping. Teknik ini juga dapat menilai penyempitan atau obstruksi akibat kompresi dari luar atau massa intrabronkial tumor intra bronkus. Prosedur ini juga dapat menilai ada tidaknya pembesaran kelenjar getah bening, yaitu dengan menilai karina yang terlihat tumpul akibat pembesaran kelenjar getah bening subkarina atau intra bronkus.(2)

Nirwan dkk (1990) melaporkan manfaat BSOL dalam diagnosis kanker paru di Bagian Pulmonologi FKUI Jakarta, yaitu 86,56% kasus yang dibronkoskopi memperlihatkan lesi keganasan.(2)

Umar dkk, 2002, dari SMF Pulmonologi RSUD Pekan Baru melaporkan telah melakukan tindakan bronkoskopi pada penderita berbagai kelainan di paru dan menemukan 81,1% memperlihatkan gambaran keganasan, 3% peradangan, 30,89% menunjukkan mukosa infiltratif, 36,58% stenosis infiltratif dan 32,53% massa intrabronkial intrabronkus.(2)

Dengan berkembangnya teknologi peralatan dan keterampilan, belakangan ini banyak dilakukan tindakan dengan BSOL sebagai sarana diagnostik, terapi dan pemantauan berbagai penyakit paru lainnya. Dimana karakteristik dan gambaran bronkoskopi berbeda antara satu penderita dengan penderita yang lainnya, hal ini tergantung pada jenis dan penyebab penyakitnya.(2)

Pada bagian penyakit paru rumah sakit H. Adam malik Medan, prosedur tindakan bronkoskopi sering dilakukan dalam membantu menegakkan diagnosis serta terapi, tetapi belum ada data yang lengkap mengenai karakteristik, jenis penyakit serta gambaran yang didapat dari hasil bronkoskopi.(2)1.2 Tujuan a. Tujuan UmumUntuk melengkapi persyaratan tugas kepanitraan klinik stase paru Rumah Sakit Umum Daerah Deli Serdang Lubuk Pakam.b. Tujuan Khusus

Memberikan penjelasan tentang pengertian bronkoskopi dan cara pengunaan bronkoskopi.BAB IIPEMBAHASAN2.1. Definisi Kata bronkoskopi berasal dari bahasa Yunani; broncho yang berarti batang tenggorokan dan scopos yang berarti melihat atau menonton. Jadi, bronkoskopi adalah pemeriksaan visual jalan nafas atau saluran pernafasan paru yang disebut bronkus. Lebih khusus lagi, bronkoskopi merupakan prosedur medis, yang dilakukan oleh dokter yang mempunyai kompetensi di bidangnya dengan memeriksa bronkus atau percabangan paru-paru untuk tujuan diagnostik dan terapeutik (pengobatan). Untuk prosedur ini dokter menggunakan bronkoskop, sejenis endoskop, yang merupakan instrumen untuk pemeriksaan organ dalam tubuh. Tergantung pada alasan medis atau indikasi klinis untuk bronkoskopi, dokter dapat menggunakan bronkoskopi kaku (rigid) atau Fiber Optic Bronchoscopy (FOB). (4)Bronkoskopi adalah tindakan invasif dengan memasukan alat bronkoskop kedalam percabangan bronkus. (3)

2.2. Tujuan

Pemeriksaan bronkoskopi telah membuka lembaran baru dibidang pulmonologi. Dengan cara ini secara langsung dapat dilihat keadaan saluran nafas mulai dari trakea sampai beberapa tingkat percabangan bronkus. Saat ini pemeriksaan bronkoskopi sudah demikian pentingnya sehingga merupakan alat diagnostik yang sudah tidak dapat dipisahkan lagi dalam bidang pulmonologi. (6)Manfaat pertama pemeriksaan bronkoskopi ialah melihat langsung keadaan saluran nafas bagian atas maupun saluran nafas bagian bawah. Kelainan yang dapat dilihat secara langsung ( direct findings ) ialah : (6) Tumor

Nekrosis

Pelebaran pembuluh darah

Mukosa yang normal atau irregelar, hiperemik, membengkak

Pengaburan tulang rawan bronkus

Obstruksi

Stenosis

KompresiSelain itu juga dapat dilakukan bilasan, sikatan, biopsi bronkus atau biopsi transbronkial. Juga dapat dilakukan pengambilan bahan untuk biakan kuman dengan alat khusus lavase bronkus.(6) Dan dapat juga digunakan sebagai tindakan terapeutik. (3)2.3. Macam-Macam bronkoskopi

a. Bronkoskop Kaku (Rigid)

Bronkoskop kaku ialah merupakan alat yang berbentuk tabung lurus terbuat dari bahan stainless steel. Panjang dan lebar bervariasi, tetapi bronkoskopi untuk dewasa biasanya berukuran panjang 40 cm dan diameter berkisar 9-13,5 mm, tebal dinding bronkoskop berkisar 2-3 mm.(4) Terdiri dari pipa dari metaldengan lampu. Terdapat dua macam penyinaran, yaitu lampu diletakan di distal (pada ujung bronkoskop), atau di proksimal. Lampu proksimal terletak pada ganggang bronkosko yang diproyeksikan dari tepi lensa okuler ke distalbronkoskop (tipe Haslinger). Dengan kemajuan teknologi sekarang, dibuat lampu yang terang (150-400 Watt) yang berisi halogen yang disalurkan dengan serat optic ke bagiandistal bronkoskop.(5)Indikasi umum lainnya adalah:(4)1) Mengontrol dan penanganan batuk darah massif

2) Mengeluarkan benda asing dari saluran trakeobronkial

3) Penanganan stenosis saluran nafas

4) Penanganan obstruksi saluran nafas akibat neoplasma

5) Pemasangan sten bronkus

6) Laser bronkoskopi

b. Bronkoskopi Serat Optik

Dengan kemajuan pengetahuan tentang serat optic, makapada pertengahan tahun 1950 Ikeda danteman-teman membuat bronkoskop serat optic yang lentur dan dipakaipertama kali pada pertengahan tahun 1970 Bronkoskop serat optic merupakan gabungan serat-oprik (gelas) yangmenyalurkan cahayanya ke ujung distal bronkoskop. Bronkoskop ini lentur, sehingga dapat dimasukkan ke dalamcabang bronkus. Ahli endoskopi masa kini mengatakan bahwa endoskopi serat opriklebih baik dari pada bronkoskop kaku.(5)

Fiber Optic Bronkhoskopi sangat membantu dalam menegakkan diagnosis pada kelainan yang dijumpai di paru-paru, dan berkembang sebagai suatu prosedur diagnostik invasif paru. FOB berupa tabung tipis panjang dengan diameter 5-6 mm, merupakan saluran untuk tempat penyisipan peralatan tambahan yang digunakan untuk mendapatkan sampel dahak ataupun jaringan. Biasanya 55 cm dari total panjang tabung FOB mengandung serat optik yang memancarkan cahaya. Ujung distal FOB memiliki sumber cahaya yang dapat memperbesar 120o dari 100o lapangan pandang yang diproyeksikan ke layar video atau kamera. Tabungnya sangat fleksibel sehingga memungkinkan operator untuk melihat sudut 160o-180o keatas dan 100o-130o ke bawah. Hal ini memungkinkan bronchoscopist FOB untuk melihat ke segmen yang lebih kecil dan segmen sub cabang bronkus ke atas dan ke bawah dari bronkus utama, dan juga ke depan belakang (anterior dan superior). (4)

2.4. Indikasi Indikasi dari bronkoskopi adalah untuk membantu dalam menegakkan diagnosis, sebagai terapeutik serta pre operatif/post operasi.(7)Yang termasuk indikasi diagnostik bronkoskopi antara lain:(7) Batuk

Batuk darah

Mengi dan stridor

Gambaran foto toraks yang abnormal

Pemeriksaan Bronchoalveolar lavage (BAL)

Lymphadenopathy atau massa intrabronkial pada intra toraks

Karsinoma bronkus

Ada bukti sitologi atau masih tersangka

Penentuan derajat karsinoma bronkus

Follow up karsinoma bronkus Yang termasuk indikasi terapeutik bronkoskopi antara lain:(7) Dahak yang tertahan, gumpalan mukus

Benda asing pada trakeobronkial

Pemasangan stent pada trakeobronkial

Dilatasi bronkus dengan menggunakan balon

Kista pada mediastinum

Kista pada bronkus

Mengeluarkan sesuatu dengan bronkoskopi

Brachytherapy Laser therapy Abses paru

Trauma dada

Therapeutic lavage (pulmonary alveolar proteinosis) Pengambilan benda asing (corpus alienum) (8) Terapi atelektasispengunna di ICU : intubasi intratrakea, menghisap secret.(8) Mendiagnosa penyebab batuk dan efusi pleura. (8)2.5. Kontraindikasi Kontraindikasi tindakan bronkoskopi terdiri dari kontra indikasi absolut dan relatif.(7)Yang termasuk kontra indikasi absolut:(7) Penderita kurang kooperatif

Keterampilan operator kurang

Fasilitas kurang memadai

Angina yang tidak stabil

Aritmia yang tidak terkontrol

Hipoksia yang tidak respon dengan pemberian oksigen

Yang termasuk kontra indikasi relatif antara lain :(7) Asma berat

Hiperkarbia berat

Koagulopati yang serius

Bulla emfisema berat

Obstruksi trakea

High Positive end-expiratory pressure 2.6. Persiapan A. Persiapan penderita.(4)1. Informasi yang berkaitan dengan riwayat penyakit sebelumnya, penyakit sekarang, kondisi fisik dan mental penderita dan riwayat reaksi alergi terhadap obat yang akan digunakan untuk tindakan bronkoskopi.

2. Memberikan informasi kepada penderita tentang tahapan yang akan dilakukan mulai dari persiapan bronkoskopi sampai pasca bronkoskopi, penjelasan tentang tindakan anestesi yang dilakukan dan efek anestesi yang dirasakan penderita

3. Menandatangani surat persetujuan tindakan (informed consent)

4. Persiapan fisik antara lain :a. Puasa minimal 6 jam sebelum dilakukan tindakanb. Test lidocain 2% 0.1 cc diberikan intracutan dan dibaca setelah 15 menitc. Codein 10 mg dengan ekstra beladona 2 tablet/kali yang diminum 12 jam dan 6 jam sebelum tindakan.(3)5. Persiapan penunjang

a) Foto toraks AP Lateral

b) Faal paru

1. VC > 1000 cc

2. FEV1 > 800 cc

c) PAO2 > 65 mmHg

d) Faal hemostatis1. Hb > 10 gr%

e) EKGB. Persiapan alat dan bahan.(4)1. Formulir status bronkoskopi.(3)2. Fomulir tindakan bronkoskopi.(3)3. Meja anestesi dan premedikasia) Lampu kepala (head lamp)

b) Kaca tenggorok (keel spiegel)

c) Xylocain spray 10%

d) Lampu spiritus

e) Disp spuit 5 cc

f) Tong spatel

g) Spuit instilasi

h) Cucing berisi lidocain 2%

i) Kasa dan tissue secukupnya)j) Obat-obat sulfas atropine dan dipenhydramin

4. Meja instrumenta) Disp Spuit 50 cc

b) Disp Spuit 10 cc

c) Disp Spuit 5 cc

d) Cucing berisi PZ

e) Cucing berisi lidocain 2%f) Hand schoong) Botol penampung washingh) Alat untuk aspirasi biopsii) Alat untuk forcep biopsij) Alat untuk brushingk) Alat bronkhoskopi (fiber optic)l) Alkohol 90%m) Alkohol 70%n) Formalin cair 10%o) Kasa dan tissue secukupnyap) Objek glassq) Pengaman gigi (mouth piece)

3. Obat-obat emergencya) Pethidinb) Adrenalinc) Kalmetasond) Midazolame) Aminophylinf) Valiumg) Transaminh) Epidrini) Alupentj) Transfusi setk) Surflol) Cairan infuse4. Alat-alat penunjang laina) Oxymeterb) Oksigenc) Suctiond) 2 buah mangkok berisi larutan tepol dan aquades (untuk mencuci alat bronkhoskopi)2.7. Prosedur Tindakan Setelah diperkenalkan Killian Lahun 1902, Jackson mengelnbangkan bronkoskopi kaku ini sehingga menjadi suatu tindakan klinik yang baku untuk kasus benda asing dan tumor kecil pada trakea dan bronkus(1,2). Lalu tahun 1928 Yankauer menggunakannya untuk mengeluarkan sekresi bronkus pada kasus pneumonia yang lambat penyembuhannya.(1)

Saat ini alat tersebut digunakan untuk diagnosis, terapi dan evaluasi sebelum bedah.(1)

Keadaan umum yang sangat buruk, infark miokard dan angina pektoris akut berat, hipoksemi, fungsi paru yang buruk, stenosis laring dan trakea yang berat dikatakan merupakan kontraindikasi. Pada gangguan perdarahan dan pembekuan serta keadaan-keadaan yang potensial memburuk karena hipoksemi, tindakan ini harus dilakukan dengan sangat hati-hati.(1)

Sebelum pemeriksaan pasien dipuasakan selama 8 jam. Penjelasan tentang tindakan yang akan dilakukan sangatlah penting selain pemberian premedikasi. Sedatif dan antikolinergik adalah preparat yang sering diberikan pada premedikasi.(1)Sedatif yang baik memenuhi kriteria: (1)1. Awal kerja cepat

2. Lama kerja singkat dengan pemulihan yang aman

3. Aman terhadap sistim kardiovaskular, tidak menimbulkan depresi pernapasan, dan risiko hipoksemi serta tidak menimbulkan efek samping

4. Menimbulkan amnesia/lupa

5. Menghilangkan kecemasan

6. Murah.

Obat sedatif mungkin termasuk golongan benzodiazepin, butirofenon atau narkotik, namun yang sering digunakan adalah golongan benzodiazepin seperti diazepam, midazolam dan lorazepam.(1)

Posisi Bronkhoskopi.(4)a. Tidur terlentang

b. Duduk di kursi

Ada 3 macam teknik bronkhoskopi, yaitu :(4)a. Trans nasal.b. Trans oral (yang sering dilakukan).c. Melalui rigid atau endotrakeal.Prosedurnya sebagai berikut: (3)1. Permintaan tindakan dokter yang merawat

2. Buat status bronkoskopi

3. Pasien dipersiapkan di ruang pemeriksaan dengan memeriksa tanda tanda vital,status paru dan jantung

4. Premedikasi dengan SA 0,25 mg IM dan atau diazepam 5 mg. Dosis tergantung umur dan kondisi pasien

5. Anestesi lokal dengan kumur tenggorokan menggunakan lidokain 2 % Sebanyak 5 ml selama 5 menit dalam posisi duduk

6. Anestesi lokal lanjutan didaerah laring dan faring serta pita suara demgan bantuan kaca laring menggunakan xylocain spray (5-7 semprot ) dilanjutkan dengan instilasi lidokain 2 % sebanyak 5ml kedalam trakea melalui pita suara

7. Pasien siap diperiksa dalam posisi telentang dengan kepala ekstensi maksimal (posisi duduk bila tidak bisa telentang) dengan operator berdiri di belakang kepala pasien

8. Oksimeter ditempelkan pada jari telunjuk [pasien,kanul hidung di pasang dan oksigen di berikan sebesar 3-4 x / menit dan kedua mata ditutup dengan kain penutup untuk mencegah terkena larutan lidokain/pembilasan

9. Mouth piece diletakan di antara gigi atas dan bawah untuk mencegah tergigitnya bronkoskop (jika bronkoskopi melalui mulut)

10. Bila telah sampai pita suara dan pasien terbatuk selama melakukan tindakan, dapat diberi instilasi lidokain 1-2 ml bronkoskop (dosis aksimal lidocain 400mg)

11. Nilai keadaan pita suara,trakea dan kanina,bronkus kanan dan kiri beserta cabang cabangnya sampai bronkus subsegmen

12. Membuat laporan bronkoskopi.a. Tahap I(4)1. Diberikan motivasi tentang tujuan dan akibat yang mungkin timbul dari tindakan bronkhoskopi, diharapkan penderita kooperatif agar tindakan ini berhasil secara maksimal2. Menandatangani surat persetujuan tindakan, baik oleh penderita maupun keluarganya3. Ukur gejala cardinal ( tekanan darah, nadi)b. Tahap II(4)1. Test lidocain 2% 0.1 cc intracutan dan dibaca setelah 15 menit2. Diberikan dipenhydramin 1 cc (10 mg) dan sulfas atropine 2 amp (0.5 mg) intramuscular dan ditunggu selama 30 menit3. Lepas gigi palsu kalau ada (agar tidak tertelan saat penderita batuk, selama dilakukan tindakan bronkhoskopi)4. Sesudah 30 menit dilakukan lokal anestesi dengan pemberian xylocain spray 10% pada pangkal lidah dengan dosis tidak boleh lebih dari 20 kali semprotan5. Instilasi lidocain 2% sebanyak 4-6 cc pada plika vokalis dan trakea. Pemakaian lidocain tidak boleh lebih dari 400 mg6. Penderita ditidurkan dimeja operasi dengan posisi terlentang dan mata ditutup dengan mitella7. Dipasang oxymeter untuk memonitor nadi dan saturasi oksigen8. Diberikan oksigen 2 l/m melalui nasal kanul9. Mouth piece (pengaman gigi) dipasang, selanjutnya operator memasukkan ujung bronkhoskop yang sudah diolesi jelly (lubricating gel) kedalam mulut melalui mouth piece10. Posisi perawat berdiri disebelah kiri penderita dan dokter untuk memudahkan membantu pelaksanaan tindakan tersebut11. Skop masuk malalui plika vokalis, trakea, karina utama, bronkhus dan cabang-cabangnya12. Pada cabang bronkhus yang diduga ada kelainan dilakukan pengambilan specimen dengan cara :

a) Aspirasi BiopsiPengambilan specimen dengan cara memasukkan jarum panjang ditempat yang dicurigai ada keganasan, dihisap dengan disp spuit 50 cc dan specimen disemprotkan diatas ojek glass.b) Biopsi forcep Cara pengambilan jaringan dengan memakai forcep. Forcep diarahkan ketempat yang dicurigai adanya keganasan, mulut forcep dimuka dan ditancapkan ke jaringan tersebut dan ditutup (sesuai aba-aba operator). Hal ini dilakukan 2-3 kali sampai didapatkan jaringan untuk bahan pemeriksaan

c) Bronkhial BrushingDilakukan sikatan ditempat yang dicurigai adanya keganasan atau keradangan untuk mendapatkan bahan pemeriksaan. Dari hasil sikatan dioleskan pada objek glass yang sudah disediakan. Setelah selesai tindakan bronkhoskopi penderita dipindahkan ke ruang khusus untuk observasi selanjutnya, apakah ada komplikasi dari tindakan tersebut

d) Bronkhial Washing

Dilakukan pencucian ditempat yang dicurigai adanya keganasan dan dilakukan sesuadah biopsi. Pencucian pada luka bekas biopsi diharapkan ada sisa-sisa jaringan yang ikut dalam cairan bilas tersebut. 2.8. Komplikasi Pada umumnya FOB mempunyai batas keamanan yang tinggi dengan angka mortaliti 0-0,4 % dengan komplikasi mayor (perdarahan pada waktu dilakukan biopsi, depresi pernafasan, henti jantung, aritmia, dan pneumotoraks) < 1 % pada waktu tindakan bronkoskopi. (4)a. Komplikasi akibat premedikasi. (4)1) Depresi pernapasan

2) Hypotensi

3) Sinkope

4) Henti napas

b. Komplikasi akibat anestesi local. (4)1) Spasme laring

2) Methemoglobinemia

c. Komplikasi akibat tindakan bronkhoskopi.(4)1) Spasme laring

2) Gagal napas

3) Pneumonia

4) Pneumothorax

5) Perdarahan

6) Henti jantung (cardiac arrest)

7) Takikardi2.9. Interpretasi

Pada saat melakukan bronkoskopi, ada beberapa keadaan yang dapat dijumpai, seperti: (4)a. Normal Dimana pada saat dilakukan bronkoskopi tidak dijumpai kelainan pada mukosa ataupun cabang-cabang bronkus. (4)b. Inflamasi Gambaran inflamasi dapat menyeluruh (misalnya bronkitis kronis) ataupun lokal (akibat benda asing). Inflamasi dapat terjadi secara akut (misalnya radang paru yang berhubungan dengan segmental) maupun kronis (misalnya tuberkulosis). (4)

Perubahan peradangan meliputi: (4)1) Hiperemis dan peningkatan vaskularisasi dari mukosa (berwarna gelap atau merah muda atau bahkan merah). Mukosa bronkus normal berupa palepink atau berwarna merah kuning.2) Pembengkakan (swelling)Pada peradangan ringan, tampak sedikit pinggir dari karina tumpul dan buram atau kehilangan kontur sehingga tulang rawan bronkial menonjol. Pada peradangan yang parah terjadi penyempitan mukosa.3) Sekresi Mukosa yang normal hanya sedikit menghasilkan lendir yang berguna untuk pembersihan. Pada waktu peradangan, sekresi menjadi banyak dan sifat sangat bervariasi, misalnya mukoid, tebal dan mukus yang kental (bronkitis kronis), Mukus berupa plague (asma), pus/nanah (infeksi berat).4) Perubahan terlokalisir (localized changes)Reaksi lokal dapat dijumpai pada kelainan seperti pneumonia, abses paru, TBC, aspirasi benda asing, bronkiektasis, karsinoma, dan lain lain.5) Ascociated changes Terutama terlihat pada penderita Penyakit Paru Obstruksi Kronis (PPOK), dimana dijumpai submukosa atrofi, hipertrofi pada dinding membran bronkiol.6) Tuberkulosis Dijumpai peradangan pada endobronkial, distorsi pada lumen trakea/bronkus yang disebabkan limfadenofati ekstrabronkial.c. Tumor.(4) Gambaran bronkoskopi pada tumor, pembesaran kelenjar getah bening atau metastasis dapat dijumpai tiga perubahan utama, yaitu : 1. Distorsi anatomi oleh karena adanya tekanan eksternal pada trakeo bronkial, biasanya disebabkan oleh limfadenopati sekunder berupa pelebaran sudut karina, pembengkakan pada dinding trakea/bronkus utama2. Keterlibatan dari dinding bronkial dengan distorsi lokal atau ulserasi dari mukosa pada sebagian atau seluruh lumina3. Pertumbuhan intraluminer mungkin merupakan awal dari intralumen itu sendiri, dijumpai pelebaran atau ruptur dari kelenjar limfe sekunder melalui dinding bronkial. Pertumbuhan intralumen bisa menutup lumen secara total atau parsial.Tumor Karakteristik BronkhoskopiKarsinoma Berlobus/nekrotik, berwarna putih/krem, permukaan mukusa tampak penonjolan pembuluh darah (engorged)

Karsinoid Berwarna merah cherry, bulat mudah berdarahKondromata Halus, permukaan pucat, konsistensi kasard. Miscellaneous.(4)1) Perdarahan bronkial Dalam beberapa kasus batuk darah (hemoptisis), pemeriksaan bronkoskopi memberikan gambaran normal. Pada perdarahan yang masif dilakukan pembersihan dari trakeobronkial dengan normal salin untuk membantu menemukan sumber perdarahan2) Benda asing Benda asing sering menyebabkan peradangan lokal, bahkan menyebabkan infeksi yang luas dan kerusakan pada bronkial dan jaringan paru distal serta dapat menghasilkan sekresi purulen. 3) Sarcoidosis Tampak dua gambaran utama, yaitu : Pembesaran kelenjar getah bening, karina dan subkarina melebar dan distorsi trakeobronkial Perubahan bentuk mukosa trakeobronkial, hiperemis dan sekresi yang meningkat. 4) Perubahan radiasiPerubahan mengikuti pola umum: segera, reaksi peradangan akut, selanjutnya penyusutan atau hilangnya tumor dengan berkurangnya peradangan, mukosa pucat dan kontraktif jaringan parut setelah beberapa bulan dan terjadi fibrosis pada daerah yang terkena. 5) Trauma trakea Dijumpai fraktur pada dinding trakea atau bronkus. 6) Fistula Bronkopleura Merupakan sekunder dari empiema, abses paru, pecahnya kista paru, pneumotoraks, trauma atau pasca operasi. Pada gambaran bronkoskopi tampak gelembung udara, waktu sekresi tampak gerakan pernafasan. 7) Amiloidosis Jarang terjadi, dinding bronkial berwarna kuning/abu-abu yang menyerupai gambaran carsinomatous infiltratif.

BABIIIPENUTUP3.1. Kesimpulan

Kata bronkoskopi berasal dari bahasa Yunani; broncho yang berarti batang tenggorokan dan scopos yang berarti melihat atau menonton. Jadi, bronkoskopi adalah pemeriksaan visual jalan nafas atau saluran pernafasan paru yang disebut bronkus. Lebih khusus lagi, bronkoskopi merupakan prosedur medis, yang dilakukan oleh dokter yang mempunyai kompetensi di bidangnya dengan memeriksa bronkus atau percabangan paru-paru untuk tujuan diagnostik dan terapeutik (pengobatan). Untuk prosedur ini dokter menggunakan bronkoskop, sejenis endoskop, yang merupakan instrumen untuk pemeriksaan organ dalam tubuh.Manfaat pertama pemeriksaan bronkoskopi ialah melihat langsung keadaan saluran nafas bagian atas maupun saluran nafas bagian bawah. Kelainan yang dapat dilihat secara langsung ( direct findings ) ialah : Tumor

Nekrosis

Pelebaran pembuluh darah

Mukosa yang normal atau irregelar, hiperemik, membengkak

Pengaburan tulang rawan bronkus

Obstruksi

Stenosis

KompresiIndikasi dari bronkoskopi adalah untuk membantu dalam menegakkan diagnosis, sebagai terapeutik serta pre operatif/post operasi.(7)Yang termasuk indikasi diagnostik bronkoskopi antara lain:(7) Batuk

Batuk darah

Mengi dan stridor

Gambaran foto toraks yang abnormal

Pemeriksaan Bronchoalveolar lavage (BAL)

Lymphadenopathy atau massa intrabronkial pada intra toraks

Karsinoma bronkus

Ada bukti sitologi atau masih tersangka

Penentuan derajat karsinoma bronkus

Follow up karsinoma bronkus Yang termasuk indikasi terapeutik bronkoskopi antara lain:(7) Dahak yang tertahan, gumpalan mukus

Benda asing pada trakeobronkial

Pemasangan stent pada trakeobronkial

Dilatasi bronkus dengan menggunakan balon

Kista pada mediastinum

Kista pada bronkus

Mengeluarkan sesuatu dengan bronkoskopi

Brachytherapy Laser therapy Abses paru

Trauma dada

Therapeutic lavage (pulmonary alveolar proteinosis) Yang Termasuk Kontraindikasi Bronkoskopi yaitu kontraindikasi tindakan bronkoskopi terdiri dari kontra indikasi absolut dan relatif.(7). Yang termasuk kontra indikasi absolut:(7) Penderita kurang kooperatif

Keterampilan operator kurang

Fasilitas kurang memadai

Angina yang tidak stabil

Aritmia yang tidak terkontrol

Hipoksia yang tidak respon dengan pemberian oksigen

Yang termasuk kontra indikasi relatif antara lain :(7) Asma berat

Hiperkarbia berat

Koagulopati yang serius

Bulla emfisema berat

Obstruksi trakea

High Positive end-expiratory pressure 3.2. Saran

Dari makalah yang susun ini, pemakala berharap dapat menambah pengetahaun pembaca dan pembaca dapat memahami betul tentang bronkpskopi.

Dan diharapkan seorang dokter harus berpengetahuan luas untuk mendukung prakteknya di masyarakat.

16