iugr (pertumbuhan janin terhambat)
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
IUGR/PJT kini merupakan suatu entitas penyakit yang membutuhkan
perhatian bagi kalangan luas, mengingat dampak yang ditimbulkan jangka pendek
berupa resiko kematian 6-10 kali lebih tinggi jika dibandingkan dengan bayi normal.
Dalam jangka panjang terdapat dampak berupa hipertensi, arteriosklerosis, stroke,
diabetes, obesitas, resistensi insulin, kanker, dan sebagainya. Hal tersebut terkenal
dengan Barker hipotesis yaitu penyakit pada orang dewasa telah terprogram sejak
dalam uterus.
Kini WHO menganjurkan agar kita memperhatikan masalah ini karena akan
memberikan beban ganda. Di Jakarta dalam suatu survey ditemukan bahwa pada
golongan ekonomi rendah, prevalensi PJT lebih tinggi (14%) jika dibandingkan
dengan golongan ekonomi menengah atas (5%).
1
BAB II
LAPORAN KASUS
Seorang ibu hamil umur 24 tahun, G1P0A0, hamil 8 bulan datang ke Puskesmas,
merasa kehamilannya tidak besar.
Pemeriksaan fisik:
Keadaan umum ibu baik
Tanda vital ibu dalam batas normal
Thorak dan jantung normal
Abdomen membuncit lebih kecil dari kehamilan 8 bulan
denyut jantung janin (+)
Laboratorium: Toxoplasma IgM (+)
Hasil laboratorium lain-lain dalam batas normal
2
BAB III
PEMBAHASAN
2.1 Terminologi
IUGR adalah suatu pertumbuhan janin yang terhambat ditentukan bila berat
janin kurang dari 10% dari berat yang harus dicapai pada usia kehamilan tertentu.
Toxoplasma IgM (+) menandakan pasien sedang mengalami infeksi akut dari
Toxoplasma gondii.
2.2 Masalah
Hamil 8 bulan, merasa kehamilan tidak membesar.
Abdomen membuncit lebih kecil dari kehamilan 8 bulan
Pemeriksaan laboratorium toxoplasma IgM (+)
2.3 Hipotesis
Hipotesis yang kelompok kami diskusikan pada pasien ini adalah PJT et causa
Toxoplasmosis.
2.4 Penanganan pada pasien
Periksa kembali IgM dan IgG pasien, Bila pemeriksaan menunjukkan
Toxoplasma IgM (+) dan IgG (-) Pemeriksaan ini harus diulang sampai beberapa kali
setelah pemeriksaan pertama, apa bila hasilnya IgM (-) dan IgG (-) hal ini
menunjukan adanya positive palsu. Tetapi apa bila pada tes yang kedua hasilnya IgM
(+) dan IgG (+) menunjukkan sedang terinfeksi Toxo.
Dan apa bila setelah di tes hasilnya IgM (+) dan IgG (+) Menujukkan infeksi
Toxo yang berlangsung kurang dari 12 bulan terakhir. Hal seperti ini diperlukan
pemeriksaan IgG Toxo avidity. IgG avidity diperlukan untuk mengetahui kapan
infeksi toxo terjadi.
Apa bila saat tes IgG avidity dan hasilnya (>0,3) hal ini menunjukkan bahwa
infeksi Toxo berlangsung kurang dari 12 bulan terakhir, namun Toxoplasma gondii
tak lagi aktif, dan tidak memerlukan pengobatan.
Atau apa bila setelah tes IgG avidity hasilnya rendah, maka hal ini menujukkan
infeksi masih aktif dan memerukan pengobatan.
3
Bila seorang ibu hamil terinfeksi yang masih aktif dan dicurigai janin dalam
kandungan ikut terinfkesi, bisa dilakukan pemeriksaan cairan amnion atau ketuban.
Pada kasus ini usia kehamilan adalah 8 bulan atau 32 minggu, maka menurut
kelompok kami, kami akan lakukan konservatif sampai paru matang, atau pemberian
kortikosteroid untuk pematangan sulfaktan, Kadang-kadang persalinan awal
dianjurkan meskipun janin premature. Hal ini dilakukan apa bila mempertahankan
kehamilan lebih beresiko tinggi dari bersalin lebih awal.
4
BAB IV
TINJAUAN PUSTAKA
4.1 Pertumbuhan Janin Terhambat (PJT)
4.1.1 Definisi
Pertumbuhan janin terhambat (PJT) ditegakkan apabila pada pemeriksaan
ultrasonografi (USG) perkiraan berat badan janin berada di bawah persentil 10
dibawah usia kehamilan atau lebih kecil dari yang seharusnya (sesuai grafik).
Terminologi “kecil untuk masa kehamilan” adalah berat badan bayi yang tidak sesuai
dengan masa kehamilan dan dapat muncul pada bayi cukup bulan atau prematur. Pada
umumnya janin tersebut memiliki tubuh yang kecil dan risiko kecacatan atau
kematian bayi kecil akan lebih besar baik pada saat dilahirkan ataupun setelah
melahirkan.
4.1.2 Epidemiologi
Kejadian PJT bervariasi, berkisar 4-8% pada negara maju dan 6-30% pada
negara berkembang. Prevalensi di dunia 3-10%/ dan di Indonesia, pada penelitian
pendahuluan, 2004-2005: 4,40%.
4.1.3 Klasifikasi
1. PJT tipe I atau dikenal juga sebagai tipe simetris. Terjadi pada kehamilan
0-20 minggu,terjadi gangguan potensi tubuh janin ntuk memperbanyak sel
(hiperplasia), umumnya disebabkan oleh kelainan kromosom atau infeksi.
2. PJT tipe II atau dikenal juga sebagai tipe asimetris.terjadi pada kehamilan
24-40 minggu, yaitu gangguan potensi tubuh janin untuk memperbesar sel
(hipertrpi), misalnya pada hipertensi dalam kehamilan disertai insufisiensi
plasenta.
4.1.4 Etiologi
1. Faktor Ibu
a. Penyakit hipertensi (kelainan vaskular ibu).
5
Pada trimester kedua terdapat kelanjutan migrasi interstitial dan
endotelium trophoblas masuk jauh ke dalam arterioli miometrium sehingga
aliran menjadi tanpa hambatan menuju retroplasenter sirkulasi dengan
tetap. Aliran darah yang terjamin sangat penting artinya untuk tumbuh
kembang janin dengan baik dalam uterus. Dikemukakan bahwa jumlah
arteri-arterioli yang didestruksi oleh sel trophoblas sekitar 100-150 pada
daerah seluas plasenta sehingga cukup untuk menjamin aliran darah tanpa
gangguan pada lumen dan arteri spiralis terbuka. Gangguan terhadap
jalannya destruksi sel trophoblas ke dalam arteri spiralis dan arteriolinya
dapat menimbulkan keadaan yang bersumber dari gangguan aliran darah
dalam bentuk “iskemia retroplasenter”. Dengan demikian dapat terjadi
bentuk hipertensi dalam kehamilan apabila gangguan iskemianya besar
dan gangguan tumbuh kembang janin terjadi apabila iskemia tidak terlalu
besar, tetapi aliran darah dengan nutrisinya merupakan masalah pokok.
b. Kelainan uterus.
Janin yang tumbuh di luar uterus biasanya mengalami hambatan
pertumbuhan.
c. Kehamilan kembar.
Kehamilan dengan dua janin atau lebih kemungkinan besar dipersulit
oleh pertumbuhan kurang pada salah satu atau kedua janin dibanding
dengan janin tunggal normal. Hambatan pertumbuhan dilaporkan terjadi
pada 10 s/d 50 persen bayi kembar.
d . Keadaan gizi
Wanita kurus cenderung melahirkan bayi kecil, sebaliknya wanita
gemuk cenderung melahirkan bayi besar. Agar nasib bayi baru lahir
menjadi baik, ibu yang kurus memerlukan kenaikan berat badan yang lebih
banyak dari pada ibu-ibu yang gemuk dalam masa kehamilan. Faktor
terpenting pemasukan makanan adalah lebih utama pada jumlah kalori
yang dikonsumsi setiap hari dari pada komposisi dari kalori. Dalam masa
hamil wanita keadaan gizinya baik perlu mengkonsumsi 300 kalori lebih
banyak dari pada sebelum hamil setiap hari. Penambahan berat badan yang
kurang di dalam masa hamil menyebabkan kelahiran bayi dengan berat
badan yang rendah.
6
e. Perokok
Kebiasaan merokok terlebih dalam masa kehamilan akan melahirkan
bayi yang lebih kecil sebesar 200 sampai 300 gram pada waktu lahir.
Kekurangan berat badan lahir ini disebabkan oleh dua faktor yaitu :
1) Wanita perokok, cenderung makan sedikit karena itu ibu akan
kekurangan substrat di dalam darahnya yang bisa dipergunakan oleh
janin.
2) Merokok menyebabkan pelepasan epinefrin dan norepinefrin yang
menyebabkan vasokonstriksi yang berkepanjangan sehingga terjadi
pengurangan jumlah pengaliran darah kedalam uterus dan yang sampai
ke dalam ruang intervillus.1
2. Faktor Anak
a. Kelainan congenital
b. Kelainan genetik
c. Infeksi janin
Misalnya penyakit TORCH (toksoplasma, rubela, sitomegalovirus, dan
herpes). Infeksi intrauterine adalah penyebab lain dari hambatan
pertumbuhan intrauterine.banyaktipe seperti pada infeksi oleh TORCH
(toxoplasmosis, rubella, cytomegalovirus, dan herpes simplex) yang bisa
menyebabkan hambatan pertumbuhan intrauterin sampai 30% dari
kejadian. Infeksi AIDS pada ibu hamil menurut laporan bisa mengurangi
berat badan lahir bayi sampai 500 gram dibandingkan dengan bayi-bayi
yang lahir sebelum terkena infeksi itu.
Diperkirakan infeksi intrauterin meninggikan kecepatan metabolisme
pada janin tanpa kompensasi peningkatan transportasi substrat oleh
plasenta sehingga pertumbuhan janin menjadi subnormal atau dismatur.
d. Faktor Plasenta
Penyebab faktor plasenta dikenal sebagai insufisiensi plasenta. Faktor
plasenta dapat dikembalikan pada faktor ibu, walaupun begitu ada
beberapa kelainan plasenta yang khas seperti tumor plasenta. Sindroma
insufisiensi fungsi plasenta umumnya berkaitan erat dengan aspek
morfologi dari plasenta.
7
4.1.5 Gejala Klinis
Gejala Klinis pada Pertumbuhan Janin Terhambat adalah:
1. Gangguan pada uterus dan janin untuk tumbuh normal diatas periode 4
minggu
2. TFU paling sedikit kurang dari 2cm dari harapan untuk jumlah
terhadap usia kehamilan dari pengukuran TFU sebelumnya
3. Kekurangan penambahan berat bdan ibu
4. Gerakan janin yang kurang
5. Kekurangan volume cairan amnion
6. Lingkar abdomen kecil
7. Tungkai yang kurus (masa otot menurun)
8. Kulit keriput (lemak subkutis menurun)
4.1.6 Pemeriksaan Penunjang
1. USG
2. Tinggi fundus uteri
3. Taksiran berat janin
4. NST (non stress test)
4.1.7 Penatalaksanaan
Terminasi mutlak bila umur kehamilan lebih atau sama dengan 37 minggu,
dan untuk usia 32-36 minggu lakukan konservatif sampai paru matang, dan apa bila
usia kehamilan kurang dari 32 minggu lakukan perawatan konservatif tidak
menjanjikan, sebagian kasus berakhir dengan terminasi.
Kematangan paru janin perlu di perhatikan dengan pemeriksaan rasio
lesitin/sfingomielin air ketuban.Bila ternyata paru-paru janin telah matang (rasio L/S
=2 atau lebih) kadang-kadang persalinan awal dianjurkan meskipun janin premature.
Hal ini dilakukan apa bila mempertahankan kehamilan lebih beresiko tinggi dari
bersalin lebih awal.
Pengobatan terhadap wanita hamil dengan infeksi Toksoplasma gondii,
Pengobatan dalam kehamilan masih bersifat kontroversial, karena obat dapat
membahayakan janin yang dikandung. Oleh karena itu, wanita hamil biasanya tidak
mendapat obat-obatan, kecuali jika suatu organ vital, misalnya mata, otak atau jantung
8
terinfeksi atau jika gejalanya berat dan menetap di dalam tubuh. Namun pengobatan
pada wanita hamil yang secara imunologis normal namun terinfeksi Toksoplasma
gondii pada saat konsepsi (infeksi primer) dapat mengurangi peluang infeksi pada
plasenta dan keparahan kelainan kongenital pada janin kurang lebih 60%. Obat-
obatan yang digunakan adalah obat-obatan yang kemungkinan dapat menembus sawar
plasentanya sedikit dan tidak bersifat teratogenik, yaitu Spiramycin yang diberikan
pada trimester pertama.
Alasan digunakannya Spiramycin untuk menangani infeksi primer pada kehamilan
adalah :
- Aktivitas intraselularnya sangat tinggi
- Konsentrasi di plasenta yang sangat tinggi (6,2 mg/L ), sehingga dapat
mencegah infiltrasi-infeksi maternal kejanin.
- Aman bagi fetus, karena hanya sedikit kadar Spiramycin yang dapat
menembus plasenta.
- Ditoleransi dengan baik oleh ibu hamil.
Pengobatan terhadap toksoplasmosis kongenital, semua bayi yang baru lahir yang
terinfeksi harus diobati, baik yang simptomatik ataupun asimptomatik. Pada bayi
dengan infeksi kongenital, pengobatan mungkin efektif dalam mengatasi penyakit
akut interuptif yang merusak organ vital. Bayi harus diobati selama 1 tahun.
Untuk 6 bulan pertama, diberikan Pirimetamin, sulfonamide, Kalsium Leukovorin,
ketentuannya adalah sebagai berikut ;
Pirimetamin diberikan secara oral, dengan dosis dan ketentuan 1-2 mg/kg/24
jam selama 2 hari, kemudian 1 mg/kg/24 jam selama 2 bulan, kemudian 1
mg/kgBB/24 jam 3 kali dalam 1 minggu.
Sulfonamida diberikan dengan dosis 100 mg/kgBB, diberikan dosis
pembebanan, kemudian 100 mg/kgBB/24 jam dalam dua dosis terbagi.
Kalsium Leukovorindengandosis 5-10 mg/ 24 jam dalamdua dosis terbagi.
Untuk 6 bulan berikutnya, regimen diatas tetap diteruskan, atau diberikan selang
sebulan dengan Spiramycin 50 mg/kgBB dua kali dalam satu hari.
Untuk bayi dengan keterlibatan sedang sampai berat, dalam hal ini yang dimaksud
adalah simptomatik, regimen 6 bulan pertama dapat dilanjutkan sampai 1 tahun
9
penuh atau dimodifikasikan dengan pemberian Pirimetamin 1mg/kgBB/24 jam
selama 6 bulan pertama.2
4.1.8 Komplikasi
Hipoksia
Hipertensi pulmonal persisten
Sindrom distress nafas
Aspirasi mekonium
Hipotermia
Metabolik
Hipoglikemia
Hiperglikemia
Hipokalsemia
GangguanHematologi
PerubahanImunitas2
4.1.9 Prognosis
Pengobatan yang spesifik lebih awal biasanya prognosisnya baik karena dapat
menghilangkan gejala klinis ataupun mencegah kerusakan lebih lanjut dari
manifestasi toksoplasmosis. Sedangkan keterlambatan diagnosis dan terapi,
dihubungkan dengan prognosis yang lebih buruk.
4.2 Toxoplasma
4.2.1 Definisi
Toxoplasma gondii merupakan suatu protozoa intraseluler obligat didapat
secara oral, secara transplasental, atau jarang, secara parenteral pada kecelakaan
laboratorium, melalui transfusi atau dari organ yang transplantasi. Penyakit yang
ditimbulkan yaitu Toxoplasmosis kongenital dan Toxoplasmosis akuisita.3
4.2.2 Klasifikasi
Kingdom Animalia
Sub Kingdom Protozoa
10
Filum Apicomplexa
Kelas Conoidasida
Sub Kelas Coccidiasina
Ordo Eucoccidiorida
4.2.3
4.2.4 Daur Hidup
A. Daur hidup Toxoplasma gondii pada manusia
Dalam sel epitel usus kucing berlangsung daur seksual (skizogoni) dan daur
seksual (gametogoni sporogoni) ookista (dalam tinja kucing)
Trofozoit (apabila tertelan manusia) Takizoit kista
(berisi bradizoit).
- Pada hospes perantara tidak dibentuk stadium seksual tetapi dibentuk
pada stadium istirahat yaitu kista jaringan.
- Bila kucing sebagai hospes definitive makan hospes perantara yang
terinfeksi, maka terbentuk lagi berbagai stadium seksual didalam sel epitel usus
kecilnya
B. Daur hidup Toxoplasma gondii pada kucing
Jaringan tubuh kucing trofozoit Takizoit (berkembang
secara endodiogenis) sel pecah Membentukdinding
(kista jaringan).
11
Sub Ordo Eimerioorina
Famili Sarcocystidae
Genus Toxoplasma
Spesies Toxoplasma gondii
- Kista jaringan ini dapat ditemukan didalam hospes seumur hidup
terutama di otak, otot jantung dan otot bergaris. Di otak kista berbentuk lonjong
atau bulat, sedangkan di otot kista mengikuti bentuk sel otot.4
4.2.5 Etiologi
1. Pada Toksoplasmosis kongenial transmisi Toxoplasma kepada janin
terjadi in utero melalui plasenta, bila ibunya mendapat infeksi primer waktu
hamil
2. Pada Toksoplasmosis akuisita infeksi dapat terjadi bila memakan
daging mentah atau kurang matang (misalnya sate), kalau daging tersebut
mengandung kista jaringan atau takizoit Toxoplasma. Pada orang yang tidak
makan daging dapat terinfeksi bila ookista yang dikeluarkan dengan tinja
kucing tertelan.
3. Terinfeksi melalui transplantasi organ tubuh dari donor penderita
toksoplasmosis laten kepada resipien yang belum pernah terinfeksi
Toxoplasma gondii.
4. Kecelakaan laboratorium dapat terjadi melalui jarum suntik dan alat
laboratoriurn lain yang terkontaminasi oleh Toxoplasma gondii.
5. Transfusi darah lengkap dapat menyebabkan infeksi.3
4.2.6 Patofisiologi
Manusia dapat terinfeksi oleh Toxoplasma gondii dengan berbagai cara. Pada
toksoplasmosis kongenital, transmisi toksoplasma kepada janin terjadi melalui
plasenta bila ibunya mendapat infeksi primer waktu hamil. Pada toksoplasmosis
akuista, infeksi dapat terjadi bila makan daging mentah atau kurang matang ketika
daging tersebut mengandung kista atau trofozoit Toxoplasma gondii. Tercemarnya
alat-alat untuk masak dan tangan oleh bentuk infektif parasit ini pada waktu
pengolahan makanan merupakan sumber lain untuk penyebaran Toxoplasma gondii.
Pada orang yang tidak makan daging pun dapat terjadi infeksi bila ookista yang
dikeluarkan dengan tinja kucing tertelan. Kontak yang sering terjadi dengan hewan
terkontaminasi atau dagingnya. Juga mungkin terinfeksi melalui transplantasi organ
tubuh dari donor penderita toksoplasmosis laten kepada resipien yang belum pernah
terinfeksi Toxoplasma gondii. Infeksi juga dapat terjadi di laroratorium pada orang
12
yang bekerja dengan binatang percobaan yang diinfeksi dengan Toxoplasma gondii
yang hidup. Infeksi dengan Toxoplasma gondii juga dapat terjadi waktu mengerjakan
autopsy.
Setelah terjadi infeksi Toxoplasma gondii ke dalam tubuh akan terjadi proses
yang terdiri dari tiga tahap yaitu parasitemia, di mana parasit menyerang organ dan
jaringan serta memperbanyak diri dan menghancurkan sel-sel inang. Perbanyakan diri
ini paling nyata terjadi pada jaringan retikuloendotelial dan otak, di mana parasit
mempunyai afinitas paling besar. Pembentukan antibodi merupakan tahap kedua
setelah terjadinya infeksi. Tahap ketiga rnerupakan fase kronik, terbentuk kista-kista
yang menyebar di jaringan otot dan saraf, yang sifatnya menetap tanpa menimbulkan
peradangan lokal. Infeksi primer pada janin diawali dengan masuknya darah ibu yang
mengandung parasit tersebut ke dalam plasenta, sehingga terjadi keadaan plasentitis
yang terbukti dengan adanya gambaran plasenta dengan reaksi inflamasi menahun
pada desidua kapsularis dan fokal reaksi pada vili. Inflamasi pada tali pusat jarang
dijumpai.Kemudian parasit ini akan menimbulkan keadaan patologik yang
manifestsinya sangat tergantung pada usia kehamilan.4
4.2.7 Pemeriksaan Penunjang
Diagnosis infeksi protozoa ini dilakukan dengan mendapatkan antibodi IgM
dan IgG anti Toxoplasma gondii dalam tes serologi.
Bila pemeriksaan menunjukkan Toxoplasma IgM (-) dan IgG (+)
Infeksi Toxo yang sudah lama, yakni lebih dari 12 bulan, dan
Toxoplasma gondii tidak aktif lagi, jadi tidak diperlukan pengobatan.
Bila pemeriksaan menunjukkan Toxoplasma IgM (+) dan IgG (-)
Pemeriksaan ini harus diulang sampai beberapa kali setelah
pemeriksaan pertama, apa bila hasilnya IgM (-) dan IgG (-) hal ini
menunjukan adanya positive palsu. Tetapi apa bila pada tes yang kedua
hasilnya IgM (+) dan IgG (+) menunjukkan sedang terinfeksi Toxo.
Bila pemeriksaan menunjukkan Toxoplasma IgM (+) dan IgG (+)
Menujukkan infeksi Toxo yang berlangsung kurang dari 12 bulan
terakhir. Hal seperti ini diperlukan pemeriksaan IgG Toxo avidity. IgG
avidity diperlukan untuk mengetahui kapan infeksi toxo terjadi.
Dan apa bila saat tes IgG avidity dan hasilnya (>0,3) hal ini
menunjukkan bahwa infeksi Toxo berlangsung kurang dari 12 bulan 13
terakhir, namun Toxoplasma gondii tak lagi aktif, dan tidak
memerlukan pengobatan.
Atau apa bila setelah tes IgG avidity hasilnya rendah, maka hal ini
menujukkan infeksi masih aktif dan memerukan pengobatan.
Bila seorang ibu hamil terinfeksi yang masih aktif dan dicurigai janin dalam
kandungan ikut terinfkesi, bisa dilakukan pemeriksaan cairan amnion atau ketuban.
4.2.7 Prognosis
Penderita toksoplasmosis yang didapat setelah lahir adalah baik, kecuali jika
terjadi gangguan sistem kekebalan (seperti pada penderita AIDS, yang seringkali
berakibat fatal).5
DAFTAR PUSTAKA
14
1. Carlo WA. Prematurity andntrauterine growth restriction. In:
KliegmanRM,Behrman RE, Jenson HB, Stanton BF, eds. Nelson Textbook of
Pediatrics. 19th ed. Philadelphia, PA: Elsevier Saunders;2011:chap 91.
2. McLeod Rima, Remington Jack.S. ToksoplasmosisdalamBehrman,RE,
Vaughan, VC, Nelson, WE (ed), IlmuKesehatanAnak (Nelson Textbook of
Pediatrics) alihbahasaSiregar, MR, Maulani, Rf. Edisi XV. Jilid I. Volume
2.EGC. Jakarta. 2000. Hal : 1204 - 1214
3. Sutanto, Inge dkk. Buku Ajar Parasitologi Kedokteran. Edisi ke-4. 2011.
Jakarta : FKUI.h.162-64
4. Rennie JM, Roberton NRC. Congenital toxoplasmosis dalam textbook of
neonatology 3 RD ed. Philadelphia 1999;1170-1173
5. Rukmono B, Hoedojo, Djakaria Ns. Toksoplasma gondii dalam dasar
pasrisitologi klinis edisi 3.PT Gramedia 1982;2455-74
15