askep iugr

29
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Kehidupan manusia dimulai sejak masa janin dalam rahim ibu. Sejak itu, manusia kecil telah memasuki masa perjuangan hidup yang salah satunya menghadapi kemungkinan kurangnya zat gizi yang diterima dari ibu yang mengandungnya. Jika zat gizi yang diterima dari ibunya tidak mencukupi maka janin tersebut akan mempunyai konsekuensi kurang menguntungkan dalam kehidupan berikutnya. Sejarah klasik tentang dampak kurang gizi selama kehamilan terhadap outcome kehamilan telah banyak didokumentasikan. Fenomena the Dutch Famine menunjukkan bahwa bayi-bayi yang masa kandungannya (terutama trimester 2 dan 3) jatuh pada saat-saat paceklik mempunyai rata-rata berat badan, panjang badan, lingkar kepala, dan berat placenta yang lebih rendah dibandingkan bayi-bayi yang masa kandungannya tidak terpapar masa paceklik dan hal ini terjadi karena adanya penurunan asupan kalori, protein dan zat gizi essential lainnya. 1

Upload: rizkiseptiawan

Post on 30-Nov-2015

592 views

Category:

Documents


26 download

TRANSCRIPT

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang

Kehidupan manusia dimulai sejak masa janin dalam rahim ibu. Sejak itu,

manusia kecil telah memasuki masa perjuangan hidup yang salah satunya

menghadapi kemungkinan kurangnya zat gizi yang diterima dari ibu yang

mengandungnya. Jika zat gizi yang diterima dari ibunya tidak mencukupi maka

janin tersebut akan mempunyai konsekuensi kurang menguntungkan dalam

kehidupan berikutnya.

Sejarah klasik tentang dampak kurang gizi selama kehamilan terhadap

outcome kehamilan telah banyak didokumentasikan. Fenomena the Dutch Famine

menunjukkan bahwa bayi-bayi yang masa kandungannya (terutama trimester 2

dan 3) jatuh pada saat-saat paceklik mempunyai rata-rata berat badan, panjang

badan, lingkar kepala, dan berat placenta yang lebih rendah dibandingkan bayi-

bayi yang masa kandungannya tidak terpapar masa paceklik dan hal ini terjadi

karena adanya penurunan asupan kalori, protein dan zat gizi essential lainnya.

Gangguan pertumbuhan janin ada 2 yaitu makrosmia dan IUGR (PJT).

Kejadian PJT bervariasi, berkisar 4-8% pada negara maju dan 6-30% pada negara

berkembang. Hal ini perlu menjadi perhatian karena besarnya kecacatan dan

kematian yang terjadi akibat PJT. Pada kasus-kasus PJT yang sangat parah dapat

berakibat janin lahir mati (stillbirth) atau jika bertahan hidup dapat memiliki efek

buruk jangka panjang dalam masa kanak-kanak nantinya.

Kasus-kasus PJT dapat muncul, sekalipun sang ibu dalam kondisi sehat,

meskipun, faktor-faktor kekurangan nutrisi dan perokok adalah yang paling

sering. Menghindari cara hidup berisiko tinggi, makan makanan bergizi, dan

lakukan kontrol kehamilan (prenatal care) secara teratur dapat menekan risiko

munculnya PJT.

1

Gangguan pertumbuhan janin yang lain adalah makrosomia, yaitu Berat

Badan lahir Lebih dari 4 kg. Bayi makrosomia bisa disebabkan empat faktor: 1)

Faktor kondisional, yaitu yang tak diketahui penyebabnya. Misalnya, orangtuanya

memang besar atau karena memang lingkungannya (faktor gizi) yang

memungkinkan bayi mempunyai BBL besar; 2) Ibu hamil menderita diabetes

mellitus; 3) Ibu yang mengalami kelebihan berat badan (obesitas); dan 4) Ibu

yang mengalami kehamilan lebih bulan.

1.2. Tujuan

1.2.1. Tujuan Umum

Adapun tujuan umumnya adalah agar pembaca mengetahui, mengerti

dan mampu melaksanakan asuhan keperawatan pada pasien dengan

“Gangguan pertumbuhan janin”.

1.2.2. Tujuan Khusus

Adapun tujuan khususnya adalah agar pembaca mengetahui, mengerti

dan mampu melaksanakan:

a. Pengkajian keperawatan pada pasien yang mengalami gangguan

pertumbuhan janin.

b. Diagnosa keperawatan pada pasien yang mengalami gangguan

pertumbuhan janin.

c. Intervensi keperawatan pada pasien yang mengalami gangguan

pertumbuhan janin

d. Implementasi keperawatan pada pasien yang mengalami gangguan

pertumbuhan janin

e. Evaluasi keperawatan pada pasien yang mengalami gangguan

pertumbuhan janin

2

1.3. Manfaat

a. Mahasiswa mampu melaksanakan pengkajian keperawatan pada pasien

dengan gangguan pertumbuhan janin.

b. Mahasiswa mampu melaksanakan diagnosa keperawatan pada pasien dengan

gangguan pertumbuhan janin.

c. Mahasiswa mampu melaksanakan intervensi keperawatan pada pasien dengan

gangguan pertumbuhan janin.

d. Mahasiswa mampu melaksanakan implementasi keperawatan pada pasien

dengan gangguan pertumbuhan janin.

e. Mahasiswa mampu melaksanakan evaluasi keperawatan pada pasien dengan

gangguan pertumbuhan janin.

3

BAB II

KONSEP PENYAKIT

Proses Pertumbuhan janin dari minggu ke minggu mengalami perkembangan.

Perubahan–perubahan yang terjadi diharapkan dalam keadaan normal

Akan tetapi tidak menutup kemungkinan terjadi penyimpangan – penyimpangan

seperti pertumbuhan janin yang terhambat dan kelainan – kelainan pada janin lainnya.

Banyak faktor yang mempengaruhi pertumbuhan janin diantaranya : faktor genetic,

faktor lingkungan dan factor nutrisi.

Gangguan pertumbuhan janin terbagi dua, yaitu makrosomia (bayi lahir besar,

> 4 kg) dan IUGR. IUGR (Intra Uterine Growth Restriction) bisa juga disebut dengan

istilah small for gestational age (SGA) atau Pertumbuhan Janin Terhambat (PJT).

“Istilah ini menggambarkan kondisi janin lebih kecil dari yang diharapkan sesuai

dengan usia kehamilan, yaitu bayi yang berat badan lahirnya sama dengan atau lebih

rendah dari persentil ke-10 untuk masa kehamilan pada Denver Intrauterine Growth

Curves,” jelas dr. M.S. Nadir Chan, SpOG (K). Artinya janin memiliki berat kurang

dari 90 persen dari keseluruhan (baik ukuran atau berat) dalam usia kehamilan yang

sama, dibandingkan dengan janin normal. Janin dengan PJT dapat terjadi pada janin

dengan usia kehamilan prematur, aterm (cukup bulan) maupun post matur (lebih

bulan). Gangguan pertumbuhan janin dalam kehamilan (=IUGR=FGR) merupakan

kejadian yang sering ditemukan dalam bidang obstetri. Kelainan ini meningkatkan

morbiditas dan mortalitas bayi nomor 2 setelah prematuritas

2.1. Definisi

IUGR adalah ketidaknormalan pertumbuhan dan perkembangan dari

fetus, yang mana terjadi 3-7% dari persalinan, tergantung pada criteria diagnose

yang dipergunakan. Pertumbuhan fetus yang terhambat beresiko tinggi untuk

terjadinya kesakitan dan kematian.

4

Definisi menurut WHO (1969), janin yang mengalami pertumbuhan yang

terhambat adalah janin yang mengalami kegagalan dalam mencapai berat standard

atau ukuran standard yang sesuai dengan usia kehamilannya. Pertumbuhan Janin

Terhambat atau Intra Uterine Growth Restriction adalah suatu keadaan dimana

terjadi gangguan nutrisi dan pertumbuhan janin yang mengakibatkan berat badan

lahir dibawah batasan tertentu dari usia kehamilannya. Menurut Gordon, JO

(2005) pertumbuhan janin terhambat-PJT (Intrauterine growth restriction)

diartikan sebagai suatu kondisi dimana janin berukuran lebih kecil dari standar

ukuran biometri normal pada usia kehamilan. Kadang pula istilah PJT sering

diartikan sebagai kecil untuk masa kehamilan-KMK (small for gestational age).

Janin yang beratnya dibawah presentil ke 10 usia kehamilannya dan

lingkaran perut dibawah presentil ke 2,5. Standar berat badan bayi yang disebut

cukup bulan adalah 2500. Definisi yang sering dipakai adalah bayi-bayi yang

mempunyai berat badan dibawah 10 persentil dari kurva berat badan bayi yang

normal). Dalam 5 tahun terakhir, istilah Retardation pada Intra Uterine Growth

Retardation (IUGR) telah berubah menjadi Restriction oleh karena Retardasi lebih

ditekankan untuk mental.

2.2. Etiologi

Penyebab terjadinya gangguan pertumbuhan pada janin:

a. Penyebab ibu

1) Fisik ibu yang kecil

Nutrisi

Status gizi ibu bukan merupakan yang membatasi kecuali pada

kasus- kasus kelaparan yang ekstrim, kekurangan gizi yang ekstrim

dapat menyebabkan BBLR.

Kenaikan berat  tidak adekuat selama kehamilan dapat

menyebabkan PJT.

5

Kenaikan berat badan ibu selama kehamilan sebaiknya 9-16 kg.

apabila  wanita  dengan   berat  badan   kurang  harus  ditingkatkan  

sampai   berat   badan   ideal  ditambah dengan 10-12 kg

2) Penyakit ibu kronik

Kondisi   ibu   yang  memiliki   hipertensi   kronik,   penyakit  

jantungsianotik,   diabetes,   serta   penyakit vaskular kolagen dapat

menyebabkan PJT. Semua penyakit ini dapat menyebabkan pre-eklampsia

yang dapat membawa ke PJT

3) Kebiasaan seperti merokok, mengkonsumsi alkohol dan narkoba

b. Penyebab janin

1) Infeksi selama kehamilan

Infeksi bakteri, virus, protozoa dapat menyebabkan PJT. Rubela

dan cytomegalovirus (CMV) adalah infeksi yang sering menyebabkan PJT.

2) Kelainan bawaan dan kelainan kromosom

Gangguan terjadi sejak semula pertemuan kromosom, termasuk

kromosom sel.

Kelaianan kromosom  seperti   trisomi  atau  triploidi  dan

kelainan  jantung bawaan yang berat   sering berkaitan dengan PJT.

Trisomi 18 berkaitan dengan PJT simetris serta polihidramnion (cairan

ketuban berlebih). Trisomi 13 dan sindroma Turner juga berkaitan dengan

PJT.

3) Pajanan patogen (zat yang berbahaya bagi pertumbuhan janin)

Berbagai macam zat yang bersifat teratogen seperti obat anti

kejang, rokok, narkotik, dan alkohol dapat menyebabkan PJT.

c. Penyebab uterus dan plasenta (ari-ari)

Pada plasenta, gangguan pasokan darah ke uterus atau permukaan

plasenta yang tidak luas dapat menyebabkan gangguan pertumbuhan yang

serius pada janin. Pelepasan plasenta pada pinggir-pinggirnya dalam

kehamilan muda disertai perdarahan dan pembentukan parut disana (placenta

6

circumvallata) bisa membatasi pertumbuhan janin dan menyebabkan

hambatan pertumbuhan interuterin. Implantasi plasenta pada daerah serviks

bisa menyebabkan pertumbuhan plasenta terbatas. Plasenta yang mempunyai

banyak infark kecil-kecil kehilangan luas permukaan untuk pertukaran dan

merusak pengangkutan substrat yang mencukupi kepada janin. Solusio

plasenta yang kronik mengurangi luas permukaaan fungsionalnya dan dengan

demikian juga dapat menyebabkan hambatan pertumbuhan interuterin pada

janin.

2.3. Manifestasi klinis

PJT dicurigai apabila terdapat riwayat PJT sebelumnya dan ibu dengan

penyakit kronik. Selain itu peningkatan berat badan yang tidak adekuat juga

dapat mengarah ke PJT. Dokter dapat menemukan ukuran rahim yang lebih kecil

dari yang seharusnya.

Bayi-bayi yang dilahirkan dengan PJT biasanya:

a. tampak kurus,

b. pucat,

c. berkulit keriput.

d. Tali pusat umumnya tampak rapuh dan layu dibanding pada bayi normal

yang tampak tebal dan kuat.

PJT muncul sebagai akibat dari berhentinya pertumbuhan jaringan atau

sel. Hal ini terjadi saat janin tidak mendapatkan nutrisi dan oksigenasi yang

cukup untuk perkembangan dan pertumbuhan organ dan jaringan, atau karena

infeksi.

Bayi-bayi yang dilahirkan dengan PJT akan mengalami keadaan berikut

:

Penurunan level oksigenasi

Nilai APGAR rendah (suatu penilaian untuk menolong identifikasi

adaptasi bayi segera setelah lahir)

7

Aspirasi mekonium (tertelannya faeces/tinja bayi pertama di dalam

kandungan) yang dapat berakibat sindrom gawat nafas

Hipoglikemi (kadar gula rendah)

Kesulitan mempertahankan suhu tubuh janin

Polisitemia (kebanyakan sel darah merah)

2.4. Patofisiologi

Secara Klinis IUGR dibagi 3, berdasarkan waktu kapan mulai dan berapa

lamanya pengaruh yang menghambat pertumbuhan itu berlangsung.

a. Type 1, simetrik IUGR atau proporsional (kronis)

Type 1 IUGR menunjuk pada bayi dengan potensi penurunan

pertumbuhan. Type IUGR ini dimulai pada gestasi yang lebih awal, dan

semua fetus ini menurut perbandingan SGA. Lingkar dada dan kepala,

panjang dan beratnya semua dibawah 10 persentil untuk usia kehamilan, tetapi

bayi ini memiliki Indek Ponderal yang normal.Type 1 IUGR merupakan

akibat dari hambatan pertumbuhan pada awal kehamilan. Pada tahapan awal

pertumbuhan embrio fetus, ditandai dengan mitosis pada usia kehamilan 4

sampai dengan 20 minggu yang disebut fase hiperplasti.Apabila ada kondisi

patologis selama fase ini akan mengurangi jumlah sel untuk bayi.

IUGR simetrik terjadi pada 20-30% pada fetus yang mengalami

hambatan pertumbuhan. Keadaan ini disebabkan adanya hambatan mitosis

ketika terjadi infeksi dalam kandungan (misalnya, herpes simplek, rubella,

cytomegalovirus dan toksoplasma), kelainan kromosom, dan kelainan

congenital. Harus diingat, bagaimanapun, fetus yang simetris mungkin secara

aturan kecil dan menderita tetapi tidak semuanya mengalami

ketidaknormalan.

Secara umum, IUGR Type 1 berhubungan dengan prognosisi

yang tidak baik ; ini berhubungan dengan kondisi phatologis yang

menyebabkannya. Weiner dan Wiliamson menunjukkan,ada tidak adanya

8

factor resiko yang diidentifikasi dari ibu, diperkirakan 25% beberapa fetus

yang dinilai, hambatan pertumbuhan yang dimulai lebih awal terjadi pada

aneuploidy. Oleh karena itu, penilaian sample darah pada umbilical

(Percutaneus Umbillical Blood Sampling), betul betul direkomendasikan

untuk mengetahui Karyotype abnormal.

b. Type 2, Asimetrik IUGR atau disproportional (akut)

Type 2 atau Asymetrik, IUGR menunjuk pada hambatan pertumbuhan

pada neonatus dan frekuensi terbanyak berhubungan dengan isufisiensi

uteroplasental. Type 2 IUGR merupakan hasil keterlambatan pertumbuhan

Type 1 dan selalu terjadi sesudah minggu ke 28 dari kehamilan. Seperti yang

dikatakan oleh Vorherr3, pada akhir trimester II, pertumbuhan fetus normal

ditandai dengan adanya Hipertropi. Pada fase hipertropi, secara cepat telah

terjadi peningkatan ukuran sel dan pembentukan lemak, otot, tulang dan

jaringan yang lainnya. Hambatan pertumbuhan fetus yang asimetrik, total

jumlah sel mendekati normal, tetapi sel sel tersebut mengalami

penurunan/pengecilan ukuran. Fetus IUGR asimetris memiliki Indek Ponderal

yang rendah dibandingkan dengan rata rata bawah berat bayi, tetapi ukuran

lingkar kepala dan panjang lengan adalah normal. Pada beberapa kasus

asimetrik IUGR, pertumbuhan fetus adalah normal sampai dengan akhir

Trimester II dan awal Trimeseter III, ketika pertumbuhan kepala tetap normal,

sedangkan pertumbuhan abdominal lambat (Brain Sparring Effect). Type

Asymetris ini merupakan hasil dari mekanisme kompensasi fetus dalam

memberikan reaksi terhadap fase penurunan perfusi plasenta. Terjadinya

pendistribusian ulang dari Fetal Cardiac Output, dengan penurunan aliran ke

otak, hati, dan adrenal dan penurunan cadangan glikogen dan liver mass.

Bagaimanapun, isufisiensi plasenta adalah merugikan selama akhir kehamilan,

pertumbuhan kepala menjadi rata, dan ukurannya mungkin menjadi turun

pada curve pertumbuhan normal.

9

Diperkirakan, 70% - 80% hambatan pada pertumbuhan fetus adalah

type 2. IUGR ini seringkali berhubungan dengan penyakit ibu seperti

Hipertensi kronis, gangguan ginjal, Diabetus Mellitus dengan vaskulopaty,

dan yang lainnya.

c. Intermediate IUGR

IUGR Intermediate menunjuk pada hambatan pertumbuhan yang

merupakan kombinasi Type 1 dan Type 2. Gangguan pertumbuhan pada type

ini diperkirakan terjadi selama fase pertengahan pertumbuhan- pada fase

hyperplasia dan hipertropi- yang mana terjadi pada usia kehamilan 20-28

minggu. Pada fase ini, terjadi penurunan kecepatan mitosis dan peningkatan

yang progesif secara menyeluruh pada ukuran sel. Bentuk IUGR ini

keadannya tidak sebanyak jika dibandingkan dengan type1 dan 2,

diperkirakan sekitar 5- 10%, dari semua hambatan pertumbuhan fetus.

Hipertensi kronis, Lupus Nepritis, atau penyakit vascular ibu yang

lainnya, menjadi berat dan jika terjadi lebih awal pada timeser II akan

mengakibatkan Intermediate IUGR dengan pertumbuhan simetrik dan tidak

memberikan efek Brain Sparring.

2.5. Pemeriksaan penunjang

d. Pemeriksaan tinggi fundus (rahim).

Dokter dapat mengetahui keadaan PJT dari pertambahan ukuran

rahim ibu (tingginya rahim yang diukur dari puncak rahim sampai batas

tulang kemaluan). Dalam 2 kali pemeriksaan apabila tidak terjadi kenaikan,

dapat di curigai adanya hambatan.

e. Pemeriksaan USG (ultrasonografi).

Pemeriksaan ultrasonografi (USG) diperlukan untuk mengukur

pertumbuhan janin. Selain itu USG juga dapat digunakan untuk melihat

kelainan organ yang terjadi. Pengukuran lingkar kepala, panjang tulang

paha, dan lingkar perut dapat dilakukan untuk menilai pertumbuhan janin

10

melalui USG.  Penggunaan ultrasound doppler dapat digunakan untuk

melihat aliran dari pembuluh darah arteri umbilikalis.

f. Pemeriksaan Rutin

Pada saat kehamilan, pemeriksaan rutin sangat penting dilakukan

agar kondisi ibu dan janin dapat selalu terpantau. Termasuk, jika ada kondisi

PJT, dapat diketahui sedini mungkin. Setiap ibu hamil dianjurkan melakukan

pemeriksaan setiap 4 minggu sampai dengan usia kehamilan 28 minggu.

Kemudian, dari minggu ke 28-36, pemeriksaan dilakukan setidaknya setiap 2

minggu sekali.

Selanjutnya, lakukan pemeriksaan setiap 1 minggu sampai dengan

usia kelahiran atau 40 minggu. Semakin besar usia kehamilan, semakin

mungkin pula terjadi hambatan/gangguan. Jadi,pemeriksaan harus dilakukan

lebih sering seiring dengan bertambahnya usia kehamilan.

2.6. Komplikasi

PJT yang tidak segera diberi tindakan penanganan dokter dapat

menyebabkan bahaya bagi janin hingga menyebabkan kematian. Kondisi ini

disebabkan karena terjadinya kondisi asupan nutrisi dan oksigenasi yang tidak

lancar pada janin. Jika ternyata hambatan tersebut masih bisa di tangani

kehamilan bisa dilanjutkan dengan pantauan dokter, sebaliknya jika sudah tidak

bisa ditangani maka dokter akan mengambil tindakan dengan memaksa bayi

untuk dilahirkan melalui operasi meski belum pada waktunya.

Komplikasi pada PJT dapat terjadi pada janin dan ibu :

a. Janin

Antenatal : gagal nafas dan kematian janin

Intranatal : hipoksia dan asidosis

Setelah lahir :

Langsung:

Asfiksia

11

Hipoglikemi

Aspirasi mekonium

DIC

Hipotermi

Perdarahan pada paru

Polisitemia

Hiperviskositas sindrom

Gangguan gastrointestinal

Tidak langsung

Pada simetris PJT keterlambatan perkembangan dimulai dari

lambat dari sejak kelahiran, sedangkan asimetris PJT dimulai sejak bayi

lahir di mana terdapat kegagalan neurologi dan intelektualitas. Tapi

prognosis terburuk ialah PJT yang disebabkan oleh infeksi kongenital dan

kelainan kromosom.

b. Ibu

Preeklampsi

Penyakit jantung

Malnutrisi

2.7. Penatalaksanaan

Langkah pertama dalam menangani PJT adalah mengenali pasien-pasien

yang mempunyai resiko tinggi untuk mengandung janin kecil. Langkah kedua

adalah membedakan janin PJT atau malnutrisi dengan janin yang kecil tetapi

sehat. Langkah ketiga adalah menciptakan metode adekuat untuk pengawasan

janin pada pasien-pasien PJT dan melakukan persalinan di bawah kondisi

optimal. Untuk mengenali pasien-pasien dengan resiko tinggi untuk mengandung

janin kecil, diperlukan riwayat obstetrik yang terinci seperti hipertensi kronik,

penyakit ginjal ibu dan riwayat mengandung bayi kecil pada kehamilan

sebelumnya. Selain itu diperlukan pemeriksaan USG. Pada USG harus dilakukan

12

taksiran usia gestasi untuk menegakkan taksiran usia gestasi secara klinis.

Kemudian ukuran-ukuran yang didapatkan pada pemeriksaan tersebut

disesuaikan dengan usia gestasinya. Pertumbuhan janin yang suboptimal

menunjukkan bahwa pasien tersebut mengandung janin PJT.

Tatalaksana kehamilan dengan PJT bertujuan, karena tidak ada terapi

yang paling efektif sejauh ini, adalah untuk melahirkan bayi yang sudah cukup

usia dalam kondisi terbaiknya dan meminimalisasi risiko pada ibu. Tatalaksana

yang harus dilakukan adalah :

a) PJT pada saat dekat waktu melahirkan. Yang harus dilakukan adalah segera

dilahirkan

b) PJT jauh sebelum waktu melahirkan. Kelainan organ harus dicari pada janin

ini, dan bila kelainan kromosom dicurigai maka amniosintesis (pemeriksaan

cairan ketuban) atau pengambilan sampel plasenta, dan pemeriksaan darah

janin dianjurkan.

Tatalaksana umum :

Setelah mencari adanya cacat bawaan dan kelainan kromosom serta

infeksi dalam kehamilan maka aktivitas fisik harus dibatasi disertai dengan

nutrisi yang baik. Tirah baring dengan posisi miring ke kiri, Perbaiki nutrisi

dengan menambah 300 kal perhari, Ibu dianjurkan untuk berhenti merokok

dan mengkonsumsi alkohol, Menggunakan aspirin dalam jumlah kecil dapat

membantu dalam beberapa kasus IUGR Apabila istirahat di rumah tidak dapat

dilakukan maka harus segera dirawat di rumah sakit. Pengawasan pada janin

termasuk diantaranya adalah melihat pergerakan janin serta pertumbuhan

janin menggunakan USG setiap 3-4minggu

Tatalaksana khusus :

Pada PJT yang terjadi jauh sebelum waktunya dilahirkan, hanya terapi

suportif yang dapat dilakukan. Apabila penyebabnya adalah nutrisi ibu hamil

tidak adekuat  maka nutrisi harus diperbaiki. Pada wanita hamil perokok berat,

penggunaan narkotik dan alkohol, maka semuanya harus dihentikan.

13

Proses melahirkan :

Pematangan paru harus dilakukan pada janin prematur. Pengawasan

ketat selama melahirkan harus dilakukan untuk mencegah komplikasi setelah

melahirkan. Operasi caesar dilakukan apabila terjadi distress janin serta

perawatan intensif neonatal care segera setelah dilahirkan sebaiknya

dilakukan. Kemungkinan kejadian distress janin selama melahirkan meningkat

pada PJT karena umumnya PJT banyak disebabkan oleh insufisiensi plasenta

yang diperparah dengan proses melahirkan.

kondisi bayi.

Janin dengan PJT memiliki risiko untuk hipoksia perinatal

(kekurangan oksigen setelah melahirkan) dan aspirasi mekonium (terhisap

cairan mekonium). PJT yang parah dapat mengakibatkan hipotermia (suhu

tubuh turun) dan hipoglikemia (gula darah berkurang).

Pada umumnya PJT simetris dalam jangka waktu lama dapat

mengakibatkan pertumbuhan bayi yang terlambat setelah dilahirkan, dimana

janin dengan PJT asimetris lebih dapat “catch-up” pertumbuhan setelah

dilahirkan.

14

BAB III

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

3.1. Pengkajian

BB < 2500 gram, PB < 45 cm, LK < 33 cm, LD < 30 cm

Masa gestasi < 37 minggu

Kepala lebih besar dari pada badan, kulit tipis transparan, mengkilap dan

licin

Lanugo (bulu-bulu halus) banyak terdapat terutama pada daerah dahi,

pelipis, telinga dan lengan, lemak subkutan kurang, ubun-ubun dan sutura

lebar

Genetalia belum sempurna, pada wanita labia minora belum tertutup oleh

labia mayora, pada laki-laki testis belum turun.

Tulang rawan telinga belum sempurna, rajah tangan belum sempurna

Pembuluh darah kulit banyak terlihat, peristaltik usus dapat terlihat

Rambut tipis, halus, teranyam, puting susu belum terbentuk dengan baik

Bayi kecil, posisi masih posisi fetal, pergerakan kurang dan lemah

Banyak tidur, tangis lemah, pernafasan belum teratur dan sering mengalami

apnea, otot masih hipotonik

Reflek tonus leher lemah, reflek menghisap, menelan dan batuk belum

sempurna

Kulit berselubung verniks kaseosa tipis/tak ada,

Kulit pucat bernoda mekonium, kering, keriput, tipis

Jaringan lemak di bawah kulit tipis, bayi tampak gesit, aktif dan kuat

Tali pusat berwarna kuning kehijauan

15

3.1. Diagnosa keperawatan

Potensial cedera (asfiksia, aspirasi mekonium, hipoglikemia, suhu tubuh

tidak stabil, polisitemia) yang berhubungan dengan retardasi pertumbuhan

intrauntrein.

3.2. Intervensi

Diagnose

keperawatan

Tujuan Intervensi Rasional

potensial cedera

(asfiksia,

aspirasi

mekonium,

hipoglikemia,

suhu tubuh tidak

stabil,

polisitemia)

yang

berhubungan

dengan retardasi

pertumbuhan

intrauntrein.

         Bayi dapat

mempertahanka

n pernapasan

stabil dalam

batas

normal.Bayi

aktif tidak

terdapat tanda

kekurangan

oksigen. Bayi

dapat menerima

pemberian

makan secara

dini.

Siapkan alat

resusitasi untuk

mengatasi asfiksia

saat kelahiran

Segera periksa dan

kerjakan

pengisapan lender

bila mekonium

terdapat dalam

amnion

Berikan suhu

lingkungan yang

netral. Penanganan

segera terhadap

komplikasi

Membantu bayi

untuk mampu

bernafas secara

spontan dan teratur

Menghindari

resiko keracunan

bayi akibat

mekonium terdapat

dalam

amnion. Bayi baru

lahir sangat sensitif

dengan suhu

lingkungan.

Agar tidak terjadi

komplikasi yang

lebih lanjut

16

3.3. Implementasi

Pelaksanaan asuhan keperawatan ini merupakan realisasi dari rencana

tindakan keperawatan yang diberikan kepada klien.

3.4. Evaluasi

Tahap evaluasi dalam proses keperawatan mencakup pencapaian terhadap

tujuan apakah masalah teratasi atau tidak, dan apabila tidak berhasil perlu dikaji,

direncanakan dan dilaksanakan dalam jangka waktu panjang dan pendek

tergantung respon dalam keefektifan intervensi.

Adapun hasil dari asuhan keperawatan yang bisa dicapai adalah potensial

cedera (asfiksia, aspirasi mekonium, hipoglikemia, suhu tubuh tidak stabil,

polisitemia) yang berhubungan dengan retardasi pertumbuhan intrauntrein tidak

terjadi.

17

BAB IV

PENUTUP

4.1. Kesimpulan

Proses Pertumbuhan janin dari minggu ke minggu mengalami

perkembangan. Perubahan – perubahan yang terjadi diharapkan dalam keadaan

normal. Akan tetapi tidak menutup kemungkinan terjadi penyimpangan –

penyimpangan seperti pertumbuhan janin yang terhambat dan kelainan – kelainan

pada janin lainnya. Banyak faktor yang mempengaruhi pertumbuhan janin

diantaranya : faktor genetic, faktor lingkungan dan factor nutrisi. Gangguan

pertumbuhan janin terbagi dua, yaitu makrosomia (bayi lahir besar, > 4 kg) dan

IUGR. IUGR (Intra Uterine Growth Restriction) bisa juga disebut dengan istilah

small for gestational age (SGA) atau Pertumbuhan Janin Terhambat (PJT). Janin

memiliki berat kurang dari 90 persen dari keseluruhan (baik ukuran atau berat)

dalam usia kehamilan yang sama, dibandingkan dengan janin normal. Janin

dengan PJT dapat terjadi pada janin dengan usia kehamilan prematur, aterm

(cukup bulan) maupun post matur (lebih bulan).

Jadi ada dua komponen penting pada gangguan pertumbuhan janin

yaitu:

1. Berat badan lahir di bawah presentil ke-10

2. Adanya faktor patologis yang menyebabkan gangguan pertumbuhan.

Sedangkan pada SGA ada dua komponen yang berpengaruh yaitu:

1. Berat badan lahir di bawah presentil ke-7

2. Tidak adanya proses patologis.

4.2. Saran

Kita sebagai tenaga kesehatan (keperawatan ) harus meningkatkan kualitas

pelayanan pada maternal maupun neonatal sehingga dapat mengurangi insiden

terjadinya gangguan pertumbuhan pada janin.

18

DAFTAR PUSTAKA

Wikojosastro H, Abdul Bari Saifuddin, Triatmojo Rachimhadhi. Dalam: Buku Ajar

Ilmu Kebidanan, edisi ke 5. Jakarta; Balai Penerbit FKUI. 1999: 781-83.

Resnik R. High Risk Pregnancy. In: Emedicine journal obstetrics and gynekology.

Volume 99. No: 3. Maret 2003.

Retardasi Pertumbuhan dalam Rahim (Intrauterine Growth Retardation-IUGR).

Dalam http://www.kehamilan.klikdokter.com. Diakses tanggal 14 Januari

2009

Leveno KJ, Cunningham FG, Norman F. Alexander GJM, Blomm SL, Casey BM.

Dashe JS, Shefield JS, Yost NP. In: William Manual of Obstetrics. Edisi

2003. The University of Texas Southwestern Medical Centre at Dallas.

2003:743-760

Konar H. In : D. C Dutta Text Book of Obstetrics Including Perinatology and

Contraception. Edisi ke-4. 1998:496-501

Alkalay A. In :St. IUGR. Dalam http://www.google.com. Diakses tanggal 23 Oktober

2008

Harper T. Fetal Growth Restriction. Dalam http://www.emedicine.com. Diakses

tanggal 24 Oktober 2008.

Pertumbuhan Janin Terhambat. Dalam http://www.botefilia.com. Diakses tanggal 14

Januari 2009.

Waspadai Pertumbuhan Janin Terlambat (PJT). Dalam http://www.kafebalita.com.

Diakses tanggal 14 Januari 2009.

Pertumbuhan Janin Terhambat (PJT). Dalam http://www.klikdokter.com. Diakses

tanggal 14 Januari 2009

Kurang Gizi pada Ibu Hamil: Ancaman pada Janin. Dalam http://www.persagi.dkk-

bpp.com. Kamis, 01 April 2008. Diakses tanggal 14 Januari 2009.

19