inversio uteri
DESCRIPTION
IVTRANSCRIPT
-
1
INVERSIO UTERI DAN PENATALAKSANAANNYA
BAGIAN DEPARTEMEN OBSTETRI DAN GINEKOLOGI
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA
RS. Dr. MOHAMMAD HOESIN PALEMBANG
-
2
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI..................................................................................................................
I. PENDAHULUAN ..............................................................................................
II. BATASAN ...........................................................................................................
III. KLASIFIKASI .....................................................................................................
IV. ETIOLOGI ..........................................................................................................
V. GEJALA KLNIS ..................................................................................................
VI. DIAGNOSIS ........................................................................................................
VII. PENATALAKSANAAN ....................................................................................
A. Reposisi manual cara Johnson .......................................................................
B. Reposisi manual cara Jones ............................................................................
C. Reposisi cara OSullivans ..............................................................................
D. Reposisi operatif teknik Huntington ..............................................................
E. Reposisi operatif teknik Haultin ....................................................................
F. Reposisi operatif teknik Spinelli ....................................................................
G. Reposisi operatif teknik Kustner ....................................................................
H. Subtotal histerektomi pervaginam..................................................................
VIII. PROGNOSIS .......................................................................................................
IX. RINGKASAN ......................................................................................................
X. RUJUKAN ...........................................................................................................
-
3
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Derajat inversio uteri .............................................................................
Gambar 2. Inversio uteri inkomplit dan implantasi plasenta pada
inversio uteri ..........................................................................................
Gambar 3. Bagan reposisi inversio uteri .................................................................
Gambar 4. Teknik reposisi cara Johnson ...............................................................
Gambar 5. Teknik reposisi cara Huntington ..........................................................
Gambar 6. Teknik reposisi cara Haultin ...............................................................
Gambar 7. Teknik reposisi cara Spinelli.................................................................
Gambar 8. Teknik reposisi cara Kustner ................................................................
-
4
1. PENDAHULUAN
Perdarahan pascapersalinan masih menjadi satu dari penyebab kematian ibu yang
paling banyak di seluruh dunia. Di Amerika Serikat, negara-negara industri dan negara
berkembangpun, perdarahan pascapersalinan masih menempati urutan pertama dari tiga,
etiologi kematian ibu, disamping emboli dan hipertensi. WHO memperkirakan bahwa, ada
lebih dari 585.000 kasus kematian ibu pada tahun 1990 diseluruh dunia, dimana 25%-nya
akibat perdarahan pascapersalinan.1
Walaupun inversio uteri adalah kasus yang jarang, tetapi masih merupakan salah satu
penyebab dari perdarahan pascapersalinan dini-1,2
Inversio uteri adalah suatu keadaan dimana
fundus uteri terputar balik keluar, baik sebagian atau seluruhnya ke dalam uterus atau ke
dalam vagina, bahkan dapat juga keluar vagina. Pada keadaan yang ekstrim, kita dapat
menjumpai endometrium yang berwarna keunguan dengan placenta yang masih melekat.
Berdasarkan sejarahnya inversio uteri dilaporkan pertama kali dalam kepustakaan
Ayuverde, yaitu sistem kesehatan Hindu (2500-600 SM). Hippocrates adalah orang yang
pertama kali mengetahui dan menamakan inversio uteri (460-370 SM). Arvicenna (980-1037
SM) adalah seorang dokter Arab, yaitu orang yang pertama kali mendeskripsikan dengan jelas
diagnosis banding antara inversio uteri dengan prolapses uteri .7,11
Angka kejadian inversio,
uteri yang pasti berbeda-beda dan bervariasi, antar peneliti
berkisar antara, 1:1000 sampai 1:15.000.9,10 Mc Cullagh melaporkan 1 kasus dari 30.000
kelahiran, sedangkan Mochtar R mencatat 1 dari 20.000 kelahiran, Watson juga mencatat 1
dari 20.000 kelahiran, dan Hakimi mencatat 1.-5000 sampai dengan 1:10.000 kelahiran ,6
Di
India kejadiannya 1 dari 8.573 persalinan, di Inggris 1 dari 27.992 persalinan, di Amerika
1dari 23.127 persalinan, di Canada 1 dari 3737 persalinan dan di Perancis 1 dari 20.000
persalinan.
Para ahli sepakat bahwa inversio uteri merupakan kasus yang serius dan merupakan
kasus kedaruratan obstetri, oleh karna dapat menimbulkan syok bahkan sampai
menimbulkan kematian. Walaupun ada beberapa kasus inversio uteri dapat terjadi tanpa
gejala yang berarti, tetapi tidak jarang kasus tersebut menimbulkan keadaan yang serius dan
fatal dan angka mortalitasnya masih cukup tinggi yaitu 15-70% dari jumlah kasus.
Upaya pencegahan dengan cara penatalaksanaan kala III yang baik yaitu dengan cara
memperhatikan saat dan cara yang tepat untuk melepaskan plasenta, melalui tarikan yang
ringan pada tali pusat setelah k-ontraksi uterus atau setelah ada tanda-tanda lepasnya plasenta,
serta. mengenal secara, dini dan dengan penatalaksanaan yang adekuat dapat menurunkan
angka kesakitan dan kematian.3,14
Tujuan penulisan referat ini adalah untuk mengetahui gejala dan tanda-tanda serta
penanganan yang adekuat terhadap inversio uteri sehingga risiko morbiditas dan mortalitas
ibu, dapat dikurangi.
II BATASAN
Inversio uteri adalah suatu keadaan dimana fundus uteri terputar balik keluar dimana sebagian
atau seluruhnya masuk ke dalam kavum uteri, vagina atau keluar dari vulva.
-
5
III. KLASIFIKASI
Ada beberapa macam klasifikasi dari inversio uteri.
A. Berdasarkan gradasi beratnya: 5,13
1. Inversio uteri ringan: jika fundus, uteri terputar balik menonjol ke dalam kavum
uteri,tetapi belum keluar dari kavum uteri.
2. Inversio uteri sedang: jika fundus uteri terbalil masuk ke dalain vagina.
3. Inversio uteri berat: bila semua bagian fundus uteri bahkan terbalik dan, sebagian
sudah menonjol keluar vagina atau vulva
B. Berdasarkan derajat kelainannya:3-6,16-111
1. Derajat sate (inversio uteri subtotal/inkomplit): bila fundus uteri belum melewati
kanalis servikalis.
2. Derajat dua (inversio uteri total/komplit): bila fimdus uteri sudah melewati kanalis
servikalis.
3. Derajat tiga (inversio uteri prolaps): bila fundus uteri sudah menonjol keluar dari
vulva.
C. Berdasarkan pada waktu kejadian:3-6,17-19
1. Inversio uteri akut : suatu inversio uteri yang terjadi segera setelab kelahiran bayi atau
plasenta, sebelum terjadi kontraksi cincin serviks uteri.
2. Inversio uteri subakut: yaitu inversio uteri yang terjadi hingga terjadi kontraksi cincin
serviks uteri.
3. Inversio uteri kronis: yaitu inversio uteri yang terjadi selama lebih dari 4 minggu ataupun
sudah didapatkan gangren.
D. Berdasarkan etiologinya:
1. Inversio uteri nonobstetri
2. Inveisio uteri puerpuratis
-
6
Gambar 1. Derajat inversion uteri
Dikutip dari Donald
IV. ETIOLOGI
Penyebab terjadinya inversio uteri belum dapat diketabui sepenuhnya dengan pasti dan
dianggap ads kaitannya dengan abnormalitas dari miometrium. Inversio uteri sebagian dapat
terjadi spontan dan lebih sering terjadi karna prosedur tindakan
persalinan dan kondisi ini tidak selalu dapat dicegah
berdasarkan etiologinya inversio uteri dibagi menjadi dua, yaitu inversio uteri nonobstetri dan
inversio uteri puerperalis.
Pada inversio uteri nonobstetri biasanya diakibatkan oleh mioma uteri submukosa yang
terlahir, polip endometnum dan sarkoma uteri, yang akan menarik fundus uteri ke arah
bawah serta berkombinasi dengan kontraksi miometrium secara terns menerus mencoba
mengeluarkan mioma seperti benda asing.
Faktor-faktor predisposisi terjadinya inversio uteri pada tumor yang berasal dan kavum
uteri antara lain; I. Keluarnya tumor dari kavum uteri yang mendadak, 2. Dinding uterus yang
tipis, 3. Dilatasi dari serviks uteri, 4. Ukuran tumor, 5. Ketebalan tangkai dari tumor, dan. 6.
Lokasi tempat perlekatan
tumor.
Pada inversio uteri puerpuralis dapat terjadi secara spontan, tetapi lebih sering
disebabkan oleh pertolongan persalinan yang kurang baik.
Bila terjadi spontan, lebih banyak didapatkan pada kasus-kasus primigravida terutama
yang mendapat terapi MgSO4 intravena untuk terapi PEB 16,17
dan cenderung untuk berulang
pada kehamilan berikutnya. Hal ini mungkin berhubungan dengan abnormalitas dan uterus
atau kelaman kongenital uterus lainnya- Keadaan lain yang dapat menyebabkan. inversio uteri
yaitu pada grandemultipara, atau pada keadaan atonic uteri, kelemahan otot kandungan, atau
karna tekanan intra abdomen yang meningkat, misalnya ada batuk, mengejan ataupun dapat
pula terjadi karna tali pusat yang pendek. Pada kasus inversio uteri komplit hampir selalu
-
7
akibat konsekuensi dari tarikan tali pusat yang kuat dari placenta yang berimplantasi di fundus
uteri.
Inversio uteri karena tindakan atau prosedur yang salah baik kala II ataupun kala III
sangat dominan disebabkan oleh faktor penolong (4/5 kasus) Dibuktikan bahwa lebih banyak
kasus inversio uteri didapatkan oleh tenaga tidak terlatih/dukun beranak dan hampir tidak
pernah oleh ahli kebidanan selama prakteknya. Barer dan Sparkly mendapatkan 76% kasus
disebabkan oleh teknik penanganan persalinan yang salah.
Gambar 2. Inversio uteri inkomplit dan implantasi pi lasenta padainversio uteri
Dikutip dari Cunningham
-
8
Ada beberapa faktor penyebab yang mendukung untuk terjadinya suatu inversio uteri yaitu:
A. Faktor predisposisi:12,20,23-25
1. Abnormalitas uterus
2. Plasenta adhesiva
3. Tali pusat pendek
4. Anomah kongenital (uterus bilLornus)
5. Kelemahan Binding uterus
6. Implantasi plasenta pada fundus uteri (75% Bari inversio, spontan)
7. Riwayat inversio uteri sebelumnya
B. Kondisi fungsional uterus
1. Relaksasi miometrium
2. Gangguan mekanisme, kontraksi uterus
3. Pemberian MgSO4
4. Atonic uteri
C. Faktor pencetus, antara
1. Pengeluran plasenta secara manual
2 Peningatanlekanan, intrabdominal, seperti batuk-batuk, bcniq mengejan Ban lain-lain.
3. Kesalaban penanganan pada kala uri, yaitu:
a. penekanan ftmdus uteri yang kurang tepat
b. Perasat Crede
c. Penarikan tali pusat yang kuat
d. Penggunaan oksitosin yang kurang bijaksana
4. Partus presipitatus
5. Gemelli
V. GEJALA KLINIS
Inversio uteri sering kah tidak menampakkan gejala yang khas, sehingga diagnosis sering tidak
dapat ditegakkan pada scat dini. Syok merupakan gejala yang sering menyertai suatu inversio
uteri 3'4'13'15 Syok atau gejala-gejala Syok yang terjadi dapat tidak sesuai dengan jumlah
perdarahan yang terjadi, oleh karena itu sangat bijaksana bila syok yang terjadi setelah
persalinan tidak disertai dengan perdarahan yang berarti untuk memperkirakan suatu inversio
uteri23,24 Syok dapat disebabkan karena nyeri hebat, akibat ligamentum yang terjepit di
dalam cincin serviks dan rangsangan serta tarikan pada peritoneum atau akibat syok
kardiovaskuler.
Perdarahan tidak begitu jelas, kadang-kadang sedikit, tetapi dapat pula terjadi perdarahan yang
hebat, menyusul inversio, uteri prolaps dimana bila plasenta belum lepas atau telah lepas
perdarahan tidak berhenti karena tidak ada kontraksi uterus. Perdarahan tersebut dapat
memperberat keadaan syok yang telah ada. Sebelumnya bahkan dapat menimbulkann
kematian- Dilaporkan 90% kematian, terjadi dalam dua jam paskapersalinan akibat
perdarahan atau syok.17
Pada pemeriksaan palpasi, didapatkan cekungan pada bagian fundus uteri, bahkan kadang-
-
9
kadang fundus uteri tidak dijumpai dimana seharusnya fundus uteri dijumpai pada
pemeriksaan tersebut Pada pemeriksaan dalam teraba tumor lunak di dalam atau di luar
serviks atau di dalam rongga vagina, pada keadaan yang berat (komplit) tampak tumor
berwarna merah keabuan yang kadang-kadang didapatkan plasenta masih melekat dengan
ostiuxn tuba dan, endometrium berwarna merah muda dan kasar serta berdarah.
Tetapi hal ini dapat dibedakan dengan tumor !mioma uteri submukosa yang terlahir, pada
mioma uteri yang terlahir, fundus uteri masih dapat diraba dan berada pada tempatnya serta,
jarang sekah mioma submukosa ditemukan pada kehamilan dan persalinan yang cukup bulan
atau hampir cukup bulan.13 Pada kasus inversio uteri yang kronis akan didapadum gangren
dan strangulasi jaringan inversio oleh cincin Serviks
Mengingat kasus ini jarang didapatkan dan kadang-kadang tanpa gejala yang khas maka perlu
ketajaman pemeriksaan dengan cara:6
1. Meningkatkan derajat kecwigaan yang tinggi
2. Palpasi abdomen segera setelah persalinan
3. Perilsa dalam
4. Menyingkirkan kemungkinan adanya raptor uteri
VI DIAGNOSIS
Untuk menegakkan diagnosis inversio uteri didapatkan tanda dan gejala sebagai
berikut :5,19
A. Pada penderita paskapersalinan ditemukan :
1. Nyeri yang hebat
2. Syok / tanda-tanda syok, dengan jumlah perdarahan yang tidak sesuai
3. Perdarahan
4. Nekrosis / gangren / strangulasi
B. Pada pemeriksaan dalam didapatkan
1. Bita inversio uteri ringan didapatkan fundus uteri cckung ke dalam.
2. Bila komplit, di atas simfisis uterus tidak teraba lagi, sementara di dalam vagina teraba
tumor lunak
3. Kavum uteri tidak ada ( terbalik )
VII. PENATALAKSANAAN
Mengingat bahaya syok dan kematian maka pencegaban lebih diutamakan pada persalman
serta menangani kasus secepat mungkin setelah diagnosis ditegakkan.
A. Pencegahan
1. Dalam memimpin persalman hares dijaga kemungkinan timbulnya inversio uteri,
terutama pada wanita dengan tersebut.
2. Jangan dilakukan tarikan pada tali pusat -dan-penckanan secara Crede sebelum ada
kontraksi.
3. Penatalaksanaan aktif kala HI dapat menurunkan insider inversio uteri.
4. Tarikan pada tali pusat dilakukan bila benar-benar plasenta sudah lepas.
-
10
B. Pengobatan
1. Perbaikan keadaan umum dan atasi komplikasi
2. Reposisi.
Pada kasus yang akut biasanya dicoba secara manual dan bila gagal dilanjutkan metode
operatif, sedangkan pada kasus yang subakut dan kronis biasanya dilakukan reposisi
dengan metode operatif
a. Manual : cara Jones, Johnson, O'Sullivan
b. Operatif - Transabdominal cara Huntington, Haultain
- Transvaginal cars Spinelli, Kustner, subtotal histerektomi pervaginam.
Gambar 3. Bagan reposisi inversio uteri
Dikutip dari Poma24
Keberhasilan penatalaksanaan dari inversio uteri tergantung dari deteksi penyakit yang
lebih cepat. Semakin lama uterus terbalik maka sernakin sulit untuk mengembalikannya. Terapi
terhadap hipovolemia dan syok sebaiknya diberilm segera. dengan jarum intravena besar (G.18)
dan penggantian cairan.23 Penggantian cairan yang hilang diberikan dengan larutan kristaloid
selama, 15-30 menit. Volume dari resusitasi awal dihitung sebanyak tiger kale dari perkiraan
darah yang hilang. Dipertimbangkan untuk memasang akses intravena tambahan, kesiapan
anestesia, persiapan kamar operasi, dan asisten bedah. Lakukan pemeriksaan hemoglobin dan
hematoknt dan faktor pembekuan, golongan darah. Lakukan transfuse darah- Monitor tanda vital
ibu sesering mungkin oleh sate individu. Pasang kateter menetap untuk menitai pengeluaran urin.
Pemberian antibiotika bermanfaat untuk mencegah timbulnya sepsis paskapersalinan.
Oksitosm sebadLnya (litunda dan dicoba reposin uterus secara manual melalui vagina.
Kebanyakan penulis merekomendasilan usaha reposisi secara manual sebelum plasenta,
dilepaskan dan sebelum tindakan reposisi secara operatif dilakukan.29 Bila plasenta dilepaskan
sebelum reposisi intrauterin, pasien berisiko untuk mengalami kchilangan darah dan syok.
-
11
Placenta biasanya akan mudah dilepaskan setelah reposisi.
A. Reposisi manual cars Johnson
Pada, kebanyakan kasus plasenta telah lepas, j&a plasenta belum lepas atau sudah lepas
tetapi belum dilahirkan maka plasenta, dilepaskan setelah reposisi berhasil atau dilakukan
bersama-sama. Bila plasenta dilepaskan sebelum reposisi maker dapat terjadi perdarahan hebat.
Reposisi manual yang terfavorit adalah dengan. metode Johnson (1949). Teknik dari metode
Johnson yaitu memasukkan seluruh tangan ke dalam jalan lahir, sehingga ibu jari dan jari-jari
yang lain pada cervical utero junction dan fundus uteri dalam telapak tangan. Uterus diangkat ke
luar dan rongga pelvis dan dipertahankan di dalam rongga abdomen setinggi umbihkus.
Tindakan ini membuat peregangan dan tarikan pada ligamentum rotundum yang akan
memperlebar cincin servik, selanjutnya akan menarik fundus uteri ke arah luar melewati
cekungan. Bila spasme miometrium dan kontri cincin mengbambat. reposisi dapat diberikan
anestesi seperti halothane atau tokolitriksi MgSO4 dapat diberikan intravena, 1 g permenit
selama 4 menit. Bila, tidak efektif dapat diberikan terbutaline 0,125-0,25 mg intravena, ritrodrine
0,150 mg intravena. Baikan nitroglycerin dapat digunakan secara efektif untuk merelaksasi cincin
konstriksi menggantikan kebutuhan akan anestesia mum. Untuk mendapatkan hash yang
memuaskan maka posisi tersebut dipertahankan selama 3 - 5 menit hingga fundus uteri
berangsur-angsur bergeser dari telapak tangan. Setelah uterus direposisi, tangan operator tetap
didalam kavum uteri sampai timbal kontraksi uterus yang kerns dan hingga diberikan oksitosin
intravena.
Beberapa penulis menganjurkan pemberian oksitosin atau alkaloid ergot dan pemasangan
tampon uterovaginal ditemskan sampai 24 jaM.17,19 Pada keadaan dimana kontraksi uterus
tetap lemah dapat ditambahkan dengan injeksi Prostin 15M (15 [s]-15 methyl prostaglandin)
intravenous.
-
12
Gambar 4. Teknik reposisi cars Johnson
Dikutip dari GilstraV
B. Reposisi manual cara Jones
Biasanya teknik ini dipakai bila teknik Johnson gagal. Jari tangan yang terbungkus
handschoen ditempatkan pada bagian tengah dari fundus uteri yang terbaik sementara itu
dibenkan tekanan ke atas secara lambat. Sementara itu serviks ditarik dengan arch yang
berlawanan dengan ring forceps.
C. Reposisi manual cara O'Sullivan
O'Sullivan pertama kali menggunakan tekanan hidrostatis untuk mereposisi inversio uteri
puerperalis, (1945). Dua liter cairan garam fisiologis ditempat pada tiang infus dan
ditempatkan lebih kurang dua meter dari permukaan lantai. Dua bush tube karet ditempatkan
pada fornik posterior vagina. Sementara itu cairan dibiarkan mengalir cepat, dan tangan
operator menutup introitus untuk mencegah keluarriya, cairan. Dinding vagina mulai teregang
dan fundus uteri mulai terangkat. Setelah inversio terkoreksi, cairan dalam vagina dikeluaikan
secara perlaban. Kemudm pasku diberi 0,5 mg crgonovmc intravena. Laludibenkan infus
dekstrose 5% sebanyak 1000 cc dengan oksitosin 20 unit. Reposisi uterus biasanya didapatkan
dalam 5-10 menit
C. Reposisi operatif cara Huntington
Pada tindakan reposisi operatif perabdominam sebailmya, dicoba dahulu dengan cara
Huntington. Pendekatan Huntington yaitu setelah tindakan laparatomi dilanjutkan dengan
menarik fundus uteri secara bertahap dengan bantuan forsep Allis. Forsep Allis dipasang + 2
cm di bawah cincin pada, kedua sisinya, kemudian ditank ke atas secara bertahap sampai
fundus uteri kembali pada posisinya semula.
-
13
Selain tankan ke atas maka dorongan dari luar ( pervaginam ) oleh asisten akan
mempermudah pelaksanaan prosedur tersebut
E Rcpm-si operatif cars Haultin
Pada, reposisi dengan cars Haultin, dilakukan insisi longitudinal sepanjang dinding
posterior uterus dan melalui cincin kontriksi. Jari kemudian dimasukkan melalui insisi ke titik
di bawah fundus uteri yang terbalik dan diberilm tekanan pada fimdus atau tekanan secara
simultan dan tangan asisten. Bila reposisi telah komplit, luka insisi dijahit dengan jahitan
terputus, dengan chromic
Gambar 5. Teknik reposisi cara, Huntington
Dikutip dari Gilstrapg
-
14
Gambar 6. Teknik reposisi cars Haultin
Dikutip dari NichoW
F. Reposisi operatif cara Spinelli
Tindakan operatif menurut Spinelli dilakukan pervaginam yaitu dengan cara dinding
anterior vagina dibuat tegang berlawanan dengan arch tarikan dari retraktor dan dilakukan
insisi transversal tepat di atas porno anterior. Kemudian plika kandung kemib dipisahkan dari
serviks dan segmen bawah rahim. Insisi medians dibuat melalui serviks pada jam 12, secara
komplit membagi cincin konstriksi. Insisi dilakukan pada lines medians sampai fundus uteri.
Uterus dibalik dengan cara telunjuk mengait ke dalam insisi pada permukaan endometrium
yang, terbuka dan membuat tekanan. yang berlawanan dengan ibu juri pada bagian peritoneal.
Uterus direposisi seperti pada gambar 7.9
-
15
Gambar 7. Teknik reposisi cara Spinelli
DA-utip dari Nicbole
G. Reposisi operatif cara Kustner
Tindakan operatif menurut Kustner dilakukan pada inversio uteri kronis. Dengan
cara membuka dinding posterior kavurn douglas. Dilakukan kolpotomi transverse transvaginal
dengan insisi sedalam ketebalan servils pada jam 6 sampai dinding posterior uterus. Insisi
dibuat sepanjang garis putus-putus seperti pada gambar 8. Kemudian dengan menggunakan
ibu jari uterus direversi sepanjang sisi insisi. Setelah uterus direversi, insisi dinding posterior
uterus den servik diperbaiki, demikian jugs dengan insisi transverse den kolpotomi pada
vagina. Lulea ditutup dengan jahitan terputus den uterus ditempatkan kembali lee dalam
kavum pelvis.
Bila inversio uteri sudah terjadi gangren atau inversio uteri terjadi pada wanita yang
usianya sudah mendekati akhir masa reproduksi dapat ditakukan histerektomi pervaginam.
Kerugian dari teknik ini adalah mempunyai resiko yang besar untuk terjadinya
perlengketan pelvis. Pada kehamilan selanjutnya dapat terjadi rupture uteri yang tersembunyi.
-
16
Gambar 8. Teknik reposisi cara Kustner
Mutip dari Nichole
H. Subtotal vaginal histerektomi
Pada teknik ini dilakukan jahitan seperti rantai melingkari korpus, uterus dengan
benang zeyde no. 1 untuk hemostasis. Kemudian dilakukan sayatan melingkar pada
korpus uterus distal dari jahitan sedikit demi sedikit sehingga tidak mengenai organ
adneksa yang terperangkap di kantung inversio. Perdarahan yang terjadi dirawat. Keadaan
pangkal tuba, ovarium, ligamentum rotundum dan jaringan lain dievaluasi. Dengan
bantuan sonde trans uretra diidentifikasi vesika urinaria. Selanjutnya dilakukan jahitan
seperti rantai melingkari korpus uterus tahap II kurang lebih I cm di luar introitus vagina.
Setelah itu dilakukan pemotongan melmgkar lagi terhadap korpus uterus di bagian distal
jahitan tahap ke-II. Langkah selanjutnya kedua ligamen rotundum diklem, dipotong dan
dijahit dengan chromic catgut no.2. Jika diyakini tidak ada perdarahan, tunggul uterus
dimasukkan ke dalarn vagina. Operasi Selesai.17
VII. PROGNOSIS
Walaupun inversio, uteri kadang-kadang terjadi tanpa banyak gejala dan penderita tetap
dalam keadaan, baik, tetapi sebdikaya dapat pules terjadi keadaan darurat sampai terjadi
kematian penderita baik karena syoknya sendiri ataupun karena perdarahannya. Kematian
karena kasus inversio uteri cukup tinggi yaitu. 15 - 75% dan kasus. Oleh karena itu makin
cepat dan tepat diagnosis ditegakkan dan segera dilakukan tindakau, reposisi, maka
prognosisnya makin bail. Sebaliknya makin lambat diatasi maka prognosisnya menjadi
buruk Akan tetapi bila pendenta dapat bertAan dengan keadaan tersebut setelah 48 jam
maka prognosisnya berangsur-angsur menjadi baik.
IX. RINGKASAN
Inversio uteri merupakan kasus yang jarang dijumpai, walaupun demilian kita hares tangpp
pada keadaan syok paskapersalinan dengan perdarahan yang tidak sesuai. Penyebab inversio
uteri lebih senng spontan yang berkaitan dengan abnormalitas uterus. Selain itu inversio uteri
dapat jugs disebabkan oleh penanganan persalinan yang salah.
Pembagian inversio uteri adalah inversio uteri inkomplit, komplit dan inversio prolaps
dan dapat timbal akut, subakut dan kronis.
Tindakan pada kasus inversio uteri adalah meliputi perbaikan keadaan umum
damninfus, transfuse dan antibiotik, reposisi manual secara Johnson, dan bila gagal dilanjutlkan
dengan tindakan operatif.
Operasi dapat perabdominam dengan teknik Houltain dan Huntington dan dapat juga
pervagmam dengan teknik Spinelli atau Kustner, atau pada keadaan tertentu dapat dilakukan
subtotal histerektomi pervaginam.
Prognosis penderita tergantung dare kecepatan dan ketepatan diagnosis serta
penanganan kasus, makin dim makin baik prognosisnya semakin baik.
-
17
X. RUJUKAN
1. Diedy GA. Post Erratumhaemorrhage: New management option. Clio Obstet Gmecol 2002: 32-33
2. Heyi PS, Stubblefield PG, PhilhppcNL Recurrent inversion of the puerperal uterus managed with 15(s)15-
methyl prostaglandin F2. and uterine packing. Obstet Gynecol 1984; 63: 263-264
3. Estamn M, Hellman LM. Inversion of the uterus. In: William obstetrics. 18* 4 New York: Appleton & Lange,
1989; 1005-1010
4. BeekAr, RamAW AIL Inver im of the uterus W Obstetrical pinaim 7* eKk Tomelo. Wifii~ & Wilkins Cm
1958: 866-971
5. Mochtar R. Smopsis obstetri 1. Edisi kedua, Jakarta: PemOft Buku Kedoktm= EGC, 1998;304306
6. Hakimi . Uinu kcbulanm patologi, & fisiologi. licisalinan. Edm bah hylonesia, Jakarta Yiryasat Essentia
Modica, 1990,.475-80
7. Taka, MR- Inversio uteri. Dalam: Workshop vaginal surgery. Jakarta: Subbagian thogirickologi Rckonstrtiksi
Departemen C%Aitri & Ginekologi FKULRSUPN-CM
8. GilstrapIII LC, Cunningham FG, VanDorsten JP. Diagnosis and management of uterine invemon. In:
Operative obstetric 2" edition, New York: Mc Graw-Hill, 2002; 241-248
9. NicholsDIL Inversion of the uterus. In: Gynecologic and obstetric sulzery. MissmuL Mosby-Year Book-,
1991; 1147-1151
10. Niswander KR, Evans AT. Abnormal labor and delivery. In: Manual of obstetrics. r edition, Boston: Little
Brown and Cvmpsiry, 1983; 425
11. Basket it, Baiter TF. Acute uterine inversion: a review of 40 cases. 3 Obstet Gynaecol Can 2OD2- 24: 953-956
12. Olleondrop DA. Kelsey RJ, FeMm, MEk Puap" inversion of ow bom of * bmamuft uk"W em report J Reprod
Mod 1996-,41:298
13. Prawirtihadjo S. Ilmu Kebidanan. Blisi ketiga, Jakarta: Yayasan Bins Pustaks Sarwono PrdwfivL%*o, 19917-
,880-882
14. Cumarigharn FG, Mc Donald PC, Gant NF. Abnormalities of the third stage of labor. In: Williams: obstetrics.
18& ed, New Yom Appleton & Lange, 2001; 642-643
15. Kavamkk PS. Postpartum hemorrhage & the abnormal pumpzium. In: Current obstetrics & gynam-PkTic,
diagnosis & treatment 7ed, Baltimore: William .& Wilkins, 1991; 568-587
16. Pritchkhwd JA, Macdonald PC. Inversion of the uterus. hi: Williams 15 edition, New York: Appleton-
CentivyCtods, 1976; 751-756
17. Pribakti Pnbs" B. Tdm* Yunizaf. Vaginal histerektomi subtotal pada inversio uteri. Madam 2002,14-17
18. Kovacs BW, Devore GR Management of acute and subacute puerperal uterine inversion with tebutalme
sulfate_ Am J Oberst Gynecol 1984; 150: 784-786
19. Dechcracy AIL Annoll ML. Postpartum hemorrhage & the abnormal puerperium. In: Current obstetrics &
gynecologic, dupKws & treatmerit. 8' edition, Connecticut: Appleton & Lange; 581-582
20. Donald L Inversion of the uterus. hi: Practical obstetric problems. 0 edition, London Lloyd-Luke, 1974; 731 -
738
21. Romoni R, Huh WK, Chiang S. Postmenopausal uterine inversion associated with endometrial polyps_ Obstet
Gynecol 2003;102:521-523
22. Takano K, Ichikawa Y, Tsunoda, N-Lsln& K Uterine inversion caused by uteri e sarcoma: A case report_
Japanese Journal afClmical Oncology 2001; 31: 39-42
23. Shal"losseini R, Evrard JR. Puerperal uterine inversion. ObsW Gynecol 1989; 73: 567-570 24.
24. Poma PA Recognizing postpartum uterine inversion. Contemporary OBIGYN 1996: 1 -8
25. Miras TC, Collet F, Seifert P. Acute pucFperal uterine inversion: two casies. J Gynecol Obstd Biol Reprod
2002; 31: 668671
26. 3k Supono Ilmu kcbxLww- Edict palams, Palembang: Bagian Obstetri & Ghwkolog; RSU/FX UNSRL J984-
,293-295
-
18
27. 27 iforoi A, Angelini R, Giardini G. Acute puerperal uterine inversion: a report of 3 cases and an analysis of
358 cases in the Minerva Gynecol 1994; 46:115-127
28. X Abdul MA. Acute complete puerperal inversion of the uterus following twin birth: case repoot East Afr Mod
J. 1999; .6t5"57
29. 29 Sudzinski Z. Bramcka D. Acute complete uterine invemon: case report CTmcpl Pol 2001; 72 881-884 1W
Sarah, The puerponum. In: Obstetric and gynecok" Nfaryftnik Williams and Wilkins, 1997:195-198
30. Sarno MS, Grimes DA, Strassle PO. Infarction of the uterus from subacute incomplete inversion- Am 3 Obstd
Gynecol
31. I942;166: 878-879
32. 32- Catanow-fte VA, Mot rd KD, Baker YAL, Awadalk SG, Argubright XF, Perkins RP. New approaches to
the management of acute puerperal uterine inversion. Obstet Gynecol 19M; 68: 7s
33. 10. WAAjosastro H, S%fQddm BA, Radmaniadhi T. Ilmu be" kebWanam Ed]% putama, Jakarta: Yayasan
Bum Pustaka Sarwono, Prawirobardjo, 1996,195-6
34. 34 Wiknjosastro H. Ilmu karxhmgan. Edisi kedua, Jakarta: Yayasan Bma Pustaka Sarwono Prowirobardjo,
1997-,442-7
35. 35_ Watson P, Basch N, Bowes WA. Management of acute and subacute puerperal inversion of uterus. Obstet
Gynecol 1980; 55:k2
36. 36- Word HR- O'Sullivan's hydrostatic reduction of an inverted uterus sonar sequence, recorded, Ultrasound
(A)Ad Gynecol 1998;12: 283-286