isi inversio uteri

29
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perdarahan pervaginam ringan merupakan hal yang lazim selama persalinan aktif. Akan tetapi, insidensi kematian ibu hamil akibat perdarahan dan penyulitnya masih tinggi. Dalam laporan dari Centers for Disease Control and Prevention, terjadi peningkatan angka kematian akibat perdarahan tiga kali lipat pada wanita Amerika-Afrika dibandingkan dengan Kaukasia. Dalam sebuah analisis serupa terhadap 3777 kematian akibat kehamilan dari Negara-negara bagian yang mencakup populasi Hispanik dalam sertifikat kematiannya, Hopkins dkk. melaporkan bahwa perdarahan merupakan penyebab kematian ibu pada 20 persen kasus. Mereka memperlihatkan adanya perbedaan angka kematian pada wanita Amerika-Afrika dan Hispanik dibandingkan wanita Kaukasian. Inversio uteri merupakan salah satu faktor predisposisi yang dapat menyebabkan terjadinya perdarahan. Invertio uteri adalah suatu keadaan terbaliknya fundus uteri ke dalam kavum uteri. Pada kasus yang ekstrem, dokter dapat melihat endometrium yang berwarna keunguan dengan plasenta yang seringkali masih melekat. Pada situasi yang berat pasien dapat mengalami perdarahan hebat, hipertensi, dan kadang-kadang nadinya tidak teraba. Insiden yang dilaporkan berkisar dari 1

Upload: netii-netiari-arii

Post on 27-Oct-2015

252 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: Isi Inversio Uteri

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perdarahan pervaginam ringan merupakan hal yang lazim selama persalinan aktif.

Akan tetapi, insidensi kematian ibu hamil akibat perdarahan dan penyulitnya masih tinggi.

Dalam laporan dari Centers for Disease Control and Prevention, terjadi peningkatan angka

kematian akibat perdarahan tiga kali lipat pada wanita Amerika-Afrika dibandingkan dengan

Kaukasia. Dalam sebuah analisis serupa terhadap 3777 kematian akibat kehamilan dari

Negara-negara bagian yang mencakup populasi Hispanik dalam sertifikat kematiannya,

Hopkins dkk. melaporkan bahwa perdarahan merupakan penyebab kematian ibu pada 20

persen kasus. Mereka memperlihatkan adanya perbedaan angka kematian pada wanita

Amerika-Afrika dan Hispanik dibandingkan wanita Kaukasian.

Inversio uteri merupakan salah satu faktor predisposisi yang dapat menyebabkan

terjadinya perdarahan. Invertio uteri adalah suatu keadaan terbaliknya fundus uteri ke dalam

kavum uteri. Pada kasus yang ekstrem, dokter dapat melihat endometrium yang berwarna

keunguan dengan plasenta yang seringkali masih melekat. Pada situasi yang berat pasien

dapat mengalami perdarahan hebat, hipertensi, dan kadang-kadang nadinya tidak teraba.

Insiden yang dilaporkan berkisar dari 1:100.000 hingga 1:5.000 kelahiran. Kadang-kadang

keadaan ini terlihat pada uterus tidak hamil dengan mioma bertangkai.

B. Rumusan Masalah

Bagaimana konsep dasar teori dan konsep dasar asuhan keperawatan pada pasien

dengan Inversio Uteri?

C. Tujuan

Untuk mengetahui konsep dasar teori dan konsep dasar asuhan keperawatan pada

pasien dengan penyakit Inversio Uteri.

1

Page 2: Isi Inversio Uteri

D. Manfaat

Sebagai bahan acuan dan pemahaman konsep mengenai konsep dasar teori dan

konsep dasar asuhan keperawatan pada pasien dengan Inversio Uteri.

E. Metode Penulisan

Makalah ini ditulis dengan teknik deskriptif kualitatif dimana data-data

bersifat sekunder. Makalah ini ditunjang dari dari data-data studi kepustakaan yaitu

dari buku-buku literattur penunjang masalah yang dibahas.

2

Page 3: Isi Inversio Uteri

BAB II

PEMBAHASAN

A. KONSEP PENYAKIT

1. Definisi/Pengertian

Inversio uteri merupakan keadaan dimana fundus uteri terbalik sebagian atau

seluruhnya masuk ke dalam kavum uteri, dapat terjadi secara mendadak atau perlahan.

Uterus dikatakan mengalami inversi jika bagian dalam menjadi di luar saat melahirkan

plasenta. Keadaan ini dapat menyebabkan terjadinya nyeri dan pendarahan. (Manuaba,

2001:450)

Inversio Uteri ialah suatu keadaan di mana bagian atas uters (fundus uteri)

memasuki kavum uteri sehingga fundus uteri sebelah dalam menonjol ke dalam kavum

uteri, bahkan ke dalam vagina atau keluar vagina dengan dinding endometriumnya

sebelah luar. (Prawihardjo Sarwono, Prof. Dr, 2007:442)

Inversio uteri adalah suatu keadaan dimana uterus terbalik dengan fundus uteri

masuk sebagian atau seluruhnya ke dalam kavum uteri, vagina atau keluar dari vulva.

2. Etiologi

Penyebab terjadinya inversio uteri belum dapat diketahui sepenuhnya dengan pasti

dan dianggap ada kaitannya dengan abnormalitas dari miometrium. Inversio uteri

sebagian dapat terjadi apontan dan lebih sering terjadi karena prosedur tindakan

persalinan dan kondisi ini tidak selalu dapat dicegah.

Inversio uteri biasanya dijumpai pada atau sesudah kala III persalinan. Tekanan

pada fundus uteri yang dilakukan ketika uterus tidak berkontraksi baik, tarikan pada talu

pusat, kontraksi uterus yang tidak normal, dapat merupakan permulaan masuknya

fundus uteri ked lam kavum uteri, dan kontraksi uterus berturut-turit mendorong fundus

yang terbalik ke bawah. Korpus uteri terbalik dapat melewati serviks uteri yang terbuka

sampai ke vagina. Jika penderita dapat mengatasi peristiwa ini dengan uterus tidak

direposisi, penyakitnya menjadi menahun.

3

Page 4: Isi Inversio Uteri

Inversio uteri dapat pula terjadi di luar persalinan. Mioma uteri submukosa yang

sedang dilahirkan secara perlaha-lahan menarik tempat insersinya pada dinding uterus

ke bwah kavum uteri, dan menyebabkan inversio uteri menahun.

Ada beberapa faktor penyebab yang mendukung untuk terjadinya suatu inversio

uteri yaitu:

a. Faktor predisposisi

1) Abnormalitas uterus

a) Plasenta adhesiva

b) Tali pusat pendek

c) Anomali kongenital (uterus bikornus)

d) Kelemahan dinding uterus

e) Implantasi plasenta pada fundus uteri

f) Riwayat inversio uteri sebelumnya

2) Kondisi fungsional uterus

a) Relaksasi miometrium

b) Gangguan mekanisme kontraksi uterus

c) Pemberian MgSO4

d) Atonia uteri

b. Faktor pencetus, antara lain:

1) Pengeluran plasenta secara manual

2) Peningkatan tekanan intrabdominal, seperti batuk-batuk, bersin, mengejan dan

lain-lain.

3) Kesalahan penanganan pada kala uri, yaitu:

a) Penekanan fundus uteri yang kurang tepat

b) Prasat Crede

c) Penarikan tali pusat yang kuat

d) Penggunaan oksitosin yang kurang bijaksana

4

Page 5: Isi Inversio Uteri

3. Klasifikasi Inversio Uteri

a. Berdasarkan waktu kejadian :

1) Inversio akut, terjadi segera setelah persalinan.

2) Inversio subakut, terbentuknya cincin kontriksi pada servik.

3) Inversio kronik, lebih dari 4 minggu pasca persalinan.

b. Berdasarkan derajat kelainan :

1) Derajat satu (inkomplit), korpus uteri tidak melewati kanalis servikalis.

2) Derajat dua (komplit), korpus uteri keluar melalui cincin servik tetapi tidak

mencapai introitus vagina.

3) Derajat tiga (totalis), korpus uteri mencapai atau keluar introitus vagina.

c. Berdasarkan Etiologi:

1) Inversio Uteri Non Obstetri: Biasanya disebabkan oleh mioma uteri

submukosum atau neoplasma yang lain

2) Inversio Uteri Obstetri : Merupakan inversio uteri tersering yang terjadi setelah

persalinan.

3) Spontan : grande multipara, atoni uteri, kelemahan alat kandungan, tekanan intra

abdominal yang tinggi (mengejan dan batuk).

4) Tindakan : cara Crade yang berlebihan, tarikan tali pusat, manual plasenta yang

dipaksakan, perlekatan plasenta pada dinding rahim

4. Patofisiologi

Implantasi plasenta yang abnormal terjadi apabila pembentukan desidua

terganggu. Plasenta dapat melekat kuat ke tempat implantasi, dengan sedikit atau tanpa

desidua, sehingga tidak terdapat garis pemisah fisiologis melalui lapisan spongiosa

desidua. Akibatnya, satu atau lebih kotiledon melekat erat ke desidua basalis yang cacat

atau bahkan ke miometrium. Apabila plasenta tertanam kuat dengan cara ini, kondisinya

disebut plasenta akreta.

Istilah plasenta akreta digunakan untuk menjelaskan semua implantasi

plasenta yang perlekatannya ke dinding uterus terlalu kuat. Akibat tidak adanya basalis

dan kelainan perkembangan lapisan fibrinoid (lapisan Nitabuch) secara parsial atau

total, vilus plasenta melekat ke miometrium (plasenta akreta), benar-benar menginvasi

miometrium (plasenta inkreta), atau menembus miometrium (plasenta perkreta).

5

Page 6: Isi Inversio Uteri

Adanya plasenta akreta memperbesar resiko terjadinya inversio uteri. Meskipun

inversio uteri dapat pula terjadi pada plasenta yang tidak perlekatannya tidak terlalu

kuat. Kondisi ini dapat pula terjadi bila penatalaksanaan kala III aktif tidak tepat. Akibat

adanya tarikan pada tali pusat yang terlalu kuat sementara plasenta belum benar-benar

terpisah dapat menyebabkan uterus ikut tertarik. Selain karena hal tersebut, kondisi

anatomi uterus juga menjadi faktor terjadinya inversio uteri. Dinding uterus yang terlalu

tipis dan lemah dapat ikut tertarik saat plasenta terlepas. Peningkatan tekanan

intraabdominal akibat mengejan dan batuk dapat pula menyebabkan uterus menjadi

terdorong membelok keluar. (Cunningham et al, 2005:709)

5. Pathway

Terlampir

6. Manifestasi Klinis

Inversio uteri sering kali tidak menampakkan gejala yang khas, sehingga

dignosis sering tidak dapat ditegakkan pada saat dini. Syok merupakan gejala yang

sering menyertai suatu inversio uteri. Syok atau gejala-gejala syok terjadi tidak sesuai

dengan jumlah perdarahan yang terjadi, oleh karena itu sangat bijaksana bila syok yang

terjadi setelah persalinan tidak disertai dengan perdarahan yang berarti untuk

memperkirakan suatu inversio uteri. Syok dapat disebabkan karena nyeri hebat, akibat

ligamentum yang terjepit di dalam cincin serviks dan rangsangan serta tarikan pada

peritoneum atau akibat syok kardiovaskuler.

Perdarahan tidak begitu jelas, kadang-kadang sedikit, tetapi dapat pula terjadi

perdarahan yang hebat, menyusul inversio uteri prolaps dimana bila plasenta lepas atau

telah lepas perdarahan tidak berhenti karena tidak ada kontraksi uterus. Perdarahan

tersebut dapat memperberat keadaan syok yang telah ada sebelumnya bahkan dapat

menimbulkan kematian. Dilaporkan 90% kematian terjadi dalam dua jam postpartum

akibat perdarahan atau syok.

Pada pemeriksaan palpasi, didapatkan cekungan pada bagian fundus uteri,

bahkan kadang-kadang fundus uteri tidak dijumpai dimana seharusnya fundus uteri

dijumpai pada pemeriksaan tersebut. Pada pemeriksaan dalam teraba tumor lunak di

dalam atau di luar serviks atau di dalam rongga vagina, pada keadaan yang berat

(komplit) tampak tumor berwarna merah keabuan yang kadang-kadang plasenta masih

6

Page 7: Isi Inversio Uteri

melekat dengan ostium tuba dan endometrium berwarna merah muda dan kasar serta

berdarah.

Tetapi hal ini dibedakan dengan tumor / mioma uteri submukosa yang terlahir,

pada mioma uteri yang terlahir, fundus uteri masih dapat diraba dan berada pada

tempatnya serta jarang sekali mioma submukosa ditemukan pada kehamilan dan

persalinan yang cukup bulan atau hampir cukup bulan. Pada kasus inversio uteri yang

kronis akan didapatkan gangren dan strangulasi jaringan inversio oleh cincin serviks.

Mengingat kasus ini jarang didapatkan dan kadang-kadang tanpa gejala yang

khas maka perlu ketajaman pemeriksaan dengan cara :

a. Meningkatkan derajat kecurigaan yang tinggi

b. Palpasi abdomen segera setelah persalinan

c. Periksa dalam

d. Menyingkirkan kemungkinan adanya ruptur uteri

7. Diagnosis

Untuk menegakkan diagnosis inversio uteri didapatkan tanda-tanda sbb :

a. Pada penderita pasca persalinan ditemukan :

1) Nyeri yang hebat

2) Syok / tanda-tanda syok, dengan jumlah perdarahan yang tidak sesuai

3) Perdarahan

4) Nekrosis

b. Pada pemeriksaan dalam didapatkan :

1) Bila inversio uteri ringan didapatkan fundus uteri cekung ke dalam

2) Bila komplit, di atas simfisis uterus tidak teraba lagi, sementara di dalam

vagina teraba tumor lunak

3) Kavum uteri tidak ada ( terbalik )

8. Penatalaksanaan

Untuk memperkecil kemungkinan terjadinya renjatan vasovagal dan perdarahan

maka harus segera dilakukan tindakan reposisi secepat mungkin.

7

Page 8: Isi Inversio Uteri

Segera lakukan tindakan resusitasi. Bila plasenta masih melekat , jangan dilepas

oleh karena tindakan ini akan memicu perdarahan hebat. Salah satu tehnik reposisi

adalah dengan menempatkan jari tangan pada fornix posterior, dorong uterus kembali

kedalam vagina, dorong fundus kearah umbilikus dan memungkinkan ligamentum

uterus menarik uterus kembali ke posisi semula. Sebagai tehnik alternatif : dengan

menggunakan 3 – 4 jari yang diletakkan pada bagian tengah fundus dilakukan dorongan

kearah umbilkus sampai uterus kembali keposisi normal. Setelah reposisi berhasil,

tangan dalam harus tetap didalam dan menekan fundus uteri. Berikan oksitosin dan

setelah terjadi kontraksi , tangan dalam boleh dikeluarkan perlahan agar inversio uteri

tidak berulang. Bila reposisi per vaginam gagal, maka dilakukan reposisi melalui

laparotomi

9. Komplikasi

Komplikasi yang dapat timbul dari inversio uteri yang paling sering adalah

terjadinya perdarahan akut yang dapat mengancam nyawa, dan bila tidak ditangani

segera dapat menyebabkan kematian. (Cunningham et al, 2005: 711)

8

Page 9: Isi Inversio Uteri

B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian

Dalam melakukan pengkajian pada klien inversio uteri menggunakan pendekatan

bersifat menyeluruh yaitu :

a. Identitas klien: nama, umur, pekerjaan, pendidikan, alamat, medical record, dll.

b. Keluhan utama: nyeri, perdarahan dari jalan lahir, badan lemah, keluar keringat

dingin, kesulitan nafas, pusing, pandangan berkunang-kunang.

c. Riwayat kehamilan dan persalinan: riwayat hipertensi dalam kehamilan,

multipara, nulipara, anemia, perdarahan saat hamil, persalinan dengan tindakan,

induksi persalinan, manipulasi kala II dan III.

d. Riwayat kesehatan: kelainan darah dan hipertensi.

e. Pengkajian fisik:

1) Tanda vital:

Tekanan darah : Normal/turun

Nadi                  : Normal/meningkat

Pernafasan : Normal/meningkat

Suhu                 : Normal/meningkat

Kesadaran : Normal/turun

2) Fundus uteri/abdomen : teraba cekungan mirip kawah.

3) Kulit: dingin, berkeringat, kering, hangat, pucat, CRT memanjang.

4) Pervaginam: pemeriksaan dalam teraba dinding fundus uteri, tampak uterus

pada vagina, ada tidaknya perdarahan, robekan.

5) Kandung kemih : distensi, produksi urin menurun/berkurang.

2. Diagnosa Keperawatan

a. Nyeri akut berhubungan dengan inversio uteri

b. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan perdarahan pervaginam

c. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan perdarahan pervaginam

d. Ansietas berhubungan dengan perubahan keadaan atau ancaman kematian

e. Resiko infeksi berhubungan dengan perdarahan akibat inversio uteri

9

Page 10: Isi Inversio Uteri

10

Page 11: Isi Inversio Uteri

3. Rencana Keperawatan

No Dx. Keperawatan Tujuan dan kriteria hasil Intervensi Rasional

11

Page 12: Isi Inversio Uteri

1. Nyeri akut

berhubungan

dengan inversio

uteri

Setelah diberikan tindakan

keperawatan selama (..x..),

diharapkan nyeri berkurang

atau terkontrol, dengan

kriteria hasil:

a. Mengungkapkan nyeri

dan tegang di perutnya

berkurang

b. Skala nyeri 0-1

c. Dapat melakukan

tindakan untuk

mengurangi nyeri

d. Kooperatif dengan

tindakan yang dilakukan

e. TTV dalam batas

normal ; Suhu : 36-37 0

C, TD : 120/80 mmHg,

RR :18-20x/menit,

Nadi : 80-100 x/menit

1) Kaji intensitas, karakteristik, dan

derajat nyeri (PQRST)

2) Observasi keluhan dan TTV

(S,N,TD,RR)

3) Pertahankan tirah baring selama

masa akut

4) Berikan tindakan non farmakologis

teknis distraksi atau relaksasi :

ciptakan lingkungan terapeutik

5) Libatkan suami dan keluarga

6) Kolaborasi pemberian analgetik

sesuai indikasi

1) Pengkajian yang spesifik membantu

memilih intervensi yang tepat

2) Mengetahui perkembangan kondisi

klien.

3) Meminimalkan stimulasi atau

meningkatkan relaksasi

4) Distraksi bertujuan mengalihkan

perhatian klien terhadap nyeri.

Relaksasi bertujuan untuk

melemaskan otot sehingga klien lebih

tenang dan mempunyai pola koping

yang lebih positif

5) Memberi dukungan mental kepada

klien

6) Menghilangkan nyeri; meningkatkan

relaksasi dan koping dengan

kontraksi

2 Gangguan perfusi

jaringan

Setelah diberikan tindakan

keperawatan diharapkan

1) Perhatikan Hb/Ht sebelum dan

sesudah kehilangan darah. Observasi

1) Nilai bandingan membantu

menentukan beratnya kehilangan

12

Page 13: Isi Inversio Uteri

berhubungan

dengan perdarahan

pervaginam

perfusi jaringan kembali

normal dengan kriteria

hasil:

a. TD, nadi darah arteri,

Hb/Ht dalam batas

normal; pengisian

kapiler cepat; fungsi

hormonal normal

status nutrisi, tinggi, dan berat badan.

2) Pantau tanda vital, catat derajat, dan

durasi episode hipovolemik.

3) Perhatikan tingakat kesadaran dan

adanya perubahan perilaku.

4) Observasi warna dasar kuku, mukosa

mulut, gusi dan lidah serta

perhatikan suhu kulit.

5) Pantau payudara setiap hari,

darah. Status sebelumnya dari

kesehatan yang buruk meningkatkan

luasnya cedera karena kekurangan O2.

Luasnya keterlibatan hipofise dapat

dihubungkan dengan derajat dan

durasi hipotensi.

2) Peningkatan frekuensi pernapasan

dapat menunjukkan upaya untuk

mengatasi asidodis metabolik.

3) Perubahan sensorium adalah

indikator dini hipoksia, sianosis tanda

lahir, mungkin tidak tampak sampai

kadar PO2 turun di bawah 50 mmHg.

4) Pada kompensasi vasokontriksi dan

pirau organ vital sirkulasi pada

pembuluh darah perifer diturunkan

yang mengakibatkan sianosis dan

suhu kulit dingin.

5) Kerusakan hipofis anterior

13

Page 14: Isi Inversio Uteri

perhatikan ada atau tidaknya laktasi

dan perubahan ukuran payudara.

Kolaborasi

1) Pantau kadar pH

2) Berikan terapi oksigen sesuai

kebutuhan.

menurunkan kadar prolaktin,

mengakibatkan tidak adanya produksi

ASI, dan akhirnya menurunkan

jaringan kelenjar payudara.

Kolaborasi

1) Membantu dalam mendiagnosis

derajat hipoksia jaringan atau asidosis

yang diakibatkan oleh terbentuknya

asam laktat dari metabolisme

anaerobik.

2) Memaksimalkan ketersediaan oksigen

untuk transpor sirkulasi ke jaringan.

3. Kekurangan

volume cairan

berhubungan

dengan perdarahan

pervaginam

Setelah diberikan tindakan

keperawatan selama (..x..),

diharapkan volume cairan

adekuat dengan kreteria

hasil :

a. Tanda-tanda vital dalam

batas normal

1) Observasi dan catat jumlah, tipe, dan

sisi perdarahan. Timbang dan hitung

pembalut. Simpan bekuan dan

jaringan untuk dievaluasi oleh

dokter.

1) Perkiraan kehilangan darah, arterial

versus vena, dan adanya bekuan

membantu membuat dignosis

banding serta menentukan kebutuhan

penggantian (1 gram peningkatan

berat pembalut sama dengan kurang

14

Page 15: Isi Inversio Uteri

b. Pengisian kapiler cepat

(kurang dari 3 detik)

c. Input dan output cairan

seimbang

d. Berat jenis urine dalam

batas nornal.

2) Perhatikan hipotensi dan takikardi,

perlambatan pengisian kapiler atau

sianosis dasar buku, serta membran

mukosa dan bibir.

3) Monitor intake dan output setiap 5-

10 menit

4) Lakukan masase uterus dengan satu

tangan serta tangan lainnya diletakan

diatas simpisis.

5) Berikan infus atau cairan intravena

lebih 1ml kehilangan darah).

2) Tanda-tanda menunjukkan

hipovolemik dan terjadinya syok.

Perubahan tekanan darah tidak dapat

dideteksi sampai volume cairan telah

menurun hingga 30-50%. Sianosia

adalah tanda akhir dari hipoksia.

3) Bermanfaat dalam memperkirakan

luas/signifikansi kehilangan cairan.

Volume perfusi/ sirkulasi adekuat

ditunjukkan dengan keluaran 30-

50%.

4) Penempatan satu tangan di atas

simfisis pubis mencegah

kemungkinan inversi uterus selama

masase.

5) Mengganti cairan yang hilang

4 Ansietas

berhubungan

dengan perubahan

keadaan atau

Setelah diberikan tindakan

keperawatan selama (…

x…) diharapkan klien tidak

cemas dan dapat mengerti

1) Anjurkan klilen untuk

mengemukakan hal-hal yang

dicemaskan

1) Mengungkapkan perasaan tentang

hal-hal yang dicemaskan dapat

mengurangi beban pikiran klien

2) Mengurangi kecemasan klien

15

Page 16: Isi Inversio Uteri

ancaman kematian tentang keadaannya, dengan

kriteria hasil :

a. Klien melaporkan cemas

berkurang

b. Klien tampak tenang

dan tidak gelisah

2) Beri penjelasan tentang kondisi klien

3) Anjurkan keluarga untuk

mendampingi dan memberi

dukungan kepada klien

4) Anjurkan penggunaan teknik

pernapasan dan latihan relaksasi.

mengenai kondisinya

3) Dukungan keluarga dapat

memberikan rasa aman kepada klien

dan mengurangi kecemasan klien

4) Memberikan perasaan rileks sehingga

dapat menurunkan kecemasan klien

5. Resiko infeksi

berhubungan

dengan perdarahan

akibat inversio

uteri

Setelah diberikan tindakan

keperawatan selama …x…

diharapkan tidak terjadi

infeksi dengan kriteria

hasil :

a. Tidak ada tanda-tanda

infeksi

1) Kaji TTV

2) Observasi adanya tanda-tanda

infeksi

3) Berikakan perawatan aseptik dan

antiseptik, pertahankan tehnik cuci

tangan yang baik

4) Kaji terhadap tanda – tanda infeksi

saluran kemih

5) Lakukan kolaborasi untuk

1) Mengetahui perkembangan kondisi

klien.

2) Deteksi dini perkembangan infeksi

memungkinkan untuk melakukan

tindakan dengan segera dan

pencegahan terhadap konflikasi

selanjutnya

3) Cara pertama untuk menghindari

terjadinya infeksi nasokomial

4) Gejala ISK dapat tampak pada hari

ke-2 sampai ke-3 pascapartum karena

naiknya infeksi traktus dari uretra ke

kandung kemih.

5) Antibiotik mencegah infeksi

16

Page 17: Isi Inversio Uteri

pemberian antibiotic

17

Page 18: Isi Inversio Uteri

3. Implementasi

Implementasi disesuaikan dengan intervensi

4. Evaluasi

Dx 1 :

a. Mengungkapkan nyeri dan tegang di perutnya berkurang

b. Skala nyeri 0-1

c. Dapat melakukan tindakan untuk mengurangi nyeri

d. Kooperatif dengan tindakan yang dilakukan

e. TTV dalam batas normal ; Suhu : 36-37 0 C, TD : 120/80 mmHg, RR :18-

20x/menit, Nadi : 80-100 x/menit

Dx 2 :

a. TD, nadi darah arteri, Hb/Ht dalam batas normal; pengisian kapiler cepat;

fungsi hormonal normal

Dx 3 :

a. Tanda-tanda vital dalam batas normal

b. Pengisian kapiler cepat (kurang dari 3 detik)

c. Input dan output cairan seimbang

d. Berat jenis urine dalam batas nornal.

Dx 4 :

a. Klien melaporkan cemas berkurang

b. Klien tampak tenang dan tidak gelisah

Dx 5 :

a. Tidak ada tanda-tanda infeksi

18

Page 19: Isi Inversio Uteri

BAB III

PENUTUP

A. SIMPULAN

Inversio uteri merupakan keadaan dimana fundus uteri terbalik sebagian atau

seluruhnya masuk ke dalam kavum uteri, dapat terjadi secara mendadak atau

perlahan.

Invertio uteri dibedakan menjadi 3 yaitu invertio uteri complete, incomplete

dan prolaps. Penyebab tejadinya invoutio uteri secara umum yaitu:

a. Spontan: grande multipara, atoni uteri, kelemahan alat kandungan, tekanan

intra abdominal yang tinggi (mengejan dan batuk).

b. Tindakan: cara Crade yang berlebihan, tarikan tali pusat, manual plasenta yang

dipaksakan, perlekatan plasenta pada dinding rahim.

Prinsip penanganan pada invertio uteri adalah melakukan pencegahan dengan

melakukan tindakan kala III yang benar yakni dengan tidak menarik tali pusat

sebelum plasenta benar-benar terlepas. Bila telah terjadi invertio uteri maka tindakan

yang dilakukan adalah dengan melakukan reposisi uterus dan mencegah terjadinya

perdarahan yang lebih banyak..

19

Page 20: Isi Inversio Uteri

DAFTAR PUSTAKA

Bobak . 2004. Buku ajar keperawatan maternitas, edisi 4 . Jakarta: EGC

Doengoes E.Marylin.2001.Rencana Perawatan Maternal/bayi.Pedoman Untuk Perencanaan

Dan Dokumentasi Perawatan Klien.Edisi 2.Jakarta.EGC.

Esti Nugraheni.2009.Asuhan Kebidanan Patologi.Yogyakarta:Pustaka Rihama

Hanifa,dkk.2005.Ilmu Kebidanan.Edisi 3.Cetakan 7.Jakarta.Yayasan Bina Pustaka Sarwono

Prawihardjo

Mansjoer arif.dkk . 2001.Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 3 JILID 1.FK UI . JAKARTA

Mitayani.2009. Asuhan keperawatan Maternitas. Jakarta: Salemba Medika

Obstreti Patologi. 1984. Bagian Obstretri dan Ginekologi.FKUP Elstar:Bandung.

Sarwono. 1997. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan bina pustaka Sarwono Prawirohardjo

20