inversio uteri
DESCRIPTION
inversio uteriTRANSCRIPT
BAB I
LAPORAN KASUS
IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. F
Umur : 21 tahun
Alamat : Ciseah, Kopo RT O1/ 01 Kutawaringin, Kabupaten Bandung.
Agama : Islam
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : IRT
No. Medrek : 450237
Tanggal masuk : Jumat, 04 Oktober 2013. Pukul 11.06 WIB
Identitas Suami
Nama : Tn. W
Umur : 22 tahun
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Buruh
ANAMNESIS
Anamnesis dilakukan secara alloanamnesis dan autoanamnesis
Keluhan Utama : Perdarahan setelah melahirkan
Riwayat Penyakit Sekarang :
P2A0 Datang diantar keluarga, mengaku telah melahirkan bayi satu jam SMRS. Bayi
lahir spontan, jenis kelamin laki-laki, langsung menangis, ditolong paraji. Menurut
keterangan keluarga, proses persalinan berjalan lancar dan tanpa gangguan. Namun saat ari-
ari dilahirkan, ada sesuatu yang menempel pada ari-ari yang menurut paraji adalah rahim
yang ikut tertarik. Terjadi perdarahan banyak. Pihak keluarga memutuskan untuk membawa
pasien ke RSUD Soreang.
Pasien merasa mulas sejak 1 hari SMRS yang semakin kuat dan sering. Karena pasien
merasa tidak kuat menahan sakit, keluarga memutuskan untuk memanggil paraji untuk
menolong persalinan.
1
Riwayat Penyakit Dahulu :
Riwayat hipertensi disangkal, riwayat trauma disangkal, tidak ada pendarahan, kemudian
pasien kontrol ke bidan dan dinyatakan tidak ada kelainan pada kehamilan pasien.
Riwayat pernikahan :
1. ♀ 17 tahun, SMP, IRT
♂ 17 tahun, SMP, Buruh
2. ♀ 20 tahun, SMP, IRT
♂ 21 tahun, SMP, Buruh
Riwayat Obstetri :
1. ♂, 4 tahun, RS , aterm, 3000 gram, hidup
2. ♂, 1 hari, paraji, aterm, 3100 gram, hidup
Riwayat haid : menarche usia 13 tahun, teratur, lamanya 6-7 hari
Kontrasepsi : -
ANC : 4x, bidan
USG : -
Imunisasi : -
PEMERIKSAAN FISIK
Status Generalis
Keadaan Umum : Composmentis
Tekanan darah : 90/60 mmHg
Nadi : 112 x / menit
Respirasi : 24 x / menit
Suhu : afebris
Kepala : Normocephal
Mata : Konjungtiva anemis (+), sklera ikterik (-)
Leher : KGB tidak teraba membesar, JVP tidak meningkat
Thorak : Simetris
Paru-paru : VBS +/+, wheezing -/-, rhonki -/-
Jantung : BJ I-II reguler, murmur (-), gallop (-)
Abdomen : Cembung, tegang, nyeri tekan (+)
2
Ekstremitas : akral dingin, edema -/-
Genitalia :
- Inspeksi : Vulva dan uretra dalam batas normal, tampak adanya darah / bekuan darah di
introitus vagina.
Status Obstetri
Pemeriksaan Luar :
- TFU : tidak teraba
Pemeriksaan Dalam :
- Vulva / vagina : tidak ada kelainan
- Teraba fundus uteri
- Perdarahan (+)
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan laboratorium
- Hemoglobin : 6,5 g/dL
DIAGNOSIS KERJA
P2A0 Partus Maturus Spontan (diparaji) dengan inversio uteri
DIAGNOSIS BANDING
Prolaps uteri
PENATALAKSANAAN
- IVFD RL 2 labu , tetes cepat (tangan kanan dan kiri)
- Konsul anestesi : fentanil dan propofol
- Reposisi manual
- Metronidazole fl 1
- Metergin iv 1 ampul
- Cefotaxime 2x1 gr
- Transfusi darah PRC 1 labu
- Balon kateter
3
PROGNOSIS
Quo ad vitam : dubia ad bonam
Quo ad functionam : dubia ad bonam
Quo ad sanactionam : dubia ad malam
Pemantauan Pasca Reposisi
Pukul Tekanan darah Nadi Respirasi Diuresis
11.00 90/60 144 24 50 cc
11.30 80/50 133 24 50 cc
11.45 90/50 132 20 100 cc
12.00 90/60 122 22 100 cc
12.15 90/60 120 24 100 cc
12.30 80/50 129 21 100 cc
12.45 90/50 112 20 100 cc
13.00 90/60 110 22 120 cc
13.15 90/60 100 20 120 cc
13.30 90/60 98 22 120 cc
13.45 100/60 96 20 160 cc
14.00 100/70 88 22 180 cc
14.15 100/60 88 22 200 cc
14.30 100/70 80 20 200 cc
14.45 100/70 72 20 200 cc
FOLLOW UP
6 Oktober 2013
KU : Composmentis
Keluhan : tanpa keluhan
TD : 100/60 mmHg
Nadi : 80 x / menit
Respirasi : 20 x / menit
Abdomen : Datar, lembut, DM (-), NT (+)
TFU : 3 jari dibawah pusat
4
Diuresis : 400 cc
Pendarahan : + mininal
Hasil Lab : Hb 7,5 g/dL
Diagnosis : P2A0 partus maturus spontan (diluar) post reposisi inversio uteri
Terapi : - Infus RL 20 gtt/menit
- Cefotaxime 2 x 1 iv
- asam mefenamat 3x 500 mg (peroral)
- Lepas balon kateter
- Rencana tranfusi darah PRC 1 labu
- Cek Hb post tranfusi darah
- Observasi KU, TTV, pendarahan.
7 Oktober 2013
KU : Composmentis
Keluhan : tanpa keluhan
TD : 100/60 mmHg
Nadi : 88 x / menit
Respirasi : 20 x / menit
Abdomen : Datar, lembut, DM (-), NT (-)
TFU : tidak teraba
Diuresis : 500 cc
Pendarahan : + (minimal)
Hasil Lab : Hb 8,0 g/dL
Diagnosis : P2A0 partus maturus spontan (diluar) post reposisi inversio uteri
Terapi : - Cefadroxyl 2x1 tab
- Asam mefenamat 3x1 tab
- BLPL
5
- BAB II
PEMBAHASAN
Mengapa pada pasien ini di diagnosis Inversio uteri ?
Inversio uteri adalah keadaan dimana fundus uteri terbalik sebagian atau
seluruhnya masuk ke dalam kavum uteri. dapat keluar melalui kanalis servikalis sehingga
menonjol ke dalam vagina.
Pada inversio uteri, dimana uterus terputar balik dengan fundus uteri terdapat dalam
vagina dengan selaput lendirnya sebelah luar, keadaan ini disebut inversio uteri completa.
Kalau hanya fundus menekuk ke dalam dan tidak keluar ostium uteri, disebut inversio
uteri incompleta.
Kalau uterus yang berputar balik itu keluar dari vulva, disebut inversio prolaps.
6
Walaupun kejadian inversio uteri sangat jarang, tetapi merupakan komplikasi
persalinan yang serius. Hal ini terjadi karena inversio uteri dapat mengancam kehidupan
dengan adanya perdarahan sampai syok, sepsis, bahkan kematian. Dilaporkan 90% kematian
terjadi dalam 2 jam post partum akibat perdarahan atau syok.
Untuk menegakkan diagnosis inversio uteri dilakukan palpasi abdomen dan pemeriksaan
dalam.
1. Dijumpai pada kala III atau post partum dengan gejala nyeri yang hebat, perdarahan
yang banyak sampai syok. Apalagi bila plasenta masih melekat dan sebagian sudah
ada yang terlepas dan dapat terjadi strangulasi dan nekrosis.
2. Pemeriksaan dalam :
Bila masih inkomplit maka pada daerah simfisis uterus teraba fundus uteri
cekung ke dalam.
Bila komplit, fundus uteri tidak dapat diraba, di atas simfisis uterus teraba
kosong dan dalam vagina teraba tumor lunak.
Kavum uteri sudah tidak ada (terbalik)
7
Apa faktor resiko terjadinya inversio uteri pada pasien ini?
Faktor-faktor yang memudahkan terjadinya inversio uteri :
1. Tonus otot rahim yang lemah, yaitu uterus yang lembek, lemah, tipis dindingnya.
2. Tekanan atau tarikan pada fundus (tekanan intraabdominal, tekanan dengan tangan,
tarikan tali pusat yang berlebihan)
3. Patulous kanalis servikalis.
Maka inversio uteri dapat terjadi waktu batuk, bersin atau mengejan.
Frekuensi inversio uteri : angka kejadian 1 : 20.000 persalinan.
Penarikan tali pusat berlebihan menyebabkan inversio uteri
Bagaimana penanganan yang tepat pada pasien ini?
Tertundanya penanganan akan sangat meningkatkan angka kematian. Sejumlah
langkah perlu dilakukan segera dan secara simultan.
Pencegahan : hati-hati dalam memimpin persalinan, jangan terlalu mendorong rahim atau
melakukan perasat Crede berulang-ulang dan hati-hatilah dalam menarik tali pusat serta
melakukan pengeluaran plasenta dengan tajam.
8
PENCEGAHAN INVERSI SEBELUM TINDAKAN :
KOREKSI MANUAL :
Pasang sarung tangan DTT
Uterus yang baru mengalami inversi dengan plasenta yang sudah terlepas mungkin
dengan mudah dapat dikembalikan dengan cara mendorong fundus dengan telapak
tangan dan jari tangan mengarah ke sumbu panjang vagina. Pegang uterus pada
daerah insersi tali pusat dan masukkan kembali melalui serviks. Gunakan tangan lain
untuk membantu menahan uterus dari dinding abdomen. Jika plasenta masih belum
terlepas, lakukan plasenta manual setelah tindakan koreksi, sampai sistem infus
terpasang, cairan dialirkan dan anestesia sebaiknya halotan atau enfluran telah
diberikan. Obat tokolitik misalnya terbutalin, ritodrin atau magnesium sulfat
dilaporkan berhasil digunakan untuk relaksasi uterus dan reposisi. Segera setelah
uterus dikembalikan ke posisi normalnya, obat yang digunakan untuk relaksasi
dihentikan dan secara bersamaan pasien diberi oksitosin agar uterus berkontraksi
sementara operator mempertahankan fundus dalam posisi normal.
Gambar reposisi inversio uteri secara manual
Jika koreksi manual tidak berhasil, lakukan koreksi hidrostatik.
9
KOREKSI HIDROSTATIK :
Pasien dalam posisi Trendelenburg, dengan kepala lebih rendah sekitar 50 cm dari
perineum.
Siapkan sistem bilas yang sudah desinfeksi, berupa selang 2 m berujung penyemprot
berlubang lebar. Selang disambung dengan tabung berisi air hangat 3 – 5 l (atau
NaCl) dan dipasang setinggi 2 m.
Identifikasi forniks posterior
Pasang ujung selang douche pada forniks posterior sampai menutup labia sekitar
ujung selang dengan tangan.
Guyur air dengan leluasa agar menekan uterus ke posisi semula.
KOREKSI KOMBINASI ABDOMINAL – VAGINAL
Umumnya uterus yang mengalami inversio dapat dipulihkan keposisinya yang normal
dengan teknik-teknik di atas. Apabila uterus masih tidak dapat direposisi, maka :
Kaji ulang indikasi
Lakukan insisi dinding abdomen sampai peritoneum, dan singkirkan usus dengan
kasa. Tampak uterus berupa lekukan.
Dengan jari tnagn lakukan dilatasi cincin kontriksi serviks
Pasang tenakulum melalui cincing serviks pada fundus
Lakukan tarikan / traksi ringan pada fundus sementara asisten melakukan koreksi
menual melalui vagina.
Jika tindakan traksi gagal, lakukan insisi cincin konstriksi serviks di bagian belakang
untuk menghindari risiko cedera kandung kemih, ulang tindakan dilatasi, pemasangan
tenakulum dan traksi fundus.
Jika koreksi berhasil, tutup dindnig abdomen setelah melakukan penjahitan
hemostasis dan dipastikan tidak ada perdarahan.
Jika ada infeksi, pasang drain karet.
10
PERAWATAN PASCA TINDAKAN :
Jika inversi sudah diperbaiki, berikan infus oksitosin 20 unit dalam 500 ml I.V (NaCl
0,9 % atau Ringer Laktat) 10 tetes/menit.
- Jika dicurigai terjadi perdarahan, berikan infus sampai dengan 60 tetes
permenit.
- Jika kontraksi uterus kurang baik, berikan ergometrin 0,2 mg atau
prostaglandin
Berikan antibiotika profilaksis dosis tunggal :
- Ampisilin 2 g I.V dan Metronidazol 500 mg I.V
- Atau sefazolin 1 g I.V dan Metronidazol 500 mg I.V
Lakukan perawatan pasca bedah jika dilakukan koreksi kombinasi abdominal-
vaginal.
Jika ada tanda infeksi berikan antibiotika kombinasi sampai pasien bebas demam
selama 48 jam.
- Ampisilin 2 g I.V tiap 6 jam
- Dengan gentamisin 5 mg/kg berat badan I.V setiap 24 jam.
- Dengan metronidazol 500 mg I.V setiap 8 jam.
Berikan analgesik jika perlu.
Bagaimana prognosis pada pasien ini?
Makin lambat keadaan ini diketahui dan diobati makin buruk prognosa, tetapi jika
pasien dapat mengatasi 48 jam dengan inversio uteri maka maka prognosa berangsur
baik.
11
DAFTAR PUSTAKA
1. http://www.siaksoft.net/index.php?
option=com_content&task=view&id=2557&Itemid=102&limit=1&limitstart=4
2. Bagian Obstetri & Ginekologi, 1984. Obstetri Patologi. Bagian Obstetri &
Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran Bandung. Elstar offset.
Bandung
3. http://www.urogynindonesia.com/index2.php?option=com_content&do_pdf=1&id=6 ,
4. Cunningham gary.F,dkk, 2006. Obstetri Williams. Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Jakarta
5. Saifuddin Abdul Bari, Prof.dr.SpOG,MPH, 2002. Buku Panduan Praktis Pelayanan
Kesehatan Maternal dan Neonatal. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Jakarta
12
CASE REPORT
Inversio Uteri
OLEH :
Ratri Ramadianingtyas
PEMBIMBING :
dr. Aditiyo Januajie , Sp.OG, M.Kes
dr. Iman SF Wirayat, Sp.OG (K)
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS YARSI
2013
13
14