crs pa ayi

42
Identitas Pasien Nama : Tn. Ayi Darman Usia : 57 tahun Alamat : Komplek Permata No. 20, Cimahi Agama : Islam Pekerjaan : Tidak bekerja Status : Belum Menikah Tanggal pemeriksaan : 22 Januari 2014 Keluarga Terdekat Nama : Drs, Tatang Rahmat Hubungan : Adik kandung Alamat : Komplek Permata No. 20, Cimahi Telepon : 022 -6633103 Penanggung jawab pasien Nama : Drs, Tatang Rahmat Hubungan : Adik kandung Alamat : Komplek Pertmata No. 20, Cimahi Pekerjaan : - 1

Upload: agrimiqbal

Post on 21-Dec-2015

254 views

Category:

Documents


5 download

DESCRIPTION

pak ayi dustira

TRANSCRIPT

Page 1: crs pa Ayi

Identitas Pasien

Nama : Tn. Ayi Darman

Usia : 57 tahun

Alamat : Komplek Permata No. 20, Cimahi

Agama : Islam

Pekerjaan : Tidak bekerja

Status : Belum Menikah

Tanggal pemeriksaan : 22 Januari 2014

Keluarga Terdekat

Nama : Drs, Tatang Rahmat

Hubungan : Adik kandung

Alamat : Komplek Permata No. 20, Cimahi

Telepon : 022 -6633103

Penanggung jawab pasien

Nama : Drs, Tatang Rahmat

Hubungan : Adik kandung

Alamat : Komplek Pertmata No. 20, Cimahi

Pekerjaan : -

Penghasilan/bulan : -

1

Page 2: crs pa Ayi

Keterangan diperoleh dari:

Nama : Drs, Tatang Rahmat

Hubungan : Adik kandung

Sifat perkenalan : Baik

Kebenaran Anamnesa: Dapat dipercaya

Keluhan Utama

Pasien marah-marah dan mengamuk tanpa sebab yang jelas

Riwayat Penyakit Sekarang

Sejak satu minggu sebelum masuk rumah sakit, penderita sering terlihat

marah-marah tanpa sebab yang jelas, seperti melempar barang yang ada di sekitarnya.

Hal ini terjadi karena penderita tidak mau meminum obat dan tidak mau dibawa

untuk kontrol ke rumah sakit, penderita merasa dirinya tidak sakit.

Semakin hari semakin semakin sering marah-marah dan mengamuk tanpa

sebab. Selain itu, penderita juga sering terlihat berbicara sendiri dan menjawab

tulisan-tulisan yang ada di dinding dengan isi pembicaraan yang tidak jelas. Penderita

juga menjadi tidak mau mandi, tetapi penderita masih mau makan dan minum. Bila

diajak berbicara penderita menjawab melantur.

2

Page 3: crs pa Ayi

Riwayat Penyakit Dahulu

Penderita pertama kali dirawat pada usia 30 tahun (1986), dengan keluhan

marah-marah, sering bicara sendiri dan bicara melantur. Hal tersebut terjadi setelah

pasien ditinggal pacar penderita menikah lebih dahulu dengan pria lain tanpa alasan

yang jelas. Penderita pernah dirawat sebanyak 17 kali, yaitu di Rumah Sakit Hasan

Sadikin (RSHS) sebanyak 5 kali, perawatan di Rumah Sakit Jiwa Cisarua sebanyak 1

kali dan seterusnya dirawat di Rumah Sakit Dustira. Setelah tiga bulan perawatan

pertama di RSHS penderita pulang dengan perbaikan. Namun pada tahun 1994 pasien

dilakukan perawatan kembali karena pasien enggan diajak pindah ke Jakarta oleh

istrinya dengan alasan sudah betah kerja di Bandung. Hal ini mengakibatkan

hubungan rumah tangganya menjadi kurang harmonis. Penderita dirawat selama tiga

bulan, lalu pulang dengan perbaikan. Pada tahun 1998 pasien dirawat kembali karena

bercerai dengan istrinya.

Pada tahun 2000 pasien dirawat untuk kelima kalinya karena pasien tidak mau

minum obat dan penderita sering memikirkan anaknya yang dibawa dan diasuh oleh

istrinya setelah perceraian. Penderita dirawat selama tiga bulan, lalu pulang dengan

perbaikan. Penderita dirawat keenam kalinya pada tahun 2002 karena ibu pasien

meninggal. Penderita dirawat selama dua bulan, lalu pulang dengan perbaikan.

Penderita dirawat ketujuh kalinya pada tahun 2004 karena ayah pasien meninggal.

Penderita dirawat selama dua bulan, lalu pulang dengan perbaikan. Pendeita dirawat

kedelapan dan seterusnya karena penderita tidak mau minum obat dan tidak mau

dibawa ke rumah sakit untuk kontrol, karena penderita merasa tidak sakit. Riwayat

3

Page 4: crs pa Ayi

penyakit menahun tidak ada. Riwayat penggunaan obat-obatan terlarang dan

minuman keras tidak ada

Riwayat keluarga

• Saat ini pasien tinggal bersama adik pasien

• Pasien merupakan anak pertama dari empat bersaudara. Ibu pasien meninggal

pada 13 tahun yang lalu dan ayah pasien sudah meninggal sejak 11 tahun yang

lalu.

• Hubungan pasien dengan ayah kandung tidak terlalu dekat, karena ayah

pasien mendidiknya dengan keras, sehingga pasien lebih dekat dengan ibunya.

• Riwayat gangguan jiwa di keluaga tidak ada

• Riwayat penyakit keturunan di keluarga tidak ada

• Kondisi ekonomi keluarga cukup

Riwayat Hidup Penderita

• Pasien hanya bersekolah sampai tingkat D2, tetapi pasien tidak menamatkan

pendidikannya karena diangkat bekerja menjadi PNS di PEMDA

• Pasien mulai bekerja setelah lulus SMA, bekerja sebagai PNS di PEMDA di

bagian administrasi. Kehidupan ekonomi dirasakan cukup namun karena

sering menjalani perawatan penderita dipindahkan ke bagian absensi dan

penderita merasa tidak puas dengan pekerjaannya.

4

Page 5: crs pa Ayi

• Pasien adalah orang yang mudah bergaul, memiliki banyak teman dan cekatan

dalam bekerja. Bila ada masalah pasien cenderung menyimpannya dan suka

melamun dan menyendiri. Apabila ada masalah dalam bekerja penderita

mudah putus asa.

Status Fisikus

Keadaan Umum : Tampak sakit ringan

Tanda Vital : TD = 120/80 mmHg N = 80 x/menit

R = 20 x/menit S = afebris

Keadaa Gizi : Cukup

Bentuk Tubuh : Atletikus

Kulit : Turgor kulit normal, sawo matang

Kepala : Mata

- Konjungtiva : anemis -/-

- Sklera : ikterik -/-

THT : t.a.k.

Mulut : t.a.k.

Leher : t.a.k.

Thoraks : Bentuk dan gerak simetris

Abdomen : Tidak dilakukam pemeriksaan

5

Page 6: crs pa Ayi

Genitalia : Tidak dilakukan pemeriksaan

Ekstremitas : Akral hangat

Keadaan susunan saraf :

Saraf Otak : tidak dilakukan

Sensibilitas : tidak dilakukan

Motoris : tidak dilakukan

Refleks : tidak dilakukan

Status Psikikus

Roman Muka : Biasa

Kontak/raport : Ada/adekuat

Kesadaran : Komposmentis

Orientasi : kesan terganggu

Perhatian : Tidak mudah dialihkan

Persepsi : Ilusi (+) , halusinasi dengar (+), halusinasi lihat (+)

Ingatan : Masa kini : terganggu

Masa dulu : terganggu

Daya ingat : terganggu

Paramnesia : tidak ada

Hipernemsia : tidak ada

Intelegensia : Sesuai dengan tingat pendidikan

Pikiran : Bentuk : Autistik

6

Page 7: crs pa Ayi

Jalan : inkoheren, irelevansi

Isi : Waham kebesaran (+)

Organisasi berpikir : terganggu

Penilaian : Norma sosial : cukup

Waham : kebesaran (+)

Wawasan penyakit : buruk

Emosi : Stabil

Decorum : Sopan santun : cukup

Cara berpakaian : kurang

Kebersihan : kurang

Kematangan Jiwa : tidak sesuai dengan umur

Tingkah laku : Normoaktif

Bicara : Irrelevan

Psikodinamika

Premorbid: sebelum sakit, pasien merupakan orang yang ceria, periang, mudah

bergaul dan mempunyai solidaritas yang tinggi. Apabila pasien memiliki masalah,

pasien selalu menyelesaikan dengan humor. Mental mekanisme yang digunakan

adalah humor.

7

Page 8: crs pa Ayi

Durante morbid: kepribadian selama sakit pasien suka mengamuk, marah-marah

tanpa sebab dan memukul orang sekitar lingkungan. Mental mekanisme yang terjadi

adalah displacement.

Status present: Pada saat pasien diperiksa terlihat roman muka biasa. Pasien

kooperatif, logore. Orientasi tempat, waktu dan orang tidak terganggu. Emosi pasien

stabil, tingkah laku normoaktif. Bentuk pikiran autistik, isi pikiran waham kebesaran

ada. Jalan pikiran asosiasi longgar. Halusinasi dengar dan halusinasi lihat ada.

Diagnosis Multiaksial

Aksis I : Gangguan Klinik : F20.1 Skizofrenia Hebefrenik

Diangnosis Banding : -

Kondisi lain yang menjadi focus perhatian klinis: Tidak ada diagnosis

Aksis II: Gangguan Kepribadian : Tidak ada diagnosis

Retardasi Mental : Tidak ada diagnosis

Aksis III: Kondisi medik umum : Tidak ada diagnosis

Aksis IV: Masalah psikososial dan lingkungan : Masalah keluarga, masalah pekerjaan

Aksis V: Penilaian fungsi secara global (GAF Scale) : 60-51 gejala sedang

(moderate), disabilitas sedang

Pengobatan

Somatoterapi :

1. Quetiapine 5 mg 2x1

8

Page 9: crs pa Ayi

2. THP (Trihexyphenidyl) tab 2 mg 0-0-1

Psikoterapi :

a. Terapi kognitif

b. Terapi perilaku

c. Terapi berorientasi-psikoanalitik

d. Terapi keluarga

Usul-Usul

- Pemeriksaan darah rutin

- Pemeriksaan urine rutin

- Pemeriksaan SGOT dan SGPT

Prognosa

- Quo ad vitam : Ad bonam

- Quo ad functionam : Dubia

9

Page 10: crs pa Ayi

PEMBAHASAN

Pembahasan

Faktor predisposisi

Riwayat keluarga : hubungan dengan saudaranya kurang baik

Pasien adalah orang yang mudah bergaul, memiliki banyak teman dan cekatan

dalam bekerja. Bila ada masalah pasien cenderung menyimpannya dan suka

melamun dan menyendiri. Apabila ada masalah dalam bekerja penderita

mudah putus asa.

Faktor presipitasi

Ditinggal pacar menikah dengan yang lain

Alasan: Menurut keluarga pasien, setelah pasien ditinggal pacar menikah

dengan yang lain, pasien menjadi lebih sering melamun dan menjadi lebih

pendiam.

Masalah pekerjaan

Alasan : kalau ada hambatan dalam pekerjaan pasien suka putus asa.

Kesimpulan : akibat faktor presipitasi diatas, pasien menjadi sering marah-

marah dan mengamuk secara tiba-tiba

10

Page 11: crs pa Ayi

Keluhan yang ditemukan pada pasien

Autistik

Waham kebesaran

Halusinasi lihat

Halusinasi dengar

Ilusi

Sindrom yang ditemukan :

• Gejala Psikotik (autistik, halusinasi dengar, halusinasi lihat, waham

kebesaran, ilusi)

Diagnosis Kerja : Skizofren Hebrefenik

Pedoman Diagnostik

Memenuhi kriteria umum diagnosis skizofrenia

Harus ada sedikitnya satu gejala berikut ini yang amat jelas (dan biasanya dua

gejala atau lebih bila gejala-gejala itu kurang tajam atau kurang jelas) :

Halusinasi Auditorik :

- Suara halusinasi yang berkomentar secara terus menerus terhadap

perilaku pasien, atau

- Mendiskusikan perihal pasien diantara mereka sendiri (diantara berbagai

suara yang berbicara), atau

- Jenis suara halusinasi lain yang berasal dari salah satu bagian tubuh

Atau paling sedikit dua gejala dibawah ini yang harus ada secara jelas :

11

Page 12: crs pa Ayi

a. Halusinasi yang menetap dari panca indera apa saja, apabila disertai baik

oleh waham yang mengambang maupun yang setengah berbentuk tanpa

kandungan afektif yang jelas, ataupun disertai oleh ide-ide berlebihan

(over-valued ideas) yang menetap, atau apabila terjadi setiap hari selama

berminggu-minggu atau berbulan-bulan secara terus menerus;

b. Arus pikiran yang terputus (break) atau yang mengalami sisipan

(interpolation), yang berakibat inkoherensi atau pembicaraan yang tidak

relevan

Adanya gejala-gejala khas tersebut diatas telah berlangsung selama kurun waktu

satu bulan atau lebih (tidak berlaku untuk setiap fase nonpsikotik prodromal)

Harus ada suatu perubahan yang konsisten dan bermakna dalam mutu

keseluruhan (overall quality) dari beberapa aspek perilaku pribadi (personal

behaviour), bermanifestasi sebagai hilangnya minat, hidup tak bertujuan, tidak

berbuat sesuatu, sikap larut dalam diri sendiri (self absorbed attitude), dan

penarikan diri secara sosial

Diagnosis hebefrenia untuk pertama kalinya hanya ditegakkan pada usia remaja

atau dewasa muda (onset biasanya mulai 15-25 tahun)

Kepribadian premorbid menunjukan ciri khas: pemalu dan senang menyendiri

(solitary)

Untuk diagnosis hebefrenia yang meyakinkan umumnya diperlukan pengamatan

kontinu selama 2 atau 3 bulan lamanya, untuk memastikan bahwa gambaran

yang khas berikut ini memang benar bertahan :

12

Page 13: crs pa Ayi

- Tidak wajar (inappropriate), , senyum sendiri (self-absorbed-smiling),

tertawa menyeringai (grimaces),

- Proses pikir mengalami disorganisasi dan pembicaraan tak menentu

(rambling) serta inkoheren.

Penatalaksanaan

Farmakoterapi :

1. Antipsikotik tipikal : Quetiapine 5 mg 2x1

Memiliki efektifitas terhadap reseptor D2 dan 5HT2

Obat di absorpsi secara baik dan di metabolisme dalam hati dan di eksresi

lewat ginjal

2. THP

THP (Trihexyphenidyl) tab 2 mg 0-0-1

Mekanisme Kerja :

• THP menginhibisi impuls eferen dalam saraf parasimpatis yang menginervasi

struktur-struktur seperti otot polos (spasmolytic activity), kelenjar saliva, mata

(midriasis). Pada dosis tinggi dapat terjadi efek langsung terhadap inhibisi

pada pusat motorik otak.

• Selain untuk obat penyakit parkinson, obat ini juga sering digunakan untuk

mengobati efek samping ekstrapiramidal yang terjadi selama penggunaan

obat-obatan anti-psikosis. Obat THP ini menurunkan frekuensi dan durasi

13

Page 14: crs pa Ayi

dari oculogyric crises serta menurunkan pergerkan diskinetik (dyskinetic

movements) dan kontraksi spastis (spastic contractions).

TEORI SKIZOFRENIA

Skizofrenia merupakan suatu deskripsi sindrom dengan variasi penyebab

(banyak belum diketahui) dan perjalanan penyakit (tak selalu bersifat kronis atau

“deteriotaring”) yang luas, serta sejumlah akibat yang tergantung pada perimbangan

pengaruh genetik, fisik dan sosial budaya.

Pada umumnya ditandai oleh penyimpangan yang fundamental dan karateristik

dari pikiran dan presepsi, serta oleh afek yang tidak wajar (inappropiate) atau tumpul

(blunted). Kesadaran yang jernih (clear consciousness) dan kemampuan intelektual

biasanya tetap terpelihara, walaupun kemunduran kognitif tertentu dapat berkembang

kemudian.

Gejala Skizofrenia

Gejala yang tampak dari suatu skizofrenia dibagi 5 dimensi yaitu:

1. Simptom positif

Simptom positif menggambarkan fungsi normal yang berlebihan dan khas,

meliputi waham, halus, disorganisasi pembicaraan dan disorganisasi perilaku

14

Page 15: crs pa Ayi

seperti katatonia atau agitasi. Simptom positif tidak hanya ditemukan paa

penderita skizofrenia tetapi bisa juga didapatkan pada gangguan lainnya

misalnya pada gangguan bipolar, gangguan skizoafektif, depresi psikotik,

demensia Alzheimer atau demensia lain maupun pada drug induced psikosis.

2. Simptom negatif

Simptom negatif terdiri dari 5 tipe gejala, yaitu:

a. Affective Flattening

Ekspresi emosi yang terbatas, dalam rentang dan intensitas

b. Alogia

Keterbatasan pembicaraan dan pikiran, dalam kelancaran dan

produksitivitas

c. Avolition

Keterbatasan perilaku dalam menentuka tujuan

d. Anhedonia

Berkurangnya minat dan menarik diri dari seluruh aktivitas yang

menyenangkan dan biasa dilakukan oleh penderita

e. Gangguan Atensi

Suatu gejala dapat dikatan simptom negatig apabila ditemukan adanya

penurunan fungsi normal pada penderita skizofrenia seperti afek tumpul,

penarika emosi (emotional withdrawal) dalam berkomunikasi, raport yang

15

Page 16: crs pa Ayi

buruk dengan lingkungan sekitarnya, bersikap menjadi lebih pasif dan

menarik diri dari hubungan sosial

Hal lain yang sering tampak dari simptom negatif adalah kesulitan dalam

berpikir abstrak, pikiran yang stereoptik dan kurangnya spontanitas. Perawatan diri

dan fungsi sosial yang menurun juga dapat menjadi tanda dari simptom negatif pada

penderita skizofrenia.

Penyebab dari simptom negatif pada skizofrenia dapat terjadi secara primer

maupun sekunder

a. Primer adalah penurunan yang disebabkan perjalanan penyakit

skizofrenia itu sendiri, sehingga memunculkan simptom negatif

b. Sekunder adalah EPS (Extrapyramidal Symptom) yang diakibatkan

karena pemakaian obat antipdikotik, simptom depresi yang muncul pada

penderita, maupun enviromental deprivation (penyingkiran dari

lingkungan) yang dialami ketika seseorang didiagnosis menderita

skizofrenia.

3. Simptom Kognitif

Simptom kognitif pada penderita skizofrenia dapat saling tumpang tindih dengan

simptom negatif. Simptom kognitif selain gangguan pikiran dapat juga terjadi

inkoheren, asosiasi longgar, atau neologisme. Gangguan kognitif spesifik yang

lain adalah gangguan atensi dan gangguan pengolahan informasi. Gangguan

kognitif yang paling berat dan paling sering didapatkan pada penderita

skizofrenia adalah

16

Page 17: crs pa Ayi

Gangguan verbal fluency (kemampuan untuk menghasilkan oembicaraan

yang spontan)

Gangguan serial learning (urutan peristiwa)

Gangguan dalam vigilance (kewaspadaan)

Gangguan eksekutif (masalah dengan atensi, konsentrasi, prioritas dan

perilaku pada hubungan sosial)

Gangguan kognitif selain pada penderita skizofrenia, dapat juga terjadi pada

penderita autisme demensia post stroke, demensia Alzheimer, demenisa

organik.

4. Simptom Agresif dan Hostile

Simptom agresif dan hostilitas pada penderita skizofrenia dapat

tumpang tindih dengan simptom positif. Simptom ini menekankan pada

masalah pengendalian impuls. Hostilitas pada penderita skizofrenia bisa

berupa penyerangan secara sisik atau verbal terhadap orang lain di lingkungan

sekitarnya, maupun dalam bentuk fisik atau kata-kata yang kasar. Termasuk

dalam simptom agresif dan hostilitas adalah perilaku yang mencelakakan diri

sendiri (suicide), merusak barang orang lain, atau seksual acting out.

Simptom agresif dan hostile selain didapatkan pada penderita

skizofrenia, dapat juga terjadi pada gangguan bipolar, ADHD, gangguan

perilaku, psikosis pada anak, demensia Alzheimer dan gangguan kepribadian

5. Simptom Depresi dan Anxious

17

Page 18: crs pa Ayi

Simptom depresi dan anxious pada penderita skizofrenia sering kali

didapatkan bersamaan dengan simptom lain seperti mood yang terdepresi,

mood cemas, rasa bersalah, tension, iritabilitas, atau kecemasan. Simptom

depresi dan anxious tidak hanya merupakan suatu tanda dari gangguan depresi

mayor, tetapi dapat juga terjadi pada gangguan lain seperti gangguan bipolar,

skizofrenia, skizoafektif, depresi dengan penyebab organik, atau depresi

psikotik, gangguan mood dan psikotik yang resisten dengan pengobatan.

Pedoman Diagnostik

Harus ada sedikitnya satu gejala berikut ini yang amat jelas (dan biasanya dua

gejala atau lebih bila gejala-gejala itu kurang tajam atau kurang jelas) :

c. Thought Echo : isi pikiran dirinya sendiri yang berulang atau bergema

dalam kepalanya (tidak keras), dan isi pikiran ulangan, walaupun isinya

sama namun kualitasnya berbeda; atau

Thought Insertion or Wihdrawal : isi pikiran yang asing dari luar masuk

ke dalam pikirannya (insertion) atau isi pikirannya diambil keluar oleh

sesuatu dari luar dirinya (withdrawal); dan

Thought Broadcasting : isi pikirannya tesiar keluar sehingga orang lain

atau umum mengetahuinya

d. Delusion of Control : waham tentang dirinya dikendalikan oleh suatu

kekuatan tertentu dari luar; atau

Delusion of Influence : waham tentang dirinya dipengaruhi oleh suatu

kekuatan tertentu dari luar; atau

18

Page 19: crs pa Ayi

Delusion of Passivity : waham tentang dirinya tidak berdaya dan pasrah

terhadap suatu kekuatan dari luar; (tentang “dirinya” = secara jelas

merujuk ke pergerakan tubuh atau anggota gerak atau pikiran, tindakan

atau peninderaan khusus);

Delusional Perception : pengalaman inderawi yang tak wajar yang

bermakna sangat khas bagi dirinya, bersifat biasanya mistik atau mukjizat

e. Halusinasi Auditorik :

- Suara halusinasi yang berkomentar secara terus menerus terhadap

perilaku pasien, atau

- Mendiskusikan perihal pasien diantara mereka sendiri (diantara

berbagai suara yang berbicara), atau

- Jenis suara halusinasi lain yang berasal dari salah satu bagian tubuh

f. Waham-waham menetap jenis lainnya, yang menurut budaya setempat

dianggap tidak wajar dan sesuatu yang mustahil, misalnya perihal

keyakinan agama atau ploitik tertentu, atau kekuatan dan kemampuan

diatas manusia biasa (misalnya mampu mengendalikan cuaca atau

berkomunikasi dengan mahluk asing dari dunia lain)

Atau paling sedikit dua gejala dibawah ini yang harus ada secara jelas :

g. Halusinasi yang menetap dari panca indera apa saja, apabila disertai baik

oleh waham yang mengambang maupun yang setengah berbentuk tanpa

kandungan afektif yang jelas, ataupun disertai oleh ide-ide berlebihan

19

Page 20: crs pa Ayi

(over-valued ideas) yang menetap, atau apabila terjadi setiap hari selama

berminggu-minggu atau berbulan-bulan secara terus menerus;

h. Arus pikiran yang terputus (break) atau yang mengalami sisipan

(interpolation), yang berakibat inkoherensi atau pembicaraan yang tidak

relevan atau neologisme;

i. Perilaku katatonik, seperti keadaan gaduh-gelisah (ex-citement) , posisi

tubuh tertentu (posturing) atau fleksibilitas cerea, negativisme, mutisme

dan stupor

j. Gejala-gejala “negatif” seperti sikap sangat apatis, bicara yang jarang,

dan respons emosional yang menumpul atau tidak wajar, biasanya

mengakibatkan penarikan diri dari pergaulan sosial dan menurunnya

kinerja sosial; tetapi harus jelas bahwa semua hal tersebut tidak

disebabkan oleh depresi atau medikasi neuroleptika;

Adanya gejala-gejala khas tersebut diatas telah berlangsung selama kurun waktu

satu bulan atau lebih (tidak berlaku untuk setiap fase nonpsikotik prodromal)

Harus ada suatu perubahan yang konsisten dan bermakna dalam mutu

keseluruhan (overall quality) dari beberapa aspek perilaku pribadi (personal

behaviour), bermanifestasi sebagai hilangnya minat, hidup tak bertujuan, tidak

berbuat sesuatu, sikap larut dalam diri sendiri (self absorbed attitude), dan

penarikan diri secara sosial

Perjalanan gangguan skizofrenik dapat diklasifikasikan dengan menggunakan

kode lima karakter berikut

20

Page 21: crs pa Ayi

F20.x0 Berkelanjutan

F20.x1 Episodik dengan kemunduran progresif

F20.x2 Episodik dengan kemunduran stabil

F20.x3 Episodik berulang

F20.x4 Remisi tak sempurna

F20.x5 Remisi sempurna

F20.x8 Lainnya

F20.x9 Periode pengamatan kurang dari satu tahun

F20.1 Skizofrenia Hebefrenik

Pedoman Diagnostik

Memenuhi kriteria umum diagnosis skizofrenia

Diagnosis hebefrenia untuk pertama kalinya hanya ditegakkan pada usia

remaja atau dewasa muda (onset biasanya mulai 15-25 tahun)

Kepribadian premorbid menunjukan ciri khas: pemalu dan senang

menyendiri (solitary) namun tidak harus demikian untuk menentukan

diagnosis

Untuk diagnosis hebefrenia yang meyakinkan umumnya diperlukan

pengamatan kontinu selama 2 atau 3 bulan lamanya, untuk memastikan

bahwa gambaran yang khas berikut ini memang benar bertahan :

- Perilaku yang tidak bertanggung jawab dan tak dapat diramalkan,

serta mennerisme; ada kecenderungan untuk selalu menyendiri

21

Page 22: crs pa Ayi

(solitary), dan perilaku menunjukkan hampa tujuan dan hampa

perasaan;

- Afek pasien dangkal (shallow) dan tidak wajar (inappropriate),

sering disertai cekikikan (giggling) atau perasaan puas sendiri

(self-satisfied), senyum sendiri (self-absorbed-smiling), atau oleh

sikap tinggi hati (lofty manner), tertawa menyeringai (grimaces),

mannerisme, mengibuli secara bersenda gurau (pranks), keluhan

hipokondrial, dan ungkapan kata yang diulang-ulang (reiterated

phrases);

- Proses pikir mengalami disorganisasi dan pembicaraan tak

menentu (rambling) serta inkoheren.

Gangguan afektif dan dorongan kehendak, serta gangguan proses pikir

umumnya menonjol. Halusinasi dan waham mungkin ada tetapi

biasanya tidak menonjol (fleeting and fragmentary delusions and

hallucinations). Dorongan kehendak (drive) dan yang bertujuan

(determination) hilang serta sasaran ditinggalkan, sehingga perilaku

penderita memperlihatkan ciri khas, yaitu perilaku tanpa tujuan

(aimless) dan tanpa maksud (empty of purposes). Adanya suatu

preokupasi yang dangkal dan bersifat dibuat-buat terhadap agama,

filsafat, dan tema abstrak lainnya, makin mempersukar orang

memahami jalan pikiran pasien.

PROGNOSIS SKIZOFRENIA

22

Page 23: crs pa Ayi

a. Ciri-ciri prognosis baik

- Late onset

- Onset akut

- Mempunyai faktor pencetus yang jelas

- Memiliki riwayat pramorbid yang baik dalam sosial, seksual, dan

pekerjaan

- Dijumpai simtom depresi

- Telah menikah

- Memiliki riwayat keluarga dengan gangguan mood

- Mempunyai sistem support yang baik

- Gambaran klinis adalah simtom positif

b. Ciri-ciri prognosis buruk

- Onset usia muda

- Onset perlahan-lahan dan tidak jelas

- Tidak ada faktor pencetus

- Memiliki riwayat pramorbid yang jelek

- Dijumpai perilaku menarik diri atau autistik

- Belum menikah atau telah bercerai

- Memiliki riwayat keluarga skizofrenia

- Mempunyai sistem support yang buruk

- Gambaran klinis adalah simtom negatif atau simtom neurologi

- Memiliki riwayat trauma masa perinatal

23

Page 24: crs pa Ayi

- Tidak ada remisi selama 3 tahun pengobatan

- Terjadi banyak relaps

- Memiliki riwayat skizofrenia sebelumnya

Penanganan non-farmakologi

a. Penanganan Fase Akut

Pengobatan rawat inap diindikasikan apabila pasien memiliki ancaman yang serius

untuk membahayakan diri dan orang lain, tidak mampu menjaga diri dan tetap

membutuhkan pengawasan.

• Manajemen terapi

Tujuan:

- Mencegah menjadi lebih buruk, mengkontrol perilaku kacau, menekan gejala-

gejala dan mengembalikan fungsi ke tingkat yang paling baik.

- Melaksanakan terapi dengan dukungan pasien dan keluarga pasien

- Mendidik pasien (membuat mereka menjadi lebih faham) & keluarga pasien

mengenai penyakitnya

- Menetapkan rencana terapi jangka pendek dan jangka panjang.

• Peran serta psikososial

24

Page 25: crs pa Ayi

Tujuan:

- Mengurangi penyakit menjadi lebih parah dengan memberikan contoh,

komunikasi yang jelas dan harapan

- Membantu menyediakan struktur dan lingkungan yang diharapkan

- Membantu agar terbangunnya dukungan dengan hubungan antara pasien dan tim

yang memberikan pengobatan

b. Fase stabilisasi

• Managemen Psikiatri

Tujuan:

- Meminimalkan tekanan yang dialami pasien & memberikan dukungan untuk

meminimalkan terjadinya kekambuhan.

- Membimbing pasien untuk dapat hidup beradaptasi dalam lingkungannya

- Membantu untuk mengatasi dengan mengurangi efek samping dan membantu

terjadinya remisi

- Melanjutkan pemberian edukasi pada pasien saat gejala penyakit datang dan

hasil dari terapinya

- Menjelaskan pentingnya minum obat dengan mengedukasi pasien dan

keluarganya mengenai kemungkinan terjadinya kekambuhan bila pengobatan

tidak dilanjutkan

• Peran serta psikososial

25

Page 26: crs pa Ayi

Psikoedukasi

Memulai peran serta masyarakat

- Terapi dengan peran serta masyarakat

- Rehabilitasi misalnya pelatihan cara bersosialiasi, terapi kognitif dan perilaku

- Pasien membentuk kelompok bagaimana cara untuk membantu diri sendiri secara

mandiri, perkumpulan bagaimana cara memperlakukan diri dan perkumpulan para

kerabat (dibentuk oleh orang tua pasien)

• Terapi individual

Dukungan dan orientasi tilikan

- Pendekatan individual berdasarkan kondisi klinik, mencetak kemampuan dan

preference

- Mengikutsertakan keluarga dalam rencana terapi, mencapai tujuan dan pelayanan

- Menyediakan bimbingan, dukungan, petunjuk dan pelatihan untuk membina

keluarga memenuhi peran mereka sebagai caregivers

- Dukungan kelompok untuk keluarga seharusnya dianjurkan

• Terapi kelompok

- Psikoterapi dan dukungan kelompok membantu kelangsungan penyelesaian

masalah, rencana tujuan, interaksi sosial dan efek samping pengobatan

26

Page 27: crs pa Ayi

Penatalaksanaan

Farmakoterapi :

3. Antipsikotik tipikal :

Stelazin 5 mg 2 x 1

Stelazin merupakan merk dagang dari Trifluoperazine. Termasuk obat anti

psikosis tipikal golongan phenothiazine rantai piferazine.

Mekanisme kerja : memblokade dopamin pada reseptor

Dosis : 5 - 60 mg

4. THP

THP (Trihexyphenidyl) tab 2 mg 0-0-1

Mekanisme Kerja :

• THP menginhibisi impuls eferen dalam saraf parasimpatis yang menginervasi

struktur-struktur seperti otot polos (spasmolytic activity), kelenjar saliva, mata

(midriasis). Pada dosis tinggi dapat terjadi efek langsung terhadap inhibisi

pada pusat motorik otak.

• Selain untuk obat penyakit parkinson, obat ini juga sering digunakan untuk

mengobati efek samping ekstrapiramidal yang terjadi selama penggunaan

obat-obatan anti-psikosis. Obat THP ini menurunkan frekuensi dan durasi

dari oculogyric crises serta menurunkan pergerkan diskinetik (dyskinetic

movements) dan kontraksi spastis (spastic contractions).

27

Page 28: crs pa Ayi

DAFTAR PUSTAKA

1. Kaplan, Harold I., Sadock, Benjamin J., dan Grebb, Jack A. Sinopsis

Psikiatri, Jilid I. Binarupa Aksara. Tangerang: 2010.

2. Maslim, Rusdi. 2001. Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa Rujukan

Ringkas dari PPDGJ-III. Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK Unika Atma

Jaya. Jakarta.

3. Tim Psikiatri FKUI. 2005. Buku Ajar: Psikiatri. Jakarta: FK UI Press.

28