contoh fullpaper research c

21
UJI EFEKTIVITAS EKSTRAK DAUN BELIMBING WULUH (Averrhoa bilimbi) TERHADAP Candida albicans Catur Aditya Ramadhany, Ardisa Ulfah Pradita, Agung Prabowo Dhartono Kedokteran Gigi Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto - Jawa Tengah email : [email protected], nomor handphone : 087794592992 ABSTRAK Latar Belakang. Candida merupakan mikroorganisme patogen oportunistik murni yang menyebabkan infeksi oral ketika ada faktor predisposisi yang mendasari suatu kondisi pada host. Genus Candida memiliki lebih dari 150 spesies, namun salah satu spesies yang sering dijumpai pada rongga rongga mulut manusia dan menyebabkan kandidiasis oral adalah Candida albicans. Belakangan ini, dikembangakan obat tradisional menangani masalah yang ditimbulkan oleh jamur tersebut. Berbagai uji efektivitas obat tradisional masih terus dilakukan untuk membuktikan khasiat obat tersebut. Salah satu obat tradisional yang berpotensi mengobati hal tersebut adalah belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi). Tujuan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas ekstrak daun belimbing wuluh terhadap Candida albicans. Metodologi. Proses ekstraksi dilakukan dengan metode maserasi menggunakan pelarut metanol. Pengujian efektivitas ekstrak metanol daun belimbing wuluh terhadap Candida albicans dilakukan pada konsentrasi 5%, 10%, 20%, dan 40% pada medium sabouraud dextrose agar. Hasil penelitian. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak daun belimbing wuluh dapat mengahambat pertumbuhan Candida albicans. Hal tersebut terlihat pada konsentrasi ekstrak daun belimbing wuluh 40% dengan daya hambat 84,74%. Hal ini terjadi karena kandungan yang terdapat dalam belimbing wuluh berupa senyawa fenol 1

Upload: aciih-heho

Post on 06-Nov-2015

16 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

apa aja

TRANSCRIPT

UJI EFEKTIVITAS EKSTRAK DAUN BELIMBING WULUH (Averrhoa bilimbi) TERHADAP Candida albicansCatur Aditya Ramadhany, Ardisa Ulfah Pradita, Agung Prabowo Dhartono

Kedokteran Gigi Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto - Jawa Tengah

email : [email protected], nomor handphone : 087794592992ABSTRAK

Latar Belakang. Candida merupakan mikroorganisme patogen oportunistik murni yang menyebabkan infeksi oral ketika ada faktor predisposisi yang mendasari suatu kondisi pada host. Genus Candida memiliki lebih dari 150 spesies, namun salah satu spesies yang sering dijumpai pada rongga rongga mulut manusia dan menyebabkan kandidiasis oral adalah Candida albicans. Belakangan ini, dikembangakan obat tradisional menangani masalah yang ditimbulkan oleh jamur tersebut. Berbagai uji efektivitas obat tradisional masih terus dilakukan untuk membuktikan khasiat obat tersebut. Salah satu obat tradisional yang berpotensi mengobati hal tersebut adalah belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi). Tujuan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas ekstrak daun belimbing wuluh terhadap Candida albicans. Metodologi. Proses ekstraksi dilakukan dengan metode maserasi menggunakan pelarut metanol. Pengujian efektivitas ekstrak metanol daun belimbing wuluh terhadap Candida albicans dilakukan pada konsentrasi 5%, 10%, 20%, dan 40% pada medium sabouraud dextrose agar. Hasil penelitian. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak daun belimbing wuluh dapat mengahambat pertumbuhan Candida albicans. Hal tersebut terlihat pada konsentrasi ekstrak daun belimbing wuluh 40% dengan daya hambat 84,74%. Hal ini terjadi karena kandungan yang terdapat dalam belimbing wuluh berupa senyawa fenol yang memiliki efek antifungi. Senyawa fenol memiliki aktivitas antifungi berupa flavonoid, saponin, dan tanin dengan mekanisme kerja menggangu transisi dimorfisme Candida albicans, menurunkan tegangan permeabilitas sternol dinding sel fungi, dan mendenaturasi ikatan protein pada dinding sel Candida albicans. Sehingga, terjadi kerapuhan permanen pada dinding sel dan tidak dapat diperbaiki kembali. Kesimpulan. Berdasarkan hal tersebut, dapat disimpulkan bahwa ekstrak daun belimbing wuluh efektif menghambat pertumbuhan Candida albicans.

Kata Kunci: Candida albicans, daun belimbing wuluh, flavonoid, saponin, taninPENDAHULUANJamur genus Candida merupakan flora normal dalam rongga mulut manusia. Candida merupakan patogen oportunistik murni dan hanya menyebabkan infeksi oral ketika ada faktor predisposisi yang mendasari suatu kondisi pada host seperti, adanya trauma (luka bakar dan abrasi), pemakaian gigi palsu, avitaminosis, defisiensi besi, defisiensi folat, malnutrisi generalis, dan seseorang pada saat hamil atau menstruasi.1,2 Genus Candida diketahui memiliki lebih dari 150 spesies dan beberapa spesies ditemukan pada manusia. Spesies yang paling sering menyebabkan kandidiasis oral pada manusia adalah Candida albicans.3Penyakit akibat infeksi C. albicans dapat diobati menggunakan obat tradisional yang sudah menjadi bagian dari kekayaan budaya Indonesia. Budaya tersebut diperoleh dari pengalaman secara turun-temurun. Belakangan ini, dikembangakan obat tradisional menangani masalah yang ditimbulkan oleh jamur tersebut. Berbagai uji efektivitas obat tradisional masih terus dilakukan untuk membuktikan kasiat obat tersebut. Salah satu obat tradisional yang berpotensi mengobati hal tersebut adalah belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi).4Belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi) mengandung senyawa tersier berupa fenol yang diduga mempunyai efek antifungi. Golongan fenol yang diduga memiliki aktivitas antifungi yaitu flavonoid, tanin, dan saponin. Mekanisme antifungi senyawa fenol dengan cara menghambat sintesis polimer dinding sel kemudian menghambat kerja enzim sinthase (1,3)- glukan.5Dalam penelitian lain disebutkan, ekstrak daun belimbing wuluh dapat menghambat pertumbuhan Esherechia coli pada konsentrasi minimal 30%.6 Melihat potensi belimbing wuluh sebagai bahan obat alami untuk kandidiasis oral maka peneliti tertarik melakukan penelitian mengenai pengaruh ekstrak metanol daun belimbing wuluh terhadap C. albicans menggunakan pelarut metanol. Fenol merupakan senyawa polar sehingga dapat ditarik sempurna menggunakan pelarut yang bersifat polar seperti metanol. Ekstrak metanol belimbing wuluh dikarakterisasi sebagai ekstrak yang mempunyai kandungan total fenol paling tinggi dibandingkan dengan ekstrak etanol dan ekstrak air.7TUJUAN PENELITIANMembuktikan efektivitas ekstrak daun belimbing wuluh terhadap pertumbuhan C. albicans.METODOLOGIA. Kerangkan Konsep

Kerangka konsep dapat dilihat pada gambar 1.B. Jenis dan Metode Penelitian

Penelitian yang dilakukan termasuk penelitian eksperimental laboratoris, rancangan penelitian yang digunakan adalah post test only control group design yaitu desain penelitian yang hanya melibatkan satu kelompok yang diberikan manipulasi kemudian diukur responnya sebagai pengukuran variabel terikat.8 Masing-masing perlakuan dan kontrol diulang sebanyak 3 kali. Kelompok kontrol digunakan sebagai pembanding kelompok perlakuan dan dilihat perbedaan hasilnya berdasarkan perhitungan jumlah koloni Colony Forming Unit (CFU). Hasil perhitungan koloni kemudian dikonversi ke dalam presentasi daya hambat untuk mencari nilai IC50. Bagan rancangan penelitian dapat dilihat pada Gambar 2.C. Alat dan Bahan Penelitian

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah timbangan digital, oven, blender, erlenmeyer, toples kaca, kertas saring, pompa vacum, corong buchner, rotary evaporator, shaker evaporator, blower evaporator, pipet tetes, cawan petri, bunsen, colony counter, autoclave danjarum ose.

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah ekstrak belimbing wuluh, metanol, DMSO, biakan C. albicans, medium Saboraud Dextrose Agar (SDA), akuades dan spiritus.

D. Cara Kerja1. Determinasi Tanaman

Determinasi tanaman dilakukan di Laboratorium Taksonomi Tumbuhan, Fakultas Biologi Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto. Sampel daun belimbing wuluh muda yang berwarna kuning sampai hijau muda dicocokkan dengan sampel yang sudah ada sebelumnya.

2. Inokulasi C. albicansBiakan murni C. albicans didapat dari Balai Laboratorium Kesehatan Yogyakarta, Biakan C. albicans dalam medium agar miring diambil menggunakan jarum ose yang dipanaskan di atas lampu spiritus sampai membara. Jarum ose dibiarkan dingin, kemudian dimasukkan ke dalam tabung yang berisi Saboraud Dextrose Broth (SDB) dan diinkubasi selama 24 jam.63. Pengenceran C. albicans1 ml SDB yang sudah ditumbuhi C. albicans diambil menggunakan mikro pipet kemudian dimasukkan ke dalam tabung reaksi berisi 9 ml larutan NaCl, kemudian dihomogenkan menggunakan vortex. Tabung reaksi tersebut diberi label 1. Pengenceran kemudian dilakukan berulang sampai tabung ke-enam.9 Skema pengenceran dapat terlihat pada Gambar 3. 4. Pembuatan Ekstrak Daun Belimbing Wuluh

Ekstraksi daun belimbing wuluh dilakukan dengan metode maserasi. Daun belimbing wuluh berusia muda yang dicirikan dengan warna kuning sampai hijau muda. Daun dikeringkan dengan cara dimasukkan kedalam oven, kemudian daun kering tersebut diblender kasar dan direndam ke dalam 1 liter metanol. Rendaman diaduk menggunakan pengaduk selama setengah jam kemudian didiamkan selama 24 jam.10Proses maserasi dilakukan tiga tingkat selanjutnya disaring kemudian dilakukan penguapan dengan rotary evaporator pada suhu 45oC sampai tidak terjadi lagi pengembunan pelarut pada kondensor. Ekstrak yang sudah kental kemudian diuapkan lagi menggunakan waterbath untuk mendapatkan 100% ekstrak kemudian ditimbang berat keringnya.105. Pengenceran Ekstrak Metanol Daun Belimbing Wuluh

Ekstrak sebanyak 4 gram dicampurkan dengan DMSO hingga terlarut, kemudian ditambahkan dengan aquades hingga mencapai 10 ml stok laruran ekstrak 40%. Ekstrak 20% didapatkan dari 5 ml ekstrak 40% ditambahkan 5 ml akuades. Ekstrak 10% didapatkan dari 5 ml ekstrak 20% ditambahkan 5 ml akuades. Ekstrak 5% didapatkan dari 5 ml ekstrak 10% ditambahkan 5 ml akuades.

6. Pembuatan Medium Kontrol PositifSatu tablet nystatin 500.000 IU dimasukan ke dalam 10 ml akuades steril dalam wadah steril. Nystatin dilarutkan dengan cara diaduk terus dan ditekan. Setelah larut sempurna nystatin dimasukkan kedalam medium SDA sebanyak 1 ml untuk kontrol positif.7. Pembuatan medium Saboraud Dextrose Agar dan PembiakanSebanyak 19,5 gram SDA bubuk ditambahkan ke dalam 300 mL aquades diaduk lalu dipanaskan hingga larut. Larutan ditutup dengan aluminium foil dan sterilkan dalam autoklaf selama hingga mencapai suhu 121 C selama 15 menit. Medium SDA sebanyak 10 ml kemudian ditambahkan ekstrak masing-masing 1 ml.11Suspensi C. albicans dalam tabung pengenceran ke-enam (1 x 106) dituangkan pada cawan sebanyak 1 ml kemudian agar yang sudah dicampur dengan ekstrak yang masih cair dengan suhu kurang lebih 500 dituangkan dalam cawan. Cawan petri diputar secara perlahan-lahan di atas meja horizontal untuk mengaduk campuran media agar dengan kultur C. albicans. Inkubasi dilakukan selama 48 jam pada suhu 37oC.

8. Penghitungan Koloni C. albicansKoloni C. albicans dihitung menggunakan colony counter, panduan dalam menghitung koloni C. albicans dapat dilihat pada Gambar 4. Hasil perhitungan koloni C. albicans dalam penelitian ini adalah dalam satuan CFU, kemudian dari perhitungan ini didapatkan jumlah rata-rata koloni dalam setiap konsentrasi yang akan dikonversi ke dalam persentase daya hambat.12E. Analisis Data

Hasil perhitungan jumlah koloni C. Albicans menggunakan Colony counter untuk kontrol negatif, kontrol positif, konsentrasi ekstrak 5%, konsentrasi 10%, konsentrasi 20% dan konsentrasi 40%. Data dalam satuan CFU dikonversikan ke dalam persentase daya hambat dengan menggunakan rumus sebagai berikut:13

Keterangan:

I: Daya hambat ekstrak terhadap C. albicans

C1: Rata-rata jumlah koloni kontrol

C2: Rata-rata jumlah koloni pada berbagai konsentrasi

Persentase daya hambat kemudian dianalisis menggunakan regresi y = bx + a untuk menentukan nilai IC50, dengan x adalah logaritma konsentrasi dan y adalah bilangan probit. Nilai IC50 adalah konsentrasi yang dapat menghambat 50% pertumbuhan C. albicans.HASIL PENELITIANLembar hasil determinasi menyebutkan bahwa tumbuhan yang digunakan pada penelitian ini adalah spesies Averrhoa bilimbi dan termasuk dalam spesies Oxalidaceae. Daun belimbing wuluh segar sejumlah 700 gram dipotong-potong dan dipisahkan dari batangnya kemudian dikeringkan menggunakan oven. Terjadi penyusutan bahan baku menjadi 185 gram. Kadar air yang terkandung dalam daun belimbing wuluh adalah 73,57%.

Sebanyak 185 gram simplisia kering diblender kasar kemudian direndam dengan pelarut metanol sebanyak 2 liter, rendaman kemudian diaduk selama 30 menit dan didiamkan selama 1 x 24 jam. Proses perendaman ini diulang 3 kali. Maserat yang dihasilkan dari proses perendaman dievaporasi menggunakan rotary evaporator, ekstrak kemudian diuapkan untuk mendapat 100% ekstrak menggunakan water bath. Hasilnya didapat ekstrak belimbing wuluh 100% berwarna hijau pekat sebanyak 10,6 gram. Rendamen yang didapat dari proses ekstraksi ini sejumlah 5,73%.

Uji efektivitas ekstrak metanol daun belimbing wuluh terhadap C. Albicans menunjukan adanya aktivitas antifungi. Hasil perhitungan koloni C. Albicans dan persentase daya hambat antifungi dapat dilihat pada Tabel 1. Hasil pengukuran daya hambat itu, kemudian digunakan untuk menghitung nilai probit (Tabel 2). Nilai logaritma dan nilai probit yang didapat, kemudian digunakan untuk menentukan persamaan garis linear sehingga dapat digunakan untuk menentukan nilai IC50 dari ekstrak belimbing wuluh. Persamaan garis linear yang dihasilkan dapat terlihat pada Gambar 5.Persamaan linear yang dihasilkan dari analisis probit dapat dilihat pada gambar diatas yaitu y = 2,1377x + 2,6868, dengan bilangan R2 = 0,9757. Nilai IC50 yang didapat dari persamaan garis linear di atas adalah sebesar 12,11%, artinya pada konsentrasi ini ekstrak belimbing wuluh mampu menghambat 50% pertumbuhan koloni C. albicans.PEMBAHASANSemakin tinggi konsentrasi ekstrak metanol daun belimbing wuluh maka semakin besar pula persentase daya antifunginya dalam menghambat pertumbuhan C. albicans. Kenaikan daya hambat ini disebabkan karena semakin tinggi konsentrasi ekstrak metanol daun belimbing wuluh tersebut berarti semakin banyak kandungan zat atau senyawa aktif yang terkandung di dalamnya.14Mikroorganisme dapat dimatikan atau dihambat melalui dua cara, yaitu secara fisik dan secara kimiawi.15 Cara fisik seperti melalui pengaturan suhu, kelembaban, dan tekanan osmotik atau radiasi. Cara kimia seperti penggunaan bahan antimikroba, yaitu senyawa kimia yang bersifat mengganggu aktivitas biologi sel mikroba. Penelitian ini menggunakan cara kimia dalam menghambat pertumbuhan C. albicans dengan menggunakan ekstrak metanol daun belimbing wuluh.

Senyawa aktif tanaman belimbing wuluh yang memiliki aktivitas antifungi di antaranya flavonoid, saponin, dan tanin. Ketiga senyawa ini termasuk golongan senyawa fenol. Mekanisme kerja senyawa fenolik sebagai agen fungistatik yaitu dengan cara mendenaturasi ikatan protein pada dinding sel. Denaturasi diartikan sebagai kerusakan struktur tersier protein sehingga protein kehilangan sifat-sifat aslinya. Denaturasi protein akan menyebabkan kerusakan permanen dan tidak dapat diperbaiki.13 Denaturasi pada dinding sel C. albicans juga menyebabkan kerapuhan pada dinding sel yang kemudian dinding sel menjadi mudah ditembus oleh zat aktif lainnya yang bersifat fungistastik.Flavonoid yang termasuk senyawa fenol bekerja dengan mengganggu proses difusi makanan ke dalam sel sehingga pertumbuhan jamur tersebut terhambat atau bahkan mati. Flavonoid dapat menginduksi akumulasi trehalosa pada C. albicans dan mengganggu transisi dimorfismenya sehingga tidak tumbuh tetapi membentuk hifa semu, amentoflavon yang merupakan turunan flavonoid menahan siklus pembelahan sel C. albicans pada fase-S, sehingga fungi ini tidak berkembang lebih lanjut.16Daya antifungi saponin terhadap fungi dengan mekanisme menurunkan tegangan permeabilitas sterol dari dinding sel fungi, sehingga permeabilitasnya meningkat, selain itu saponin memiliki kemampuan membentuk komplek dengan sterol membran, dan menyebabkan pembentukan rongga. Perkecambahan spora dihambat oleh pembentukan rongga ini dan menyebabkan proses difusi bahan atau zat-zat yang diperlukan oleh fungi dapat terganggu, akhirnya sel tersebut membengkak dan pecah.17Mekanisme tanin menghambat fungi adalah dengan membentuk ikatan hidrogen dengan protein, terutama pada pH mendekati isoelektrik (4-5) yang terjadi adalah protein menjadi terendapkan atau nama lainnya disebut denaturasi protein. Saat protein dari fungi terdenaturasi maka enzim menjadi inaktif, sehingga metabolisme fungi akan terganggu dan menyebabkan kerusakan sel fungi.18 Penelitian lain menyatakan bahwa tanin dapat menyebabkan kerusakan pada enzim-enzim katalase C. albicans, seperti enzim C-14 demethylase yang berfungsi memacu pertumbuhan ergosterol.19Antifungi memiliki dua kategori yaitu fungisidal dan fungistatik, fungisidal didefinisikan jika persentase daya hambatnya mencapai 99,99% sedangkan di bawah itu dikatakan fungistatik.13 Persentase terbesar daya hambat ekstrak metanol daun belimbing wuluh terhadap C. albicans yaitu pada konsentrasi 40% dengan persentase daya hambat sebesar 84,74%, sehingga dapat dikatakan sebagai antifungi yang memiliki efek fungistatik.

KESIMPULAN

Ekstrak metanol daun belimbing wuluh terbukti efektif menghambat pertumbuhan terhadap C. albicans.SARAN

Perlu dilakukan uji antifungi dilakukan isolasi untuk setiap senyawa yang terkandung dalam belimbing wuluh yaitu flavonoid, saponin, dan tanin, sehingga dapat diketahui senyawa yang paling berpengaruh terhadap pertumbuhan C. albicans. Perlu dilakukan juga isolasi C. albicans dari rongga mulut agar diketahui efek antifungi ekstrak belimbing wuluh terhadap C. albicans yang benar-benar berasal dari rongga mulut.

REFERENSI1) Cullough, M., Savage, N.W., 2005,. Medication Suplement, Autralia Dent. J., 50:4-9.

2) Suyoso, S., 2012, Kandidiasis Mukosa, http://rsudrsoetomo.jatimprov.go.id/id/index.php?option=com_docman&task=search_result&Itemid=118, diakses 27 Januari 2013.

3) Bindusari, A., Sunarso, S., 2001, Terapi Kandidiasis Vulvovaginalis. Berkala Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin, 13:147-155.4) Sjabana., Bahalwan, R. R., 2002, Seri Referensi Herbal Pesona Tradisional dan Ilmiah Buah Mengkudu (Morinda citrifolia, L), Salemba Medika, Jakarta.5) Lutfiyanti, R., Widodo, F.M., Eko, N.D., 2012, Aktivitas Antijamur Ekstrak Gelidium latifolium Terhadap Candida albicans, Jurnal Pengolahan dan Bioteknologi Hasil Perikanan, 1:26-33.6) Lathifah, Q.A., 2008, Uji Efektivitas Ekstrak Kasar Senyawa Antibakteri pada Buah Belimbing Wuluh (A. bilimbi L.) dengan Variasi Pelarut, Skripsi, Jurusan Kimia Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri, Malang. (Tidak dipublikasikan).7) Suryanto, E., Frenly M., 2009, Ekstraksi Daun Belimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi L.) dengan Variasi Pelarut, Laporan Penelitian, Jurusan Kimia Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri, Malang. (Tidak dipublikasikan).8) Marczyk, G., David, D., David, F., 2005, Essentials of Research Design andMethodology, John Willey, New Jersey. 9) Hastuti, R. D., Rohani, C. B., 2007, Enumerasi Cendawan dan Aktinomisetes, Hal.10-17, dalam: Saraswati, R., Edi, H., Simanungkalit, R. D., (Eds.), Metode Analisis Biologi Tanah, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Bogor.

10) Ibrahim, A., 2011, Aktivitas Antimikroba Ekstrak dan Fraksi Ekstrak Daun Rami (Boehmeria firgata) (Forst.) Guill terhadap Beberapa Mikroba Organisme, J. Trop. Phar. Chem., 1: 86-93.

11) Warsinah, E. K., Sunarto., 2011, Identifikasi Senyawa Antifungi dari Kulit Batang Kecapi (Sandoricum koetjape) dan Aktivitasnya terhadap Candida albicans, Majalah Obat Tradisional, 3: 165-173.

12) Herawati, R., Parwati, I., Sjahid, I., Rita, C., 2006, Hitung Koloni Candida albicans di Tinja Anak Gangguan Autism Spectrum, Indonesion Journal of Clinical Pathologi and Medical Laboratory, 13: 4-8.

13) Wahyuningtyas, W., 2008, Pengaruh Ekstrak Graptophyllum pictum terhadap Pertumbuhan Candida albicans pada Plat gigi Tiruan Resin Akrilik, Indonesian Journal of Dentistry, 15:187-191.14) Rahman, M.,. Sheikh, M., Sharmin S., Islam M., Alam M., 2010, Antibacterial Activity of Leaf Juice and Extracts of Moringa oleifera Lam. Against Some Human Pathogenic Bacteria,Journal National Science,8: 219-226.15) Madigan, Michael, T., 2003, Biologi of Microorganism. Ed. 5,Southern Illinois University Carbondale, New York.16) Setyawan, D.A., Latifah, K.D., 2008, Review: Senyawa Biflavonoid pada Salaginella Pal. Beauf. dan Pemanfaatannya, Biodiversitas, 9:68-81.17) Pranoto, E.N, Widodo, F.M., Delianis, P., 2012, Kajian Aktivitas Bioaktif Ekstrak Teripang Pasir (Holothuria scabra) terhadap Jamur Candida albicans, Jurnal Pengolahan dan Bioteknologi Hasil Perikanan, 1:1-8.18) Sari, F.P., Shofi, M.S., 2010, Ekstraksi Zat Aktif Antimikroba dari Tanaman Yodium (Jatropha multifida L.) sebagai Bahan Baku Alternatif Antibiotik Alami, Laporan Penelitian, Fakultas Teknik Universitas Dipenogoro, Semarang. (Tidak dipublikasikan).

19) Rahmah, N., Aditya, R., 2010, Uji Fungistatik Ekstrak Daun Sirih (Piper bettle L.) terhadap Candida albicans, Bioscientiae, 7:21-23.LAMPIRAN

Lampiran GambarGambar 1. Kerangka Konsep

Gambar 2. Rancangan Penelitian

Keterangan :

S: Biakan C. albicans PS: Pembagian C. albicans K0: Kontrol negatif menggunakan akuades

P1: Perlakuan 1, konsentrasi ekstrak daun belimbing wuluh 5%

P2: Perlakuan 2, konsentrasi ekstrak daun belimbing wuluh 10%

P3: Perlakuan 3, konsentrasi ekstrak daun belimbing wuluh 20%

P4: Perlakuan 4, konsentrasi ekstrak daun belimbing wuluh 40%

K1: Kontrol positif menggunakan nystatin Z0: Persentase daya hambat kontrol nefatif

Z1: Persentase daya hambat perlakuan 1

Z2: Persentase daya hambat perlakuan 2

Z3: Persentase daya hambat perlakuan 3

Z4: persentase daya hambatperlakuan 4

Z5: Persentase daya hambat kontrol positif

Gambar 3. Seri Pengenceran

Gambar 4. Acuan Perhitungan Koloni

Gambar 5. Persamaan Garis Linear

Lampiran TabelTabel 1. Hasil Perhitungan Koloni C. albicansHasil hitung koloni C. albicans (dalam x 106)

UlanganKontrol (-)5%10%20%40%Kontrol (+)

124420514261280

221219211785450

325224817236350

Total7086454311821080

Rata-rata236215143,6760,67360

% Daya hambat021%39,12%74,29%84,74%100%

Tabel 2. Perhitungan Nilai Probit

r

Konsentrasi (%)Log Konsentrasi (x)C. albicans

% Daya HambatProbit (y)

1.50,7021,004,19

2.101,0039,124,72

3.201,3074,295,65

4.401,6084,746,03

Variabel Bebas

Ekstrak daun belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi) konsentrasi 5%, 10%, 20%, dan 40%.

Variabel Terkendali

Suhu dan waktu pembiakan C.albicans

Sterilisasi alat

Media pembiakan C. albicans

Cara perhitungan koloni C. albicans

Variabel Terikat

Pertumbuhan C. albicans

S

PS

K0

P1

P3

P4

Z0

Z1

Z3

Z4

K1

Z5

P2

Z2

101

102

103

104

105

106

1

2

3

4

5

6

No.

9