askep gawat darurat
DESCRIPTION
askep kegadarTRANSCRIPT
Askep Gawat Daruratsistem saraf (Epilepsi)
Kelompok 5
Ahmad Faruq
Mohamad cahyadi
Rinawati
Trio Agista
• Askep Gawat Darurat Sistem saraf (Epilepsi)• • Ruangan : IGD• Tanggal masuk : 14 september 2015• Tanggal Pengkajian : 14 september 2015• Dx : Epilepsi (kejang)
• Pengkajian • Pengkajian kondisi/kesan umum
• Kondisi umum Klien nampak sakit berat
• Pengkajian kesadaran• Pengkajian kesadaran dengan metode AVPU meliputi :• Alert (A) : Klien tidak berespon terhadap lingkungan
sekelilingnya.• Respon verbal (V) : klien tidak berespon terhadap pertanyaan
perawat.• Respon nyeri (P) : klien tidak berespon terhadap respon nyeri.• Tidak berespon (U) : klien tidak berespon terhadap stimulus
verbal dan nyeri ketika dicubit dan ditepuk wajahnya
• Pengkajian Primer
Prioritas penilaian dilakukan berdasarkan :• Airway (jalan nafas) : Adanya sumbatan jalan nafas sehingga
menyebabkan klien sulit bernafas.
Tindakan yang dilakukan:• Semua pakaian ketat dibuka• Posisi kepala sebaiknya miring untuk mencegah aspirasi isi lambung
• Usahan agar jalan nafas bebas untuk menjamin kebutuhan O2
• Pengisapan lender harus dilakukan secara teratur dan diberikan O2.
• Observasi TTV setiap 5 menit.
Evaluasi :• Inefektifan jalan nafas tidak terjadi• Jalan nafas bersih dari sumbatan• RR dalam batas normal• Suara nafas vesikuler
• Breathing dan ventilasi
Klien tergolong pada fase iktal, pernapasan klien meningkat, diikuti peningkatan sekresi mukus, dan kulit tampak pucat bahkan sianosis.
Tindakan yang dilakukan:• Mengatasi kejang secepat mungkin• Diberikan antikonvulsan secara intravena jika klien dalam masih
keadaan kejang, tunggu 15 menit. Bila masih mengalami kejang diulangi suntikan yang sama dengan dosis yang sama juga secara intravena. Setelah 15 menit suntikan ke 2 masih kejang diberikan suntikan ke 3 dengan dosis yang sama tetapi melalui intramuskuler. Diharapkan kejang berhenti.
• Usahakan agar jalan nafas bebas untuk menjamin kebutuhan O2
Evaluasi :• RR dalam batas normal• Tidak terjadi asfiksia• Tidak terjadi hypoxia
• Circulation dengan kontrol perdarahan
Klien mengalami peningkatan nadi dan sianosis, klien dalam keadaan tidak sadar.
Tindakan yang dilakukan:• Semua pakaian ketat dibuka• Posisi kepala sebaiknya miring untuk mencegah aspirasi isi lambung
• Usahan agar jalan nafas bebas untuk menjamin kebutuhan O2
• Pengisapan lender harus dilakukan secara teratur dan diberikan O2.
• Observasi TTV setiap 5 menit.
Evaluasi :• Tidak terjadi gangguan peredaran darah• Tidak terjadi hypoxia• Tidak terjadi kejang• RR dalam batas normal
• Disability
Pasien merasa bingung, dan tidak teringat kejadian saat kejang• Exposure
Pakaian klien di buka untuk melakukan pemeriksaan thoraks, apakah ada cedera tambahan akibat kejang
• Pengkajian sekunder• Identitas klien meliputi : Identitas klien:
• Nama : Tn.S• Umur : 30 tahun• Jenis kelamin : laki-laki• Alamat : Desa sukamaju• Penanggung jawab• Nama : Tn. A• Umur : 55 tahun• Jenis kelamin : laki-laki• Hubungan dengan pasien : ayah
Keluhan utama : Klien yang mengalami penurunan kesadaran secara tiba-tiba disertai mulut berbuih.
Riwayat penyakit sekarang: Kejang, terjadi aura, dan tidak sadarkan diri.
Riwayat penyakit :Trauma lahir, Asphyxia neonatorumCedera Kepala, Infeksi sistem syarafGangguan metabolik (hipoglikemia, hipokalsemia,
hiponatremia)demam,gangguan tidurpenggunaan obatstress emosional
Riwayat penyakit keluarga: Pandangan yang mengatakan penyakit ayan merupakan penyakit keturunan memang tidak semuanya keliru, sebab terdapat dugaan terdapat 4-8% penyandang ayan diakibatkan oleh faktor keturunan.
Riwayat psikososial
Intrapersonal : klien merasa cemas dengan kondisi penyakit yang diderita.
Interpersonal : gangguan konsep diri dan hambatan interaksi sosial yang berhubungan dengan penyakit epilepsi (atau “ayan” yang lebih umum di masyarakat).
• TTV• Tekanan darah : 110/80 mmHg• Nadi : 110-120 kali/menit• Irama, kedalaman dan penggunaaan otot bantu
pernafasan : klien dengan epilepsi mengalami pernafasan yang tidak teratur, akral dingin, terjadi sianosis, apneu
• Suhu tubuh menurun <36oC
• Pemeriksaan fisik
1. Kepala dan leher
Sakit kepala, leher terasa kaku
2. Thoraks
Pada klien dengan sesak, biasanya menggunakan otot bantu napas
3. Ekstermitas
Keletihan, kelemahan umum, keterbatasan dalam beraktivitas, perubahan tonus otot, gerakan involunter/kontraksi otot
4. Eliminasi
Peningkatan tekanan kandung kemih dan tonus sfingter.
5. Sistem pencernaan
Sensitivitas terhadap makanan, mual/muntah yang berhubungan dengan aktivitas kejang, kerusakan jaringan lunak
Analisa data
No Data Fokus Etiologi Masalah
1 Ds:-
Do: Suhu tubuh↑, wajah
tampak kebiruan, lengan
dan kakinya tesentak-
sentak tak terkendali, lidah
tergigit
Kejang
↓
Terjadi kerusakan sel
otak
↓
Gerakan mulut dan lidah
tidak terkontrol
↓
Ketidakefektipan
bersihan jalan nafas
Ketidakefektifan
bersihan jalan
nafas
2 Ds:-
Do: Hipoksia, RR↑,
penggunaan otot nafas
bantu.
Kejang
↓
Terjadi kerusakan sel
otak
↓
Gerakan mulut dan lidah
tidak terkontrol
↓
Ketidakefektipan
bersihan jalan nafas
↓
Pola nafas tidak efektif
Pola nafas tidak
efektif
3 Ds:-
Do: RR↑, Hipoksia, badan
terlihat kakum, suhu tubuh↑.
Na↑, O2↑ (tdk terpenuhi)
↓
Hipoksia
↓
Gangguan perfusi jaringan
Gangguan perfusi
jaringan
4 Ds:-
Do: pasien tampak berkeringat,
pasien tampak lemah dan
kepanasan. Suhu tubuh
meningkat.
Infeksi bakteri virus dan
parasit
↓
reaksi inflamasi
↓
Proses demam
↓
Hipertermi
Hipertermi
5 Ds: -
Do: bibir pasien tampak
kering, pasien tampak
lemah, pasien tampak
berkeringat. Suhu: 38°C,
↑Denyut nadi, ↓Tekanan
darah
Suhu tubuh
↓
Gangguan pemenuhan
cairan
↓
Dehidrasi
Devisit volume
cairan
6. Ds: -
Do: pasien tampak tidak
tenang dan meronta-ronta,
GCS: 12
Kejang
↓
Kesadaran menurun
↓
Resiko injuri
Resiko injuri
Diagnosa Intervensi
• Ketidak efektipan bersihan jalan nafas tidak efektif b/d gerakan mulut dan lidah tidak terkontrol
• Pola napas tidak efektif berhubungan dengan penyumbatan jalan nafas.
• Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan tidak efektif pertukaran O2 dan CO2 dalam darah.
• Hipertermi berhubungan dengan proses peradangan• Devisit volume cairan berhubungan dengan output
berlebihan (dehidrasi)• Resiko tinggi injuri berhubungan dengan kejang
Dx 1 : Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan gerakan mulut dan lidah tidak terkontrol
Tujuan : Setelah diberikan tindakan keperawatan selama 15 menit diharapkan Jalan napas klien
lancar/normal.
Kriteria hasil :
1. Menunjukkan batuk yang efektif.
2. Tidak ada lagi penumpukan sekret di sal. pernapasan.
3. Klien nyaman.
Intervensi Rasional
1 Letakkan klien pada posisi miring,
permukaan datar, miringkan kepala selama
serangan kejang
Meningkatkan aliran (drainase) secret, mencegah lidah jatuh
sehingga menyumbat jalan napas
2 lepaskan pakaian pada daerah leher, dada,
dan abdomen
Untuk memfasilitasi usaha bernapas
3 Masukkan spatel lidah/ jalan napas buatan
atau gulungan benda lunak sesuai indikasi
Mencegah tergigitnya lidah dan memfasilitasi saat melakukan
penghisapan lender. Jalan napas buatan mungkin diindikasikan
setelah meredanya aktivitas kejang jika pasien tersebut tidak sadar
dan tidak dapat mempertahankan posisi lidah yang aman
Dx2 : Pola napas tidak efektif berhubungan dengan penyumbatan jalan nafas
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan 2 x 60 menit diharapkan pola nafas klien efektif
Kriteria Hasil : Mempertahankan pola pernapasan efektif dengan jalan napas paten.
Intervensi Rasional
1. Anjurkan klien untuk mengosongkan mulut
dari benda/zat tertentu/gigi palsu atau alat
lainnya jika fase aura terjadi dan untuk
menghindari rahang mengatup jika kejang
terjadi tanpa ditandai gejala awal
2. Letakkan klien pada posisi miring,
permukaan datar, miringkan kepala selama
serangan kejang
3. Tanggalkan pakaian pada daerah leher, dada,
dan abdomen
4. Masukkan spatel lidah/ jalan napas buatan
atau gulungan benda lunak sesuai indikasi
5. Berikan tambahan oksigen/ ventilasi manual
sesuai kebutuhan pada fase posiktal
6. Siapkan/bantu melakukan intubasi jika ada
indikasi
1. Menurunkan resiko aspirasi atau masuknya benda asing ke faring
2. Meningkatkan aliran (drainase) secret, mencegah lidah jatuh
sehingga menyumbat jalan napas
3. Untuk memfasilitasi usaha bernapas
4. Mencegah tergigitnya lidah dan memfasilitasi saat melakukan
penghisapan lender. Jalan napas buatan mungkin diindikasikan
setelah meredanya aktivitas kejang jika pasien tersebut tidak sadar
dan tidak dapat mempertahankan posisi lidah yang aman
5. Dapat menurunkan hipoksia serebral sebagai akibat dari sirkulasi
yang menurun atau oksigen sekunder terhadap spasme vaskuler
selama serangan kejang
6. Munculnya apneu yang berkepanjangan pada fase posiktal
membutuhkan
Dx3 : Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan tidak efektif pertukaran O2 dan C02 dalam darah
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan 2 x 60 menit diharapkan perfusi jaringan lebih efektif
Kriteria Hasil : akral tidak dingin, tidak terjadi sianosis pada jaringan perifer.
Intervensi Rasional
1. Atur posisi kepala dan leher untuk mendukung
airway (jaw thrust). Jangan memutar atau
menarik leher ke belakang (hiperekstensi),
mempertimbangkan pemasangan intubasi
nasofaring.
2. Atur suhu ruangan
3. Tinggikan ekstremitas bawah
4. Gunakan servikal collar, imobilisasi lateral
kepala, meletakkan papan di bawah tulang
belakang.
1. Untuk mempertahankan ABC dan mencegah terjadi
obstruksi jalan napas
2. Untuk menurunkan keparahan dari poikilothermy.
3. Meningkatkan aliran balik vena ke jantung.
4. Stabilisasi tulang servikal
Dx4 : Hipertermi berhubungan dengan proses peradangan
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 menit diharapkan hipertermi tidak
terjadi.
Kriteria Hasil : suhu tubuh normal (360c – 370c), klien bebas dari demam (Efendi,1995)
Interverensi Rasional
Beri kompres hangat Dapat membantu mengurangi demam
Beri dan anjurkan klien banyak minum Semakin banyak minum akan dapat antu
menurunkan demam
anjurkan klien istirahat dengan tirah Istirahat yang baik akan dapat sedikit
membantu penyembuhan
Anjurkan klien untuk memakai pakaian tipis
dan menyerap keringat
Pakaian yang tipis akan memudahkan sirkulasi
dalam dan luar tubuh
Ciptakan suasana yang nyaman (atur ventilasi) Suhu ruangan harus diubah untuk
mempertahankan suhu mendekati normal
Dx5 : Devisit volume cairan berhubungan dengan output berlebihan (dehidrasi )
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 4 menit diharapkan devisit voleme
cairan tidak terjadi
Kriteria Hasil : menunjukkan keseimbangan cairan, tanda-tanda vital dalam batas normal
Interverensi Rasional
kaji perubahan tanda- tanda vital peningkatan suhu atau memanjangnya demam
meningkatnya laju metabolic dan kehilangan
cairan melalui evaporasi
kaji turgor kelembapan membrane mukosa ( bibir
dan lidah )
Indikator langsung keadekuatan voleme cairan
meskipun membran mukosa mulut mungkin
kering karena napas mulut dan oksigen tambahan.
catat laporan mual atau muntah adanya gejala ini menurunkan masukan oral
pantau masukan dan haluaran memberikan informasi tentang keadekuatan
volume cairan dan kebutuhan pengganti
tekankan cairan sedikitnya 2500 ml/hari atau sesuai kondisi
individual.
pemenuhan kebutuhan dasar cairan,
menurunkan risiko dehidrasi
Dx6 : Risiko injuri berhubungan dengan kejang (suriadi,2001,hal:52)
Tujuan :Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 5 menit diharapkan resiko injuri tidak
terjadi
Kriteria hasil : Faktor penyebab diketahui, mempertahankan aturan pengobatan, meningkatkan
keamanan lingkungan
Intervensi Rasional
Hindarkan anak dari benda-bendayang membahayakan Tindakan ini dapat membantu menurunkan
injuri
Gunakan alat pengaman dapat melindungi klien dari bahaya injuri
Bila terjadi kejang, pasang sudip
Lidah
Agar lidah tidak tergigit atau lidah
menutup jalan napas.
Kolaborasi pemberian obat anti kejang Diharapkan dapat mempercepat proses
penyembuhan dan juga dengan
memantau efek samping secara dini jika
timbul efek samping
Implementasi• Sesuai dengan intervensi
evaluasi
No Diagnosa Evaluasi
1 Ketidak efektipan bersihan jalan nafas
tidak efektif b/d gerakan mulut dan lidah
tidak terkontrol
Subjektif : -
Objektif : - Suhu tubuh normal
- Pasien tampak tenang
Assesment : Jalan napas klien lancar/normal
Planning : Lanjutkan pengobatan
2 Pola napas tidak efektif berhubungan
dengan penyumbatan jalan nafas.
Subjektif :
Objektif : - Suplai O2 normal
- RR normal
Assesment : Pola napas efektif
Planning : Lanjutkan
3 Gangguan perfusi jaringan
berhubungan dengan tidak efektif
pertukaran O2 dan C02 dalam darah.
Subjektif : -
Objektif : - RR normal
-Suplai O2 normal
- Suhu tubuh normal
Assesment : perfusi jaringan normal
Planning : Lanjutkan
4 Hipertermi berhubungan dengan proses
peradangan
Subjektif : -
Objektif : - Pasien tampak nyaman
- Suhu tubuh normal
Assesment : hipertermi tidak terjadi
Planning : Lanjutkan
5 Devisit volume cairan berhubungan
dengan output berlebihan (dehidrasi)
Subjektif : -
Objektif : - pasien tampak nyaman
- ttv normal
Assesment : defisit volume cairan tidak
terjadi
Planning : Lanjutkan
6 Resiko tinggi injuri berhubungan dengan
kejang
Subjektif : -
Objektif : - Pasien tampak tenang
- GCS = 15
Assesment : Resiko injuri tidak terjadi
Planning : Lanjutkan
TERIMAKASIH