unit gawat darurat

Upload: ragiel

Post on 13-Jan-2016

91 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

pengertian unit gawat darurat di puskesmas

TRANSCRIPT

Standard Operating Procedure (SOP) Adalah

Standard Operating Procedure (SOP)2.1 Pengertian2.1.1 Pengertian Standard (Standar)Something used as a measure, norm, or model in comparative evaluations(Oxford Dictionary). Sesuatu yang digunakan sebagai ukuran, norma, atau model dalam evaluasi komparatif.

2.1.2 Pengertian Operating (Operasional)Control the functioning of (a machine, process, or system) (Oxford Dictionary).Mengontrol fungsi (mesin, proses, atau sistem).

2.1.3 Pengertian Procedure (Prosedur)An established or official way of doing something (Oxford Dictionary). Cara yang tersusun atau resmi melakukan sesuatu.

2.1.4 Pengertian Standard Operational Procedure (SOP)Menurut Tjipto Atmoko, Standar Operasional Prosedur merupakan suatu pedoman atau acuan untuk melaksanakan tugas pekerjaan sesuai denga fungsi dan alat penilaian kinerja instansi pemerintah berdasarkan indikator-indikator teknis, administratif dan prosedural sesuai tata kerja, prosedur kerja dan sistem kerja pada unit kerja yang bersangkutan.

2.2 Dasar Hukum SOP1. Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5063)

2. Undang-Undang nomor 43 tahun 2009 tentang kearsipan (lembaran Negara Repulik Indonesia tahun 2009 nomor 152 , tambahan lembaran Negara nomoor 5071)

3. Permen PAN Nomor: PER/21/M.PAN/11/2008 tentang Pedoman Penyusunan Standar Operasional Prosedur Administrasi Pemerintahan.

2.3 Tujuan dan Manfaat SOPSOP (Standar Operasional Prosedur) merupakan dokumen yang berisi langkah-langkah/sistematika kerja dalam sebuah organisasi. Dari beberapa pengertian SOP menurut para ahli, tujuan utama dari penyusunan SOP adalah untuk mempermudah setiap proses kerja dan meminimalisir adanya kesalahan di dalam proses pengerjaannya.

Adapun tujuan dari penyusunan SOP diantaranya :a. Agar petugas atau pegawai menjaga konsisitensi dan tingkat kinerja petugas atau pegawai atau tim dalam organisasi atau unit kerja.

b. Agar mengetahui dengan jelas peran dan fungsi tiaptiap posisi dalam organisasi.

c. Memperjelas alur tugas, wewenang dan tanggung jawab dari petugas atau pegawai terkait.

d. Melindungi organisasi atau unit kerja dan petugas atau pegawai dari malpraktek atau kesalahan administrasi lainnya.

e. Untuk menghindari kegagalan atau kesalahan, keraguan, duplikasi dan inefisiensi.

f. Memberikan keterangan tentang dokumen- dokumen yang dibutuhkan dalam suatu proses kerja.

Manfaat yang didapat dengan pembuatan Standar Operasional Prosedur ini diantaranya:a. Efisiensi Waktu, karena semua proses menjadi lebih cepat ketika pekerjaan itu sudah terstruktur secara sistematis dalam sebuah dokumen tertulis. Semua kegiatan karyawan sudah tercantum dalam SOP sehingga mereka tahu apa yang harus dilakukan selama masa kerja.

b. Memudahkan tahapan pelayanan yang diberikan kepada masyarakat sebagai konsumen dilihat dari sisi kesederhanaan alur pelayanan.

c. Kesungguhan karyawan dalam memberikan pelayanan, terutama terhadap konsistensi waktu kerja sesuai ketentuan yang berlaku. Ini merupakan standardisasi bagaimana seorang karyawan menyelesaikan tugasnya.

d. Dapat digunakan sebagai sarana untuk mengkomunikasikan pelaksanaan suatu pekerjaan.

e. Dapat digunakan sebagai sarana acuan dalam melakukan penilaian terhadap proses layanan. Jika karyawan bertindak tidak sesuai dengan SOP berarti dia memiliki nilai kurang dalam melakukan layanan.

f. Dapat digunakan sebagai sarana mengendalikan dan mengantisipasi apabila terdapat suatu perubahan sistem.

g. Dapat digunakan sebagai daftar yang digunakan secara berkala oleh pengawas ketika diadakan audit. SOP yang valid akan mengurangi beban kerja. Bersamaan dengan itu dapat juga meningkatkan comparability, credibility dan defensibility.

h. Membantu pegawai menjadi lebih mandiri dan tidak tergantung pada intervensi manajemen, sehingga akan mengurangi keterlibatan pimpinan dalam pelaksanaan proses sehari-hari.

i. Mengurangi tingkat kesalahan dan kelalaian yang mungkin dilakukan oleh seorang pegawai dalam melaksanakan tugas.

UNIT GAWAT DARURATPUSKESMAS PARUGA KOTA BIMATAHUN 2011PUSKESMAS PARUGAPELAYANAN PENDERITAGAWAT DARURAT

No.Dokumen:440/001/PKM/III/2011

No.Revisi : -Halaman:

1

Tim penyusun:1. Agus Dwi Pitono,MARS2. Staf UGD PKM ParugaTgl diterbitkan :01-03-2011Tanggal revisi:

Ditetapkan di : Bima, 01 03-2011Kepala Puskesmas ParugaAgus Dwi Pitono,MARSNip. 19680808 200202 1 002

Revisi ke:

Prosedur1) Penderita datang ke Unit Gawat Darurat dengan berjalan sendiri atau memakai alat transportasi 2) Petugas menjemput Penderita jika penderita tidak mampu berjalan 3) Petugas langsung menangani penderita sesuai dengan kegawat daruratan sesuai dengan tupoksi petugas kolaborasi sendiri-sendiri atau pelimpahan wewenang4) Petugas melakukan anamnesa (mendaftar Identitas penderita, mencatat keluhan, Tanda-tanda vital, Jam kedatangan, Meninggalkan UGD, Jam Pemberian, Jenis obat serta lain-lain yang berhubungan dengan penderita di Kartu Pemeriksa Pasien)5) Setelah mendapat pelayanan penderita/keluarga wajib menyelesaikan Administrasinya sesuai peraturan yang berlaku (status bayar pasien)6) Penderita yang ada indikasi Rawat Inap petugas melapor ke Ruang Rawat Inap yang bekerja sama dengan Unit Gawat Darurat untuk mendapat kamar yang sesuai7) Penderita dengan Rawat Inap di antar petugas ke Ruang Perawatan sesuai Protap Mengantar Pasien8) Penderita dengan indikasi Rawat Jalan dapat dipulangkan dengan dianjurkan control kembali di Puskesmas atau poliklinik RSU yang terdekat dengan diberikan Kartu/Surat dan petunjuk perawatan.

PUSKESMAS PARUGAPENILAIAN KEGAWATAN PENDERITA DAN UNTUK PEMBERIAN PERTOLONGAN/TERAPI SESUAI DENGAN DERAJAT KEGAWATAN DAN KEDARURATAN

No.Dokumen:440/001/PKM/III/2011

No.Revisi : -Halaman:

2

Tim penyusun:1. Agus Dwi Pitono,MARS2. Staf UGD PKM ParugaTgl diterbitkan :01-03-2011Tanggal revisi:

Ditetapkan di : Bima, 01 03-2011Kepala Puskesmas ParugaAgus Dwi Pitono,MARSNip. 19680808 200202 1 002

Revisi ke:

Prosedur1. Penderita datang di Unit Gawat Darurat diterima petugas2. Penderita di bawa masuk ke Ruangan, untuk dipilih dan dipilah berdasarkan tingkat kegawatannya oleh Petugas Jaga UGD. 3. Penderita segera diberikan tindakan pertolongan sesuai prioritas dengan memperhatikan A = Airway, B = Breathing, C = Circulation D = Drug sesuai Prosedur yang ada4. Semua tindakan dan obat-obatan dicatat dalam Kartu pasien, tindakan cara pemberian obat dan lain-lain.5. Penderita yang sudah teratasi kegawatannya ditangani sesuai Protap Pelayanan Pasien Gawat Darurat6. Penderita yang sudah selesai dirawat yang bisa Rawat Jalan dipulangkan7. Penderita yang perlu Rawat Nginap dikirim ke Ruangan perawatan8. Penderita yang memerlukan rujukan langsung di Rujuk ke RSUD Di antar oleh perawat dengan menggunakan Ambulance9) Penderita/Keluarganya menyelesaikan Administrasi sebelum meninggalkan UGD.

PUSKESMAS PARUGAPEMERIKSAAN LABORATORIUM

No.Dokumen:440/001/PKM/III/2011

No.Revisi : -Halaman:

3

Tim penyusun:1. Agus Dwi Pitono,MARS2. Staf UGD PKM ParugaTgl diterbitkan :01-03-2011Tanggal revisi:

Ditetapkan di : Bima, 01 03-2011Kepala Puskesmas ParugaAgus Dwi Pitono,MARSNip. 19680808 200202 1 002

Revisi ke:

Prosedur1. Penderita dirawat di Unit Gawat Darurat di indikasikan Petugas untuk dilakukan Pemeriksaan Laboratorium2. Petugas mencatat insturksinya pada kartu pemeriksaan pasien3. Petugas menyiapkan formulir pemeriksaan dan ditanda tangani oleh dokter jaga dan ditulis permintaan apa yang harus dikerjakan4. Pada Jam kerja :a. Petugas menghubungi petugas laboratorium untuk datang mengambil sample darah ke penderita di UGD5. Petugas laboratorium menyerahkan hasil Pemeriksaan Laboratorium dan rincian administrasi kepada petugas UGD

PUSKESMAS PARUGAOBSERVASI PENDERITA

No.Dokumen:440/001/PKM/III/2011

No.Revisi : -Halaman:

4

Tim penyusun:1. Agus Dwi Pitono,MARS2. Staf UGD PKM ParugaTgl diterbitkan :01-03-2011Tanggal revisi:

Ditetapkan di : Bima, 01 03-2011Kepala Puskesmas ParugaAgus Dwi Pitono,MARSNip. 19680808 200202 1 002

Revisi ke:

Prosedur1. Penderita datang di Unit Gawat Darurat dilakukan pertolongan sesuai dengan protap yang ada (Protap Pelayanan Pasien gawat Darurat)2. Petugas Jaga mendiagnosa dan mengindikasikan penderita perlu dilakukan observasi di Unit Gawat Darurat 3. Penderita di Observasi di ruangan Unit Gawat Darurat4. Petugas Jaga melakukan observasi penderita dan mencatat pada kartu pasien: Jam, Tanda Vital, Pemberian obat dan cairan, perjalanan penyakit/keluhan dari penderita5. Lama observasi sesuai indikasi paling lama 6 jam6. Setelah Observasi ditentukan apakah pasien Penderita dapat dipulangkan, di rawat atau dirujuk7. Penderita yang perlu dirawat Inap segera dikirim ke Ruang perawatan sesuai protap Mengantar Pasien dari UGD ke ruang perawatan atau di rujuk Ke RSUD8. Penderita atau keluarga menyelesaikan Administasi.

PUSKESMAS PARUGAPENDERITA MENOLAKDI RAWAT INAP

No.Dokumen:440/001/PKM/III/2011

No.Revisi : -Halaman:

5

Tim penyusun:1. Agus Dwi Pitono,MARS2. Staf UGD PKM ParugaTgl diterbitkan :01-03-2011Tanggal revisi:

Ditetapkan di : Bima, 01 03-2011Kepala Puskesmas ParugaAgus Dwi Pitono,MARSNip. 19680808 200202 1 002

Revisi ke:

Prosedur1. Penderita datang di Unit Gawat Darurat sudah diberikan pertolongan terapi sesuai protap Pelayanan Pasien Gawat Darurat2. Petugas UGD mengindikasikan penderita perlu di Rawat Inap sehubungan penyakitnya3. Keluarga/Penderita menolak/tidak menyetujuinya4. Penolakan tersebut hak dari penderita/keluarga penderita, sehingga tanggung jawab Puskesmas terhadap penderita dikembalikan kepada penderita/keluarga itu sendiri5. Keluarga menandatangani formulir yang tersedia atau tanda tangan pada kartu/status pasien6. Penderita atau keluarga menyelesaikan Administrasi sesuai aturan yang berlakuPenderita diijinkan pulang tanpa infus

PUSKESMAS PARUGAMENGANTAR PENDERITADARI UGD KE RUANG PERAWATAN

No.Dokumen:440/001/PKM/III/2011

No.Revisi : -Halaman:

6

Tim penyusun:1. Agus Dwi Pitono,MARS2. Staf UGD PKM ParugaTgl diterbitkan :01-03-2011Tanggal revisi:

Ditetapkan di : Bima, 01 03-2011Kepala Puskesmas ParugaAgus Dwi Pitono,MARSNip. 19680808 200202 1 002

Revisi ke:

Prosedur1. Penderita dipersiapkan dan sudah menyelesaikan Administrasinya2. Petugas Unit Gawat Darurat wajib memberitahukan Petugas Ruang Perawatan. 3. Penderita dikirim ke Ruangan Perawatan diantar petugas Unit Gawat Darurat 4. Penderita dikirim ke Ruangan Perawatan mempergunakan alat transportasi (KERETA DORONG PASIEN atau KURSI RODA). Tidak diperkenankan berjalan kaki sendiri.5. Sampai di Ruangan perawatan penderita diserah terimakan kepada petugas Ruang Perawatan.(pasien, status, obat-obatan dan administarsi jika belum lunas)

PUSKESMAS PARUGAPELAYANAN PADA PENDERITA TIDAK DIKENAL(Mr. X)

No.Dokumen:440/001/PKM/III/2011

No.Revisi : -Halaman:

7

Tim penyusun:1. Agus Dwi Pitono,MARS2. Staf UGD PKM ParugaTgl diterbitkan :01-03-2011Tanggal revisi:

Ditetapkan di : Bima, 01 03-2011Kepala Puskesmas ParugaAgus Dwi Pitono,MARSNip. 19680808 200202 1 002

Revisi ke:

Prosedur1. Penderita tidak dikenal datang ke unit Gawat Darurat di antar Masyarakat atau petugas kepolisian2. Penderita diterima oleh petugas UGD sesuai dengan prosedur pelayanan3. Penderita diberikan pertolongan sesuai dengan protap pelayanan penderita Gawat Darurat4. Petugas UGD berusaha mencari informasi tentang identitas penderita, bila tidak berhasil penderita dicatat dengan identitas Mr.X pada kartu pemeriksaan/buku register5. Barang-barang penderita disimpan dan di amankan pada petugas Ruangan Unit Gawat Darurat dan akan diserahkan kembali6. Petugas UGD menghubungi keluarga penderita, bila tidak berhasil segera melapor ke Kantor Kepolisian dimana penderita tadi diketemukan7. Bila korban meninggal setelah diberikan pertolongan maka petugas UGD melakukan perawatan jenazah dan menunggu keluarga korban8. Jika keluarga belum ada, maka jenajah akan di rujuk ke RSUD setelah ada persetujuan petugas jaga dengan masyarakat atau kepolisian yang membawa korban9. Bila penderita masih memerlukan perawatan dikirim ke Ruang perawatan sambil menunggu keluarga diketemukan10. Petugas melapor ke kepala puskesmas tentang kasus tersebut

PUSKESMAS PARUGAMERUJUK KE RUMAH SAKIT

No.Dokumen:440/001/PKM/III/2011

No.Revisi : -Halaman:

8

Tim penyusun:1. Agus Dwi Pitono,MARS2. Staf UGD PKM ParugaTgl diterbitkan :01-03-2011Tanggal revisi:

Ditetapkan di : Bima, 01 03-2011Kepala Puskesmas ParugaAgus Dwi Pitono,MARSNip. 19680808 200202 1 002

Revisi ke:

Prosedur1. Penderita dirawat di Unit Gawat Darurat di indikasikan Dokter jaga untuk di rujuk ke Rumah Sakit 2. Dokter jaga dan petugas UGD membantu membuat persiapan penderita dan Administrasi3. Hal-hal yang perlu persiapkan :a. Surat-surat:1) Dokter jaga membuat surat pengantar ke Rumah Sakit yang di tuju2) Petugas UGD menyiapkan surat rujukan Askes bagi peserta Askes dan Askeskin bagi peserta Askeskinb. Transportasi:c. Petugas UGD menyiapkan Ambulance Puskesmas d. Petugas pengantar:Petugas UGD dapat menyediakan atau menunjuk perawat lainnya untuk mengantar pasien bila kondisinya mengharuskane. Persiapan penderita:1) Pertugas UGD menyiapkan penderita agar aman selama perjalanan. Penderita perlu di infus atau tidak2) Petugas UGD menyiapkan surat rujukan 4. Keluraga Penderita menyelesaikan Administrasi di UGD5. Penderita boleh berangkat

PUSKESMAS PARUGAPENDERITA PESERTAASURANSI KESEHATAN

No.Dokumen:440/001/PKM/III/2011

No.Revisi : -Halaman:

9

Tim penyusun:1. Agus Dwi Pitono,MARS2. Staf UGD PKM ParugaTgl diterbitkan :01-03-2011Tanggal revisi:

Ditetapkan di : Bima, 01 03-2011Kepala Puskesmas ParugaAgus Dwi Pitono,MARSNip. 19680808 200202 1 002

Revisi ke:

Prosedur1. Penderita dirawat di UGD adalah peserta Asuransi Kesehatan2. Penderita wajib menunjuk Kartu Identitas Peserta Asuransi Kesehatan3. Petugas memeriksa Keabsahannya Kartu Identitas tersebut4. Penderita peserta Asuransi Kesehatan dibertikan pertolongan dulu persyaratan administrasi di urus kemudian5. Kartu Asuransi di foto copy sebanyak 2 (dua) lembar atau bila tidak ada foto copy Kartu Asuransi tersebut dapat di tinggal di UGD sebagai jaminan untuk penyelesaian administrasi esok harinya6. Penderita Asuransi yang tidak dapat menunjukan kartu Identitas diberlakukan tarif umum, sampai dapat menunjukan kartu Identitasnya. Penderita diminta membayar biaya pengobatan seperti penderita umum dan biaya akan dikembalikan bila Kartu Identitas dapat ditunjukkan, selambat-lambatnya 2(tiga) hari7. Penderita diberikan resep khusus Asuransi Kesehatan, untuk penderita peserta Asuransi Kesehatan diberikan obat maksimal 1 (satu) hari saja, kecuali cairan diresepkan sesuai keperluan8. Penderita Rawat Jalan dapat dipulangkan dan penderita Rawat Inap di kirim ke Ruang Perawatan sesuai protap mengantar pasien ke ruang perawatan 9. Penderita yang di indikasi rujuk oleh dokter dirujuk ke Rumah Sakit sesuai dengan Protap merujuk pasien

PUSKESMAS PARUGARAHASIA MEDIS

No.Dokumen:440/001/PKM/III/2011

No.Revisi : -Halaman:

10

Tim penyusun:1. Agus Dwi Pitono,MARS2. Staf UGD PKM ParugaTgl diterbitkan :01-03-2011Tanggal revisi:

Ditetapkan di : Bima, 01 03-2011Kepala Puskesmas ParugaAgus Dwi Pitono,MARSNip. 19680808 200202 1 002

Revisi ke:

Prosedur1. Penderita yang di rawat di Unit Gawat Darurat berhak di jaga Rahasia Medisnya meliputi :a. Diagnosa Penyakitnyab. Tenaga Medis dan Paramedis yang merawat2. Petugas Unit Gawat Darurat tidak diperkenankan memberikan keterangan kepada pihak lain segala sesuatu yang berhubungan dengan Rahasia Medis Penderita3. Yang berhak mengeluarkan pernyataan keterangan adalah Kepala Puskesmas 4. Kepada pihak lain yang ingin mendapat keterangan dapat menghubungi Kepala Puskesmas

PUSKESMAS PARUGAKASUS PERKOSAAN

No.Dokumen:440/001/PKM/III/2011

No.Revisi : -Halaman:

11

Tim penyusun:1. Agus Dwi Pitono,MARS2. Staf UGD PKM ParugaTgl diterbitkan :01-03-2011Tanggal revisi:

Ditetapkan di : Bima, 01 03-2011Kepala Puskesmas ParugaAgus Dwi Pitono,MARSNip. 19680808 200202 1 002

Revisi ke:

Prosedur1. Penderita korban perkosaan datang di Unit Gawat Darurat2. Petugas UGD memberikan pertolongan pertama bila diperlukan3. Penderita dirujuk ke Unit Kebidanan untuk dilakukan pemeriksaan lengkap 4. Visum Et Repertum dapat di keluarkan oleh TU dari data-data yang di hasiklak dari pemeriksaan korban oleh dokter atas Permintaan Pejabat yang berwenang dari Kepolisian.5. Keluarga atau penderita menyelesaikan Administrasi

PUSKESMAS PARUGAPERMINTAAN PEMBUATAN VISUM ET REPERTUM

No.Dokumen:440/001/PKM/III/2011

No.Revisi : -Halaman:

12

Tim penyusun:1. Agus Dwi Pitono,MARS2. Staf UGD PKM ParugaTgl diterbitkan :01-03-2011Tanggal revisi:

Ditetapkan di : Bima, 01 03-2011Kepala Puskesmas ParugaAgus Dwi Pitono,MARSNip. 19680808 200202 1 002

Revisi ke:

Prosedur1. Surat Permintaan Pembuatan Visum Et Repertum diantar oleh Petugas kepolisian 2. Surat diterima petugas UGD kemudian petugas UGD menyerahkan data-data visum ke TU3. TU Puskesmas membuat surat hasil Visum berdasarkan data-data visum 4. Petugas UGD menerima berkas permintaan Visum tersebut untuk menghubungi Dokter jaga yang menerima dan memeriksa penderita tersebut5. Dokter jaga yang menangani penderita tersebut wajib membuatkan konsep Visum Et Repertum tersebut6. Petugas UGD menyerahkan konsep Visum Et Repertum tersebut beserta berkas surat permintaan Visum ke Bagian Umum/Bagian Visum7. Bagian Umum/Bagian Visum mengetik dan membuat Visum Et Repertum dan sekaligus meminta tanda tangan dokter yang membuat8. Bagian Umum/Bagian Pembuat Visum mengirimkan Visum kepada yang meminta9. Petugas UGD mengembalikan kartu pemeriksaan penderita ke Bagian Rekam Medik10. Administrasi pembuatan Visum Et Repartum diselesaikan di Bagian Umum atau UGD sesuai PERDA

PUSKESMAS PARUGAPENANGANAN PASIEN MENINGGALDI UNIT GAWAT DARURAT

No.Dokumen:440/001/PKM/III/2011

No.Revisi : -Halaman:

13

Tim penyusun:1. Agus Dwi Pitono,MARS2. Staf UGD PKM ParugaTgl diterbitkan :01-03-2011Tanggal revisi:

Ditetapkan di : Bima, 01 03-2011Kepala Puskesmas ParugaAgus Dwi Pitono,MARSNip. 19680808 200202 1 002

Revisi ke:

Prosedur1. Petugas UGD memeriksa dan menyatakan penderita sudah meninggal2. Petugas UGD mencatat Jam tiba penderita, data-data dan identitas penderita, jam meninggal pada kartu pemeriksaan3. Petugas UGD melakukan pemeriksaan luar dan dicatat pada kartu pemeriksaan4. Petugas UGD melakukan perawatan jenazah sesuai protap perawatan jenajah1. Petugas UGD menyerahkan status pasien ke ruang TU untuk dibuatkan surat kematian jika di perlukan2. Jenajah di serahkan kepada keluarga untuk di pulangkan3. Jenajah di pulangkan dengan menggunakan ambulance atau mobil sendiri4. Keluarga menyelesaikan Administrasi ambulan sesuai aturan yang berlaku

PUSKESMAS PARUGAPERAWATAN JENAZAH

No.Dokumen:440/001/PKM/III/2011

No.Revisi : -Halaman:

14

Tim penyusun:1. Agus Dwi Pitono,MARS2. Staf UGD PKM ParugaTgl diterbitkan :01-03-2011Tanggal revisi:

Ditetapkan di : Bima, 01 03-2011Kepala Puskesmas ParugaAgus Dwi Pitono,MARSNip. 19680808 200202 1 002

Revisi ke:

Prosedur1. Jenazah di Unit Gawat Darurat2. Petugas UGD membersihkan Jenazah bila ada luka dilakukan perawatan3. Posisi jenazah diatur disesuaikan dengan Agama dan Kepercayaannya:a. Agama Islam:Posisi kedua tangan bersedekap (tangan diletakkan di atas dada dengan tangan di atas tangan kiri.b. Agama Kristen:Posisi kedua tangan lurus disamping tubuhc. Agama Hindu:Posisi kedua tangan bersedekap di atas tubuh.4. Bila mulut terbuka diusahakan ditutup dengan cara melilitkan Verban panjang dari kepala sampai rahang bawah5. Bila mata terbuka maka ditutup dengan kain kasa6. Rapatkan kaki dengan cara dengan cara melilitkan verban panjang pada ibu jari kaki 7. Tutup jenajah dengan sarung atau kain yang panjang8. Perawatan selesai dan jenajah di serahkan kepada keluraga9. Antar jenajah dengan menggunakan ambulance10. Keluaga menyelesaikan Administasi sesuai perda

PUSKESMAS PARUGAPENULISAN RESEP NARKOTIKA

No.Dokumen:440/001/PKM/III/2011

No.Revisi : -Halaman:

15

Tim penyusun:1. Agus Dwi Pitono,MARS2. Staf UGD PKM ParugaTgl diterbitkan :01-03-2011Tanggal revisi:

Ditetapkan di : Bima, 01 03-2011Kepala Puskesmas ParugaAgus Dwi Pitono,MARSNip. 19680808 200202 1 002

Revisi ke:

Prosedur1. Penulisan Resep Narkotika harus oleh dokter yang bertugas di Unit Gawat Darurat2. Penulisan Resep Narkotika harus tertera :a. Nama lengklap Dokterb. Nama lengkap penderitac. Alamat lengkap dan jelas penderitad. Tanggap penulisan resepe. Umur dan jenis kelaminf. Tanda tangan dokter3. Penulisan resep Narkotika kepada penderita setelah dilakukan pemeriksaan terhadap penderita sesuai protap yang ada4. Resep ditulis dengan nama obat Generik5. Penulisan resep penderita umum memakai resep umum6. Penulisan resep penderita peserta ASKES memakai resep ASKES

10. Kejang Demam

a. Pengertian

Memberikan pertolongan bayi baru yang tidak segera menangis atau tidak segera bernafas.

b. Tujuan

Mengoptimalkan fungsi pernafasan dan oksigenasi paru

c. Indikasi

1) Bayi lahir tidak menangis

2) Ketuban pecah bercampur mekonium

3) Bayi tidak bernafas

d. Persiapan alat :

a) Alat pelindung diri (masker, hanscoen)

b) Deelic

c) Masker bayi

d) Bag resuscitator bayi

e) Oksigen lengkap

f) Thermometer

e. Pelaksanaan

1) Jika bayi tidak menangis dengan keras, bernafas dengan lemah, atau bernafas cepat dan dangkal, pucat atau biru dan atau lemas, maka :

a) Baringkan terlentang dengan benar pada permukaan yang datar, kepala sedikit setengah ekstensi agar jalan nafas terbuka, bayi harus tetap diselimuti. Hal ini penting sekali untuk mencegah hypotermi pada bayi baru lahir.

b) Hisap mulai mulut, sedalam 5 cm dan kemudian hidung bayi sedalam 3 cm secara lembut dengan menggunakan deelie (jangan memasukkan alat penghisap terlalu dalam pada kerongkongan bayi). Karena dapat menyebabkan terjadinya bradikardi, denyut jantung yang tidak teratur, spasme pada larink/tenggorokan bayi.

c) Berikan stimulasi taktil dengan lembut pada bayi (atau menyentil kaki bayi, keduanya aman dan efektif untuk menstimulasi bayi)

d) Nila ulang keadaan bayi. Jika mulai menangis atau bernafas dengan normal, tidak diperlukan tindakan lanjutan, lanjutkan perawatan pada bayi baru lahir normal.

e) Jika bayi tidak bernafas dengan normal atau menangis teruskan dengan ventilasi (40-60) kali/permenit

f) Melakukan ventilasi pada bayi baru lahir

g) Letakkan bayi dipermukaan yang datar, diselimuti dengan baik.

h) Periksa kembali posisi bayi baru lahir, kepala harus sedikit ditengadahkan.

i) Pasang sungkup oksigen atau gunakan bag valve dan mask yang ukurannya sesuai

j) Periksa pelekatannya dan berikan ventilasi dengan kecepatan 40 s/d 60 kali / permenit

2) Jika dada bayi tidak mengembang :

a) Perbaiki posisi bayi dan tengadahkan kepala lebih jauh

b) Periksa hidung dan mulut apakahj ada darah, mucus atau cairan ketuban, lakukan penghisapan jika perlu

c) Remas BVM lebih keras untuk meningkatkan tekanan ventilasi

d) Ventilasi bayi selama 1 menit, lalu hentikan, nilai dengan cepat apakah bayi bernafas dengan spontan dan tidak ada pelekukan dada atau dengkuran, tidak diperlukan resusitasi lebih lanjut. Teruskan dengan langkah awal perawatan bayi baru lahir.

3) Kompresi dada :

a) Jika memungkinkan 2 tenaga kesehatan terampil diperlukan untuk melakukan ventilasi dan kompresi dada

b) Kebanyaka bayi akan membaik dengan ventilasi

c) Jika ada 2 tenaga kesehatan yang terampil dan pernafasan bayi lemah atau < 30 kali/menit dan detak jantung kurang dari 60 kali/menit setelah ventilasi selama 1 menit, tenaga kesehatan yang kedua dapat mulai melakukan kompresi dada dengan kecepatan 3 : 1

d) Harus berhati-hati pada saat melakukan kompresi dada, tulang rusuk bayi masih peka dan mudah patah, jantung dan paru-parunya mudah terluka

e) Lakukan tekanan pda jantung dengan cara meletakkan kedua jari tepat di bawah garis putih bayi, ditengah dada. Dengan jari-jaring lurus, tekan dada sedalam 1-1,5 cm

4) Setelah bayi bernafas normal periksa suhu, jika di bawah 36,50 celcius atau punggung sangat dingin lakukan penghangatan yang memadai. Perhatikan warna kulit, pernafasan dan nadi bayi selama 2 jam. Ukur suhu bayi setiap jam sehingga normal (36,50C 370C)

5) Catat dengan seksama semua tindakan yang dilakukanMenerima pasien dengan kedaruratan psikiatri

a. Pengertian

Suatu kegiatan menerima pasien baru dengan gangguan atau perubahan perilaku alam pikir atau alam perasaan yang timbul secara tiba-tiba untuk mendapat pertolongan segera.

b. Tujuan

Untuk menghindari ancaman integritas fisik atau psikis terhadap diri pasien/orang lain maupun ancaman integritas sosial

c. Indikasi

1) Pasien dengan perilaku bunuh diri

2) Pasien ganas menyerang (violence)

3) Panik/fuque

d. Persiapan

1) Alat-alat/obat

a) Alat pelindung diri (masker, kacamata safety, handscoen, scort)

b) Diagnosa test

c) Emergency trolley

d) Jaket pengaman (dwang jas)

e) Manset

f) Obat psikotropik)

2) Pasien

Pasien / keluarga diberi penjelasan tentang tindakan yang akan dilakukan

3) Lingkungan

Diusahakan tempat tersendiri

4) Petugas

Lebih dari satu orang

e. Pelaksanaan

1) Petugas menggunakan alat pelindung diri (masker, kacamata safety, handscoen, scort)

2) Mendampingi pasien saat dilakukan pemeriksaan/wawancara

3) Melakukan orientasi minimal dengan memanggil nama pasien dan menyebut nama perawat

4) Meminta kepada pasien untuk mencoba mengendalikan diri dengan kata-kata sederhana dan mudah dimengerti.

5) Mengajak pasien ke tempat tenang dan memotivasi untuk mengungkapkan perasaan secara verbal

6) Pasien gasuh gelisah yang tidak dapat dikendalikan, selanjutnya disilangkan kedepan dada

7) Memegang tangan kanan dan kiri pasien selanjutnya disilangkan kedepan dada

8) Membimbing menuju tempat yang telah disediakan atau bila gadu bisa dipasang jaket pengaman

9) Bila pasien tetap meronta dan kalau dianggap perlu, petugas I menutup muka pasien, petugas II dan III memegang kaki kanan dan kiri pasien kemudian mengangkat ke tempat tidur yang telah disediakan.

10) Memasang manset tangan dan kaki kanan kiri pasien disisi tempat tidur sambil menjelaskan bahwa tindakan tersebut adalah untuk membantu mengontrol perilakunya dan akan dibuka jika sudah mampu mengendalikan diri

11) Mengobservasi pasien sebelum dan sesudah tindakan meliputi :

- Tekanan darah

- Nadi

- Pernafasan

- Respon dan perilaku pasien

12) Melaksanakan program pengobatan

13) Membantu pasien untuk memenuhi kebutuhan gizi

14) Membantu pasien untuk memenuhi kebutuhan personal hygiene dan eliminasi

f. Hal-hal yang perlu diperhatikan

1) Petugas tetap menjaga jarak fisik dengan pasien.

2) Pada saat satu orang petugas berkomunikasi dengan pasien, petugas lain mengawasi dari jauh bila pasien tidak dapat mengendalikan diri.

3) Ikat pasien dengan posisi yang sopan, kaki tidak terbuka lebar.

4) Pada saat pemasangan manset, posisi tangan/kaki tidak seperti disalib

5) Segera manset dibuka apabila pasien sudah dapat mengendalikan diri.

Menerima pasien dengan kesadaran menurun

a. Pengertian

Kesadaran menurun adalah menurunnya respon pasien terhadap rangsangan verbal dan rangsangan nyeri

b. Tujuan

Mempertahankan kelangsungan hidup pasien dan mencegah terjadinya cacat tetap

c. Indikasi

Semua pasien dengan kesadaran menurun

d. Persiapan

1) Alat

a) Alat pelindung diri (masker, handscoen)

b) Emergency trolley

c) Set terapi oksigen

d) Set penghisap sekresi

e) EKG record

f) Blood gas kit

g) Set venaseksi

h) Folley kateter

i) Lampu senter

2) Obat-obatan/cairan infus

a) Adrenalin

b) Sulfas atropin

c) Dextrose 5 %, 10 %, 40 %

d) NaCl 0,9 %

e) Ringer lactat

f) Bicarbonat nutrikus

g) Plasma expander

h) Obat-obatan lain sesuai kebutuhan

3) Pasien

Keluarga diberi penjelasan tentang tindakan yang akan dilakukan

4) Petugas

Lebih dari 2 orang

e. Pelaksanaan

1) Petugas menggunakan alat pelindung diri (masker, handscoen)

2) Menidurkan dan mengatur posisi pasien sesuai kondisi

3) Menilai kesadaran pasien dengan cara :

a) Memanggil nama pasien/menanyakan keadaannya

b) Mencubit pasien

Penanganan infark miokard akut

a. Pengertian

Penyakit jantung koroner yang ditandai dengan nyeri dada khas, keringat dingin diperkuat dengan adanya gambaran ECG st elevasi

b. Tujuan

Agar penderita yang mendapat serangan ima dapat diselamatkan

c. Indikasi

1) Nyeri dada lebih dari 20 menit

2) ST elevasi > 0,1 mv pada sekurang-kurangnya 2 sedapan usia < 70 tahun

d. Persiapan

1) Alat pelindung diri (masker, handscoen)

2) Monitoring EKG

3) Defibrilator

4) Syiring pump

5) Infuse pump

6) Oksigen

e. Pelaksanaan

1) Petugas menggunakan alat pelindung diri (masker, handscoen)

2) Penderita dilayani sesuai dengan prosedur layanan unit gawat darurat.

3) Baringkan dengan posisi semi fowler

4) Berikan oksigen 4 lt/menit

5) Pasang EKG monitor

6) Pasang infuse

7) Ambil sampel darah untuk pemeriksaan enzim jantung

8) Berikan acetosal 160-325 mg/oral

9) Berikan cedocard 5 mg sub lingual

10) Berikan morphin sesuai indikasi

11) Berikan nitrogliserida 5 gamma titrasi

12) Kolaborasi dengan tim medis

13) Siapkan ICU

Hal penting yang diperhatikan :

1) Observasi keadaan umum pasien

2) Observasi tanda-tanda vital

9. Melakukan Resusitasi Jantung Paru (RJP)

a. Pengertian

Resusitasi jantung paru adalah suatu tindakan untuk mengembalikan fungsi pernafasan dan jantung guna kelangsungan hidup pasien

b. Tujuan

Mengembalikan fungsi jantung dan fungsi paru

c. Indikasi

1) Henti nafas

2) Henti jantung

d. Persiapan

1) Alat

a) Alat pelindung diri (masker, handscoen)

b) Trolly emergency yang berisi :

(1) Laryngoscope lurus dan bengkok (anak dan dewasa)

(2) Magil force

(3) Pipa trakhea berbagai ukuran

(4) Trakhea tube berbagai ukuran

(5) Gudel berbagai ukuran

(6) CVP set

(7) Infus set/blood set

(8) Papan resusitasi

(9) Gunting verband

(10) Bag resuscitator lengkap

(11) Semprit 10 cc jarum no. 18

c) Set therapy oksigen lengkap dan siap pakai

d) Set penghisap sekresi lengkap dan siap pakai

e) EKG record

f) EKG monitor bila memungkinkan

g) DC shock lengkap

2) Pasien

a) Keluarga diberi penjelasan tentang tindakan yang akan dilakukan

b) Posisi pasien diatur terlentang di tempat datar dan alas keras

c) Baju bagian atas pasien dibuka

e. Pelaksanaan

a) Petugas menggunakan alat pelindung diri (masker, handscoen)

b) Mengecek kesadaran pasien dengan cara :

1) Memanggil nama

2) Menanyakan keadaannya

3) Menggoyangkan bahu pasien/mencubit pasien

c) Jika pasien tidak sadar/tidak ada respon, aktifkan SPGDT

d) Buka jalan nafas dengan head tilt chin lift dan bersihkan jalan nafas dari sumbatan

e) Menilai pernafasan dengan cara :

1) Melihat pergerakan dada/perut

2) Mendengar suara keluar/masuk udara dari hidung

3) Merasakan adanya udara dari mulut/hidung pipi atau punggung tangan

f) Jika pasien tidak bernafas, berikan nafas buata dengan resuscitator sebanyak 2 kali secara perlahan

g) Periksa denyut jantung pasien dengan cara meraba arteri karotis, jika arteri carotis teraba cukup berikan nafas buatan setiap 5 detik sekali

h) Jika arteri carotis tidak teraba lakukan kombinasi nafas buatan dan kompresi jantung luar dengan perbandingan 15 : 2 untuk dewasa baik 1 atau 2 penolong dan 3 : 1 untuk neonatus.

i) Setiap 4 siklus (4 kali kompresi dan 5 kali ventilasi) cek pernafasan

j) Jika nafas tetap belum ada lanjutkan teknik kombinasi dimulai dengan kompresi jantung luar.

f. Hal-hal yang perlu diperhatikan

a) Evaluasi pernafasan pasien tiap 1 menit saat dilakukan RJP BC kombinasi

b) Lakukan RJP BC sampai :

1) Timbul nafas spontan

2) Diambil alih alat/petugas lain

3) Dinyatakan meninggal

4) Penolong tidak mampu atau sudah 30 menit tidak ada respon

c) Kompresi jantung luar dilakukan dengan cara :

1) Dewasa

(a) Penekanan menggunakan dua pangkal telapak tangan dengan kejutan bahu

(b) Penekanan pada daerah sternum 2-5 jari di atas proses xyphoideus

(c) Kedalaman tekanan 3-5 cm

(d) Frekuensi penekanan 80-100 kali per menit

2) Anak

(a) Penekanan menggunakan satu pangkal telapak tangan

(b) Kedalaman tekanan 2 3 cm

(c) Frekuensi penekanan 80 100 kali per menit

3) Neonatus

(a) Punggung bayi diletakkan pada lengan bawah kiri penolong sedangkan tangan kiri memegang lengan atas bayi sambil meraba arteri brakhialis sebelah kiri

(b) Jari tangan dan telunjuk tangan penolong menekan dada bayi pada posisi sejajar putting susu 1 cm ke bawah

(c) Kedalaman tekanan 1-2 cm

(d) Perbandingan kompresi jantung dengan begging adalah 3 : 1

Definisi Tenggelam ( Drawning ) adalah kematian yang disebabkan oleh aspirasi cairan ke dalam pernapasan akibat terbenamnya seluruh atau sebagian tubuh ke dalam cairan.

Definisi baru menyatakan bahwa tenggelam merupakan proses yang dihasilkan dari kerusakan tractus respiratorius primer dari adanya penumpukkan dalam medium cair. Definisi implicit adalah bahwa adanya cairan yang timbul dalam jalan nafas korban. Hasilnya dapat termasuk menghambat morbiditas atau kematian.

Tenggelam dapat menyebabkan kematian atau kecacatan. Menurut Kongres Tenggelam Sedunia tahun 2002, tenggelam adalah suatu kejadian berupa gangguan respirasi akibat tenggelam atau terendam oleh cairan. Menurut Dr. Boedi Swidarmoko SpP, tenggelam (drowning) adalah kematian karena asfiksia pada penderita yang tenggelam. Istilah lain, near drowning adalah untuk penderita tenggelam yang selamat dari episode akut dan merupakan berisiko besar mengalami disfungsi organ berat dengan mortalitas tinggi.

Menurut ILCOR (internasional Liaison Committee on Resuscitation) tenggelam didevinisikan sebagai proses yang menyebabkan gangguan pernafasan primer akibat submersi/imersi pada media cair. Sumersi merupakan keadaan dimana seluruh tubuh, termasuk sistem pernafasan, berada dalam air atau cairan. Sedangkan imersi adalah keadaan dimana terdapat air/ cairan pada sistem konduksi pernafasan yang menghambat udara masuk. Akibat dua keadaan ini, pernafasan korban terhenti, dan banyak air yang tertelan. Setelah itu terjadi laringospasme. Henti nafas atau laringosspasme yang berlanjut dapat menyebabkan hipoksia dan hiperkapnia. Tanpa penyelamatan lebih lanjut, korban dapat mengalami bradikardi dan akhirnya henti jantung sebagai akibat dari hipoksia.

Ptofisiologi Hipoksia merupakan hal utama yang terjadi setelah seorang individu tenggelam. Keadaan terhambatnya jalan nafas akibat tenggelam menyebabkan adanya gasping dan kemudian aspirasi, dan diikuti dengan henti nafas (apnea) volunter dan laringospasme. Hipoksemia dan asidosis yang persisten dapat menyebabkan korban beresiko terhadap henti jantung dan kerusaka sistenm syaraf pusat. Laringospasme menyebabkan keadaan paru yang kering, namun karena aspiksia membuat relaksi otot polos, air dapat masuk ke dalam paru dan menyebabkan edema paru.

Efek fisiologis aspirasi pun berbeda antara tenggelam di air tawar dan air laut. Pada tenggelam di air tawar, plasma darah mengalami hipoktonik, sedangkan pada air laut adalah hipertonik. Aspirasi air tawar akan cepat diabsorbsi dari alveoli sehingga menyebabkan hipervolemia intravaskular, hipotonis, dilusi elektrolit serum, dan hemolisis intravaskular. Aspirasi air laut menyebakan hipovolemia, hemokonsentrasi dan hipertonis.

Aspirasi air yang masuk kedalam paru dpat menyebabkan vagotonia, vasokontriksi paru, dan hipertensi. Air segar dapat menembus membran alveolus dan menggangu stabilitas alveolus dengan menghambat kerja surfaktan. Selain itu, air segar dan hipoksemi dapat menyebabkan lisis eritrosit dan hiperkalemia. Sedangkan, air garam dapat menghilangkan surfaktan, dan menghasilkan caira eksudat yang kaya protein di alveolus, intertitial paru, dan membran basal alveolar sehingga menjadi keras dan sulit mengembang. Air garam juga dapat menyebabkan penurunan volume darah dan peningkatan konsentasi elektrolit serum.

Hipoksia merupakan salah satu akibat dari tenggelam, dan merupakan faktor yang penting dalam menentukan kelangsungan hidup korban tenggelam. Karena itu, ventilasi, perfusi, dan oksigenasi yang cepat dibutuhkan untuk meningkatkan tingkat survival korban.

1. Perubahan Pada Paru-Paru

Aspirasi paru terjadi pada sekitar 90% korban tenggelam dan 80 90% pada korban hamper tenggelam. Jumlah dan komposisi aspirat dapat mempengaruhi perjalanan klinis penderita, isi lambung, organism pathogen, bahan kimia toksisk dan bahan asing lain dapat member cedera pada paru dan atau menimbulkan obstruksi jalan nafas.

2. Perubahan Pada Kardiovaskuler

Pada korban hampir tenggelam kadang-kadang menunjukkan bradikardi berat. Bradikardi dapat timbul karena refleks fisiologis saat berenang di air dingin atau karena hipoksia. Perubahan pada fungsi kardiovaskuler yang terjadi pada hampir tenggelam sebagian besar akibat perubahan tekanan parsial oksigen arterial (PaO2) dan gangguan keseimbangan asam-basa.

3. Perubahan Pada Susunan Saraf Pusat

Iskemia terjadi akibat tenggelam dapat mempengaruhi semua organ tetapi penyebab kesakitan dan kematian terutama terjadi karena iskemi otak. Iskemi otak dapat berlanjut akibat hipotensi, hipoksia, reperfusi dan peningkatan tekanan intra kranial akibat edema serebral.Kesadaran korban yang tenggelam dapat mengalami penurunan. Biasanya penurunan kesadaran terjadi 2 3 menit setelah apnoe dan hipoksia. Kerusakan otak irreversibel mulai terjadi 4 10 menit setelah anoksia dan fungsi normotermik otak tidak akan kembali setelah 8 10 menit anoksia. Penderita yang tetap koma selama selang waktu tertentu tapi kemudian bangun dalam

4. Perubahan Pada Ginjal

Fungsi ginjal penderita tenggelam yang telah mendapat resusitasi biasanya tidak menunjukkan kelainan, tetapi dapat terjadi albuminuria, hemoglobonuria, oliguria dan anuria. Kerusakan ginjal progresif akan mengakibatkan tubular nekrosis akut akibat terjadinya hipoksia berat, asidosis laktat dan perubahan aliran darah ke ginjal.

5. Perubahan Cairan dan Elektrolit

Pada korban tenggelam tidak mengaspirasi sebagian besar cairan tetapi selalu menelan banyak cairan. Air yang tertelan, aspirasi paru, cairan intravena yang diberikan selama resusitasi dapat menimbulkan perubahan keadaan cairan dan elektrolit. Aspirasi air laut dapat menimbulkan perubahan elektrolit dan perubahancairan karena tingginya kadar Na dan Osmolaritasnya. Hipernatremia dan hipovolemia dapat terjadi setelah aspirasi air laut yang banyak. Sedangkan aspirasi air tawar yang banyak dapat mengakibatkan hipervolemia dan hipernatremia. Hiperkalemia dapat terjadi karena kerusakan jaringan akibat hipoksia yang luas.

Etiologia. Terganggunya kemampuan fisik akibat pengaruh obat-obatan

b. Ketidakmampuan akibat hipotermia, syok, cedera, atau kelelahan

c. Ketidakmampuan akibat penyakit akut ketika berenang

Manifestasi Klinika. Koma

b. Peningkatan edema paru

c. Kolaps sirkulasi

d. Hipoksemia

e. Asidosis

f. Timbulnya hiperkapnia

Kondisi Umum dan Faktor Resiko Pada Kejadian Korban Tenggelama. Pria lebih beresiko untuk mengalami kejadian tenggelam terutama dengan usia 18-24 tahun

b. Kurang pengawasan terhadap anak terutama yang berusia 5 tahun ke bawah

c. Tidak memakai pelampung ketika menjadi penumpang angkutan air

d. Kondisi air melebihi kemampuan perenang, arus kuat dan air yang sangat dalam

e. Ditenggelamkan dengan paksa oleh orang lain dengan tujuan membunuh,kekerasan atau permainan di luar batas.

Komplikasia. Ensefalopati Hipoksik

b. Tenggelam sekunder

c. Pneumonia aspirasi

d. Fibrosis interstisial pulmoner

e. Disritmia ventricular

f. Gagal Ginjal

g. Nekrosis pancreas

h. Infeksi

Klasifikasi Tenggelama. Berdasarkan Kondisi Paru-Paru Korban1) Typical Drawning

Yaitu keadaan dimana cairan masuk ke dalam saluran pernapasan korban saat korban tenggelam.

2) Atypical Drawning

Dry Drowning

Yaitu keadaan dimana hanya sedikit bahkan tidak ada cairan yang masuk ke dalam saluran

pernapasan.

Immersion Syndrom

Terjadi terutama pada anak-anak yang tiba-tiba terjun ke dalam air dingin ( suhu < 20C ) yang menyebabkan terpicunya reflex vagal yang menyebabkan apneu, bradikardia, dan vasokonstriksi dari pembuluh darah kapiler dan menyebabkan terhentinya aliran darah koroner dan sirkulasi serebaral.

Submersion of the Unconscious

Sering terjadi pada korban yang menderita epilepsy atau penyakit jantung khususnya coronary atheroma, hipertensi atau peminum yang mengalami trauma kepala saat masuk ke air.

Delayed Dead

Yaitu keadaan dimana seorang korban masih hidup setelah lebih dari 24 jam setelah diselamatkan dari suatu episode tenggelam.

Klasifikasi Berdasarkan Kondisi Kejadian1) Tenggelam

Yaitu suatu keadaan dimana penderita akan meneguk air dalam jumlah yang banyak sehingga air masuk ke dalam saluran pernapasan dan saluran nafas atas tepatnya bagian apiglotis akan mengalami spasme yang mengakibatkan saluran nafas menjadi tertutup serta hanya dapat dilalui oleh udara yang sangat sedikit.

2) Hampir Tenggelam

Yaitu suatu keadaan dimana penderita masih bernafas dan membatukkan air keluar.

Penatalaksanaan Korban TenggelamPrinsip pertolongan di air :

1) Raih ( dengan atau tanpa alat ).

2) Lempar ( alat apung ).

3) Dayung ( atau menggunakan perahu mendekati penderita ).

4) Renang ( upaya terakhir harus terlatih dan menggunakan alat apung ).

Penanganan pada korban tenggelam dibagi dalam tiga tahap, yaitu:

1. Bantuan Hidup Dasar

Penanganan ABC merupakan hal utama yang harus dilakukan, dengan fokus utama pada perbaikan jalan napas dan oksigenasi buatan, terutama pada korban yang mengalami penurunan kesadaran. Bantuan hidup dasar pada korban tenggelam dapat dilakukan pada saat korban masih berada di dalam air. Prinsip utama dari setiap penyelamatan adalah mengamankan diri penyelamat lalu korban, karena itu, sebisa mungkin penyelamat tidak perlu terjun ke dalam air untuk menyelamatkan korban. Namun, jika tidak bisa, penyelamat harus terjun dengan alat bantu apung, seperti ban penyelamat, untuk membawa korban ke daratan sambil melakukan penyelamatan. Cedera servikal biasanya jarang pada korban tenggelam, namun imobilisasi servikal perlu dipertimbangkan pada korban dengan luka yang berat.

2. Penilaian pernapasan dilakukan pada tahap ini, yang terdiri dari tiga langkah, yaitu:

Look, yaitu melihat adanya pergerakan dada

Listen, yaitu mendengarkan suara napas

Feel, yaitu merasakan ada tidaknya hembusan napas

Penanganan pertama pada korban yang tidak sadar dan tidak bernapas dengan normal setelah pembersihan jalan napas yaitu kompresi dada lalu pemberian napas buatan dengan rasio 30:2. Terdapat tiga cara pemberian napas buatan, yaitu mouth to mouth, mouth to nose, mouth to mask, dan mouth to neck stoma.

Penanganan utama untuk korban tenggelam adalah pemberian napas bantuan untuk mengurangi hipoksemia. Pemberian napas buatan inisial yaitu sebanyak 5 kali. Melakukan pernapasan buatan dari mulut ke hidung lebih disarankan karena sulit untuk menutup hidung korban pada pemberian napas mulut ke mulut. Pemberian napas buatan dilanjutkan hingga 10 15 kali selama sekitar 1 menit. Jika korban tidak sadar dan tenggelam selama