tesis - repository.ub.ac.idrepository.ub.ac.id/9716/1/safitri dwi wulansari.pdf · kerangka...

109
PERLINDUNGAN HUKUM BAGI BANK SELAKU KREDITOR ATAS JAMINAN BERUPA HAK MILIK ATAS TANAH YANG SERTIFIKATNYA DIBATALKAN OLEH PENGADILAN TATA USAHA NEGARA (Studi Kasus : Putusan Pengadilan Tata Usaha Negara Nomor 126/6/2013PTUN Surabaya) Tesis Untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar Magister Kenotariatan (M.Kn.) Disusun Oleh : Safitri Dwi Wulansari 146010202111068 PROGRAM STUDI MAGISTER KENOTARIATAN FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2017

Upload: others

Post on 19-Oct-2020

26 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Tesis - repository.ub.ac.idrepository.ub.ac.id/9716/1/Safitri Dwi Wulansari.pdf · Kerangka teoritik dalam tesis ini adalah teori kepastian hukum, teori perlindungan hukum dan teori

PERLINDUNGAN HUKUM BAGI BANK SELAKU KREDITOR

ATAS JAMINAN BERUPA HAK MILIK ATAS TANAH

YANG SERTIFIKATNYA DIBATALKAN

OLEH PENGADILAN TATA USAHA NEGARA

(Studi Kasus : Putusan Pengadilan Tata Usaha Negara

Nomor 126/6/2013PTUN Surabaya)

Tesis

Untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar Magister Kenotariatan

(M.Kn.)

Disusun Oleh :

Safitri Dwi Wulansari

146010202111068

PROGRAM STUDI MAGISTER KENOTARIATAN

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG

2017

Page 2: Tesis - repository.ub.ac.idrepository.ub.ac.id/9716/1/Safitri Dwi Wulansari.pdf · Kerangka teoritik dalam tesis ini adalah teori kepastian hukum, teori perlindungan hukum dan teori
Page 3: Tesis - repository.ub.ac.idrepository.ub.ac.id/9716/1/Safitri Dwi Wulansari.pdf · Kerangka teoritik dalam tesis ini adalah teori kepastian hukum, teori perlindungan hukum dan teori

i

RINGKASAN

SAFITRI DWI WULANSARI,Program Magister Kenotariatan, Fakultas Hukum,

Universitas Brawijaya, Mei 2017, Perlindungan Hukum Bagi Bank Selaku Kreditor Atas

Jaminan Berupa Hak Milik Atas Tanah Yang Sertifikatnya Dibatalkan Oleh Pengadilan

Tata Usaha Negara(Studi Kasus: Putusan Pengadilan Tata Usaha Negara Nomor 126/6.2013

Surabaya), Komisi Pembimbing Utama : Dr. Bambang Sugiri, SH.MS.,;Pembimbing Kedua

: Hariyanto Soesilo, S.H. M.Kn.

Dalam penulisan tesis ini penulis membahas mengenai perlindungan hukum bagi bank

selaku kreditor yang jaminannya berupa hak milik atas tanah yang sertifikatnya dibatalkan

oleh Pengadilan Negeri Tata Usaha Negara. Latar belakang dari pembatalan tersebut adalah

terdapat suatu cacat yuridis dalam akta jual beli karena didasari oleh perjanjian pengikatan

jual beli yang menjadi dasari pembuatan akta jual beli dibuat oleh seorang Notaris yang

telah pensiun. Atas hal tersebut PTUN membatalkan sertifikat tersebut dan kepemilikan

kembali menjadi atas nama Penjual. Rumusan masalah yang diambil dalam tesis ini adalah

apakah yang menjadi pertimbangan hakim atas pembatalan sertifikat hak milik atas

sebidang tanah berdasarkan Putusan Nomor 126/6/2013 PTUN Surabaya dan bagaimana

perlindungan hukum bagi bank selaku kreditpr apabila jaminan berupa hak milik atas tanah

peralihannya dibatalkan oleh Pengadilan Tata Usaha Negara.Tujuan dari penulisan tesis ini

adalah untuk mengetahui dan menganalisis perlindungan hukum apa saja yang didapatkan

bank selaku kreditor apabila jaminan berupa hak milik atas tanah tersebut peralihannya

dibatalkan oleh Pengadilan Tata Usaha Negara. Manfaat penelitian tesis ini terbagi atas

manfaat teoritis dan manfaat praktik. Kerangka teoritik dalam tesis ini adalah teori kepastian

hukum, teori perlindungan hukum dan teori perjanjian sedangkan kerangka konseptualnya

adalah pengertian perlindungan hukum, pengertian kreditor, pengertian jaminan, pengertian

akta jual beli, dan pengertian pensiun. Jenis Penelitian tesis ini adalah yuridis normatis

dengan pendekatan undang-undang dan pendekatan konseptual. Jenis bahan hukum terbagi

atas jenis bahan hukum primer dan jenis bahan hukum sekunder. Teknik pengumpulan

bahan hukumnya dilakukan sevara presfektif guna mencari solusi atas masalah yang terkait

dan teknik analisis bahan hukumnya adalah teknik diskripsi teknik interpretasi, teknik

evaluasi dan teknik sistematisasi. Kajian pustaka yang digunakan adalah kajian pustaka

tentang perndaftaran hak atas tanah, kajian pustaka tentang hukum jaminan,kajian pustaka

tentang akta autentik dan kajian pustaka tentang Notaris. Hasil penelitian dan pembahasan

atas tesis ini adalah pertimbangan hakim membatalkan sertifikat tersebut adalah karena akta

jual beli terdapat cacat yuridis karena dibuat berdasarkan suatu perjanjian pengikatan jual

beli yang dibuat oleh Notaris yang telah pensiun sedangkan pelindungan hukum yang

didapat bank adalah perlindungan hukum preventif dan perlindungan represif. Kesimpulan

tesis ini adalah implikasi yuridis dari pembuatan akta notaris yang dibuat oleh notaris

pensiun adalah surat palsu dan perlindungan hukum untuk bank dapat dilakukan

perlindungan hukum represif dan preventif.

Kata kunci : Perlindungan hukum, Bank, Notaris, Jaminan

Page 4: Tesis - repository.ub.ac.idrepository.ub.ac.id/9716/1/Safitri Dwi Wulansari.pdf · Kerangka teoritik dalam tesis ini adalah teori kepastian hukum, teori perlindungan hukum dan teori

ii

SUMMARY

SAFITRI DWI WULANSARI, Program Magister of Notary, Faculty of Law, Brawijaya

University, May 2017, Legal Protection for Bank As Creditors Up Security Form of

Property Rights to Land That The certificate canceled by the State Administrative Court

(Case Study: Decision of the State Administrative Court No. 126 / Surabaya 6.2013), Dr.

Bambang Sugiri, SH.MS and Hariyanto Soesilo, S.H. M.Kn.

In this thesis the author discusses the legal protection for the bank as a creditor whose

collateral form of land ownership transfer is overturned by the Administrative Court. The

cancellation is due to a defect juridical in the deed of sale, deed of sale was defective

because the juridical binding sale and purchase agreement underlying the making of the

deed of sale made by a Notary who has been retired. The research problem for this thesis is

what juridical implications on notarial deed of notary who has full duty and how the legal

protection for creditors if the bank as collateral such as land ownership transfer is canceled

by the State Administrative Court. The aim of this thesis is to investigate and analyze the

legal protection obtained by any bank as a creditor when collateral in the form of property

rights to the land transfer is canceled by the State Administrative Court. Benefits of this

thesis is divided into theoretical benefits and the benefits of the practice. The theoretical

framework of this thesis is the theory of legal certainty, the theory of legal protection while

the conceptual framework agreement is an understanding of the legal protection, meaning

creditors, meaning the guarantee, meaning the deed of sale, and the notion of retirement.

This thesis is a kind of normative juridical approach to legislation and conceptual

approaches. Types of legal materials are divided into types of primary legal materials and

the type of secondary law. The technique of collecting material in the perspective of the

ruling made in order to find solutions to problems related to the legal and material analysis

technique is a technique description interpretation techniques, evaluation techniques and

techniques of systematization. Study of literature used is a literature review concerning the

registration of rights to land, a literature review of the legal guarantee, a literature review

about the authentic deed and a literature review about a Notary. The results of research

and discussion on the juridical implications of this thesis is on a deed of Notary who has

retired may be categorized as a false letter because the date on the certificate does not

match the actual date of legal protection obtained while the bank is the legal protection of

preventive and repressive protection. The conclusion of this thesis is the juridical

implications of the notary deed made by the retired notary is false letter and legal

protection for the bank to do repressive and preventive legal protection.

Keywords: legal protection, bank, notary, assurance

Page 5: Tesis - repository.ub.ac.idrepository.ub.ac.id/9716/1/Safitri Dwi Wulansari.pdf · Kerangka teoritik dalam tesis ini adalah teori kepastian hukum, teori perlindungan hukum dan teori

iii

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah segala puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah

melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya serta kemudahan sehingga penulis dapat

menyelesaikan tesis.

Dalam penyusunan tesis ini penulis menyadari bahwa tesis ini tidak akan

selesai tanpa bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan

terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Dr. Rachmad Safa’at, SH. M.Si selaku Dekan Fakutas Hukum Universitas Brawijaya

2. Dr. Imam Kuswahyono, S.H.,M.H Selaku Ketua Bagian Hukum Pidana

3. Dr. Bambang Sugiri, SH.M.S selaku Dosen Pemimbing Utama Terima kasih atas

bimbingan, waktu dan kesabarannya pada saat membimbing saya selama ini.

4. Hariyanto Soesilo, S.H,.Sp.N,. M.Kn. selaku Dosen Pemimbing Kedua atas

bimbingan, waktu dan motivasinya saya ucapkan terima kasih.

5. Keluarga saya papa, mama, kakak Debby dan adik saya Fariz. Terima kasih atas

waktu, motivasi, kesabaran yang telah diberikan sehingga saya dapat menyelesaikan

tesis ini.

6. Kepada sahabat saya Riza Yashinta. Sahabat seperjuangan saya selama kuliah di

Fakultas Hukum Brawijaya. Terima kasih atas dukungannya, motivasi, semangat.

Thank you best. You’re my best friend i ever had icha.

7. Kepada Bagus Raditya Wirautama dan Keluarga Terima kasih sudah menjadi

motovator, penyemangat dalam pengerjaan tesis ini. Segera menyusul semoook.

Thank you “semok”

8. For my best friend “PBB”. Terima kasih Elvira Ratna Syaftri ,Della Affesia

Putri,Choirotul Aulia atas dukungan dan motivasi kalian selama ini. I love you girls.

Page 6: Tesis - repository.ub.ac.idrepository.ub.ac.id/9716/1/Safitri Dwi Wulansari.pdf · Kerangka teoritik dalam tesis ini adalah teori kepastian hukum, teori perlindungan hukum dan teori

iv

9. Kepada Mahda, Putri, Mba cicil, Mba Mirna dan Mba Ruth Terima kasih telah

membantu, memotIvasi selama kuliah S2 sampai tesis ini selesai. See you On Top

Guys.

10. Kepada Bu falah, Bu tri, Bu Yuni, Bu Opi, Mas Agus dan Bu Ema dan teman-teman

CSO BCA KCU SIDOARJO. Terima kasih telah diberi kesempatan untuk tidak

masuk kerja dan terima kasih untuk pengertian kalian semua.

Malang, Juni 2017

Safitri Dwi Wulansari

Page 7: Tesis - repository.ub.ac.idrepository.ub.ac.id/9716/1/Safitri Dwi Wulansari.pdf · Kerangka teoritik dalam tesis ini adalah teori kepastian hukum, teori perlindungan hukum dan teori

v

DAFTAR ISI

Ringkasan.................................................................................................................i

Summary.................................................................................................................ii

Kata Pengantar......................................................................... ...........................iii

Daftar isi...................................................................................................................v

Daftar Bagan.........................................................................................................vi

Daftar Tabel..........................................................................................................vii

BAB I PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah...........................................................................................1

Rumusan Masalah....................................................................................................9

Tujuan Dan Manfaat Penulisan..............................................................................10

Orisinalitas Penelitian.............................................................................................11

Kerangka Teoritik dan Kerangka Konseptual........................................................15

1. Kerangka Teoritik.......................................................................................15

2. Kerangka Konseptual.................................................................................22

Metode Penelitian..................................................................................................24

1. Jenis Penelitian..........................................................................................24

2. Pendekatan Penelitian................................................................................24

3. Jenis Dan Sumber Bahan Hukum..............................................................24

4. Teknik Pengumpulan Bahan Hukum........................................................26

5. Teknik Analisis Bahan Hukum.................................................................26

Sistematika Penulisan............................................................................................29

BAB II KAJIAN PUSTAKA

1. Kajian Pustaka Tentang Pendaftaran Hak Atas Tanah...............................30

2. Kajian Pustaka Tentang Hukum Jaminan..................................................42

3. Kajian Pustaka Tentang Akta Autentik......................................................45

4. Kajian Pustaka Tentang Tugas Dan Wewenang Notaris............................48

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Posisi Kasus................................................................................................53

2. Pertimbangan Hakim Pengadilan Tata Usaha Negara Atas pembatalan

Sertifikat Hak Milik Pada Putusan Pengadilan Tata Usaha Negara

126/6/2013PTUN Surabaya.......................................................................54

3. Perlindungan Hukum Bagi Bank Selalu Kreditor Atas Berdasarkan

Putusan Pengadilan Tata Usaha Negara 126/6/2013PTUN

Surabaya.....................................................................................................69

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN

1. Kesimpulan.................................................................................................91

2. Saran...........................................................................................................92

Daftar Pustaka......................................................................................................viii

Page 8: Tesis - repository.ub.ac.idrepository.ub.ac.id/9716/1/Safitri Dwi Wulansari.pdf · Kerangka teoritik dalam tesis ini adalah teori kepastian hukum, teori perlindungan hukum dan teori

vi

DAFTAR BAGAN

Bagan 1 Kerangka Teoritik...................................................................................21

Bagan 2 Desain Penelitian.....................................................................................28

Page 9: Tesis - repository.ub.ac.idrepository.ub.ac.id/9716/1/Safitri Dwi Wulansari.pdf · Kerangka teoritik dalam tesis ini adalah teori kepastian hukum, teori perlindungan hukum dan teori

vii

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Orisinalitas Penelitian...........................................................................12

Tabel 1.2 Pembahasan Rumusan Masalah Pertama..............................................67

Tabel 1.3 Pembahasan Rumusan Masalah Kedua.................................................88

Tabel 1.4 Perbedaan Litigasi Dan Non Litigasi....................................................89

\

Page 10: Tesis - repository.ub.ac.idrepository.ub.ac.id/9716/1/Safitri Dwi Wulansari.pdf · Kerangka teoritik dalam tesis ini adalah teori kepastian hukum, teori perlindungan hukum dan teori

viii

DAFTAR PUSTAKA

Buku :

Adrian, Sutedi. Sertifikat Hak Atas Tanah. Jakarta: Sinar Grafika, 2014.

----------------. Hukum Hak Tanggungan. Jakarta: Sinar Grafika, 2012.

----------------. Peralihan Hak Atas Tanah dan Pendaftarannya. Jakarta: Sinar

Grafika,2014.

Bahsan,M. Hukum Jaminan dan Hukum Kredit Perbankan Indonesia. Jakarta: PT

Raja Grafindo Persada, 2015.

Boedi Harsono. Hukum Agraria Indonesia, Sejarah Pembentukan Undang-Undang

Pokok Agraria, Isi dan Pelaksanaannya, Jilid 1 Hukum Tanah Nasional.

Jakarta: Djambatan, Edisi 2008.

Endang Sri Kawuryan. Perlindungan Hukum Terhadap Pembeli Hak Atas Tanah

yang beritikad Baik : Doktor Ilmu Hukum Program Pasca Sarjana

Unversitas Brawijaya,Malang: 2013

Frans Hendra Winarta. Hukum Penyelesaian Sengketa Arbitrase Nasional

Indonesia dan Internasional,Jakarta: Sinar Grafika, 2013.

Harahap, M. Yahya. Segi-Segi Hukum perjanjian. Bandung : Alumni, 1986.

Hermansyah. Hukum Perbankan Nasional Indonesia. Jakarta: Kencana Prenada

Media Group, 2008.

Herlien Budiono, Dasar Teknik Pembuatan Akta Notaris. Bandung : PT Citra

Aditya Bakti, 2014.

Lamintang dan Theo Lamintang, Delik-delik khusus Kejahatan Membahayakan

Kepercayaan Umum Terhadap Surat, Alat Pembayaran, Alat bukti dan

Peradilan. Jakarta : Sinar Grafika, 2013.

Masrwan Mas. Pengantar Ilmu Hukum, Jakarta: Ghlmia Indonesua, 1997.

Mashudi, Achmad Samsudin, Moch Chidir. Pengertian-Pengertian Elementer

Hukum Perjanjian Perdata. Bandung : CV Mandar Maju, 1993.

Munir, Fuady. Hukum Jaminan Utang. Jakarta: Erlangga, 2013.

Peter Mahmud Marzuki. Penelitian Hukum Jakarta : Kencana Pranadamedia Group

2005.

Philipus M. Hadjon, Perlindungan Hukum Bagi Rakyat diIndonesia. Surabaya:

Peradaban, 1987.

Page 11: Tesis - repository.ub.ac.idrepository.ub.ac.id/9716/1/Safitri Dwi Wulansari.pdf · Kerangka teoritik dalam tesis ini adalah teori kepastian hukum, teori perlindungan hukum dan teori

ix

Purwahid Patrik, Asas-asas Itikad Baik dan Kepatutan Dalam Perjanjian,

Semarang: Badan Penerbit UNDIP, 1986.

Rachmadi Usman, Mediasi di Pengadilan Dalam Teori dan Praktik. Jakarta: Sinar

Grafika,2012.

Samun Ismaya, Hukum Administrasi Pertanahan. Yogyakarta: Graha Ilmu, 2013.

Satjipto Raharjo. Ilmu Hukum. Bandung: Aditya Bakti,1991.

Siswanto Sutojo. Menangani Kredit Bermasalah:Konsep, teknik dan kasus. Jakarta :

PT Pustaka Binaman Pressindo,1997.

Sjaifurrachman, Aspek Pertanggungjawaban Notaris Dalam Pembuatan Akta.

Bandung : Cv Mandar Maju,2011.

Sri Soedewi Macjchoen Sofwan, Hukum Perdata Hukum Benda. Yogyakarta:

Liberty Yogyakarta,2008.

Subekti, R. Aneka Perjanjian. Bandung : PT Citra Aditya Bakti, 2014.

------------, Pokok-Pokok Hukum Perdata Cetakan ke-31 Jakarta : PT Intermesa,

2003.

Sukdikno Mertokusumo, Mengenal Hukum,Yogyakarta: Liberty, 2002.

Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum. Jakarta: UI Press, 1986.

Sophar Maru Hutagalung, Pratik Peradilan Perdata dan Alternatif Penyelesaian

Sengketa. Jakarta: Sinar Grafika,2014.

Tan Thong Kie, Studi Notariat: Serba-serbi Praktek Notaris. Jakarta:Ichtiar Van

Hoeve,2000.

Urip Santoso, Pendaftaran Tanah dan Peralihan Hak Atas Tanah. Jakarta :

Kencana Pranadamedia Group,2010.

Wirjono Prodjodikoro, Hukum Perdata tentang Persetujuan-Persetujuan Tertentu.

Jakarta : Sumur Bandung, 1981.

Perundang-undangan :

Republik Indonesia,Undang-undang Staatsblad Tahun 1847 Tentang Kitab Undang-

undang Hukum Perdata Nomor 23, Diumumkan Pada Tanggal 30 April 1847.

Republik Indonesia,Undang-undangTentang Pokok Agraria Nomor 5 Tahun 1960,

Lembaran Negara Republik Indonesia, Jakarta,1960.

Republik Indonesia,Undang-undang Tentang Hak Tanggungan Atas Tanah Beserta

Benda-benda Yang Berkaitan Dengan Tanah Nomor 4 Tahun 1996, Lembaran

Negara Republik Indonesia, Jakarta, 1996.

Page 12: Tesis - repository.ub.ac.idrepository.ub.ac.id/9716/1/Safitri Dwi Wulansari.pdf · Kerangka teoritik dalam tesis ini adalah teori kepastian hukum, teori perlindungan hukum dan teori

x

Republik Indonesia,Undang-undang Tentang Perubahan Atas Undang-undang Nomor

7 Tahun 1992 Tentang Perbankan Nomor 10 Tahun 1998, Lembaran Negara

Republik Indonesia, Jakarta, 1998.

Republik Indonesia, Undang-undang Tentang Bank Indonesia Nomor 23 Tahun 1999,

Lembaran Negara Republik Indonesia,Jakarta, 1999.

Republik Indonesia,Peraturan Pemerintah Tentang Pendaftaran Tanah Nomor 24

Tahun 1997, Lemabaran Negara Republik Indonesia, Jakarta, 1997.

Page 13: Tesis - repository.ub.ac.idrepository.ub.ac.id/9716/1/Safitri Dwi Wulansari.pdf · Kerangka teoritik dalam tesis ini adalah teori kepastian hukum, teori perlindungan hukum dan teori

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Indonesia sejak dahulu kala sudah mengenal adanya suatu transaksi jual beli,

dahulu jual beli dapat dilakukan dengan cara barter barang atau menukar barang. Pada

saat ini Indonesia mengatur secara hukum mengenai transaksi jual beli. Lingkup jual beli

saat ini tidak hanya sebatas penukaran barang antar para pihak, namun dijelaskan dalam

Undang-undang KUHperdata pada pasal 1457 yang menyebutkan “Jual beli adalah suatu

perjanjian, dengan mana pihak mengikatkan dirinya untuk menyerahkan suatu

kebendaan, dan pihak yang lain untuk membayar harga yang telah dijanjikan. Unsur

dalam Pasal 1457 ini adalah adanya perjanjian antara kedua belah pihak. Syarat sahnya

perjanjian sendiri secara undang-undang diatur dalam KUHperdata Pasal 1320. Dalam

Pasal terebut terdapat adanya 2 unsur yaitu unsur subyektif dan obyektif. Pada unsur

subyektif disebutkan syarat perjanjian adalah sepakat. Berasal dari kata sepakat tersebut

pada Pasal 1458 menjelaskan bahwa jual beli dianggap terjadi antara kedua belah pihak

pada saat itu mencapat kata sepakat tentang benda dan harga, walaupun benda belum

diserahkan dan harganya belum dibayarkan. Unsur subyektif yang kedua dalam syarat

perjanjian adalah kecakapan untuk membuat suatu perikatan. Cakap berdasarkan Pasal

1330 adalah seseorang yang sudah dewasa, seseorang yang tidak dibawah pengampuan

dan orang-orang perempuan, dalam hal ini yang ditetapkan oleh undang-undang, dan

pada umumnya semua orang kepada siapa undang-undang telah melarang membuat

perjanjian-perjanjian tertentu.

Page 14: Tesis - repository.ub.ac.idrepository.ub.ac.id/9716/1/Safitri Dwi Wulansari.pdf · Kerangka teoritik dalam tesis ini adalah teori kepastian hukum, teori perlindungan hukum dan teori

Syarat obyektif dalam pasal 1320 adalah perjanjian harus dilakukan karena

sesuatu hal tertentu dan suatu sebab hal. Artinya harus ada suatu obyek atas suatu

perjanjian tersebut. Namun obyek tersebut merupakan suatu sebab halal. Tidak

bersebrangan dengan aturan undang-undang, maupun aturan dalam hukum adat

masyarakat.

Akibat ketentuan Pasal 1338 KUHPerdata suatu perjanjian yang telah disepakati

adalah perjanjian berlaku seperti halnya undang-undang bagi para pihak. Perjanjian tidak

dapat dibatalkan secara sepihak namun harus berdasarkan kesepakatan kedua belah

pihak, kecuali dengan alasan-alasan yang oleh undang-undang dinyatakan cukup itu.

Benda merupakan unsur selanjutnya yang harus ada dalam transaksi jual beli.

Benda adalah semua barang dan hak yang dapat menjadi obyek hak milik, yang dapat

menajdi bagian dari suatu harta kekayaan.1Benda terbagi atas beberapa jenis, yaitu benda

yang bertubuh, benda tidak bergerak, benda bergerak, benda yang dapat dan tidak dapat

diperdagangkan, benda yang dapat dan tidak dapat dibagi, benda yang dapat dan tidak

dapat diganti, benda yang musnah dan tidak musnah dipakai, benda yang ada dana akan

ada, benda utama dan tidak utama, benda utama dan benda pembantu dan benda terakhir

adalah kelompok benda yang bersama merupakan harta kekayaan.

Tanah merupakah jenis benda tidak bergerak yang sering dijadikan obyek jual

beli. Benda tidak bergerak terbagi atas 3 jenis, yaitu benda tidak bergerak menurut

sifatnya, benda tidak bergerak menurut tujuannya dan benda tidak bergerak menurut

penunjukan UU.2 Benda tidak bergerak menurut sifatnya adalah tanah, yaitu tiap bagian

dari bumi yang dapat diberi batas-batasnya dan segala sesuatu yang langsung atau tidak

1Tan Thong Kie, Studi Notariat: Serba-serbi Praktek Notaris,(Jakarta:Ichtiar Van

Hoeve,2000),hlm 3 2Ibid., hlm 4

Page 15: Tesis - repository.ub.ac.idrepository.ub.ac.id/9716/1/Safitri Dwi Wulansari.pdf · Kerangka teoritik dalam tesis ini adalah teori kepastian hukum, teori perlindungan hukum dan teori

langsung dapat melekat padanya dalam satu kesatuan, yaitu tanah dengan segala sesuatu

yang melekat dengan tanah, baik oraganis maupun mekanis.3

Hak atas tanah diatur dalam Undang-undang Pokok Agraria selanjutnya akan

disingkat menjadi UUPA pada pasal 16 ayat 1 yaitu : Hak milik, hak guna usaha, hak

guna bangunan, hak pakai, hak sewa untuk bangunan, hak membuka tanah, hak

memungut hasil hutan dan hak-hak lain yang tidak termasuk dalam hak-hak tersebut di

atas tanah yang akan ditetapkan dengan undang-undang, serta hak-hak yang sifatnya

sementara sebagaimana yang telah disebutkan dalam Pasal 53 UUPA. Wewenang

pemegang hak atas tanah dibagi atas 2 macam, yaitu : wewenang umum dan wewenang

khusus. Wewenang umum adalah pemegang hak atas tanah mempunyai wewenang untuk

menggunakan tanahnya, termasuk juga tubuh bumi, air dan ruang yang ada diatasnya

sekedar diperlukan untuk kepentingan yang langsung berhubungan dengan penggunaan

tanah dalam batas-batas menurut UUPA dan peraturan-peraturan hukum yang lain lebih

tinggi.4 Sedangan wewenang khusus adalah pemegang hak atas tanah memepunyai

wewenang untuk mengguanakan tanahnya sesuai dengan macam hak atas tanahnya.5

Misalnya hak milik pemegang hak milik mempunyai wewenang untuk membangun suatu

rumah tempat tinggal. Pemegang hak guna bangunan untuk mendirikan suatu bangunan

diatas tanah milik orang lain. Dari berbagai macam hak atas tanah, hak milik merupakan

hak yang paling kuat karena hak milik dalam ketentuan Pasal 20 UUPA adalah hak turun

menurun, terkuat dan terpenuh yang dapat dipunyai orang atas tanah, dengan mengingat

ketentuan pasal 6 UUPA. Namun hak milik ini dapat beralih dan dialihkan kepada pihak

3Ibid., hlm 4

4Urip Santoso, Pendaftaran dan Peralihan Hak Atas Tanah,(Jakarta: Kencana Prendamedia

Group,2010),hlm 49 5Ibid., hlm 49

Page 16: Tesis - repository.ub.ac.idrepository.ub.ac.id/9716/1/Safitri Dwi Wulansari.pdf · Kerangka teoritik dalam tesis ini adalah teori kepastian hukum, teori perlindungan hukum dan teori

lain. Bukti kepemilikan seseorang atas hak atas tanah dimuat dalam suatu sertifikat.

Sertifikat hak milik, sertifikat hak guna bangunan,sertifikat hak guna usaha dan lainnya.

Terdapat dua bentuk peralihan atas hak atas tanah, yaitu beralih dan dialihkan.

Beralih adalah berpindahnya hak atas tanah dari pemegang haknya kepada pihak lainnya

karena suatu peristiwa hukum, contohnya meninggalnya pemegang hak atas tanah, denga

meninggalnya pemegang hak tersebut pada hak atas tanah tersebut jatuh kepada ahli

waris.6 Sedangakan dialihkan artinya berpindahnya hak atas tanah dari pemegang hak

atas tanah kepada pihak lain karena suatu perbuatan hukum. Contohnya perbuatan hukum

jual beli.7 Perbedaan peralihan atas hak atas tanah tersebut terletak pada penyebab

beralihnya hak tersebut, jika karena suatu peristiwa hukum maka hak atas tanah tersebut

beralih dengan sendiri, namun jika karena suatu perbuatan hukum, maka pemegang hak

atas tanah tersebut mengalihkan atau beralih kepada pihak lain.

Peralihan hak atas tanah yang terjadi karena suatu perbuatan hukum jual beli,

harus berdasarkan suatu perjanjian jual beli yang dibuat dihadapan pejabat pembuat akta

tanah selanjutnya disebut PPAT, hal tersebut diatur dalam Peraturan Pemerintah No 24

Tahun 1997 pada pasal 37 yaitu : Peralihan hak yang disebabkan oleh suatu perbuatan

hukum seperti jual belim tuka menukar, hibah hanya dapat didaftarkan jika dibuktikan

dengan akta yang dibuat oleh PPAT yang berwenang menurut ketentuan yang berlaku.

Peralihan suatu hak atas tanah dengan perbuatan hukum jual beli terdapat unsur

hak dan kewajiban atas pembeli dan penjual. Kewajiban atas penjual, yaitu : (1)

Menyerahkan hak milik atas barang yang diperjual belikan; (2) menanggung kenikmatan

tenteram atas barang tersebut. Penyerahkan hak milik yang dimaksud adalah segala

6Ibid., hlm 64

7Ibid., hlm 64

Page 17: Tesis - repository.ub.ac.idrepository.ub.ac.id/9716/1/Safitri Dwi Wulansari.pdf · Kerangka teoritik dalam tesis ini adalah teori kepastian hukum, teori perlindungan hukum dan teori

perbuatan yang menurut hukum diperlukan untuk mengalihkan hak milik atas barang

yang diperjual-belikan itu dari si penjual kepada si pembeli.8 Penyerahan hak milik antara

benda bergerak dan tidak bergerak ada sedikit perbedaan. Penyerahan hak milik atas

benda bergerak cukup dengan penyerahan kekuasaan atas barang itu.9Sedangakan untuk

penyerahan benda tidak bergerak harus dilakukan dengan perbuatan balik nama dimuka

Pegawai Kadaster yang dinamakan Pegawai balik nama atau pegawai penyimpan

hipotek. Sedangakan untuk kewajiban pembeli adalah membayar harga pembelian pada

waktu dan ditempat sebagaimana ditetapkan menurut perjanjian. 10

Artinya perjanjian

jual beli atas tanah dilakukan apabila penjual dan pembeli telah melakukan

kewajibannya yang dimana kewajiban penjual untuk menyerahkan hak milik tersebut dan

kewajiban pembeli untuk membayar harga sesuai dengan yang telah diperjanjikan. Saat

ini peralihan tanah tersebut dapat dilakukan sebelum pembeli membayar lunas tanah

tersebut. Peralihan tersebut dibuat berdasarkan perjanjian pengikatan jual beli yang

dibuat oleh notaris. Secara hukum peralihan tersebut belum terjadi, artinya peralihan hak

atas tanah tersebut belum beralih yang dampaknya adalah pembeli belum dapat

melakukan balik nama atas sertifikat tanah tersebut. Namun secara fisik tanah, tanah

tersebut sudah beralih kepada pembeli dan pembeli sudah dapat menggunakan tanah

tersebut selayakanya pemilk tanah tersebut. Perjanjian pengikatan jual beli ini dilakukan

apabila kedua belah pihak sepakat pembayaran dapat dilakukan secara angsur sampai

jangka waktu yang telah ditentukan oleh kedua belah pihak. Setelah pembayaran lunas

barulah PPAT dalam membuat Akte Jual Beli atas tanah tersebut dan secara yuridis tanah

tersebut hak miliknya berubah menjadi atas nama pembeli.

8 Subekti, Aneka Perjanjian,(Bandung: PT Citra Aditya Bakti, 2014), Hlm 9

9Ibid., hlm 20

10Ibid., hlm 20

Page 18: Tesis - repository.ub.ac.idrepository.ub.ac.id/9716/1/Safitri Dwi Wulansari.pdf · Kerangka teoritik dalam tesis ini adalah teori kepastian hukum, teori perlindungan hukum dan teori

Perjanjian pengikatan jual beli secara yuridis tidak diatur secara jelas, namun

dasar atas perjanjian pengikatan jual beli ini adalah perjanjian. Perjanjian pengikatan jual

beli ini pada dasarnya memiliki resiko yang cukup banyak baik untuk pembeli maupun

penjual. Dalam prakteknya terdapat beberapa kasus terkait jual beli tanah berdasarkan

perjanjian pengikatan jual beli. Seperti halnya yang terjadi di Pasuruan, terdapat sengketa

tanah atas sertifikat tanah yang menjadi objek perjanjian. Singkat cerita pada kasus ini

adalah :

Pada tanggal 31 Mei 2011 antara Bapak Yongki Wirawan dengan Sugeng

Sugiarto melakukan transaksi jual beli atas 4 bidang tanah, yaitu :

1) Sertifikat Hak Milik No 376/Kelurahan Bangilan, Kecamatan Purworejo,

Kota Pasuruan, Surat ukur No 03/Bangilan/2004 tanggal 17/06/2004 luas 209 m2

atas nama Y Irawan terletak dijalan WR Supratman No 30 Pasuruan dengan batas-

batas sebagai beriku :

a. Sebelah utara : Kantor Telkom

b. Sebelah timur : Rumah sdr Welem (keadaan kosong)

c. Sebelah barat : Toko Swalayan Citra

d. Sebelah Selatan : Jalan Raya Wr Supratman

Sertifikat tersebut telah berubah menjadi sertifikat Hak milik No 09/ Keluarahan

Bangilan, Kecamatan Punggungrejo, Kota Pasuruan Surat Ukur Nomor

9/Bangilan/2013 luas 209m2 atas nama Sugeng Sugiarto. Berdasarkan akta

perjanjian pengikatan jual beli No 37 tanggal 31 Mei 2011 dihadapan Notaris

Slamet Supratikno SH Notaris di Surabaya disertai dengan akta kuasa No 38

tanggal 31 Mei 2011 dan dilanjutkan dengan akta jual beli No 67/2013 antara

sugeng sugiarto selaku penjual dan pembeli dihadapan PPAT Loesyanna SH

Notaris/PPAT di Pasuruan pada tanggal 15 Maret 2013.

2) Sertipikat Hak Milik No. 1492/Kelurahan Kebonsari, Kecamatan

Purworejo (sekarang menjadi Kecamatan Punggungrejo), Kotamadya Pasuruan,

Surat Uku No. 103/1990 tanggal 15-10-1990 luas 71 m2 atas nama YI

WIRAWAN ditulis juga Y. WIRAWAN terletak di Ruko Alun-Alun Selatan No.

5 Kota Pasuruan dengan batas-batas sebagai

berikut :

a. Sebelah Utara : Halaman Ruko ;

b. Sebelah Timur : Toko Duta Elektronik ;

c. Sebelah Barat : Kosong ;

d. Sebelah Selatan : Plasa kosong ;

Yang berdasarkan informasi telah berubah menjadi Sertipikat Hak Milik 45/

Kelurahan Kebonsari, Kecamatan Punggungrejo, Kota Pasuruan Surat Ukur No.

46/2013 luas 71 m2 Perubahan tanggal 23-4-2013 atas nama SUGENG

SUGIARTO Perubahan tanggal 23-4-2013 yang berdasarkan Akta perjanjian

Page 19: Tesis - repository.ub.ac.idrepository.ub.ac.id/9716/1/Safitri Dwi Wulansari.pdf · Kerangka teoritik dalam tesis ini adalah teori kepastian hukum, teori perlindungan hukum dan teori

pengikatan jual beli No 35 Tanggal 31 Mei 2011 antara kedua belah pihak disertai

dengan akta kuasa No 36 Tanggal 31 Mei 2011 dan dilanjutkan dengan

pembuatan akta jual beli No 85 Tahun 2013 dihadapan PPAT Kahar Agus SH

Notaris/PPAT di Pasuruan pada tanggal 19 Maret 2013.

3) Sertipikat Hak Milik No. 1675/Kelurahan Kebonsari, Kecamatan

Purworejo, Kotamadya Pasuruan, Surat Ukur No. 15/1994 tanggal 1-2-1994 luas

360 m2 atas nama YONGKY WIRAWAN terletak di Jalan Wiroguno No. 20

Kota Pasuruan dengan batas-batas sebagai berikut :

a. Sebelah Utara : Rumah Para Penduduk ;

b. Sebelah Timur : Jl. Wiroguno Gg.1 c

c. Sebelah Barat : Rumah Potong Ayam

d. Sebelah Selatan : Masjid Langgar ;

Yang berdasarkan informasi telah berubah menjadi Sertipikat Hak Milik No. 22/

Kelurahan Kebonsari, Kecamatan Punggungrejo, Kota Pasuruan, Surat Ukur No.

15/2013 luas 360 m2 Perubahan tanggal 25-1-2013 atas nama SUGENG

SUGIARTO. Berdasarkan akta perjanjian pengikatan jual beli No 39 tanggal 31

Mei 2011 antara kedua belah pihak disertai dengan akta kuasa No 40 tanggal 31

Mei 2011 dan dilanjutkan dengan pembuatan akta jual beli No 61/2013 dihadapan

PPAT Kahar Agus SH, Notaris/PPAT di Pasuruan pada tanggal 27 Februari 2013.

4) Sertipikat Hak Milik No. 1494/Kelurahan Kebonsari, Kecamatan

Purworejo Kotamadya, Pasuruan, Surat Ukur No. 105/1990 tanggal 15-10-1990

luas 72 m2 atas nama YONGKY WIRAWAN terletak di Ruko Alun-Alun Selatan

No. 3 Kota Pasuruan dengan batas-batas sebagai berikut :

a. Sebelah Utara : Halaman Ruko ;

b. Sebelah Timur : Shorum Sepeda Motor ;

c. Sebelah Barat : Toko Duta Elektronik ;

d. Sebelah Selatan : Kosong ;

Yang berdasarkan informasi telah berubah menjadi Sertipikat Hak Milik No. 13/

Kelurahan Kebonsari, Kecamatan Punggungrejo, Kota Pasuruan, Surat Ukur No.

04/2013 luas 72 m2 Perubahan tanggal 21-2-2013 atas nama SO GO BEN

CHENG. Berdasarka perjanjian pengikatan jual beli No 33 Tanggal 31 Mei 2011

antara kedua belah pihak yang disertai dengan akta kuasa No 34 tanggal 31 Mei

2011 serta dilanjutkan dengan pembuatan akta jual bel No 06/2013 dihadapan

PPAT Loesyanna SH, Notaris/PPAT di Pasuruan tanggal 15 Januari 2013.

Peralihan hak milik atas tanah tersebut menyebabkan ahli waris dari pihak penjual

Bapak Yongki Wirawan mengajukan gugatan ke Pengadilan Negeri Tata Usaha

Negara Surabaya yang surat gugatannya tertanggal 18 Juli 2013 dan telah

didaftarkan di Kepaniteraan Pengadilan Tata Usaha Negara Surabaya. Penggugat

selaku ahli waris penjual diwakili oleh Nyonya Jubaidah yang dalam gugatannya

berisi bahwa perlaihan keempat sertifikat hak milik atas nama Yongki Wirawan

telah beralih tanpa sepengetahuan dan persetujuan ahli waris karena itu perbuatan

tergugat dalam hal ini pembeli Sugeng Sugiarto telah sangat merugikan

kepentingan penggugat. Yongki wirawan selaku penjual sendiri telah meninggal

pada tanggal 22 Oktober 2011 yang semasa hidupnya tidak melangsungkan

perkawinan dan tidak pernah mengangkat anak secara sah, namun almarhum

memiliki saudara-saudara selaku ahli waris.

Page 20: Tesis - repository.ub.ac.idrepository.ub.ac.id/9716/1/Safitri Dwi Wulansari.pdf · Kerangka teoritik dalam tesis ini adalah teori kepastian hukum, teori perlindungan hukum dan teori

Kewenangan ahli waris sebagai penggugat dalam kasus ini adalah karena Bapak

Yongki Wirawan semasa hidupnya tidak melangsungkan perkawinan dan selama

hidupnya tidak pernah mengangkat anak secara sah. Dalam aturan hukum waris BW

pada Pasal 832 BW, menurut undang-undang yang berhak untuk menjadi ahli waris

ialah,pihak keluarga sedarah, baik sah maupun luar kawin dan si suami atau istri yang

hidup terlama, semua menurut peraturan dibawah ini. Dalam hal ini, bilamana baik

keluarga sedarah, maupun si yang hiup terlama diantara suami dan istri tidak ada, maka

segala harta peninggalan si yang meninggal, menjadi milik Negara, yang mana berwajib

akan melunasi segata utangnya,sekedar harta peninggalan mencukupi itu.

Ny. Cing Tien yang juga bernama Ny. Jd. Hj. Jubaidah berdasarkan Surat

Keterangan Waris Nomor 1/WRS/2012 tanggal 10 Juli 2012 yang dibuat dihadapan

USNAENY ULY AZIZ, SH. Notaris PPAT di Surabaya bahwa Ny. Jd Jubaidah

merupakan salah satu ahli waris dari Tn. Yongki Wirawan.

Awal dari gugatan atas sengketa kasus ini adalah adanya kerugian yang

ditimbulkan kepada ahli waris atas perlaihan hak milik. Peralihan tersebut dianggap tidak

sah secara hukum dikarenakan peralihannya tidak melalui persetujuan ahli waris. Pada

kasus ini telah keluar mencapai Putusan akhir hingga Mahkamah Agung, yang dalam

putusannya menegaskan bahwa terdapat suatu cacat yuridis pada peralihan hak atas tanah

ini, karena adanya suatu prosedur dan administrasi yang tidak sesuai dengan ketentuan

perundang-undangan yang berlaku akta jual beli yang berdasarkan suatu perjanjian

pengikatan jual beli yang cacat yuridis. Dampak dari putusan PTUN ini adalah sertifikat

yang diterbitkan oleh BPN untuk dicabut maka peralihan tersebut dianggap tidak pernah

Page 21: Tesis - repository.ub.ac.idrepository.ub.ac.id/9716/1/Safitri Dwi Wulansari.pdf · Kerangka teoritik dalam tesis ini adalah teori kepastian hukum, teori perlindungan hukum dan teori

terjadi. Hak milik atas sebidang tanah tersebut kembali kepada Yongkir Wirawan dan

Sertfikat kembali menjadi atas nama Pembeli yaitu Yongki Wirawan.

Dampak atas Putusan Pengadilan Tata Usaha Negara yang dimana sertifikat

dibatalkan berdampat pula oleh pihak bank. Pihak bank dalam hal ini merupakan pihak

lain yang beritikad baik untuk meminjamkan dana kepada Sugeng Sugiarto menjadi

dirugikan, karena apabila hak milik atas tanah tersebut kembali menjadi atas nama

Yongki Wirawan pihak bank tidak dapat melanjutkan jaminan tersebut, artinya apabila

Sugeng Sugiarto tidak dapat membayar hutang bank maka pihak bank tidak dapat

melelang jaminan tersebut.

Terdapat beberapa hal yang menarik pada kasus diatas, yang dimana akan saya

tarik untuk dijadikan sebuah penelitian, bagaimana perlindungan hukum kepada pihak

bank selaku kreditur dengan jaminan hak milik atas tanah yang sertifikatnya dibatalkan

oleh Pengadilan Tata Usaha Negara Surabaya. Agar penelitian ini dapat diteliti lebih fokus,

penulis memberikan batasan atas penelitian ini, dengan judul “PERLINDUNGAN

HUKUM BAGI BANK SELAKU KREDITOR ATAS JAMINAN BERUPA HAK

MILIK ATAS TANAH YANG SERTIFIKATNYA DIBATALKAN OLEH

PENGADILAN TATA USAHA NEGARA (Studi Kasus : Putusan Pengadilan Tata

Usaha Negara Nomor 126/6/2013PTUN Surabaya)”

B. Rumusan Masalah :

Berdasarkan latar belakang diatas, penulis memfokuskan masalah dalam penelitian ini

sebagai berikut :

Page 22: Tesis - repository.ub.ac.idrepository.ub.ac.id/9716/1/Safitri Dwi Wulansari.pdf · Kerangka teoritik dalam tesis ini adalah teori kepastian hukum, teori perlindungan hukum dan teori

1. Apakah yang menjadi pertimbangan hakim Pengadilan Tata Usaha Negara atas

pembatalan sertifikat hak milik atas sebidang tanah pada putusan Nomor

126/6/2013PTUN Surabaya ?

2. Bagaimana perlindungan hukum atas bank selaku kreditur apabila jaminan berupa

hak milik atas tanah yang sertifikatnya dibatalkan oleh Pengadilan Tata Usaha

Negara?

C. Tujuan dan Manfaat Penulisan

1) Tujuan Penulisan

Tujuan yang ingin dicapai oleh penulis dalam penelitian ini adalah mengetahui,

mendikripsikan dan menganalisis suatu perlindungan hukum bagi bank selaku kreditor

apabila jaminan berupa hak milik atas tanah tersebut peralihannya terdapat cacat yuridis

yang dimana dampak dari putusan PTUN ini adalah sertifikat yang diterbitkan oleh BPN

batal dan harus dicabut. Selanjutnya peralihan itu dianggap tidak pernah terjadi dan status

kepemilikan oleh debitur tersebut tidak ada.

2) Manfaat Penelitian

a) Manfaat Teoritis

a. Penelitian ini diharapakan memberikan suatu pemikiran bagi

perkembangan ilmu hukum khususnya dibidang hukum jaminan

dan perbankan di Indonesia.

Page 23: Tesis - repository.ub.ac.idrepository.ub.ac.id/9716/1/Safitri Dwi Wulansari.pdf · Kerangka teoritik dalam tesis ini adalah teori kepastian hukum, teori perlindungan hukum dan teori

b. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi dalam

pengkajian penelitian terkait perlindungan hukum dan kepastian

hukum terutama dalam bidang hukum jaminan dan perbankan.

b) Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan untuk dijadikan sebagai sumbangsih

pemikiran bagi :

a. Bagi Pemerintah

Hasil penelitian ini diharapkan menjadi sumbangsih pemikiran untuk

pemerintah, pemerintah yang berwenang sebagai pembuat Peraturan Perundang-

undangan, Pemerintah yang berwenang sebagai pelaksana Peraturan Perundang-

undangan dan Pemerintah yang berwenang sebagai pengawas jalannya Peraturan

Perundang-undangan. Sumbangsih pemikiran agar pemerintah lebih

memperhatikan kembali mengenai verifikasi atas kepemilikan hak atas tanah agar

tidak terjadi cacat yuridis dan yuridis.

b. Bagi Bank

Manfaat untuk pihak perbankan adalah perbankan dapat lebih berhati-hati

dalam melaksanakan suatu perjanjian kredit dengan jaminan suatu hak atas tanah.

c. Bagi Notaris/PPAT

Manfaat untuk Notaris/PPAT sebagai pejabat yang berwenang membuat

suatu akta jual beli lebih berhati-hati dalam pembuatan suatu akta, terutama akta

jual beli tanah. Karena hal tersebut berkaitan dengan adanya peralihan hak atas

tanah. Dampak peralihan hak tersebut apabila peralihan hak tersebut tidak sesuai

dengan haknya adalah dapat dibatalkannya peralihan hak atas tanah.

Page 24: Tesis - repository.ub.ac.idrepository.ub.ac.id/9716/1/Safitri Dwi Wulansari.pdf · Kerangka teoritik dalam tesis ini adalah teori kepastian hukum, teori perlindungan hukum dan teori

d. Bagi Masyarakat

Manfaat bagi masyarakat agar mendapat suatu wawasan ilmu, terutama

dibidang hukum jaminan dan perbankan Indonesia.

D. Orisinalitas Penelitian

Penelitian terkait Perlindungan hukum kepada bank atas jaminan berupa hak milik

atas tanah bukanlah hal yang baru untuk sebuah penelitian, namun penulis disini akan

memfokuskan penelitian ini kepada Perlindungan Kepada Bank Atas Jaminan Berupa

Hak Milik Atas Tanah yang sertifikatnya dibatalkan oleh Pengadilan Tata Usaha Negara

.Berikut adalah perbedaan dan persamaan penelitian penulis dibanding dengan penelitian

penulis lain :

Tabel 1.1 Perbandingan Orisinalitas Penelitian

No Judul dan Nama

Penulis

Persamaan Perbedaan Konstribusi Kebaharuan

1. PERLINDUNGAN

HUKUM

TERHADAP

PIHAK BANK

SELAKU

KREDITUR

DALAM

SENGKETA

TANAH YANG

DIJAMINKAN DI

BANK DALAM

PROSES JUAL

BELI DI

NOTARIS/PPAT

BERDASARKAN

UU

PERTANAHAN

Persamaan

dalam tesis

ini adalah

keduanya

sama-sama

membahas

mengenai

perlindungan

hukum bagi

bank selaku

kreditor

karena

adanya

sengketa

pada

sebidang

tanah yang

Perbedaan

antara

penelitian ini

adalah obyek

penelitiannya.

Pada

penelitian

yang saya

buat adalah

suatu

sebidang

tanah

bersertfikat

hak milik yag

cacat yuridis,

sedangkan

pada

Konstribusi

penelitian ini adalah

agar pihak Bank,

Notaris/PPAT, BPN

lebih berhati-hati

dalam hal peralihan

hak atas tanah, agar

nantinya tidak

terjadi suatu

sengketa atas tanah

tersebut.

Selain untuk kehati-

hatian,kontribusinya

adalah agar pihak

bank mendapat

perlindungan

apabila terdapat

Kebaharuan

penelitian

yang saya

tulis adalah

penelitian

saya

membahas

mengenai

perlindungan

hukum bagi

bank atas

jaminan

sebidang

tanah yang

sudah

memikiki

sertfikat hak

Page 25: Tesis - repository.ub.ac.idrepository.ub.ac.id/9716/1/Safitri Dwi Wulansari.pdf · Kerangka teoritik dalam tesis ini adalah teori kepastian hukum, teori perlindungan hukum dan teori

DI INDONESIA

Penulis : Mahda

SH 11

dijaminkan

di bank.

penelitian

yang ditulis

oleh Mahda

adalah

jaminan tanah

yang masih

dalam proses

jual beli di

Notaris.

jaminan yang

sedang dalam

sengketa.

milik namun

setelah

dipasang hak

tanggungan,

sebidang

tanah tersebut

menjadi

obyek

sengketa dan

dibatalkan –

peralihannya

karena dibuat

berdasarkan

akta jual beli

yang cacat

yuridis,

Artinya

peneltian ini

membahas

bahwa ada

nya ketidak

pastian hukum

dan tidak

adanya

perlindungan

hukum untuk

bank

walaupun

sudah keluar

sertifikat dari

badan

pertanahan

nasional.

11

Mahda, Perlindungan Hukum Terhadapa Pihak Bank Selaku Kreditur Dalam Sengketa

Tanah Yang Dijaminkan Di Bank Dalam Proses Jual Beli di Notaris/PPAT Berdasarkan UU

Pertanahan Di Indonesia, Magister Kenotariatan Program Pasca Sarjana Universita Brawijay,(Malang

: 2016)

Page 26: Tesis - repository.ub.ac.idrepository.ub.ac.id/9716/1/Safitri Dwi Wulansari.pdf · Kerangka teoritik dalam tesis ini adalah teori kepastian hukum, teori perlindungan hukum dan teori

2. PERLINDUNGAN

HUKUM

TERHADAP

KREDITUR

DALAM

PERJANJIAN

KREDIT

DENGAN

JAMINAN HAK

TANGGUNGAN

YANG

OBYEKNYA

TERKENA

DAMPAK

LUAPAN

LUMPUR

LAPINDO12

Penulis : Nur

Amalia Ranie SH

Persamaan

antara kedua

penelitian ini

adalah

keduanya

membahas

mengenai

perlindungan

hukum

terhadap

kreditur

Perbedaan

antara kedua

penulisan ini

adalah, obyek

yang dibahas.

Pada

penelitian

sebelumnya

membahas

mengenai

jaminan hak

tanggungan

yang

obyeknya

terkena

dampak

luapan

lumpur.

Sedangkan

yang saya

bahas dalam

penelitian ini

adalah hak

atas tanah

yang akta jual

belinya cacat

yuridis.

Kontsribusi untuk

penelitian yang

ditulis oleh Nur

Amalia Rainie

adalah bagi pihak

bank mengetahui

perlindungan hukum

apa yang ia

dapatkan ketika

jaminan berupa

sebidang tanah dan

bangunanya terkena

dampak lumpur.

Kebaharuan

penulisan

yang saya

tuliskan

adalah

penulisan ini

tidak hanya

bertujuan

untuk obyek

yang terkena

dampak

lumpur saja,

namun dapat

digunakan

untuk

sebidang

tanah yang

akta jual

belinya cacat

yuridis.

12

Nur Amalia Ranie, Perlindungan Hukum Terhadap Kreditur Dalam Perjanjian Kredit

Dengan Jaminan Hak Tanggungan Yang Obyeknya Terkena Dampak Luapan Lumpur Lapindo,

Magister Kenotariatan Program Pasca Sarjana Universita Diponegoro( Semarang : 2008)

Page 27: Tesis - repository.ub.ac.idrepository.ub.ac.id/9716/1/Safitri Dwi Wulansari.pdf · Kerangka teoritik dalam tesis ini adalah teori kepastian hukum, teori perlindungan hukum dan teori

3. PERLINDUNGAN

HUKUM BAGI

PENJAMIN

DALAM

PERJANJIAN

PENANGGUHAN

(BORGTOCHT)

DI BANK

NEGARA

INDONESIA

(PERSERO) TBK13

Penulis : Ady

Pratama Putra

Persamaan

kedua

penelitian ini

adalah

keduanya

membahas

tentang

perlindungan

hukum

penjamin

Perbedaan

antara kedua

penulisan ini

adalah pada

penulisan

pertama

membahas

mengenai

perlindungan

hukum untuk

penjamin

dalam

perjanjian

penangguhan,

sedangkan

dalam

penulisan

saya

membahas

tentang

perlindungan

hukum bagi

bank selaku

kreditur .

Selain dari

subyeknya

perbedaan

kedua adalah

obyek

penelitiannya,

pada

penelitian

saya

obyeknya

adalah

jaminan atas

hak atas tanah

yang akta jual

belinya cacat

yuridis.

Konstribusi

penulisan ini adalah

penjamin dalam hal

ini pihak Bank

Negara Indonesia

mengetahui

perlindungan hukum

apa saja yang ia

dapatkan ketika

jaminan tesebut

beruapa suatu

penangguhan.

Kebaharuan

penelitian

yang saya

tulis adalah

perlindungan

hukum bagi

bank dalam

jaminn

sebidang

tanah yang

sudah

memiliki

sertifikat yang

sah, namun

ternyata dapat

dinyatakan

cacat yuridis

dan dibatalkan

peralihannya

oleh

Pengadilan

Tata Usaha

Negara. Jadi

pada nantinya

saya akan

membantu

menganalisis

perlindungan

hukum apa

yang akan

didapatkan

oleh Pihak

Bank.

Sumber : Bahan Hukum Primer, diolah, 2016

13

Ady Pratama Putra, Perlindungan Hukum Bagi Penjamin Dalam Perjanjian Penagguhan (Borgtocht)

Di Bank Negara Indonesia, Magister Kenotariatan Program Pasca Sarjana Universita Brawijaya,(Malang : 2007)

Page 28: Tesis - repository.ub.ac.idrepository.ub.ac.id/9716/1/Safitri Dwi Wulansari.pdf · Kerangka teoritik dalam tesis ini adalah teori kepastian hukum, teori perlindungan hukum dan teori

E. Kerangka Teoritik Dan Kerangka Konseptual

a. Kerangka Teoritik

Dalam penelitian ini akan menggunakan kerangka teoritik sebagai landasan

berfikir,Teori-teori yang digunakan adalah :

1. Teori Tujuan Hukum

Hukum merupakan suatu sarana pejabat legislatif untuk menerpakan

sebuah aturan yang bertujuan agar masyarakat dapat hidup sejahtera. Terdapat

beberapa pengertian mengenai hukum, yaitu :

a. Menurut Em Mayers, hukum adalah suatu aturan yang mengandung

pertimbangan kesusilaan, ditujukan kepada tingkah laku manusia

dalam masyarakat, dan yang menjadi pedoman bagi penguasa-

penguasa Negara dalam melakukan tugas.

b. Menurut Leon Duguit, hukum adalah aturan tingkah laku masyarakat,

aturan yang penggunaannya diindahkan oleh masyarakat sebagai

jaminan dari kepentingan bersama dan yang melanggar akan mendapat

suatu sanksi

Berdasarkan pengertian diatas hukum adalah suatu sarana agar masyarakat

dapat hidup secara bersama-sama tanpa adanya pelanggaran kepentingan satu

dengan lainnya. Hukum memiliki tujuan yaitu menjamin adanya kepastian hukum

dalam masyarakat dan hukum harus pula bersendikan pada keadilan. Tujuan

hukum menurut beberapa ahli, yaitu : (1) Prof Subekti SH mengatakan bahwa

hukum itu mengabdi pada tujuan negara dengan menyelenggarakan keadilan dan

Page 29: Tesis - repository.ub.ac.idrepository.ub.ac.id/9716/1/Safitri Dwi Wulansari.pdf · Kerangka teoritik dalam tesis ini adalah teori kepastian hukum, teori perlindungan hukum dan teori

ketertiban, yang dimana keadilan digambarkan sebagai suatu keadilan

keseimbangan yang membawa ketentraman didalam hati setiap orang. (2) Teori

Etis, menurut Van Apeldoorn mengajarkan bahwa hukum itu semata-mata

menghendaki keadilan. (3) Teori Utilitis, Jeremy Bentham berpendapat bahwa

hukum bertujuan untuk mewujudkan semata-mata apa yang berfaedah dalam

masyarakat. Teori utilitis ini menyatakan bahwa teujuan hukum menjamin adanya

kebagaiaan sebanyal-banyaknya pada orang sebanyak-banyaknya. Kepastian

hukum melalui hukum bagi perseorangan merupakan tujuan hukum dari pada

hukum. 14

Pada penetilian ini akan menggunakan tiga teori diatas sebagai pisau

analisis penelitian, karena dalam melaksanakan putusan hakim, apakah putusan

yang telah dikeluarkan oleh seorang hakim sudah sesuai dengan aturan hukum,

keadilan dan kepastian hukum.

2. Teori Kepastian Hukum

Gustav Radburch berpendapat bahwa ada 3 nilai dasar tujuan hukum yang

menjadi dasar untuk menerapkannya, yaitu : nilai keadilan, nilai kemanfaatan dan

nilai kepastian hukum. Dari 3 dasar tersebut dapat kita urutkan bawah tujuan

utama adanya hukum adalah keadilan dilanjutkan dengan adanya nilai

kemanfaatan dan nilai kepastian hukum.15

Untuk mencapai tujuan dai hukum

sendiri ketiga unsur tersebut haruslah berjalan bersama-sama, namun tetap yang

menjadi tujuan utama adalah adanya keadilan iu sendiri. Keadilan merupakan

14

Ratih Candra Kirana. Hak Mendahului Negara Atas Pembayaran Utang Pajak Dalam

Putusan Pengadilan Niaga, Megister Kenotariatan Pasca Sarjana Universita Brawjiaya,(Malang :

2016) 15

Masrwan Mas, Pengantar Ilmu Hukum,(Jakarta: Ghlmia Indonesua, 1997) Hlm 73-74

Page 30: Tesis - repository.ub.ac.idrepository.ub.ac.id/9716/1/Safitri Dwi Wulansari.pdf · Kerangka teoritik dalam tesis ini adalah teori kepastian hukum, teori perlindungan hukum dan teori

tujuan dari hukum, yang merupakan sesuatu yang abstrak dan keadilan

bagaimanapun menyangkut nilai etis yang dianut oleh sesorang dengan

menyatakan bahwa tujuan hukum itu untuk pertama-tama adalah menciptakan

kepastian hukum.16

Bentuk dari kepastian hukum adalah dibuatnya suatu peraturan perundang-

undangnan yang harus dipatuhi oleh seluruh masyarakat agar tidak terjadi suatu

ketidakadilan hukum.Peraturan perundang-undangan yang telah dibuat harus

dapat membuat suatu keadilan dan tidak multi tafsir. Karena apabila terjadi suatu

permasalahan hukum, masyarakat mengetahui penyelesaian apa harus yang harus

ia lakukan berdasarkan peraturan perundang-undangan.

Pada penelitian ini saya menggunakan teori kepastian hukum sebagai

bahan analisis karena dalam kasus pada penelitian ini terdapat ketidakpastian

hukum kepada pihak bank selaku kreditur dalam menerima sebuah jaminan.

Karena pada dasarnya sertifikat hak milik merupakan alat bukti yang kuat, namun

dapat dibuktikan sebaliknya apabila ada sesorang yang dapat membuktikan

ketidak absahan sertifikat tersebut. Bank sebagai lembaga untuk peminjaman dana

dalam hal ini sangat dirugikan, karena bank sudah beritikad baik memberikan

hutang kepada debitur dengan kepercayaan adanya sertifikat hak milik atas nama

debitur, namun ternyata setelah keluar akta pemberian hak tanggungan atas hak

milik atas tanah tersebut, peralihannya oleh Pengadilan Tata Usaha Negara

dibatalkan, artinya kepemilikan kembali menjadi atas nama penjual.

3. Teori Perlindungan Hukum

16

Endang Sri Kawuryan, Perlindungan Hukum Terhadap Pembeli Hak Atas Tanah yang

beritikad Baik Doktor Ilmu Hukum Program Pasca Sarjana Unversitas Brawijaya,(Malang: 2013)

Hlm 33

Page 31: Tesis - repository.ub.ac.idrepository.ub.ac.id/9716/1/Safitri Dwi Wulansari.pdf · Kerangka teoritik dalam tesis ini adalah teori kepastian hukum, teori perlindungan hukum dan teori

Masyarakat memiliki dasar kebutuhan dan sifat yang berbeda satu sama

lain. Hukum adalah sarana untuk mengatur hak dan kewajiban sesorang dalam

bersosialisasi agar tidak terjadi suatu ketimpangan antara hak dan kewajiban satu

dengan lainnya.Bentuk dari hukum sendiri saat ini adalah dibuatnya Peraturan

Perundang-undangan.Peraturan perundang-undangan dibuat oleh lembaga

legislatif dengan persetujuan presiden.Peraturan tersebut dasarnya adalah untuk

melindungi masyarkat agar tidak berbuat sesuatu melebihi hak dan kewajibannya.

Perlindungan hukum menurut Satjipto Raharjo adalah hukum melindungi

kepentingan sesorang dengan cara menempatkan satu kekuasaan yang dilakukan

secara terukur untuk bertindak dalam rangka kepentingan tersebut.17

Teori perlindungan hukum menurut pakar hukum perdata yaitu Paul

Schotlen teori perlindungan hukum bertujuan untuk melindungi pihak ketiga yang

jujur,namun dalam hal ini ditafsirkan untuk perbuatan-perbuatan perdagangan.

Pada umumnya hak milik atas suatu barang hanya dapat berpindah

kepemilikannya secara sah apabila diperoleh dari orang yang berhak

memindahkan hak milik atas barang tersebut.18

Teori Perlindungan hukum ketiga diberikan kepada subyek hukum sesuai

dengan aturan hukum, baik dalam bentuk preventif maupun represif.Menurut

pendapat Philipus M hadjon membedakan perlindungan hukum dalam 2 macam

yaitu :19

a) Sarana Perlindungan Hukum Preventif

17

Satjipto Raharjo, Ilmu Hukum,(Bandung: Aditya Bakti,1991) hlm 53 18

Yulies Tiena Masriani, Pengantar Hukum Perdata Indonesia, (Jakarta: Sinar Grafika, 2004).

19

Philipus M. Hadjon, Perlindungan Hukum Bagi Rakyat Di IndonesiaCetakan

Pertama,(Surabaya: Bina Ilmu,1987) hlm 3-4

Page 32: Tesis - repository.ub.ac.idrepository.ub.ac.id/9716/1/Safitri Dwi Wulansari.pdf · Kerangka teoritik dalam tesis ini adalah teori kepastian hukum, teori perlindungan hukum dan teori

Preventif artinya untuk mencegah.Pada perlindungan hukum yang

preventif, kepada rakyat diberikan kesempatan untuk mengajukan

keberatan atau pendapatnya sebelum suatu keputusan pemerintah

mendapat bentuk yang definitive.Perlindungan hukum preventif bertujuan

untuk menghindari terjadinya sengketa.Perlindungan hukum yang

preventif sangat bersar artinya untuk bagi tindak pemerintahan yang

didasarkan kepada kebebasan bertindak karena dengan adanya

perlindungan hukum yang preventif pemerintah terdorong untuk bersikap

hati-hati dalam mengambil keputusan yang didasarkan pada diskresi.

b) Sarana Perlindungan Hukum Represif

Sarana perlindungan hukum represif memiliki tujuan untuk menyelesaikan

sengketa. Di Indonesia terdapat beberapa badan yang dapat menangani

perlindungan hukum bagi masyarakat, antara lain pengadilan dalam ruang

peradilan umum, instansi pemerintah dan badan-badan khusus.20

Teori kedua merupakan teori penting sebagai bahan analisis penelitian ini.

Teori perlindungan hukum dijadikan sebagai pisau analisis untuk penelitian ini

adalah teori hukum menurut Philipus M hadjon dan Paul Schotlen.

4. Teori Putusan Hakim

Putusan hakim merupakan puncak cari suatu perkara yang sedang

diperiksa dan diadili kepada seseorang. Dalam menjalankan tugasnya sebagai

seorang hakim, hakim memiliki beberapa kewajiban yaitu :

a. Hakim wajib dalam menjalankan tugas dan fungsinya wajib menjaga

kemandirian peradilan.

20

Ibid., hlm 10

Page 33: Tesis - repository.ub.ac.idrepository.ub.ac.id/9716/1/Safitri Dwi Wulansari.pdf · Kerangka teoritik dalam tesis ini adalah teori kepastian hukum, teori perlindungan hukum dan teori

b. Segala campur tangan dari pihak ketiga diluar kekuasaan hakim

dilarang, kecuali dalam hal-hal sebagaimana dimaksud dalam Undang-

undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

c. Hakim dan hakim konstitusi wajib menggali, mengikuti, dan

memahami nilai-nilai hukum dan rasa keadilan yang hidup dalam

masyarakat.

Kewajiban mengenai tugas dan fungsi hakim diatur dalam Peraturan

Perundang-undangan Nomor 48 Tahun 2009 Tentang Kekuasaan Kehakiman.

Hakim dalam suatu peradilan memiliki tugas yang sangat penting karena terkait

dengan suatu keadilan dan kepastian hukum dalam masyarakat. Dalam memutus

putusan terdapat beberapa teori yang digunakan oleh seorang hakim, menutut

Mackenzie terdapat beberapa teori mengenai putusan hakim, yaitu :

a) Teori Keseimbangan

Teori keseimbangan adalah keseimbangan antara syarat-syarat yang

ditentukan oleh undang-undang dan kepentingan pihak-pihak yang

tersangkut.

b) Teori Pendekatan Pengalaman

Teori pendekatan pengalaman seorang hakim merupakan hal yang

dapat membantu mengahdapi perkara-perakara yang dihadapi sehari-

hari

c) Teori Ratio Decindendi

Teori ini didasarkan pada landasan filsafat yang mendasar yang

mempertimbangkan segala aspek yang berkaitan dengan pokok

Page 34: Tesis - repository.ub.ac.idrepository.ub.ac.id/9716/1/Safitri Dwi Wulansari.pdf · Kerangka teoritik dalam tesis ini adalah teori kepastian hukum, teori perlindungan hukum dan teori

perkara yang disengketakan kemudian mencari perturan perundang-

undangan yang relavan dengan pokok perkara yang disengketakan

sebagai dasar hukum dalam penjatuhan putusan serta pertimbangan

hakim harus didasarkan suatu motivasi yang jelas untuk menegakkan

hukum dan memberikan keadilan hukum bagi masyarakat.

d) Teori Kebijaksanaan

Teori ini menekankan bahwa pemerintah, masyarakat, keluarga dan

orang tua ikut tertanggung jawan untuk membimbing, membina,

mendidik dan melindungi terdakwa, agar kelak dapat menjadi manusia

yang berguna bagi keluarga, masyarakat dan bangsanya.

Teori yang diambil sebagai pisau analisis pada penelitian ini adalah teori

Ratio Decindendi yaitu putusan hakim harus mempertimbangkan segala aspek

yang berkaitan dengan perkara yang sedang disengketaka.

Bagan 1

Page 35: Tesis - repository.ub.ac.idrepository.ub.ac.id/9716/1/Safitri Dwi Wulansari.pdf · Kerangka teoritik dalam tesis ini adalah teori kepastian hukum, teori perlindungan hukum dan teori

Kerangka Teoritik

Sumber : Bahan Hukum Primer, diolah, 2016.

Isu Hukum

Apakah yang menjadi pertimbangan hakim Pengadilan Tata Usaha Negara atas pembatalan sertifikat hak milik atas sebidang tanah pada Putusan Nomor 126/6/2013 PTUN Surabaya ?

Kerangka Teoritik

Teori Tujuan Hukum

Isu Hukum

Bagaimana perlindungan hukum atas bank selaku kreditur apabila

jaminan berupa hak milik atas tanah yang sertifikatnya dibatalkan

oleh Pengadilan Tata Usaha Negara?

Kerangka Teoritik

Teori Tujuan Hukum

Teori Kepastian Hukum

Teori Perlindungan Hukum

Teori Putusan Hakim

Page 36: Tesis - repository.ub.ac.idrepository.ub.ac.id/9716/1/Safitri Dwi Wulansari.pdf · Kerangka teoritik dalam tesis ini adalah teori kepastian hukum, teori perlindungan hukum dan teori

b. Kerangka Konseptual

1. Pengertian Perlindungan hukum

Perlindungan hukum adalah tindakan atau upaya untuk melindungi

masyarakat dari perbuatan-perbuatan yang timbul dari pejabat yang berwenang

yang dimana perbuatan tersebut tidak sesuai dengan peratura perundang-

undangan. Selain itu untuk memenuhi suatu perlindungan hukum bagi masyarakat

apabila ternyata ada suatu tindakan hukum yang dilakukan oleh pejabat yang

berwenang namun merugikan masyarakat tersebut. Tujuan dari adanya

perlindungan hukum ini adalah untuk ketentraman, kesejahteraan masyarakat

selaku subyek hukum.

2. Pengertian Kreditor

Kreditor berdasarkan Undang-undang Hak Tanggungan Nomor 4 tahun

1996 adalah pihak yang berpiutang dalam suatu hubungan hutang piutang. Dalam

penelitian ini pihak kreditor tersebut adalah bank, yang dimana bank adalah suatu

lembaga yang memiliki fungsi untuk menghimpun dan menyalurkan dana

masyarakat. Peran bank disini sebagai kreditor yang meminjamkan dana kepada

debitur atau nasabah.

3. Pengertian Jaminan

Jaminan adalah salah satu aset yang dimiliki oleh pihak berhutang yang

dijanjikan oleh pihak berhutang untuk diserahkan kepada pihak yang memberi

pinjaman apabila tidak dapat membayar hutang. Dalam penelitian ini jaminan

Page 37: Tesis - repository.ub.ac.idrepository.ub.ac.id/9716/1/Safitri Dwi Wulansari.pdf · Kerangka teoritik dalam tesis ini adalah teori kepastian hukum, teori perlindungan hukum dan teori

berupa sebidang tanah yang bersertifkat hak milik, artinya peraturan mengenai

jaminan tersebut mengikuti aturan mengenai Hak Tanggungan yang diatur dalam

Undang-undang Nomor 4 Tahun 1996 tentang Hak tanggungan Atas Tanah

Beserta Benda-benda Yang Berkaitan Dengan Tanah . Pada Pasal 1 ayat 1 Pada

Undang-undang Hak Tanggungan, Hak Tanggungan, adalah hak jaminan yang

dibebankan pada hak atas tanah sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang

Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria, berikut atau

tidak berikut benda-benda lain yang merupakan satu kesatuan dengan tanah itu,

untuk pelunasan utang tertentu, yang memberikan kedudukan yang diutamakan

kepada kreditor tertentu terhadap kreditor-kreditor lain.

4. Pengertian Dibatalkan

Pada penelitian ini dibatalkan adalah suatu proses dimana hakim

memutuskan untuk membatalkan sertifikat yang dimana sertifikat tersebut harus

dicabut dan hak atas sebidang tanah tersebut menjadi milik pemjual.

F. Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian Yuridis Normatif dengan cara meneliti

bahan-bahan hukum melalui studi kepustakaan yang membahas mengenai perlindungan

hukum terhadap bank selaku kreditor atas jaminan berupa hak atas tanah yang

Page 38: Tesis - repository.ub.ac.idrepository.ub.ac.id/9716/1/Safitri Dwi Wulansari.pdf · Kerangka teoritik dalam tesis ini adalah teori kepastian hukum, teori perlindungan hukum dan teori

peralihannya dibatalkan oleh Pengadilan Tata Usaha Negara yang berdampak pada status

kepemilikan jaminan tersebut.

2. Pendekatan Penelitian

Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan

undang-undang (statute approach) dan pendekatan konseptual (conceptual

approach).Pendekatan undang-undang adalah menelaan undang-undang dan regulasi

yang bersangkut paut dengan isu hukum yang sedang diteliti.21

Sedangkan pendekatan

konseptual adalah pendekatan yang beranjak dar pandangan-pandangan dan doktrin-

doktrin yang berkembang di dalam ilmu hukum.22

3. Jenis dan Sumber Bahan Hukum

a. Jenis Bahan Hukum

Jenis bahan hukum yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis

bahan hukum primer dan sekunder.Bahan hukum primer adalah bahan yang isinya

mengikat, terdiri dari norma-norma dan memiliki kekuatan hukum berupa

peraturan perundang-undangan. Bahan hukum sekunder ini berupa studi

kepustakaan yang ditulis oleh para ahli, jurnal-jurnal hukum tentang hukum

perdata dan pendapat-pendapat para sarjana hukum yang berkaitan langsung

dengan penelitian ini. Sumber Bahan Hukum

Bahan hukum primer merupakan sumber utama atas penelitian ini, yaitu yang

bersumber pada peraturan perundang-undangan sebagai berikut :

21

Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum,(Jakarta: Kencana Prenadamedia

Group,2005),hlm 133 22

Ibid., hlm 134

Page 39: Tesis - repository.ub.ac.idrepository.ub.ac.id/9716/1/Safitri Dwi Wulansari.pdf · Kerangka teoritik dalam tesis ini adalah teori kepastian hukum, teori perlindungan hukum dan teori

a) Pasal 1320, 1475, 1458,1330, 1338, 1480 Peraturan Perundang-undangan

Republik Indonesia Staatsblad Tahun 1847 Nomor 23 Tentang Kitab Undang-

undang Hukum Perdata, Diumumkan Pada Tanggal 30 April 1847.

b) Pasal 6 dan 20 Peraturan Perundang-undangan Republik Indonesia Nomor 5

Tahun 1960 Tentang Undang-undang Pokok Agraria, Lembaran Negara Republik

Indonesia, Jakarta,1960.

c) Pasal 4 Ayat 4 Peraturan Perundang-undangan Republik Indonesia Nomor 4

Tahun 1996 Tentang Hak Tanggungan Atas Tanah Beserta Benda-benda Yang

Berkaitan Dengan Tanah, Lembaran Negara Republik Indonesia, Jakarta, 1996.

d) Peraturan Perundang-undangan Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1998

Tentang Perubahan Atas Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992, Lembaran

Negara Republik Indonesia, Jakarta, 1998.

e) Pasal 1 Ayat 1 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 1997

Tentang Pendaftaran Tanah, Lemabaran Negara Republik Indonesia, Jakarta,

1997.

f) Peraturan Perundang-undangan Republik Indonesia Nomor 48 Tahun 2009

Tentang Kekuasaan Kehakiman, Lembaran Negara Republik Indonesia, Jakarta,

2009.

Sedangkan bahan hukum sukunder adalah bahan hukum berupa studi

kepustakaan guna melengkapi data untuk sumber bahan hukum primer. Studi

kepustakaan, pendapat para ahli hukum perdata, pendapat para sarjana hukum

yang nantinya akan dianalisis untuk melengkapi data sumber data primer.

4. Teknik Pengumpulan Bahan Hukum

Page 40: Tesis - repository.ub.ac.idrepository.ub.ac.id/9716/1/Safitri Dwi Wulansari.pdf · Kerangka teoritik dalam tesis ini adalah teori kepastian hukum, teori perlindungan hukum dan teori

Teknik pengumpulan bahan hukum ini adalah dengan dikumpulkannya

bahan hukum primer dan sekunder, kedua bahan tersebut selanjutnya dianalisis

secara presfektif guna mencari solusi atas masalah terkait perlindungan hukum

terhadap bank apabila jaminan berupa hak atas tanah tersebut cacat secara hukum.

Teknik pengumpulan bahan hukum primer adalah melalui penelusuran,

pengumpulan dan studi dokumen melalui studi pustaka. Sedangkan, bahan hukum

sekunder diperoleh melalui penulusuran multimedia dan studi kepustakaan. Hasil

analisis tersebut nantinya akan dibentuk suatu kesimpulan guna dapat

memberikan sumbangsih pemikiran dan saran kepada para pihak dalam kasus ini.

5. Teknik Analisis Bahan Hukum

Teknik analisis bahan hukum dalam penelitian hukum normatif terdiri dari

beberapa jenis, yaitu teknik diskripsi, teknik interpretasi, teknik evaluasi dan

teknik sistematisasi.Penelitian ini nantinya menggunakan teknik analisis hukum

interpretasi.Teknik interpretasi adalah suatu metode penemuan hukum yang

memberikan penjelasan secara jelas melalui undang-undang agar ruang lingkup

kaidah dalam undang-undang dapat diterapkan dalam suatu peristiwa hukum.

Teknik Interpretasi yang digunakan adalah interpretasi sistematis,

yaitu,insterpretasi sistematis digunakan untuk menafsirkan peraturan perudang-

undangan dengan menghubungkan peraturan hukum atau undang-undang lain

dengan keseluruhan sistem hukum.23

23

Ibid., hlm 59

Page 41: Tesis - repository.ub.ac.idrepository.ub.ac.id/9716/1/Safitri Dwi Wulansari.pdf · Kerangka teoritik dalam tesis ini adalah teori kepastian hukum, teori perlindungan hukum dan teori

G. Desain Penelitian

Bagan 2

DESAIN PENELITIAN

RUMUSAN

MASALAH

TEORI LATAR BELAKANG

Page 42: Tesis - repository.ub.ac.idrepository.ub.ac.id/9716/1/Safitri Dwi Wulansari.pdf · Kerangka teoritik dalam tesis ini adalah teori kepastian hukum, teori perlindungan hukum dan teori

Sumber : Bahan Hukum Primer, diolah, 2016.

H. SISTEMATIKA PENULISAN

METODE PENELITIAN

HASIL PENELITIAN

DAN PEMBAHASAN

KESIMPULAN DAN

SARAN

Latar belakang dari

penelitian ini adalah

adanya kekosongan

aturan mengenai

perlindungan hukum

bagi bank selaku

kreditur apabila

jaminan berupa berupa

hak milik atas tanah

yang sertifikatnya

dibatalkan oleh

Pengadilan Tata Usaha

Negara.

Rumusan Masalah :

1. Apakah yang menjadi

pertimbangan hakim

Pengadilan Tata Usaha

Negara atas pembatalan

sertifikat hak milik atas

sebidang tanah pada putusan

Nomor 126/6/2013PTUN

Surabaya ?

2. Bagaimana perlindungan

hukum atas bank selaku

kreditur apabila jaminan

berupa hak milik atas tanah

peralihannya dibatalkan

oleh Pengadilan Tata Usaha

Negara?

a. Teori Tujuan

Hukum

b. Teori Kepastian

Hukum

c. Teori Perlindungan

hukum

d. Teori Putusan

Hakim

a) Jenis Penelitian : Penelitian

Hukum Normatif

b) Pendekatan Penelitian :

Pendekatan Undang-undangn

dan Pendekatan Konseptual

c) Jenis dan Sumber Bahan

Hukum : Jenis bahan hukum

primer dan sekunder

d) Teknis Pengumpulan Bahan

Hukum : Analisa secara

presfektif berdasarkan bahan

hukum primer dan sekunder

e) Teknik Analisis hukum :

Teknik interpretasi

Pertimbangan hakim membatalkan

sertifikat tersebut adalah karena

adanya cacat yuridis dalam peralihan

dan perlindungan hukum bagi bank

adalah bank dapat melakukan tindakan

represif dan preventif

Page 43: Tesis - repository.ub.ac.idrepository.ub.ac.id/9716/1/Safitri Dwi Wulansari.pdf · Kerangka teoritik dalam tesis ini adalah teori kepastian hukum, teori perlindungan hukum dan teori

Sistematika dalam penulisan tesis ini sebagai berikut :

BAB I : PENDAHULUAN

Pendahuluan berisi mengenai latar belakang pembuatan penelitian ini,

rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode penelitian, kerangka teori

berserta sistematika penulisan.

BAB II : KAJIAN PUSTAKA

Dalam bab ini membahas mengenai kajian pustaka yang berkaitan dengan

penelitan ini berupa landasan teori serta uraian mengenai kerangka pemikiran.

BAB III : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Bab ini akan memaparkan pembahasan mengenai perlindungan hukum

kepada pihak bank apabila jaminan berupa ha katas tanah yang menjadi obyek sengketa

yang cacat yuridis dan cacat yuridis.

BAB IV : KESIMPULAN

Bab ini memaparkan megenai kesimpulan atas penelitian ini dan saran-

saran kepada pihak-pihak yang terkait atas kasus ini.

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 44: Tesis - repository.ub.ac.idrepository.ub.ac.id/9716/1/Safitri Dwi Wulansari.pdf · Kerangka teoritik dalam tesis ini adalah teori kepastian hukum, teori perlindungan hukum dan teori

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Pustaka Tentang Pendaftaran Hak Atas Tanah

a. Pengertian Pendaftaran Hak Atas Tanah

Pada tanggal 24 September 1960 telah disahkan peraturan perundang-

undangan terkait hak atas tanah, yaitu Undang-undang No 05 Tahun 1960

tentang Peraturan Dasar Pokok-poko Agraria atau biasa dikenal dengan

UUPA. UUPA ini bertujuan untuk :

a) Meletakkan dasar-dasar bagi penyusunan Hukum Agraria Nasional,

yang merupakan alat untuk membawakan kemakmuran, kebahagiaan,

dan keadilan bagi negara dan rakyat.

b) Meletakkan dasar-dasar untuk mengadakan kesatuan dan

kesederhanaan hukum pertanahan

c) Meletakkan dasar-dasar untuk memberikan kepastian hukum

mengenai hak-hak atas tanah bagi seluruh rakyat Indonesia.1

Tujuan utama UUPA diatas dimaksudkan agar masyarakat di Indonesia

memiliki kemakmuran dan kesejahteraan atas tanah yang mereka miliki.

Dalam Pasal 16 UUPA hak-hak atas tanah, yaitu :

a) Hak milik

b) Hak guna usaha

c) Hak guna bangunan

d) Hak pakai

1Urip Santoso, Pendaftaran Tanah dan Peralihak Hak Atas Tanah,(Jakarta: Prenamedia Group,

2010) Hlm 1

Page 45: Tesis - repository.ub.ac.idrepository.ub.ac.id/9716/1/Safitri Dwi Wulansari.pdf · Kerangka teoritik dalam tesis ini adalah teori kepastian hukum, teori perlindungan hukum dan teori

e) Hak sewa

f) Hak membuka tanah

g) Hak memungut hasil hutan

h) Hak-hak lain yang tidak termasuk dalam hak-hak tesebut di atas

yang akan ditetapkan dengan undang-undang serta hak-hak yang

sifatnya sementara sebagai yang disebutkan dalam Pasal 53.

Setiap hak-hak yang disebutkan diatas memiliki pengertian dan

kepastian hukum yang berbeda-beda. Hak-hak atas tanah tersebut dapat

dimiliki orang seseorang apabila seseorang tersebut medaftarkan tanah

yang ia miliki. Pendafataran tanah memiliki tujuan agar masyarakat

memiliki suatu kepastian hukum yang jelas. Pendaftaran tanah merupakan

kewajiban bagi pemegang hak atas tanah dan pemerinah. Ketentuan

tentang keajiban bagi pemerintah untuk menyelenggarakan pendafataran

tanah di seluruh wilayah Indonesia diatur dalam Pasal 19 UUPA 2:

a) Untuk menjamin kepastian hukum oleh Pemerintah diadakan

pendaftaran tanah di seluruh wilayah Replubik Indonesia menurut

ketentuan-ketentuan yang diatur dengan Peraruran Pemerintah.

b) Pendafatran tersebut dalam Ayat 1 pasal ini meliputi :

I. Pengukuran, perpetaan, dan pembukuan tanah

II. Pendaftaran hak-hak atas tanah dan peralihan hak=hak

tersebut:

III. Pemberian surat-surat tanda bukti hak, yang berlaku

sebagai alat bukti yang kuat.

2Ibid., hlm 3

Page 46: Tesis - repository.ub.ac.idrepository.ub.ac.id/9716/1/Safitri Dwi Wulansari.pdf · Kerangka teoritik dalam tesis ini adalah teori kepastian hukum, teori perlindungan hukum dan teori

c) Pendaftaran tanah diselenggarakan dengan mengingat keadaan

Negara dan masyarakat, keperluan lalu lintas sosial ekonomi serta

kemungkinan penyelenggaraan , menurut pertimbangan Menteri

Agraria.3

d) Dalam Peraturan Pemerintah diatur biaya-biaya yang bersangkutan

dengan Pendaftaran termaksud dalam Ayat 1 diatas, dengan

ketentuan bahwa rakyat yang tidak mampu dibebaskan dari

pembayaran biaya-biaya tersebut.

Berdasarkan tujuan diatas maka diaturlah lebih lanjut disebut

Peraturan Pemerintah untuk mengatur tata cara pendaftaran Tanah,

yaitu Peraturan Pemerintah No 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran

Tanah. Dalam Peraturan Pemerintah ini mengatur pula pengertian dari

Pendafatan Tanah. Pengertian pendaftaran tanah diatur dalam Pasal 1

Angka 1 Peraturan Pemerintah Nomor 24 tahun 1997, yaitu :

“Serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh Pemerintah secara terus-

menerus, berkesinambungan dan teratur, meiliputi pengumpulan,

pengolahan, pembukuan dan penyajian serta pemeliharaan data fisik dan

data yuridis, dalam bentuk peta dan daftar, mengenai bidang-bidang tanah

dan satuan-satuan rumah susun, termasuk pemberian surat tanda bukti

haknya bagi bidang-bidang tanah yang sudah ada haknya dan hak milik

atas satuan rumah susun serta hak-hak tertentu yang membebaninya”

Soedikno Mertokusumo menyatakan bahwa dalam pendaftaran

tanah dikenal 2 macam asas, yaitu4 :

a) Asas Specialiteit : Artinya pelaksanaan pendafataran tanah

itu diselenggarakan tas dasar peraturan perundang-

3Ibid

4Ibid., hlm 16-17

Page 47: Tesis - repository.ub.ac.idrepository.ub.ac.id/9716/1/Safitri Dwi Wulansari.pdf · Kerangka teoritik dalam tesis ini adalah teori kepastian hukum, teori perlindungan hukum dan teori

undangan tertentu,yang secara teknis menyangkut masalah

pengukuran, pemetaan dan pendaftaran peralihannya.

b) Asas Openbaarheid (asas Publisitas) : Artinya asas ini

memberikan data yuridis tentang siapa yang menjadi subjek

haknya, apa nama hak atas tanah, serti bagaimana

terjadinya peralihan dan pembebanannya.

b. Objek Pendaftaran Tanah

Objek pendataran tanah tidak lain adalah Hak-hak atas tanah yang telah

diatur dalam Pasal 16 UUPA dan diatur lebih khusus di Peraturan

Pemerintah No 24 Tahun 1997 tentang pendaftaran tanah, yaitu :

a) Hak milik : Hak milik menurut Pasal 20 UUPA adalah hak turun

menurun, terkuat dan terpenuh yang dapat dipunyai orang atas

tanah, dengan mengingat ketentuan dalam Pasal 6. Yang berhak

untuk memiliki hak milik hanya Warga Negara Indonesia dan bank

Pemerintah atau badan keagamaan dan badan nasional (Permen

Agraria/ Kepala BPN No 9 Tahun 1999 tentang tata cara

pemberian dan pembatalan Hak Atas Negara dan Hak

Pengelolaan).5

b) Hak Guna Usaha : Hak guna usaha dalam Pasal 28 UUPA

adalah hak untuk mengusahakan tanah yang dikuasai oleh Negara,

dalam jangka waktu sebagaimana tersebut dalam Pasal 29, guna

perusahaan pertanian, perikanan dan peternakan. Yang dapat

memiliki hak guna usaha ini adalah Warga Negara Indonesia dan

5Ibdi .,hlm 25

Page 48: Tesis - repository.ub.ac.idrepository.ub.ac.id/9716/1/Safitri Dwi Wulansari.pdf · Kerangka teoritik dalam tesis ini adalah teori kepastian hukum, teori perlindungan hukum dan teori

badan hukum yang didirikan menurut hukum Indonesia dan

berkedudukan di Indonesia.6

c) Hak Guna Bangunan : Hak guna bangunan menurut Pasal 35

adalah hak untuk mendirikan dan mempunyai bangunan-bangunan

atas tanah yang bukan miliknya sendiri, dalam jangka waktu paling

lama adalah 30 tahun. Namun Pasal 35 ayat 2 menjelaskan bahwa

jangka waktu 30 tahun dapat perpanjang atas permintaan

pemegang hak dan dengan mengingat keperluan serti keadaan

bangunan-bangunannya, jangka waktu tersebut dapat diperpanjang

dengan waktu paling lama 20 Tahun. Yang berhak untuk memiliki

hak guna bangunan adalah Warga Negara Indonesia dan badan

hukum badan hukum yang didirikan menurut hukum Indonesia

dan berkedudukan di Indonesia.7

d) Hak Pakai : Hak pakai menurut Pasal 41 UUPA adalah hak untuk

menggunakan dan/atau memungut hasil dari tanah yang dikuasai

langsung oleh Negara atau tanah milik orang lain, yang memberi

wewenang dan kewajiban yang ditentukan dalam keputusan

pemberian oleh pejabat yang berwenang memberikannya atau

dalam perjanjian sewa-menyewa atau perjanjian pengolahan tanah,

segala sesuatu asal tidak bertentangan dengan jiwa dan ketentuan

undang-undang ini. Yang berhak memiliki hak pakai ini sama

halnya dengan yang berhak memilik hak milik, guna usaha

6Ibid.,hlm 25

7Ibid., hlm 26

Page 49: Tesis - repository.ub.ac.idrepository.ub.ac.id/9716/1/Safitri Dwi Wulansari.pdf · Kerangka teoritik dalam tesis ini adalah teori kepastian hukum, teori perlindungan hukum dan teori

maupun hak guna bangunan,namun yang membedakan adalah hak

pakai ini dapat dimiliki oleh departemen, lembaga Pemerinta non

Departemen dan Pemerintah daerah, badan-badan keagamaan dan

sosial, orang asing yang berkedudukan di Indonesia, badan hukum

asing yang mempunyai perwakilan di Indonesia dan perwakilan

negara asing dan perwakilan badan Internasioanal.

c. Kegiatan Pendaftaran Tanah

Pasal 19 UUPA menyebutkan bahwa kegiatan pendaftaran tanah

meliputi :

a) Pengukuran, perpetaan dan pembukuan tanah;

b) Pendaftaran hak-hak atas tanah dan peralihan hak-hak tersebut’

c) Pemberian surat tanda bukti hak, yang berlaku sebagao alat

pembuktian yang kuat.

Kegiatan pendaftaran tanah lebih lanjut diatur dalam Peraturan

Pemerintah No 24 Tahun 1997. Pada PP No 24 Tahun 1997 membagi

menjadi 2 macam mengenai kegiatan pendaftaran tanah, yaitu kegiatan

pendaftaran tanah pertama kali dan kegiatan pemeliharaan data

pendaftaran tanah. Pendaftaran tanah untuk pertama kali dapat dilakukan

dengan dua cara yaitu pendaftaran tanah secara sistematik dan pendaftaran

tanah secara sporadik. Pendaftaran tanah secara sistematik adalah kegiatan

pendaftaran tanah untuk pertama kali yang dilakukan secara serentak

meliputi semua objek pendaftaran tanah yang belum didaftarkan dalam

Page 50: Tesis - repository.ub.ac.idrepository.ub.ac.id/9716/1/Safitri Dwi Wulansari.pdf · Kerangka teoritik dalam tesis ini adalah teori kepastian hukum, teori perlindungan hukum dan teori

wilayah atau bagian wilayah suatu desa/kelurahan.8 Sedangkan

pendaftaran tanah secara sporadik adalah kegiatan pendaftaran tanah untuk

pertama kali mengenai satu atau beberapa objek pendaftaran tanah dalam

wilayah atau bagian wilayah suatu desa/kelurahan secara individual atau

massal. 9

Hal-hal yang perlu dilakukan untuk kegiatan pendaftaran tanah

pertama kali, meliputi :

a) Pengumpulan dan pengolahan data fisik : Kegiatan yang harus

dilakukan untuk pengumpulan dan pengolahan data fisik

adalah dilakukannya kegiatan pengukuran dan pemetaan.

Kegiatan tersebut dimulai dengan pembuatan peta dasar

pendaftaran, penetapan batas bidang-bidang tanah, pengukuran

dan pemetaan bidang-bidang tanah dan pembuatan peta

pendaftaran selanjutnya pembuatan daftar tanah dan yang

terakhir adalah pembuatan surat ukur.

b) Kegiatan Pemeliharaan data pendaftaran tanah : Kegiatan

pemeliharaan ini terdiri atas pendaftaran peralihan dan

pembebanan hak dan pendaftaran perubahan data pendaftaran

tanah. Pendaftaran peralihan dan pembebanan hak adalah

kegiatan yang bertujuan untuk mengidentifikasi tanah-tanah

siapa saja yang sudah beralih haknya, baik perlihan karena

pemindahan hak, peralihan karena waris maupun karena

8Ibid., hlm 32

9Ibid., hlm 33

Page 51: Tesis - repository.ub.ac.idrepository.ub.ac.id/9716/1/Safitri Dwi Wulansari.pdf · Kerangka teoritik dalam tesis ini adalah teori kepastian hukum, teori perlindungan hukum dan teori

adanya pembebanan hak. Kegiatan yang kedua adalah

pendaftaran perubahan data pendaftaran tanah. Kegiatan kedua

ini memiliki unsur yang berbeda dengan yang pertama,

kegiatan yang kedua ini guna untuk mengetahui apakah ada

perubahan atas data pendaftaran tanah. Contohnya seperti

adanya perpanjangan jangka waktu hak atas tanah.

d. Pembuktian Hak dan Pendaftaran Tanah

Peraturan Pemerintah No 24 tahun 1997, pada pasal 25 mengatur

mengenai pembuktian hakatas tanah. Terdapat 5cara untuk melakukan

pembuktian hak atas tanah, yaitu10

:

a) Hak atas tanah baru dibuktikan dengan :

1) Penetapan pemberian hak dari pejabat yang

berwenang memberika hak yang bersangkutan

menurut ketentuan yang berlaku apabila pemberian

hak tersebut berasal dari tanah Negara atau tanah

hak pengelolaan.

2) Asli akta PPAT yang memuat pemberian hak

tersebut oleh pemegang hak milik kepada penerima

hak yang bersangkutan apabila mengenai hak guna

bangunan dan hak pakai atas hak milik.

b) Hak pengelolaan dibuktikan dengan penetapan pemberian

Hak Pengelolaan oleh pejabat yang berwenang. Hak

tersebut berupa diterbitkannya Surat Keputusa Pemberian

10

Ibid., hlm 36-37

Page 52: Tesis - repository.ub.ac.idrepository.ub.ac.id/9716/1/Safitri Dwi Wulansari.pdf · Kerangka teoritik dalam tesis ini adalah teori kepastian hukum, teori perlindungan hukum dan teori

Hak Pengelolaan Oleh Kepala Badan Pertanahan Nasional

Republik Indonesia.

c) Tanah wakaf dibuktikan dengan akta akta ikrar wakaf

d) Hak milik satuan rumah susun dibuktikan dengan akta

pemisahan.

e) Pemberian Hak Tanggungan dibuktikan dengan akta

pemberian hak tanggungan.Akta pemberian hak

tanggungan menurut Pasal 1 angka 5 UU No 4 Tahun 1996

adalah akta PPAT yang berisi pemberian Hak Tanggungan

kepada kreditor tertentu sebagai jaminan untuk pelunasan

piutangnya.

Pendaftaran tanah yang memiliki tujuan utama yaitu agar ada kepastian

hukum dan perlindungan hukum kepada pemegang hak. Pemegang hak nantinya

akan memang suatu surat sebagai tanda bukti kepemilikannya. Surat tersebut

disebut sertfikat. Sertifikat adalah salinan buku tanah dan surat ukur setelah

dijahit menjadi satu bersama-sama dengan suatu berkas sampul yang bentuknya

ditetapkan oleh Menteri Agraria.11

Sertifikat diterbitkan oleh Kantor Pertanahan

Kabupaten/Kota. Untuk ha katas tanah atau hak milik atas satuan rumah susun

yang dipunyai oleh satu orang, sertifikat hanya boleh diserahkan kepada pihak

yang namanya tercantum dalam buku tanah yang bersangkutan Sebagai pemegang

ha katas tanah kepada pihak lain yang dikuasakan olehnya.12

Sedangkan untuk

11

Ibid hlm 42 12

Ibid., hlm 43

Page 53: Tesis - repository.ub.ac.idrepository.ub.ac.id/9716/1/Safitri Dwi Wulansari.pdf · Kerangka teoritik dalam tesis ini adalah teori kepastian hukum, teori perlindungan hukum dan teori

hak tanggungan sertfikat diterimakan kepada pihak yang namanya tercantum

dalam buku tanah yang bersangkutan atau kepada pihak lain yang dikuasakan.13

e. Peralihan Hak Atas Tanah

Perbuatan hukum jual beli hak atas tanah menurut R. Subekti akan timbul

dua kewajiban yaitu kewajiban penjual dan kewajiban pembeli. Kewajiban

penjual adalah untuk menyerahkan barang yang dijual dalam hal ini adalah hak

atas kepemililak sebidang tanah berserta bangunannya dan hak pembeli untuk

membayar harga yang telah disepakati oleh kedua belah pihak.

Peralihan hak atas tanah berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 24

Tahun 1997, pada Pasal 37 menyebutkan bahwa peralihan hak atas tanah yang

melalui suatu perbuatan hukum jual beli, tukar menukar, hibah, pemasukan dalam

perusahaan dan perbuatan hukum pemidahan hak lainnya, kecuali pemindahan

hak melalui lelang, hanya dapat didaftarkan jiak dibuktikan dengan akta yang

dibuat oleh PPAT yang berwenang menurut ketentuan perundang-undangan yang

berlaku.

Peralihan hak karena jual beli artinya harus dibuat dengan akta autentik yang

dibuat oleh pejabat yang berwenang dalam hal ini PPAT yang masih menjabat

sebagai seorang PPAT. Akta tersebut biasa disebut akta jual beli. Apabila

peralihan hak tersebut tidak dapat dibuktikan dengan adanya akta jual beli maka

peralihan tersebut tidak dapat dilaksanakan.

f. Sertifikat Sebagai Tanda Bukti Hak

Salah satu tujuan dari pendaftaran tanah adalah untuk memberikan kepastian

hukum dan perlindungan hukum bagi pemegang hak atas suatu bidang tanah,

13

Ibid., hlm 43

Page 54: Tesis - repository.ub.ac.idrepository.ub.ac.id/9716/1/Safitri Dwi Wulansari.pdf · Kerangka teoritik dalam tesis ini adalah teori kepastian hukum, teori perlindungan hukum dan teori

satuan rumah susun dan hak-hak lain yang terdaftar agar dengan mudah

membuktikan dirinya merupakan pemegang hak. Dalam Pasal 19 Ayat 2 Huruf C

UUPA kegiatan pendaftaran tanah yang diadakan oleh pemerintah adalah

pemberian surat tanda bukti hak, yang berlaku sebagai alat bukti yang sah dan

kuat. Sertifikat merupakan istilah yang digunakan untuk menyebutkan surat tanda

bukti. Istilah sertifikat diatur dalam Pasal 1 Angkat 20 Peraturan Pemerintah

Nomor 24 Tahun 1997.

Sertifikat diterbitkan oleh Kantor Pertanahan Kabupaten/Kota. Berdasarkan

ketentuan Pasal 32 Ayat 1 PP No 24 Tahun 1997, sistem publikasi pendaftaran

tanah yang dianut di Indonesia adalah sistem publikasi negatif, yaitu sertifikat

hanya merupakan surat tanda bukti hak yang bersifat kuat dan bukan merupakan

surat tanda bukti yang bersifat mutlak. Hal ini berarti bahwa data fisik dan data

yuridis yang tercantum dalam sertifikat mempunyai kekuatan hukum dan harus

diterima oleh hakim sebegai keterangan yang benar selama dan sepanjang tidak

ada alat bukti lain yang membuktikan sebaliknya. Dengan demikian

pengadilanlah yang berwenang untuk memutuskan alat bukti mana yang benar

dan apabila sertifikat tersebut tidak benar, maka diadakan perubahan dan

pemebetulan sebagaimana mestinya. 14

Pasal 32 ayat 1 tadi menunjukkan bahwa terdapat kelemahan atas sertifikat,

namun untuk memberikan perlindungan hukum bagi pemegang hak dan

menjadikannya sebagai alat bukti yang mutlak yaitu dibuatlah ketentuan Pasal 32

ayat 2 PP No 24 tahun 1997 yaitu, sertifikat sebagai surat tanda bukti yang

bersifat mutlak apabila memenuhi unsur-unsur sertifikat diterbitkan secara sah

14

Ibid, hlm 45

Page 55: Tesis - repository.ub.ac.idrepository.ub.ac.id/9716/1/Safitri Dwi Wulansari.pdf · Kerangka teoritik dalam tesis ini adalah teori kepastian hukum, teori perlindungan hukum dan teori

atas nama atau badan hukum, tanah diperoleh dengan itikad baik dan tanah

dikuasai secara nyata, dan dalam jangka waktu 5 tahun sejak diterbitkannya tidak

ada yang mengajukan kebeatan secara tertulis kepada pemegang sertifikat dan

Kepala Kantor Pertanahan Kabupaten/Kota setempat ataupun tidak mengajukan

gugatan ke pengadilan mengenai penguasaan tanah atau penerbitan sertifikat.

g. Perjanjian Pengikatan Jual Beli

Dasar hukum dari suati Perjanjian pengikatan jual beli adalah Pasal 1320

KUHperdata yaitu syarat sahnya perjanjian. Karena untuk peraturan yang secara

spesifik mengatur mengenai perjanjian pengikatan jual beli ini tidak ada.

Perjanjian pengikatan jual beli timbul karena adanya suatu kebiasaan yang terjadi

didalam masyarakat pada saat terjadi transaksi jual beli sebidang tanah. Herlien

budiono secara spesifik memberikan batasan mengenai perjanjian pengikatan jual

beli (PPJB) sebagai berikut:

“perjanjian pengikatan jual beli adalahh perjanjian bantuan yang berfungsi sebagai

perjanjian pendahuluan dan bentuknya bebas. Pada umumnya suatu PPJB

mengandung janji-janji yang harus dipenuhi terlebih dahulu oleh salah satu pihak

atau para pihak sebelum dapat dilakukannya perjanjian pokok yang merupakan

tujuan akhir dari para pihak”.15

Perjanjian pengikatan jual beli ini timbul karena pembayaran yang

dilakukan oleh pembeli belum lunas karena pembayarannya dilakukan secara

bertahap. Dalam pembayaran secara bertahap maka diperlukannya suatu ikatan

yang mengikat keduanya agar tidak tidak cidera janji diantara keduanya.

Perjanjian pengikatan jual beli dituangkan didalam Akta yang dibuat oleh Notaris.

15

Herlien Budiono, Asas Keseimbangan Bagi Hukum Kontrak di Indonesia (Hukum

Kontrak Berdasar-kan atas Asas Hukum Indonesia), (Media Notariat: Januari-Maret 2002), hlm. 54-

55.

Page 56: Tesis - repository.ub.ac.idrepository.ub.ac.id/9716/1/Safitri Dwi Wulansari.pdf · Kerangka teoritik dalam tesis ini adalah teori kepastian hukum, teori perlindungan hukum dan teori

Pada pengikatan jual beli tesebut haruslah memuat jelas, subyek, obyek jual beli,

harga obyek, jangka waktu pembayaran dan sanksi apa yang didapatkan apabila

terjadi cidera janji sebelum adanya pelunansan. Pada pengikatan jual beli dalam

akta sebaiknya memberikan ketentuan sebagai berikut :

1. Apabila pembeli lalai melakukan pembayaran secara tepat waktu,

hal tersebut dibuktikan dari waktu tanggal yang telah disepakati

oleh keduanya maka perjanjian ini batal demi hukum, dan sebagai

akibatnya uang muka yang sudah dibayarkan pembeli menjadi

hilang.

2. Sertfikat asli dikembalikan kepada penjual

3. Pembeli menyatakan bahwa ia tidak akan memberikan tuntutan

hukum apapun atas batalnya perjanjian karena hal tersebut

dilakukan atas kesepakatan bersama.

Setelah pengikatan jual beli tersebut berakhir, maka harus segera dibuat

akta jual beli dihadapan PPAT yang berwenang. Karena apabila tidak segera

dibuat akta jual beli tersebut maka sertifikat yang merupak bukti yang sah tidak

dapat dibalik nama menjadi atas nama pembeli. Apabila tidak ada balik nama

tersebut secara yuridis kepemilikan atas tanah tersebut masih milik penjual

walaupun secara fisik memang dikuasai oleh pembeli.

A. Kajian Pustaka Tentang Hukum Jaminan

a. Pengertian Hukum Jaminan

Hukum jaminan diatur pada KUHPerdata, KUHD dan aturan

undang-undang lainnya yang mengatur secara khusus tentang

Page 57: Tesis - repository.ub.ac.idrepository.ub.ac.id/9716/1/Safitri Dwi Wulansari.pdf · Kerangka teoritik dalam tesis ini adalah teori kepastian hukum, teori perlindungan hukum dan teori

jaminan.Pasal 1131 KUHperata menjelaskan bahwa segela kebendaan si

berutang, baik yang bergerak maupun tidak bergerak, baik sudah ada

maupun yang baru aka nada dikemudian hari, menjadi tanggungan untuk

segara perikatan perseorangan. Artinya apabila seseorang yang memiliki

hutang, maka benda-benda yang ia miliki baik benda bergerak maupun

tidak bergerak menjadi suatu jaminan kepada pemberi hutang. Hukum

jaminan mengatur mengenai beberapa lembaga yang berwenang untuk

mengatur jaminan.Gadai merupakan salah satu lembaga jaminan yang

dapat digunakan untuk mengikat objek jaminan utang berupa benda

bergerak.Sedangkan untuk lembaga jaminan yang mengatur mengenai

jaminan berupa tanah disebut hak tanggungan.Hak tanggungan diatur

khusus dalam Undang-undang Nomor 4 Tahun 1996, dengan berlakunya

undang-undang ini maka hipotek yang diatur dalam KUHPerdata dan

credit verband yang sebelumnya untuk mengatur jaminan berupa tanah

sudah tidak berlaku.

b. Hak Tanggungan

Hak tanggungan diatur khusus dalam Undang-undang Nomor 4

tahun 1996, pengertian hak tanggungan adalah :

Hak Tanggungan atas tanah beserta benda-benda yang berkaitan

dengan tanah, yang selanjutnya disebut Hak Tanggungan, adalah

hak jaminan yang dibebankan pada hak atas tanah sebagaimana

dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang

Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria, berikut atau tidak berikut

benda-benda lain yang merupakan satu kesatuan dengan tanah itu,

untuk pelunasan utang tertentu, yang memberikan kedudukan yang

diutamakan kepada kreditor tertentu terhadap kreditor-kreditor

lain;

Page 58: Tesis - repository.ub.ac.idrepository.ub.ac.id/9716/1/Safitri Dwi Wulansari.pdf · Kerangka teoritik dalam tesis ini adalah teori kepastian hukum, teori perlindungan hukum dan teori

Ciri-ciri dan fungsi hak tanggungan adalah :

1) Memberikan kedudukan yang diutamakan atau didahului kepada

pemeganganya. Artinya ada hak istimewa untuk Artinya ada hak

istimewa untuk pemegang hak tanggungan ini. Hak untuk

diutamakan itu berfungsi apabila nantinya ada sengketa atas tanah

tersebut, maka pemegang hak memiliki hak untuk didahulukan

untuk mengeksekusi tanah tersebut.

2) Selain adanya kedudukan yang diutamakan, ciri-ciri dari hak

tanggungan adalah objek jaminan hutang tersebut akan selalu

mengikuti tangan siapapu objek itu berapa. Artinya bila objek

jaminan hutang yang diikat oleh hak tanggungan beralih ke pihak

lain karena suatu sebab seperti pewarisan, penjualan, penghibahan

dan sebab lainnya, pembebanan hak tanggungan atas objek

jaminan utang tersebut tetap melekat,16

3) Mudah dan pasti pelaksanaan eksekusinya, apabil debitur

melakukan wanprestasi yaitu tidak melunasi utangnya sesuai

dengan yang diperjanjikan kepada kreditor, kreditor yang

bersangkutan berhak melakukan eksekusi atas objek jaminan yang

diikat dengan hak tanggungan.17

Ekseskusinya sendiri dapat

ditempuh dengan beberapa cara, yaitu 18

: cara pertama eksekusi

berdasarkan hak pemegang hak tanggungan peringkat pemegang

16

M Bahsan, Hukum Jaminan dan Jaminan Kredit Perbankan Indonesia(Jakarta: PT Raja

Grafindo Persada, 2007) Hlm 23 17

Ibid .,hlm 24 18

Ibid .,hlm 25

Page 59: Tesis - repository.ub.ac.idrepository.ub.ac.id/9716/1/Safitri Dwi Wulansari.pdf · Kerangka teoritik dalam tesis ini adalah teori kepastian hukum, teori perlindungan hukum dan teori

hak tanggungan ini. Hak untuk diutamakan itu berfungsi apabila

nantinya ada sengketa atas tanah tersebut, maka pemegang hak

memiliki hak untuk didahulukan untuk mengeksekusi tanah

tersebut. pertama untuk menjual objek hak tanggungan atas

kekuasaan sendiri melalu pelelangan umum dan kemudian

mengambil pembayaran piutangnya dari hasil penjualan. Yang

kedua berdasarkan titel eksekutorial yang terdapat dalam sertifikat

hak tanggungan sesuai dengan irah-irah yang mencantumkan kata-

kata “Demi Keadilan Berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa”

mempunyai kekuatan eksekutorial yang sama dengan putusan

pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hokum yang tetap dan

berlaku.

Objek Hak Tanggungan19

:

1) Hak atas tanah yang dapat dibebani hak tanggungan adalah hak

milik, hak guna usaha dan hak guna bangunan.

2) Hak pakai atas Negara

3) Hak tanggungan dapat juga dibebankan pada ha katas tana berikut

bangunan tanaman dan hasil karya yang telah ada atau aka nada

yang merupakan satu kesatuan dengan tanah tersebut, dan yang

merupakan milik pemegang hak atas tanah yang pembebanannya

dengan tegas dinyatakan dalam akta Pemberian Hak tanggungan

yang bersangkutan. (Pasal 4 Ayat 4)

19

Ibid., hlm 27

Page 60: Tesis - repository.ub.ac.idrepository.ub.ac.id/9716/1/Safitri Dwi Wulansari.pdf · Kerangka teoritik dalam tesis ini adalah teori kepastian hukum, teori perlindungan hukum dan teori

4) Objek hak tanggungan dapat dibebani lebih dari satu hak

tanggungan guna menjamin pelunasan lebih dari satu hutang.

B. Kajian Pustaka Tentang Akta Autentik

a. Pengertian Akta

Pengertian akta autentik diatur dalam Buku Keempat KUHPerdata

BAB II Tentang Pembuktian dengan tulisan khususnya dalam Pasal 1868.

Sebelum memasuki pengertian akta autentik,perlu diketahui

terlebih dahulu pengertian mengenai akta yang disebutkan oleh beberapa

ahli hukum, yaitu :

a) Sudikno Mertokusuno : Akta adalah surat yang diberi tanda

tangan yang memuat peristiwa-peristiwa yang menjadi

dasar suatu hak atau perikatan, yang dibuat sejak semula

dengan sengaja untuk pembuktian.

b) A Pitlo : Akta adalah surat yang ditandatangani, diperbuat

untuk dipakai sebagai bukti, dan untuk dipergunakan oleh

orang yang memiliki kepentingan atas surat tersebut.

Berdasarkan pengertian yang telah dituliskan oleh para ahli,akta

adalah suatu surat yang ditandatangani oleh para pihak guna nantinya

dapat digunakan sebagai bukti.

Akta berfungsi sebagai alat bukti dengan kategori alat bukti

tulisan. Akta termasuk sebagai salah satu bukti tulisan dibagi kembali

menjadi 2 bagian, yaitu :

a) Surat yang berbentuk alat bukti

Page 61: Tesis - repository.ub.ac.idrepository.ub.ac.id/9716/1/Safitri Dwi Wulansari.pdf · Kerangka teoritik dalam tesis ini adalah teori kepastian hukum, teori perlindungan hukum dan teori

b) Surat-surat lain yang bukan berbentuk akta.20

Persyaratan pembuat akta haruslah memenuhi beberapa syarat sebagai

berikut :

a) Surat itu harus ditandatangani;

b) Surat itu harus memuat peristiwa-peristiwa yang menjadi dasar

suatu hak atau perikatan;dan

c) Surat itu diperuntukan sebagai barang bukti.21

Akta terbagi menjadi 2 jenis yaitu akta dibawah tangan dan akta autentik.

Akta dibawah tangan berdasarkan Pasal 1874 KUHPerdata adalah akta yang

ditandatangani dibawah tangan,seperti surat-surat, register,register, surat-surat

urusan rumah tangga, dan lain-lain tulisan yang dibuat tanpa perantaraan seorang

pegawai umum. Artinya akta dibawah tangan adalah akta yang sengaja dibuat

oleh kedua belah pihak tanpa adanya perantaraan pejabat umum yang berwenang

maka dari itu kekuatan pembuktiannya hanya sebatas pihak-pihak yang membuat

saja. Sedangkan akta autentik adalah akta yang pembuatannya dari awal dimulai

dari tindakan menghadap sampai pada akhir atau penandatanganan akta itu

semuanya tunduk pada aturan-aturan hukum dalam hal ini tunduk pada aturan

Undang-undang Jabatan Notaris. Pasal 1868 berbunyi :

“Suatu akta autentik adalah suatu akta yang didalamnya bentuk yang

ditentukan oleh undang-undang dibuat oleh atau dihadapan pegawa-

pegawai umum yang berkuasa untuk itu ditempat dimana akta itu

dibuatnya”.

b. Syarat-syarat Pembuatan Akta Autentik

20

Sjaifurrachman, Aspek Pertanggungjawaban Notaris Dalam Pembuatan Akta (Bandung: Cv

MandarMaju, 2011). hlm 100 21

Ibid.,hlm 100

Page 62: Tesis - repository.ub.ac.idrepository.ub.ac.id/9716/1/Safitri Dwi Wulansari.pdf · Kerangka teoritik dalam tesis ini adalah teori kepastian hukum, teori perlindungan hukum dan teori

a) Akta harus dibuat dalam bentuk yang ditentukan oleh undang-undang.

Artinya jika bentuknya tidak ditentukan oleh undang-undang maka salah

satu unsur akta autentik itu tidak terpenuhi dan jika tidak terpenuhi unsur

dari padanya maka tidak akan pernah ada yang disebut dengan akta

autentik.22

b) Akta itu harus dibuat oleh pejabat umum yang berwenang seperti Notaris,

seorang hakim, panitera, juru sita dalam suatu pengadilan, seorang

pegawai catatan sipil.

c) Bahwa akta itu dibuat oleh atau dihadapan pejabat umum yang berwenang

untuk membuatnya ditemoat dimana akta itu dibuat.

C. Kajian Pustaka Tentang Tugas Dan Wewenang Notaris

a. Pengertian Notaris

Undang-undang Nomor 2 Tahun 2014 Tentang Perubahan Atas Undang-

undang Nomor 30 Tahun 2004 Tentang Jabatan Notaris mengatur mengenai

pengertian, tugas dan wewenang dari seorang notaris. Notaris adalah pejabat

umum yang berwenang untuk membuat akta autentik kewenangan lainnya

sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang ini atau berdasarkan undang-

undang lainnya, hal tersebut diatur dalam Pasal 1 Ayat 1 UUJN. Selain Notaris

adapula istilah pejabat sementara notaris yaitu seorang yang untuk untuk

sementara menjabat sebagai Notaris untuk menjalankan jabatan dari Notaris yang

22

Ibid., hlm 107

Page 63: Tesis - repository.ub.ac.idrepository.ub.ac.id/9716/1/Safitri Dwi Wulansari.pdf · Kerangka teoritik dalam tesis ini adalah teori kepastian hukum, teori perlindungan hukum dan teori

meninggal dunia (Pasal 1 Ayat 2 UUJN). Notaris pengganti adalah seorang yang

untuk sementara diangkat sebagai Notaris untuk menggantikan Notaris yang

sedang cuti, sakit, atau untuk sementara berhalangan menjalankan jabatannya

sebagai Notaris (Pasal 1 ayat 3 UUJN). Produk yang dibuat oleh notaris adalah

akta notaris, akta notaris dalam Pasal 1 ayat 7 adalah akta autentik yang dibuat

oleh atau di hadapan Notaris menurut bentuk dan tata cara yang ditetapkan dalam

Undang-Undang ini.

Syarat-syarat untuk dapat menjadi notaris diatur dalam Pasal 3 UUJN adalah :

a. warga negara Indonesia;

b. bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa;

c. berumur paling sedikit 27 (dua puluh tujuh) tahun;

d. sehat jasmani dan rohani yang dinyatakan dengan surat keterangan sehat

dari dokter dan psikiater;

e. berijazah sarjana hukum dan lulusan jenjang strata dua kenotariatan;

f. telah menjalani magang atau nyata-nyata telah bekerja sebagai karyawan

Notaris dalam waktu paling singkat 24 (dua puluh empat) bulan berturut-turut

pada kantor Notaris atas prakarsa sendiri atau atas rekomendasi Organisasi

Notaris setelah lulus strata dua kenotariatan;

g. tidak berstatus sebagai pegawai negeri, pejabat negara, advokat, atau tidak

sedang memangku jabatan lain yang oleh undang-undang dilarang untuk

dirangkap dengan jabatan Notaris; dan

Page 64: Tesis - repository.ub.ac.idrepository.ub.ac.id/9716/1/Safitri Dwi Wulansari.pdf · Kerangka teoritik dalam tesis ini adalah teori kepastian hukum, teori perlindungan hukum dan teori

h. tidak pernah dijatuhi pidana penjara berdasarkan putusan pengadilan yang

telah memperoleh kekuatan hukum tetap karena melakukan tindak pidana

yang diancam dengan pidana penjara 5 (lima) tahun atau lebih.

b. Tugas Notaris

Tugas notaris diatur dalam Pasal 16 UUJN, yang dimana notaris

wajib untuk melakukan :

a) bertindak amanah, jujur, saksama, mandiri, tidak berpihak, dan

menjaga kepentingan pihak yang terkait dalam perbuatan hukum;

b) membuat Akta dalam bentuk Minuta Akta dan menyimpannya

sebagai bagian dari Protokol Notaris;

c) melekatkan surat dan dokumen serta sidik jari penghadap pada

Minuta Akta;

d) mengeluarkan Grosse Akta, Salinan Akta, atau Kutipan Akta

berdasarkan Minuta Akta;

e) memberikan pelayanan sesuai dengan ketentuan dalam Undang-

Undang ini, kecuali ada alasan untuk menolaknya;

f) merahasiakan segala sesuatu mengenai Akta yang dibuatnya dan

segala keterangan yang diperoleh guna pembuatan Akta sesuai

dengan sumpah/janji jabatan, kecuali undang-undang menentukan

lain;

g) menjilid Akta yang dibuatnya dalam 1 (satu) bulan menjadi buku

yang memuat tidak lebih dari 50 (lima puluh) Akta, dan jika

jumlah Akta tidak dapat dimuat dalam satu buku, Akta tersebut

Page 65: Tesis - repository.ub.ac.idrepository.ub.ac.id/9716/1/Safitri Dwi Wulansari.pdf · Kerangka teoritik dalam tesis ini adalah teori kepastian hukum, teori perlindungan hukum dan teori

dapat dijilid menjadi lebih dari satu buku, dan mencatat jumlah

Minuta Akta, bulan, dan tahun pembuatannya pada sampul setiap

buku;

h) membuat daftar dari Akta protes terhadap tidak dibayar atau tidak

diterimanya surat berharga;

i) membuat daftar Akta yang berkenaan dengan wasiat menurut

urutan waktu pembuatan Akta setiap bulan;

j) mengirimkan daftar Akta sebagaimana dimaksud dalam huruf i

atau daftar nihil yang berkenaan dengan wasiat ke pusat daftar

wasiat pada kementerian yang menyelenggarakan urusan

pemerintahan di bidang hukum dalam waktu 5 (lima) hari pada

minggu pertama setiap bulan berikutnya;

k) mencatat dalam repertorium tanggal pengiriman daftar wasiat pada

setiap akhir bulan;

l) Mempunyai cap atau stempel yang memuat lambang negara

Republik Indonesia dan pada ruang yang melingkarinya dituliskan

nama jabatan, dan tempakedudukan yang bersangkutan;

m) membacakan Akta di hadapan penghadap dengan dihadiri oleh

paling sedikit 2 (dua) orang saksi, atau 4 (empat) orang saksi

khusus untuk pembuatan Akta wasiat di bawah tangan, dan

ditandatangai pada saat itu juga oleh penghadap, saksi, dan

Notaris; dan

n) menerima magang calon Notaris.

Page 66: Tesis - repository.ub.ac.idrepository.ub.ac.id/9716/1/Safitri Dwi Wulansari.pdf · Kerangka teoritik dalam tesis ini adalah teori kepastian hukum, teori perlindungan hukum dan teori

Selain dari penjelasan diatas, notaris juga memiliki kewajiban lainnya yaitu

notaris wajib mempunyai hanya satu kantor saja, notaris juga wajib memberikan

jasa hukum di bidang kenotariatan apabila ada seseorang yang membutuhkan

bantuan namun tidak memiliki dana. Notaris dalam pembuatan akta notaris harus

sesuai dengan format yang telah ditentukan oleh undang-undang.

c. Kewenangan Notaris

Tugas utama notaris diatur dalam Pasal 15 UUJN yaitu :

“Notaris berwenang membuat Akta autentik mengenai semua perbuatan,

perjanjian, dan penetapan yang diharuskan oleh peraturan perundang-undangan

dan/atau yang dikehendaki oleh yang berkepentingan untuk dinyatakan dalam

Akta autentik, menjamin kepastian tanggal pembuatan Akta, menyimpan Akta,

memberikan grosse, salinan dan kutipan Akta, semuanya itu sepanjang pembuatan

Akta itu tidak juga ditugaskan atau dikecualikan kepada pejabat lain atau orang

lain yang ditetapkan oleh undang-undang.”

Tugas notaris yang utama adalah membuat suatu akta autentik yang

dimana akta autentik tersebut harus dibuat sesuai dengan peraturan perundang-

undangan dan harus dibuat oleh notaris yang masih menjabat.

d. Masa Jabatan Notaris

Notaris berhenti atau diberhentkan dari jabatanya berdasarkan Undang-

undang Jabatan Notaris dijelaskan pada Pasal 8 yaitu :

1. Meninggal dunia

2. Telat berumur 65 (enam puluh lima) tahun

3. Permintaan sendiri

4. Tidak mampu secara rohani dan/atau jasmani untuk melaksanakan

tugas jabatan notaris terus menerus lebih dari 3 tahun

5. Merangkap jabatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf g

Page 67: Tesis - repository.ub.ac.idrepository.ub.ac.id/9716/1/Safitri Dwi Wulansari.pdf · Kerangka teoritik dalam tesis ini adalah teori kepastian hukum, teori perlindungan hukum dan teori

Pasal 8 ayat 2 menjelaskan pula bahwa notaris dapat melakukan

pengajuan perpanjangan atas jabatannya selama 2 tahun yaitu hingga umur

67 dengan mengajukan permohan, hal tersebut dengan ketentuan

permohanan tersebut disetujui Kementrian Hukum dan HAM.

Page 68: Tesis - repository.ub.ac.idrepository.ub.ac.id/9716/1/Safitri Dwi Wulansari.pdf · Kerangka teoritik dalam tesis ini adalah teori kepastian hukum, teori perlindungan hukum dan teori

BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Posisi Kasus

Pada tanggal 18 Juli 2013 Pengunggat atas nama Jubaidah alias Ny Cing Tien

mengajukan gugatan di Kepaniteraan Pengadilan Tata Usaha Negara yang dimana

dalam gugatannya penggugat merasa dirugikan dengan adanya peralihan hak milik atas

tanah dengan sertifikat atas nama Yongki Wirawan tanpa adanya pesetujuan dan

sepengetahuan para ahli waris. Peralihan tersebut menimbulkan kerugian bagi ahli waris

yaitu saudara-saudara dari Bapak Yongki Wirawan. Semasa hidupnya Yongki Wirawan

tidak pernah melangsungkan sebuah perkawinan dan tidak pernah mengangkat anak,

dengan demikian harta warisan jatuh kepada saudara-saudaranya. Penggugat dalam hal

ini menuntut untuk dibatalkannya penerbitan sertifikat oleh pihak BPN dan

membatalkan peralihan hak milik atas tanah tersebut, dan mengembalikan hak milik

tersebut menjadi atas nama Yongki Wirawan. Tuntutan dari pihak ahli waris dikabulkan

oleh Pengadilan Tata usaha Negara Surabaya dengan mempertimbangkan beberapa hal.

Pertama yang dijadikan pertimbangan adalah pembuatan perjanjian pengikatan jual beli

yang merupakan dasar pembuatan akta jual beli dibuat tidak dihadapan Notaris yang

masih menjabat dan pada saat tanda tangan perjanjian pengikatan jual beli tersebut tidak

dibuat dihadapan Notarisnya. Perjanjian pengikatan jual beli tersebut dibuat oleh

Notaris Slamet Soepratikno.

Pensiunnya Notaris tersebut dibuktikan dengan adanya surat dari Dirjen AHU

Kemenkumhan RI No AHU.2.Ah.02.03.02 tanggal 7 oktober bahwa Notaris telah

Page 69: Tesis - repository.ub.ac.idrepository.ub.ac.id/9716/1/Safitri Dwi Wulansari.pdf · Kerangka teoritik dalam tesis ini adalah teori kepastian hukum, teori perlindungan hukum dan teori

pensiun dan perpanjangan masa jabatannya tidak disetujui oleh Kementrian Hukum dan

HAM. Perjanjian pengikatan jual beli yang dibuat oleh Notaris yang pensiun berdampak

pula pada produk setelahnya, dalam hal ini adalah akta jual beli yang dijadikan dasar

peralihan hak. Berdasarkan Pasal 103 Ayat 2 Permen Agraria No 03 Tahun 1997

menyebutkan bahwa akta tentang perbuatan hukum pemindahan hak yang bersangkutan

yang dibuat oleh PPAT yang pada waktu pembuatan akta masih menjabat dan didaerah

kerjanya meliputi letak tanah yang bersangkutan. Putusan Pengadilan Tata Usaha

Negara memutuskan bahwa menyatakan batal Keputusan Tata Usaha Negara yang

diterbitkan oleh pihak Tergugat dalam hal ini adalah Tergugat BPN yaitu sertifikat hak

milik atas nama Sugeng Sugiarto dan mewajibkan tergugat untuk mencabut sertifikat

hak milik. Berdasarkan putusan tersebut maka peralihan hak tersebut dibatalkan dan

keberadaan obyek sengketa tersebut kembali kepada keadaan semula.

B. Pertimbangan Hakim Pengadilan Tata Usaha Negara Atas pembatalan Sertifikat

Hak Milik Pada Putusan Pengadilan Tata Usaha Negara 126/6/2013PTUN

Surabaya.

Hakim memiliki kekuasan mutlak untuk mengambil suatu keputusan terhadapat

suatu perkara yang sedang terjadi. Dalam mengambil suatu keputusan hakim

mempertimbangkan mengenai beberapa hal yaitu :

1. Keputusan mengenai peristiwanya, apakah terdakwa telah melakukan

perbuatan yang dituduhkan kepadanya.

2. Keputusan mengenai hukumnya, apakah perbuatan yang dilakukan terdakwa

ini merupakan suatu tindak pidana dan apakah terdakwa bersalah dan dapat

dipidana

Page 70: Tesis - repository.ub.ac.idrepository.ub.ac.id/9716/1/Safitri Dwi Wulansari.pdf · Kerangka teoritik dalam tesis ini adalah teori kepastian hukum, teori perlindungan hukum dan teori

3. Keputusan mengenai pidananya, apabila terdakwa memang dapat dipidana.

Peradilan dilakukan “Demi Keadilan Berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa”

asas tersebut selalu dituliskan disetiap putusan pengadilan manapun. Peradilan negara

haruslah berdasarkan dengan keadilan yang berdasarkan Pancasila, artinya hakim dalam

memutuskan suatu putusan harus memberikan suatu keadilan dan kepastian hukum bagi

masyarakat. Terdapat beberapa kewajiban yang harus dilakukan oleh seorang hakim

dalan menjalankan tugas dan fungsinya, pada Pasal 3 Ayat 1 menyebutkan bahwa

hakim dalam menjalankan fungsi dan tugasnya wajib menjaga kemandirian peradilan,

dilanjutkan pada ayat 2 nya segala campur tangan pihak diluar urusan peradilan

dilarang, kecual sudah diatur dalam peraturan Perundang-undangan.

Pasal 5 Ayat 1 menyebutkan pula hakim dan hakim konstitusi wajib menggali,

mengikuti, dan memahami nilai-nilai hukum dan rasa keadilan yang hidup dalam

masyarakat, ayat 2 hakim dan hakim konstutusi wajib memiliki intergritas dan

kepribadian yang tidak tercela, jujur, adil, profesional dan berpengalaman dibidang

hukum.

Selain tugas dan kewajiban hakim, dalam Undang-undang kekuasaan kehakiman

menyebutkan bahwa pengadilan dilarang untuk menolak untuk memeriksa, mengadili

dan memutus suatu perkara yang diajukan dengan dalih bahwa hukum tidak ada atau

kurang jelas, melainkan wajib untuk memeriksa dan mengadilinya. Namun ketentuan

tersebut tidak menutup kemungkinan dengan adanya dalam perkara perdata yaitu suatu

perdamaian.

Peradilan di Indonesia terbagi atas beberapa jenis dengan tingkat yang berbeda,

yaitu : Peradilan Umum, peradilan agama, peradilan tata usaha negara dan peradilan

Page 71: Tesis - repository.ub.ac.idrepository.ub.ac.id/9716/1/Safitri Dwi Wulansari.pdf · Kerangka teoritik dalam tesis ini adalah teori kepastian hukum, teori perlindungan hukum dan teori

militer. Pengadilan tata usaha negara dan pengadilan tinggi tata usaha negara berada

dilingkup Peradilan Tata Usaha Negara. Pengaturan mengenai pengadilan tata usaha

negara diatur dalam Peraturan perundang-undangan Nomor 51 Tentang Peradilan Tata

Usaha Negara.

Tata usaha Negara berdasarkan ketentutan Pasal 1 Ayat 7 UU No 51 Tahun 2009

adalah administrasi negara yang melaksanakan fungsi untuk menyelenggarakan urusan

pemerintahan baik dipusat maupun didaerah. Selain itu dalam Pasal 1 Ayat 10

menyebutkan sengketa tata usaha negara adalah sengketa yang timbul dalam bidang tata

usaha negara antara orang atau badan hukum perdata dengan badan atau pejabat tata

usaha negara, baik dipusat maupun didaerah sebagai akibat dari dikeluarkannya

keputusan tata usaha negara, termasuk sengketa kepegaaian berdasarkan peraturan

perundang-undangan.

Pada pengadilan tata usaha negara mengenal istilah gugatan dan tergugat.

Gugatan disini adalah permohonan yang berisi tuntutan penggugat terhadap badan atau

pejabat negara tata usaha negara sedangkan tergugat adalah badan atau pejabat negara

yang mengeluarkan keputusan berdasarkan wewenang yang ada padanya atau yang

dilimpahkan kepadanya yang digugat oleh orang atau badan hukum perdata. Obyek dari

segketa yang dapat diajukan sebagai gugatan di Pengadilan Tata Usaha Negara adalah

suatu kebijakan atau produk yang dikeluarkan oleh Pejabat Negara baik perorangan

maupun badan hukum.

Keputusan dari Tata Usaha Negara adalah suatu penetapan tertulis yang

dikeluarkan oleh badan atau pejabat tata usaha negara yang berisi tentang tindakan

hukum tata usaha negara berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku,

Page 72: Tesis - repository.ub.ac.idrepository.ub.ac.id/9716/1/Safitri Dwi Wulansari.pdf · Kerangka teoritik dalam tesis ini adalah teori kepastian hukum, teori perlindungan hukum dan teori

yang bersifat konkret, individual, dan final, yang menimbulkan akibat hukum bagi

seseorang atau badan hukum perdata.

Badan Pertanahan Nasional merupakan lembaga pemerintah yang bertugas untuk

mengatur tentang pertanahan di Indonesia. Berdasarkan Peraturan Presiden Republik

Indonesia Nomor 17 Tahun 2015 tentang Kementerian Agraria dan Tata Ruang,

Kementerian Agraria dan Tata Ruang (ATR) mempunyai tugas menyelenggarakan

urusan pemerintahan di bidang agraria/pertanahan dan tata ruang untuk membantu

Presiden dalam menyelenggarakan pemerintahan negara. Dalam melaksanakan

tugasnya, Kementerian ATR menyelenggarakan fungsi:

1. perumusan, penetapan, dan pelaksanaan kebijakan di bidang tata ruang,

infrastruktur keagrariaan/pertanahan, hubungan hukum

keagrariaan/pertanahan, penataan agraria/pertanahan, pengadaan tanah,

pengendalian pemanfaatan ruang dan penguasaan tanah, serta penanganan

masalah agraria/pertanahan, pemanfaatan ruang, dan tanah;

2. koordinasi pelaksanaan tugas, pembinaan dan pemberian dukungan

administrasi kepada seluruh unsur organisasi di lingkungan Kementerian

Agraria dan Tata Ruang;

3. pengelolaan barang milik/kekayaan negara yang menjadi tanggung jawab

Kementerian Agraria dan Tata Ruang;

4. pengawasan atas pelaksanaan tugas di lingkungan Kementerian Agraria dan

Tata Ruang;

5. pelaksanaan bimbingan teknis dan supervisi atas pelaksanaan urusan

Kementerian Agraria dan Tata Ruang di daerah; dan

Page 73: Tesis - repository.ub.ac.idrepository.ub.ac.id/9716/1/Safitri Dwi Wulansari.pdf · Kerangka teoritik dalam tesis ini adalah teori kepastian hukum, teori perlindungan hukum dan teori

6. pelaksanaan dukungan yang bersifat substantif kepada seluruh unsur

organisasi di lingkungan Kementerian Agraria dan Tata Ruang.

Badan pertanahan nasional merupakan subyek dalam peradilan tata usaha negara,

yang artinya produk yang dikeluarkan oleh badan pertanahan nasional ini apabila terjadi

sengketa penyelesainnya dapat dilakukan melalui pengadilan tata usaha negara. Seperti

halnya yang terjadi dapat pada kasus atas penelitian ini, pada kasus ini hakim pengadilan

tata usaha negara membatalkan sertifikat yang dikeluarkan oleh badan pertanahan

nasional dikarenakan pada saat peralihannya akta jual beli yang sebagai dasar peralihan

terdapat cacat yuridis, istilah cacat yuridis ini digunakan oleh pengadilan tata usaha

negara karena adanya suatu proses administrasi yang tidak sesuai dengan peraturan

perundang-undangan yang berlaku. Obyek sengketa dari perkara ini adalah :

1) Sertifikat Hak Milik No 376/Kelurahan Bangilan, Kecamatan Purworejo, Kota Pasuruan,

Surat ukur No 03/Bangilan/2004 tanggal 17/06/2004 luas 209 m2 atas nama Y Irawan

terletak dijalan WR Supratman No 30 Pasuruan dengan batas-batas sebagai beriku :

a) Sebelah utara : Kantor Telkom

b) Sebelah timur : Rumah sdr Welem (keadaan kosong)

c) Sebelah barat : Toko Swalayan Citra

d) Sebelah Selatan : Jalan Raya Wr Supratman

Sertifikat tersebut telah berubah menjadi sertfikat Hak milik No 09/ Keluarahan

Bangilan, Kecamatan Punggungrejo, Kota Pasuruan Surat Ukur Nomor

9/Bangilan/2013 luas 209m2 atas nama Sugeng Sugiarto.

2) Sertipikat Hak Milik No. 1492/Kelurahan Kebonsari, Kecamatan Purworejo (sekarang

menjadi Kecamatan Punggungrejo), Kotamadya Pasuruan, Surat Uku No. 103/1990

Page 74: Tesis - repository.ub.ac.idrepository.ub.ac.id/9716/1/Safitri Dwi Wulansari.pdf · Kerangka teoritik dalam tesis ini adalah teori kepastian hukum, teori perlindungan hukum dan teori

tanggal 15-10-1990 luas 71 m2 atas nama YI WIRAWAN ditulis juga Y. WIRAWAN

terletak di Ruko Alun-Alun Selatan No. 5 Kota Pasuruan dengan batas-batas sebagai

berikut :

a) Sebelah Utara : Halaman Ruko ;

b) Sebelah Timur : Toko Duta Elektronik ;

c) Sebelah Barat : Kosong ;

d) Sebelah Selatan : Plasa kosong ;

Yang berdasarkan informasi telah berubah menjadi Sertipikat Hak Milik 45/

Kelurahan Kebonsari, Kecamatan Punggungrejo, Kota Pasuruan Surat Ukur No. 46/2013

luas 71 m2 Perubahan tanggal 23-4-2013 atas nama SUGENG SUGIARTO Perubahan

tanggal 23-4-2013 ;

3) Sertipikat Hak Milik No. 1675/Kelurahan Kebonsari, Kecamatan Purworejo, Kotamadya

Pasuruan, Surat Ukur No. 15/1994 tanggal 1-2-1994 luas 360 m2 atas nama YONGKY

WIRAWAN terletak di Jalan Wiroguno No. 20 Kota Pasuruan dengan batas-batas

sebagai berikut :

a) Sebelah Utara : Rumah Para Penduduk ;

b) Sebelah Timur : Jl. Wiroguno Gg.1 c

c) Sebelah Barat : Rumah Potong Ayam

d) Sebelah Selatan : Masjid Langgar ;

Yang berdasarkan informasi telah berubah menjadi Sertipikat Hak Milik No. 22/

Kelurahan Kebonsari, Kecamatan Punggungrejo, Kota Pasuruan, Surat Ukur No. 15/2013 luas

360 m2 Perubahan tanggal 25-1-2013 atas nama SUGENG SUGIARTO ;

Page 75: Tesis - repository.ub.ac.idrepository.ub.ac.id/9716/1/Safitri Dwi Wulansari.pdf · Kerangka teoritik dalam tesis ini adalah teori kepastian hukum, teori perlindungan hukum dan teori

4) Sertipikat Hak Milik No. 1494/Kelurahan Kebonsari, Kecamatan Purworejo Kotamadya,

Pasuruan, Surat Ukur No. 105/1990 tanggal 15-10-1990 luas 72 m2 atas nama YONGKY

WIRAWAN terletak di Ruko Alun-Alun Selatan No. 3 Kota Pasuruan dengan batas-batas

sebagai berikut :

a) Sebelah Utara : Halaman Ruko ;

b) Sebelah Timur : Shorum Sepeda Motor ;

c) Sebelah Barat : Toko Duta Elektronik ;

d) Sebelah Selatan : Kosong ;

Yang berdasarkan informasi telah berubah menjadi Sertipikat Hak Milik No. 13/

Kelurahan Kebonsari, Kecamatan Punggungrejo, Kota Pasuruan, Surat Ukur No. 04/2013 luas

72 m2 Perubahan tanggal 21-2-2013 atas nama SO GO BEN CHENG

Akta menurut A. Pitlo adalah surat yang ditandatangani, diperbuat untuk dipakai sebagai

bukti dan untuk dipergunakan oleh orang, untuk keperluan siapa surat itu dibuat.1 Sedangkan

menurut Sudikno Mertokusumo akta adalah surat yang diberi tanda tangan yang memuat

sebuah peristiwa yang akan menjadi dasar suatu hak atau perikatan dengan sengaja dan

digunakan sebagai suatu alat bukti. Akta terdiri dari 2 jenis yaitu akta autentik dan akta

dibawah tangan. Akta autentik merupakan akta yang dibuat oleh pejabat berwenang yaitu

notaris dan selanjutnya akan disebut akta notaris.

Akta Notaris adalah akta autentik yang dibuat oleh atau dihadapan Notaris menurut

bentuk dan tata cara yang ditetapkan dalam undang-undang ini. Artinya suatu akta disebut

akta autentik apabila pertama akta tersebut dibuat oleh pejabat yang berwenang dalam hal ini

salah satunya adalah notaris dan bentuk pada akta tersebut harus sesuai dengan ketentuan

undang-undang ini. Fungsi akta autentik adalah pertama sebagai syarat untuk menyatakan

1 A. Pilo, Pembuktian dan Daluwarsa, Alih Bahasa M. Isa Arief,(Jakarta: Intermasa, 1986) Hal 52

Page 76: Tesis - repository.ub.ac.idrepository.ub.ac.id/9716/1/Safitri Dwi Wulansari.pdf · Kerangka teoritik dalam tesis ini adalah teori kepastian hukum, teori perlindungan hukum dan teori

adanya suatu perbuatan hukum, contohnya akta jual beli dalam akta jual beli terdapat

perbuatan antara penjual dan pembeli yang dimana didalamnya terjadi peralihan hak atas

benda tersebut. Fungsi kedua adalah sebagai alat pembuktian. Isi pada akta tersebut

merupakan suatu pembuktian yang sah dan agar akta tersebut menjadi suatu alat bukti yang

sah akta tersebut harus memenuhi beberapa syarat yaitu : akta tersebut harus ditanda tangani,

akta itu harus memuat peristiwa-peristiwa yang menjadi dasar suatu hak atau perikatan dan

surat itu diperuntukan sebagai alat bukti. Dan fungsi ketiga adalah sebagai satu-satunya alat

bukti yang sah.

Terdapat beberapa pendapat dari beberapa ahli mengenai pengertian akta autentik.

Salah satunya adalah pendapat dari Victor M Situmorang bahwa suatu surat dapat disebut akta

apabila ditandatangai oleh pembuatannya dan apabila tidak ditandatangani maka surat itu

bukan akta. Hal tersebut dibenarkan pula oleh seorang ahli bernama Hamzah bahwa

pembubuhan tanda tangan terhadap suatu akta meruapaka suatu syarat yang mutlak dan

kewajiban. Akta harus memuat suatu peristiwa-peristiwa hukum yang akan menjadi dasar

suatu perikatan.

Akta dibawah tangan adalah salah satu jenis akta yang dapat dijadikan sebagai alat

bukti tulisan. Berdasarkan pasal 1867 KUH Perdata bahwa pembuktian dengan tulisan dapat

berupa tulisan-tulisan otentik maupun tulisan dibawah tangan. Akta dibawah tangan adalah

akta yang dibuat oleh para pihak sendiri dan tidak dibuat dan ditanda tangani oleh pejabat

umum yang berwenang. Oleh karena itu pembuktiannya hanya sebatas pihak-pihak yang

membuat saja. Akta dibawah tangan dapat dijadikan sebagai alat bukti yang sah apabila kedua

belah pihak mengakui isi akta dan tanda tangan yang ada pada akta tersebut. 2 Dengan

2 Sjaifurrachman, Aspek Pertanggungjawaban Notaris Dalam Pembuatan Akta (Bandung: Cv

MandarMaju, 2011).Hlm 102

Page 77: Tesis - repository.ub.ac.idrepository.ub.ac.id/9716/1/Safitri Dwi Wulansari.pdf · Kerangka teoritik dalam tesis ini adalah teori kepastian hukum, teori perlindungan hukum dan teori

demikian apabila dalam suatu sengketa salah satu pihak tidak mengakui isi akta dan tanda

tangan tersebut maka pihak yang bersengkata harus mencari alat bukti lain dan akta dibawah

tangan tersebut hanyalah sebagai permulaan pembuktian tulisan.

Dalam hal akta dibawah tangan dengan kewenangan jabatan notaris, notaris dapat

melakukan pendaftaran Waarmerking dan mensahkan legalisasi. Pada pasal 15 ayat 2 UUJN

mengatur mengenai pengesahan akta dibawah tangan oleh notaris, yaitu notaris berwenang

untuk mengesahkan tanda tangan dan menetapkan kepastian tanggal surat di bawah tangan

dengan mendaftar dalam buku khusus dan notaris berwenang untuk membubuhkan surat-surat

dibawah tangan dengan mendaftar dalam buku khusus.

Bentuk suatu akta notaris telah diatur Pasal 38 UUJN, suatu akta dapat dikata sebagai

akta notaris yaitu harus terdiri dari :

1. Awal akta atau Kepala akta, yang memuat :

a. Judul akta,

b. Nomor akta,

c. Jam, hari bulan dan tahun akta dan

d. Nama lengkap dan tempat kedudukan notaris.

2. Badan akta, yang memuat :

a. Nama lengkap, tempat dan tanggal lahir, kewarganegaraan, pekerjaan,

jabatan, kedudukan, tempat tinggal para penghadap dan/atau orang

yang mereka wakili

b. Keterangan mengenai kedudukan bertindak penghadap;

c. Isi akta yang merupakan kehendak dan keinginan dari para pihak yang

berkepentingan

Page 78: Tesis - repository.ub.ac.idrepository.ub.ac.id/9716/1/Safitri Dwi Wulansari.pdf · Kerangka teoritik dalam tesis ini adalah teori kepastian hukum, teori perlindungan hukum dan teori

d. Nama lengkap, tempat dan tanggal lahir serta pekerjaan, jabatan,

kedudukan dan tempat tinggal dari tiap-tiap saksi pengenal.

3. Akhir akta atau penutup akta, yang memuat :

a. Uraian tentang pembacaan akta sebagaimana dimaksud dalam pasal 16

ayat 1 hurud I atau pasal 16 ayat 7

b. Uraian tentang penandatanganan dan tempat penandatanganan atau

penerjemahan apabila ada;

c. Nama lengkap, tempat dan tanggal lahir, pekerjaan, jabatan,

kedudukan dan tempat tinggal dari tiap-tiap saksi akta;dan

d. Uraian tentang tidak adanya perubahan yang terjadi dalam pembuatan

akta atau uraian tentang adanya perubahan yang dapat berupa

penambahan, pencoretan atau penggantian.

Akta dapat dikatakan sebagai akta autentik harus berdasarkan ketentuan tersebut,

karena apabila bentuknya tidak sesuai dengan ketentuan tersebut maka akta tersebut

mengakibatkan akta tersebut hanya mempunyai kekuatan pembuktian dibawah tangan.

Selain pelanggaran dalam pasal 38 UUJN, apabila notaris juga melanggar

ketentuan pasal 16 ayat 1 huruf m, yaitu notaris wajib membacakan akta dihadapan

penghadap dengan dihadiri oleh paling sedikit 2 orang saksi atau 4 orang saksi khusus

untuk pembuatan akta wasiat di bawah tangan dan ditandatangani pada itu juga oleh

penghadap, saksi dan notaris. Karena sama halnya seperti bentuk tadi, apabila notaris

melanggar ketentuan pasal 16 ayat 1 huruf m maka kekuatan pembuktian atas akta

tersebut hanya akta dibawah tangan.

Page 79: Tesis - repository.ub.ac.idrepository.ub.ac.id/9716/1/Safitri Dwi Wulansari.pdf · Kerangka teoritik dalam tesis ini adalah teori kepastian hukum, teori perlindungan hukum dan teori

Pada kasus dalam penelitian ini terdapat beberapa pelanggaran yang dilakukan

oleh seorang notaris. Peralihan hak sebidang tanah pada dasarnya harus berdasarkan

suatu akta autentik yang dibuat oleh pejabat umum yang berwenang. Karena dalam

pasal 37 PP Nomor 24 Tahun 1997 menyebutkan peralihan hak atas tanah yang melalui

suatu perbuatan hukum jual beli, tukar menukar, hibah, pemasukan dalam perusahaan

dan perbuatan hukum pemindahan hak lainnya, kecuali pemindahan hak melalui lelang,

hanya dapat didaftarkan jika dibuktikan dengan akta yang dibuat oleh Pejabat yang

berwenang yaitu PPAT. Artinya apabila peralihan hak tersebut tidak dapat dibuktikan

secara tertulis didalam sebuah akta autentik maka peralihan tersebut tidak dapat

dilaksanakan dan hak tersebut tidak dapat dituangkan dalam sebuah sertifikat.

Perjanjian pengikatan jual beli adalah perjanjian permulaan antara penjual dan

pembeli dalam transaksi jual beli. Hal tersebut dilakukan karena adanya suatu hal yang

tidak terpenuhi untuk pembuatan akta jual beli. Salah satunya karena ada pembayaran

yang belum dapat dilunasi oleh pihak pembeli. Isi dari perjanjian pengikatan jual beli

adalah obyek dari jual beli, jangka waktu pembayaran dan harga dari sebidang tanah.

Klausul dalam perjanjian pengikatan jual beli terdapat klausul bahwa :

”Mulai hari ini obyek jual beli yang diuraikan dalam akta ini sepenuhnya

menjadi milik pihak kedua dengan demikian mulai hari ini segala

keuntungan dan hasil yang diperoleh adalah menjadi haknya pihak kedua

dan segala kerugian serta resiko yang diderita dan beban-beban isinya

tentang hal ini ditanggung oleh pihak kedua”

Pada klausul tersebut diterangkan bawah pada saat ditanda tanganinya akta

ini maka sebidang tanah ini sepenuhnya menjadi milik pembeli. Selain itu pada kasus

ini pihak penjual telah memberikan kuasa kepada pembeli untuk melakukan segala

hal urusan dan tindakan hukum baik yang menyangkut kepengurusan maupun

Page 80: Tesis - repository.ub.ac.idrepository.ub.ac.id/9716/1/Safitri Dwi Wulansari.pdf · Kerangka teoritik dalam tesis ini adalah teori kepastian hukum, teori perlindungan hukum dan teori

kepemilikan dan tidak ada yang dikecualikan agar obyek jual beli menurut akta ini

dapat dibalik nama menjadi hak dan milik atas nama pembeli. Selaian memberikan

kuasa untuk bertindak dalam hal balik nama dalam perjanjian pengikatan jual beli ini

juga memberikan kuasa jual kepada pihak pembeli apabila pembeli ingin menjual

obyek jual beli. Berdasarkan kuasa tersebut pembeli walaupun secara yuridis belum

memiliki hak atas sebidang tanah tersebut namun secara nyata yang bersangkutan

telah menguasai sebidang tanah tersebut.

Dampak dari adanya perjanjian pengikatan jual beli ini adalah penjual

dalam hal ini memiliki hak untuk melakukan balik nama atas sertifikat hak milik

tersebut. Apabila sertifikat tersebut telah berubah menjadi atas nama pembeli

maka hak kepemilikin menjadi milik pembeli. Perjanjian pengikatan jual beli

dalam praktik menjadi suatu dasar seorang notaris untuk membuat membuat suatu

akta jual beli karena untuk proses peralihan hak membutuhkan akta jual beli yang

dibuat oleh seorang PPAT.

Berdasarkan pembuktian yang diserahkan oleh pihak penggugat(ahli waris

dari pembeli) bahwa akta perjanjian pengikatan jual beli tersebut dibuat oleh

notaris yang sudah pensiun. Hal tersebut dibuktikan dengan Akta pernyataan

Nomor 01 Tanggal 06 Desember 2013 yang dibuat dihadapan Notaris Eka Nova

Linda SH, Notaris di Sidoarjo pada pokoknya menyatakan bahwa Notaris Slamet

Supratikno SH mengaku :

1. Telah membuat akta perjanjian pengikatan jual beli Nomor 33,35,37,

39 dan akta kuasa Nomor 34,36,38,40 kesemuanya tanggal 31 mei

2011.

Page 81: Tesis - repository.ub.ac.idrepository.ub.ac.id/9716/1/Safitri Dwi Wulansari.pdf · Kerangka teoritik dalam tesis ini adalah teori kepastian hukum, teori perlindungan hukum dan teori

2. Akta-akta tersebut dibuat atas permintaan Sugeng Sugiarto selaku

pembeli pada sekitar bulan Januari 2013, namun akta-akta tersebut

dibuat dengan tanggal mundur seolah-olah Slamet Supraktikno masih

menjalankan jabatan selaku Notaris/PPAT padahal yang bersangkutan

telah pensiun.

3. Bahwa tanda tangan penjual yaitu Yongki Wirawan dalam akta-akta

tersebut tidak dibuat dihadapan Slamet Supratikno karena Sugeng

Sugiarto menerangkan bahwa Yongki Wirawan tidak dapat hadir

menghadap karena sakit, dan Slamet Supratikno memberi ijin agar

minuta akta tersebut dibawa oleh Sugeng Sugiarto karena Sugeng

Sugiarto menunjukkan KTP asli Yongki Wirawan dan sertifikat asli,

setelah itu 3 hari kemudian minuta akta-akta tersebut dikembalikan

kepada Slamet Supratikno.

Bahwa dalam putusan pengadilan tata usaha menimbang bahwa Notaris

Slamet Supratikno berpendapat bahwa akta perjanjian tersebut yang tertulis dalam

akta pada tanggal 31 Mei 2011 adalah sebenarnya dibuat pada bulan Januari 2013

atau setidak-tidaknya dibuat pada tahun 2013, dimana Notaris/PPAT yang

membuat akta tersebut berdasarkan Surat dari Dirjen AHU Kemenkumham RI No

AHU.2.Ah.02.03-02 tanggal 7 Oktober) telah pensiun pada tanggal 10 Juni 2011

sedangkan permohonan perpanjangan masa jabatan Notaris/ PPATnya ditolak

oleh Kementrian Hukum dan HAM.

Atas hal tersebut hakim menimbang bahwa Akta perjanjian pengikatan

jual beli Nomor 34,36,38 dan 40 kesemuanya tanggal 31 Mei 2011 cacat yuridis

Page 82: Tesis - repository.ub.ac.idrepository.ub.ac.id/9716/1/Safitri Dwi Wulansari.pdf · Kerangka teoritik dalam tesis ini adalah teori kepastian hukum, teori perlindungan hukum dan teori

dan akta-akta sesudahnya adalah cacat yuriris pula. Cacat yuridis merupakan

istilah yang digunakan oleh Pengadilan Tata Usaha yang artinya adanya prosedur

adminitrasi yang tidak sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang

berlaku. Prosedur peralihan ini dikatakan cacat yuridis karena melanggar

ketentuan Pasal 37 ayat 1 Peraturan Pemerintah No 24 Tahun 1997 dan Pasal 103

ayat 2 huruf c Peraturan Menteri Agraria Nomor 3 Tahun 1997. Pasal 37 Ayat 1

Peraturan Pemerintah No 24 Tahun 1997.

Beberapa pertimbangan tersebutlah yang menjadi dasar hakim

membatalkan sertifikat yang dikeluarkan oleh Badan Pertanahan Nasional dan

berdasarkan putusan ini pihak badan pertanahan harus segera mencabut sertifikat

ini. Efek dari membatalan ini adalah hak atas sebidang tanah ini menjadi milik

pembeli.

Tabel 1.2

Rumusan Masalah

Apakah yang menjadi pertimbangan hakim Pengadilan Tata Usaha Negara atas

pembatalan sertifikat hak milik atas sebidang tanah pada Putusan Nomor 126/6/2013

PTUN Surabaya ?

No. Landasan Teori Hasil Penelitian Analisis

1. Teori Ratio Desidendi Akta perjanjian

pengikatan jual beli

No 33,35,37,39 dan

Akta kuasa No

34,36,38 dan 40

kesemuanya

tertanggal 31 Mei

2011 adalah cacat

yuridis dan akta-

Berdasakan teori

Ratio Desidendi

hakim berhak

memutuskan

perkara

berdasarkan segala

aspek yang terkait

dengan perkara ini.

Aspek yang terkait

Page 83: Tesis - repository.ub.ac.idrepository.ub.ac.id/9716/1/Safitri Dwi Wulansari.pdf · Kerangka teoritik dalam tesis ini adalah teori kepastian hukum, teori perlindungan hukum dan teori

akta jual yang

dibuat sesudahnya

adalah cacat yuridis

pula, karena dasar

peralihannya

bertentangan

dengan ketentuan

Pasal 37 Ayat 1 PP

No 24 Tahun 1997

dan Pasal 103 ayat

2 huruf c Permen

Agraria No 3

Tahun 1997

Tentang

Pelaksanaan PP No

24 Tahun 1997

adalah adanya

pembuatan akta

oleh Notaris yang

tidak lagi menjabat

dan dijadikan dasar

sebagai peralihan

hak. Akta tersebut

terbukti cacat

yuridis karena

dibuat oleh Notaris

yang telah pensiun

dan akta

selanjutnya

menjadi cacat

yuriris pula.

2. Teori Tujuan Hukum Tujuan hukum

adalah untuk

menjamin keadilan

dan kepastian

hukum dalam

hubungan

masyarakat satu

dengan lainnya.

Sertifikat

merupakan salah

satu bentuk bukti

adanya kepastian

hukum untuk

pemegang hak,

namun sertifikat

tersebut dapat

dibatalkan oleh

Pengadilan apabila

ada bukti lain yang

membuktikan

sebaliknya.

3. Teori Akta Autentik Pembuatan akta

pada kasus ini

dibuat oleh seorang

Notaris yang tidak

lagi menjabat

sebagai seorang

Notaris. Selain itu

pembacaan dan

penandatanganan

akta tidak

dilakukan

dihadapan Notaris.

Akta autentik

adalah akta yang

dibuat oleh seorang

pejabat berwenang

dan dibuat dengan

bentuk yang telah

ditentukan oleh

UUJN. Pada kasus

ini akta pengikatan

jual beli dibuat oleh

seorang Notaris

yang telah pensiun,

dan akta tersebut

dibuat dengan

tanggal yang tidak

sesuai dengan

kenyataanya. Hal

Page 84: Tesis - repository.ub.ac.idrepository.ub.ac.id/9716/1/Safitri Dwi Wulansari.pdf · Kerangka teoritik dalam tesis ini adalah teori kepastian hukum, teori perlindungan hukum dan teori

tersebut menjadi

pertimbangan

hakim untuk

membatalkan

sertifikat

dikarenakan

peralihannya

berdasarkan suatu

akta jual beli yang

cacat yuridis

karena didasari

oleh Perjanjian

pengikatan jual beli

yang cacat yuridis.

4. Pasal 8 Undang-udang

Nomor 2 Tahun 2014 tentang

perubahan Undang-undang

Nomor 30 tentang Jabatan

Notaris

Notaris berhenti

atau diberhentikan

karena ada

beberapa

sebab,salah satunya

adalah telah

berumur 65 tahun

dan dapat

diperpanjang

hingga umur 67

tahun dengan

mempertimbangkan

kesehatan yang

bersangkutan

Notaris pensiun

pada umur 65

tahun, dengan

demikian notaris

tidak boleh lagi

menjalankan

tugasnya sebagai

notaris. Apabila

tetap menjalankan

maka akta tersebut

cacat yuridis.

5. Pendapat Victor M

Situmorang

Surat dapat disebut

akta apabila ditanda

tangani oleh

pembuatnya dan

apabila tidak maka

surat tersebut

bukan akta

Pada kasus ini akta

yang dibuat oleh

Notaris yang telah

pensiun bukan

merupakan akta.

Jadi tidak dapat

dijadikan sebagai

dasar peralihan

hak.

C. Perlindungan Hukum Bagi Bank Selaku Kreditor Yang Jaminan Berupa Hak

Milik Atas Tanah Yang Sertifikatnya Dibatalkan oleh Pengadilan Tata Usaha

Negara.

Page 85: Tesis - repository.ub.ac.idrepository.ub.ac.id/9716/1/Safitri Dwi Wulansari.pdf · Kerangka teoritik dalam tesis ini adalah teori kepastian hukum, teori perlindungan hukum dan teori

Undang-undang Hak Tanggungan No 04 Tahun 1996 mengatur mengenai

lembaga jaminan yang digunakan untuk objek jaminan utang yang beruapa tanah atau

benda-benda yang berkaitan dengan tanah. Dengan lahirnya UUHT tersebut maka

hipotek yang diatur dalam KUHPerdata sudah tidak dapat diberlakukan. Sejak lahirnya

UUHT ini maka jaminan utang berupa tanah sepenuhnya melalui lembaga jaminan hak

tanggungan. Pengertian Hak Tanggungan :

Hak Tanggungan atas tanah beserta benda-benda yang berkaitan dengan tanah,

yang selanjutnya disebut Hak Tanggungan, adalah hak jaminan yang dibebankan

pada hak atas tanah sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 5

Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria, berikut atau tidak

berikut benda-benda lain yang merupakan satu kesatuan dengan tanah itu, untuk

pelunasan utang tertentu, yang memberikan kedudukan yang diutamakan kepada

kreditor tertentu terhadap kreditor-kreditor lain.

Hak tanggungan memiliki sifat yang tidak dapat dibagi-bagi kecuali telah

diperjanjikan sebelumnya dalam Akta pemberian hak tanggungan(APHT). Objek dari hak

tanggungan adalah hak atas tanah berupa hak milik, hak guna bangunan, dan hak guna

usaha.

Ciri-ciri hak tanggungan adalah memberikan kedudukan yang diutamakan atau

didahulukan kepada pemegangnya artinya kreditor dalam hal ini memiliki hak untuk

didahulukan apabila pihak debitor tidak dapat membayar kreditrnya maka hasil dan

penjualan jaminan tersebut dibayarkan terlebih dahulu untuk pemegang hak tanggungan.

Ciri-ciri selanjutnya adalah selalu mengikuti objek jaminan utang dalam tangan siapa pun

objek tersebut berada, artinya bila objek jaminan utang yang diikat dengan hak

tanvggungan beralih ke pihak lain karena suatu sebab seperti warisan, penjualan dan

penghibahan dan sebab lainnya, pembebanan hak tanggungan atas objek jaminan utang

Page 86: Tesis - repository.ub.ac.idrepository.ub.ac.id/9716/1/Safitri Dwi Wulansari.pdf · Kerangka teoritik dalam tesis ini adalah teori kepastian hukum, teori perlindungan hukum dan teori

tersebut tetap melekat.3 Pencacatan mengenai beralihnya hak tanggungan tersebut cukup

berdasarkan akta yang membuktikan beralihnya piutang yang dijamin dengan hak

tanggungan tersebut kepada kreditor baru.

Ciri-ciri ketiga dalam hak tanggungan adalah memenuhi asas spesialitas dan asas

publisitas yaitu pemenuhan asas spesialitas berdasarkan aturan UUHT adalah memalui

pembuatan Akata Pemberian Hak Tanggungan dihadapan Pejabat . Pembuat Akta Tanah

(PPAT) sesuai dengan persyaratan yang berlaku. Sedangkan, asas publisitas tercapai

dengan didaftarkannya pembebanan hak tanggungan ke Kantor Pertanahan dan

dikeluarkannya Sertifikat Hak Tanggungan. Kedua asas ini bertujuan untuk memberikan

kepastian hukum kepada pihak ketiga yang beritikad baik. Ciri-ciri keempat dalam hak

tanggungan adalah mudan dan pasti pelaksanaan eksekusinya. Apabila debitur tidak

dapat melunasi utangnya, maka pihak kreditor berhak untuk melakukan eksekusi atas

objek jaminan yang diikat dengan hak tanggungan. UUHT mengantur mengenai cara

eksekusi objek jaminan yang dapat ditempuh dengan eksekusi berdasarkan hak pemegang

hak tanggungan peringkat pertama untuk menjual objek hak tanggungan atas

kekuasaannya sendiri melalui pelelangan umum dan kemudian mengambil pembayaran

piutangnya dari hasil penjualan.4 Cara kedua adalah berdasarkan titel eksekutorial yang

terdapat dalam sertifkat hak tanggungan yang mencantumkan irah-irah “Demi keadilan

Berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa” yang mempunyai kekuatan eksekutorial yang

sama dengan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum yang tetap dan

berlaku. Irah-irah tersebut bertujuan untuk menegaskan adanya suatu kepastian dan

kekuatan eksekutorial sehingga apabil debitur tidak dapat melunasi makan dapat segera

3 M Bahsan, Hukum Jaminan dan Jaminan Kredit Perbankan Indonesia(Jakarta: PT Raja Grafindo

Persada, 2007) hlm 23 4 Ibid, hlm 42

Page 87: Tesis - repository.ub.ac.idrepository.ub.ac.id/9716/1/Safitri Dwi Wulansari.pdf · Kerangka teoritik dalam tesis ini adalah teori kepastian hukum, teori perlindungan hukum dan teori

dieksekusi seperti halnya putuan pengadilan yang telah mempunya kekuatan hukum

tetap.

Berdasarkan ciri-ciri hak tanggungan dalam UUHT tersebut menegaskan

mengenai hak-hak apasaja yang diperoleh pihak debitur dalam hal ini adalah bank, bank

memiliki hak untuk diutamakan apabila debiturnya tidak dapat membayar lunas

hutangnya.

Pemberian hak tanggungan dapat dilakukan dengan tata cara sebagai berikut :

1. Pemberian hak tanggungan didahului dengan janji untuk memberikan hak

tanggungan sebagai jaminan pelunasan utang tertentu, dalam hal ini pihak debitur

atau nasabah suatu bank selaku kreditor telah sepakat kepada pihak bank untuk

memberikan hak tanggungan atas sebidang tanah yang dituangkan dalam

perjanjian utang piutang. Istilah yang digunakan dalam bank adalah sebuah

perjanjian kreditr. Hak tanggungan merupakan perjanjian ikutan dari perjanjian

pokok, yaitu perjanjian yang menimbulkan hubungan hukum utang piutang yang

dijamin pelunasannya.

2. Pemberian hak tanggungan harus dilakukan dengan pembuatan Akta Pemberian

Hak Tanggungan atau APHT oleh Pejabat yang berwenang dalam hal ini adalah

Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT).

3. Didalam APHT wajib mencantumkan subyek yaitu bank selaku pemegang hak

tanggungan dan debitur selaku pemberi hak tanggungan. Selain subyek, dalam

APHT juga menjelaskan mengenai penunjukan secara jelas hutang yang

dijaminkan, selanjutnya mencantumkan nilai tanggungan dan uraian jelas

mengenai objek hak tanggungan.

Page 88: Tesis - repository.ub.ac.idrepository.ub.ac.id/9716/1/Safitri Dwi Wulansari.pdf · Kerangka teoritik dalam tesis ini adalah teori kepastian hukum, teori perlindungan hukum dan teori

Proses selanjutnya adalah pendaftaran hak tanggungan, pemberian hak

tanggungan wajib didaftarkan pada Kantor Pertanahan karena ciri-ciri hak tanggungan

menggunakan asas publisitas, pendaftaran tersebut dilakukan selambat-lambatnya

7(tujuh) hari setelah pendatanganan Akta Pemberian Hak Tanggungan sebagaimana

diatur dalam Pasal 10 Ayat 2 UUHT. Penyerahan dan pengiriman APHT tersebut

dilakukan oleh PPAT kepada pihak kantor pertanahan. Pendaftaran hak tanggungan

dilakukan oleh kantor pertanahan dengan membuatkan bukum tanah hak tanggungan dan

mencatatnya dalam buku tanah hak atas tanah yang menjadi objek hak tanggungan, serta

menyalin catatan tersebut pada sertifikat.5 Tanggal yang tercacat pada buku tanah adalah

tanggal hari ketujuh setelah penerimaan secara lengkap surat-surat yang diperlukan untuk

pendaftaran.

Pemberian hak tanggungan sesungguhnya sudah melalui proses yang lengkap,

mulai dari pendaftaran, pengecekan dan sanksinya. Sanksi dalam hal ini adalah tindakan

apa yang dapat dilakukan pihak kreditor apabila debiturnya wanprestasi atau tidak dapat

melunasi hutangnya. Tindakan yang dapat dilakukan oleh kreditor adalah dengan

melakukan eksekusi terhadap jaminan tersebut. Namun pada UUHT belum mengatur

mengenai tindakan apa saja dan perlindungan lainnya untuk pihak bank selaku kreditor

apabila jaminan berupa sebidang tanah diatas hak milik peralihan sebelumnya dibatalkan.

Dampak pembatalan atas peralihan tersebut adalah sertifikat hak milik kembali seperti

semula menjadi atas nama pemilik awal yaitu pembeli dan hak milik tersebut menjadi

milik pembeli. Debitur disini dahulu merupakan penjual.

Kredit perbankan di Indeonesia berdasarkan ketentuan UU Perbankan Indonesia

Tahun 1992/1998 adalah salah satu kegiatan usaha yang sah dilakukan oleh bank umum

5 Ibid, hlm 37

Page 89: Tesis - repository.ub.ac.idrepository.ub.ac.id/9716/1/Safitri Dwi Wulansari.pdf · Kerangka teoritik dalam tesis ini adalah teori kepastian hukum, teori perlindungan hukum dan teori

dan bank perkreditan rakyat. Hal tersebut dapat dikaitkan dengan fungsi bank itu sendiri

yaitu sebagai penyalur dan ke masyarakat. Pengertian kredit berdasarkan ketentuan pasal

1 angka 1 UU perbankan adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan

dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam antar bank

dengan pihak lain yang mewajibkan pihak lain tersebut membayar hutangnya sesuai

dengan jangka waktu yang telah disepakati. Berdasarkan pengertian kredit tersebut

terdapat unsur-unsur yang harus dipenuhi agar kredit tersebut sesuai dengan ketentuan

kredit dalam Undang-undang Perbankan, yaitu : 6

1. Adanya penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan

penyedia uang. Bank dalam hal ini berperan sebagai penyedia dana.

2. Adanya persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam antara bank

dengan nasabah atau debitur.

3. Adanya kewajiban melunasi utang, artinya bank tidak hanya berperan

sebagai peminjam saja, namun harus ada kewajiban dari debitur untuk

melunasi utang tersebut.

4. Adanya jangka waktu tertentu yang disepakati oleh kedua belah pihak.

Fungsinya agar tidak terjadi wanprestasi antara kedua belah pihak.

5. Adanya pemberian bunga kredit/

Pengaturan mengenai pelaksanaan pemberian kredit diatur pada Pasal 8

UU Perbankan yang dimana untuk melaksanakan pemberian kredit bank harus

memiliki keyakinan berdasarkan analisis yang mendalam atas itikad baik dan

kemampuan serta kesanggupan debitur untuk melunasi utangnya sesuai dengan

6 Ibid, Hlm 77-78

Page 90: Tesis - repository.ub.ac.idrepository.ub.ac.id/9716/1/Safitri Dwi Wulansari.pdf · Kerangka teoritik dalam tesis ini adalah teori kepastian hukum, teori perlindungan hukum dan teori

yang disepakati. Selain itu bank harus memiliki dan menerapkan pedoman

perkreditan dengan ketentuan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia.

Pedoman perkreditan diatur dalam SK Direksi BI No. 27/162/KE/DIR

yang dimana setiap bank harus menerapkan Kebijaksanaan Perkreditan Bank

(KPB) dalam pelaksanaan kegiatan perkreditannya dan jmelampirkan pedoman

penyusunan kebijaksanaan perkreditan bank (PPKPB), yaitu :7

1. Prinsip kehati-hatian dalam perkreditan

2. Organisasi dan manajemen perkreditan

3. Kebijaksanaan persetujuan kredit

4. Dokumentasi dan administrasi kredit

5. Pengawasan kredit

6. Penyelesaian kredit bermasalah.

Proses pemberian kredit kepada debitur bukannya melalui proses yang

mudah, karena pihak bank sendiri memiliki kriteria-kriteria dan aturan-aturan

yang mengatur mengenai pemberian kredit. Seperti halnya yang telah disebutkan

diatas, sebelum terjadinya pemberian kredit pihak harus menerapkan prinsip

kehati-hatian, bank sebelumnya harus melakukan verifikasi data terhadap data-

data yang dimiliki oleh pihak debitur, contohnya apabila debitur ingin melalukan

transaksi peminjaman dana dengan jaminan rumah, pihak bank terlebih dahulu

melakukan verifikasi data baik ke BPN maupun ke instasi lainnya. Bank harus

memastikan terlebih dahulu bahwa debitur tersebut betul pemilik rumah atas

jaminan tersebut. Selain menerapkan prinsip kehati-hatian pihak bank harus

mempunyai struktur organisasi perkreditan yang jelas dan termasuk lingkup

7 Ibid, hlm 81

Page 91: Tesis - repository.ub.ac.idrepository.ub.ac.id/9716/1/Safitri Dwi Wulansari.pdf · Kerangka teoritik dalam tesis ini adalah teori kepastian hukum, teori perlindungan hukum dan teori

struktur organisasi bank itu sendiri. Struktur organisasi tersebut terdiri dari satuan

kerja dibidang administrasi kredit, satuan kerja dibidang pengawasan, satuan kerja

dibidang pemutus dan satuan kerja dibidang kredit bermasalah.

Tahap selanjutnya adalah perencanaan kredit, perencanaan kredit ini

berfungsi sebagai dasar agar bank dapat menentukan target kredit,jenis

kredit,jumlah pemberian kredit. Jenis rencana bank terbagi atas dua macam yaitu

rencana bisnis atau rencana jangka panjang yaitu 5 tahun dan rencana jangka

pendek. Setelah tahap perencanaan adalah proses penilaian dan keputusan kredit.

Bentuk dari penilaian kredit adalah analisi kredit yang berkaitan dengan calon

debitur. Asepk hukum, aspek teknis produksi, pemasana, keuangan, manajemen,

jaminan dan resiko. Fungsi dari analisis kredit tersebut adalah agar bank dapat

memustuskan apakah calon debiturnya ini sesuai dengan kriteria, selain itu

menentukan jumlah kredit yang akan diberikan kepada debitur serta analisis

mengenai jaminan dan resiko yang terjadi. Jaminan merupakan salah satu aspek

penting dalam pemberian kredit selain untuk pengamanan terhadap pelunasan,

jaminan merupakan pendorong motivasi agar debitur membayar hutang. Setelah

analisis dan pemutusan tahap selanjutnya adalah administrasi kredit yaitu dengan

dilaksankaannya penandatangan perjanjian kredit. Isi perjanjian kredit adalah

kesepakatan antara kreditur dan debitur mengenai jangka waktu kredit, pihak-

pihak siapa saja yang berwenang dan jaminan apa saja yang digunakan sebagai

jaminan kredit. Selanjutnya apabila jaminan tersebut berapa sebidang tanah hak

milik maka dibuatlah perjanjian aksesoir yaitu perjanjian pemberian hak

tanggungan dengan dibuatnya akta pemberian hak tanggungan dihadapan PPAT.

Page 92: Tesis - repository.ub.ac.idrepository.ub.ac.id/9716/1/Safitri Dwi Wulansari.pdf · Kerangka teoritik dalam tesis ini adalah teori kepastian hukum, teori perlindungan hukum dan teori

Lalu didaftarkannya hak tanggungan tersebut kepihak BPN. Setelah proses

administrasi selesai barulah bank akan memberikan sejumlah dan untuk kredit.

Tahap selanjutnya adalah pengawasan kredit, pengawasan ini dilakukan dengan

meneliti dan menilai laporang-laporan wajib yang diberikan oleh debitur dan atau

melakukan pemerikasaan secara langsung dilapangan. Pengawasan tersebut

dilakukan berdasarkan ketentuan-ketentuan yang berlaku di bank tersebut.

Penanganan kredit bermasalah merupakan salah satu tahap penting dalam

pemberian kredit, apabila debitur atas kredit tersebut berjalan dengan baik maka

terciptalah hubungan baik antara kreditur dan debitur artinya apabila debitur ingin

mendapatkan kredit kembali tidak mengalami kesulitan. Namun tidak dengan

kredit yang bermasalah. Kredit bermasalah berpotensi untuk merugikan pihak

bank, salah satunya adalah apabila debitur tidak dapat membayar hutang dan

debitur tidak beritikad baik untuk membayar hutang tersebut.

Pada undang-undang Hak Tanggungan dan Undang-undang Perbankan

hanya mengatur mengenai tindakan yang dapat dilakukan kreditor apabila debitur

melakukan wan prestasi yaitu dengan melakukan lelang atas jaminan dari pihak

debitur, namun dalam praktek banyak ditemui beberapa masalah terkait lelang

atas jaminan terutama apabila jaminan tersebut berupa hak milik atas tanah.

Seperti halnya dalam Putusan Mahkamah Agung Nomor 521/K/TUN/2014

Tanggal 25 Februari 2015 yang menyatakan batalnya peralihan hak atas tanah

yang dimiliki oleh pihak debitur dan atas putusan tersebut hak milik atas tanah

tersebut kembali menjadi milik penjual terdahulu. Hapusnya suatu hak

Page 93: Tesis - repository.ub.ac.idrepository.ub.ac.id/9716/1/Safitri Dwi Wulansari.pdf · Kerangka teoritik dalam tesis ini adalah teori kepastian hukum, teori perlindungan hukum dan teori

tanggungan berdasarkan pasal 18 UUHT, hapusnya hak tanggungan dalam pasal

ini disebabkan oleh 4 hal yaitu:

a. Hapusnya utang yang dijaminkan dengan hak tanggungan,

b. Dilepaskanya hak tanggungan oleh pemegang hak tanggungan;

c. Pembersihan hak tanggungan berdasarkan penetapan peringkat

oleh ketua pengadilan negeri;

d. Hapusnya hak atas tanah yang dibebani hak tanggungan

Pasal 18 Ayat 4 menyebutkan salah satu hapusnya hak tanggungan adalah

hapusnya hak atas tanah yang dibebani hak tanggungan. Hapusnya hak atas tanah

yang dibebani hak tanggungan hapusnya hak atas tanah bisa terjadi karena

bencana atau keputusan hakim yang disebabkan oleh sengketa. Hapusnya hak atas

tanah banyak terjadi karena lewatnya waktu, untuk mana hak itu diberikan. Hak-

hak yang lebih rendah tingkatannya daripada hak milik seperti hak guna

bangunan, hak guna usaha dan hak pakai terbatas waktu berlakunya, sekalipun

secara fisik masih tetap ada.

Dengan berakhirnya hak atas tanah yang bersangkutan, maka hak atas

tanah yang bersangkutan kembali kepada yang bersangkutan kembali atau

pemiliknya dan kalau hak tersebut diberikan oleh negara, maka tanah tersebut

kembali kepada kekuasaan negara. Pada permasalahan ini memang dalam

putusannya menyatakan batal atas peralihan hak tanah tersebut dikarenakan

adanya sengketa atas tanah tersebut, namun dengan hapusnya hak tanggungan

tesebut pihak debitur dapat bebas dari hutangnya, pihak debitur tetap harus

melakukan pelunasan atas hutangnya ke bank. Pasal 1131 KUHPerdata yang

Page 94: Tesis - repository.ub.ac.idrepository.ub.ac.id/9716/1/Safitri Dwi Wulansari.pdf · Kerangka teoritik dalam tesis ini adalah teori kepastian hukum, teori perlindungan hukum dan teori

berbunyi “segala kebendaan si berutang, baik yang bergerak maupun yang tak

bergerak baik yang sudah ada maupun yang baru aka nada di kemudian hari

menjadi tanggungan untuk segala perikatan perseorangan”. Pasal 1311

KUHPerdata ini tidak serta merta langsung melindungi pihak kreditur karena pada

pasal ini tidak menjelaskan benda berutang apasaja yang dapat secara langsung

dijadikan jaminan untuk pihak kreditur.

Tindakan yang dapat dilakukan oleh pihak kreditur sebagai bentuk

perlindungan hukumnya apabila dihubungan dengan teori Paul Schotlen dan

Philipus M hadjon tentang teori perlindungan hukum adalah pihak bank dapat

melakukan perlindungan hukum secara preventif dan represif.

Tindakan preventif atau pencegahan guna agar tidak terjadinya sengekat

adalah dengan menerapkan prinsip kehati-hatian dalam melakukan pemutusan

kredit. Penggunaan prinsip kehati-hatian dalam pemberian kredit merupakan hal

yang sangat penting. Prinsip kehati-hatian (Prudent Banking Principle) adalah

suatu asas yang menyatakan bahwa bank dalam menjalankan fungsi dan kegiatan

usahanya wajib bersikap hati-hati dalam rangka melindungi dana masyarakat

yang telah dipercayakan kepadanya.8 Dalam undang-undang hukum perbankan

dan peraturan dibawahnya memang tidak mengatur secara jelas mengenai sistem

dan pengertian mengenai prinsip kehati-hatian. Namun dalam Undang-undang

Nomor 10 Tahun 1998 Tentang Perubahan Atas Undang-undang Perbankan

Nomor 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan Selanjutnya akan disingkat menjadi UU

No 10 Tahun 1998 Tentang Perbankan. Pada pasal 8 UU No 10 Tahun 1998

8 Rachmadi Usman, Aspek-aspek Hukum Perbankan di Indonesia, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka

Utama, 2001) hlm 18

Page 95: Tesis - repository.ub.ac.idrepository.ub.ac.id/9716/1/Safitri Dwi Wulansari.pdf · Kerangka teoritik dalam tesis ini adalah teori kepastian hukum, teori perlindungan hukum dan teori

menyebutkan bahwa dalam memberikan kredit bank harus melakukan penilaian

secara seksama,mengingat sumber dana kredit yang disalurkan adalah bukan dana

dari bank itu sendiri namun dana yang berasal dari masyarakat sehingga perlu

untuk dilakukan penerapan prinsip kehati-hatian melalui analisa yang mendalam,

penyaluran yang tepat, pengawasan dan pemantauan yang baik, perjanjian yang

sah dan memenuhi syarat hukum, pengikatan jaminan yang kuat dan dokumentasi

perkreditan yang teratur dan lengkap, semua bertujuan agar kredit yang disalurkan

dapat kembali dengan tepat pada waktunya sesuai dengan perjanjian kredit yang

meliputi pinjaman pokok dan bunga. Selain itu dalam ketentuan Pasal 29 UU No

10 Tahun 1998 tentang Perbankan menyebutkan pula pada ayat 2, bank wajib

memelihara tingkat kesehatan bank sesuai dengan ketentuan modal, kualitas aset,

kualitas manajemen, likuiditas, rentabilitas, solvabilitas dan aspek lain yang

berhubungan dengan usaha bank wajib melakukan kegiatan usaha sesuai dengan

prisip kehati-hatian. Pada ayat 4 menyebutkan pula untuk kepentingan nasabah

bank wajib menyediakan informasi mengenai kemungkinan timbulnya resiko

kerugian yang kemungkinan akan muncul sehubungan dengan transaksi nasabah.

Peraturan lebih lanjut mengenai prinsip kehati-hatian terdapat dalam

ketentuan pada Pasal 25 Undang-undang Nomor 23 Tahun 1999 Tentang Bank

Indonesia, pada pasal ini menyebutkan bahwa :

1. Dalam rangka melaksanakan tugas mengatur bank, bank Indonesia

berwenang menetapkan ketentuan-ketentuan perbankan yang memuat

prisip kehati-hatian;

Page 96: Tesis - repository.ub.ac.idrepository.ub.ac.id/9716/1/Safitri Dwi Wulansari.pdf · Kerangka teoritik dalam tesis ini adalah teori kepastian hukum, teori perlindungan hukum dan teori

2. Pelaksanaan kewenangan sebagaimana dimaksud dalam ayat 1

ditetapkan dengan Peraturan Bank Indonesia.

Penjelasan dari kedua pasal ini adalah ketentuan-ketentuan perbankan

yang memuat prinsip kehati-hatian bertujuan untuk memberika rambu-rambu bagi

penyelenggara kegiatan usaha perbankan guna mewujudkan sistem perbankan

yang sehat. Ruang lingkup aturan prinsip kehati-hatian meliputi modal awal

maupun rasio modal terhadap kemungkinan resiko yang dihadapinya, rasio

pinjaman terhadap deposito (LDR) , maupun posis luar negeri(NOP), rasio

cadangan minimum, cadangan penghapusan aktiva produktif(kredit macet). 9

Prinsip kehati-hatian termuat dalam Kebijakan Pemberian Kredit yang

meliputi :

1. Kebijakan pokok dalam perkreditan yang memuat pokok-pokok

mengenai :

a. Tata cara pemberian kredit yang sehat

b. Pemberian kredit kepada pihak yang terkait dengan bank

c. Pemberian kredit kepada debitur-debitur besar tertentu

d. Pemberian kredit yang mengandung resiko yang tinggi

e. Pemberian kredit yang perlu dihindari

2. Tata cara penilaian kualitas kredit yaitu berdasarkan pada suatu tata

cara yang bertujuan untuk memastikan bahwa hasil penilaian

kolekbilitas kredit yang dilakukan oleh bank sesuai dengan ketentuan

Bank Indonesia

9 Permadi Garndapraja, Dasar dan Prinsip Pengawasan Bank, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka

Utama,2004), hlm 21

Page 97: Tesis - repository.ub.ac.idrepository.ub.ac.id/9716/1/Safitri Dwi Wulansari.pdf · Kerangka teoritik dalam tesis ini adalah teori kepastian hukum, teori perlindungan hukum dan teori

3. Profesionalisme dan Intergritas Pejabat Pekreditan

Selain itu dengan adanya prinsip kehati-hatian bank dilarang untuk melakukan

beberapa hal yaitu memberikan kredit tanpa adanya surat perjanjian secara tertulis

pada setiap perjanjian kreditnya, kedua memberikan kredit kepada usaha yang

sejak semula tidak sehat, ketiga memberikan kredit melampaui batas maksimum

pemberian kredit (BMPK), melanggar loan to deposit ratio dalam pemeberian

kredit.

Dengan selalu menggunakan prinsip kehati-hatian dalam proses kredit maka

bank akan mendapat perlindungan sebelumnya, tanpa harus terjadi sengketa.

Tindakan lain untuk perlindungan bank yaitu dengan tindakan represif.

Tindakan represif adalah tindakan untuk menyelesaikan sengketa. Artinya

tindakan ini dapat dilakukan setelah terjadinya suatu sengketa. Tindakan

perlindungan hukum represf terbagi menjadi 2 jenis yaitu melalui jalur non

litigasi dan jalur litigasi.

Penyelesaian non litigasi adalah penyelesaian yang dilakukan diluar

pengadilan yang dimana berdasarkan Undang-Undang Nomor 30 tahun 1999

tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa, Alternative Dispute

Resolution adalah suatu pranata penyelesaian sengketa di luar pengadilan

berdasarkan kesepakatan para pihak dengan mengesampingkan penyelesaian

sengketa secara litigasi di pengadilan. Terdapat beberapa cara yang dapat

dilakukan oleh pihak kreditur pada penyelesaian sengketa secara non litigasi,

yaitu :

1. Konsultasi

Page 98: Tesis - repository.ub.ac.idrepository.ub.ac.id/9716/1/Safitri Dwi Wulansari.pdf · Kerangka teoritik dalam tesis ini adalah teori kepastian hukum, teori perlindungan hukum dan teori

Konsultasi merupakan tindakan pertama yang dapat

dilakukan oleh pihak bank dalam penyelesaian sengketa ini.

Konsultasi adalah suatu hubungan privat antara satu pihak yang

disebut sebagai konsultan. Konsultan merupakan satu pihak yang

bertugas untuk memberikan pendapatnya tentang sesuatu hal

kepada pihak lain.

2. Mediasi

Mediasi merupakan suatu prosedur penengahan dimana

seorang bertindak sebagai “kendaraan untuk berkomunikasi

atarapara pihak, sehingga pandangan mereka yang berbeda atas

sengketa tersebut dapat dipahami mungkin didamaikan, tetapi

dengan tanggung jawab untuk tercapainya suatu perdamaian tetap

berada ditangan para pihak sendiri10

.Sedangkan berdasarkan

ketentuan Peraturan Mahkamah Agung Nomor 1 Tahun 2008

mediasi adalah seabagi cara penyelesaian sengketa melalui proses

perundingan atau memperoleh kesepakatan antara kedua belah

pihak.

Prinsip dari penyelesaian sengketa dengan cara mediasi

adalah bersifat sukarela atau unduk dengan kesepakatan para

pihak, pada bidang perdata, sederhana, tertutup dan rahasia, serta

10

John W Head, Pengantar Umum Hukum Ekonomi, Jakarta: Proyek Elips, 1997. Hal 42

Page 99: Tesis - repository.ub.ac.idrepository.ub.ac.id/9716/1/Safitri Dwi Wulansari.pdf · Kerangka teoritik dalam tesis ini adalah teori kepastian hukum, teori perlindungan hukum dan teori

bersifat sebagai fasilitator.11

Proses mediasi ditengahi oleh satu

orang mediator yang dipilih oleh kedua belah pihak. Pemilihan

mediator dilakukan dengan hati-hati karena mediator memiliki

pernah yang penting agar berlaku seimbang antar kedua belah

pihak. Hasil dari mediasi sendiri berbeda dengan proses arbitrase

maupun proses litigasi yang memiliki produk hukum putusan

yang bersifat mengikat dan berkekuatan eksekutorial. Produk dari

mediasi adalah kesepakatan antara kedua belah pihak berbentuk

perjanjian namun perjanjian tersebut tidak memiliki kekuatan

eksekutorial sebagaimana putusan pengadilan.

Pasal 6 ayat 7 dan ayat 8 Undang-undang No 30 Tahun

1990 kesepakatan yang telah diraih berbentuk tulisan mengikat

para pihak untuk dilaksanakan dengan itikad baik dan wajib

didaftarkan ke Pengadilan Negeri dalam waktu paling lama 30

hari setelah penandatanganan. Pelaksanaan kesepakatan wajib

dilakukan selambat-lambatnya 30 hari setelah pendaftaran di

Pengadilan Negeri.

Terdapat beberapa kekurangan yang menjadi kemungkinan

berakhirnya mediasi, karena hasil mediasi hanyalah sebuah

kesepakatan maka masing-masing pihak memiliki kebebasan

untuk setiap saat mengakhiri mediasi hanya dengan menyatakan

untuk menarik diri. Khusus untuk mediasi di Pengadilan merujuk

11

Frans Hendra Winarta, Hukum Penyelesaian Sengketa Arbitrase Nasional Indonesia dan

Internasional,(Jakarta: PT Sinar Grafika, 2013) hlm 16

Page 100: Tesis - repository.ub.ac.idrepository.ub.ac.id/9716/1/Safitri Dwi Wulansari.pdf · Kerangka teoritik dalam tesis ini adalah teori kepastian hukum, teori perlindungan hukum dan teori

ketentuan Pasal 17 Ayat 1 Perma No 1 Tahun 2008, para pihak

dapat mengajukan kesepakatan perdamaian kepada hakim untuk

dikuatkan dalam bentuk akta perdamaian.

3. Negoisasi

Negoisasi adalah perundingan. Proses negoisasi merupakan

proses penyelesaian sengketa yang paling umum dilakukan.

Negosisasi merupakan komunikasi dua arah antara kedua belah

pihak untuk mencampai sebuah kesepakatan. Susanti Adi

Nugroho (2009: 21) bahwa negosiasi ialah proses tawar menawar

untuk mencapai kesepakatan dengan pihak lain melalui proses

interaksi, komunikasi yang dinamis dengan tujuan untuk

mendapatkan penyelesaian atau jalan keluar dari permasalahan

yang sedang dihadapi oleh kedua belah pihak. Dengan

demikian, negoisasi merupakan suatu pilihan alternatif

penyelesaian sengketa yang dilaksanakan secara mandiri melalui

proses interaksi yang dinamis. Dalam hal ini negoisasi biasanya

tidak memerlukan pihak ketiga untuk menengahi karena proses

negoisasi dilakukan secara mandiri.

Hasil dari sebuah negoisasi dituangkan dalam hasil

kesepakatan yang dibuat dalam bentuk perjanjian yang tertulis

untuk dilaksanakan oleh para pihak. Negoisasi ini biasanya

dilakukan dalam perkara-perkara yang tidak terlalu rumit.

Kesepakatan tersebut dapat pula didaftarkan ke Pengadilan Negri

Page 101: Tesis - repository.ub.ac.idrepository.ub.ac.id/9716/1/Safitri Dwi Wulansari.pdf · Kerangka teoritik dalam tesis ini adalah teori kepastian hukum, teori perlindungan hukum dan teori

untuk menjadikan sebuah akta perdamaian yang dimana kekuatan

tersebut mengikat kedua belah pihak.

4. Konsiliasi

Konsiliasi adalah satu lemabag alternatif penyelesaian

sengketa sebagaimana diatur dalam Undang-undang Nomor 30

Tahun 1990. Konsiliasi adalah penyelesaian sengketa dengan cara

musyawarah mufakat antara kedua belah pihak. Konsiliasi ini

bertujuan untuk mencegah penyelesaian sengketa dengan jalur

litigasi atau peradilan.

Proses konsiliasi ada konsiliator yang bertugas sebagai

fasilitator dalam hal melakukan komunikasi di antara kedua belah

pihak yang bersengketa, sehingga kedua belah pihak mencapai

suatu kesepakatan untuk penyelesaian sengketa.

5. Arbitrase

Alternatif penyelesaian sengketa yang terakhir adalah

arbitrase. Arbitrase adalah cara penyelesaian suatu sengketa

perdata di luar peradilan umum yang didasarkan pada perjanjian

arbitrase yang dibuat secara tertulis oleh pihak yang

bersengketa.12

Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Nomor 30 tahun 1999

tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa

menjelaskan bahwa arbitrase (wasit) adalah cara penyelesaian

12

Sophar Naru Hutagalung, Praktik Peradilan Perdata dan Alternatif Penyelesaian

Sengketa,(Jakarta: PT Sinar Grafika, 2014) hlm 314

Page 102: Tesis - repository.ub.ac.idrepository.ub.ac.id/9716/1/Safitri Dwi Wulansari.pdf · Kerangka teoritik dalam tesis ini adalah teori kepastian hukum, teori perlindungan hukum dan teori

suatu sengketa perdata di luar pengadilan umum yang didasarkan

pada perjanjian arbitrase yang dibuat secara tertulis oleh para

pihak yang bersengketa. Dalam artibrase ini melibatkan pihak

ketiga sebagai wasit atas penengah dalam penyelesaian sengketa

ini.

Perjanjian arbitrase adalah suatu kesepakatan berupa

klausul arbitrase yang tercantum dalam suatu perjanjian tertulis

yang dibuat para pihak sebelum timbul sengketa, atau suatu

perjanjian arbitrase tersendiri yang dibuat para pihak setelah

timbul sengketa.

Pada kasus dalam penelitian ini proses dengan cara non litigasi merupakan

cara yang cukup efektif karena tidak perlu mengekuarkan biaya yang banyak baik

bagi pihak bank maupun pihak debitur. Bank pertama kali dapat melakukan

konsultasi kepada pihak konsultan untuk langkah apasaja yang dapat dilakukan

bank, agar tidak menjadi kerugian kembali untuk pihak bank. Setelah melakukan

konsultasi pihak bank dapat melakukan negoisasi ataupun mediasi dengan cara

memanggil pihak debitur untuk menyelesaikan sengketa ini. Kesepakatan tersebut

harus sama-sama dilakukan dengan asas itikad baik. Agar tidak ada kerugian lagi

untuk kedua belah pihak. Setelah tercapai kesepakatan keduanya dapat

mendaftarkan akta perjanjian tersebut agar menjadi akta perdamaian yang telah

terdaftar di Pengadilan Negeri. Pada proses non litigasi pihak bank dapat meminta

sebuah pertanggung jawaban debitur salah satunya yaitu dengan menggantikan

jaminan lainnya. Karena dalam proses perjanjian kredit apabila jaminan tersebut

Page 103: Tesis - repository.ub.ac.idrepository.ub.ac.id/9716/1/Safitri Dwi Wulansari.pdf · Kerangka teoritik dalam tesis ini adalah teori kepastian hukum, teori perlindungan hukum dan teori

bermasalah tidak semerta-merta menghilakan perjanjian pokoknya. Pihak bank

dapat meminta jaminan lainnya sebagai pengganti jaminan yang bersengketa.

Penyelesaian sengketa dengan cara non litigasi memang merupakan cara

yang lebih mudah dari pada dengan cara litigasi. Namun hal tersebut dapat

dilakukan apabila kedua belah pihak beritikad baik untuk menyelesaikan sengketa.

Pada pratiknya dalam kasus penelitian ini pihak debitur tidak memiliki itikad baik

untuk membuat sebuah kesepakatan antara debitur dan bank selaku kreditur. Cara

terakhir yang dapat dilakukan oleh pihak bank adalah dengan cara litigasi atau

penyelesaian sengketa melalui jalur peradilan.

Proses litigasi yang dilakukan oleh pihak bank yaitu dengan mengajukan

gugatan kepada pengadilan negeri terkait adanya kerugian yang timbul atas

tindakan dari debitur. Selain gugatan secara perdata pihak bank dapat juga

mengajukan tuntutan secara pidana dengan indikasi tindak pidana penipuan.

Tindak pidana penipuan diatur dalam ketentuan Pasal 378 KUHPidana

yaitu :

“barang siapa dengan maksud hendak menguntungkan diri sendiri atau

orang lain dengan melawan hak, baik dengan memakai nama palsu, baik

dengan akal dan tipu muslihat maupun dengan karangan-karangan

perkataan bohong, membujuk orang supaya memberikan suatu barang,

membuat utang atau menghapuskan piutang, dihukum karena penipuan

dengan hukuman penjara selama-lamanya empat tahun”

Pihak debitur dapat dikenakan tindak pidana penipuan karena debitur

dengan sengaja tetap menggunakan suatu akta jual beli yang didasari oleh suatu

pengikatan jual beli yang dibuat oleh pejabat notaris yang tidak berwenang. Tujuan

dari pihak debitur adalah untuk menguntungkan diri sendiri dengan menggunakan

tipu muslihat.

Page 104: Tesis - repository.ub.ac.idrepository.ub.ac.id/9716/1/Safitri Dwi Wulansari.pdf · Kerangka teoritik dalam tesis ini adalah teori kepastian hukum, teori perlindungan hukum dan teori

Selain dapat dikenakan tindak pidana penipun pihak debitur dapat pula

dituntut dengan tindak pidana pemalsuan surat yaitu Pasal 263 KUHPidana. Pada

aturan Pasal 263 KUHPidana tidak hanya dapat dikenakan oleh pihak pembuatnya

namun juga pihak yang menggunakan surat yang telah dipalsukan. Hal tersebut

dijelaskan dalam Pasal 263 ayat 2 KUHPidana. Seseorang dapat dipidana dengan

pidana yang sama, barangsiapa dengan sengaja menggunakan surat tersebut sebagai

surat yang asli dan tidak dipalsukan, jika dari penggunaannya dapat menimbulkan

kerugian.

Pada kasus ini debitur dengan sengaja menggunakan akta perjanjian

pengikatan jual beli yang telah dipalsukan tanggal pembuatannya dan dibawa

kepada seorang PPAT untuk segera dibuatkan akta jual beli, yang dimana akta jual

beli menjadi dasar peralihan hak milik atas sebidang tanah.

Tabel 1.3

Rumusan Masalah :

Bagaimana perlindungan hukum atas bank selaku kreditur apabila jaminan berupa

hak milik atas tanah yang sertifikatnya dibatalkan oleh Pengadilan Tata Usaha

Negara?

No. Landasan Teori Hasil Penelitian Analisis

1. Teori Perlindungan Hukum Teori perlindungan

hukum preventif dan

teori hukum represif.

Teori hukum

preventif adalah sara

Perlindungan hukum

dengan sarana

preventif adalah

dengan

memnerapkan prinsip

Page 105: Tesis - repository.ub.ac.idrepository.ub.ac.id/9716/1/Safitri Dwi Wulansari.pdf · Kerangka teoritik dalam tesis ini adalah teori kepastian hukum, teori perlindungan hukum dan teori

perlindungan hukum

dengan tujuan

pencegahan agar

tidak terjadi suatu

sengketa. Sedangkan

teori hukum represif

adalah penyelesaian

sengketa baik

penyelesaian

sengketa secara

litigasi dan non

litigasi

kehati-hatoan dalam

melakukan

pemutusan kredit.

Sedangkan sarana

perlindungan hukum

secara preventif

dapat dilakukan

secara litigasi yaitu

jalur peradilan atau

non litigasi berupa

arbitrase, negoisasi

dan mediasi.

2. Teori Kepastian Hukum Sertifikat merupakan

bentuk kepastian

hukum untuk

pemegang hak atas

sebidang tanah.

Namun sertifikat

bukanlah alat bukti

yang mutlak,artinya

apabila ada pihak

lain yang dapat

membuktikan

sebaliknya atas

kepemilikan tersebut,

sertifikat tersebut

tidak dapat dijadikan

alat bukti yang sah.

Pihak yang dirugikan

dalam hal ini adalah

bank, karena bank

hanyalah pihak

ketiga yang

menerima jaminan

berupa hak milik atas

tanah dengan bukti

kepemilikan yaitu

sertifikat.

Sertifikat bukan

merupakan alat

bukti yang mutlak

terbukti dalam

kasus ini, dalam

kasus ini sertifikat

dibatalkan oleh

Pengadilan Tata

Usaha Negara

karena dasar dari

peralihannya cacat

yuridis, bank dalam

hal ini dapat

melakukan

beberapa tindakan

untuk mendapatkan

jaminan lainnya.

3. Teori Hak Tanggungan Pembatalan sertifikat

tidak serta merta

membatalkan

perjanjian kredit

bank, namun bank

tidak lagi memiliki

jaminan dalam

perjanjian kredit

tersebut karena

obyek jaminannya

yang telah dibatalkan

oleh Pengadilan Tata

Usaha Negara.

Tindakan yang dapat

dilakukan oleh bank

adalah dengan

meminta jaminan

pengganti, apabila

debitur beritikad baik

untuk menggantikan.

Namun apabila tidak

bank dapat

melakukan tindakan

baik melalui jalur

litigasi maupun non

litigasi.

Page 106: Tesis - repository.ub.ac.idrepository.ub.ac.id/9716/1/Safitri Dwi Wulansari.pdf · Kerangka teoritik dalam tesis ini adalah teori kepastian hukum, teori perlindungan hukum dan teori

4. Prinsip Kehati-hatian Prinsip kehati-

hatian merupakan

asas yang wajib

dilakukan oleh

bank dalam

memberikan kredit

kepada debitur.

Prinsip kehati-hatian

ini wajib dilakukan

untuk mengurangi

kerugian bagi bank.

Tabel 1.4

Perbedaan Litigasi dan Non Litigasi

Karateristik Litigasi Non Litigasi

Bentuk Sikap Tidak Sukarela Sukarela

Pemutus Perkara Hakim Para Pihak

Kekuatan Putusan Mengikat, dapat dibanding dan

setelah final memiliki kekuatan

eksekutorial

Mengikat para pihak

namun tidak memiliki

kekuatan eksekutorial

Sifat Terbuka Tertutup

Jangka Waktu 6 bulan-5 tahun Berdasarkan kesepakatan

para pihak

Prosedural Formal Informal

Page 107: Tesis - repository.ub.ac.idrepository.ub.ac.id/9716/1/Safitri Dwi Wulansari.pdf · Kerangka teoritik dalam tesis ini adalah teori kepastian hukum, teori perlindungan hukum dan teori

Biaya Mahal Relatif lebih mura

Pihak Terkait Hakim Para pihak dan pihak

ketiga sebagai penengah

Sumber : Bahan Hukum Primer, diolah 2017

Page 108: Tesis - repository.ub.ac.idrepository.ub.ac.id/9716/1/Safitri Dwi Wulansari.pdf · Kerangka teoritik dalam tesis ini adalah teori kepastian hukum, teori perlindungan hukum dan teori

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan dari hasil penelitian dan pembahasan diatas, dapat disimpulkan

bahwa :

1. Pertimbangan hakim dalam memutuskan perkara ini adalah karena

peralihan hak milik tersebut berdasarkan suatu akta jual beli yang cacat

yuridis karena dibuat berdasarkan suatu akta perjanjian pengikatan jual

beli yang cacat. Perjanjian pengikatan jaul beli tersebut dibuat oleh dan

dihadapan seorang Notaris yang telah menjabat dan tanggal pada akta

tersebut dimanipulasi tidak sesuai dengan tanggal pembuatan

sebenarnya.

2. Perlindungan hukum yang didapat oleh pihak bank selaku kreditor

terbagi atas 2 cara, yaitu perlindungan hukum secara preventif dan

represif. Preventif adalah tindakan untuk mencegah terjadinya suatu

sengketa. Tindakan preventif yang dapat dilakukan oleh pihak bank

adalah dengan menerapkan prinsip kehati-hatian sesuai dengan

ketentuan perbankan yang berlaku, baik ketentuan dalam Undang-

undang Perbankan maupun peraturan pemerintah dan Bank Indonesia.

Tindakan kedua yang dapat melindungi pihak bank adalah dengan cara

represif atau penyelesaian sengketa. Perlindungan hukum represif

dibagi atas dua cara yaitu litigasi dan non litigas. Litigasi adalah

penyelesaian sengketa dengan jalur peradilan sedangan non litigasi

adalah penyelesaian sengketa diluar pengadilan. Penyelesaian non

Page 109: Tesis - repository.ub.ac.idrepository.ub.ac.id/9716/1/Safitri Dwi Wulansari.pdf · Kerangka teoritik dalam tesis ini adalah teori kepastian hukum, teori perlindungan hukum dan teori

litigasi yang dapat dilakukan adalah konsultasi, mediasi, negoisasi,

konsiliasi dan aribitrase.

B. Saran

1. Bagi penerima pihak bank selaku kreditor lebih berhati-hati apabila

menerima kredit. Dengan menggunakan prinsip kehati-hatian dapat

mencegah terjadinya suatu kredit yang bermasalah.

2. Bagi Notaris/ PPAT lebih berhati-hati dan jujur dalam membuat suatu akta

notaris, karena akta notaris dapat dijadikan suatu alat bukti tertulis yang

nantinya akan menjamin suatu kepastian hukum bagi para pihak.

3. Bagi Debitur harus lebih jujur apabila menyampaikan suatu informasi

kepada seorang notaris agar tidak lagi terjadi kerugian didepannya.