proanfis 3 fixx
DESCRIPTION
pronfisTRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Berat badan merupakan permasalahan bagi masyarakat khususnya kaum
wanita. Menurut riset kesehatan dasar kementerian kesehatan tahun 2007 dan 2010,
perempuan dengan berat badan diatas ideal meningkat dari 23,8 persen menjadi 26,9
persen. Kemudian laki-laki dengan berat badan diatas normal meningkat dari 13,9
persen menjadi 16,6 persen. Banyak risiko akan penyakit yang ditimbulkan dari
kelebihan berat badan, diantaranya penyakit kronis tidak menular seperti diabetes tipe
II, tekanan darah tinggi, penyakit kardiovaskuler, dan termasuk kanker. Selain itu
kelebihan berat badan dapat menyebabkan kerusakan pada sistem rangka, seperti
mempengaruhi persendian, lutut, tumit, kaki dan punggung. Kelebihan berat badan
juga menyulitkan kita dalam bergerak dan beraktivitas (Med Express, 2009).
Banyak cara yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah berat badan, baik
secara alami maupun modern. Mengatasi masalah berat badan secara alami dapat
menggunakan dengan ekstrak curcuma xanthorrhiza dan Guazuma ulmifola. Curcuma
xanthorrhiza digunakan untuk mengobati penyakit hati dan ginjal, kemudian
Guazuma ulmifolia digunakan sebagai bahan pelangsing tubuh (Heyne, 1987). Selain
itu kandungan kafein dan katein pada Camelia sinensis dapat mengurangi akumulasi
lemak pada tubuh (Namita, Mukesh, & Vijay, 2012).
Perhitungan parameter-parameter efisiensi pencernaan seperti laju konsumsi,
laju pertumbuhan, laju pertumbuhan relatif, efisiensi pakan dan pencernaan, serta
efisiensi absorbsi kemudian penggunaan kandang metabolisme pada mencit yang
mempermudah pengukuran parameter-parameter sistem pencernaan dapat digunakan
untuk mengetahui permasalahan yang berkaitan dengan sistem pencernaan, seperti
kehilangan atau kelebihan berat badan. Penentuan parameter-parameter tersebut
penting untuk mengetahui apakah sistem pencernaan bekerja dengan efisien atau
tidak sehingga jika terdapat gangguan pada sistem pencernaan dapat diketahui lebih
awal. Selain hal tersebut dari hasil penentuan parameter-parameter efisiensi
pencernaan dapat dibuat penarikan kesimpulan tentang berbagai zat apa saja yang
dapat mempengaruhi nafsu makan hingga pembentukan lemak dalam tubuh.
Sehingga dari parameter-parameter pencernaan dan juga penggunaan kandang
metabolisme yang membantu pengukuran parameter-parameter sistem pencernaan
dapat diketahui pengaruh zat-zat tertentu seperti slimming tea dan kurkumin pada
mencit (Mus musculus).
1.2 Tujuan
Tujuan yang ingin dicapai dalam praktikum pendedahan dan pencernaan
mencit (Mus musculus) kali ini adalah:
1. Menentukan nilai parameter pencernaan untuk pendedahan slimming tea
pada mencit Mus musculus
2. Menentukan nilai parameter pencernaan untuk pendedahan kurkumin pada
mencit Mus musculus
3. Menentukan nilai parameter pencernaan untuk pendedahan akuades pada
mencit Mus musculus
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Sistem Pencernaan Mamalia
Sistem pencernaan mamalia tersusun oleh organ pencernaan atau saluran
pencernaan dan kelenjar aksesoris yang menyekresikan getah pencernaan dalam
saluran pencernaan. Pada dinding saluran pencernaan terdapat gerakan peristaltik
yang dilakukan otot polos, gerakan tersebut merupakan gelombang kontraksi
berirama. Gerakan peristaltik ini akan mendorong makanan di sepanjang saluran
tersebut. Sfingter adalah modifikasi lapisan otot pada persambungan antara segmen-
segmen pipa pencernaan. Pengolahan makan pada mamalia dimulai dari rongga
mulut, faring, dan esofagus. Makanan dilumasi terlebih dahulu dan kemudian
pencernaan dimulai di dalam rongga mulut, makanan dihaluskan dengan bantuan
enzim amilase yang mengubah karbohidrat menjadi gula. Kemudian faring adalah
persimpangan menuju trakea dan kerongkonga. di persimpangan menuju trakea dan
kerongkongan terdapat epiglotis yang umumnya mencegah makan masuk ke saluran
pernapasan atau trakea. Dari kerongkongan makanan di dorong ke dalam lambung
melalui gerakan peristaltik otot polos. Di dalam lambung makanan disimpan dan
disekresikan getah pencernaan yang mengubah makan menjadi kim asam. Setelah
dari lambung makanan bergerak kedalam usus halus, di dalam usus halus nutrien
makanan diserap. Kemudian di dalam usus besar terjadi penyerapan kembali air dan
terjadi sintesi vitamin oleh bakteri dalam lambung. Kemudian fese dikeluarkan
melalui anus (Reece, Taylor, Simon, & Dickey, 2012).
2.2 Curcuma xanthorizza (Berkaitan Dengan Pencernaan)
Curcuma xanthorizza atau yang disebut sebagai temulawak mengandung tiga
komponen yaitu bisdemethoxycurcumin, demethoxcycurcumin, dan curcumin
(Ruslay, et al., 2007). Rimpang Curcuma xanthorrhiza berbau aromatik tajam,
rasanya pahit dan agak pedas (Dalimartha, 2006). Pada bagian rimpang dari Curcuma
xanthorrhiza digunakan sebagai obat. Khasiat dari Curcuma xanthorrhiza adalah
menurunkan kadar kolestrol yang tinggi, mengatasi gangguan hati dan empedu,
radang lambung, gangguan pencernaan, dan gangguan pada saat menstruasi
(Hembing, 2008). Temulawak (Curcuma xanthorizza) merupakan salah satu jenis
bahan yang mengandung komponen kurkuminoid dan minyak atsiri (Dharma, 1987).
Kandungan curcumin dalam Curcuma xanthorizza dapat menurunkan volume
kantung empedu (Rasyid & Lelo, 1999) dan fungistatik terhadap jamur dan
bakteriostatik pada mikroba Staphyllococcus sp. dan Salmonella sp. (Dalimartha,
2006).
2.3 Guazumae folium
Guazumae ulmifolia lamk. atau disebut Jati Belanda adalah tanaman
berbentuk semak atau pohon dengan tinggi 10-20 meter, termasuk suku Streculiaceae
dan kelas Diccotyledonae. Tanaman ini memiliki pangkal daun menjorong
membentuk jantung, ujung daunnya lancip, permukaan atas berbulu tetpi jarang
sedangkan permukaan bawah berburu rapat. Bunganya berwarna kuning dan
berbintik-bintik merah sedangkan buahnya beruang lima dan berwarna hitam (Heyne,
1987). Penggunaan ekstrak daun Jati Belanda secara tradisional sebagai obat
pelangsing sudah banyak dilakukan, aktivitas pelangsing dari ekstrak daun Jati
Belanda biasanya disebabkan oleh adanya tannin dan getah lender dalam ekstrak
tersebut (Dzulkarnian & L., 1996).
2.4 Theae folium
Theae folium atau yang disebut Camelia sinensis merupakan famili Theaceae.
Teh ini mengandung katein yang berfungsi sebagai antioksidan in vitro maupun in
vivo. Selain kandungan katein, teh ini juga mengandung vitamin dan mineral yang
dapat meningkatkan poteni antioksidan. Tanaman ini banyak dibudidayakan hampir
di seluruh dunia. Tanaman teh ini banyak digunakan sebagai tanaman obat di India,
Cina, Jepang dan Thailand. Kemudian kandungan kafein dan katein pada Camelia
sinensis dapat mengurangi akumulasi lemak pada tubuh (Namita, Mukesh, & Vijay,
2012).
2.5 Pendedahan IP, IV, Subkutan, IM, dan Oral Gavage
Injeksi intravena memiliki keunggulan dibandingkan dengan pendedahan
yang lain. Keunggulan tersebut ialah cairan dengan konsentrasi tinggi, pH tinggi atau
rendah dapat diberikan dengan cara pendedahan intravena. Senyawa yang sulit
diserap oleh saluran pencernaan dapat diberikan dengan cara pendedahan intravena.
Pendedahan ini sangat memerlukan keahlian dan ketrampilan. Pendedahan intravena
dilakukan pada bagian ekor mencit. Pendedahan dilakukan dibagian ekor mencit
karena ekor mencit banyak terdapat vena dan mudah dilihat jika ekor mencit
dipanaskan terlebih dahulu (Weiss, Taylor, Zimmermann, & Nehbendahl, 2000).
Intramuskular adalah pendedahan yang dilakukan pada otot mencit.
Pendedahan ini sebaiknya dihindari karena mengingat otot mencit yang sangat kecil.
Pendedahan ini biasanya dilakukan pada otot bagian femur yang lebih besar
dibandingkat otot pada bagian lain. Teknik dan pengendalian diri yang baik perlu
dilakukan dan juga pendedahan intramuskular sebaiknya hanya dilakukan oleh tenaga
yang terlatih (Nebendahl, 2000).
Pendedahan Intraperiteoneal merupakan jalur yang umum digunakan karena
teknis yang sederhana dan mudah. Penyerapan dengan metode ini membutuhkan
waktu yang cukup lama. Tingkat penyerapan dari jalur pendedahan ini biasanya satu
setengah sampai seperempat dari kecepatan pendedahan intravena. Jalur pendedahan
ini hanya bisa dilakukan dengan larutan yang isotonik dengan tubuh dan volume yang
cukup besar. Jalur pendedahan ini kurang toleransi terhadap larutan dengan pH non-
fisiologis (Woodard, 1965).
Pendedahan subkutan mudah dilakukan dan jarang menyakitkan. Kemudian
tingkat penyerapan dari jalur pendedahan ini lebih rendah dibandingkan dengan jalur
pendedahan intraperitoneal atau intramuskular. Pendedahan subkutan dilakukan
kedalam kulit longgar selama interskapula atau daerah inguinal (Nebendahl, 2000).
Oral gavage merupakan metode yang paling sederhana untuk pendedahan
karena memberikan substansi dengan makanan ataupun air minum. Namun, jalur
pendedahan ini sulit dilakukan dengan substansi yang tidak larut atau zat kimia yang
tidak stabil dalam air minum maupun ketika substansi mengiritasi mukosa dari
saluran pencernaan. Jalur pendedahan ini dilakukan dengan cara memasukan
substansi dalam syringe langsung kedalam lambung mencit melalui mulut (Weiss,
Taylor, Zimmermann, & Nehbendahl, 2000).
2.6 Dosis-Dosis Pendedahan
Menurut Fox (2007), Sebelum melakukan pendedahan zat kepada hewan, ada
beberapa hal yang harus deperhatikan diantaranya pH, sterilitas, sifat kimia dari zat
yang digunakan, dosis yang diberikan, frekuensi pendedahan, volume yang akan
didedahkan, dan jalur pendedahan. Dalam pendedahan, terutama pendedahan zat
kepada Mus musculus, terdapat dosis-dosis tertentu yang perlu diperhatikan. Dosis-
dosis tersebut pada tabel 2.1.
Tabel 2.1 Dosis pendedahan pada Mus musculus
2.7 Parameter-Parameter Terkait Sistem Pencernaan
Parameter-parameter yang terkait dengan sistem pencernaan diantaranya
adalah laju pertumbuhan, laju konsumsi pakan, laju pertumbuhan relatif, efisiensi
pakan, efisiensi pencernaan dan efisiensi penyerapan (Areej, et al., 2012).
Laju konsumsi pakan mencit merupakan jumlah pakan yang dikonsumsi oleh
mencit dengan satuan waktu per harinya. Rumus dari laju konsumsi pakan
mencit adalah laju konsumsi (CR )=C (gram)t (hari)
Efisiensi pakan adalah kemampuan mencit mengubah pakan yang dikonsumsi
ke dalam bentuk tambahan bobot berat tubuh.
Laju pertumbuhan relatif (RGR)¿(W t−W 0 )
W 0
x100 %
Laju konsumsi relatif = (makanan yang dikonsumsi per hari/ Parameter
tersebut dapat diukur berdasarkan perhitungan berikut berat hewan rata-rata) x
100%
Laju pertumbuhan (GR)= Berat tubuh yang didapatkan per harinya
Efisiensi absorpsi ( AE )= Wt−WOC−F−U
×100 %
2.8 Kandang Metabolisme
Dalam perkembangan dan penelitian ilmu gizi kandang metabolisme berperan
sangat penting. Kandang metabolisme digunakan sebagai eksperimen untuk
menentukan parameter-parameter seperti kebutuhan akan nutrisi oleh hewan,
kemampuan mencerna nutrisi, ekresi endogen, keseimbangan mineral dalam tubuh,
dan lau ekskresi urin. Prinsip kerja kandang metabolisme itu sendiri adalah dengan
pengambilan data dari jumlah dan frekuensi hasil ekresi yang dikeluarkan oleh hewan
tersebut (Hendriks, S., & Tarttekin, 1999).
Kandang metabolisme tersusun dari bagian atas dengan atap yang terbuat dari
bahan polikarbonat. Bagian luar, terdapat tempat pakan yang ukurannnya telah
disesuaikan agar hewan tidak bersarang di dalamnya. Tempat makan dibuat dengan
laci agar tidak ada kontaminasi antara urin dengan pakan. Bagian bawah kandang
terdapat tabung wadah urin untuk menampung urin yang nantinya akan diukur.
Sedangkan untuk fases hewan dialirkan ke bagian corong lainnya yang dibawahnya
sudah tersedia tabung untuk mengumpulkan feses (Tarland, 2007). Contoh kandang
metabolisme pada gambar 2.1.
Gambar 2.1 Kandang metabolisme
(sumber: Tarland, 2007)
BAB III
METODOLOGI
3.1 Alat dan Bahan
Pada pratikum pendedahanzat dan sistem pencernaan Mus musculus ini, alat
dan bahan yang digunakan terdapat pada tabel 3.1.
Tabel 3.1 Alat dan bahan
Alat Bahan
1. Kandang metabolisme
2. Sarung tangan (glove)
3. Timbangan digital
4. Syringe dan jarum suntik
5. Wadah penampung feses
6. Gelas penampung urin
7. Gelas kimia
8. Tabung falcon
9. Botol vial
10. Baki preparasi
11. Jarum gavage
12. Oven
1. Mencit (Mus
musculus)
2. Pakan mencit
3. Akuades
4. Alumunium foil
5. Larutan NaCl 0,9%
6. Alkohol 70%
7. Deterjen
8. Zat yang didedahkan
(akuades, kurkumin,
slimming tea)
3.2 Cara Kerja
3.2.a Pendedahan Zat pada Mencit (Mus musculus)
3.2.a.1 Injeksi Intravena
Sebelum melakukan praktikum, kelengkapan alat dan bahan disiapkan serta
dicek kelayakannya agar memadai saat dilakukan praktikum. Saat praktikum baru
dimulai,disiapkan syringe bervolume 1 mL dengan jarum suntik maksimal
berdiameter 27 gauge. Selanjutnya syringe diisi dengan NaCl 0,9% sebanyak yang
dibutuhkan. Setelah syringe siap, mencit diposisikan ekornya keluar dri jeruji
kandang ataupun tabung falcon. Suntikan dilakukan pada salah satu diantara dua vena
pada lateral ekor mencit, lalu ekor ditahan menggunakan jempol dan telunjuk tangan.
Alkohol 70% dioleskan pada bagian yang akan disuntik. Saat dilakukan penyuntikan,
jarum suntik disejajarkan dengan vena, lalu diinjeksi dengan perlahan. Bagian yang
baru saja disuntik diolesi dengan alkohol 70%.
3.2.a.2 Injeksi Intraperitonial
Alat yang digunakan dipersiapkan sama dengan saat percobaan injeksi
intravena. Pada saat melakukan injeksi intraperitonial, mencit dipegang dengan
prosedur yang benar (jari telunjuk dan jempol tangan memegang kulit bagian
punggung hingga leher secara erat). Alkohol lalu dioleskan pada bagian yang akan
disuntik. Selanjutnya jarum suntik dimasukkan pada bagian kanan abdomen mencit.
Sebelum diinjeksikan zatnya, terlebih dahulu dilakukan aspirasi. Injeksi dilakukan
ketika tidak terjadi perubahan warna paa syringe saat dilakukan aspirasi. Untuk
sentuhan akhirnya, alkohol 70% dioleskan pada bagian yang telah disuntik.
3.2.a.3 Injeksi Intramuskular
Zat yang akan didedahkan dipersiapkan terlebih dahulu, yaitu NaCl 0,9%.
Kemudian syringe diisi dengan zat yang akan didedahkan hingga mencapai volume
yang diinginkan, saat mengisi syringe dihindari adanya gelembung udara pada
syringe dan jarum suntik. Sebelum dilakukannya injeksi mencit dibius terlebih
dahulu, saat akan dibius mencit diposisikan bagian ventral menghadap atas. Pada
bagian yang akan disuntik dioleskan alkohol 70%. Selanjutnya ujung jarung suntik
diarahkan jauh dari femur dan saraf sciatic. Kemudian jarum suntik dimasukkan
melalui kulit dan masuk kedalam otot. Jika tidak terdapat darah atau cairan tubuh
berarti prosedur sudah benar. Pada bagian yang telah disuntik kemudian dioleskan
alkohol 70%.
3.2.a.4 Injeksi Subkutan
Alat yang digunakan pada percobaan injeksi subkutan sama dengan saat
percobaan injeksi intravena. Pada injeksi subkutan, mencit dipegang dengan cara
menarik kulit. Alkohol 70% dioleskan pada kulit yang akan disuntik. Injeksi
dilakukan pada bagian dasar kulit yang telah ditarik sebelumnya. Selanjutnya alkohol
70% dioleskan pada bagian yang baru saja disuntik.
3.2.a.5 Oral Gavage
Setelah disiapkan alat dan bahan untuk percobaan oral gavage, mencit
dipegang terlentang dengan memegang leher bagian dorsal. Lalu jalur gavage diukur
secara eksternal dari ujung hidung. Jarum gavage diposisikan ke kanan atau ke kiri
dari gigi seri. Dengan bantuan tabung, kepala mencit diluruskan hingga esophagus.
Zat diinjeksi ketika jarum mencapai kedalaman yang diinginkan.
3.2.b Sistem Pencernaan Mencit (Mus musculus)
3.2.b.1 Inisiasi
Mus musculus ditimbang dan dicatat berat badannya, kemudian dimasukkan
ke dalam kandang metabolisme yang telah disiapkan. Dimasukkan pakan sebanyak
10% dari berat badan Mus musculus ke dalam tempat pakan dan diberikan minum
secara ad libitum. Wadah penampung feses dan gelas penampung urin ditimbang dan
ditempatkan di bawah saluran feses dan saluran urin.
3.2.b.2 Pemeliharaan dan Pemberian Perlakuan
Selama pemeliharaan dan pemberian perlakuan, dilakukan penimbangan berat
badan Mus musculus setiap hari. Mus musculus dikeluarkan dari kandang, ditimbang,
dan dicatat berat badannya. Setiap hari Mus musculus juga didedah, jarum gavage
dipasang pada syringe, lalu dimasukkan zat ke dalam alat gavage. Mus musculus
kemudian ditangkap dan diposisikan secara vertikal. Dimasukkan alat gavage ke
dalam kerongkongan mencit lalu zat diinjeksi. Alat gavage dikeluarkan lalu dicuci
dengan air keran, air sabun, dan akuades secara berturut-turut dan Mus musculus
dikembalikan ke kandang.
Dilakukan juga penimbangan dan pemberian pakan setiap hari. Tempat pakan
dilepas dari kandang metabolisme. Ditimbang pakan yang tersisa, dicatat beratnya,
kemudian dibuang. Diberikan kembali pakan baru yang sesuai dengan berat Mus
musculus. Tempat makan diletakkan kembali pada kandang metabolisme.
Pemberian minum dilakukan setiap hari. Tempat minum dilepas dari kandang
metabolisme dan diisi air secara ad libitum, kemudian diletakkan kembali pada
kandang metabolisme. Selain itu, feses juga ditimbang setiap hari. Wadah penampung
feses yang telah diketahui beratnya diambil dari kandang, lalu ditimbang dan dicatat
berat fesesnya. Feses yang telah ditimbang dibungkus ke dalam aluminium foil dan
disimpan. Wadah penampung feses diletakkan kembali pada kandang metabolisme.
Feses lalu dioven selama 24 jam setiap dua hari. Setelah kering, feses ditimbang dan
dicatat beratnya.
Setiap dua hari dilakukan penimbangan urin. Gelas penampung urin diambil
dari kandang, ditimbang, dan dicatat berat urinnya. Gelas penampung kemudian
diletakkan kembali pada kandang metabolisme.
BAB IV
HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Pengamatan Preparat
Berikut ini adalah foto hasil pengamatan apusan darah mencit dan
dibandingkan dengan foto literatur terdapat pada Tabel 4.1.
Tabel 4.1 data pengamatan preparat pencernaan
No. Organ Pengamatan mikroskop Gambar literatur
1. Esofagus
Gambar 4.1 sayatan melintang esofagus
perbesaran 40 kali (dokumentasi pribadi,
2015)
Gambar 4.4 sayatan melintang
esofagus (Schutz, 2006)
lumen
epitelLamina propria
Sub-mukosa
Gambar 4.2 sayatan melintang esofagus
perbesaran 100 kali (dokumentasi pribadi,
2015)
Gambar 4.3 sayatan melintang esofagus
perbesaran 400 kali (dokumentasi pribadi,
2015)
submukosa
Membran basal
Lamina propria
epitel
Mukosa muskularis
Sub-mukosa lumen
epitel
2. Lambung
Gambar 4.5 sayatan melintang lambung
perbesaran 40 kali (dokumentasi pribadi,
2015)
Gambar 4.8 sayatan melintang
lambung (Schutz, 2006)
Gambar 4.6 sayatan melintang lambung
perbesaran 100 kali (dokumentasi pribadi,
2015)
Sel parietalSel chief
Lamina propria
Sel parietalSel chief
Lamina propria
Sel parietal
Sel chief
Gambar 4.7 sayatan melintang lambung
perbesaran 400 kali (dokumentasi pribadi,
2015)
3. Duodenum
Gambar 4.9 sayatan melintang duodenum
perbesaran 40 kali (dokumentasi pribadi)
Gambar 4.12 sayatan melintang
duodenum (Schutz, 2006)
Gambar 4.10 sayatan melintang duodenum
perbesaran 100 kali (dokumentasi pribadi,
2015)
Crypt of libercoon
Lamina propia propria
Lamina propia propria
Gambar 4.11 sayatan melintang duodenum
perbesaran 400 kali (dokumentasi pribadi,
2015)
4. Usus besar
Gambar 4.13 sayatan melintang kolon
perbesaran 40 kali (dokumentasi pribadi,
2015) Gambar 4.16 sayatan melintang
kolon (Schutz, 2006)
Epitel
Crypt of libercoon
lumen
epitel
Lapisan muskularis
Jar. ikat
lumen
epitel
Lapisan muskularis
Jar. ikat
Gambar 4.14 sayatan melintang kolon
perbesaran 100 kali (dokumentasi pribadi,
2015)
Gambar 4.15 sayatan melintang kolon
perbesaran 400 kali (dokumentasi pribadi,
2015)
5. Rektum
Gambar 4.17 sayatan melintang rektum
perbesaran 40 kali (dokumentasi pribadi,
2015)
Gambar 4.20 sayatan melintang
rektum (Schutz, 2006)
Sel goblet
Lapisan muskular
otot
epitel
Gambar 4.18 sayatan melintang esofagus
perbesaran 100 kali (dokumentasi pribadi,
2015)
Gambar 4.19 sayatan melintang rektum
perbesaran 400 kali (dokumentasi pribadi,
2015)
4.2 Pengolahan Data
4.2.1 Data pengamatan
Data pengamatan dari total tiga perlakuan pendedahan zat dapat dilihat pada
tabel dibawah ini.
otot
epitelSel goblet
epitel
Sel goblet
Tabel 4.2 data pengamatan perlakuan dengan akuades
Hari, Tanggal
Berat pakan
rata2 per
mencit
(sebelum
ditambah)
Berat pakan
rata2
per mencit
(setelah
ditambah)
Rata2
Berat
Mencit
Berat
Feses
Kering
rata2
Berat Urin
rata2
per Mencit
Rabu, 30
September
2015 (Hari 0)
- 4 21,13 - -
Kamis, 1
Oktober 2015
(Hari 1)
0,610 4 20,17 0,485 0,733
Jumat, 2
Oktober 2015
(Hari 2)
1,367 4 19,87 0.254 0,110
Sabtu, 3
Oktober 2015
(Hari 3)
1,387 4 19,69 0.377 0,150
Minggu, 4
Oktober 2015
(Hari 4)
0,713 4 19,76 0,686 0,370
Senin, 5
Oktober 2015
(Hari 5)
1,790 6 20,49 0,727 0,335
Selasa, 6
Oktober 2015
(Hari 6)
2,120 6 21,16 0,973 0,370
Rabu, 7
Oktober 2015
(Hari 7)
1,780 6 21,48 0,851 0,945
Tabel 4.3 data perlakuan dengan slimming tea
Hari, Tanggal
Berat pakan
rata2 per
mencit
(sebelum
ditambah)
Berat pakan
rata2
per mencit
(setelah
ditambah)
Rata2
Berat
Mencit
Berat
Feses
Kering
rata2
Berat Urin
rata2
per Mencit
Rabu, 30
September 2015
(Hari 0)
- 4 21,69 - -
Kamis, 1 Oktober
2015 (Hari 1)1,317 4 20,88 0,231 0,150
Jumat, 2
Oktober 2015
(Hari 2)
1,577 4 20,64 0.643 0,277
Sabtu, 3
Oktober 2015
(Hari 3)
2,075 6 21,73 0.399 0,180
Minggu, 4 Oktober
2015
(Hari 4)
2,955 6 21,05 0,424 0,135
Senin, 5
Oktober 2015
(Hari 5)
4,905 6 20,55 0,072 0,080
Selasa, 6
Oktober 2015
(Hari 6)
4,925 6 19,81 0,186 0,030
Rabu, 7
Oktober 2015
(Hari 7)
4,325 - 19,80 0,167 0,075
Tabel 4.4 data pengamatan perlakuan dengan kurkumin
Hari, Tanggal
Berat pakan
rata2 per
mencit
(sebelum
ditambah)
Berat pakan
rata2
per mencit
(setelah
ditambah)
Rata2
Berat
Mencit
Berat
Feses
Kering
rata2
Berat Urin
rata2
per Mencit
Rabu, 30
September 2015
(Hari 0)
- 4 20,19 - -
Kamis, 1 Oktober
2015 (Hari 1)1,177 4 18,60 0,329 0,037
Jumat, 2
Oktober 2015
(Hari 2)
1,620 4 20,45 0.654 0,090
Sabtu, 3
Oktober 2015
(Hari 3)
1,303 4 20,31 0.306 0,033
Minggu, 4
Oktober 2015
(Hari 4)
1,683 4 20,12 0,130 0,127
Senin, 5
Oktober 2015
(Hari 5)
1,400 4 20,39 0,163 0,040
Selasa, 6
Oktober 2015
(Hari 6)
2,515 6 20,48 0,513 0,135
Rabu, 7
Oktober 2015
3,100 - 20,85 0,929 0,050
(Hari 7)
4.2.2 Pengolahan data
Hari yang dipilih untuk menentukan nilai parameter adalah hari Kamis
tanggal 1 Oktober 2015 ke hari Jumat tanggal 2 Oktober 2015. Perhitungan nilai
parameter dari berbagai perlakuan adalah sebagai berikut:
a. Perlakuan akuades
Laju konsumsi (CR)
¿ Ct=4−1,367
1=2,633 gram /hari
Laju pertumbuhan (GR)
¿(W t−W 0)
t=19,87−20,17
1=−0,30 gram /hari
Laju pertumbuhan relatif (RGR)
¿(W t−W 0 )
W 0
x100 %=19,87−20,1719,87
x100%=−1,51 %
Efisiensi pakan (FE)
¿(W t−W 0)
Cx 100 %=19,87−20,17
4−1,367x100 %=−11,39 %
Efisiensi pencernaan (ED)
¿ C−F−UC
x100 %=2,633−0,254−0,1102,633
x100 %=86,18 %
Efisiensi absorbsi (AE)
¿(W t−W 0)C−F−U
x 100 %= 19,87−20,172,633−0,254−0,110
x100 %=−13,22%
b. Perlakuan slimming tea
Laju konsumsi (CR)
¿ Ct=4−1,577
1=2,423 gram /hari
Laju pertumbuhan (GR)
¿(W t−W 0)
t=20,64−20,88
1=−0,24 gram /hari
Laju pertumbuhan relatif (RGR)
¿(W t−W 0 )
W 0
x100 %=20,64−20,8820,64
x100 %=−1,16 %
Efisiensi pakan (FE)
¿(W t−W 0)
Cx 100 %=20,64−20,88
4−1,577x100 %=−9,91%
Efisiensi pencernaan (ED)
¿ C−F−UC
x100 %=2,423−0,643−0,2772,423
x100 %=62,32%
Efisiensi absorbsi (AE)
¿(W t−W 0)C−F−U
x 100 %= 20,64−20,882,423−0,643−0,277
x 100 %=−15,89 %
c. Perlakuan kurkumin
Laju konsumsi (CR)
¿ Ct=4 – 1,620
1=2,380 gram /hari
Laju pertumbuhan (GR)
¿(W t−W 0)
t=20,45−18,60
1=1,85 gram /hari
Laju pertumbuhan relatif (RGR)
¿(W t−W 0 )
W 0
x100 %=20,45−18,6020,45
x100%=9,05 %
Efisiensi pakan (FE)
¿(W t−W 0)
Cx 100 %=20,45−18,60
4−1,620x 100 %=77,73 %
Efisiensi pencernaan (ED)
¿ C−F−UC
x100 %=2,380−0,654−0,0902,380
x 100 %=68,74 %
Efisiensi absorbsi (AE)
¿(W t−W 0)C−F−U
x 100 %= 20,45−18,602,380−0,654−0,090
x100 %=113,08 %
4.2.3 Perbandingan 3 Perlakuan Pendedahan Zat
Hasil perbandingan 3 perlakuan pendedahan zat dapat dilihat pada grafik
dibawah ini.
perlakuan akuades perlakuan slimming tea perlakuan kurkumin2,2002,3002,4002,5002,6002,700 2,633
2,423 2,380
LAJU KONSUMSI
Perlakuan
Laj
u K
onsu
msi
(gra
m/h
ari)
Grafik 4.1 Perbandingan Laju Konsumsi
Akuades Slimming tea Kurkumin-0.5
0
0.5
1
1.5
2
-0.3 -0.24
1.58
LAJU PERTUMBUHAN
Perlakuan
Laj
u P
ertu
mbu
han
(gra
m/h
ari)
Grafik 4.2 Perbandingan Laju Pertumbuhan
Akuades Slimming tea Kurkumin
-4-202468
10
-1.51 -1.16
9.05
LAJU PERTUMBUHAN RELATIF
Perlakuan
Laj
u P
ertu
mbu
h R
elat
if(%
)
Grafik 4.3 Perbandingan Laju Perumbuhan Relatif
Akuades Slimming tea Kurkumin-200
20406080
100
-11.39 -9.91
77.73
EFISIENSI PAKAN
Perlakuan
Efi
sien
si P
akan
(%)
Grafik 4.4 Perbandingan Efisiensi Pakan
Akuades Slimming tea Kurkumin0
50
100 86.1862.32 68.74
EFISIENSI PENCERNAAN
Perlakuan
Efi
sien
si
Pen
cern
aan
(%)
Grafik 4.5 Perbandingan Efisiensi Pencernaan
Akuades Slimming tea Kurkumin
-40-20
020406080
100120140
-13.22 -15.89
113.08
EFISIENSI ABSORPSI
Perlakuan
Efi
sien
si A
bsor
psi
(%)
Grafik 4.6 Perbandingan Efisiensi Absorpsi
4.2 Pembahasan
Praktikum kali ini salah satu tujuannya adalah untuk membandingkan berbagai
perlakuan yang diberikan kepada mencit untuk melihat parameter-parameter yang
mempengaruhi sistem pencernaan. Perlakuan yang diberikan kepada mencit ialah pemberian
akuades, pemberian slimming tea dan pemberian kurkumin. Perlakuan pemberian akuades
pada mencit hanya sebagai kontrol terhadap pemberian kurkumin dan slimming tea.
Dari data yang diperoleh terlihat bahwa laju konsumsi untuk perlakuan akuades pada
mencit bernilai 2,633 gram/hari, laju konsumsi untuk perlakuan slimming tea bernilai 2,423
gram/hari, dan laju konsumsi untuk perlakuan kurkumin bernilai 2,380 gram/hari .
Sedangkan untuk perlakuan slimming tea pada mencit laju konsumsinya bernilai lebih tinggi
dibandingkan dengan perlakuan kurkumin maupun slimming tea . Hal tersebut menunjukkan
ketidaksesuaian dengan literatur. Menurut Suharmiati (2004), slimming tea mengandung
Guazuma ulmifolia yang salah satu fungsi dari Guazuma ulmifolia adalah
menurunkan nafsu makan. Tetapi dari data yang diperoleh laju konsumsi yang
terbesar adalah perlakuan akuades. Hal tersebut terjadi karena aktivitas yang
dilakukan oleh mencit dapat mempengaruhi laju konsumsi pada mencit. Selain hal
tersebut, terserapnya substansi yang diberikan pada mencit besar pengaruhnya pada
aktivitas maupun psikologi mencit (Woodard, 1965).
Parameter lain yang diukur dalam sistem pencernaan adalah laju
pertumbuhan. Dari data yang diperoleh, laju pertumbuhan mencit yang diberi
kurkumin bernilai 1,85 gram/hari sedangkan mencit yang diberi akuades laju
pertumbuhannya bernilai -0,30. Kemudian untuk mencit yang diberi slimming tea
bernilai -0,24. Dari data tersebut laju pertumbuhan yang terbesar adalah perlakuan
dengan pemberian kurkumin. Hal ini sesuai dengan literatur karena kurkumin dapat
meningkatkan nafsu makan (Herliana, 2013). Kemudian laju pertumbuhan yang
paling rendah adalah perlakuan dengan pemberian akuades.
Parameter berikutnya adalah laju pertumbuhan relatif. Dari hasil data yang
diperoleh perbandingan antara perlakuan akuades, kurkumin, dan slimming tea
menunjukan bahwa laju pertumbuhan relatif yang terbesar adalah pada pemberian
perlakuan kurkumin. Sedangkan laju pertumbuhan relatif yang terendah adalah
pemberian perlakuan akuades. Laju pertumbuhan relatif mencit dengan pemberian
kurkumin bernilai 9,05%, laju pertumbuhan relatif mencit dengan pemberian
akuades bernilai -1,51%, laju pertumbuhan relatif mencit dengan pemberian slimming
tea bernilai -1,16%.
Parameter yang diukur selanjutnya adalah efisiensi pakan. Dari hasil yang
diperoleh menunjukan efisiensi pakan yang terbesar adalah pada perlakuan kurkumin.
Efisiensi pakan rata-rata pada perlakuan pemberian akuades pada Mus musculus
adalah -11,39%, pada perlakuan pemberian kurkumin 77,73%, dan pada perlakuan
pemberian slimming tea adalah -9,91%. Efisiensi pakan paling besar adalah pada
pemberian kurkumin.
Dari beberapa parameter di atas, jika dibandingkan dengan literatur, menurut
Hembing (2008), kandungan kurkumin dari Curcuma xanthorrhiza berfungsi untuk
merangsang sel hati untuk memperlancar sekresi empedu sehingga pemecahan lemak
dapat berjalan dengan lancar. Selain itu, kurkumin juga memperlancar pengeluaran
lemak ke usus. Dengan hal itu, pemberian zat ini dapat meningkatkan laju
pertumbuhan, laju pertumbuhan relatif, dan efisiensi pakan.
Efisiensi pencernaan pada perlakuan pemberian akuades pada Mus musculus
adalah 86,18%. Sedangkan pada perlakuan pemberian kurkumin bernilai 68,74%
dan pada perlakuan pemberian slimming tea adalah 62,32%. Hal ini menunjukkan
bahwa efisiensi pencernaan paling besar adalah pada Mus musculus dengan perlakuan
pemberian akuades.
Efisiensi absorbsi pada perlakuan pemberian akuades pada Mus musculus
adalah −13,22%. Sedangkan pada perlakuan pemberian kurkumin bernilai 113,08%
dan pada perlakuan pemberian slimming tea adalah −15,89%. Efisiensi absorbsi
terbesar adalah pada pemberian kurkumin.
Data diatas menunjukkan bahwa kurkumin dapat berfungsi untuk
meningkatkan nafsu makan sehingga laju pertumbuhan, laju pertumbuhan relatif,
efisiensi absorpsi dan efisiensi pakan bertambah. Parameter lain yang tidak sesuai
seperti laju konsumsi, efisiensi pencernaan dan efisien pencernaan dapat disebabkan
karena terserapnya atau tidaknya substansi yang diberikan pada mencit berpengaruh
pada aktivitas maupun psikologi mencit (Woodard, 1965).
Pendedahan menggunakan metode oral gavage termasuk pendedahan yang
mudah. Pendedahan oral gavage memberikan substansi melalui air minum atau
makanan. Terserapnya subtansi yang diberikan ke dalam tubuh sangat mempengaruhi
parameter yang diukur. Substansi dapat terserap dengan baik jika oral gavage
dilakukan pada saat lambung mencit dalam keadaan kosong (Woodard, 1965). Jika
substansi yang dimasukkan tidak dapat terserap dengan baik maka subtansi tidak akan
berpengaruh secara efektif terhadap parameter yang diukur. Sehingga waktu
pemberian subtansi dengan pendedahan oral gavage perlu diperhatikan. Woodard
(1965), menemukan bahwa perut mencit dapat bertahan dalam kondisi kosong selama
6, 12, dan 18 jam. Namun hanya selama 6 jam saja mencit berada dalam keadaan
lapar tetapi tidak mengalami stress. Selain hal tersebut ada faktor lain yang
menyebabkan oral gavage mempengaruhi parameter-parameter sistem pencernaan.
Hal tersebut adalah subtansi yang diberikan dapat bercampur baik dengan air atau
tidak (Woodard, 1965). Jika substansi yang diberikan tidak dapat bercampur dengan
air maupun mukosa yang dilewati, maka hal tersebut akan mempengaruhi terserapnya
substansi oleh tubuh yang pada akhirnya akan mempengaruhi parameter-parameter
sistem pencernaan.
Dari beberapa parameter di atas, dapat diketahui bahwa kurkumin menambah
nafsu makan sehingga laju nilai parameter pencernaan lebih besar dibandingkan
dengan perlakuan lain. Kemudian parameter pencernaan untuk perlakuan slimming
tea bernilai lebih rendah dibandingkan dengan perlakuan kurkumin. Hal tersebut
dikarenakan kurkumin berfungsi menambah nafsu makan (Herliana, 2013), dan
BAB V
KESIMPULAN
Dari hasil pengamatan dan pembahasan yang sudah dilakukan, dapat disimpulkan
bahwa:
1. Nilai parameter pencernaan untuk pendedahan slimming tea pada mencit
Mus musculus adalah sebagai berikut:
a. Laju konsumsi (CR) =
b. Laju pertumbuhan = −0,24 gram /hari
c. Laju pertumbuhan relatif = −1,16 %
d. Efisiensi pakan = −9,91 %
e. Efisiensi pencernaan = 62,32 %
f. Efisiensi penyerapan = −15,89 %
2. Menentukan nilai parameter pencernaan untuk pendedahan kurkumin pada
mencit Mus musculus
a. Laju konsumsi (CR) = 1,85 gram /hari
b. Laju pertumbuhan = 1,85 gram /hari
c. Laju pertumbuhan relatif = 9,05 %
d. Efisiensi pakan = 77,73%
e. Efisiensi pencernaan = 68,74 %
f. Efisiensi penyerapan = 113,08%
3. Menentukan nilai parameter pencernaan untuk pendedahan akuades pada
mencit Mus musculus
a. Laju konsumsi (CR) = 2,633 gram /hari
b. Laju pertumbuhan = −0,30 gram /hari
c. Laju pertumbuhan relatif = −1,51 %
d. Efisiensi pakan = −11,39%
DAFTAR PUSTAKA
Areej, Ahmed, Ruslaf, Astawa, Muslaf, & Ameer. (2012). Role of Anise Seeds Powder (Pimpinella anisum) on Some Blood Aspects and Growth Parameters of Common Carp Fingerlings (Cyprinus carpio L.). Pakistan Journal of Nutrition, 11(11), 1081-1086.
Dalimartha, S. (2006). Atlas Tumbuhan Obat Indonesia Jilid 2. Jakarta: Niaga Trubus Agriwidya.
Dharma A., P. (1987). Indonesian Medical Plants, 1st Ed., Balai Pustaka: Jakarta.
Dzulkarnian, B., & L., W. (1996). Scientific back up of tradisional remedy for obesity. Cermin Dunia Kedokteran, 3, 49-52.
Fox, J.G. et al.. 2007. Drug Administration. Biomethodology and Surgical Techniques in The Mouse in Biomedical Research Vol.3. 2: 444-454
Hembing, W. H. (2008). Ramuan Herbal Penurun Kolesterol. Jakarta: Niaga Swadaya.
Hendriks, W. H., S., W., & Tarttekin, M. F. (1999). A metabolism cage for quantitative urine collection and accurate measurement of water balance in adult cats (Felis catus). Journal of Animal Physiology and Animal Nutrition, 82, 94-105.
Herliana, E. (2013). Penyakit Asam Urat Kandas dengan Herbal. Jakarta: FMedia.
Heyne, K. (1987). Tumbuhan Berguna Indonesia. Badan Litbang Kehutanan, 3, 1348-1349.
Med Express. (2009). Overcoming Women Discomforts. New York: Trident Reference Publishing.
Namita, P., Mukesh, R., & Vijay, K. J. (2012). Camellia Sinesis (Green Tea): A Review. Global Journal of Pharmacology, 2(6), 52-59.
Nebendahl, K. (2000). In The Laboratory Rat. London: Academic Press.
Rasyid, A., & Lelo, A. (1999). The Effect of Curcumin and Placebo on Human Gall-bladder Function: an Ultrasound Study. Aliment Pharmacol Ther, 13, 245-249.
Reece, J. B., Taylor, M. R., Simon, E. J., & Dickey, L. J. (2012). Campbell Biology Concepts and Connection 7th Edition. San Fransisco: Pearson.
Suharmiati, Herti M. (2003). Khasiat dan Manfaat Jati Belanda: Si Pelangsing Tubuh dan Peluruh Kolesterol. Jakarta: Agromedia Pustaka. Hal 10-15
Ruslay, S., Abas, F., Shaari, K., Zainal, Z., Sirat, M., Israf, D. A., & Lajis, N. H. (2007). Characterization of the Components Present in the active fraction of the health gingers (Curcuma Xanthorrhiza and Zingiber zerumbet) by HPLC-DAD-ESIMS. Food Chemistry, 104(3), 1183-1191.
Tarland, E. (2007). Effect of metabolism cage housing on rodent welfare. SLU, 10.
Weiss, J., Taylor, G. R., Zimmermann, F., & Nehbendahl, K. (2000). In The Laboratory Rat. London: Academic Press.
Woodard, G. (1965). In Methods of Animal Experimenation (Vol. 1). New York: Academic Press.