proanfis 4

Upload: roberd-manihuruk

Post on 03-Mar-2016

36 views

Category:

Documents


14 download

DESCRIPTION

lanjutan proanfis 3

TRANSCRIPT

LAPORAN PRAKTIKUM PROYEK ANATOMI DAN FISIOLOGI HEWAN (BI-2103)PENGUKURAN PARAMETER HEMATOLOGI PADA MENCIT (Mus musculus)

Tanggal Praktikum: 24 September 2014Tanggal Pengumpulan: 1 Oktober 2014

Disusun oleh :Roberd Mulyadi Manihuruk10613017Kelompok 2

Asisten :Nadia Fadila10612053

PROGRAM STUDI BIOLOGISEKOLAH ILMU DAN TEKNOLOGI HAYATIINSTITUT TEKNOLOGI BANDUNGBANDUNG2014

BAB IPENDAHULUAN

1.1 Latar BelakangHematologi adalah cabang ilmu kesehatan yang mempelajari darah, organ pembentuk darah, dan penyakitnya. Hematologi mempelajari darah serta kadar komponen yang menyusunnya, seperti hemoglobin, sel darah merah, gula darah, sel darah putih, pengukuran hematokrit, serta platelet (Tortora, 2011). Parameter pengukuran hematologi umumnya terdiri dari perhitungan sel darah merah, Mean Corpuscular Volume, Mean Corpuscular Hemoglobin, Mean Corpuscular Hemoglobin Concentration, dan pengukuran sel darah putih (Greer et al, 1999).Hematologi adalah salah satu ilmu yang dipelajari banyak ahli kesehatan, seperti dokter, peneliti, dan lain-lain. Dikatakan demikian, karena sangat penting untuk mempelajari lebih dalam tentang darah. Faktanya, darah adalah salah satu bagian tubuh yang krusial karena darah menunjang dan membantu kerja sistem organ lain sehingga sistem sirkulasi adalah sistem yang mengatur segalanya, mulai dari pencernaan, respirasi, otot, dan lain-lain (Cashen et al., 2010).Pengukuran parameter hematologi memerlukan sampel darah dan parameter perhitungan yang akurat yang berhubungan dengan cara pengumpulan sampel. Perngukuran parameter hematologi mencakup penghitungan jumlah sel darah merah, penghitungan jumlah sel darah putih, pengukuran volume hematokrit, perhitungan gula darah, serta pengukuran konsentrasi hemoglobin. Dari data-data yang ditemukan itulah yang mengindikasikan kesehatan darah suatu spesies yang diambil sampel darahnya (Hoffbrand dan Pettit, 1987).Pengukuran parameter hematologi sangat dibutuhkan, terutama di bidang kesehatan atau medis. Pengukuran parameter hematologi dilakukan untukmembandingkan sampel darah yang didapat dengan parameter normal dan dapat dijadikan rujukan/referensi. Dengan melakukan pengukuran parameter hematologi, dapat diketahui berbagai kelainan atau ketidaknormalan dari sampelyang dibandingkan. Pengukuran parameter hematologi digunakan diberbagai bidang khususnya di bidang medis. Pengukuran parameter ini biasa dilakukan untuk mengetahui adanya penyakit yang berhubungan dengan darah pada tubuh, misalnya anemia (Hoffbrand dan Pettit, 1987).Darah orang yang sehat tidak akan sama dengan darah orang yang sakit. Dengan membandingkan komposisi darah sampel dengan darah normal akan diperoleh kejelasan mengenai penyakit yang diderita pasien. Dengan mengetahui kadar sel darah putih, sel darah merah, gula darah dan hemoglobinlah para medis atau dokter dapat mengindikasikan penyakit-penyakit pada darah seperti anemia, gula darah, leukimia, hemofilia dan penyakit darah yang lain (Heilmeyer, 2011).

1.2 Tujuan1. Menentukan nilai parameter hematologi darah mencit2. Menentukan lapisan-lapisan histologi penyusun pembuluh darah

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

2.1 Komponen-komponen Pengukur Parameter HematologiHematologi adalah cabang ilmu kesehatan yang mempelajari darah, organ pembentuk darah, dan penyakitnya. Hematologi mempelajari darah serta kadar komponen yang menyusunnya, seperti hemoglobin, sel darah merah, gula darah, sel darah putih, serta platelet (Tortora, 2011). Parameter pengukuran hematologi umumnya terdiri dari perhitungan sel darah merah, Mean Corpuscular Volume, Mean Corpuscular Hemoglobin, Mean Corpuscular Hemoglobin Concentration, dan pengukuran sel darah putih (Greer et al, 1999).Pengukuran hematologi merupakan pengukuran yang meliputi pengukuran kadar hemoglobin, perhitungan total eritrosit, perhitungan total leukosit dan pengukuran hematokrit. Hematokrit adalah istilah yang menunjukan besarnya volume sel-sel eritrosit seluruhnya di dalam 100 mm3darah dan dinyatakan dalam persen (%). Nilai Hematrokit adalah suatu istilah yang artinya prosentase berdasarkan volume dari darah, yang terdiri dari sel darah merah (Martini, 2012).2.1.1HematokritHematokrit adalah salah satu pengukuran yang dilakukan untuk menghitung eritrosit dalam tubuh. Pengukuran hematokrit dilakukan pada suatu organisme untuk mengukur perbandingan volume eritrosit terhadap plasma darah dengan persen sebagai besarannya. Hasil yang didapat dari perhitungan hematokrit dapat mengindikasikan penyakit-penyakit yang terjadi pada suatu organisme tergantung dari besar atau rendahnya jumlah eritrosit (Keogh, 2009).2.1.2HemoglobinHemoglobin adalah protein yang terdapat pada sel eritrosit. Hemoglobin berfungsi untuk mengikat oksigen dan membawanya dari jantung ke seluruh tubuh dan mengikat karbon dioksida dari jaringan ke jantung untuk dikeluarkan. Hemoglobin terdiri dari dua unsur, yaitu heme (yang memberi warna sel darah) dan globin. Heme adalah porphyrin dengan zat besi (Fe) di tengahnya, sedangkan globin adalah protein yang mengelilingi heme. Pada satu molekul hemoglobin terdapat empat unit heme dan juga empat unit globin. Pengukuran hemoglobin untuk menghitung jumlah hemoglobin yang ada pada darah. Sama seperti hematokrit, hasil yang didapat dari perhitungan hematokrit dapat mengindikasikan penyakit-penyakit yang terjadi pada suatu organisme tergantung dari besar atau rendahnya jumlah eritrosit (Keogh, 2009).

2.1.3Mean Corpuscular Hemoglobin (MCH)MCH adalah pengukuran rata-rata hemoglobin yang ada pada satu eritrosit. Pengukuran MCH dapat salah jika organisme percobaan mengalami hyperlipidemia yang akan meningkatkan rata-rata hemoglobin yang terukur dikarena meningkatnya kekeruhan plasma sehingga pengukuran hemoglobin menjadi meningkat. Hal ini dapat dicegah dengan melakukan sentrifugasi dan penghitungan manual (Greer, 2009).

2.1.4Mean Cospuscular Volume (MCV)MCV adalah adalah niali rata-rata dari volume eritrosit dan merupakan parameter yang berguna dalam mengklasifikasikan anemia dan memberikan informasi mengenai patofisiologi dari penyakit-penyakit pada eritrosit. Pengukuran MCV dapat salah jika organisme percobaan mempunyai penyakit yang menyebabkan penggumpalan sel atau mengalami hyperglycemia yang menyebabkan nilai MCV meningkat (Greer, 2009).2.1.5Mean Corpuscular Hemoglobin Concentration (MCHC)MCHC adalah nilai rata-rata dari konsentrasi hemoglobin terhadap hemaotkrit yang diberikan. Setelah MCHC diketahui, rasio perbandingan massa hemoglobin dengan hematokrit akan diketahui. Keakuratan dari nilai MCHC dipengaruhi oleh factor-faktor yang mempengaruhi pengukuran dari hemoglobin atau hematocrit (Greer,2009).Pada manusia, adapun jumlah komponen-komponen hematologi normalnya adalah sebagai berikut yang tertera pada Tabel 2.1a (Martini, 2012).Tabel 2.1a Parameter hematologi normal pada manusia

Pada mencit, adapun parameter hematologi normalnya adalah sebagai berikut yang tertera pada Tabel 2.1b (Thrall, 2004).

Tabel 2.1b Parameter hematologi normal pada mencitKomponenJumlah (Parameter)

Eritrosit (106 sel/mm3)6,5 10,1

Leukosit (103 sel/mm3)12,1 15,9

Hematokrit (%)32,8 48,0

Hemoglobin (g/dL)10,1 16,1

MCV ()42,3 55,9

MCH (pg)13,7 18,1

MCHC (g/dL)29,5 39,1

2.2 Komponen DarahDarah adalah jaringan ikat yang terdiri dari sel yang diselubungi oleh cairan ekstraselular. Darah berfungsi sebagai alat transportasi O2 dan CO2 dalam tubuh, transportasi zat-zat yang diperlukan tubuh, sebagai regulator suhu, serta melindungi bagian sistem kardiovaskular (Tortora, 2011). Komponen penyusun darah terdiri dari plasma darah, sel darah merah, sel darah putih, dan platelet.

2.2.1 Plasma DarahPlasma darah terdiri dari 91,5% air dan 8,5% larutan (7% protein plasma, 1,5% larutan lain). Protein yang berada pada plasma darah dapat ditemukan juga di bagian tubuh lainnya, tetapi yang berada di darah disebut protein plasma. Protein plasma disintesis oleh bagian yang disebut hepatosit. Hepatosit menyintesis protein plasma, seperti albumin (54% protein plasma), globulin (38% protein plasma), serta fibrinogen (7% protein plasma) (Tortora, 2011).

2.2.2 Sel Darah Merah (Eritrosit)Sel darah merah, atau disebut juga eritrosit mengandung protein pembawa oksigen yang disebut hemoglobin. Hemoglobin berfungsi sebagai pengikat oksigen serta sebagai pigmen yang memberi warna merah pada darah. Pria dewasa memiliki sekitar 5,4 juta sel darah merah per mikroliter darah, sementara wanita dewasa memiliki sekitar 4,8 juta sel darah merah per mikroliter darah. Sel darah merah memiliki diameter sebesar 7-8 m dan memiliki jumlah yang sangat banyak didalam darah. Sel darah merah memiliki siklus hidup sebanyak 120 hari (Tortora, 2011).

2.2.3 Sel Darah Putih (Leukosit)Sel darah putih, atau disebut leukosit memiliki nukleus dan tidak memiliki hemoglobin. Leukosit berfungsi sebagai penghasil antibodi yang akan melawan patogen. Leukosit dibedakan menjadi granulosit dan agranulosit berdasarkan jumlah kandungan granulanya (Tortora, 2011).1) GranulositGranulosit kaya akan granula yang dapat membantu pengidentifikasian. Granulosit terdiri dari 3 jenis, yaitu neutrofil, eosinofil, dan basofil. Neutrofil merupakan bagian terbanyak yang terdapat pada leukosit (sekitar 60-70%), berdiameter 10-12m, memiliki nukleus berlobus 5 dan berfungsi sebagai penghancur bakteria melalui lisosom. Eosinofil merupakan granulosit yang memiliki diameter 10-12 m, berjumlah sekitar 2-4% pada leukosit. memiliki nukleus berlobus 2 dan berfungsi untuk menghancurkan cacing parasit dalam tubuh. Basofil merupakan granulosit yang berdiameter 8-10 m, memiliki nukleus berlobus 2 dan berjumlah paling sedikit pada leukosit (sekitar 0,5-1%) (Tortora, 2011).

2) AgranulositAgranulosit merupakan leukosit yang tidak kaya akan granula. Agranulosit terdiri dari 2 jenis, yaitu limfosit dan monosit. Limfosit merupakan agranulosit yang berdiameter 6-9 m (10-14 m pada limfosit yang besar), berjumlah sekitar 20-25% pada leukosit, memiliki sitoplasma yang transparan, memiliki nukleus yang besar dan memenuhi sel. Monosit merupakan leukosit yang memiliki diameter terbesar, yaitu 16-20 m, berjumlah sekitar 3-8% leukosit total (Tortora, 2011).

3.2.1 TrombositBerbeda dari eritrosit dan leukosit, trombosit merupakan pecahan-pecahan kecil dari sel. Trombosit berfungsi dalam proses penyembuhan dengan berkumpul di tempat terjadinya luka, berjajar pada pembuluh yang luka dan kemudian membentuk benang-benang fibrin untuk menutup luka dan mencegah darah untuk keluar. Trombosit dihasilkan dari sel pada sumsum tulang belakangan yaitu megakariosit. Trombosit memiliki diameter sebesar 1 sampai 2m, tidak memiliki nkleus, berwarna keunguan yang terdapat pada sitoplasma dan mengandung granula berwarna merah atau biru (Cashen, 2010).

3.2.2 PlateletPlatelet memiliki diameter sebesar 3m, berwarna ungu dan lebih tebal daripada eritrosit. Platelet berjumlah 150.000 hingga 400.000 platelet per mikroliter. Platelet memiliki siklus hidup 5-9 hari. Pada platelet, terdapat vesikel, tapi tidak memiliki nukleus. Platelet berfungsi sebagai pembentuk platelet saat homeostasis untuk regulator suhu, serta melepaskan benang-benang fibrin untuk menutup luka (Tortora, 2011).

2.3 Penyakit Darah yang Berhubungan dengan Parameter yang Terukur2.3.1 AnemiaAnemia adalah penyakit yang disebabkan oleh rendahnya jumlah darah yang mengandung oksigen dalam tubuh, dikarenakan oleh jumlah hemoglobin dalam darah yang sedikit sehingga darah tidak bisa mengikat oksigen yang banyak. Pada umumnya, penderita penyakit anemia sering mudah merasa lelah dan tak tahan dingin. Bisa terjadi demikian karena darah tidak memiliki oksigen yang cukup untuk menghasilkan ATP dan panas dalam tubuh. Selain itu, penderita anemia kulitnya pucat, karena kurangnya hemoglobin yang menghasilkan pigmen-pigmen pada darah (Tortora, 2011). Ada dua jenis anemia yaitu sebagai berikut.1) Hypochromic AnemiaHypochromic anemia adalah jenis anemia yang paling umum terjadi. Anemia jenis ini muncul jika terdapat gangguan dalam sintesis hemoglobin pada eritrosit karena kurangnya zat besi (Fe) dan mengakibatkan kurangnya pengikatan oksigen. Kurangnya zat besi dapat disebabkan karena beberapa hal seperti kurangnya asupan zat besi, hilangnya darah secara kronis, dan gangguan pada penyerapan zat besi. Penyakit ini dapat menyebabkan organisme penderitanya mengalami kelelahan atau bahkan menyebabkan penyakit lain seperti koilonychia atau spoon nails (Heilmeyer, 2011).

2) Hemolytic AnemiaHemolytic anemia adalah jenis anemia yang disebabkan oleh pemendekan dari sikulus hidup eritrosit yang seharusnya adalah 120 hari. Namun anemia ini hanya akan tejadi jika sumsum tulang belakang tidak dapat menghasilkan eritrosit yang lebih banyak untuk dapat mengimbangi cepatnya eritrosit hancur. Cara untuk waktu hidup dari eritrosit ini adalah dengan chromium radiolabeling cells menggunakan 51Cr. Selain itu, cara ini juga dapat menentukan lokasi-lokasi tempat penghancuran eritrosit (Heilmeyer, 2011. Penyakit ini dapat menimbulkan masalah lainnya seperti detak jantung yang tidak normal, kelelahan, dan juga gagal jantung (Gibbons, 2011).

2.3.2 HemophiliaHemophilia adalah penyakit dimana darah sukar membeku yang disebabkan oleh gangguan pada trombosit sehingga trombosit sulit untuk melakukan blood clotting pada luka yang terbuka. Penderita penyakit hemophilia pada umumnya sering mimisan, terdapat darah pada urin. Penyakit hemophilia dapat diatasi dengan transfusi plasma darah yang bagus atau dengan memakai drug desmopressin (DDAVP) yang dapat meningkatkan pembekuan darah (Tortora, 2011).

2.3.3 Sickle-Cell DiseaseSickle-Cell Disease adalah kelainan dimana sang penderita memiliki sel darah merah yang mengandung Hb-S, sebuah hemoglobin abnormal. Saat Hb-S melepaskan oksigen ke dalam larutan interstitial, Hb-S akan membentuk sebuah sel darah yang berbentuk sabit. Sel sabit dapat pecah dengan mudah, memiliki siklus hidup sekitar 10-20 hari. Hal ini dapat menyebabkan anemia, dimana sang penderita dapat bernapas lebih cepat, mudah kehilangan stamina, terlihat pucat dan dapat memperlambat pertumbuhan dan perkembangan pada usia dini (Tortora, 2011).

2.3.4 LeukimiaLeukimia adalah penyakit dimana sang penderita memiliki jumlah leukosit atau sel darah putih yang berlebihan. Dapat terjadi demikian karena sel darah putih yang membelah dan bertambah banyak tanpa dapat dikontrol. Hasilnya sel darah merah yang mengandung oksigen berkurang dan kerja platelet dalam blood clotting menjadi abnormal. Selain itu, sel darah putih yang terlalu banyak akan menyebar ke bagian tubuh yang lain dan menyebabkan kerusakan fungsi tubuh. Hasilnya, penderita merasakan gejala anemia seperti mudah lelah, tak tahan dingin, dan kepucatan. Selain itu, berat badan menurun, badan menjadi panas, pendarahan berlebihan dan keringat dingin juga diderita oleh sang penderita (Tortora, 2011).Leukimia dibagi menjadi empat tipe yaitu, Acute Lymphocytic Leukemia (ALL), Chronic Lymphocytic Leukemia (CLL), Acute Myelogenous Leukemia (AML), dan Chronic Myelogenous Leukemia (CML). ALL adalah tipe leukemia yang terjadi pada sumsum tulang yang menghasilkan sel darah putih dan akut. Biasanya penyakit ini diderita oleh anak-anak dan terkadan orang dewasa berumur diatas 65 tahun. CLL adalah tipe leukemia yang terjadi sama seperti ALL namun kronis. Leukimia jenis inilah yang paling sering diderita oleh orang dewasa dengan umur diatas 55 tahun. AML adalah tipe leukemia akut yang terjadi di sumsum tulang penghasil sel darah selain leukosit. Leukimia tipe ini lebih serind diderita oleh orang dewasa dibandingkan dengan anak-anak. Dari hasil penelitian tahun 2012 oleh Memorial Sloan-Kettering Cancer Center, pada penderita AML ini ditemukan beberapa mutasi gen. CML adalah tipe leukemia yang terjadi di tempat yang sama dengan AML namun kronis. CML mayoritas diderita oleh orang dewasa dan dapat bertahan lebih dari lima tahun (Campbell, 2008).

2.3.5 DiabetesDiabetes adalah penyakit dimana hilangnya kemampuan tubuh untuk merubah glukosa menjadi energi. Glukosa merupakan hasil dari dicernanya karbohidrat dalam tubuh. Setelah glukosa dihasilkan, glukosa di transfer kedalam darah dan didifusikan ke dalam sel untuk dirubah menjadi energi. Agar difusi glukosa dapat terjadi, diperlukan bantuan dari hormone insulin yang dihasilkan di beta sel pada pancreas. Pada penderita diabetes, pembentukan hormone insulin ini terganggu dan menyebabkan kurangnya produksi insulin (DRWF, 2010). Terdapat dua tipe diabetes, yaitu Tipe 1 dan Tipe 2. Diabetes tipe 1 berpengaruh pada unsur gen, sehingga jika orangtua terkena diabetes tipe 1, ada kemungkinan untuk keturunannya terkena diabetes tipe 1. Pada tipe ini, produksi insulin cacat sehingga tidak dapat mendifusikan glukosa ke sel tubuh. Kebanyakan penderitanya adalah anak-anak dan remaja namun juga dapat diderita oleh semua umur. Diabetes tipe 2 adalah jenis diabetes yang paling umum. Penderita diabetes tipe ini adalah orang dewasa namun sekarang anak-anak telah ada yang menderita diabetes tipe ini dan kemungkinannya akan lebih besar jika aktivitas sehari-hari kurang dan mengalami obesitas (DRWF, 2010).

BAB IIIMETODOLOGI

3.1 Alat dan BahanAdapun alat dan bahan yang digunakan pada praktikum kali ini terdapat pada Tabel 3.1.

Tabel 3.1 Alat dan bahan pemeriksaan hematologiAlatBahan

Pipet khusus eritrositDarah Mencit

Pipet khusus leukositLarutan Hayem

Object glassLarutan KOH 20%

MikroskopLarutan eosin

GlukostripLarutan Turk

Pipet khusus alat ukur SahliVaseline

HemocytometerAlkohol

SentrifugaAkuades

Tabung kapiler diameter 3 cmHeparin

Malam

HCl

Preparat vena cava posterior, aorta dorsalis, serta arteri penyebar

3.2 Cara KerjaBerikut ini adalah langkah-langkah kerja untuk setiap percobaan yang dilakukan pada praktikum kali ini.

3.2.1 Pembuatan preparat apusan darahMula-mula ekor mencit dibersihkan dengan alkohol 70%, lalu ditusuk dengan jarum atau dipotong dengan gunting. Tetes pertama dibuang, tetes kedua dan seterusnya digunakan. Lalu darah diletakkan pada object glass. Disapukan secara merata di permukaan, lalu difiksasi dengan metanol dan dibiarkan selama 3-5 menit. Setelah itu diteteskan larutan Giemsa 9-10 tetes, lalu dibiarkan 20-30 menit, jika sudah selesai segera dicuci dan dikeringkan.

3.2.2 Penghitungan jumlah eritrositMula-mula daerah dihisap dengan menggunakan pipet khusus eritrosit sampai skala 0,5. Setelah itu ditambahkan larutan Hayem sampai skala 101, dibolak-balik agar homogen. Beberapa tetes larutan dibuang dari ujung pipet hingga skala 1. Teteskan pada hemocytometer, lalu dihitung pada 5 ruang persegi (R) pada hemocytometer.

3.2.3 Perhitungan Jumlah LeukositDarah dihisap dengan pipiet khusus leukosit sampai skala 1 dilanjutkan dengan larutan Turk dihisap dengan pipet yang sama hingga skala 11. Setelah itu darah dan larutan Turk dicampur dengan cara dibolak-balik agar darah dan larutan menjadi homogen. Kemudian campuran tersebut dibuang beberapa tetes hingga skala 1. Setelah itu campuran diteteskan beberapa tetes pada sisi kaca penutup hemocytometer (larutan hindari masuk ke parit kiri dan kanan ruang hitung) dan leukosit dihitung pada empat ruang persegi (W) di bawah mikroskop.

3.2.4 Pengukuran konsentrasi hemoglobinMula-mula darah dihisap menggunakan pipet khusus alat ukur Sahli sampai skala 20 L, kemudian ditambahkan 1 tetes HCl 1N pada tabung alat ukur Sahli. Diaduk hingga homogen. Diamati dan dibandingkan dengan larutan standar hemoglobin. Setelah itu ditetesi akuades dan diaduk agar homogen hingga sebanding dengan larutan standar. Tabung sampel diamati, lalu ditentukan konsentrasi hemoglobin dalam satuan g/dL.3.2.5 Pengukuran volume hematokritMula-mula tabung kapiler berdiameter 3 mm diisi dengan darah dan ujungnya ditutup. Tabung diletakkan pada alat sentrifuga berkecepatan tinggi dengan ujung yang tertutup mengarah ke tepi alat sentrifuga. Kemudian tabung disentrifugasi selama 5 menit dengan kecepatan 10.000-15.000 rpm. Volume hematokrit ditentukan dengan menggunakan skala Wintrobe. Bagian dasar tabung yang berisi eritrosit diletakkan di garis paling bawah skala dan dapat diukur volume hematokritnya.

BAB IVPENGOLAHAN DATA DAN PEMBAHASAN

4.1 Pengolahan DataBerikut ini adalah pengolahan data dari hasil percobaan pada praktikum kali ini.

4.1.1 Perhitungan Sel Darah Merah (Eritrosit)Pada umumnya, sel darah merah dalam darah dapat dihitung dengan menggunakan hemocytometer dengan rumus :

Dimana :

R total = 351

Volume ruang hitung = 0,2 x 0,2 x 0,1 mm3

4.1.2 Pengukuran Sel Darah Putih (Leukosit)Sel darah putih dapat diukur dengan menggunakan alat bantu hemocytometer dengan rumus :

Dimana :

W total = 177

Volume ruang hitung = 0,1 x 1 x 1 mm3

4.1.3 Pengukuran Konsentrasi HemoglobinKonsentrasi hemoglobin sampel darah diamati pada skala tabung pada alat ukur Sahli dalam satuan g/dL. Hasil pengukuran konsentrasi hemoglobin sampel darah mencit pada percobaan ini yaitu 12,8 g/dL.4.1.4 Pengukuran Volume HematokritVolume hematokrit adalah perbandingan massa eritrosit terhadap plasma darah, dinyatakan dalam persen (%). Pada praktikum kali ini volume hematokrit yang diperoleh yaitu sebesar 40%.

4.1.5 Mean Corpuscular Volume (MCV)MCV atau Mean Corpuscular Volume adalah pengukuran volume rata-rata eritrosit. MCV dapat dihitung dengan rumus (Greer et al, 1999):

4.1.6 Mean Corpuscular Hemoglobin (MCH)MCH atau Mean Corpuscular Hemoglobin adalah pengukuran berat rata-rata hemoglobin dalam eritrosit. MCH dapat dihitung dengan rumus (Greer et al, 1999):

4.1.7 Mean Corpuscular Hemoglobin Concentration (MCHC)MCHC adalah pengukuran rasio hemoglobin terhadap hematokrit. MCHC dapat dihitung dengan rumus (Greer et al, 1999):

4.1.8 Hasil Pengamatan Histologi Pembuluh DarahBerikut ini adalah foto hasil pengamatan histologi pembuluh mencit dan dibandingkan dengan foto literatur terdapat pada Tabel 4.1.Tabel 4.1 Hasil pengamatan histologi pembuluh darah mencitObjek PengamatanHasil PengamatanGambarLiteratur

Arteri Dorsalis Lepus sp. Perbesaran 100x

Tunika intimaLumenTunika eksterna

Tunika mediaTunika internaLumen(Dokumentasi Pribadi, 2014)

(Nadia, 2011)

Arteri Penyebar Lepus sp. Perbesaran 100x

Tunika media

Tunika adventitia

Tunika eksterna

(Dokumentasi Pribadi, 2014)

(Eroschenko, 2005)

Arteri Penyebar Equus sp. Perbesaran 400xLumenTunika mediaTunika interna

Tunika eksterna

(Dokumentasi Pribadi, 2014)Lumen

(Eroschenko, 2005)

Tunika mediaTunika intimaVena Lepus sp. Ukuran Sedang Perbesaran 100x

Membran elastika eksterna

Tunika adventitiaLumen

(Dokumentasi Pribadi, 2014)

(Dokumentasi Pribadi, 2014)

(Febriyanti, 2008)

Apusan Darah Mencit (Mus musculus) Monocyte Eritrosit Perbesaran 400x EritrositEritrosit

Platelets

Monosit

(Dokumentasi Pribadi, 2014)

Monosit(Eroschenko, 2005)

Apusan Darah Mencit (Mus musculus) Leukosit Perbesaran 400xLeukosit

Leukosit

(Dokumentasi Pribadi, 2014)

Leukosit

(Eroschenko, 2005)

Apusan Darah Mencit (Mus musculus) Limfosit Perbesaran 400x

Limfosit(Dokumentasi Pribadi, 2014)

(Eroschenko, 2005)

BAB VPEMBAHASAN

Pada percobaan kali ini digunakan beberapa reagen. Reagen tersebut adalah larutan Hayem, Turk, HCL, akuades, heparin, alkohol. HCl befungsi untuk memecah sel eritrosit agar hemoglobin dalam eritrosit keluar dan bereaksi dengan HCl dan berubah warna menjadi coklat (Tian,2010). Akuades berfungsi untuk mengencerkan larutan. Heparin berfungsi sebagai antikoagulan untuk mencegah darah menggumpal. Alkohol berfungsi untuk membunuh leukosit agar tidak dapat bergerak bebas saat diamati. Larutan Hayem berfungsi untuk mencairkan sel darah merah untuk dihitung jumlahnya, sedangkan larutan Turk berfungsi untuk mencairkan sel darah putih untuk dihitung jumlahnya. Komposisi dari larutan Hayem sendiri adalah sodium klorida sebanyak 0,5 mg, sodium sulfat sebanyak 2,5 mg, merkuri klorida sebanyak 0,25 mg, dan air suling sebanyak 100 ml. Dan komposisi larutan Turk adalah gentian violet (1%) sebanyak 1 ml, glacial acteic acid sebanyak 2 ml dan air suling sebanyak 97 ml (Lang, 1993).Ketika hasil percobaan dibandingkan dengan literatur, angka hasil perbandingan pada jumlah eritrosit, leukosit, MCV lebih kecil dari jumlah kondisi normal seekor mencit, sementara hemoglobin, hematokrit dan MCHC masih terbilang normal dan MCH lebih tinggi dari kondisi normal. Hal ini disebabkan kondisi mencit yang stress ketika percobaan. Ketika stress, tekanan darah berubah tidak tetap, yang dapat mengakibatkan konsentrasi darah meningkat atau turun. Imbasnya, jumlah komponen darah seperti eritrosit dan leukosit juga dapat meningkat atau berkurang, yang akan mempengaruhi nilai parameter hematologi mencit tersebut. Selain itu juga dapat disebabkan oleh faktor internal yakni penyakit pada mencit. Dari berbagai penyakit yang dapat diderita oleh mencit, ada kesamaan penyakit yang didapat bila kekurangan leukosit dan kelebihan eritrsoit, yaitu mencit mengalami ketergantungan dengan alcohol (Koegh, 2009).Lapisan-lapisan yang menyusun pembuluh darah adalah tunika adventitia, tunika media dan tunika intima. Lapisan tunika adventitia adalah lapisan terluar dari pembuluh darah dan melekat bersama jaringan ikat. Lapisan tunika media adalah lapisan tengah pada pembuluh darah. Lapisan ini tersusun dari otot polos, serabut elastin, lamella elastin, kolagen, dan lamina elastika eksterna. Lapisan tunika intima yang merupakan lapisan terdalam pada pembuluh disusun oleh endotelia, subendotelia, dan lamina elastika interna (Pistorio, 2007).Perbedaan antar pembuluh berbeda dari tebal tipis dan ada atau tidaknya lapisan. Dari hasil pengamatan, aorta berbentuk bulat dan masih memiliki semua lapisan pada pembuluh darah dan tunika media sangat tebal. Berbeda dari aorta, vena cava bernentuk tidak bulat (tidak teratur), memiliki tunika media yag tipis , tidak terdapat lamina elastika eksterna dan interna, dan terdapat banyak lamella elastin. Arteri penyebar berbentuk bulat seperti aorta namun memiliki diameter yang lebi kecil. Tunika adventitia yang dimiliki lebih tipis dari aorta. Hasil pengamatan dengan literature dapat dikatakan sama (Nurcholiset al.,2013).

BAB VIKESIMPULAN

1. Berdasarkan percobaan dan pengamatan yang telah dilakukan, telah didapat hasil jumlah eritrosit sebesar 3,53x106/mm3, jumlah leukosit sebesar , konsentrasi hemoglobin sebesar 12,8 g/dL, volume hematokrit 40%, MCV sebesar , MCH sebesar , dan MCHC sebesar .2. Lapisan-lapisan yang menyusun pembuluh darah adalah tunika adventitia (lapisan terluar) melekat bersama jaringan ikat, tunika media (lapisan tengah) tersusun dari otot polos, serabut elastin, lamella elastin, kolagen, dan lamina elastika eksterna dan tunika intima (lapisan terdalam) disusun oleh endotelia, subendotelia, dan lamina elastika interna.

DAFTAR PUSTAKABartholomew, Martini, Nath. 2012. Fundamentals of Anatomy and Physiology 9th. Pearson International: New York.Campbell, Reece, Urry, Peterson, Wasserman, Minorsky, Jackson. 2008. Biology Concept and Connection 7th. Pearson International: New York.Cashen, Amanda F.,& Tine, Brian Van.2010. The Washington Manual of Hematology & Oncology Subspecialty Consult 3rd edition.Lippincott Williams & Wilkins.DRWF. 2010. What is Diabetes?. Washington D.C.Eroschenko, Victor P. 2005. Di Fiores Atlas of Histology with Functional Correlations. 10th ed. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins.Febriyanti, Dyah. Foto Preparat Blok BIODIAGNOSTIK: Kardiovaskular dan Respirasi. http://dyahchimu.wordpress.com/2008/05/13/foto-preparat-blok-biodiagnostik-kardiovaskular-dan-respirasi/. Diakses pada 30 September 2014.Gallik, Steve. 2011. Chapter 10. Histology of Blood Vessels. http://stevegallik.org/sites/histologyolm.stevegallik.org/htmlpages/HOLM_Chapter10_Page06.html. Diakses tanggal 29 September 2014.Gibbons, Gary H. 2011. What is Hemolytic Anemia?. http://www.nhlbi.nih. gov/health/health-topics/topics/ha/. Diakses tanggal 30 September 2014.Greer, John P. 2009. Wintrobe's Clinical Hematology Vol.1 12th edition. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins.Heilmeyer, L., & Begemann, H. 2011. Atlas of Clinical Hematology 6th edition. Springer.Hoffbrand, A. V. dan J. E. Pettit. 1987.Haematologi. ECG: Jakarta.Keogh, James. 2009. Nursing Laboratory & Diagnostic Tests Demystified. McGraw-Hill Professional.Lang, Patricia L. 1993. Hematology Parameters for the Crl:CDBR Rat. Charles River Laboratories Journal.Nadia. 2011. Elastic Arteries. Nadyamynewworld.blogspot.com/2011_04_01_archive.html. diakses pada tanggal 30 September 2014.Nurcholis, A., Aziz, M. dan Muftuch. 2013. Ekstrasi Fitur Roudness untuk Menghitung Jumlah Eritrosit dalam Citra Sel Darah Ikan.Jurnal EECIS7(1).Pistorio, Ashley L. 2007. Chapter Five: Cardiovascular System http://www.medicalhistology.us/twiki/bin/view/Main/CardiovascularSystemAtlas05. Diakses tanggal 30 September 2014.Scanlon, Valerie C., Tina S.2007. Essentials of Anatomy and Physiology 5th. Philadelphia:F.A. Davis Company.Snyder, F., J. A. Hobson, D. F. Morrison, F. Goldfrank. 1964. Changes in Respiration, Heart Rate, and Systolic Blood Pressure in Human Sleep. Jurnal Aplikasi Fisiologi. Vol 19, hlm 417-422.Thrall, M. A. 2004. Veterinary Hematology and Clinical Chemistry. Maryland: Lippincott Williams and Wilkins.Tian, Yuting, et al.2010. Effects of Cell Lysis Treatments on the Yield of Coenzyme Q10 Following Agrobacterium tumefaciens Fermentation.Tortora, Gerard J. , Bryan Derrickson. 2011. Principles of Anatomy and Physiology 13th. John Wiley and Sons Inc: New York.