pbl 1 pancaindera

27
1. ANATOMI MATA 1.1. Makroanatomi Mata Mata tertanam di dalam korpus adiposum orbital, tetapi dipisahkan dari korpus adiposum ini oleh selubung fascial bola mata. Bola mata terdiri atas tiga lapisan, dari luar ke dalam: tunika fibrosa, tunika vaskulosa (uvea) yang berpigmen, dan tunika nervosa. Isi bola mata Gambar 1.1 Anatomi bola mata, potongan horizontal

Upload: ridho-hidayatulloh

Post on 13-Feb-2016

22 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

problem base learning universitas yarsi blok pancaindera 1

TRANSCRIPT

Page 1: pbl 1 pancaindera

1. ANATOMI MATA1.1. Makroanatomi Mata

Mata tertanam di dalam korpus adiposum orbital, tetapi dipisahkan dari korpus adiposum ini oleh selubung fascial bola mata. Bola mata terdiri atas tiga lapisan, dari luar ke dalam: tunika fibrosa, tunika vaskulosa (uvea) yang berpigmen, dan tunika nervosa. Isi bola mata adalah media refraksi: humor aquosus, korpus vitreum, dan lensa.

a. Humor aquosus adalah cairan bening yang mengisi kamera anterior dan kamera posterior bulbi. Diduga cairan ini merupakan sekret dari prosesus siliaris, dari

Gambar 1.1 Anatomi bola mata, potongan horizontal

Page 2: pbl 1 pancaindera

sini mengalir ke dalam kamera anterior melalui pupil dan mengalir keluar melalui celah yang ada di angulus iridokornealis masul ke dalam kanalis Schlemmi. Hambatan aliran keluar humor aquosus mengakibatkan peningkatan tekanan intraokular, yang disebut glaukoma. Keadaan ini dapat menimbulkan kerusakan degeneratif pada retina, yang berakibat kebutaan.

Fungsi humor aquosus ini adalah untuk menyokong dinding bola mata dengan memberi tekanan dari dalam, sehingga menjaga bentuk bola matanya. Cairan ini juga memberi makanan pada kornea dan lensa dan mengangkut hasil-hasil metabolisme. Fungsi ini penting karena kornea dan lensa tidak mempunyai pembuluh darah.

b. Korpus vitreum mengisi bola mata di belakang lensa dan merupakan gel yang transparan. Kanalis hyaloideus adalah saluran sempit yang berjalan melalui korpus vitreum dari diskus nervi optici ke permukaan posterior lensa. Pada janin, saluran ini berisi arteri hyaloidea, yang menghilang beberapa saat sebelum lahir.

Fungsi korpus vitreum adalah sedikit menambah daya pembesaran mata, juga menyokong permukaan posterior lensa dan membantu meletakkan pars nervosa retina ke pars pigmentosa retina.

c. Lensa adalah struktur bikonveks yang transparan, yang dibungkus oleh kapsula transparan. Lensa terletak di belakang iris dan di depan korpus vitreum, serta dikelilingi prosesus siliaris.

Lensa terdiri atas (1) kapsula elastis, yang membungkus struktur; (2) epitel kuboid, yang terbatas pada permukaan anterior lensa; dan (3) fibrae lentis, yang dibetuk oleh epitel kuboid pada equator lentis. Fibrae lentis menyusun bagian terbesar lensa.

Untuk mengakomodasikan mata pada objek yang dekat, m. siliaris berkontraksi dan menarik korpus siliaris ke depan dan dalam, sehingga serabut-serabut radial ligamentum suspensorium menjadi relaksasi. Keadaan ini memungkinkan lensa yang elastis menjadi lebih bulat.

1.2. Mikroanatomi (Histologi) Mata (Media Refrakter)Isi bola mata adalah media refraksi: kornea, aquos humor, lensa, dan korpus vitreus.

SkleraSklera terdiri atas jaringan fibrosa padat dan mempertahankan bentuk ukuran

bola mata. Berkas serat kolagen yang gepeng pada sklera sebagian besar terletak sejajar permukaan, tetapi berkas saling menyilang di segala arah, dengan jaring-jaring halus serat elastik di antara berkas, juga sejumlah substansi dasar, dan sejumlah kecil fibroblas yang gepeng/pipih dan bercabang-cabang. Lapisan paling luar, jaringan episkleralis, merupakan cabang fibroelastik jarang yang di luar melanjutkan diri dengan jaringan fibrosa padat kapsula Tenon, dengan dibatasi oleh jaringan longgar (ruang Tenon). Tendo otot ekstraokular berjalan melalui kapsula untuk berinsersi ke sklera. Bola mata dapat berputar oleh karena ruang ini dan karena lemak orbital.

Antara skleranya sendiri dengan koroid terdapat suatu lapisan tipis, lamina fuska (lapis gelap), dengan berkas kolagen kecil, sejumlah besar serat elastik, dan melanosit. Di posterior, sklera ditembusi serat-serat saraf optik pada lamina kribrosa. Sklera mengandung pembuluh darah, terutama pada limbus, dan beberapa serat saraf elastis.

Page 3: pbl 1 pancaindera

KorneaKornea jernih dan tembus cahaya dengan permukaan yang licin, tetapi tidak

melengkung secara uniform/seragam. Daya refraksi kornea, yang merupakan ‘hasil’ indeks refraksi dan radius lengkung kornea lebih besar daripada daya refraksi lensa. Secara anatomis, kornea mempunyai dua bagian: kornea asli dan limbus (suatu daerah peralihan dengan lebar sekitar 1 mm pada tepi kornea). Sementara kornea asli bersifat avaskular, limbus mempunyai pembuluh darah dan limf. Kornea asli, secara histologik, terdiri dari lima lapisan: Epitel. Pada permukaan luar terdapat epitel, yaitu suatu epiles berlapis gepeng

tanpa lapisan tanduk, dengan lima hingga enam lapisan sel. Lapisan basal silindris rendah, kemudian tiga atau empat lapisan sel polihedral (sel ‘sayap’), dan satu atau dua lapisan sel permukaan yang gepeng. Epitel ini sangat sensitif, dengan banyak akhir saraf bebas, dan mempunyai daya regenerasi istimewa/sangat baik, mitosis hanya terjadi dalam lapisan basal.

Membran Bowman. Di bawah epitel terdapat membran Bowman, dengan tebal 8 μm, tak berbentuk dan tak mengandung sel, dibentuk oleh perpadatan substansi antar sel dengan serabut kolagen halus yang tersebar tak beraturan. Membran ini berakhir dengan tegas/mendadak pada limbus.

Substansi propria. Substansi propria membentuk massa kornea (90% ketebalannya), bersifat tembus cahaya, dan terdiri dari lamel kolagen dengan sel. Lamel merupakan serat lebar, seperti pita, serabut dalam setiap lamel sejajar, dengan lamel pada sudut-sudut yang berbeda. Lamel saling melekat karena adanya pertukaran serabut antara lamel yang berdampingan. Fibroblas berbentuk bintang, gepeng dengan cabang yang ramping, terletak antara lamel.

Membran Descemet. Membran Descemet, tampak homogen, terletak sebelah dalam substansi propria. Dengan mikroskop elektron, tampak membran ini mengandung serabut kecil dengan periodisitas 100 nm yang tersusun dalam pola heksagona yang amat teratur. Secara kimiawi, materinya adalah kolagen.

Endotel. Membran Descemet adalah membrana basal untuk endotel, merupakan satu lapis sel kuboid yang melapisi permukaan dalam kornea. Sel menunjukkan kompleks tautan, permukaan antar sel yang tak teratur, dan sejumlah besar vesikula pinositotik. Vesikula ini mentransportasikan cairan dan larutan.

Kornea bersifat avaskular (tak berpembuluh darah), mendapatkan nutrisi dan difusi pembuluh perifer dalam limbus dan dari humor aqueus di bagian tengah.

Limbus kornea merupakan zona peralihan atau zona pertemuan, dengan tebal hanya 1 mm, antara kornea dan sklera. Di sini, epitel kornea menebal sampai 10 atau lebih lapisan dan melanjutkan diri dengan konjungtiva, membran Bowman berhenti dengan tiba-tiba, membran Descemet menipis dan memecah dan melanjutkan diri menjadi trabekula ligamen pektinata, dan stroma kornea menjadi kurang teratur dan secara bertahap susunannya berubah dari susunan lamelar yang khas menjadi kurang teratur seperti yang ditemukan pada sklera. Limbus memiliki vaskularisasi yang baik.

LensaLensa kristalina bentuknya bikonveks, permukaan posterior lebih melengkung daripada anterior. Di bagian tengah pada kedua permukaannya terdapat kutub anterior dan kutub posterior. Garis yang menghubungkan keduanya, axis, dan batas sekelilingnya adalah ekuator. Pada orang muda, lensa bersifat elastik, dan akan bertambah keras dan sklerotik dengan bertambahnya usia. Lensa cenderung menjadi

Page 4: pbl 1 pancaindera

bulat, tetapi daya ini ditahan (dan lensa menggepeng) karena tegangan pada zonula. Secara struktural, terdapat tiga komponen: Kapsul lensa. Kapsul lensa meliputi lensa. Tebalnya sekitar 10 μm pada

permukaan anterior, tetapi hanya 5-6 μm pada permukaan posteriornya. Kapsul ini homogen, agaknya merupakan membran yang tak berbentuk, bersifat elastik, dan mengandung glikoprotein dan kolagen tipe IV. Padanya melekat serat zonula, yang berjalan ke badan siliar sebagai ligamen suspensorium/penyokong.

Epitel subkapsular. Hanya pada permukaan anterior, di bawah kapsula, terdapat epitel subkapsular, merupakan satu lapisan sel kuboid. Bagian dasar sel ini terletak di luar dalam hubungan dengan kapsula. Apeksnya terletak di dalam dan membentuk kompleks jungsional dengan serat lensa. Ke arah ekuator, sel ini bertambah tinggi dan beralih menjadi serat lensa, lensa tumbuh sepanjang kehidupan dengan penambahan serat ini. Dengan memanjangnya sel kapsul pada ekuator, ujung anteriornya bergeser di bawah epitel lensa dengan ujung posterior di bawah kapsul di bagian posterior.

Substansi lensa. Substansi lensa terdiri dari serat lensa, yang masing-masing berbentuk sebagai prisma heksagonal. Sebagian besar serat tersusun secara konsentris dan sejajar permukaan lensa. Di permukaan, pada korteks, serat yang lebih muda mengandung inti dan beberapa organel. Di bagian tengah, dalam inti lensa, serat yang lebih tua telah kehilangan inti dan tampak homogen. Serat yang berdampingan menunjukkan suatu kompleks yang terdiri dari juluran sitoplasma yang saling mengunci dengan banyak tautan celah dan desmosom bercak.

Lensa sama sekali tanpa pembuluh darah, karenanya mendapatkan nutrisi dari humor aqueus dan badan vitreus. Lensa bersifat tumbuh cahaya, dan membran plasma serat lensanya sangat tidak permeabel. Lensa dipertahankan pada tempatnya oleh ligamen suspensorium, disebut zonula, yang terdiri dari lembaran (serat zonular) terdiri dari materi fibrilar yang berjalan dari badan siliar ke ekuator lensa, sehingga meliputi lensa. Pada perlekatannya ke lensa, serat zonular memecah menjadi serat yang lebih halus yang menyatu dengan kapsul lensa.

Korpus VitreusKorpus vitreus merupakan suatu agar-agar yang jernih dan tembus cahaya

yang memenuhi ruang antara retina dan lensa. Oleh karenanya bentuknya sferoid/bundar dengan lekukan pada bagian anterior untuk menyesuaikan dengan lensa. Bagian ini melekat pada epitel siliar, terutama sekeliling diskus optik dan ora serrata. Badan siliar mengandung glikosaminoglikans yang terhidrasi, khususnya asam hialuronat, dan serabut kolagen dalam bentuk jalinan halus. Serabut ini lebih padat pada bagian perifer dan sekeliling saluran berbentuk tabung yang berisi cairan dan berjalan anteroposterior. Saluran ini disebut kanal hyaloidea, yang semula mengandung arteri hyaloidea pada masa janin. Beberapa sel ditemukan di sini, khususnya pada bagian tepi, dan merupakan makrofag dan sel (hialosit) berperan dalam sintesis dan pemeliharaan kolagen dan asam hialuronat. Di bagian tepi, badan vitreus melekat pada membran limitans interna. Badan vitreus juga memelihara bentuk dan kekenyalan bola mata.

2. MATA MERAH2.1. Mata Merah dengan Visus Normal

Mata Merah dengan Penglihatan Normal dan Tidak Kotor/Belek

Page 5: pbl 1 pancaindera

a. Pterigium merupakan suatu pertumbuhan fibrovaskular konjungtiva yang bersifat degeneratif dan invasif. Pteregium berbentuk segitiga dengan puncak di bagian sentral atau di daerah kornea. Pterigium mudah meradang, dan bila terjadi iritasi, maka bagian pterigium akan berwarna merah. Pterigium dapat mengenai kedua mata. Pterigium diduga disebabkan oleh iritasi kronis akibat debu, cahaya sinar matahari, dan udara yang panas. Etiologinya tidak diketahui dengan jelas dan diduga merupakan suatu neoplasma, radang, dan degenerasi.

b. Pinguekula merupakan benjolan pada konjungtiva bulbi yang ditemukan pada orang tua, terutama yang matanya sering mendapat rangsangan sinar matahari, debu, dan angin panas. Letak bercak ini pada celah kelopak mata terutama di bagian nasal. Pinguekula merupakan degenerasi hialin jaringan submukosa konjungtiva.

c. Hematoma subkonjungtiva dapat terjadi pada keadaan dimana pembuluh darah rapuh (umur, hipertensi, arteriosklerosis, konjungtivitis hemoragik, anemia, pemakaian antikoagulan, dan batuk rejan). Dapat juga terjadi akibat trauma langsung atau tidak langsung, yang kadang-kadang menutup perforasi jaringan bola mata yang terjadi.

d. Episkleritis merupakan reaksi radang jaringan ikat vaskular yang terletak antara konjungtiva dan permukaan sklera. Radang episklera dan sklera mungkin disebabkan oleh reaksi hipersensitivitas terhadap penyakit sistemik, seperti tuberkulosis, reumatoid artritis, lues, SLE, dan lainnya. Merupakan suatu reaksi toksik, alergik, atau bagian dari infeksi. Dapat saja kelainan ini terjadi secara spontan dan idiopatik. Episkleritis umumnya mengenai satu mata dan terutama perempuan usia pertengahan dengan bawaan penyakit reumatik.

e. Skleritis biasanya disebabkan oleh kelainan atau penyakit sistemik. Lebih sering disebabkan oleh penyakit jaringan ikat, pasca herpes, sifilis, dan gout. Kadang-kadang disebabkan oleh tuberkulosis, bakteri (pseudomonas), sarkoidosis, hipertensi, benda asing, dan pasca bedah. Skleritis biasanya terlihat bilateral dan juga sering terdapat pada perempuan.

Mata Merah dengan Penglihatan Normal dan Kotor atau BelekGejala khusus pada kelainan konjungtiva adalah terbentuknya sekret. Sekret merupakan produk kelenjar, yang pada konjungtiva bulbi dikeluarkan oleh sel goblet. Sekret konjungtivitis dapat bersifat: Air, kemungkinan disebabkan oleh infeksi virus atau alergi Purulen, oleh bakteria atau klamidia Hiperpurulen, disebabkan oleh gonokok atau meningokok Lengket, oleh alergi atau vernal Seros, oleh adenovirus

Bila pada sekret konjungtiva bulbi dilakukan pemeriksaan sitologik dengan pewarnaan Giemsa, maka akan didapat dugaan kemungkinan penyebab sekret seperti terdapatnya: Limfosit—monosit—sel berisi nukleus sedikit plasma, maka infeksi mungkin

disebabkan oleh virus Neutrofil oleh bakteri Eosinofil oleh alergi Sel epitel dengan badan inklusi basofil sitoplasma oleh klamidia Sel raksasa multinuklear oleh herpes Sel Leber—makrofag raksasa oleh trakoma Keratinisasi dengan filamen oleh pemfigus atau dry eye

Page 6: pbl 1 pancaindera

Badan Guarneri eosinofilik oleh vaksinia

2.2. Mata Merah dengan Visus Menuruna. Keratitis. Radang kornea biasanya diklasifikasikan dalam lapis kornea yang

terkena, seperti keratitis superfisial dan interstisial/profunda. Keratitis dapat disebabkan oleh berbagai hal, seperti kurangnya air mata, keracunan obat, reaksi alergi terhadap yang diberi topikal, dan reaksi terhadap konjungtivitis menahun. Keratitis akan memberikan gejala mata merah, rasa silau, dan merasa kelilipan.

b. Keratokonjungtivitis sika adalah suatu keadaan keringnya permukaan kornea dan konjungtiva. Kelainan ini dapat terjadi pada penyakit yang mengakibatkan defisiensi komponen lemak air mata, defisiensi kelenjar air mata, defisiensi komponen musin, akibat penguapan yang berlebihan, atau karena parut pada kornea atau menghilangnya mikrovil kornea. Pasien akan mengeluh mata gatal, seperti berpasir, silau, penglihatan kabur. Pada mata didapatkan sekresi mukus yang berlebihan. Sukar menggerakkan kelopak mata. Mata kering karena dengan erosi kornea.

c. Tukak (ulkus) kornea merupakan hilangnya sebagian permukaan kornea akibat kematian jaringan kornea. Terbentuknya ulkus pada kornea mungkin banyak ditemukan oleh adanya kolagenase yang dibentuk oleh sel epitel baru dan sel radang. Tukak kornea perifer dapat disebabkan oleh reaksi toksik, alergi, autoimun, dan infeksi. Infeksi pada kornea perifer biasanya oleh kuman Staphylococcus aureus, H. influenzae, dan M. lacunata.

d. Ulkus Mooren adalah suatu ulkus menahun superfisial yang dimulai dari tepi kornea dengan bagian tepinya tergaung dan berjalan progresif tanpa kecenderungan perforasi. Lambat laun ulkus ini mengenai seluruh kornea. Penyebab ulkus Mooren sampai sekarang belum diketahui. Banyak teori yang diajukan dan diduga penyebabnya hipersensitivitas terhadap protein tuberkulosis, virus, autoimun, dan alergi terhadap toksin ankilostoma. Penyakit ini lebih sering terdapat pada wanita usia pertengahan.

e. Glaukoma akut. Mata merah dengan penglihatan turun mendadak biasanya merupakan glaukoma sudut tertutup. Pada glaukoma sudut tertutup akut, tekanan intraokular meningkat mendadak. Terjadi pada pasien dengan sudut bilik mata sempit. Cairan mata yang berada di belakang iris tidak dapat mengalir melalui pupil, sehingga mendorong iris ke depan, mencegah keluarnya cairan mata melalui sudut bilik mata (mekanisme blokade pupil). Biasanya terjadi pada usia lebih daripada 40 tahun. Pada glaukoma primer sudut tertutup akut, terdapat anamnesa yang khas sekali berupa nyeri pada mata yang mendapat serangan yang berlangsung beberapa jam dan hilang setelah tidur sebentar. Melihat palangi (halo) sekitar lampu dan keadaan ini merupakan stadium prodromal. Terdapat gejala gastrointestinal berupa enek dan muntah yang kadang-kadang mengaburkan gejala daripada serangan glaukoma akut.

Page 7: pbl 1 pancaindera

Tabel 2.1 Mata merah dengan visus normal ataupun turunGejala Konjungtivitis akut Iritis akut Glaukoma akutSakitPegalFotofobiaVisus

Sakit

SeranganTanda

konstitusional muntah

SekretKotoran

Purulen konjungtiva

Injeksi

Kornea

Bilik depan

Suar/flerIris

Pupil

Visus

Tensi

Penyulit sistemik

NihilTidakRinganTak dipengaruhi, kecuali

bentuk sekresi pada permukaan kornea (N)

Membakar & gatal; tak sakit sungguh-sungguh; rasa benda asing

PerlahanAbsen

(+)Jernih, mukous, atau

mukopurulenPembesaran umum

Kongesti superfisial konjungtiva merah pucat

Superfisial berkurang ke arah kornea

Jernih; tapi dapat berwarna dengan fluoresin bila epitel kornea di-

Tak terlibat

-Tak dikenal

Normal

Baik, kecuali tertutup kotoran (belek)

NormalTidak terkenaNihil

SedangMencolokHebatBerkurang sedikit (<N)

Cukup hebat pada mata & cabang pertama n. V

Biasanya perlahanRingan

(-)Berair

Merah di sekeliling korneaKongesti siliar

sirkumkorneal dalam transparan

Siliar dalam mengitari kornea berkurang ke arah fornik

Deposit pada endotel kornea (keratik presipitat) dapat hadir

Dapat terisi sel-sel, kekeruhan yang melayang, eksudat

-/+Gambaran iris tak tegas

atau muddy; mungkin terdapat sinekia posterior bengkak, suram warna berubah

Mengecil; iregular sinekia posterior

Sedang, kabur

Biasanya normal atau renda (pegal), normal sedikit

Sedikit

Sangat hebatMencolokSedangBerkurang mencolok (<<

N)

Hebat pada mata & sepanjang seluruh n. V

MendadakMual dan muntah

(-)Refleks air

Menebal di sekeliling kornea

Kongesti siliar, episkleral, dan konjungtival kemotik

Siliar – dalam

Suram & tak sensitifEdema epitel

Dangkal

++ -/+Kongesti, terdorong ke

depan, abu-abu-hijau warna berubah

Dilatasi; kadang lonjong, sinekia imobil

BurukTinggi sangat keras (sangat

pegal)

Lemah dan muntah

Page 8: pbl 1 pancaindera

Tabel 2.2 Perbandingan keadaan umum pada tiap-tiap kondisi mata merahKondisi Sakit Fotofobia Visus Injeksi

1

2

3

4

5

6

7

8

Konjungtivitis

Episkleritis

a. Ulkus kornea karena bakteri/jamur

b. Ulkus kornea karena virus

Luka bakar kornea non-alkali (UV atau lain-lain)

Uveitis

Glaukoma akut

Selulitis orbita

Endoftalmitis

Ringan/sedang

Sedang

Tak ada sampai hebat

Rasa benda asing

Sedang

Ringan-sedang

Hebat atau ringan

Tak ada hebat

Hebat

Tak ada; ringan

Tak ada

Bervariasi

Sedang

Hebat

Ringan-sedang

Hebat atau ringan

Tak ada hebat

Sedang-mencolok

Suram ringan karna kotoran

Normal

Biasanya menurun sering

Menurun ringan

Menurun

Normal atau menurun sedang

Menurun karena edema kornea

Normal atau menurun

Menurun secara mendadak

Kelopak dan mata

Pembuluh-pembuluh dalam sklera, sering lokal

Difus

Ringan-sedang

Sedang

Dekat limbus

Difus

Difus dengan kemosis

Hebat

Tabel 3.3 Diagnosis banding mata merahGejala subyektif

Glaukoma akut Uveitis akut Keratitis Konjungtivitis

Bakteri Virus Alergi1. * Visus2. * Rasa nyeri3. * Fotofobia4. * Halo5. Eksudat6. Gatal7. Demam

+++++/+++

+++---

+/++++

+++----

+++++

+++--

-/+++--

----

+++--

----

++-

-/++

----+

++-

* Gejala subyektif berat dan harut diobati oleh dokter ahli mata.

Page 9: pbl 1 pancaindera

3. KONJUNGTIVITISKonjungtivitis adalah peradangan pada konjungtiva, biasanya terdiri dari hyperemia konjungtiva disertai dengan pengeluaran secret. Konjunctivitis dapat disebabkan bakteri, virus, klamidia, alergi toksik, dan molluscum contagiosum.

VIRUS BAKTERI ALERGI

GATAL Minimal Minimal Berat

HIPEREMI Menyeluruh Menyeluruh Menyeluruh

LAKRIMASI + + + +

EKSUDAT

(SEKRET)

Minimal (serous,

mukous)

Banyak

(muko-

purulen/purul

en)

Minimal

(benang)

ADENOPATI + Jarang -

SEL-SEL Monosit PMN Eosinofil

Gambaran klinis yang terlihat pada konjungtivitis dapat berupa hiperemi konjungtiva bulbi

(injeksi konjungtiva), lakrimasi, eksudat dengan sekret yang lebih nyata di pagi hari,

pseodoptosis akibat kelopak membengkak, kemosis, hipertrofi papil, folikel, membrane,

pseudomembran, granulasi, flikten, mata merasa seperti ada benda asing, dan adenopati

preaurikular. Biasanya sebagai reaksi konjungtivitis akibat virus berupa terbentuknya folikel

pada konjungtiva. 

Jenis Konjungtivitis dapat ditinjau dari penyebabnya dan dapat pula ditinjau dari gambaran

klinisnya yaitu :

1. Konjungtivitis Kataral

2. Konjungtivitis Purulen, Mukopurulen

3. Konjuntivitis Membran

4. Konjungtivitis Folikular

5. Konjungtivitis Vernal

6. Konjungtivitis Flikten

Konjungtivitis Kataral

Etiologi

Page 10: pbl 1 pancaindera

Biasanya disebabkan oleh infeksi bakteri, antara lain stafilokok aureus, Pneumokok,

Diplobasil Morax Axenfeld dan basil Koch Weeks.

Bisa juga disebabkan oleh virus, misalnya Morbili, atau bahan kimia seperti bahan

kimia basa (keratokonjungtivitis) atau bahan kimia yang lain dapat pula menyebabkan

tanda-tanda konjungtivitis kataral. Herpes Zoster Oftalmik dapat pula disertai

konjungtivitis.

Gambaran Klinis

Injeksi konjungtiva, hiperemi konjungtiva tarsal, tanpa folikel, tanpa cobble-stone,

tanpa flikten, terdapat sekret baik serous, mukus, mukopurulen (tergantung

penyebabnya). Dapat disertai blefaritis atau obstruksi duktus lakrimal.

Pengobatan

Pengobatan Konjungtivitis Kataral tergantung kepada penyebabnya. Apabila

penyebabnya karena inf. bakteri maka dapat diberikan antibiotik, seperti : tetrasiklin,

kloromisetin, dan lain-lain. Pada infeksi virus dianjurkan pemakaia sulfasetamid atau

obat anti-virus seperti IDU untuk infeksi Herpes Simplek.

Konjungtivitis Purulen, Mukopurulen

Etiologi

Pada orang dewasa disebabkan oleh infeksi gonokok, pada bayi (terutama yang

berumur di bawah 2 minggu) bila dijumpai konjungtivitis purulen, perlu dipikirkan

dua kemungkinan penyebab, yaitu infeksi golongan Neisseria (gonokok atau

meningokok) dan golongan klamidia (klamidia okulogenital)

Gambaran Klinis

Gambaran konjungtiva tarsal hiperemi seperti pada konjungtivitis kataral.

Konjungtivitis Purulen ditandai sekret purulen seperti nanah, kadang disertai adanya

pseudomembran sebagai massa putih di konjungtiva tarsal.

Pengobatan

Pengobatan konjungtivitis purulen harus intensif.

Page 11: pbl 1 pancaindera

Penderita harus dirawat diruang isolasi. Mata harus selalu dibersihkan dari sekret

sebelum pengobatan.

Antibiotik lokal dan sistemik

AB sistemik pd dewasa :

Cefriaxone IM 1 g/hr selama 5 hr + irigasi saline atau Penisilin G 10 juta IU/IV/hr

selama 5 hr + irigasi

AB sistemik pd neonatus :

Cefotaxime 25 mg/kgBB tiap 8-12 jam selama 7 hr atau Penisilin G 100.000

IU/kgBB/hr dibagi dl 4 dosis selama 7 hr + irigasi saline

Konjungtivitis Membran

Etiologi

Konjungtivitis Membran dapat disebabkan oleh infeksi Streptokok hemolitik dan

infeksi difteria. Konjungtivitis Pseudomembran disebabkan oleh infeksi yang

hiperakut, serta infeksi pneumokok.

Gambaran Klinis

Penyakit ini ditandai dengan adanya membran/selaput berupa masa putih pada

konjungtiva tarsal dan kadang juga menutupi konjungtiva bulbi. Massa ini ada dua

jenis, yaitu membran dan pseudomembran.

Pengobatan

Tergantung pada penyebabnya.

Apabila penyebabnya infeksi Streptokok B hemolitik, diberikan antibiotik yang

sensitif.

Pada infeksi difteria, diberi salep mata penisillin tiap jam dan injeksi penisillin sesuai

umur, pada anak-anak diberikan penisillin dengan dosis 50.000 unit/KgBB, pada

orang dewasa diberi injeksi penisillin 2 hari masing-masing 1.2 juta unit. Untuk

mencegah gangguan jantung oleh toksin difteria, perlu diberikan antitoksin difteria

20.000 unit 2 hari berturut-turut.

Page 12: pbl 1 pancaindera

Konjungtivitis Folikular

Dikenal beberapa jenis konjungtivitis follikular, yaitu konjungtivitis viral,

konjungtivitis klamidia, konjungtivitis follikular toksik dan konjungtivitis follikular

yang tidak diketahui penyebabnya.

Jenis Konjungtivitis Follikular

1. Kerato-Konjungtivitis Epidemi

Etiologi

Infeksi Adenovirus type 8, masa inkubasi 5-10 hari

Gambaran Klinis

Dapat mengenai anak-anak dan dewasa.

Gejala radang mata timbul akut dan selalu pada satu mata terlebih dahulu.

Kelenjar pre-aurikuler dapat membesar dan nyeri tekan, kelopak mata

membengkak, konjungtiva tarsal hiperemi, konjungtiva bulbi kemosis. Terdapat

pendarahan subkonjungtiva. Pada akhir minggu pertama perjalanan penyakit, baru

timbul gejala di kornea. Pada kornea terdapat infiltrat bulat kecil, superfisial,

subepitel.

Gejala-gejala subyektif berupa mata berair, silau dan seperti ada pasir. Gejala

radang akut mereda dalam tiga minggu, tetapi kelainan kornea dapat menetap

berminggu-minggu, berbulan-berbulan bahkan bertahun-tahun setelah sembuhnya

penyakit.

Pengobatan

Tidak terdapat pengobatan yang spesifik, dianjurkan pemberian obat lokal

sulfasetamid atau antibiotik untuk mencegah infeksi sekunder.

2. Demam Faringo-Konjungtiva

Etiologi

Penyebab paling sering adalah adenovirus tipe 3

Gambaran Klinis

Page 13: pbl 1 pancaindera

Lebih sering pada anak daripada orang dewasa.

Terdapat demam, disamping tanda-tanda konjungtivitis follikular akut dan

faringitis akut. Kelenjar pre-aurikuler dapat membesar. Lebih sering mengenai

dua mata, kelopak mata membengkak.

Dua minggu sesudah perjalanan penyakit dapat timbul kelainan kornea, yaitu

terdapat infiltrat bulat kecil superfisial. Faringitis timbul beberapa hari setelah

timbulnya konjungtivitis follikular akut.

Pengobatan

Tidak ada pengobatan yang spesifik

3. Konjungtivitis Hemoragik Akut

Etiologi

Penyebabnya adalah Entero-virus 70, masa inkubasinya 1-2 hari

Gambaran Klinis

Timbulnya akut, disertai gejala subjektif seperti ada pasir, berair dan diikuti rasa

gatal, biasanya dimulai pada satu mata dan untuk beberapa jam atau satu dua hari

kemudian diikuti peradangan akut mata yang lain.

Penyakit ini berlangsung 5-10 hari, terkadang sampai dua minggu.

Pengobatan

Tidak dikenal obat yang spesifik, tetapi dianjurkan pemberian tetes mata

sulfasetamid atau antibiotik.

4. Konjungtivitis New Castle

Etiologi

Virus New Castle, masa inkubasi 1-2 hari

Konjungtivitis ini biasanya mengenai orang-orang yang berhubungan dengan

unggas, penyakit ini jarang dijumpai.

Gambaran Klinis

Page 14: pbl 1 pancaindera

Gambaran Klinik : kelopak mata bengkak, konjungtiva tarsal hiperemi dan

hiperplasi, tampak folikel-folikel kecil yang terdapat lebih banyak pada

konjungtiva tarsal inferior. Pada konjungtiva tarsal dapat ditemukan perdarahan

dan pada konjungtiviis ini biasanya disertai pembesaran kelenjar pre-aurikular,

nyeri tekan. Sering unilateral

Gejala subjektif : seperti perasaan ada benda asing, berair, silau dan rasa sakit.

Pengobatan

Tidak ada pengobatan yang efektif, tetapi dapat diberi antibiotik untuk mencegah

infeksi sekunder.

5. Inclusion Konjungtivitis

Etiologi

Klamidia okulo-genital, masa inkubasi 4-12 hari

Gambaran Klinis

Gambaran kliniknya adalah konjungtivitis follikular akut dan gambaran ini

terdapat pada orang dewasa dan didapatkan sekret mukopurulen, sedang pada bayi

gambaran kliniknya adalah suatu konjungtivitis purulen yang juga disebut

Inclusion blenorrhoe.

Pengobatan

Diberikan tetrasiklin sistemik, dapat pula diberikan sulfonamid atau eritromisin

6. Trachoma

Etiologi

Klamidia trakoma

Gambaran Klinis

Gambaran klinik terdapat empat stadium :

1. Stadium Insipiens atau permulaan

Folikel imatur kecil-kecil pada konjungtiva tarsal superior, pada kornea di

daerah limbus superior terdapat keratitis pungtata epitel dan subepitel.

Page 15: pbl 1 pancaindera

Kelainan kornea akan lebih jelas apabila diperiksa dengan menggunakan tes

flurosein, dimana akan terlihat titik-titik hijau pada defek kornea.

2. Stadium akut (trakoma nyata)

Terdapat folikel-folikel di konjungtiva tarsal superior, beberapa folikel matur

berwarna abu-abu.

3. Stadium sikatriks

Sikatriks konjungtiva pada folikel konjungtiva tarsal superior yang terlihat

seperti garis putih halus. Pannus pada kornea lebih nyata.

4. Stadium penyembuhan

Trakoma inaktif, folikel, sikatriks meluas tanpa peradangan

Pengobatan

Pemberian salep derivat tetrasiklin 3-4 kali sehari selama dua bulan. Apabila perlu

dapat diberikan juga sulfonamid oral.

Konjungtivitis Vernal

Etiologi

Kemungkinan suatu konjungtivitis atopik

Gambaran Klinis

Gejala subyektif yang menonjol adalah rasa sangat gatal pada mata, terutama bila

berada dilapangan terbuka yang panas terik.

Pada pemeriksaan dapat ditemukan konjungtivitis dengan tanda khas adanya cobble-

stone di konjungtiva tarsalis superior, yang biasanya terdapat pada kedua mata, tetapi

bisa juga pada satu mata. Sekret mata pada dasarnya mukoid dan menjadi

mukopurulen apabila terdapat infeksi sekunder.

Pengobatan

Kortikosteroid tetes atau salep mata.

Konjungtivitis Flikten

Page 16: pbl 1 pancaindera

Etiologi

• Disebabkan oleh karena alergi terhadap bakteri atau antigen tertentu

(hipersensitivitas tipe IV).

• Gizi buruk dan sanitasi yg jelek merupakan faktor predisposisi

• Lebih sering ditemukan pd anak-anak

Gejala

Adanya flikten yang umumnya dijumpai di limbus. Selain di limbus, flikten dapat

juga dijumpai di konjungtiva bulbi, konjungtiva taarsal dan kornea. Penyakit ini dapat

mengenai dua mata dan dapat pula mengenai satu mata. Dan sifatnya sering kambuh

Apabila flikten timbul di kornea dan sering kambuh, dapat berakibat gangguan

penglihatan. Apabila peradangannya berat, maka dapat terjadi lakrimasi yang terus

menerus sampai berakibat eksema kulit. Keluhan lain adalah rasa seperti berpasir dan

silau.

Pengobatan

Usahakan mencari penyebab primernya

Diberikan Kortikosteroid tetes mata/salep

Kombinasi antibiotik + kortikosteroid dianjurkan mengingat kemunginan terdapat

infeksi bakteri sekunder.

Konjungtivitis Sika

Konjungtivitis sika atau konjungtivitis dry eyes adalah suatu keadaan keringnya

permukaan konjungtiva akibat berkurangnya sekresi kelenjar lakrimal.

Etiologi

Terjadi pada penyakit-penyakit yang menyebabkan defisiensi komponen lemak air

mata, kelenjar air mata, musin, akibat penguapan berlebihan atau karena parut

kornea atau hilangnya mikrovili kornea. Bila terjadi bersama atritis rheumatoid

dan penyakit autoimun lain, disebut sebagai sindrom sjogren.

Manifestasi Klinis

Page 17: pbl 1 pancaindera

Gatal, mata seperti berpasir, silau, dan kadang-kadang penglihatan kabur.

Terdapat gejala sekresi mucus yang berlebihan, sukar menggerakkan kelopak

mata, mata tampak kering, dan terdapat erosi kornea. Pada pemeriksaan tedapat

edema konjungtiva bulbi, hiperemis, menebal dan kusam. Kadang tedapat benang

mucus kekuning-kuningan pada forniks konjungtiva bawah. Keluhan berkurang

bila mata dipejamkan.

Komplikasi

Ulkus kornea, infeksi sekunder oleh bakteri, parut kornea, dan noevaskularisasi

kornea.

Penatalaksanaan

Diberikan air mata buatan seumur hidup dan diobati penyakit yang mendasarinya.

Sebaiknya diberikan air mata buatan tanpa zat pengawet kerena bersifat toksik

bagi kornea dan dapat menyebabkan reaksi idiosinkrasi. Dapat dilakukan terapi

bedah untuk mengurangi drainase air mata melalui oklusi pungtum dengan plug

silicon atau plug kolagen. 

4. Mampu Menjelaskan dan Memahami tentang Memelihara Kesehatan dan Fungsi

Mata Sesuai dengan Ajaran Agama Islam

Mata sesungguhnya adalah gerbang maksiat, apabila tidak digunakan dengan baik sesuai tuntunan islam. Barang siapa yang tidak dapat menahan pandangan mata sangat mungkin akan menjerumuskan nya pada zina dan maksiat. Rasulullah adalah orang yang sangat menjaga pandangannya, beliau sangat berhati-hati dalam memandang yang dilarang Islam. Diantarannya dari melihat wanita yang bukan mahramnya.

“katakanlah kepada orang laki-laki beriman, hendaklah mereka menahan pandangannya dan pelihara kemaluannya. Yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka dan sesungguhnya Allah maha mengetahui apa yang mereka perbuat.’ Dan katakanlah kepada wanita yang beriman, hendaklah mereka menahan pandangannya dan memelihara kemaluannya.” (QS.An-Nuur [24]: 30-31).

Pandangan yg sesat adalah panah2 setan, sedangkan setan itu tidak menginginkan apapun dari manusia selain keburukan dan kebinasaan. Oleh karena itu, penjagaan kita terhadapnya adalah salah satu kunci pokok jalan keselamatan, Jalan menuju kebahagiaan yang sesunguhnya. Pandangan liar yang kita lakukan diluar dari ajaran islam sesungguhnya dapat mengikis dan mengurangi iman kita. Iman tidak runtuh secara langsung, namun

Page 18: pbl 1 pancaindera

perlahanlahan tapi pasti. Itu merupakan jurus setan yang paling efektif agar iman manusia menjadi rontok dan hilang. Marilah kita mencontoh rasulullah untuk tidak memandang yang diharamkan Allah, ingatlah sewaktu rasulullah memalingkan/menggerakkan wajah sahabat (Al-Fadl)

yang memandang seorang wanita asing dengan sengaja ketika ihram. Marilah kita ingat sabda-sabdanya yang menyuruh kita bersungguh-sungguh menahan pandangan dengan lawan jenis, kecuali pada hal-hal tertentu yaitu pengajaran, jual beli, kesaksian, kedokteran, dsb yang diperbolehkan Islam.

Ayo kita bersama-sama taburi hati kita dengan firman-firman Allah yang menjanjikan bahwa barang siapa yang menjaga dirinya dari perbuatan yang Allah haramkan, maka Allah akan mengaruniai kecintaan kepada hamba-Nya itu. Ayo jagalah pandangan kita agar terjaga dengan baik dan akan membuat kita merasakan manisnya iman dan lezatnya beribadah. Subhanallah.

“ sesungguhnya terdapat dalam diri Rasulullah saw suri teladan yang baik bagi kamu

(yaitu) bagi siapa yang mengharap (rahmat) Allah dan (kebahagiaan) hari akhir dan banyak

menyebut nama Allah.” (QS.Al-Ahzab [33]: 21)