managemen obat a20 campurejo fixx
DESCRIPTION
dfwergrTRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
Pelayanan kesehatan masyarakat sektor pemerintah terdiri dari pelayanan
kesehatan dasar dan pelayanan kesehatan rujukan. Puskesmas merupakan unit
pelaksana pembangunan kesehatan yang mandiri yang terdepan dari Dinas
Kesehatan Kabupaten Kota yang menyelenggarakan upaya kesehatan yang
bersifat menyeluruh, terpadu dan merata dapat diterima dan terjangkau oleh
masyarakat dan menggunakan hasil pengembangan IPTEK tepat guna dengan
biaya yang dapat dipikul oleh pemerintah dan dana masyarakat melalui Jaminan
Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat (JPKM), unit ini mempunyai wilayah kerja
satu kecamatan.
Salah satu hal penting dalam pelayanan kesehatan adalah pengelolahan
dan pembiayaan obat. Gudang farmasi kabupaten/kota adalah tempat dimana
semua obat yang datang disimpan untuk didistribusikan ke puskesmas. Salah satu
tugas gudang obat adalah melakukan pendistribusian rutin setiap tahunnya ke
seluruh puskesmas ataupun pada saat puskesmas mendapatkan kekosongan pada
obat tertentu sehingga peran gudang obat sangatlah penting, mengingat gudang
farmasi merupakan tempat semua obat yang datang langsung dari pusat.
Menurut Quik dkk (2008), bahwa di negara berkembang anggaran belanja
obat merupakan anggaran kedua terbesar setelah gaji, yaitu sekitar 40% dari
seluruh anggaran unit pelayanan kesehatan. Menurut Departemen Kesehatan RI
(2006), secara nasional biaya untuk obat sekitar 40-50% dari seluruh biaya
1
operasional kesehatan. Sehingga ketidakefisienan dalam pengelolaan obat akan
berdampak negatif baik secara medis.
Penyimpanan obat juga merupakan faktor yang penting dalam
pengelolahan obat di puskesmas karena dengan penyimpanan yang baik dan benar
akan dengan rmudah dalam pengambilan obat dan lebih efektif. Kegiatan utama
dalam permintaan dalam pengadaan obat puskesmas adalah menyusun daftar
permintaan obat-obatan yang sesuai dengan kebutuhan, mengajukan permintaan
kebutuhan obat kepada dinkes kota/kabupaten dan GFK (gudang farmasi
kabupaten/kota) dengan menggunakan LPLPO, penerimaan dan pengecekan jenis
dan jumlah obat. Adapun fungsi daftar permintaan tersebut adalah menghindari
gejala penyimpangan pengelolaan obat dari yang seharusnya, optimasi
pengelolaan persediaan obat melalui prosedur pengadaan/permintaan yang baik,
dan indikator untuk memilih ketepatan pengelolaan obat di puskesmas (Apriyanti,
2011).
1.2 Tujuan
Menambah wawasan dokter muda tentang manajemen obat dan alat
kesehatan di puskesmas
1.3 Manfaat
1.3.1 Bagi Dokter Muda
Memperluas wawasan tentang manajemen obat dan alat kesehatan di
puskesmas
1.3.2 Bagi Puskesmas Campurejo, Kediri
Sebagai masukan untuk mewujudkan pelayanan kesehatan yang lebih baik
khususnya di bidang pelayanan obat Puskesmas Campurejo, Kediri.
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Identifikasi Kebutuhan Obat untuk 5 Penyakit Terbanyak di Puskesmas
Campurejo bulan Maret tahun 2015
Identifikasi kebutuhan obat untuk 5 penyakit terbanyak diperlukan untuk
mengetahui apakah pemenuhan ketersediaan obat di Puskesmas Campurejo
tercukupi sesuai kebutuhan berdasarkan penyakit terbanyak di daerah tersebut.
Dari 2.248 kunjungan pasien selama bulan Maret tahun 2015, terdapat lima
penyakit terbanyak di Puskesmas Campurejo berdasarkan data kunjungan sakit
dan kunjungan resep pada bulan Maret tahun 2015 adalah sebagai berikut (untuk
lebih lengkapnya dapat dilihat di lembar lampiran 1) :
Tabel 2.1. Data Kunjungan Sakit
No Urut
Penyakit
Terbanyak
Kode
ICD
Nama Penyakit Jumlah
1. J 06.9 ISPA 830
2. I 10 Hipertensi 347
3. M 06 Rhematik Arthitis lain 218
4. J 02 Pharingitis 203
5. R 50 Demam tidak diketahui penyebabnya 179
Daftar kebutuhan obat pilihan dari 5 penyakit terbanyak berdasarkan data
kunjungan resep bulan Maret tahun 2015 :
1. ISPA
Antibiotik:
a) Amoksisilin kapsul 250 mg dan 500mg
b) Amoksisilin sirup 125mg/5ml
Antipiretik, analgetik:
a) Paracetamol tablet 500mg
b) Paracetamol sirup 120mg/5ml
3
c) Ibuprofen tablet 400 mg
d) Ibuprofen tablet 200 mg
e) Asam mefenamat 500 mg
Ekspektoran :
a) Gliseril guaiakolat tablet 100 mg
b) OBH Sirup
Antitusif :
a) Dekstrometorpan tablet 15 mg
b) Dekstrometorpan sirup 10 mg/5ml
Dekongestan
a) Efedrin HCl
Antihistamin
a) Chlorfeniramin maleat tablet 4 mg
Anti inflamasi
a) Deksametason tablet 0,5 mg
b) Prednison tablet 5 mg
Vitamin
c) Vitamin B complex
2. Hipertensi
Antihipertensi :
a) Captopril tablet 25 mg
b) Captopril tablet 12,5 mg
c) Captopril tablet 50 mg
d) Amlodipin 5 mg
e) Nifedipin 10 mg
f) Nifedipin 5 mg
3. Rhematik Arthitis lain
Antipiretik
a) Paracetamol 500mg
b) Paracetamol sirup 120mg/5ml
c) Ibuprofen tablet 400 mg
4
d) Ibuprofen tablet 200 mg
Anti inflamasi
a) Deksametason tablet 0,5 mg
b) Prednison tablet 5 mg
Analgesik
a) Ibuprofen tablet 400 mg
b) Asam mefenamat 500mg
e) Ibuprofen tablet 200 mg
4. Pharingitis
Antibiotik:
a) Amoksisilin kapsul 250 mg dan 500 mg
b) Amoksisilin sirup 125mg/5ml
Antipiretik, analgetik:
a) Paracetamol tablet 500mg
b) Paracetamol sirup 120mg/5ml
c) Ibuprofen tablet 400 mg
d) Ibuprofen tablet 200 mg
e) Asam mefenamat 500 mg
Anti inflamasi
d) Deksametason tablet 0,5 mg
e) Prednison tablet 5 mg
Vitamin
a) Vitamin B complex
5. Demam yang tidak diketahui penyebabnya
Antibiotik:
a) Amoksisilin kapsul 250 mg dan 500mg
b) Amoksisilin sirup 125mg/5ml
Antipiretik, analgetik:
f) Paracetamol tablet 500mg
g) Paracetamol sirup 120mg/5ml
h) Ibuprofen tablet 400 mg
5
i) Ibuprofen tablet 200 mg
j) Asam mefenamat 500 mg
Jumlah keperluan obat berdasarkan data jumlah penderita selama bulan
Maret tahun 2015 dari 5 penyakit terbanyak diatas : (Lampiran 1)
Analisa jumlah keperluan obat berdasarkan data jumlah penderita dalam
bulan Maret tahun 2015 :
Contohnya: obat Paracetamol untuk penyakit ISPA. Pemberian
Paracetamol pada tiap kasus ISPA sesuai kunjungan resep yaitu rata-rata 3 kali
sehari selama 3 hari. Jadi rata-rata pasien mendapat obat 10 biji. Jadi bila jumlah
kasus ISPA selama 1 bulan sejumlah 432 berarti pemakaian obat paracetamol
kurang lebih 4.320 biji.
► Jumlah pemberian obat pada tiap kasus =
{∑ obat sekali minum x frekuensi minum perhari} x ∑ hari minum obat
Jumlah pemakaian paracetamol = { 1 biji x 3 kali } x 3 hari = 10 biji
► Jumlah keperluan paracetamol berdasarkan jumlah kasus ISPA dalam 1 bulan
= 10 x 432 = 4.320 biji.
Pada lampiran 1 tertulis bahwa jumlah pemakaian paracetamol tablet 500
mg selama 1 bulan sebesar 11986 biji sedangkan menurut hasil analisa kebutuhan
diperkirakan sebesar 4.320 biji. Hal ini menunjukkan bahwa pemakaian obat
paracetamol tablet 500 mg lebih besar dibandingkan hasil analisa. Hal tersebut
bisa dikarenakan penggunaan paracetamol tidak hanya digunakan untuk jenis
penyakit ISPA saja tetapi bisa digunakan untuk penyakit lainnya. Penyediaan obat
di puskesmas Campurejo sudah memenuhi jumlah kebutuhan dalam satu bulan.
Hal ini menunjukkan keberhasilan dari faktor seperti perencanaan,
pendistribusian, penggunaan, dan pelayanan obat di unit-unit pelayanan kesehatan
b.2 Harga untuk Pengadaan Obat
Pengadaan obat di puskesmas Campurejo berasal dari 1 macam yaitu obat
yang berasal dari pemerintah (DINKES). Obat yang berasal dari pemerintah
dibiayai melalui beberapa sumber biaya seperti dana BPJS, bantuan impress,
transmigrasi, APBD tingkat I dan II, serta sumber – sumber lainnya. Pengelolaan
biaya tersebut dilaksanakan oleh berbagai instansi baik di tingkat pusat maupun di
6
tingkat daerah. Obat yang dipasok oleh DINKES disediakan untuk kebutuhan
selama 1 bulan. Apabila suatu saat persediaan obat tersebut kurang dari jumlah
yang dibutuhkan, maka pihak Puskesmas dapat mengajukan permohonan
pengadaan obat ke DINKES sewaktu – waktu tanpa harus menunggu waktu jatuh
tempo 1 bulan tersebut.
b.3 Struktur Organisasi dan Pembagian Tugas di Puskesmas untuk Tim
Obat dan Alat Kesehatan
Pada puskesmas Campurejo, tidak terdapat tim khusus yang menangani
manajemen obat dan alat kesehatan yaitu tim pengadaan, tim pemeriksa,
bendahara barang, dengan kepala puskesmas sebagai penanggung jawab. Tetapi
yang ada hanya apoteker dan asisten apoteker. Seharusnya sebuah puskesmas
harus memiliki tim khusus diantaranya Tim pengadaan terdiri dari ketua,
sekretaris, dan anggota masing – masing 1 orang. Tim pengadaan ini bertugas
untuk mengelola perencanaan, pengadaan, penyimpanan, pendistribusian, dan
pemantauan obat. Dalam pelaksanaannya, manajemen obat tersebut dipegang oleh
1 orang yang merupakan anggota dari tim pengadaan. Tim pemeriksa terdiri dari
ketua dan 1 orang anggota. Tim pemeriksa bertugas untuk memeriksa obat dan
alat kesehatan yang sudah diterima untuk memastikan kecocokan antara
LPLPO/faktur penjualan dengan obat dan alat kesehatan yang diterima.
Bendahara barang terdiri dari ketua dan anggota masing – masing 1 orang yang
bertanggung jawab dalam pemeliharaan dan perbaikan alat kesehatan. Bendahara
barang di sini menerima alat kesehatan yang telah diadakan oleh tim pengadaan.
Dalam hal ini struktur organisasi dan pembagian tugas untuk tim obat dan
alat kesehatan di puskesmas Campurejo masih kurang terstruktur dengan baik,
karena dalam pelaksanaan tugas, manajemen obat tersebut dipegang oleh 1 orang
yang merupakan anggota dari tim pengadaan juga sekaligus anggota dari tim
pemeriksa.
7
Kepala Puskemas
Koordinator Tim Manajemen Mutu Kepala Tata Usaha
Kepegawaian dan UmumBendahara SP2TP
Koordinator Upaya Kesehatan Masyarakat (Pemberdayaan)Koordinator Upaya Kesehatan Masyarakat (Surveilans dan Pengendalian Penyakit)
Penanggung JawabPerkesmasKIA – KBUKS, UKGS dan ARUPerbaikan GiziKesehatan JiwaKesehatan KerjaPromkes dan Pemberdayaan MasyarakatKeslingKesehatan InderaBattraKesehatan UsilaKesehatan Olah Raga
Penanggung JawabImunisasiP2 DBDP2 DiareP2 TBP2 KustaP2 ISPASurveilans KLBBencanaNapzaKes Jemaah HajiPTM
Koordinator Upaya Kesehatan Perorangan
Penanggung JawabPoli Umum Poli KIA – KBPoli GigiKlinik GiziUGDLaboratoriumKamar Obat dan Gudang ObatAmbulanPusline
PolindesKoordinator Puskesmas PembantuKoordinasi Ponkesdes
Polindes
Bagan 2.1. Struktur organisasi manajemen obat dan alat kesehatan
Gambar 2.1. Struktur Organisasi Puskesmas Rawat Jalan Keterangan:
Garis pertanggungjawabanPolindes sebagai UKBM tetapi bertanggung jawab langsung kepada
Kepala Puskesmas
8
Untuk kepala puskesmas mempunyai tanggung jawab tentang pengelolaan
dan pencatatan pelaporan obat dan perbekalan kesehatan di puskesmas. Dan juga
mempunyai tugas seperti:
a) Membina petugas pengelola obat
b) Menyampaikan laporan bulanan pemakaian obat kepada kepala Dinas
Kesehatan kabupaten/ kota setempat
c) Melaporkan dan mengirimkan kembali semua obat yang rusak atau
kadaluarsa dan atau obat yang tidak dibutuhkan kepada kepala Dinkes
kabupaten
d) Melaporkan obat hilang kepada Kepala Dinkes kabupaten
e) Mengajukan permintaan obat dan perbekalan kesehatan kepada kepala
Dinkes kabupaten
Dan untuk Petugas gudang obat di puskesmas mempunyai tugas melaksanakan:
a) Mempunyai tugas yaitu penerimaan, penyimpanan, pendistribusian obat dan
pembekalan kesehatan dari dinas kesehatan kabupaten atau kota ke unit
pelayanan dan berkoordinasi dengan lintas program terkait.
b) Pengendalian pengunaaan persediaan dan pencatatan pelaporan.
c) Menjaga mutu dan keamanan obat serta perbekalan kesehtan dan kebersihan
ruangan
d) Menyusun rencana kebutuhan obat dan kegiatan distribusi obat berdasarkan
data program puskesmas
9
e) Membuat pencatatan dan pelaporan kegiatan di bidang tugasnya sebagai
bahan informasi dan pertanggung jawaban kepada kepala puskesmas
f) Melaksanakan stok opname obat minimal 1 tahun sekali
g) Melakukan evaluasi hasil kegiatan gudan obat secara keseluruhan
h) Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh kepala puskesmas
Petugas kamar obat puskesmas mempunyai tugas seperti:
a) kepala puskesmas menyusun perencanaan upaya pengelolahan dan pelayanan
kefarmasian
b) Menyusun rencana kegiatan pelayanan obat di kamar obat berdasarkan data
program pelayanan kesehatan dasar puskesmas
c) Melaksanakan upaya pelayanan kefarmasian dengan penuh tanggung jawab
sesuai keahlian dan kewenangannya
d) Melaksanakan upaya pelayanan kefarmasian sesuai SOP, SPM,tata kerja dan
kebijakan yang telah ditetapkan oleh apoteker dan kepala puskesmas
e) Menyerahkan obat sesuai resep ke pasien
f) Memberikan informasi tentang pemakaian dan penyimpanan obat kepada
pasien
g) Menyimpan, memelihara dan mencatat mutasi obat dan perbekalan kesehatan
yang dikeluarkan maupun yang diterima oleh kamar obat dalam bentuk buku
catatan mutasi obat
h) Melaksanakan pengelolahan obat termasuk pencatatan dan pelaporan secara
baik, lengkap serta dapat dipertanggung jawabkan
i) Membuat pencatatan dan laporan pemakaian dan permintaan obat serta
perbekalan kesehatan sebagai bahan informasi dan pertanggung jawaban
kepada kepala puskesmas, pencatatan dan pelaporan penggunaan obat secara
rasional serta penggunaan obat generic
j) Melakukan evaluasi hasil kegiatan pelayanan obat dimakar obat
k) Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh kelapa puskesmas
10
Petugas Lapangan Puskesmas Keliling mempunyai tugas :
a) Setiap kali melaksanakan kegiatan lapangan mengajukan permintaan obat
yang diperlukan kepada Kepala Puskesmas
b) Mencatat pemakaian dan sisa obat serta perbekalan kesehatan
c) Setelah selesai dengan kegiatan lapangannya, segera mengembalikan sisa
obat kepada Kepala Puskesmas melalui petugas gudang obat
Petugas lapangan posyandu mempunyai tugas:
a) Setiap kali melaksanakan kegiatan lapangan mengajukan permintaan obat
yang diperlukan kepada kepala puskesmas
b) Mencatat pemakaian dan sisa obat sertaperbekalan kesehatan
c) Setelah selesai dengan kegiatan lapangan, segera mengembalikan sisa obat
kepada kepala puskesmas melalui petugas gudang obat
Petugas obat puskesmas pembantu mempunyai tugas:
a) Menyimpan, memelihara dan mencatat mutasi obat yang dikelurkan maupun
yang diterima oleh puskesmas pembantu dalam bentuk kartu stok/ buku
b) Setipa awal bulan membuat laporan pemakaian dan mengajukan permintaan
obat kepada kepala puskesmas
c) Menyerahkan kembali obat rusak / kadaluarsa kepada kepala puskesmas
melalui petugas gudang obat
Bidan desa mempunyai tugas seperi berikut:
a) Menyimpan, memelihara dan mencatat mutasi obat yang dikelurkan maupun
yang diterima oleh puskesmas pembantu dalam bentuk kartu stok/ buku
b) Setipa awal bulan membuat laporan pemakaian dan mengajukan permintaan
obat kepada kepala puskesmas
c) Menyerahkan kembali obat rusak / kadaluarsa kepada kepala puskesmas
melalui petugas gudang obat
Pendistribusian obat adalah kegiatan pengeluaran dan penyerahan obat
secara merata dan teratur dari gudang puskesmas untuk memenuhi kebutuhan sub
unit di lingkungan puskesmas maupun unit pelayanan kesehatan lainnya.
Tujuannya adalah untuk memenuhi kebutuhan sub unit di lingkungan maupun sub
unit pelayanan kesehatan lainnya yang ada di wilayah kerja puskesmas dengan
11
jenis, jumlah, dan waktu yang tepat. Berikut adalah alur distribusi obat dan alat
kesehatan di Puskesmas Campurejo.
Bagan 2.2. Alur distribusi obat dan alat kesehatan di Puskesmas Campurejo
Obat yang telah diterima dari DINKES (GFK) masuk ke gudang obat
puskesmas induk. Setelah diperiksa oleh apoteker lalu obat-obatan didistribusikan
ke kamar obat, unit – unit seperti poli, KIA, laboratorium,kesehatan lingkungan
dan pustu – pustu..
Untuk PUSTU obat – obat yang telah keluar direkap untuk laporan
pengeluaran obat dan alat kesehatan. Bila stok obat habis, bagian tersebut berhak
mengadakan permintaan obat dan alat kesehatan ke gudang obat.
2.4 Perencanaan Kebutuhan Obat dan Alat Kesehatan
Perencanaan obat di Puskesmas dimaksudkan agar ketersediaan obat di
unit pelayanan dapat ditingkatkan dengan memanfaatkan dana yang tersedia
secara efektif dan efisien, sehingga dapat dihindari tumpang tindih penggunaan
anggaran perencanaan obat dan mengurangi kemungkinan menumpuknya suatu
jenis obat tertentu.
Dasar yang digunakan dalam menetapkan perencanaan kebutuhan obat
dan alat kesehatan di puskesmas adalah berdasarkan pemakaian 1 bulan terakhir
(dari 5 penyakit terbanyak, jumlah kunjungan pasien, dan permintaan dari hasil
pelayananan di klinik di polindes, pustu, dan apotik). Berdasarkan sistem
perencanaan tersebut, puskesmas Campurejo tidak menerapkan prinsip preventive
12
management. Hal itu dapat dilihat dengan permintaan obat hanya sesuai dengan
kebutuhan.
2.5 Pengadaan Obat dan Alat Kesehatan
Pengadaan atau permintaan obat di puskesmas dilakukan untuk
memperoleh jenis dan jumlah obat, obat dengan mutu yang tinggi, menjamin
tersedianya obat dengan cepat dan tepat waktu. Oleh karena itu pengadaan atau
permintaan obat harus memperhatikan dan mempertimbangkan bahwa obat yang
diminta atau diadakan sesuai dengan jenis dan jumlah obat yang telah
direncanakan.
Pengadaan atau permintaan obat di puskesmas, baik yang melalui Dinas
Kesehatan Kabupaten/GFK dilakukan dengan mengajukan Laporan Pemakaian
dan Lembar Permintaan Obat (LPLPO). LPLPO untuk obat DINKES ini dibuat
tiap 1 bulan sekali atau bila ada KLB atau obat habis bisa meminta sewaktu –
waktu ke GFK (DINKES) tanpa harus menunggu jatuh tempo 1 bulan, sedangkan
alat kesehatan dilakukan setahun sekali sesuai dengan jadwal yang telah
ditetapkan setiap akhir tahun. Obat dipesan melalui gudang obat farmasi.
2.6 Penyimpanan Obat dan Alat Kesehatan
Penyimpanan obat merupakan salah satu rangkaian kegiatan pengelolaan
obat untuk menjamin mutu dan keamanan obat dalam persediaan. Penyimpanan
obat ditujukan untuk memelihara mutu obat sedemikian rupa sehingga obat yang
diberikan kepada pasien sesuai dengan yang diharapkan.
Setelah obat diterima dari DINKES/GFK dengan jenis dan jumlah yang
sesuai dengan dokumen pengiriman obat dari DINKES, maka setiap jenis obat
harus segera dicatat dalam kartu persediaan obat di puskesmas (kartu stok).
Selanjutnya semua obat tersebut dilakukan kegiatan penyimpanan obat yaitu
disimpan di ruangan khusus (gudang obat), yang disusun di rak besi dan kayu
(tanpa kaca).
Pada saat obat sampai digudang, obat dipisahkan dari semua obat yang
berbahaya dari obat lainnya yang ada di dalam gudang dan disimpan di tempat
khusus yang terkunci baik. Obat – obat yang termasuk kategori vital seperti
vaksin, antidot, dan obat life saving di tempatkan di tempat yang terpisah dari
13
obat lainnya. Obat – obat tersebut di tempatkan di lemari atau rak yang mudah di
jangkau dan beri tanda khusus, agar dapat dipantau keadaan stoknya, sehingga
menghindari kemungkinan terjadinya kekosongan obat. Obat lainnya disusun di
rak tersendiri, dan disusun dengan alfabet (lihat lampiran 2).
Obat yang disusun di dalam rak atau lemari dilakukan dengan sistem
FIFO, dimana obat yang lebih lama di letakkan di bagian depan, sedangkan obat
yang baru datang diletakkan di belakang. Untuk obat yang mempunyai batas
kedaluarsanya lebih dekat, diletakkan di depan, sedangkan yang kedaluarsanya
masih jauh diletakkan di belakang.
Untuk penyusunan obat di Puskesmas Campurejo, sudah sesuai dengan
sistem alfabet maupun FIFO, akan tetapi ada kekurangan dalam hal kerapian,
sehingga kadang menyulitkan petugas dalam mencari obat yang dicari.
Obat DINKES yang terdapat di kamar obat/apotik disusun di almari kaca
dan untuk membedakannya puskesmas menyediakan rak terpisah. Untuk
penyimpanan obat di Puskesmas Campurejo sudah sesuai, obat di lemari es tertata
rapi dan suhu sesuai dengan persyaratan penyimpanan obat.
Beberapa faktor yang harus diperhatikan dalam penyimpanan yang dapat
mempengaruhi efektivitas obat:
- rak/lemari Obat,
- pendingin ruangan ( AC ),
- lemari pendingin,
- lemari penyimpanan khusus narkotika dan psikotropika,
- lemari penyimpanan Obat khusus,
- pengukur suhu, dan kartu suhu.
- Menutup obat dengan baik agar tidak terjadi kerusakan obat karen
kelembapan
- Tidak terkena sinar matahari langsung, karena kebanyakan larutan injeksi
mudah rusak jika terkena sinar matahari
- Disimpan dalam suhu kamar, obat-obat tertentu dapat rusak karena pengaruh
panas. Misalnya : salep, supposutoria.
14
- Obat tertentu yang membutuhkan suhu dingin diletakkan dalam lemari
pendingin
- Tidak menumpuk dus obat terlalu tinggi dan tidak meletakkan dus berdekatan
dengan benda-benda tajam karena dapat merusak fisik obat
- Menutup wadah obat dengan rapat karena apabila wadah terbuka, obat mudah
tercemar oleh bakteri atau fungi. Sediaan yang terkontaminasi dapat
menimbulkan kematian bagi yang menggunakannya
- Menjaga kebersihan ruangan karena ruangan yang kotor dapat mengundang
tikus yang dapat merusak obat. Selain itu etiket menjadi kotor sehingga tidak
bisa di baca.
Penyimpanan Obat dan Bahan Medis Habis Pakai dengan
mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut:
a. bentuk dan jenis sediaan
b. stabil itas (suhu, cahaya, kelembaban)
c. mudah atau tidaknya meledak/terbakar
d. narkotika dan psikotropika disimpan dalam lemari khusus
2.7 Pemantauan Obat dan Alat Kesehatan
Pemantauan obat meliputi pencatatan dan pelaporan data obat dan data
kesakitan. Hal ini bertujuan agar menjamin tersedianya informasi untuk
pengendalian persediaan, perencanaan, pengadaan, perencanaan distribusi baik di
puskesmas maupun di DINKES/GFK, sehingga dapat dipenuhi jumlah, jenis dan
ketepatan waktu penyediaan obat di Puskesmas serta unit pelayanan kesehatan
lainnya untuk lebih meningkatkan mutu pelayanan kesehatan kepada masyarakat.
Untuk melakukan pencatatan dan pelaporan data puskesmas menyediakan
buku khusus untuk mencatat keluar masuk obat dan alat kesehatan. Untuk obat-
obatan disimpan terlebih dahulu di gudang obat (kecuali obat untuk imunisasi
disimpan di lemari pendingin di ruangan imunisasi), sedangkan untuk alat
kesehatan disimpan sementara di puskesmas kemudian didistribusikan langsung
pada tiap – tiap unit yang memerlukan.
Mekanisme keluar masuknya obat berdasarkan prinsip ”frist in – first out,
serta berdasarkan tanggal kadaluwarsa. Obat yang baru datang, disimpan dalam
15
gudang dan diletakkan di belakang stok obat lama. Untuk mencocokkan dengan
buku keluar masuk, maka masing-masing obat diberikan kartu data keluar-masuk.
Pencatatan obat pada kartu stok dilakukan setiap kali ada obat yang masuk
maupun keluar di gudang obat (tanpa jadwal yang tetap). Untuk obat-obat yang
telah kadaluwarsa dicatat dalam bentuk berita acara yang kemudian dikembalikan
ke gudang farmasi untuk dihanguskan.
Di Puskesmas Campurejo, pemantauan obat dan alat kesehatan dilakukan
oleh 1 orang yang sama dengan pengelola manajemen obat dan alat kesehatan.
Pemantauan obat dilakukan sebulan sekali, sedangkan alat kesehatan dilakukan
setahun sekali. Pemantauan (khususnya obat) mencakup laporan dari masing –
masing unit kerja (polindes, pustu, apotik). Kemudian pada masing-masing
periode pelaporan diserahkan kepada kepala puskesmas sebagai penanggung
jawab untuk dipantau lebih lanjut.
Bagan 2.3. Alur Pelaporan Obat dan Alat Kesehatan di Puskesmas
Campurejo
Jaminan kualitas obat tidak dapat diketahui secara pasti oleh karena
pengadaan obat-obatan tersebut dari pusat, dimana yang bertanggungjawab atas
16
Kamar Obat
Unit-Unit Pustu, Posyandu, Polindes
Gudang Obat
PuskesmasKepala
Puskesmas
DINKES
kualitas obat dalam hal ini adalah Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM).
Dari segi keamanan, dengan sistem manajemen obat di Puskesmas Campurejo
sudah dapat terjamin keamanannya. Bila ada perubahan fisik dari obat, maka obat
disingkirkan dan dianggap sebagai obat keluar, kemudian obat dijadikan satu
untuk dilaporkan mengenai langkah pemusnahannya kepada DINKES.
Dalam hal ketersediaan obat, tidak ditemukan masalah yang cukup berarti.
Untuk obat – obatan yang sangat essensial dan biasa terpakai, maka pasti tersedia.
Sedangkan untuk obat dalam bentuk sirup, terkadang tidak mencukupi kebutuhan
di puskesmas, sehingga dibuat perencanaan dan kerja sama antar petugas
pengelola obat dan tenaga kesehatan untuk membuat variasi resep.
2.8 Mekanisme Pemeliharaan dan Perbaikan Alat Kesehatan
Tanggung jawab pemeliharaan alat kesehatan dilakukan oleh masing –
masing ruangan (Poli Umum, KIA, Poli Lansia, instalasi gizi, laboratorium, poli
gigi). Bila ada kerusakan pada alat kesehatan, laporan ditujukan pada bendahara
barang, kemudian dilaporkan kepada kepala puskesmas sebagai penanggung
jawab. Lalu, untuk perbaikannya tergantung dari tingkat kerusakan alat kesehatan
tersebut. Bila ringan dan memungkinkan, alat kesehatan tersebut diperbaiki oleh
petugas alat kesehatan, namun bila kerusakan cukup berat dan membutuhkan
anggaran yang besar maka dilaporkan kepada kepala puskesmas.
Sistem pemeliharaan alat kesehatan di Puskesmas Campurejo bersifat
aktif atau pasif. Aktif pada pemeliharaan oleh masing-masing unit kerja atau unit
kesehatan lainnya di luar puskesmas (polindes, pustu), biasanya kerusakan
bersifat ringan. Sedangkan pasif dilakukan pada saat terdapat pelaporan
kerusakan dari masing-masing unit kerja dan unit kesehatan lainnya (pustu,
polindes) kepada Kepala Puskesmas dan biasaya kerusakannya berat. Pelaporan
alat kesehatan diberikan kepada kepala puskesmas sebagai penanggungjawab alat
kesehatan.
2.9 Form yang Digunakan di Puskesmas Campurejo
Form yang digunakan di puskesmas Campurejo terdiri dari :
a) Kartu stok gudang obat puskesmas
17
Kartu stok adalah kartu yang dipergunakan untuk mencatat mutasi obat
(penerimaan dan pengeluaran) dan harus berada di gudang obat puskesmas.
Fungsinya dari kartu stok gudang puskesmas adalah :
- Untuk mencatat mutasi obat (penerimaan dan pengeluaran).
- Data pada kartu stok digunakan untuk menyusun laporan pemakaian obat
dengan format Laporan Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat
(LPLPO/LB2) dan sebagai data pembanding terhadap keadaan fisik obat
dalam tempat penyimpanan.
Form ini mencatat tanggal transaksi, pihak pemberi (gudang farmasi obat)
atau penerima obat (Polindes/Pustu/Apotik), jumlah obat yang diterima dari
pihak pemberi dan jumlah obat yang dikeluarkan untuk pihak penerima obat,
sisa stok obat pada gudang puskesmas, tanggal kadaluarsa. Informasi dan
manfaat kartu stok :
o Informasi
Jumlah obat yang tersedia (sisa stok)
Jumlah obat yang diterima selama 1 bulan/1 periode
Jumlah obat yang keluar selama 1 bulan/1 periode
Jangka waktu/lama kekosongan obat
Neraca pemasukan dan pengeluaran obat
o Manfaat
Untuk pengisian LPLPO/LB2
Menentukan jenis dan jumlah permintaan obat
Mengawasi neraca pemasukan dan pengeluaran obat.
Gambar 1. Kartu Stock Gudang Obat Puskesmas
18
Di puskesmas Campurejo, Kartu stok gudang obat puskesmas sudah
digunakan sesuai dengan fungsinya dan sudah dicatat dengan baik oleh
petugas apotek.
b. Laporan pemakaian dan lembar permintaan obat dinas kesehatan
Digunakan untuk mencatat jumlah penerimaan, pemakaian, stok awal dan
sisa stok obat dan alat kesehatan habis pakai yang ada di puskesmas, tujuan
pemberian obat (PKD/ASKES/APBD/lain-lain). Pencatatannya dilakukan
setiap bulan oleh kepala gudang obat.
20
Gambar 3. Laporan Pemakaian dan Lembar Obat (LPLPO)
c. Laporan inventaris peralatan kesehatan puskesmas
Digunakan untuk mencatat jumlah alat kesehatan pada masing-masing unit
(ruangan-ruangan di puskesmas, pustu, polindes), keadaan alat kesehatan,
kebutuhan, pengadaan sendiri, permintaan serta penerimaan alkes. Pencatatan
pada form ini dilakukan setiap tahun.
21
BAB III
PEMBAHASAN
1. Berdasarkan data internal 5 penyakit terbanyak puskesmas Campurejo
pada bulan Februari tahun 2015 adalah (1) Infeksi Pernapasan AKut; (2)
Hipertensi, (3) Rhematoid Artritis (4) Pharingitis, (5) demam tidak
diketahui penyebabnya
2. ISPA menempati urutan pertama dengan pilihan terapi pilihannya yaitu
antibiotik (Amoxicillin), antipiretik-analgesik (Parasetamol, ibuprofen,
asam mefenamat), ekspektoran (GG, OBH sirup), antitusif
(Dextrometorphan), dekongestan (Efedrin), antihistamin (Chlorpheniramin
Maleat), antiinflamasi (Deksametason, prednisom), dan Vitamin (Vitamin
B complex).
3. Pemakaian obat paracetamol tablet 500 mg lebih besar dibandingkan hasil
analisa. Pemakaian sebulan sebesar 11986, sedangkan untuk ispa saja 4320
biji. Jadi paracetamol untuk kasus selain ISPA sebanyak 7666 biji. Hal
tersebut bisa dikarenakan penggunaan paracetamol tidak hanya digunakan
untuk jenis penyakit ISPA saja tetapi bisa digunakan untuk penyakit
lainnya.
4. Harga untuk pengadaan obat sudah sesuai yaitu berasal dari pemerintah
(Dinkes). Disediakan dalam waktu 1 bulan, apabila persediaan obat
tersebut kurang dari jumlah yang dibutuhkan, maka pihak puskesmas dapat
mengajukan permohonan pengadaan obat ke dinkes sewaktu waktu tanpa
menunggu waktu jatuh tempo satu bulan.
5. Pada Puskesmas Campurejo tidak terdapat tim khusus yang menangani
management obat dan alat kesehatan seperti tim pengadaan, tim
pemeriksa, bendahara barang. Puskesmas ini hanya terdapat apoteker dan
asisten apoteker yang menangani management obat. Sehingga tugas
mereka merangkap dalam bagian tertentu. 1 apoteker bisa menangani
pelayanan obat, kamar obat, alat kesehatan. Management obat di
22
puskesmas campurejo tidak memiliki bendahara obat. Hal ini dikarenakan
tidak ada dana pribadi dalam pemasokan stok obat. Semua besaral dari
DINKES.
6. Peran petugas kamar dan gudang obat sudah sesuai dengan standart
puskesmas.
7. Peran petugas lapangan posyandu, pustu, dan bidan desa sudah sesuai
dengan standart puskesmas.
8. Penyimpanan obat di puskesmas Campurejo sesuai dengan syarat
penyimpanan yang sesuai standart, antara lain yaitu alas untuk tempat
obat, suhu penyimpanan yang sesuai, dan penumpukan kardus tersusun
rapi.
9. Penyediaan obat di puskesmas Campurejo sudah memenuhi jumlah
kebutuhan dalam satu bulan. Hal ini menunjukkan keberhasilan dari faktor
seperti perencanaan, pendistribusian, penggunaan, dan pelayanan obat di
unit-unit pelayanan kesehatan.
10. Setiap susunan obat terdapat kartu stok yang menginformasikan obat
keluar masuknya dari gudang obat.
11. Pada puskesmas campurejo tidak terdpat persedian obat injeksi, obat
narkotik, dan psikotropika. Alat kesehatan berupa infus dan alat bedah
minor tidak ada.
23
BAB IV
PENUTUP
Kesimpulan
1. Penyediaan obat puskesmas Campurejo sudah memenuhi jumlah kebutuhan
dalam satu bulan. Berdasarkan hasil analisa jumlah keperluan obat. Hal ini
menunjukkan keberhasilan dari faktor seperti perencanaan, pendistribusian,
penggunaan obat dan pelayanan di unit unit pelayanan kesehatan.
2. Penyimpanan obat di puskesmas campurejo sudah sesuai dengan syarat
penyimpanan sesuai standart dan sudah tertata rapi.
3. Peran petugas kamar dan gudang obat sudah sesuai dengan standart
puskesmas.
4. Peran petugas lapangan posyandu, pustu, dan bidan desa sudah sesuai
dengan standart puskesmas.
Saran
1. Penambahan tim khusus untuk tugas management obat dan alat kesehatan
dalam hal pengadaan, pemeriksaan, bendahara, perencanaan, pelaporan,
pemantauan secara terorganisasi baik dan penambahan petugas seingga
pendataan dan pelaporan menjadi informatif, terpercaya, dan menghindari
penyalahgunaan
2. Penambahan obat injeksi, narkotik dan psikotropika, dan alat kesehatan
seperti bedah minor.
3. Untuk pengadaan jenis jenis obat harap di tambah jenisnya dan stok yang
kosong harap diajukan ke dinkes
24