makalah teori hukum pdf

Upload: iyo

Post on 05-Jul-2018

289 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

  • 8/16/2019 Makalah Teori Hukum PDF

    1/27

    Optimalisasi Peran Aktif Masyarakat

    dalam Mendukung Aparatur Penegak Hukum

    Berdasarkan Perspektif Teori Hukum

    MAKALAHDiajukan untuk Melengkapi Ujian Tengah Semester 2015-2016

    Mata Kuliah: Teori HukumDosen: DR. Edy Faishal Muttaqin, S.H., S.SOS., M.H

    Nurlis EffendiNIM: 74115100Kelas: MIH (1B)

    Fakultas Hukum/Program Pascasarjana Magister Hukum

    Universitas Batam2015

     

    Optimalisasi Peran Masyarakat dalam Mendukung Aparat Penegak Hukum Positif

    Nurlis Effendi - MIH Universtas Batam 

    1

  • 8/16/2019 Makalah Teori Hukum PDF

    2/27

    Latar Belakang 

    Kalau mau melihat kondisi satu negara, maka lihatlah lalu lintasnya. Kalau negara

    itu benar melaksanakan pembangunan fisik dan manusianya yang tertata dan juga

    penegakkan hukum yang baik, maka lalu lintas negara tersebut pasti tertata baik.

    Kalimat itu sederhana saja, namun sering digunakan pengamat atau pakar hukum

    ketika menjelaskan kondisi hukum di Indonesia kepada wartawan yang mewawancari

    mereka. Misalnya, Dosen Hukum Pidana Fakultas Hukum Universitas Indonesia, Ganjar

    Bondan Laksamana. Ia mengutip kalimat itu saat menjelaskan persoalan lalu-lintas

    kepada poskotanews.com, media onlinenya koran Pos Kota terbitan Jakarta, pada 12

    September 2013.

    Konteksnya adalah kecelakaan yang dialami Abdul Qadir Jaelani yang

    mengemudikan mobil saat berusia 13 tahun. Ia memacu kencang mobil yang

    dikendarainya di jalan Tol Jagorawi (Jakarta Timur) mengarah ke Pondok Indah, Jakarta

    Selatan. Ia kehilangan kendali, hingga menabrak pembatas jalan dan mobilnya melayang

    menabrak dua mobil lainnya di Kilometer 8. Kecelakaan ini mengakibatkan tujuh orang

    tewas.

     Abdul Qadir Jaelani memang diadili, hakim membebaskannya dari tuntutanhukuman. Sebab belum cukup umur untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya.

    Pengamatan majelis, ia masih dapat dibina untuk memperbaiki kesalahannya.

    Pertimbangan lain mengacu pada UU No 3 Tahun 1997 tentang Perlindungan Anak.

     Abdul Qadir Jaelani menjadi sorotan media lantaran ia putranya Ahmad Dhani,

    seorang musisi papan atas di Indonesia. Namun bukan persoalan itu yang menjadi

    sorotan pengamat hukum. Kasus kecelakaan anak pesohor dianggap hanyalah sebagai

    pemantik saja. Sebab, kasus-kasus serupa sudah jamak di Indonesia.

    Bahkan, di Jakarta —sebagai pusat Ibukota Republik Indonesia— memiliki kondisi

    lalulintas yang sungguh semrawut. Mulai dari parkir sembarang, melintas di jalur sesuka

    hati si pengemudi. Jika belum membahayakan jiwanya atau hartanya, si pengemudi belum

    akan mematuhi aturan lalulintas yang terpampang di setiap sudut jalan. Itu belum lagi

    sekelompok pejabat dan orang-orang kaya yang mengendarai motor gede, mereka

    menerabas berbagai aturan lalu lintas dan dikawal pula oleh aparat kepolisian.

    Itulah sebabnya, Ganjar Bondan Laksamana, menyimpulkan bahwa Indonesia

    memiliki managemen transportasi yang buruk, kesadaran hukum yang buruk dan

    Optimalisasi Peran Masyarakat dalam Mendukung Aparat Penegak Hukum Positif

    Nurlis Effendi - MIH Universtas Batam 

    2

  • 8/16/2019 Makalah Teori Hukum PDF

    3/27

    kemauan aparat hukum yang buruk dalam menegakkan hukum. Dalam kasus Abdul Qadir

    Jaelani, sangat jelas terlihat sikap orang tua yang tidak mengawasi anaknya sehingga

    anak pun menjadi melanggar hukum.

    Lemahnya kesadaran hukum di Indonesia, bukan saja yang dilakukan anak-anak —

    yang memang seharusnya ada pengawasan dari orang tua— bahkan menteri pun

    melanggar aturan. Misalnya, ketika Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara, Dahlan

    Iskan, mengemudikan mobil yang belum laik jalan dan juga menggunakan plat bernomor

    palsu, hingga terjadi pula kecelakaan.

    Persoalan yang lebih sederhana lagi adalah tentang sampah. Di setiap daerah di

    Indonesia ini hampir menyeluruh menyerukan kebersihan, mulai dari tingkat pemerintahan

    di ibukota, sampai ke provinsi-provinsi dan juga kabupaten/kota hampir bisa dipastikan

    semuanya memiliki peraturan daerah tentang kebersihan. Bahkan dikuatkan dengansatuan kerja, misalnya ada dinas kebersihan. Tak hanya itu, tempat-tempat sampah juga

    disediakan di berbagai sudut kota, bahkan setiap provinsi atau kabupaten/kota yang

    bersih mendapat apresiasi anugerah Adipura. Namun tetap saja pelanggaran terjadi

    secara masif.

    Itu baru masalah-masalah yang elementer dalam keseharian masyarakat, kita

    belum masuk ke tatataran permainan para elit di negeri ini dalam mengangkangi hukum.

    Dimulai dari hal-hal kecil seperti pelayanan publik yang bernuansa transaksional di

    pemerintahan, palu-palu hakim yang berdentam aneh bunyinya saat mengadili pejabat

    atau pengusaha, hingga terungkapnya skandal “papa minta saham” sebagai isyarat main

    mata untuk menerabas hukum antara pengusaha asing (penanaman modal asing di PT

    Freeport) dengan para elit di negeri ini, bahkan menyeret nama Ketua DPR-RI, Setya

    Novanto

     Artinya, fenomema yang terjadi di Indonesia menunjukkan kecenderungan

    masyarakat yang tidak peduli dengan hukum, kecuali itu membahayakan jiwa atau barang

    miliknya, sebangun dengan mental aparat yang tak menjalankan kewenangan

    sebagaimana mestinya, kecuali jika itu menguntungkannya secara pribadi yang ukurannya

    adalah materi.

    Sehingga dari sini muncullah ungkapan-ungkapan satir di tengah masyarakat

    seperti misalnya KUHP yang diplesetkan dari Kitab Undang-undang Hukum Pidana

    menjadi Kasih Uang Habis Perkara, dan UUD dari Undang-undang Dasar menjadi Ujung-

    ujungnya Duit.

    Optimalisasi Peran Masyarakat dalam Mendukung Aparat Penegak Hukum Positif

    Nurlis Effendi - MIH Universtas Batam 

    3

  • 8/16/2019 Makalah Teori Hukum PDF

    4/27

      Jika melihat kondisi penegakan hukum dan juga kesadaran hukum masyarakat di

    Indonesia yang begitu merosot, kita perlu membuka kembali lembaran-lembaran Undang-

    undang Dasar 1945 yang menjadi dasar hukum paling tinggi di Indonesia. Ternyata di

    dalamnya ada konsepsi-konsepsi ideal untuk sebuah negara yang ideal.

    Di dalam UUD 1945 itulah disebut bahwa Negara Indonesia menganut paham

    kedaulatan raktyat yang berdasarkan Pancasila. Konsepsi dasar ini tertera pada

    pembukaan Undang Undang Dasar 1945 yang menyebutkan, bahwa negara ini berdiri

    untuk kesejahteraan umum. Kemudian juga bertujuan untuk mencerdaskan kehidupan

    bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan,

    perdamaian abadai dan keadilan sosial.

    Selanjutnya, disebutkan Negara Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat

    dengan berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang adil dan beradab,Persatuan Indonesia dan Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmad kebijaksanaan dalam

    permusyawaratan/perwakilan, serta dengan mewujudkan suatu Keadilan sosial bagi

    seluruh rakyat Indonesia.

    Paham itu tertuang dalam Undang-undang Dasar yang mengandung pengertian

    bahwa Negara Indonesia adalah negara hukum yang demokrasi, sekaligus demokrasi

    yang berdasarkan hukum. Pada tataran dasar negara, jelas tergambarkan bahwa

    kedaulatan rakyat menjadi pokok berasalnya supremasi hukum dan kedaulatan hukum.

    Soal ini pun sangat jelas disebutkan pada Bab I tentang Bentuk dan Kedaulatan, di Pasal

    1 (satu) disebutkan, (1) Negara Indonesia ialah Negara Kesatuan yang berbentuk

    Republik, (2) Kedaulatan berada di tangan rakyat dan dilaksanakan menurut Undang-

    undang Dasar, (3) Negara Indonesia adalah negara hukum.

    Secara singkat bisa diuraikan, menurut UUD 1945, alur berlangsungnya kehidupan

    kenegaraan di Indonesia ini tertata berdasarkan pemisahan kekuasaan, yaitu kekuasaan

    membentuk undang-undang (legislatif), kekuasaan menjalankan undang-undang

    (eksekutif) dan kekuasaan mengadili (yudikatif). Masing-masing kekuasaan ini

    menjalankan amanah rakyat secara merdeka.

    Tiga pilar negara itu disebut sebagai lembaga tinggi negara, adapun lembaga

    tertinggi negara adalah MPR (Majelis Permusyawaratan Rakyat), hanya lembaga inilah

    yang berwenang menetapkan atau mengubah UUD 1945, dan juga memberhentikan

    presiden dan atau wakilnya dalam masa jabatannya.

    Dari tatanan kenegaraan itulah mengalir berbagai produk hukum di dalam negara

    ini, mulai dari hukum publik hingga ke hukum privat. Melalui perangkatnya, hukum

    Optimalisasi Peran Masyarakat dalam Mendukung Aparat Penegak Hukum Positif

    Nurlis Effendi - MIH Universtas Batam 

    4

  • 8/16/2019 Makalah Teori Hukum PDF

    5/27

    mengatur hiruk pikuk negeri ini. Jika merujuk pada UUD 1945, maka semuanya sudah

    tertata dengan rapi, terstruk dengan baik, bahkan membuka peluang untuk

    memperbaikinya agar lebih baik lagi.

    Masyarakat juga diberi peluang yang seluas-luasnya untuk berpartisipasi dalam

    pengelolaan negara, diberi peran dalam proses supremasi hukum agar berjalan dengan

    baik di sini. Itu terang terdapat pada Bab XA tentang Hak Asasi Manusia, yaitu setiap

    orang berhak untuk hidup serta berhak mempertahankan hidup dan kehidupannya. Di sini

    diatur hak sebagai manusia secara detail yang tertuang dari pasal 28A hingga pasal 28J.

    Untuk melihat konteks pembahasan dalam makalah yang berjudul Optimalisasi

    Peran Aktif Masyarakat dalam Mendukung Aparatur Penegak Hukum Berdasarkan

    Perspektif Teori Hukum ini, juga terang terdapat dalam Pasal 28E (ayat 3) yang berbunyi

    setiap orang berhak atas kebebasan berserikat, berkumpul, dan mengeluarkan pendapat.Jika kita terjemahkan dalam konteks pembahasan makalah ini, maka pasal ini menjadi

    rujukan dasar bahwa setiap orang berhak mengeluarkan pendapatnya dalam segala hal di

    negeri ini, termasuk terlibat dalam mengkoreksi penyelewenangan-penyelewengan yang

    terjadi dalam penegakan hukum yang tidak sesuai dengan jiwa negeri ini.

    Namun semua itu bisa dilaksanakan dengan tata krama, norma-norma serta

    kaedah-kaedah yang melingkupi hidup dan kehidupan manusia juga, sehingga tidak

    menimbulkan kekacauan di atas kekacauan.

    Itulah sebabnya, kemerdekaan individu ini dikunci dengan Pasal 28J (2), yaitu

    dalam menjalankan hak dan kebebasannya, setiap orang wajib tunduk kepada

    pembatasan yang ditetapkan dengan undang-undang dengan maksud semata-mata untuk

    menjamin pengakuan serta penghormatan atas hak dan kebebasan orang lain dan untuk

    memenuhi tuntutan yang adil sesuai dengan pertimbangan moral, nilai-nilai agama,

    keamanan, dan ketertiban umum dalam masyarakat demokratis.

    ***

    Optimalisasi Peran Masyarakat dalam Mendukung Aparat Penegak Hukum Positif

    Nurlis Effendi - MIH Universtas Batam 

    5

  • 8/16/2019 Makalah Teori Hukum PDF

    6/27

    Permasalahan

      Di negara Indonesia kini dalam gambaran media massa telah terjadi dalam suatu

    kondisi yang bertolak belakang antara harapan dan kenyataan. Negara ini berdiri dengan

    cita-cita memberikan kebahagiaan bagi seluruh rakyatnya, namun dalam perjalanannya

    terjadi kekacauan dalam menjalankan aturan, baik itu yang dilakukan anggota masyarakat

    maupun aparat penyelenggara negara.

    Pada satu frame, sebagian masyarakat dan sebagian aparat, bersama-sama

    mengaduk-aduk peraturan sesuai dengan kepentingan yang melingkupi mereka masing-

    masing. Boleh dikata inilah sebuah kolaborasi nafsu untuk meraih secara total

    kesejahteraan, kesenangan atau kebahagiaan tanpa memperhatikan ada orang yang

    sengsara akibat dari perbuatan mereka. Situasi seperti ini telah menempatkan si kaya, si

    penguasa, dan si preman, pada posisi di tampuk kesenangannya.

    Lalu, apakah itu pertanda sudah terjadi pergeseran dari keinginan publik maupun

    penyelenggara negara dalam meraih hidup dan kehidupan yang ideal di Indonesia.

    Sehingga terjadi suatu situasi yang kontradiksi atau sebuah situasi yang berlawanan

    dengan intuisi. Kegiatan suap menyuap mulai terbiasa, dan transaksi hukum pada

    pelanggaran lalulintas menjadi lumrah, bahkan seolah-olah tindakan itulah yang benar.

    Wujud negara menjadi paradoks. Kondisi ini sangat berbahaya bagi kehidupan dalamsebuah negara di dalam cahaya kebenarannya yang mulai remang-remang.

    Jadi dalam situasi begini, timbul pertanyaan apa sebetulnya yang menjadi sebab

    kekacauan itu? Mengapa penerapan hukum dan penegakan aturan-aturan menjadi

    abnormal? Pertanyaan lainnya, siapa yang memulai kesalahan yang masif ini? Bagaimana

    pula mengakhirinya? Lebih jauh lagi, jika pembahasannya adalah “Optimalisasi Peran Aktif

    Masyarakat dalam Mendukung Aparatur Penegak Hukum Berdasarkan Perspektif Teori

    Hukum”, maka bagaimana formulasinya?

    Laksana penyakit yang sudah akut, saat proses penyembuhan selalu saja ada rasa

    sakit yang mendahuluinya, setidak-tidaknya tidak ada obat yang membuat nyaman untuk

    terapi kesehatan. Kita butuh formulasi membangkitkan gairah semangat masyarakat agar

    berperan aktif dalam mendukung aparat penegak hukum, walau itu pahit, sehingga negara

    menempuh jalur yang benar untuk mencapai kesejahteraan dan kebahagiaan sejati bagi

    rakyatnya.

    ***

    Optimalisasi Peran Masyarakat dalam Mendukung Aparat Penegak Hukum Positif

    Nurlis Effendi - MIH Universtas Batam 

    6

  • 8/16/2019 Makalah Teori Hukum PDF

    7/27

    Pembahasan

    Mata Rantai

      Hukum tumbuh dan berkembang di dalam masyarakat. Hukum bisa menjadi

    barometer perkembangan masyarakat dan juga membentuk kepribadian masyarakat,

    sebaliknya masyarakat bisa juga membuat hukum berubah bentuknya. Bahkan berbagai

    bentuk dan jenis atau kategori hukum itu juga lahir dari imajinasi yang tumbuh dalam

    masyarakat, karena hukum itu adalah sesuatu yang abstrak maka kemudian dirasionalkan

    dalam bentuk kaedah-kaedah untuk mengatur perilaku manusia itu sendiri.

    Misalnya perilaku antarmanusia dalam masyarakat, antara manusia dan makhluk

    lain (contohnya perlindungan hewan), serta manusia dan alam sekitarnya (kebersihan,dan hutan lindung). Bahkan, di era digital sekarang ini, hubungan sosial pun ikut masuk ke

    dalam teknoogi informasi ini. Karena itu muncul aturan-aturan baru yang mengatur

    perilaku manusia dalam interaksinya melalui internet, seperti perbuatan-perbuatan yang

    melanggar susila, penghinaan, dan penipuan di dunia maya.

    Masyarakat itu berarti manusia dalam bentuk jamak, sekawanan manusia yang

    berada dalam satu kawasan tetap dan saling berinteraksi, atau terjalin jaringan hubungan

    antar entitas-entitas, jadi sebuah komunitas yang terdependen. Menurut Kamus BesarBahasa Indonesia (KBBI), masyarakat adalah sejumlah manusia dalam arti seluas-

    luasnya dan terikat oleh suatu kebudayaan yang mereka anggap sama. Singkat kata,

    istilah masyarakat itu mengacu pada sekelompok manusia yang hidup bersama dalam

    satu komunitas yang teratur.

    Manusia adalah makhluk yang paling unik yang ada di bumi ini. Selain tubuh yang

    membutuhkan makan seperti hewan-hewan lainnya, ia memiliki tabiat untuk berinteraksi

    satu sama lain, seperti bersahabat, saling mencinta, dan juga berbagi berkasih-sayang,

    itulah yang disebut zoon politicon (makhluk sosial) oleh filsuf Yunani, Aristoteles (384 SM –

    322 SM). Menurut istilah filsuf Skotlandia, John Adam Smith (1723-1790), maka manusia

    adalah homo homini socius, yaitu manusia adalah sahabat bagi manusia lainnya. Perilaku

    itulah salah satu pembeda manusia dengan hewan.

    Setelah berada di dalam satu kelompok masyarakat, maka lahirlah tabiat-tabiat

    manusia dalam bentuk yang justru menimbulkan pergesekan kepentingan di dalam

    masyakat itu sendiri. Di antaranya menurut Adam Smith —pelopor ekonomi modern—

    menyebutkan manusia sebagai makhluk ekonomi (homo economicus), makhluk yang

    Optimalisasi Peran Masyarakat dalam Mendukung Aparat Penegak Hukum Positif

    Nurlis Effendi - MIH Universtas Batam 

    7

  • 8/16/2019 Makalah Teori Hukum PDF

    8/27

    cenderung tidak pernah merasa puas dengan apa yang diperolehnya dan selalu berusaha

    secara terus menerus dalam memenuhi kebutuhannya.

    Proses pemenuhan hajat hidup inilah yang menjadi simpul masalah bagi sebagian

    manusia yang hidup di tengah masyarakat, ada di antaranya yang sulit mengendalikan diri

    dalam mengikuti hawa nafsu, sehingga berbuat apa saja untuk memenuhinya, bahkan

    termasuk membunuh. Bahkan, kebutuhan manusia tak hanya soal materi, di antaranya

    ada juga yang memiliki kecenderungan manusia yang ingin mendominasi perkumpulan

    (masyarakat) itu, seperti status sosial, harga diri, harkat dan martabat. Sehingga terjadi

    gesekan antar sesama.

    Thomas Hobbes dalam karyanya berjudul De Cive (1951) menyebutkan homo

    homini lupus, yang berarti manusia yang satu menjadi serigala bagi manusia lainnnya.

    Bahkan jauh sebelum kelahiran Thomas Hobbes, istilah ini sudah ada di masa filsuf TitusMaccius Plautus dalam karyanya berjudul Asinaria (195 SM) yaitu lupus est homo homini.

    Istilah tersebut juga dapat diterjemahkan sebagai manusia adalah serigalanya manusai

    yang diinterpretasi berarti manusia sering menikam sesama manusia lainnya.

    Singkat kata, akhirnya manusia menginsafi butuh sandaran kuat untuk melindungi

    dirinya dari ancaman kepentingan manusia yang lain. Dari sinilah kemudian lahir norma-

    norma, maupun kaedah-kaedah, yang kemudian berkembang menjadi hukum yang hidup

    di dalam masyarakat itu sendiri.

    Pada prinsipnya, manusia membutuhkan hukum untuk mengendalikan manusia lain

    yang dikhawatirkan akan merongrong dirinya. Seorang filsuf dari Jerman Friedrich Karl

    von Savigny (21 Februari 1779 - 25 Oktober 1861) menyatakan bahwa hukum itu tidak

    dibuat melainkan tumbuh dan berkembang bersama-sama dengan masyarakat.

    Walaupun secara tersirat soal hukum ini memang sudah jelas, sangat terasakan

    bahwa itu ada, namun sebetulnya secara defenisi yang jelas sangat sulit mencari

    sandaran yang pasti dari para ilmuan. Prof Dr H.R. Otje Salman S., SH., dalam bukunya

    “Teori Hukum”, mengatakan sejak Plato sampai Hart, dari Aristoteles hingga Dworkin,

    bahkan orang-orang Skandinavia dan semua ahli hukum lain mencoba menjawab

    pertanyaan apa hukum itu? Sulit untuk dihitung, berapa banyak literatur yang coba

    memecahkan persoalan ini.

    Secara dogmatik, maka hukum itu akan berwujud dalam bentuk kita undang-

    undang. Di dalamnya adalah segala sesuatu pengaturan tentang perlaku manusia di

    dalam masyarakat, baik antar individu maupun individu dengan publik, atau antara publik

    Optimalisasi Peran Masyarakat dalam Mendukung Aparat Penegak Hukum Positif

    Nurlis Effendi - MIH Universtas Batam 

    8

    https://id.wikipedia.org/wiki/Serigalahttps://id.wikipedia.org/wiki/Manusia

  • 8/16/2019 Makalah Teori Hukum PDF

    9/27

    yang satu dengan publik yang lain. Berisi perintah dan larangan yang dibuat oleh lembaga

    resmi yang berwenang, sifatnya mengikat dan mengandung unsur memaksa.

    Kendati demikian, tetap saja hukum itu wajib memiliki kekuatan yang menjadi dasar

    pengikatnya sehingga orang harus taat pada hukum. Prof Dr Lili Rasjidi SH SSos LLM

    dalam bukunya “Dasar-dasar Filsafat dan Teori Hukum” mengetengahkan empat teori

    menyangkut soal ini, yaitu teori kedaulatan tuhan (teokrasi), teori perjanjian masyarakat,

    teori kedaulatan negara, dan teori kedaulatan hukum.

    Pada teori kedaulatan Tuhan terbagi dua jenis. Pertama yang bersifat langsung,

    hukum dibuat oleh raja-raja yang menjelmakan dirinya sebagai Tuhan di dunia, contohnya

    seperti dipraktekan oleh raja-raja Firaun di Mesir di masa lalu. Kedua adalah anggapan

    raja-raja adalah wakil Tuhan di dunia.

    Kemudian pada teori perjanjian masyarakat, para pendasar teori ini —Hugo deGroot, Thomas Hobbes, John Locke, Jean Jacques Rousseau dan Immanuel Kant—

    berpendapat orang taat dan tunduk pada hukum oleh karena berjanji untuk menaatinya.

    Hukum dianggap kehendak bersama, atau suatu hasil konsensus (perjanjian) dari

    segenap anggota masyarakat.

    Berikutnya adalah teori kedaulatan negara yang berpendapat bahwa hukum itu

    ditaati disebabkan negara menghendakinya. Adapun teori kedaulatan hukum menurut

    Prof. Mr. H. Krabbe dalam bukunya “Die Lehre der Rechssouveranitat (1906), hukum

    mengikat bukan disebabkan oleh negara, melainkan karena perumusan dari kesadaran

    hukum rakyat. Berlakunya hukum itu karena nilai batinnya, yaitu yang menjelma di dalam

    hukum itu. Kesadaran hukum yang dimaksud berpangkal pada perasaan hukum setiap

    individu, yaitu perasaan bagaimana seharusnya hukum itu.

    Memang empat teori ini berbeda-beda karakternya, namun satu tujuan pokoknya

    adalah bagaimana menjawab pertanyaan agar hukum itu bisa dipatuhi anggota

    masyarakat. Kelihatannya, kunci utamanya adalah pada posisi negara. Adalah negara

    yang mampu menjalankan kewajiban itu. Sebab negara memiliki organ-organnya yang

    mampu menjalankan hukum.

    Di samping teori-teori hukum, ada lagi beberapa jenis aliran hukum yang ada di

    bumi ini. Diantaranya ada aliran hukum alam, aliran hukum positif, aliran utilitarianisme,

    mazhab sejarah, sociological jurisprudence, dan pragmatic legal realisme.

    Optimalisasi Peran Masyarakat dalam Mendukung Aparat Penegak Hukum Positif

    Nurlis Effendi - MIH Universtas Batam 

    9

  • 8/16/2019 Makalah Teori Hukum PDF

    10/27

      Setiap negara juga berbeda-beda dalam menerapkan teori hukum yang biasanya

    sejalan dengan aliran hukum yang dianutnya, misalnya Brunei Darussalam menerapkan

    teori kedaulatan tuhan melalui penerapan hukum-hukum Islam (Syariat Islam) sejak 1 Mei

    2015. Artinya pada hukum yang berlaku di Brunei adalah aliran hukum alam yang

    didalamnya ada ada aturan yang bersumber dari Tuhan, dan yang bersumber dari rasion

    manusia.

    Sebagian negara menerapkan hukum yang tanpa unsur ketuhanan dalam

    aturannya, ini adalah apa yang kita kenal dengan hukum positif yang akarnya berasal dari

    paham filsafat positivisme dari silfus Prancis, Auguste Comte. Hukum yang berlaku di

    Indonesia sangat besar pengaru dari hukum positif, walaupun mencoba membuka ruang

    untuk hukum adat yang lebih kuat pengaruh aliran hukum alam.

    Setiap negara, termasuk Indonesia, dalam menerapkan hukum yang sudahdianggap sah —berdasarkan asas-asas legalitaskenegaraan— di tengah-tengah

    rakyatnya memiliki organ-organ hukum yang disebut sebagai aparat penegak hukum.

    Unsur-unsurnya mulai dari polisi, jaksa, hingga hakim. Aparat penegak hukum inilah yang

    segari-hari besentuhan dengan masyarakat dalam menegakkan aturan yang sudah

    diundangkan.

    Untuk masuk dalam struktur penegak hukum itupun disyarakatkan sejumlah kriteria,

    intinya harus memiliki kemampuan intelektual, dan standar moral yang baik, dalam artikata

    sosok manusia yang tak memiliki keburukan yang menyertainya. Tujuannya tentu saja,

    agar nuansa kebaikan yang ada pada dirinya membuat masyarakat menghormati

    keberadaannya, pada akhirnya mau mengikuti aturan-aturan hukum yang berlaku.

    Intinya seperti apa yang pernah disebutkan ahli hukum dari Belanda, Profesor BM

    Taverne (1874-1944), Geef me goede rechter, goede rechter commissarisen, goede

    officieren van justitien, goede politie ambtenaren, en ik zal met een slecht wetboeken van

    strafprocessrecht het geode beruken (Berikan aku hakim, jaksa, polisi dan advokat yang

    baik, niscaya aku akan berantas kejahatan meski tanpa undang-undang sekalipun).

    Itu menunjukkan penegakan hukum bukan undang-undang yang menentukan,

    melainkan sangat dipengaruhi dan ditentukan oleh manusianya. Dinamika penegakan

    hukum di Indonesia memperlihatkan kebenaran pernyataan Taverne. Warna penegakan

    hukum banyak ditentukan komitmen dan sosok pribadi orang yang menjadi polisi, jaksa,

    hakim dan advokat.

    Optimalisasi Peran Masyarakat dalam Mendukung Aparat Penegak Hukum Positif

    Nurlis Effendi - MIH Universtas Batam 

    10

  • 8/16/2019 Makalah Teori Hukum PDF

    11/27

    Pemahaman yang Salah

      Adalah seorang etnolog berkebangsaan Skotlandia yang pertamakali

    menggunakan kata Indonesia sebagai sinonim dari Kepulauan India. Dialah James

    Richardson Logan (1819-1869) yang juga dikenal sebagai seorang pengacara di masa itu.Ia adalah murid, Goerge Earl etnolog berkebangsaan Inggris yang pada tahun 1850

    mengusulkan istilah Indunesia dan Malayunesia untuk penduduk "Kepulauan Hindia atau

    Kepulauan Melayu”.

    Kata Indonesia ini sendiri berasal dari bahasa Yunani kuno yaitu Indos yang berarti

    Hindia dan nesos yang berarti “pulau”, yaitu wilayah Hindia kepulauan, atau kepulauan

    yang berada di Hindi. Kendati demikian, Belanda lebih suka dengan istilah Kepulauan

    Melayu (Maleische Archipel); Hindia Timur Belanda (Nederlandsch Oost Indië), atauHindia (Indië); Timur (de Oost); dan bahkan Insulinde (istilah ini diperkenalkan pada 1860

    dalam novel Max Havelaar (1859).

    Sedangkan orang-orang “Kepulauan India lebih suka menggunakan Indonesia.

    Terutama dari lingkungan akademik yang menempuh pendidikan di luar Balanda. Seperti

     Adolf Bastian dari Universitas Berlin memasyarakatkan nama ini melalui buku Indonesien

    oder die Inseln des Malayischen Archipels, 1884–1894. Lalu ada Suwardi Suryaningrat (Ki

    Hajar Dewantara), ketika mendirikan kantor berita di Belanda yang bernama Indonesisch

    Pers Bureau pada 1913.

    Itulah sebabnya, setelah menjadi negara tersendiri, nama yang dipakai adalah

    Indonesia. Lengkapnya Republik Indonesia. Ini adalah negara kepulauan yang terbesar di

    dunia. Di atas luasnya yang mencapai 1.919.000 km! terdapat 13.466 pulau yang bertabur

    di punggung lautnya. Di situlah rakyatnya yang penduduk 255 juta jiwa—perkiraan Badan

    Pusat Statistik Indonesia— bermukim dalam berbagai wilayah yang disebut provinsi.

    Tepatnya, Indonesia berdiri pada 17 Agustus 1945, setelah 350 tahun berada dalam

    tangan kekuasaan negeri Belanda.

    Berlayar dari negeri Belanda pada April 1595, kapal yang dipimpin Cornelis de

    Houtman ini berlabuh di Banten saat dipimpin raja Maulana Muhammad (1580–1605).

    Tiga tahun berselang, datang lagi rombongan kedua dari Belanda yang dikomandoi Jacob

    van Neck dan Van Waerwyck, dengan delapan kapalnya. Lalu mereka mendirikan

    Verenigde Oost-Indische Compagnie (VOC), yaitu perkumpulan dagang India Timur, pada

    20 Maret 1605. Kantor dagang ini dibuka di Banten, dipimpin Fancois Wittlert.

    Optimalisasi Peran Masyarakat dalam Mendukung Aparat Penegak Hukum Positif

    Nurlis Effendi - MIH Universtas Batam 

    11

    https://id.wikipedia.org/wiki/1913https://id.wikipedia.org/wiki/Belandahttps://id.wikipedia.org/wiki/Ki_Hajar_Dewantarahttps://id.wikipedia.org/wiki/1894https://id.wikipedia.org/wiki/1884https://id.wikipedia.org/wiki/Universitas_Humboldt_Berlinhttps://id.wikipedia.org/wiki/Max_Havelaarhttps://id.wikipedia.org/wiki/1860

  • 8/16/2019 Makalah Teori Hukum PDF

    12/27

      Dalam menjalankan misi dagangnya, pemerintah Belanda memberikan hak-hak

    istimewa bagi VOC yang bisa bertindak seperti sebuah negara. Hak-hak istimewa yang

    tercantum dalam Oktrooi (Piagam/Charta) tanggal 20 Maret 1602 meliputi hak monopoli

    untuk berdagang dan berlayar di wilayah sebelah timur Tanjung Harapan dan sebelah

    barat Selat Magelhaens serta menguasai perdagangan untuk kepentingan sendiri.

    Kemudian ada hak kedaulatan (soevereiniteit) sehingga dapat bertindak layaknya suatu

    negara, yang antara lain berwenang memelihara angkatan perang, memaklumkan perang

    dan mengadakan perdamaian, merebut dan menduduki daerah-daerah asing di luar

    Belanda, memerintah daerah-daerah tersebut, menetapkan/mengeluarkan mata-uang

    sendiri, dan memungut pajak.

    Kewenangan yang sangat luas itulah yang kemudian digunakan VOC untuk

    mencengkram berbagai negara yang ada di wilayah Indonesia dan menerapkan hukumsesuai dengan apa yang mereka pahami. Perilaku pengurus VOC yang korup, akhirnya

    dibubarkan pada 1799. Kekuasaan di Indonesia langsung dikendalikan Kerjaan Belanda

    tetap dengan penerapan hukum dari merka, mesikpun Balanda sendiri pada masa itu

    masih kebingunan dalam menentukan hukum-hukum yang berlaku di tempatnya sendiri.

    Masalahnya Kerajaan Belanda juga baru terbebas dari penjajahan Prancis pada 1815.

     Artinya, Belanda masuk ke Indonesia pun sebetulnya ketika negara itu masih dalam

    penjajahan Perancis.

    Terletak di Eropa Barat, Perancis adalah negara yang berasal dari kedigdayaan

    Romawi yang menjadi salah satu kekuatan terbesar dunia pada pertengahan abad

    ke-17-19. Dari sini banyak melahirkan filsuf-filsuf ternama, termasuk salah satunya adalah

     Auguste Comte penganut paham fi lsafat positivisme yang kemudian banyak

    mempengaruhi jiwa hukum di seluruh penjuru dunia. Sebenarnya, kelahiran aliran ini

    bersumber dari rasa muak Comte pada model monarchi absolut di negaranya, dia melihat

    bagaimana ajaran kristen justru menjadi pembenar kepentingan kekuasaan. Memang

    akhirnya pada abad 19 itu terjadilah revolusi dan Perancis yang semula monarchi absolut

    menjadi negara dalam bentuk republik.

    Perancis menggunakan sebuah sistem hukum sipil; yang berarti, hukum berasal

    terutama dari peraturan tertulis dan hakim tidak membuat hukum. Hukum Perancis terbagi

    menjadi dua bagian utama: hukum pribadi dan hukum umum. Perancis tidak mengakui

    hukum agama, ataupun pengakuan keyakinan religius atau moralitas sebagai motivasi

    untuk penetapan larangan. Hukum hanya dapat digunakan pada masa depan dan bukan

    Optimalisasi Peran Masyarakat dalam Mendukung Aparat Penegak Hukum Positif

    Nurlis Effendi - MIH Universtas Batam 

    12

    https://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Hukum_agama&action=edit&redlink=1https://id.wikipedia.org/wiki/Hukum_umumhttps://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Hukum_pribadi&action=edit&redlink=1https://id.wikipedia.org/wiki/Hukum_sipil_(sistem_hukum)https://id.wikipedia.org/wiki/Kekuatan_dalam_hubungan_internasional

  • 8/16/2019 Makalah Teori Hukum PDF

    13/27

    masa lalu (hukum ex post facto dilarang); dan harus dilaksanakan, hukum harus secara

    resmi diterbitkan dalam Journal Officiel de la République Française.

    Model hukum seperti itu pula yang berlaku di Belanda sebagai negara jajahan

    Perancis (1806-1813) sehingga akibat itu disana berlaku pula Code Prancis. Bahkan

    setelah merdeka pada 1813, kodifikasi hukum perdata Belanda banyak meniru Code Civil

    Prancis, yang artinya banyak meresepsi hukum Romawi, kemudian negara-negara yang

    sumber hukumnya dari Romawi ini disebut Eropa Kontinental.

    Itulah sebabnya, Belanda menerapkan ajaran Eropa Kontinental ini di kerajaan

    yang telah ditaklukkannya di Indonesia. Sebab, mereka menganggap di wilayah Indonesia

    tak ada aturan hukum. Namun, akibatnya terjadi resistensi dan penolakan alamiah dari

    Indonesia. Sebab, sebelum dijajah Belanda, berbagai kerajaan di Indonesia sudah

    menerapkan hukum berdasarkan keyakinan masing-masing. Ini terbangun sejak awalmula ada manusia di negeri ini.

    Seperti pandangan von Savigny yang berpangkal kepada bahwa di dunia ini

    terdapat bermacam-macam bangsa yang pada tiap-tiap bangsa tersebut mempunyai

    suatu volkgeist - jiwa rakyat. Percerminan dari adanya jiwa yang berbeda ini, menurut von

    Savigny, tampak pula pada hukum yang sudah barang tentu berbeda pula pada setiap

    tempat dan waktu.

    Untuk mengetahui sumber-sumber hukum yang hidup di Indonesia, akhirnya

    dikirimlah para pakar dari Belanda. Singkat kata, pembahasan soal ini juga menangkap

    perkembagan sejarahnya Indonesia yang kemudian menjadi panduan untuk menggali

    apa-apa saja yang hidup dalam kehidupan di negeri ini. Bahkan juga dilengkapi dengan

    kerja mesin antroplogi. Terutama menyangkut simbol, sistem kepercayaan, folklore, tradisi

    besar, tradisi kecil, enkulturasi, inkulturasi, primitif, dan agraris.

    Meminjam kacamata antropologi, maka akan nampak sosok manusia purba yang

    ada di wilayah negeri ini (sebelum menjadi negara Indonesia), yaitu Meganthropus

    Paleojavanicus, Pithecanthropus Erectus, Pithecanthropus Soloensis, Pithecanthropus

    Mojokertensis, Homo Soloensis, dan Homo Wajakensis. Manusia-manusia purba itu ada

    yang telah menghuni tanah negeri ini sejak ribuan hingga jutaan tahun lalu.

    Para penemu, misalnya Eugene Dubois di Trinil (penemu Pithecanthropus

    Erectuspada dan Homo Wajakensis pada tahun 1891), G.H.R.Von Koenigswald dan F

    Weidenreich (penemu Homo Soloensis pada 1921-1934 dan Meganthropus

    Paleojavanicus pada 1936-1941), hanya menjelaskan kondisi fisik dan sejumlah peralatan

    Optimalisasi Peran Masyarakat dalam Mendukung Aparat Penegak Hukum Positif

    Nurlis Effendi - MIH Universtas Batam 

    13

    https://id.wikipedia.org/wiki/Journal_Officiel_de_la_R%C3%A9publique_Fran%C3%A7aisehttps://id.wikipedia.org/wiki/Ex_post_facto

  • 8/16/2019 Makalah Teori Hukum PDF

    14/27

    yang sangat sederhana —seperti batu yang menyerupai kapak genggam— untuk berburu

    makanannya. Diduga fosil-fosil itu identik dengan bangsa Melanesia dan Austronesia.

    Dari sejumlah penelitian antropolog itu, hanya pada manusia purba Toala di yang

    ditemukan perkembangan kebudayaan. Pada gua-gua di Lamoncong, Sulawesi Selatan,

    yang dipergunakan sebagai tempat tinggal ditemukan lukisan lukisan, misalnya cap

    tangan dan lukisan babi hutan yang dicat. Pada tingkat ini, berarti manusia Toala sudah

    mengalami peningkatan daya yang bergerak dari raga ke rasa yang paling mendasar,

    namun belum mencapai tahap rasio.

    Lalu catatan sejarah melengkapinya dengan berbagai kerajaan yang menghiasi

    punggung nusantara ini. Hukum yang berlaku berbeda-beda menurut karakter kerajaan

    masing-masing. Umumnya dikenal dengan bentuk adat Melayu Polinesia. Mulai abad

    ke-4 kerajaan yang terdata dalam berbagai literatur di masa itu lebih merujuk kepadaajaran agama Hindu dan Budha, terutama di Jawa, Sumatera, dan Kalimantan. Salah satu

    kerajaan tertua di masa itu adalah Kerajaan Kutai di Kalimantan Timur, di Pulau Jawa ada

    Kerajaan Tarumanegara, dan Sriwijaya di Sumatera. Bahkan di Aceh yang terkenal

    dengan kerajaan Islam juga berawal dari sebuah kerajaan Hindu yang bernama Lamuri.

    Babak berikutnya adalah datangnya pedagang-pedagang Arab dan Persia melalui

    Gujarat, India, kemudian membawa agama Islam. Selain itu pelaut-pelaut Tiongkok yang

    dipimpin oleh Laksamana Cheng Ho (Zheng He) yang beragama Islam, juga pernah

    menyinggahi wilayah ini pada awal abad ke-15.  Para pedagang-pedagang ini

    menyebarkan agama Islam. Samudera Pasai yang berdiri pada 1267, merupakan

    kerajaan Islam pertama di Indonesia.

    Dari sini dapat dilihat, pergaulan sosial yang terjadi adalah berdasarkan kaedah-

    kaedah agama. Hukum yang hidup pun bergeser disebabkan pengaruh agama Hindu,

    agama Islam, agama Kristen hukum. Menurut seorang pelopor kajian Filsafat Indonesia,

    Prof Mr M Nasroen, hukum adat itu sanggup menyesuaikan diri dengan zaman. Ia

    mencontohkan kedatangan agama Islam ke Minangkabau adalah menyempurnakan adat

    Minangkabau yang telah ada. Sehingga akhirnya ketentuan-ketentuan agama itu menjadi

    unsur hukum adat, karena telah diresepsi oleh hukum adat.

    Itu pula sebabnya, timbul ungkapan-ungkapan lama yang mencerminkan sebuah

    pedoman hidup dan kehidupan di sesuatu daerah. Misalnya di Aceh, ada ungkapan “Adat

    bak Poteu Meureuhom, Hukom bak Syiah Kuala, Qanun bak Putroe Phang, reusam bak

    Laksamana.” Po Teumeureuhom adalah lambang pemegang kekuasaan, sedangkan

    Syiah Kuala, lambang hukum syari‘at atau agama dari ulama. Qanun (perundang-

     

    Optimalisasi Peran Masyarakat dalam Mendukung Aparat Penegak Hukum Positif

    Nurlis Effendi - MIH Universtas Batam 

    14

    https://id.wikipedia.org/wiki/Islam

  • 8/16/2019 Makalah Teori Hukum PDF

    15/27

    undangan) yang benilai agama dan adat dari badan legeslasi. Reusam merupakan

    tatanan protokuler atau seremonial adat istiadat dari ahli-ahli atau pemangku adat.

    Pengembangan nilai-nilai tatanan ini mengacu kepada sumber asas yaitu, “hukum ngon

     Adat, lagee zat ngon Sifeut “, yaitu hukum dan adat seperti zat dan sifatnya.

    Inilah yang disebut oleh seorangh ahli sastra timur dari Belanda, Prof Snouck

    Hurgrounje, dan Prof Mr Cornelis van Vollenhoven (guru besar Universitas Leiden di

    Belanda) sebagai hukum adat (1894). Mereka inilah yang meneliti hukum yang hidup di

    Indonesia sebelum Belanda datang. Bahkan, van Vollenhoven membagi 19 lingkungan

    hukum adat, yaitu; Aceh, Tanah Gayo-Alas-Batak,Tanah Minangkabau, Mentawai (Orang

    Pagai), Sumatera Selatan, Tanah Melayu, Bangka dan Belitung, Kalimantan, Gorontalo,

    Tanah Toraja, Sulawesi Selatan, Kepulauan Ternate, Maluku Ambon, Irian, Kepulauan

    Timor, Bali dan Lombok, Jawa Pusat-Jawa Timur-Madura, Daerah Kerajaan (Surakarta,Yogyakarta), Jawa Barat (Priangan, Sunda, Jakarta, Banten).

     Adapun soal penegakan hukum adat sangat dipengaruhi oleh keberadaan

    pemimpin setempat. Selain itu, disebutkan juga tentang unsur-unsur yang mempengaruhi

    hukum adat ini berdasarkan agama (Hindu, Budha, Islam, Kristen dan sebagainya),

    Kerajaan (seperti Sriwijaya, Airlangga, Majapahit) dan masuknya bangsa-bangsa Arab,

    China, Eropa.

    Itulah sebabnya, pada 1929, perundang-undangan di Hindia Belanda secara resmi

    mempergunakan istilah ini dalam Indische Staatsregeling (Peraturan Hukum Negeri

    Belanda), semacam Undang Undang Dasar Hindia Belanda, pada pasal 134 ayat (2) yang

    berlaku pada tahun 1929.

    Di situ disebutkan tiga kategori hukum yang berlaku di daerah jajahan Indonesia,

    yaitu hukum yang berlaku bagi orang-orang Eropa dan yang dipersamakan dengan

    mereka, hukum yang berlaku bagi orang-orang timur asing, dan yang ketiga hukum yang

    berlaku bagi orang-orang Indonesia asli. Jadi, kategori ketiga itulah yang disebut hukum

    adat, yaitu hukum yang berlaku bagi penduduk “asli” Indonesia, sebelum kedatangan

    orang-orang asing.

    Namun dalam praktiknya, banyak yang tak bisa berjalan. Ini disebabkan

    ketidakpahaman petinggi-petinggi Belanda yang berkuasa di Indonesia dalam

    menerapkan hukum adat. Prof Nasroen dalam karyanya berjudul Filsafat Indonesia (1967)

    menegaskan keberbedaan Filsafat Indonesia dengan Filsafat Barat (Yunani-Kuno) dan

    Filsafat Timur, bahwa Filsafat Indonesia adalah suatu filsafat khas yang ‘tidak Barat’ dan

    Optimalisasi Peran Masyarakat dalam Mendukung Aparat Penegak Hukum Positif

    Nurlis Effendi - MIH Universtas Batam 

    15

    https://id.wikipedia.org/wiki/Belanda

  • 8/16/2019 Makalah Teori Hukum PDF

    16/27

    ‘tidak Timur’, yang amat jelas termanifestasi dalam ajaran filosofis mupakat, pantun-

    pantun, Pancasila, hukum adat, ketuhanan, gotong-royong, dan kekeluargaan.

    Pada prinsipnya, penjajahan adalah sebuah ketidakadilan, sehingga hukum apapun

    yang diberlakukan tetap digunakan untuk kepentingan negeri si penjajah. Untuk

    membungkam kebebasan, salah satu alat hukum yang digunakan adalah haatzaai

    artikelen yaitu pasal-pasal dalam Kitab Undang-undang Hukum Pidana Indonesia

    (Wetboek van Strafrecht voor Indonesie, Koninklijk Besluit van 15 October 1915 Nr. 33,

    Staatsblad 1915 -732, jis 1917-497, 1917-645 — in werking getreden op 1 Januari 1918)

    tentang penyebaran kebencian sebagai akibat dari penghinaan terhadap Martabat

    Kerajaan.

    Begitu pula yang terjadi di Indonesia saat penjajahan Belanda, dan juga jaman

    penjajahan Jepang. Kondisi seperti ini terus terjadi hingga Indonesia merdeka pada 17 Agustus 1945, dan juga masa Orde Baru.

    Supremasi Hukum

    Begitu Soekarno-Hatta (Presiden Soekarno dan Wakil Presiden Muhammad Hatta)

    memplokamirkan kemerdekaan Republik Indonesia pada 17 Agustus 1945, maka sejak

    itulah negeri ini bergelut dengan dirinya sendiri. Di satu sisi harapan untuk bahagia dan

    sejahtera membuncah pada jiwa-jiwa yang terjajah ratusan tahun ini, di sisi lain

    pemerintahan masih belum terbentuk dengan sempurna, belum lagi percikan-percikan api

    politik dalam negeri dan luar negeri yang terus bergerak liar.

    Langkah penegakan hukum di Indonesia berjalan dengan bongkar pasang aturan

    yang menjadi rujukan aturan di bawahnya. Dimulai dengan penetapan UUD 1945, yang

    ditandai dengan dekolonisasi dan nasionalisasi hukum. Namun secara kesiapan, masih

    terlalu muda untuk sebuah penilaian. Masa ini, dominasi para sarjana justru datangnya

     juga dari negeri Belanda yang pemahaman hukumnya juga sama dengn kompeni.

     Akhirnya, sebagian peraturan hukum peninggalan Belanda masih digunakan,

    misalnya Kitab Undang-undang Hukum Perdata, dan Kitab Undang-undang Hukum

    Pidana. Hukum adat masih terdapat dalam pasal 131 Indische Staatsregeling (Peraturan

    Hukum Negeri Belanda), karena dalam UUD 45 tidak ada ketentuan mengenai hukum

    adat, dan oleh sebab pasal II UUD 45 aturan peralihan berbunyi “segala badan negara

    Optimalisasi Peran Masyarakat dalam Mendukung Aparat Penegak Hukum Positif

    Nurlis Effendi - MIH Universtas Batam 

    16

    https://id.wikipedia.org/wiki/Belanda

  • 8/16/2019 Makalah Teori Hukum PDF

    17/27

    dan peraturan yang masih ada langsung berlaku selama belum diadakan yang baru

    menurut Undang-undang dasar ini”. Adapun bentuk negara adalah Republik Indonesia

    Serikat.

    Kemudian dasar negara berubah menjadi UUD Sementara 1950 untuk menjadikan

    Indonesia sebagai Negara Kesatua Republik Indonesia. Periode ini sudah ada perubahan

    yang signifikan dari segi aturan, yaitu telah mengakui hak asasi manusia. Sebaliknya tidak

    ada pembaharuan hukum maupun tata peradilan, malah kebingungan apakah akan tetap

    mempertahuankan hukum dan peradilan adat atau mengkodifikasi dan mengunifikasinya

    menjadi hukum nasional yang peka terhadap perkembangan ekonomi dan tata hubungan

    internasional. Lalu terjadilah unifikasi peradilan. Diterbitkan Undang-Undang Nomor 9

    Tahun 1950 tentang Mahkamah Agung dan Undang-undang Darurat Nomor 1 Tentang

    Susunan dan Kekuasaan Pengadilan. Lalu dihapus seluruh badan-badan dan mekanismepengadilan atau penyelesaian sengketa di luar pengadilan negara.

    Sejak 17 Agustus 1950, roda negara berpotar dengan poros UUDS 50 yang

    menganut sistem kabinet parlementer. UUDS 1950 ditetapkan berdasarkan Undang-

    Undang Nomor 7 Tahun 1950 tentang Perubahan Konstitusi Sementara Republik

    Indonesia Serikat menjadi Undang-Undang Dasar Sementara Republik Indonesia, dalam

    Sidang Pertama Babak ke-3 Rapat ke-71 DPR RIS pada 14 Agustus 1950 di Jakarta.

    Konstitusi ini dinamakan “sementara”, karena bersifat tidak permanen, menunggu

    terpilihnya Konstituante hasil pemilihan umum yang akan menyusun konstitusi baru.

    Pemilihan Umum 1955 berhasil memilih Konstituante secara demokratis, namun

    Konstituante gagal membentuk konstitusi baru sampai berlarut-larut.

    Bahkan selama sembilan tahun berlakunya UUDS, terjadi pergantian perdana

    menteri sampai tujuh kali, yang berarti kabinet berubah-ubah sampai tujuh kali juga. Ini

    berarti, negara Indonesia selama 9 tahun itu hanya diwarnai konflik kepentingan politik .

    Misalnya, Kabinet Nasir (1950-1951) yang tumbang lantaran pembentukan DPRD yang

    dinilai terlalu banyak menguntung Masyumi. Kabinat Sukirman-Suwirjo (1951-1952), yang

    diserang oleh kelompoknya sendiri akibat kebijakan politik luar negeri yang dinilai terlalu

    condong ke Barat atau pro-Amerika Serikat. Pada masa Kabinet Wilopo (1952-1953)

    sudah mulai muncul gerakan-gerakan kedaerahan dan benih-benih perpecahan yang

    akan menggangu stabilitas politik Indonesia. Wilopo terjungkal saat menyelesaikan

    sengketa tanah perusahaan asing di Sumatera Utara, kebijakannya ditentang oleh wakil-

    wakil partai oposisi di DPR.

    Optimalisasi Peran Masyarakat dalam Mendukung Aparat Penegak Hukum Positif

    Nurlis Effendi - MIH Universtas Batam 

    17

  • 8/16/2019 Makalah Teori Hukum PDF

    18/27

      Lalu Kabinet Ali Sastroamidjojo (1953-1955), tensi pemberontakan meningkat.

    Munculnya DI/TII di Jawa Barat, Daud Beureuh di Aceh, dan Kahar Muzakar di Sulawesi

    Selatan. Kabinet Ali-Wongsonegoro jatuh sebab perselisihan TNI-AD dan pemerintah

    tentang tata cara pengangkatan Kepala Staf TNI-AD. Kemudian Kabinet Burhanuddin

    Harahap (1955-1956), dilaksanakan pemilihan umum pertama di Indonesia. Kabinet ini

    menyerahkan mandatnya setelah DPR hasil pemilihan umum terbentuk pada bulan Maret

    1956. Kemudian kabinet kembali ke Ali Sastroamidjojo untuk kedua kalinya (1956-1957),

    lalu beralih ke Kabinet Djuanda (1957-1959).

    Tujuh kabinet berganti, amanat UUDS tak juga terlaksanakan, akhirnya terbitlah

    Dekrit Presiden 5 Juli 1959 yang mengakhiri masa parlementer dan kembali ke UUD 1945,

     jadilah Indonesia dengan negara Demokrasi Terpimpin. Selanjutnya, pengembangan

    hukum yang bernuansa untuk kepentingan rakyat sedikit demi sedikit terpinggirkan, yanglebih dominan adalah kebijakan-kebijakan untuk kestabilan politik dan kekuasaan.

    Bahkan, Soekarno menerbitkan Penetapan Presiden RI No 11/1963 tentang

    Pemberantasan Kegiatan Subversi. Subversi ini adalah satu upaya pemberontakan dalam

    merobohkan struktur kekuasaan termasuk negara. Langkah ini dianggap sebagai

    kemunduran dalam perkembangan hukum dan demokrasi di Indonesia.

    Persoalan ini terus berlanjut hingga peralihan kekuasaan dari Presiden Soekarno

    ke Soeharto pun berlangsung tidak demokratis, artinya rakyat tidak terlibat dalam

    keputusan politik ini. Artinya, hak demokrasi seperti yang tertera dalam UUD 1945 tak

    berjalan dengan baik, walau sandarannya adalah kondisi negara yang sedang genting

    lantaran pemberontakan Partai Komunis Indonesia yang terkenal dengan istilah Gerakan

    30 September 1965.

    Diawali dengan dikeluarkannya sepucuk surat bernama Surat Perintah 11 Maret

    1966. Orde Baru pun berlangsung dari tahun 1966 hingga 1998. Selama rentang waktu 32

    tahun itulah Presiden Soeharto berkuasa. Mengawali pemerintahan dengan slogan

    melaksanakan Pancasila dan UUD 1945 "secara murni dan konsekuen”, namun

    pemerintahan Orde Baru sangat trauma dengan kondisi pemerintahan Orde Lama,

    sehingga langkah-langkah yang dilakukan juga lebih kental pada politik mempertahankan

    kekuasaan, dalam bahasa resmi adalah menjaga kestabilan nasional.

    Bahkan, Orde Baru menaikkan status Penetapan Presiden No.11/PNPS/1963

    menjadi UU No.11/PNPS/1963 tanggal 5 Juli 1969, padahal Penpres No.11 tahun 1963

    semula telah dicabut lewat Keputusan Presiden/Panglima Tertinggi Angkatan Bersenjata

    Republik Indonesia/Komando Operasi Tertinggi No.36/KOTI/1964 tentang Pembentukan

    Optimalisasi Peran Masyarakat dalam Mendukung Aparat Penegak Hukum Positif

    Nurlis Effendi - MIH Universtas Batam 

    18

  • 8/16/2019 Makalah Teori Hukum PDF

    19/27

    Komando Operasi Penanggulangan Kegiatan Subversi tanggal 6 Juli 1964, khususnya

    pada Pasal 12. Pasal ini menegaskan semua penetapan/keputusan yang telah

    dikeluarkan mengenai pemberantasan subversi, dengan dikeluarkannya keputusan ini,

    dinyatakan tidak berlaku"--tentulah keputusan ini termasuk Penpres No.11/1963.

    Undang-undang Subversi itulah yang kemudian menjadi sentral pemerintahan di

    masa Orde Baru. Ini adalah sebuah undang-undang yang sangat berlawanan dengan

    UUD 1945 yang menjamin kemerdekaan berserikat dan berkumpul, mengeluarkan pikiran

    dengan lisan dan tulisan. Bahkan rakyat yang bertindak mengkritisi atau menyalurkan

    aspirasi pun bisa dianggap memutarbalikkan, merongrong, atau menyelewengkan ideologi

    negara Pancasila atau haluan negara. Atau, hal itu dikategorikan sebagai menggulingkan,

    merusak, atau merongrong kekuasaan negara atau kewibawaan pemerintah yang sah

    atau aparatur negara. Bahkan, bisa dianggap "menyebarkan rasa permusuhan ataumenimbulkan permusuhan, perpecahan, pertentangan, kekacauan, kegoncangan, atau

    kegelisahan di antara kalangan penduduk atau masyarakat yang bersifat luas...." Padahal,

    memperingatkan itu seharusnya dianggap positif dan merupakan kewajiban kita semua.

    Dalam agama, hal ini bisa termasuk amar makruf nahi mungkar.

    Hasilnya, setiap ada tokoh maupun aktivis yang menuntut perubahan dan kritis

    terhadap pemerintahan, jawabannya adalah pintu penjara yang terbuka lebar. Misalnya

    (alm) HR Darsono, Abdulqadir Djaelani, AM Fatwa, Sri Bintang Pamungkas, Mochtar

    Pakpahan, dan Budiman Sudjatmiko. Mahasiswa yang menyebar stiker "Tolak Pemilu

    1997", bisa dikenai UU Anti Subversi.

    Undang-undang seperti itu tentu secara langsung menutup pintu bagi rakyat untuk

    ikut berpartisipasi untuk penegakan hukum di Indonesia. Apalagi untuk menjalankan UU

    Subversi juga menggunakan kekuatan militer. Intinya, UU Anti Subversi pun menjadi

    momok bagi pejuang demokrasi. Ini dikenal dengan peran ganda ABRI yang diistilahkan

    Dwi Fungsi ABRI. Pada masa Orde Baru, ABRI menjadi institusi paling penting di

    Indonesia. Selain menjadi angkatan bersenjata, ABRI juga memegang fungsi politik,

    menjadikannya organisasi politik terbesar di negara.

    Itu belum lagi terbitnya Undang-undang Nomor 11 Tahun 1966 tentang Ketentuan-

    ketentuan Pokok Pers yang telah kemudian diubah dengan Undang-undang Nomor 21

    Tahun 1982 tentang Perubahan atas Undang-undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun

    1966 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Pers sebagaimana telah diubah dengan

    Undang-undang Nomor 4 Tahun 1967 UU No 11 tahun 1966. Kunci yang paling penting

    dalam undang-undang ini adalah setiap penerbitan pers yang diselenggarakan oleh

    Optimalisasi Peran Masyarakat dalam Mendukung Aparat Penegak Hukum Positif

    Nurlis Effendi - MIH Universtas Batam 

    19

  • 8/16/2019 Makalah Teori Hukum PDF

    20/27

    perusahaan pers memerlukan Surat Izin Usaha Penerbitan Pers (SIUPP) yang

    dikeluarkan oleh Pemerintah.

    Ketentuan SIUPP diatur dengan Permenpen No.01/198. Menteri Penerangan

    mempunyai kuasa penuh dalam pencabutan SIUPP apabila penerbitan pers dirasa tidak

    sesuai dg ketentuan yg ada. Ketentuan SIUPP itulah yang menjadi alat membungkam

    pers yang kritis. Pemerintahan Orde Baru menutup beberapa media dengan UU ini, di

    antaranya adalah Majalah Tempo, Editor, dan Detik. Media-media itu dianggap terlalu

    tajam mengkritik pemerintahan.

    Undang-undang Subversi dan Undang-undang Pokok Pers adalah dua aturan yang

    bisa mencerminkan bagaimana pemerintahan Orde Baru berjalan. Pemerintahan

    berlangsung represif. Perkembangan dan dinamika hukum dan tata peradilan di bawah

    Orde Baru justru diawali oleh penyingkiran hukum dalam proses politik dan pemerintahan.Selain itu, pemerintahan Orde Baru juga menundukkan lembaga-lembaga hukum di

    bawah eksekutif. Pengendalian sistem pendidikan dan penghancuran pemikiran kritis,

    termasuk dalam pemikiran hukum.

    Pada 1998, pemerintahan Orde Baru berakhir dengan catatan di bidang hukum

    adalah semaraknya korupsi, kolusi, nepotisme, pelanggaran HAM kepada masyarakat

    non pribumi (terutama masyarakat Tionghoa), kritik dibungkam dan oposisi diharamkan,

    kebebasan pers sangat terbatas, penggunaan kekerasan untuk menciptakan keamanan,

    menurunnya kualitas birokrasi Indonesia yang terjangkit penyakit Asal Bapak Senang.

    Berakhirnya era Orde Baru ternyata tak lantas menyingkirkan budaya-budaya yang

    buruk dalam pemerintahan, misalnya soal korupsi dan penyakit laporan Asal Bapak

    Senang ini masih terus berlanjut. Hanya saja di masa Orde Reformasi, demokrasi menjadi

    lebih hidup dengan disingkirkannya UU Subversi walau sebetulnya soal ini masih hidup

    sebab telah dipindahkan ke dalam Pasal 107 A, B, C, D, E, dan F dalam Kitab Undang-

    undang Hukum Pidana. Sedangkan UU Pokok Pers dicabut, kemudian berganti denganUU Pers yang menjamin kemerdekaan pers. Perubahan mendasar lainnya adalah

    terselenggaranya pemilihan umum yang demokratis. Rakyat langsung memilih presiden,

    gubenur, hingga bupati/walikota, begitu juga dengan pemilihan umum legislatif.

     Artinya ada sejumlah perbaikan perundang-undangan dan kelembagaan negara.

    Terjadi pembaruan sistem politik dan ketetanegaraan, pembaruan sistem hukum dan hak

    asasi manusia, pembaruan sistem ekonomi. Yang paling menarik di era reformasi adalah

    Optimalisasi Peran Masyarakat dalam Mendukung Aparat Penegak Hukum Positif

    Nurlis Effendi - MIH Universtas Batam 

    20

  • 8/16/2019 Makalah Teori Hukum PDF

    21/27

    lahirnya lembaga antikorupsi, yaitu Komisi Pemberantasan Korupsi. Cuku banyak pejabat

    dan anggota DPR terjerat di sini.

    Kendati demikian, perkara korupsi, kolusi dan nepotisme masih kokoh. Selain itu,

    kemampuan perangkat hukum pun dinilai belum memadai untuk dapat menjerat para

    pelaku semacam itu. Aparat penegak hukum seperti polisi, jaksa, dan hakim (kini ditambah

    advokat) dilihat masih belum mampu mengartikulasikan tuntutan permbaruan hukum.

    Persoalan ini hingga kini belum selesai, padahal reformasi sudah berlangsung 17 tahun,

    dan sudah dilalui oleh enam presiden, yaitu BJ Habibie, Abdurrahman Wahid, Megawati

    Soekarnoputri, Susilo Bambang Yudhoyono, dan kini Joko Widodo.

    Kebebasan pers dan media publik juga terjadi di era raformasi. Sehingga lahir

    begitu banyak media. Bahkan kini ada dua jenis media, yaitu yang konvensional (televisi,

    koran, dan radio) dan media internet. Hingga tahun 2014, Jumlah netizen (penggunainternet) bertambah pesat menjadi 83.7 juta orang atau terbanyak keenam di dunia. Di era

    sekarang, kemajuan teknologi informasi juga sedang booming. Sehingga publik bisa

    mengakses berbagai berbagai informasi dari internet.

    Bahkan partisipasi publik dalam penegakan hukum juga masuk melalui media yang

    menggunakan teknologi informasi. Berbagai media sosial tersedia, mulai dari facebook

    hingga twitter. Dari sinilah, publik sekarang mengkritisi berbagai kebijakan pemerintah

    yang menyimpang. Namun, kondisi kerusakan akut selama ratusan tahun (mulai dari

    penjajahan Belanda hingga ke pemerintahan masa lalu) tentu tak gampang

    membangunnya kembali.

    Itulah sebabnya, menurut survei dari Lembaga Survei Indonesia masih

    menempatkan dari sekian agenda reformasi yang paling menyedihkan adalah kegagalan

    di bidang reformasi hukum khususnya dalam penegakan hukum. Diseebutkan, tingkat

    kepercayaan masyarakat terhadap penegakan hukum di negri ini dari hari ke hari

    grafiknya terus mengalami penurunan. Tingkat ketidak puasan masyarakat terhadap

    penegakan hukum di negri ini semakin meningkat, menempatkan tingkat ketidak

    percayaan publik terhadap penegakan hukum berada pada angka 56 persen dan hanya

    29,8 persen yang menyatakan puas. Jika dibandingkan dengan pemerintahan sebelumnya

    hanya 22,6 persen yang mengatakan penegakan hukum di era pemerintahan sekarang ini

    lebih baik dari pemerintahan sebelumnya.

    Kenaikan yang cukup signifikan Januari 2010, 37,4 persen, Oktober 2010 41,2,

    September 2011, 50,3 persen, Oktober 2012, 50,3 dan yang terakhir April 2013,

    sungguh mengejutkan yaitu 56,0 persen. Dan yang paling mencengangkan ternyata

    Optimalisasi Peran Masyarakat dalam Mendukung Aparat Penegak Hukum Positif

    Nurlis Effendi - MIH Universtas Batam 

    21

  • 8/16/2019 Makalah Teori Hukum PDF

    22/27

     masyarakat di desa justru tingkat ketidakpuasannya mencapai pada angka 61,1 persen

    sementara di kota mencapai 48,6 persen.

    Survei dari Indonesia Legal Rountble (ILR) juga hasilnya hampir sama. Kondisi itu

    dinilai akibat masih diabaikannya lima prinsip dalam mewujudkan supremasi hukum.

    Disebutkan dalam buku "Indeks Negara Hukum Indonesia Tahun 2013,” prinsip pertama,

    pemerintahan yang berdasarkan hukum dan sistem pengawasan yang efektif dan

    keseimbangan legislatif dan eksekutif. Tetapi, kenyataannya yang menjadi masalah

    mendasar dari prinsip ini adalah tidak adanya pengawasan yang efektif, baik oleh

    parlemen, pengadilan, pengawasan internal pemerintah maupun komisi negara

    independen.

    Prinsip kedua adalah peraturan yang jelas, pasti dan jaminan partisipasi publik

    dalam pembentukan peraturan, namun yang terjadi banyak masalah yang berhubungandengan kejelasan materi peraturan yang dinilai multitafsir. Soal inilah yang pernah

    dipermasalahkan oleh Menteri Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti. Ia

    meminta menghapus penggunaan sejumlah kosa kata ‘bersayap’, alias yang tidak konkret

    dan susah terukur. Ternyata kata-kata bersayap ini adalah sumber korupsi.

    Karena memangkas kata-kata bersayap itulah Susi mempu memangkas dana

    siluman mencapai Rp 200 miliar untuk anggaran 2016. Akhirnya Presiden Republik

    Indonesia Joko Widodo (Jokowi) meminta kepada Kementerian dan Lembaga untuk

    menghilangkan program pemerintah yang tidak jelas dan memiliki kalimat bersayap serta

    tidak konkrit dalam pengelolaan Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) 2016.

    Kemudian masuk ke prinsip ketiga yang disampaikan ILR, kekuasaan kehakiman

    yang merujuk pada independensi kekuasaan kehakiman dan akuntabilitas kekuasaan

    kehakiman, namun independensi hakim masih bermasalah, terutama masih rentan

    terhadap suap.

    Prinsip keempat, akses terhadap keadilan yang terbagi dalam ketersediaan aturan,

    proses dan pemulihan hak warga negara. Tetapi ILR masih menemukan proses peradilan

    di Indonesia yang bermasalah karena tidak adanya jaminan atau pengaturan dalam

    larangan dari suap dan pungutan liar. Prinsip kelima adalah tentang penghormatan,

    perlindungan, dan pemenuhan hak asasi manusia (HAM). Secara umum komitmen

    negara dalam menjamin HAM di tataran regulasi konstitusi serta perundang-undangan

    cukup memadai. Tetapi untuk jaminan kebebasan beragama dan berkeyakinan masih ada

    distorsi dalam bentuk peraturan daerah.

    Optimalisasi Peran Masyarakat dalam Mendukung Aparat Penegak Hukum Positif

    Nurlis Effendi - MIH Universtas Batam 

    22

  • 8/16/2019 Makalah Teori Hukum PDF

    23/27

      Kendati survei-survei menunjukkan angka yang belum membaik dalam citra

    penegakan hukum Indonesia, namun bagaimana pun kini telah lahir sebuah era baru yang

    tetap perlu diapresiasi. Masyarakat Indonesia telah bisa menggunakan berbagai sarana

    untuk memantau kinerja pemerintahnya, dan ini tentu saja berefek pada penegakan

    hukum. Bahkan saat ini adalah masa paling bebas dan demokrasi di Indonesia.

    Bahwa memang benar muncul berbagai penyimpangan yang dilakukan aparat

    penegak hukum yang bisa terbuka lebar saat ini, namun itu juga bisa dilihat dari sudut

    arus informasi yang kini begitu terbuka, sesuatu yang tidak akan terjadi di masa lalu,

    apalagi di era Orde Baru. Di sinilah masyarakat bisa berperan aktif dalam membantu

    aparat penegak hukum agar terjaminnya supremasi hukum. Berbagai media yang kini

    sangat maju bisa dimanfaatkan untuk menunjang masyarakat dalam upaya memperbaiki

    hukum di Indonesia. Hanya saja, para aparat penegak hukum —dari mulai polisi, jaksa,hingga hakim— masih antipati dengan kritik.

    Namun demikian, perkembangan ini tetap ada yang perlu diperhatikan yaitu jangan

    sampai beralihnya realitas ke simulacra. Jika dulu kebenaran adalah milik penguasa, kini

    bisa beralih kebenaran menjadi milik media, dan ini bisa bias bahkan sangat mungkin

    seuatu yang muncul media yang dianggap sebagai kenyataan, ternyata tidak sesuai

    dengan realitas.

    Dalam Buku Prof Otje Salman S SH berjudul Teori Hukum (2004, 136-137),

    mengutip buku seorang pemikir paling berpengaruh era post-modern, Jean Baudriliard

    berjudul Simulation (New York, Semiotex(e), 1983). Di situ dituliskan, dalam wacana

    Baudriliard, dominasi teknologi telah menghasilkan segala sesuatu menjadi mungkin, yaitu

    terciptanya secara kumulatif realitas citraan/artificial, yang disebutnya ‘hyperreality’, yaitu

    suatu situasi di mana realitas telah digantikan oleh sesuatu yang tidak real sebagaimana

    dinyatakan olehnya, “masa kini merupakan masa di mana realitas asli digantikan oleh

    simulacra, dan manusia terjebak dalam apa yang disebut hiperealitas, realitas yang

    melampaui citra aslinya, keaslian dan dunia kultural lenyap secara tiba-tiba.

    Disebutkan, orang lebih percaya pada televisi daripada kejadian sebenarnya,

    percaya kepada koran daripada faktanya, percaya pada film daripada kondisi kulturalnya.

    Pendek kata, realistis telah tersingkir dan tereduksi dari posisinya.

    Menurut Prof Otje, apabila kita menelaah lebih kritis pada gagasan “Hyperrealitas

    Baudrillard”, maka itu sebuah sinonim dan proses dari suatu struktur hukum perlahan-

    lahan diperkosa dan dicabut atau dalam bahasa lain dipreteli. Hukum akan

    memperlihatkan suatu wujud yang abjek. Hukum muncul dalam bentuk keputusan yang

    Optimalisasi Peran Masyarakat dalam Mendukung Aparat Penegak Hukum Positif

    Nurlis Effendi - MIH Universtas Batam 

    23

  • 8/16/2019 Makalah Teori Hukum PDF

    24/27

    ditandai keserakahan dan muslihat birokrasi, turbulensi dan noise. Dalam wilayah ekstrem

    hukum adalah libido kekejaman, ekstasi kejahatan, dan semangat kegilaan (madness),

    yang ditukangi oleh parasit hukum (birokrat), guna melakukan manuver-manuver yaitu

    membuat simulacra hukum, dengan menciptakan huruf dan kalimat yang tersusun rapi

    dalam sebuah teks undang-undang dan sejenisnya.

     Artinya kondisi yang tergambarkan oleh berbagai media di era sekarang ini juga

    harus benar-benar dilihat secara jeli, kritis, dan sedikit skeptis. Kebenaran itu bisa jadi

    adalah simulacra.

    ***

    Optimalisasi Peran Masyarakat dalam Mendukung Aparat Penegak Hukum Positif

    Nurlis Effendi - MIH Universtas Batam 

    24

  • 8/16/2019 Makalah Teori Hukum PDF

    25/27

    Kesimpulan dan Saran

    Dari uraian sebelumnya sudah tergambar dengan jelas urut-urutan kondisi

    perkembangan hukum di Indonesia mulai dari zaman batu hingga ke abad modern

    sekarang ini. Ada satu simpul penting, bahwa hukum selalu berada dalam kungkungan

    politik dan kekuasaan. Hukum sering menjadi tukang stempel kekuasaan, bahkan menjadi

    alat politik untuk tujuan politik juga.

    Jika semula hukum berjalan “jujur” untuk kepentingan penguasa di masa

    pemerintahan kerajaan-kerajaan yang tersebar di seluruh negeri. Kemudian masuk era

    agama yang begitu banyak di Indonesia, mulai dari Hindu, Budha, Kristen, hingga agama

    Islam. Di sini hukum berjalan menurut kitab-kitab suci, walaupun ada juga kepentingan

    raja yang menumpanginya.

    Lalu masuk era penjajahan, di sini juga menonjol kepentingan ekonomi.

    Kepentingan ekonomi ini yang kemudian membalikkan tujuan hukum menjadi pembenar

    upaya pemerintahan Hindia Belanda yang berkuasa di negeri ini. Korupsi mulai merajalela

    di zaman ini. Bahkan, Verenigde Oost-Indische Compagnie (VOC), yaitu perkumpulan

    dagang India Timur, yang masuk ke Indonesia berselubung dagang yang kemudian

    menjadi peletak batu pertama cengraman Belanda untuk menjajah Indonesia, juga

    meninggalkan budaya korupsi yang berurat berakar di negeri ini.

    Selain itu, adalah pembungkaman kebebasan berekspresi juga dilakukan, yaitu

    melalui haatzaai artikelen adalah pasal-pasal dalam Kitab Undang-undang Hukum Pidana

    Indonesiatentang penyebaran kebencian sebagai akibat dari penghinaan terhadap

    Martabat Kerajaan.

    Era kemerdekaan yang semula menjadi harapan untuk hidup sejahtera, bahagia,

    dan demokrasi, ternyata juga menjadi awal kekisruhan politik model baru di Indonesia.

    Kekisruhan politik yang tiada henti, juga menghambat kebebasan berekpresi terjadi

    melalui UU Subversi dan UU Pokok Pers. Peralihan ke Orde baru juga terjadi

    pemerintahan yang represif, menghambat kebebasan pers, dan juga tumbuhnya budaya

    korupsi, kolusi, dan nepotisme dengan makin subur.

    Kini zaman berganti menjadi era reformasi. Pemerintahan membuka saluran

    kebebasan berekpresi yang luas, kehidupan demokrasi yang makin baik, dan keterlibatan

    masyarakat dalam segala bidang kehidupan bernegara juga terbuka. Ditambah lagi

    dukungan dari era teknologi informasi yang begitu luar biasa. Namun, di bidang hukum

    Optimalisasi Peran Masyarakat dalam Mendukung Aparat Penegak Hukum Positif

    Nurlis Effendi - MIH Universtas Batam 

    25

  • 8/16/2019 Makalah Teori Hukum PDF

    26/27

    masih tertinggal. Budaya peninggalan pemerintahan sebelumnya masih belum bisa

    tercerabut.

    Keterlibatan masyarakat dalam segala lini kehidupan bernegara adalah sebuah

    peluang yang baik untuk perbaikan yang lebih menjanjikan sebuah kebahagian bernegara

    yang sejahtera. Di sini dibutuhkan penyadaran dari aparat penegak hukum untuk melihat

    sisi baik dari kepedulian masyarakat pada penegakan hukum. Kekritisan masyarakat

    haruslah dianggap sebagai bentuk dukungan untuk aparat penegak hukum dalam

    menegakkan supremasi hukum di negeri ini.

    Pemerintah perlu memanfaatkan teknologi informasi untuk menjaring pendapat

    publik dalam perbaikan kehidupan bernegara yang lebih baik, terutama dalam penegakan

    hukum. Sebab, jika ini dilakukan dengan sendirinya akan meningkatkan wibawa hukum di

    negeri ini, sehingga akan berefek pada pemerintah yang bersih dan berkarakter sebabmendapat dukungan penuh dari rakyatnya.

    Pemerintah perlu menciptakaan keterbukaan informasi yang jujur, sehingga fakta-

    fakta yang sampai ke masyarakat akan menjadi lebih kuat dan meyakinkan. Ini perlu

    dilakukan agar efek simulacra tidak terjadi di tengah-tengah rakyat Indonesia, sebab jika

    informasi tersumbat akan terjadi efek simulacra ini.

    Sebab, menurut Friedrich Karl von Savigny, hukum sangat bergantung atau

    bersumber pada jiwa rakyat dan yang menjadi isi hukum itu ditentukan oleh pergaulan

    manusia dari masa ke masa. Hukum berkembang dari suatu masyarakat yang sederhana

    yang pencerminannya tampak dalam tingkah laku setiap individu kepada masyarakat yang

    modern dan kompleks di mana kesadaran hukum rakyat itu tampak pada apa yang

    diucapkan oleh ahli hukumnya.

    ***

    Optimalisasi Peran Masyarakat dalam Mendukung Aparat Penegak Hukum Positif

    Nurlis Effendi - MIH Universtas Batam 

    26

  • 8/16/2019 Makalah Teori Hukum PDF

    27/27

    Daftar Pustaka

     Abdul Hakim, Atang, Filsafat Umum dari Metodologi Sampai Teeofilosofi, Pustaka

    Setia Bandung, Bandung, 2008.

     Arifin, Syamsul, Pengantar Hukum Indonesia, Citapustaka Media - Fakultas Hukum

    Universitas Medan Area, Medan, 2015.

     Arifin, Syamsul, Pengantar Filsafat Hukum, Ciptapustaka Media, Medan, 2014.

    Mertokusumo, Sudikno, Teori Hukum (Edisi Revisi), Cahaya Atma Pustaka,

    Yogyakarta, 2014.

    Lubis, Solly, Filsafat Ilmu dan Penelitian, CV Mandar Maju, Bandung, 1994.

    poskotanews.com, Kasus Dul Gambaran Carut Marutnya Indonesia, Jakarta, 12September 2013.

    Rasjidi, Lili, Dasar-dasar Filsafat dan Teori Hukum, PT Citra Aditya Bakti, Bandung,

    2010.

    Rasjidi, Lili, Pengantar Filsafat Hukum, CV Mandar Maju, Bandung, 2002.

    Salman S, Otje, Teori Hukum (Mengingat, Mengumpulkan, dan Membuka

    Kembali), PT Refika Aditama, Bandung, 2013.

    Soekanto, Soerjono, Pokok-pokok Sosiologi Hukum, Rajawali Pers (PT

    RajaGrafindo Persada), Jakarta, 2012.

    sindonews.com, Larang Kata Bersayap di Proyek Pemerintahan Jokowi Sindir Susi,

    Jakarta, 14 Desember 2015.

    wikipedia.org, Indonesia.

    sindonews.com, Kepercayaan Publik Terhadap Penegak Hukum Masih Rendah,

    Jakarta, 19 September 2014.

    ***

    Optimalisasi Peran Masyarakat dalam Mendukung Aparat Penegak Hukum Positif

    http://sindonews.com/http://sindonews.com/http://poskotanews.com/