makalah ilmu kalam

53
MAKALAH ILMU KALAM FAHAM-FAHAM AJARAN ISLAM Nama : Siti Mariam Jurusan : PGMI / Regular Sekolah Tinggi Agama Islam ( STAI ) Siliwangi

Upload: elmaryam

Post on 14-Apr-2017

1.262 views

Category:

Education


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: Makalah ilmu kalam

MAKALAH ILMU KALAM

FAHAM-FAHAM AJARAN ISLAM

Nama : Siti Mariam

Jurusan : PGMI / Regular

Sekolah Tinggi Agama Islam ( STAI ) Siliwangi

Jln. Terusan jendral sudirman, kebonrumput, kota cimahi

Kode pos 40521 Telp (022) 86617520

Page 2: Makalah ilmu kalam

KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT, yang telah menganugerahkan rahmat, ni’mat dan hidayah-Nya kepada penulis, terutama ni’mat sehat dan kesempatan sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini mata kuliah “ ILMU AKHLAK ”. Shalawat serta salam semoga tercurah limpahkan kepada baginda Rasulullah SAW, yang telah memberikan pedoman hidup yakni al-qur’an dan sunnah untuk keselamatan umat di dunia.

Makalah ini merupakan salah satu tugas yang penulis harus penuhi, dalam makalah ini penulis akan menjelaskan mengenai faham-faham yang ada dalam ajaran islam. Materi ini penulis anggap penting karena bagaimanapun juga materi ini berkaitan dengan kehidupan kita sehari-hari. Terutama umat muslim, yang harus bisa memilah milah antara faham yang satu dengan faham yang lain. Ini dimaksudkan agar umat muslim tidak terkecoh dengan faham-faham yang mungkin melenceng dari syari’at agama islam yang sebenarnya.

Akhirnya penulis menyadari bahwa banyak terdapat kekurangan-kekurangan dalam penulisan makalah ini, maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang konstruktif dari para pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Cimahi, 2013

Penulis,

i

Page 3: Makalah ilmu kalam

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................i

DAFTAR ISI............................................................................................................ii

BAB 1......................................................................................................................1

PENDAHULUAN...................................................................................................1

1.1 Latar Belakang..........................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................1

1.3 Tujuan........................................................................................................1

1.4 Manfaat......................................................................................................2

BAB 2......................................................................................................................3

PEMBAHASAN......................................................................................................3

2.1 Faham-faham dalam islam........................................................................3

a. Syiah..........................................................................................................3

b. Ahlussunnah Wal Jama’ah......................................................................12

c. Mu’tazilah...............................................................................................17

d. Khawarij..................................................................................................19

e. Murji’ah...................................................................................................22

f. Jabariyah..................................................................................................24

g. Qadariyah................................................................................................27

BAB 3....................................................................................................................30

PENUTUP..............................................................................................................30

3.1 Kesimpulan..............................................................................................30

3.1 Saran........................................................................................................30

DAFTAR ISI..........................................................................................................31

ii

Page 4: Makalah ilmu kalam

1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Ketika Rasulullah SAW, masih hidup seluruh urusan agama Islam baik pemahaman, pengalaman ajaran Islam dapat langsung diterima dan melihat contoh Rasulullah SAW. Apabila ada masalah-masalah urusan agama Islam bahkan urusan kemasyarakatn para sahabat dapat menanyakan langsung kepada Rasulullah SAW,  sehingga perbedaan pemahaman dan pandangan urusan agama Islam tidak terlihat dan terjadi. Termasuk di dalamnya unsur berkenaan dengan pemerintah negara. Rasulullah SAW, dalam menyebarluaskan ajaran Islam sebagai rujukan contoh tauladan utama dalam memahami dan mengamalkan ajaran Islam. Umat Islam dapat melihat langsung contoh dalam pengamalan ajaran Islam dari Rasulullah SAW.Rasulullah saw, selain sebagai Nabi dan Rasul, juga sebagai kepala pemerintah/kepala negara, hakim (qodhi), sehingga segala urusan hidup dan kehidupan umat Islam sangat mengikuti dan mentaati yang dipraktekan dan dicontohkan Rasulullah SAW. Rasul wafat hari Senin 12 Rabu’ul Awwal tahun 11 Hijriyah bertepatan dengan 8 Juni 632 Miladiyah dalam usia 63 tahun lebih empat hari selagi waktu  dhua sudah terasa panas dan baru dimakamkan 14 Rabi’ul awwal tahun 11 Hijriyah.

1.2 Rumusan MasalahAdapun rumusan masalah yang terdapat dalam makalah ini, sebagai

berikut :

1. Apa saja faham-faham yang terdapat dalam islam ?2. Mengapa faham-faham dalam islam banyak bermunculan?3. Bagaimana cara kita mengenal faham-faham dalam islam ?

1.3 TujuanAdapun tujuan makalah ini, yaitu :

1. Untuk mengetahui faham-faham yang terdapat dalam islam2. Untuk dapat mengetahui awalnya faham-faham itu bermunculan ?3. Untuk mengetahui dan mengenal faham-faham dalam islam ?

Page 5: Makalah ilmu kalam

1.4 ManfaatAdapun manfaat dari makalah ini, yaitu :

1. Mengetahui apa saja faham-faham yang terdapat dalam ajaran islam2. Mengetahui awal muncul faham-faham ajaran islam3. Mengetahui dan dapat membedakan antara faham-faham ajaran islam

2

Page 6: Makalah ilmu kalam

3

BAB 2

PEMBAHASAN

2.1 Faham-faham dalam islam

a. Syiaha) Pengertian Syi’ah

Syiah merupakan satu aliran dalam islam yang meyakini bahwa Ali bin Abi Thalib adalah imam-imam atau para pemimpin agama dan umat setelah Nabi Muhammad SAW. Secara etimologi (bahasa) pengertian syi’ah adalah pengikut, kelompok atau golongan, seperti yang terdapat dalam surat As-Saffat ayat 83

“Dan sesungguhnya Ibrahim bernar-benar termasuk golongannya (Nuh)”

Adapun secara terminologi, menurut Hamid Dabashi dan Rozak bahwa syi’ah adalah sebagian kaum muslim yang dalam bidang spiritual dan keagamaannya selalu merujuk pada keturunan Nabi Muhammad SAW atau orang yang disebut ahl al-Bait.

Menurut Tengku Muhammad Hasby ash-Shiddiqy, syi’ah secara etimologi berarti pengikut, pendukung partai atau kelompok-kelompok. Kata ini dipakai untuk satu orang atau lebih, baik laki-laki ataupun perempuan. Kemudian kata ini dipakai secara khusus untuk orang yang mengangkat Ali dan keluarganya untuk menjadi khalifah dan keluarganyalah yang berhak menjadi khalifah.

Di samping itu, menurut thabathabai, istilah syi’ah untuk pertama kalinya ditujukan pada para pengikut Ali (syi’ah Ali), pemimpin pertama ahl al-Bait pada masa Nabi Muhammad SAW. Para pengikut Ali yang disebut syi’ah itu diantaranya adalah Abu Dzar al-Ghifari, Miqad bin al-Aswad dan Ammar bin Yasir.

b) Sejarah Timbul dan Perkembangan Syi’ah

Page 7: Makalah ilmu kalam

Syi’ah sebagai madzhab politik yang pertama lahir dalam islam. Mengenai awal kemunculannya dalam sejarah, terdpat perbedaan pendapat dikalangan para ahli, yaitu :

1) Syi’ah lahir langsung setelah wafatnya Nabi Muhammad SAW, yaitu pada saat perebutan kekuasaan antara golongan Muhajirin dan Anshar di Saqifah Bani Saidah. Saat itu muncul suara dari Bani Hasyim dan sejumlah kecil Muhajirin yang menuntut kekhalifahan bagi Ali bin Abi Thalib.

2) Syi’ah lahir pada masa akhir kekhalifahan Usman bin Affan (memerintah tahun 644-656) atau pada masa awal kepemimpinan Ali bin Abi Thalib. Pada masa itu terjadi pemberontakan terhadap khlifah Usman bin Affan yang berakhir dengan kematian Usman dan ada tuntutan umat agar Ali bin Abi Thalib bersedia di baiat sebagai khalifah.

3) Pendapat yang paling populer, syi’ah lahir setelah gagalnya perundingan antar pasukan Ali dengan pemberontak Muawiyah bin Abu Sufyan pada peristiwa tahkim atau arbitrase di siffin. Akibat kegagalan itu, sejumlah pasukan Ali keluar dari pasukannya yang disebut khawarij dan sebagian besar orang tetap setia kepada khalifah disebut syi’atu Ali (pengikut Ali).

4) Kalangan syi’ah sendiri, Ali bin Abi Thalib adalah imam atau khlifah yang seharusnya berkuasa setelah wafatnya Nabi SAW telah tumbuh sejak Nabi SAW masih hidup, dalam arti bahwa Nabi SAW sendiri yang menetapkannya. Dengan demikian menurut syi’ah, inti ajaran syi’ah itu sendiri telah ada sejak zaman Nabi Muhammad SAW.

Terlepas dari perbedaan pendapat itu, yang jelas syi’ah baru muncul ke permukaan setelah adanya kemelut antara Ali bin Abi Thalib dan Muawiyah bin Abu Sufyan pada peristiwa peperangan yang berakhir dengan tahkim atau arbitrase di siffin. Di antara pasukan Ali akhirnya terjadi pertentangan antara yang tetap setia pada Ali dan yang membangkang. Setelah Ali wafat, kekhalifahan beralih ke puteranya, Hasan bin Ali. Muawiyah segera memintanya dengan membawa pasukan yang besar sehingga Hasan yang kekuatannya sudah terpecah dengan terpaksa menyerahkan kedudukannya kepada Muawiyah bin Abu Sufyan pada tahun 661 M dengan beberapa syarat. Persyaratan itu antara lain, kursi kekhalifahan setelah Muawiyah diserahkan kepada pilihan umat, tidak melaknat Ali bin Abi Thali, tidak balas dendam terhadap kaum syi’ah, dll. Namun, Muawiyah tidak menepati janjinya, kedudukan khalifah dialihkan kepada puteranya (Yazid), khalifah Ali selalu dikutuknya, dan pengikut Ali (syi’ah) diburunya.

4

Page 8: Makalah ilmu kalam

Pada masa dinasti Muawiyah, syi’ah mendapat pengikut yang besar. Menurut Abu Zahrah, hal ini merupakan akibat dari perlakuan kasar dan kejam dinasti ini terhadap ahl al-Bait. Pada tanggal 10 Muharram 61 H, Yazid bin Muawiyah memerintahkan pasukannya yang dipimpin oleh Ibn Ziyad untuk memerangi Husain bin Ali dan sebagian kerabat Nabi SAW di padang karbala, irak. Semuanya dibantai dan kepala Husain di bantai ketika Husain dan pasukannya tak berdaya. Kepala Husain selanjutnya dibawa kehadapan Yazid di Damaskus. Namun demikian, Yazid tidak setuju terhadap pemenggalan kepala Husain itu, tetapi hal ini sudah terjadi. Ia kemudian mengirim kepala Husain itu ke madinah untuk dikuburkan disamping makam ibunya, Fatimah az-Zahra, puteri Nabi SAW. Setelah peristiwa itu, aksi-aksi pemberontakan yang berkepanjangan timbul di sebagian pengikut syi’ah seperti pemberontakan Mukhtar as-Saqafi, pemberontakan Zaid bin Ali bin Husein, pemberontakan Yahya bin Zaid, dan pemberontakan Nafs az-Zakiyah.

Ketika penggulingan dinasti Umayyah di pusat kota Damaskus pada tahun 750 M oleh Abu Abbas as-Shaffah, kaum syi’ah pun ikut andil membantunya beserta kaum Mawali. Namun, setelah Dinasti Abbasiyah terbentuk, kaum syi’ah tidak diberi posisi dalm pemerintahan. Akhirnya, kaum syi’ah berhasil mendirikan kekhalifahan sendiri yang bebas dari Dinasti Abbasiyah yaitu Dinasti Fatimiyah di Afrika Utara, Mesir, dan Suriah.

c) Doktri-Doktrin Syi’ah

Aliran syi’ah memiliki beberapa doktrin penting yang terutama berkaitan dengan masalah imamah, yaitu :

1. Ahlulbait (ahl al-Bait)Secara harfiah, ahlulbait berarti keluarga atau kerabat dekat. Terhadap pengertian ahlulbait, ada tuga pengertian :

1) Istri-istri Nabi Muhammad SAW dan seluruh Bani Hasyim2) Hanya Bani Hasyim3) Terbatas pada Nabi Muhammad SAW sendiri, Ali, Fatimah,

Hasan, Husen, dan imam-imam dari keturunan Ali bin Ali Thalib. Dalam syi’ah, pengertian ketiga ini lebih populer. Istilah ahlulbait tercantum dalam Al-Qur’an maupun hadits, antara lain surah al-Ahzab ayat 33 :

5

Page 9: Makalah ilmu kalam

“Dan hendaklah kamu tetap dirumahmu dan janganlah kamu berhias dan bertingkah laku seperti orang-orang Jahiliyah yang dahulu dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan taatilah Allah dan Rasul-Nya. Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa dari kamu, Hai ahlulbait dan membersihkan kamu sebersih-bersihnya”

2. Al-Bada’Menurut bahasa, al-Bada artinya tampak. Doktrin al-Bada adalah

keyakinan bahwa Allah SWT mampu mengubah suatu peraturan atau keputusan yang telah ditetapkan-Nya dengan peraturan atau keputusan baru. Menurut syi’ah, perubahan keputusan Allah SWT itu bukan karena Allah SWT baru mengetahui sesuatu mashlahat, yang sebelumnya tidak diketahi-Nya. Namun, karena adanya mashlahat tertentu yang menyebabkan Allah SWT memutuskan suatu perkara sesuai dengan situasi dan kondisi zamannya. Contohnya, keputusan Allah SWT menggantikan Ismail as dengan domba, padahal sebelumnya Ia memerintahkan Nabi Ibrahim as untuk menyembelih anaknya, Ismail as.

3. AsuraAsura berasal dari kata asyarah yang berarti sepuluh, yaitu hari

kesepuluh bulan Muharram sebagai hari berkabung syi’ah untuk memperingati wafatnya Husein bin Ali dan keluarganya oleh pasukan Yazid bin Muawiyah di Karbala, Irak pada tahun 61 H. Selain mengenang perjuangan Husein dalam menegakkan kebenaran, orang syi’ah membaca shalawat bagi Nabi Muhammad SAW dan keluarganya, mengutuk pelaku pembunuhan Husein dan keluarganya, serta memperagakan beberapa atraksi (memukul-mukul dada dan mengusung-usung peti mayat) sebagai lambang kesedihan terhadap wafatnya Husein bin Ali.

4. Imamah (kepemimpinan)Imamah adalah keyakinan bahwa setelah Nabi Muhammad SAW

wafat harus ada pemimpin-pemimpin islam yang melanjutkan misi atau risalah Nabi Muhammad SAW. Kepemimpinan mencakup soal-soal keagaman dan kemasyarakatan oleh karena itu, imam adalah pemimpin agama sekaligus pemimpin masyarakat. Kecuali syi’ah zaidiyah, penentuan imam bukan berdasarkan atas kesepakatan atau pilihan umat, tetapi berdasarkan wasiat atau penunjukan oleh imam sebelumnya atau

6

Page 10: Makalah ilmu kalam

oleh Rasullullah SAW langsung yang lazim disebut nas. Persoalan imamah, dalam syi’ah termasuk salah satu rukun agama (usuluddin), namun menurut Suni, hanya sebagai furu’ (hukum tambahan) yang populer disebut khilafah. Persoalan khilafah dalam Suni lebih dikaitkan pada persoalan kepemimpinan politik daripada sebagai persoalan keagamaan.

5. IsmahIsmah bentuk masdar dari kata ‘asama berarti memelihara atau

menjaga. Ismah ialah kepercayaan bahwa para imam itu, termasuk Nabi Muhammad SAW, telah dijamin oleh Allah SWT dari segala perbuatan bentuk yang salah atau lupa. Nabi SAW atau imam yang diyakini terlepas dari kesalahan itu disebut ,maksum. Menurut syi’ah apabila seseorang yang bertugas membawa amanah Allah SWT tidak bersifat maksum maka akan timbul keraguan atas kebenaran risalah atau amanah yang dibawanya itu.

6. MahdawiyahMahdawiyah berasal dari kata mahdi, artinya keyakinan akan

datangnya seorang juru selamat pada akhir zaman yang akan menyelamatkan kehidupan manusia di muka bumi ini yang disebut imam mahdi. Tidak hanya syi’ah, ahlusunnah waljamaah pun meyakini imam mahdi namun terdapat perbedaan. Menurut ahlusunnah waljamaah, figur imam mahdi itu tidak jelas, antara lain disebutkan mempunyai beberapa kriteria : keturunan Fatimah, memiliki nama yang serupa dengan Nabi SAW, akan muncul bersamaan dengan Nabi Isa as, serta yakin kegaiban Imam Mahdi. Sementara itu, menurut syi’ah bahwa figur Imam Mahdi jelas sekali yaitu salah satu dari imam-imam yang mereka yakini. Syi’ah dua belas contohnya, memiliki keyakinan bahwa Muhammad bin Hasan al-Askari (Muhammad Al-Muntazar) adalah Imam Mahdi. Imam Mahdi diyakini masih hidup sampai sekarang, hanya manusia biasa tidak bisa menjangkaunya dan nanti di akhir zaman akan muncul kembali dengan membawa keadilan bagi seluruh masyarakat dunia. Mereka menyebutnya sebagai al-Imam al- Muntazar (imam yang ditunggu-tunggu kedatangannya).

7. Marja’iyah atau wilayah al-FaqihMarja’iyah berasal dari kata marja yang artinya tempat kembalinya

sesuatu. Kata wilyah al-Faqih, wilayah berarti kekuasaan atau kepemimpinan, faqih berarti ahli fiqih atau ahli hukum islam. Wilayah al-

7

Page 11: Makalah ilmu kalam

Faqih berarti kekuasaan atau kepemimpinan para fuqaha. Menurut syi’ah dua belas, selama masa kegaiban Imam Mahdi, kepemimpinan umat terletak di pundak para fuqaha, baik dalam persoalan keagamaan maupun dalam urusan kemasyarakatan. Para fuqaha lah yang seharusnya menjadi pucuk pimpinan masyarakat, termasuk dalam persoalan kenegaraan atau politik. Para fuqaha bukan imam tetapi naib al imam (wakil imam) pada umat sehingga tidak maksum karena sifat ismah hanya dimiliki para imam dan nabi. Dalam syi’ah dua belas, para fuqaha disebut juga marja’ dini (narasumber dalam soal agama).

8. Raj’ahRaj’ah berasal dari kata raja’a yang artinya pulang atau kembali.

Raj’ah adalah keyakinan akan dihidupkannya kembali sejumlah hamba Allah SWT yang paling saleh dan sejumlah hamba Allah SWT yang paling durhaka untuk membuktikan kebesaran dan kekuasaan Allah SWT di muka bumi, bersamaan dengan munculnya Imam Mahdi. Raj’ah ini bukanlah keyakinan pokok, namun diyakini karena beberapa riwayat dari imam-imam mereka akan adanya raj’ah. Mereka juga mendasarkan pada surah al-Gafir (al-Mu’min) ayat 11 :

Mereka menjawab :“Ya Tuhan kami Engaku telah mematikan kami dua kali dan telah menghidupkan kami dua kali (pula), lalu kami mengakui dosa-dosa kami. Maka Adakah sesuatu jalan (bagi kami) untuk keluar (dari neraka) ?”

Ayat tersebut menurut mereka terdapat makna ar-raj’ah karena didalamnya disebutkan adanya dua kehidupan setelah mati yaitu kehidupan yang terakhir di akhirat dan satu lagi kehinaan sesudah mati sebelum kehidupan di akhirat. Kehidupan yang terakhir itulah yang disebut ar-raj’ah menurut mereka.

9. TaqiyahBerasal dari kata taqiya atau ittaqa artinya takut. Taqiyah adalah

sikap berhati-hati demi menjaga keselamatan jiwa karena khawatir akan bahaya yang dapat menimpa dirinya. Dalam kehati-hatian ini terkandung sikap penyembunyian identitas dan ketidak-terusterangan. Menurut sejarah, mereka selalu di musuhi dan di buru oleh penguasa-penguasa

8

Page 12: Makalah ilmu kalam

yang tidak suka kepada mereka, sehingga untuk menyelamatkan diri mereka terpaksa melakukan taqiyah. Salahsatu alasan syi’ah membenarkan sikap taqiyah yaitu peristiwa yang menimpa sahabat Ammar bin Yasir yang di paksa orang-orang kafir quraisy untuk menyatakan dirinya kufur padahal ia sendiri tidak mrnghendakinya, sebagaimana dalam surat an-Nahl ayat 106

“Barang siapa yang kafir kepada Allah sesudah Dia beriman (dia mendapat kemurkaan Allah), kecuali orang yang dipaksa kafir padahal hatinya tetap tenang dalam beriman (dia tidak berdosa), akan tetapi orang yang melapangkan dadanya untuk kekafiran, maka kemurkaan Allah menimpanya dan baginya azab yang besar”

10. Tawassul Adalah memohon sesuatu kepada Allah SWT dengan menyebut pribadi atau kedudukan seorang nabi, imam atau bahkan seorang wali supaya doanya cepat dikabulkan Allah SWT. Dalam syi’ah tawassul merupakan salah satu tradisi keagamaan yang sulit dipisahkan. Hampir setiap doa mereka terselip unsur tawassul, namun terbatas pada pribadi Nabi Muhammad SAW atau imam-imam ahlulbait, seperti : “Allohumma bi haqqi Muhammad wa Ali Muhammad...” (Ya Allah demi kedudukan Muhammad dan keluarga Muhammad aku bermohon...) atau “ya Fatimah isyfa’i li ‘indallah” (wahai Fatimah, mohonkanlah syafaat bagiku kepada Allah), dsb. Terhadap[ tawassul, terdapat perselisihan yang cukup tajam, kelompok Salafiyah dan Wahabi mengatakan haram, namun ada yang membolehkan bahkan menganjurkan, dimana adanya kekhawatiran menyekutukan Allah SWT dianggap berlebihan karena yang diminta sesuatu itu bukan pribadinya tetapi Allah SWT sendiri. Kelompok ini masih sangat kuat berakar dikalangan umat islam, terutama di Indonesia. Hal ini sebagaimana terdapat dalam surat Al-Maidah ayat 35 :

“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan carilah jalan yang mendekatkan diri kepadaNya dan berjihadlah pada jalan-Nya, supaya kamu mendapat keberuntungan”

9

Page 13: Makalah ilmu kalam

11. Tawalli dan tabarri Tawalli berasal dari kata tawalla fulanan, artinya mengangkat seseorang sebagai pemimpinnya. Tabarri bersal dari kata tabara’a ‘an fulan, artinya melepaskan diri atau menjauhkan diri dari seseorang. Sebagai salah satu doktrin syi’ah yang amat penting, tawaali dimaksudkan sebagai sikap keberpihakan kepada ahlulbait, mencintai mereka, petuh pada perintah-perintah mereka dan menjauhi segala larangan mereka. Tabarri dimaksudkan sebagai sikap menjauhkan diri atau melepaskan diri dari musuh-musuh ahlulbait, menganggap mereka sebagai musuh-musuh Allah SWT, membenci mereka dan menolak segala apa yang datang dari mereka. Kedua sikap ini dianut pemeluk syi’ah berdasarkan ayat dan hadits Nabi SAW, antara lain HR. Ahmad bin Hambal :“Barangsiapa yang menganggap aku ini adalah pemimpinnya maka hendaklah ia menjadikan Ali sebagai pemimpinnya. Ya Allah, belalah orang yang membela Ali, binasakanlah orang yang membela Ali, dan lindungilah orang yang melindungi Ali”.

d) Tokoh-Tokoh Syi’ah dan Pemikirannya

Imam-imam besar dalam syi’ah :

1) Ali bin Abi Thalib (600–661), juga dikenal dengan Amirul Mukminin

2) Hasan bin Ali (625–669), juga dikenal dengan Hasan al-Mujtaba3) Husain bin Ali (626–680), juga dikenal dengan Husain asy-

Syahid4) Ali bin Husain (658–713), juga dikenal dengan Ali Zainal Abidin5) Muhammad bin Ali (676–743), juga dikenal dengan Muhammad

al-Baqir6) Jafar bin Muhammad (703–765), juga dikenal dengan Ja'far ash-

Shadiq7) Musa bin Ja'far (745–799), juga dikenal dengan Musa al-Kadzim8) Ali bin Musa (765–818), juga dikenal dengan Ali ar-Ridha9) Muhammad bin Ali (810–835), juga dikenal dengan Muhammad

al-Jawad atau Muhammad at Taqi10) Ali bin Muhammad (827–868), juga dikenal dengan Ali al-Hadi 11) Hasan bin Ali (846–874), juga dikenal dengan Hasan al-Asykari12) Muhammad bin Hasan (868—), juga dikenal dengan Muhammad

al-Mahdi

10

Page 14: Makalah ilmu kalam

e) Sekte-Sekte Syi’ah

Sekte syi’ah muncul diakibatkan oleh persoalan imamah. Semua sekte sepakat bahwa imam yang pertama adalah Ali bin Abi Thalib, kemudian Hasan bin Ali, selanjutnya Husein bin Ali, setelah itu muncul perselisihan mengenai siapa pengganti imam Husein. Lalu timbul 2 kelompok, (1) meyakini imamah beralih kepada Ali bin Husein Zainal Abidin, (2) meyakini imamah beralih kepada Muhammad bin Hanafiyah, putera Ali bin Abi Thalib dari istri bukan Fatimah. Akibat perbedaan itu, timbullah berbagai sekte dalam syi’ah yang oleh para ahli dibagi menjadi empat golongan besar :

1) Golongan Kaisaniyah

Sekte yang mempercayai kepemimpinan Muhammad bin Hanafiyah setelah wafatnya Husein bin Ali. Namanya di ambil dari nama seorang bekas budak Ali bin Abi Thalib, Kaisan dari nama Mukhtar bin Abi Ubaid yang dipanggil dengan nama Kaisan. Sekte ini terpecah menjadi 2 kelompok :

Yang mempercayai bahwa Muhammad bin Hanafiyah sebagai imam mahdi yang nanti pada akhir zaman akan datang ke dunia. Kelopok ini yaitu sekte al-Karbiyah (Abi Karb ad Darir).

Yang mempercayai bahwa Muhammad bin Hanafiyah telah mati dan kedudukan imamah nya dialihkan kepada Abi Hasyim bin Muhammad bin Hanafiyah.

2) Golongan Zaidiyah

Mempercayai kepemimpinan Zaid bin Ali bin Husein bin Zainal Abidin setelah kepemimpinan Ali, dan tidak mempercayai imam yang dipercayi oleh sekte imamiya, karena dianggap tidak memenuhi kriteria sebagai pemimpin. Kriteria imam :

1. Keturunan Fatimah binti Muhammad SAW2. Berpengetahuan luas tentang agama3. Zahid (hidup hanya dengan ibadah)4. Berjihad dengan mengangkat senjata5. Berani

Sekte Zaidiyah ini :

11

Page 15: Makalah ilmu kalam

Mengakui khilafah Abu Bakar dan Umar Tidak menolak prinsip imamah al-mafdul ma’a wujud al afdal

(seseorang yang lebih rendah tingkat kemampuannya dibanding orang lain sezaman dengannya dapat menjadi imam atau pemimpin, seaklipun orang lebih tinggi darinya masih ada)

Imamah tidak harus dengan nas tetapi boleh dengan ikhtiar (pemilihan)

Penganut faham Zaidiyah beraliran teologi Mu’tazilah

3) Golongan Imamiyah

Sekte yang meyakini bahwa Nabi Muhammad SAW menunjuk langsung Ali bin Abi Thalib sebagai penggantinya secara jelas dan tegas. Dan tidak mengakui 3 khalifah sebelumnya.

4) Kaum Gulat

Istilah ghulat berasal dari kata ghala-yaghlu-ghuluw artinya bertambah dan naik. Ghalah bin ad-Din artinya memperkuat dan menjadi ekstrim sehingga melampaui batas. Syi’ah ghulat adalah golongan yang berlebih-lebihan dalam memuja Ali bin Abi Thalib atau imam-imam yang lain dengan menganggap bahwa para imam tersebut bukan manusia biasa, melainkan jelmaan tuhan atau bahkan tuhan itu sendiri.

Menurut sebagian ulama, sekte ghulat tidak dapat digolongkan dalam kelompok syi’ah karena telah jauh menyimpang dari ajaran islam terutama masalah tauhid.

Menurut Ibnu Khaldun dan ulama-ulama syi’ah, kaum ghulat dipandang sebagai golongan yang sesat dan tidak diakui sebagai sekte syi’ah, bahkan tidak sebagai golongan Islam sekalipun.

b. Ahlussunnah Wal Jama’ah a) Pengertian ahlusunnah waljama’ah

Ahlussunnah wal jama’ah tersusun dari 3 kata yaitu ahlu, sunnah, dan jama’ah :

o Ahlu menurut bahasa berarti keluarga, pengikut atau golongan.

12

Page 16: Makalah ilmu kalam

o Sunnah menurut bahasa berarti jalan atau perilaku, sedangkan menurut istilah , terdapat beberapa pendapat para ulama :

1. Ulama ahli hadits menyatakan segala sesuatu yang datang dari Nabi Muhammad SAW meliputi ucapan perbuatan, pengakuan (takrir), dan sesuatu yang bermaksud dikerjakan oleh Nabi Muhammad SAW.

2. Menurut ulama ushul fiqih adalah sesuatu yang secara khusus datang dari Nabi Muhammad SAW, bukan Al-Qur’an dan layak menjadi dalil dalam menetapkan hukum-hukum agama.

3. Menurut ulama ahli fiqih adalah sesuatu yang dianjurkan dalam agama tanpa diwajibkan dan tanpa difardhukan

4. Menurut ulama aqidah ahlusunnah wal jama’ah seperti Imam Ibnu Rajab al-Hambali adalah jalan yang ditempuh oleh Nabi SAW dan para sahabatnya yang selamat dari keserupaan subhat dan syahwat

5. Menurut Hadrotu Syekh K.H.Hasyim ash-A’ri adalah nama bagi jalan dan perilaku yang diridhoi dalam agama yang ditempuh oleh Nabi Muhammad SAW atau orang-orang yang beragama seperti para sahabat berdasarkan sabda Nabi SAW

“ikutilah sunnahku dan sunnah khulafaur rasyidin sesudahku”

o Jama’ah menurut bahasa orang-orang yang memelihara kebersamaan dalam mencapai suatu tujuan. Sedangkan menurut istilah adalah mayoritas kaum muslimin dalam mengikuti kebenaran. Menurut Abu Mas’ud al-Anshari sebagaimana sabda Rasul SAW yang diterima dari sahabat an-Nas bin Malik, beliau berkata aku mendengar Rasulullah SAW bersabda

13

Page 17: Makalah ilmu kalam

“Sesungguhnya umatku tidak akan berkumpul dalam kesesatan, maka apabila mereka melihat perbedaan maka mereka akan mengikuti ”

Kaum ahlusunnah waljama’ah sebagai kaum yang menganut i’tiqad sebagai i’tiqad yang di anut oleh Nabi SAW dan sahabat-sahabat beliau. Diantara mereka ada yang disebut salaf (salafiah) yaitu ulama terdahulu yakni generasi awal mulai dari para sahabat, tabi’in, dan tabi’at tabi’in dan khalaf (khalafiah) yaitu generasi penerus yang datang kemudian . yang termasuk ulama salaf diantaranya Ahmad bin Hambal, Ibnu Taimiyah dan Muhammad bin Abdul Wahab. Sementara itu yang termasuk khalaf seperti al-Asy’ari, al-Baqillani, al-Juwaini, al-Ghazali, as-Sanusi, al-Maturidi, al-Bazdawi, dan al-Nasafi.

Generasi salaf merupakan generasi yang mempercayai kebenaran ayat-ayat Mutasyabihat dan membenarkannya, sedangkan generasi khalaf berpandangan bahwa menyerahkan arti yang haqiqi dari ayat-ayat mutasyabihat hanya kepada Allah sendiri, dan memberikan makna ayat-ayat tersebut secara harfiah dengan alasan at-tafwidl (penyerahan total). Pentafwidlan ini menggunakan penafsiran yang berpandangan sesuai dengan ke-Maha Sucian dan ke-Maha Agungan Allah serta lebih menjauhkan dari sikap penyerupaan (tasybih) terhadap Allah dengan sifat-sifat makhluk atau biasa disebut “ta’wil”. Disinilah terlihat jelas ciri ahlusunnah waljama’ah yang selalu mengambil sikap jalan tengah (at-Tawassah) dalam metode dan pola berfikir.

b) Sejarah Timbulnya Ahlusunnah waljama’ah

Aliran ini timbul sebagai reaksi terhadap faham Mu’tazilah. Menurut al-Asy’ari pemikiran Mu’tazilah banyak yang bertentangan dengan i’tiqad kepercayaan Nabi SAW, para sahabat serta Al-Qur’an dan hadits. Aliran ahlusunnah waljama’ah lahir pada akhir abad ke-3 H dengan dipelopori oleh seorang ulama terkemuka bernama Abu Hasan al-Asy’ari di Bashrah sebagai pendiri aliran asy’ariah atau al-Asya’irah, kemudian diikuti oleh Abu Manshur al-Maturidi di Samarkand sebagai pendiri aliran Maturidiah. Mereka bersatu dalam melakukan bantahan terhadap mu’tazilah dan mengembalikan aqidah kaum muslimin pada kemurniannya sebagaimana yang diharuskan oleh Rasulullah SAW dan para sahabatnya, meskipun sedikit banyak mereka mempunyai perbedaan. Di Bukhara, aliran Maturidiah selanjutnya didirikan dan dikembangkan pula oleh Ali Muhammad al-Bazdawi. Aliran Maturidiah agak liberal dan lebih dekat pada Mu’tazilah, Maturidiah di Bukhara bersifat tradisional

14

Page 18: Makalah ilmu kalam

dan lebih dekat pada faham asy’ariyah. Kedua aliran teologi ini yang kemudian dikenal dengan golongan ahlusunnah waljama’ah.

Di Indonesia, konsep ahlusunnah waljama’ah disingkat aswaja yang dijabarkan oleh K.H.Bisyri Mustafa dibakukan menjadi Aswaja versi NU. Menurutnya, Aswaja adalah golongan muslim yang mengikuti rumusan Abu Hasan al-Asy’ari dan Abu Manshur al-Maturidi dalam bidang aqidah dan mengikuti salah satu dari empat madzhab dalam fiqih serta mengikuti Imam al-Junaid al-Baghdadi dan Abu Hamid al-Ghazali di bidang tasawuf. Semuanya itu menjadi rangkaian kesatuan yang tak dapat dipisahkan.

c) Doktrin-Doktrin Ahlusunnah waljama’ah

Doktrin-doktrin ahlusunnah waljama’ah secara garis besar terbagi menjadi 2, yaitu doktrin dalam bidang aqidah dan politik.

Doktrin dalam bidang aqidah meliputi :

1. Meyakini dan percaya kepada sifat-sifat ma’ani (abstrak) bagi Allah dan tidak mempersamakan Allah dengan makhluk. Selain itu, percaya kepada sifat wajib, mustahil, jaiz rasul dan percaya datangnya hari kiamat.

2. Manusia tidak mempunyai kekuasaan mutlak atas segala perbuatannya, tetapi perbuatannya itu diciptakan Allah sebagaimana kekuasaan manusia itu sendiri juga atas ciptaan Allah. Segala perbuatan manusia pada hakekatnya kembali pada tuhan, karena tuhanlah yang menciptakannya dan memberi pertolongan kepadanya.

3. Manusia memerlukan pertolongan dari Allah untuk dapat melaksanakan amal perbuatannya.

4. Syukur ialah usaha manusia dalam menggunakan dan menjalankan nikmat Allah kepadanya sesuai dengan maksud tujuan pemberian itu.

5. Segala sesuatu yang wujud dapat dilihat, Allah yang wujud oun dapat dilihat di akherat. Dalil yang membenarkan pendirian ini seperti “semua wajah ahli syurga pada waktu itu berseri-seri melihat kepada tuhannya” dan “kamu semua akan dapat melihat Allah seperti kamu melihat pada bulan purnama” (Hadits)

6. Iman adalah kepercayaan dalam hati. Adapun pernyataan dalam lisan dan perbuatan dalam menunaikan kewajiban adalah sebagai penyempurna dan pelengkap iman.

15

Page 19: Makalah ilmu kalam

7. Orang yang menjalankan dosa besar dan meninggal sebelum bertaubat, urusannya adalah pada Allah.

8. Semua kewajiban ditentukan menurut sabda Allah, bukan menurut pertimbangan akal fikiran manusia.

9. Allah tidak mempunyai keharusan untuk berbuat ishlah bagi hambaNya.

10. Mengutus Rasul adalah hak Allah bukan kewajiban Allah.11. Allah berkuasa menciptakan sesuatu tanpa ada contoh.12. Penghuni alam kubur lebih faham terhadap segala perbuatannya

di dunia, dari pada sewaktu ia masih di alam dunia.13. Kata-kata dalam Al-Qur’an dan hadits yang mutasyabih atau

seakan tasybih dengan tuhan, itu semua harus diterima dengan seadanya dalil saja dan diartikan menurut letterleknya.

d) Tokoh-Tokoh Ahlusunnah waljama’ah

Tokoh-tokoh dari kalangan salaf :

1. Imam Ahmad bin Hanbal (780 M-855 M), nama lengkap Ahmad bin Muhammad bin Hanbal

2. Ibn Taimiyah, nama lengkap Taqiyuddin Abdul Abbas Ahmad bin Abdul Salam bin Abdullah bin Muhammad bin Taimiyah al-Harrani al-Hambali (1263 M-1328 M)

3. Muhammad bin Abdul Wahhab, nama lengkap Abu Abdullah Muhammad ibn Abd al-Wahhab ibn Sulaiman ibn Ali ibn Muhammad ibn Ahmad ibn Rasyid at-Tamimi (1703 M-1787 M)

Adapun tokoh-tokoh dari kalangan khalaf :1. Abu Musa al-Asy’ari, nama lengkap Abu Hasan Ali bin Ismail bin

Ishaq bin Salim bin Ismail bin Abdillah bin Musa bin Bilal bin Abi Burdah bin Abi Musa al-Asy’ari (873 M-935 M)

2. Abu Manshur al- Maturidi, nama lengkap Abu Manshur Muhammad bin Mahmud al-Hanafi al-Mutakalim al-Maturidi as-Samarqandi (wafat 944 M)

3. Al-Baqillani, nama lengkap Abu Bakar Muhammad bin Tayyib (wafat 1013 M)

4. Al-Juwaini, nama lengkap Abu al-Ma’aly bin Abdillah (1028 M-1085 M)

5. Al-Ghazali, nama lengkap Abu Hamid Muhammad bin Muhammad at-Tusi al-Ghazali (1058 M-1111 M)

16

Page 20: Makalah ilmu kalam

6. As-Sanusi, nama lengkap Abu Abdillah Muhammad bin Yusuf (1427 M-1490 M)

7. Al-Bazdawi, nama lengkap Abu al-Yusr Muhammad al-Bazdawi (421 H-493 H)

c. Mu’tazilaha) Pengertian Mu’tazilah

Secara harfiah kata Mu’tazilah berasal dari i’tazala yanng berarti berpisah atau memisahkan diri, yang berarti juga menjauh atau menjuahkan diri. Kaum Mu’tazilah adalah golongan yang membawa persoalan-persoalan teologi yang lebih mendalam dan bersifat filosofis. Ciri utama yang membedakan aliran ini dari aliran teologi islam lainnya adalah pandangan-pandangan teologisnya lebih banyak ditunjang oleh dalil-dalil aqliah (akal) dan lebih bersifat filosofis, sehingga sering disebut “aliran rasionalis islam”.

b) Sejarah Timbul dan Perkembangan Mu’tazilah

Menurut sebagian para ulama golongan ini muncul sebagai suatu kelompok di kalangan pengikut Ali. Mereka mengasingkan diri dari masalah politik dan berpindah ke masalah aqidahketika Hasan ibn Ali turun dari jabatan khalifah yang digantikan oleh Muawiyah ibn Abi Sufyan. Menurut Abu al-Hasan al-Thara’ifi, mereka menamakan diri dengan Mu’tazilah ketika Hasan ibn Ali membaiat Muawiyah dan menyerahkan jabatan khalifah kepadanya.

Kebanyakan ulama berpendapat, golongan ini timbul sebagai akibat Wasil ibn ‘Atha mengasinngkan diri (i’tazala) dari forum ilmiah Hasan al-Bashri. Waktu itu muncul seseorang dan bertanya tentang dosa besar. Khawarij memandang mereka kafir sedangkan Murji’ah memandang mereka mu’min. Ketika Hasan al-Bashri masih berfikir, Wasil berkata “saya berpendapat bahwa orang yang berdosa besar itu bukan mu’min dan bukan kafir, tapi mengambil posisi diantara keduanya”. Wasil kemudian meninggalkan forum Hasan al-Bashri dan membentuk forum sendiri di masjid yanng sama dan menjadi cikal bakal Mu’tazilah. Setelah Wasil memisahkan diri, Hasaan al-Bashri berkata, i’tazala’anna Wasil (Wasil menjauhkan diri dari kita).

c) Doktrin-Doktrin Mu’tazilah

17

Page 21: Makalah ilmu kalam

Doktrin Mu’tazilah dikenal dalam 5 bentuk ajaran dasar yang populer dengan istilah al-usul al-Khamsah. Kelima ajaran dasar ini menjadi prinsip utama yang ajaran-ajarannya disepakati oleh seluruh pengikut aliran Mu’tazilah. Bagi orang yang hanya mengakui sebagian dari faham Mu’tazilah dan tidak mengikuti metode berfikirnya, tidaklah termasuk kelompok mereka sehingga tidak memikul dosanya dan tidak pula terkena akibat-akibat negatif dari faham ini.

1. At-Tauhid (Pengesaan Tuhan)

Bagi Mu’tazilah, hanya Allah SWT yang maha esa. Konsep tauhid Mu’tazilah mereka anggap paling murni sehingga senang disebut sebagai Ahl at-Tauhid (pembela tauhid).

2. Al-Adl (Keadilan)

Mengandung pengertian bahwa Tuhan wajib berlaku adil dan mustahil berbuat zalim kepada hambanya. Allah tidak menyukai kerusakandan tidak menciptakan perbuatan hamba, tetapi hambalah yang melakukan apa yang diperintahkan dan yang dilarang dengan qudrah (daya) yang diberikan dan diletakkan Allah kepada mereka.

3. Al-Wad wa al-Wa’id (Janji dan Ancaman)

Bahwa tuhan wajib menepati janji-Nya memasukkan orang mu’min ke syurga dan menempati ancamannya mencampakan orang kafir dan orang yang berdosa besar ke dalam neraka.

4. Al-Mu’tazilah Bain al-Manzilatain (Posisi diantara dua posisi)

Bagi Mu’tazilah, orang yang berdosa besar bukan termasuk kafir dan bukan pula mu’min, tetapi berada di keduanya, menempati posisi antara mu’min dan kafir, yang disebut fasik.

5. Al-Amr bi al-Ma’ruf wa an-Nahy an al Munkar

Dalam prinsip Mu’tazilah, setiap muslim wajib menegakkan perbuatan yang ma’ruf dan menjauhi perbuatan yang munkar.

d) Tokoh-Tokoh Mu’tazilah

18

Page 22: Makalah ilmu kalam

Aliran Mu’tazilah telah melahirkan pemuka dan tokoh-tokoh penting, baik kelompok Basra maupun Baghdad.

Yang termasuk kelompok Basra yaitu :

1. Wasil bin Atha (699-748 M)2. Amr bin Ubaid (wafat 145 H)3. Abu Huzail al-Allaf (135-235 H)4. An-Nazzam (185-231 H)5. Al-Jahiz Abu Usman bin Bahar (wafat 869 H)6. Al-Jubba’i (wafat 303 H)

Yang termasuk kelompok Baghdad, yaitu :

1. Mu’ammar bin Abbad2. Bisyr al-Mu’tamir (wafat 210 H)3. Abu Musa al-Murdar (wafat 226 H)4. Sumamah bin Asyras (wafat 213 H)5. Ahmad bin Abi Du’ad (wafat 240 H)6. Hisyam bin Amir al-Fuwati 7. Abu al-Husain al-Khayyat (wafat 300 H)

d. Khawarija) Pengertian Khawarij

Kata khawarij berasal dari bahasa arab yaitu kharaja (orang yang keluar) adalah orang-orang yang keluar dari barisan Ali bin Abi Thalib. Ada juga yang mengatakan bahwa nama Khawarij didasarkan atas surat an-Nisa ayat 100

“keluar dari rumah untuk berjuang di jalan Allah”

Kaum Khawarij memandang diri mereka sebagai orang-orang yang keluar dari rumah semata-mata untuk berjuang di jalan Allah SWT. Kaum khawarij tterdiri dari pengikut Ali yang keluar dari barisannya karena tidak setuju dengan Ali bin Abi Thalib yang menerima arbitrase atau tahkim sebagai jalan untuk menyelesaikan persengketaan tentang khilafah dengan Muawiyah ibn Abi Sufyan setelah berakhirnya pertempuran antara pasukan Ali dan Muawiyah di Shiffin.

19

Page 23: Makalah ilmu kalam

Kaum Khwarij juga menyebut diri mereka dengan sebutan kaum Syurah, yang berasal dari kata Yasyri yang berarti menjual. Maksudnya, mereka adalah orang-orang yang mengabdikan dan mengorbankan diri untuk Allah. Nama lain dari kaum Khawarij adalah kaum Haruriah, nama sebuah desa tempat merreka berkumpul setelah menyatakan keluar dari golongan Ali bin Abi Thalib yaitu desa Harura, satu desa yang terletak di dekat kota kufah di Irak. Di tempat inilah mereka yang berjumlah dua belas ribu orang memilih Abdullah ibn Wahhab ar-Rasyibi sebagai imam mereka untuk menggantikan Ali bin Abi Thalib. Mereka menolak keputusan Ali, bagi mereka hanya Allah SWT yang berhak memutuskan perkara, bukan arbitrase atau tahkim yang dijalankan oleh Ali.

b) Sejarah Timbulnya Kaum Khawarij

Khawarij merupakan aliran teologi pertama yang muncul di dunia islam. Kemunculannya dilatarbelakangi oleh adanya pertikaian politik antara khlifah Ali bin Abi Thalib dan Muawiyah ibn Abu Sufyan, yang menjabat gubernur Syam (Damaskus). Setelah Ali terpilih menjadi Khalifah, beliau menurunkan semua gubernur yang telah diangkat oleh khalifah sebelumnya dan menggantinya dengan yang baru. Semua gubernur taat terhadap Ali, namun Muawiyah menolak memberikan baiat kepada Ali tidak mau menyerahkan jabatannya. Muawiyah merasa dirinya kuat, karena telah menjabat selama 22 tahun sejak masa khalifah Umar dan Ustman, dan mempunyai angkatan perang sendiri serta mendapat dukungan rakyat. Muawiyah membawa pasukan untuk memberontak terhadap Ali. Pertempuran antara pasukan Ali dan Muawiyah tidak bisa dihindarkan dan terjadi perang siffin.

Pasukan Ali hampir memperoleh kemenangan dalam perang tersebut. Namun, tangan kanan Muawiyah, Amr ibn al-Ash mengajak berdamai (tahkim) dengan mengangkatkan Al-Qur’an ke atas. Ali sebenarnya hendak menolak ajakan damai tersebut karena telah mencium adanya kelicikan di balik ajakan damai tersebut. Namun sebagian besar pengikut Ali mendesak Ali untuk berdamai dengan Muawiyah.

Sejak terjadinya tahkim sebagai jalan menyelesaikan persengketaan, mereka menganggap Ali telah menyeleweng dari ajaran islam dan mereka memandang Ali telah menjadi kafir. Terhadap khalifah yang empat, mereka menganggap bahwa masa

20

Page 24: Makalah ilmu kalam

kekhalifahan Abu Bakar dan Umar lah yang seluruhnya dapat diterima dan tidak menyeleweng dari ajaran islam. Akan tetapi pada masa khalifah Ustman mereka beranggapan bahwa Ustman telah menyeleweng sejak kekhalifahan ke-7 dan Ali telah menyeleweng dari ajaran islam sejak tahkim atau arbitrase, dan menganggap Ustman dan Ali menjadi kafir.

Khawarij memandang empat tokoh yaitu, Ali, Muawiyah , Amru ibn Ash dan Abu Musa al-Asy’ari serta orang-orang yang menerima arbitrase adalah kafir. Sebagaimana terdapat dalam Al-Qur’an surat Al-Maidah ayat 44

“Barang siapa yang tidak memutuskan menurut apa yang diturunkan Allah, maka mereka itu adalah orang-orang yang kafir ”

c) Doktrin-Doktrin Khawarij

Doktrin-doktrin pokok khawarij diantarany adalah :

1. Khalifah atau imam harus di pilih secara bebas oleh seluruh umat islam

2. Khalifah tidak harus dari keturunan Arab3. Khalifah di pilih secara permanen selama bersikap adil dan

menjalankan syari’at islam4. Khalifah sebelum Ali adalah sah, tetapi Ustman pada tahun ke-7

masa kekhalifahannya ktedianggap menyeleweng5. Khalifah Ali bin Abi Thalib sah, tetapi setelah arbitrase dianggap

menyeleweng6. Ali, Muawiyah , Amru ibn Ash dan Abu Musa al-Asy’ari

dianggap menyeleweng dan menjadi kafir7. Pasukan Jamal yang melawan Ali juga kafir8. Seorang yang berdosa besar, bukan lagi muslim dan harus

dibunuh. Dan bagi muslim yang tidak mau membunuh muslim yang berdosa besar maka orang tersebut harus dilenyapkan pula

9. Setiap muslim wajib berhijrah dan bergabung dengan mereka, jika tidak maka diperangi

10. Adanya wa’ad dan wa’id (orang baik surga, orang jahat neraka)

21

Page 25: Makalah ilmu kalam

11. Amar Ma’ruf Nahi Munkar12. Memalingkan ayat Al-Qur’an yang Mutasya bihat (samar)13. Al-Qur’an adalah makhluk14. Manusia bebas memutuskan perbuatannya bukan dari Tuhan

d) Sekte-Sekte Khawarij dan Tokoh-Tokohnya

Sekte-sekte Khawarij yang dianggap besar :

Al-Muhakkimah Golongan khawarij yang terdiri dari pengikut-pengikut asli dari Ali ibn Abi Thalib yang memisahkan diri dari kelompok Ali karena tidak menyetujui tahkim pada penyelesaian perang shiffin.

Al-Azariqah

Sekte ini bersifat radikal, mereka tidak menggunakan term kafir tapi menggunakan term musyrik.

Al-Najdat

Golongan ini mempunyai faham bahwa orang yang berbuat dosa besar menjadi kafir akan dimasukkan kedalam neraka kekal selama-lamanya hanyalah bagi yang tidak sefaham dengan mereka.

Al-Ajaridah

Menurut golongan ini, berhijrah bukanlah kewajiban tetapi hanya sebuah kebajikan saja dan harta rampasan hanyalah harta orang yang telah mati terbunuh.

e) Keistimewaan Khawarij

Orang-orang khawarij mempunyai keikhlasan yang sempurna terhadap akidahnya. Mereka suka berterus terang, tanpa ragu-ragu. Karenanya, Ali ra. Melarang para sahabat-sahabatnya membunuh orang-orang yang mencari kebenaran tetapi tidak menemui sasarannya. Mereka keras sekali beribadah dan teguh benar-benar mempertahankan sifat kebenaran dan kesetiaan serta berlepas diri dari orang-orang yang berdusta dan mengerjakan maksiyat yang nyata. Mereka mempunyai keberanian yang luar biasa dalam menghadapi musuh dan berterus terang dalam mempertahankan kebenaran.

e. Murji’aha) Pengertian Murji’ah

22

Page 26: Makalah ilmu kalam

Berasal dari bahasa arab yaitu kata arja’a yang artinya menunda. Aliran ini disebut Murji’ah karena mereka menunda penyelesaian persoalan konflik politik antara Ali ibn Abi Thalib, Muawiyah ibn Abu Sufyan, dan Khawarij ke hari perhitungan di akhirat kelak. Pendapat lain menyatakan bahwa mereka disebut Murji’ah karena mereka menyatakan bahwa orang yang berbuat dosa besar tetap mukmin selama masih beriman kepada Allah SWT dan rasul-Nya. Dosa besar tersebut, ditunda penyelesaiannya di akhirat. Maksudnya, kelak di akhirat baru ditentukan hukuman baginya.

Aliran Murji’ah ini merupakan golongan yang tak sepaham dengan kelompok Khawarij dan Syi’ah. Pengertian Murji’ah sendiri adalah penangguhan vonis hukuman atas perbuatan seseorang sampai di pengadilan Allah SWT, sehingga seorang muslim sekalipun berdosa besar dalam kelompok ini tetap diakui sebagai muslim dan mempunyai harapan untuk bertaubat.

b) Sejarah Timbul dan Perkembangan Murji’ah

Aliran Murji’ah muncul sebagai reaksi atas sikapnya yang tidak mau terlibat dalam upaya kafir mengkafirkan terhadap orang yang melakukan dosa besar, sebagaimana hal yang dilakukan oleh aliran Khawarij. Aliran ini menangguhkan penilaian terhadap orang-orang yang terlibat dalam peristiwa tahkim di hadapan tuhan, karena hanya tuhanlah yang mengetahui keadaan iman seseorang. Demikian pula orang mukmin yang melakukan dosa besar masih dianggap mukmin dihadapan mereka.

Golongan ini merupakan akibat dari gejolak dan ketegangan pertentangan politik yaitu soal khilafah yang kemudian mengarah ke bidang teologi. Pertentangan politik ini terjadi sejak meninggalnya khalifah Usman yang berlanjut masa khalifah Ali dengan puncak ketegangan terjadi pada waktu perang jamal dan perang shiffin.

c) Doktrin-doktrin Murji’ah

Ajaran pokok Murji’ah pada dasarnya ada 2, yaitu :

1. Tentang pelaku dosa besar, bahwa selama seseorang meyakini bahwa tuhan selain Allah SWT dan Muhammad adalah RasulNya, maka ia dianggap mukmin bukan kafir, karena amal tidak sampai merusak iman. Kalaupun ia tidak diampuni Allah SWT dan dimasukkan kedalam neraka, ia tidak diampuni Allah

23

Page 27: Makalah ilmu kalam

SWT dan dimasukkan kedalam neraka, ia tidak kekal di dalamnya seperti orang kafir.

2. Iman adalah keyakinan dalam hati bahwa tiada Tuhan selain Allah SWT dan Muhammad SAW adalah RasulNya.

d) Sekte-sekte Murji’ah

Yang termasuk golongan Murji’ah ekstrim adalah :

Al-Jahmiyah

Dipelopori oleh Jahm Ibn Sofwan, bahwa iman adalah mempercayai Allah SWT, rasul-rasul-Nya dan segala sesuatu yang datang dari Allah SWT.

Al-Sahiliyah

Tokohnya Abu Hasan as-Sahili, bahwa iman adalah semata-mata makrifat (mengetahui) kepada Allah SWT. Menurut mereka, shalat itu bukan merupakan ibadah kepada Tuhan, karena yang disebut ibadah itu adalah beriman kepada Tuhan dalam arti mengetahui Tuhan.

Yunusiyah

Pengikut Yunus Ibn an-Namiri, bahwa iman adalah totalitas dari pengetahuan tentang Tuhan, kerendahan hati dan tidak takabur.

f. Jabariyaha) Pengertian Jabariyah Berasal dari kata Jabara yang berarti terpaksa. Menurut istilah para ahli ilmu kalam, jabariyah adalah suatu aliran atau faham kalam yang berpendapat bahwa manusia itu dalam perbuatannya serba terpaksa (majbur). Artinya, perbuatan manusia itu pada hakikatnya adalah perbuatan Allah SWT. Dalam istilah inggris faham jabariyah disebut Fatalism atau predestination, yaitu faham yang menyatakan bahwa perbuatan manusia telah ditentukan oleh qada dan qadar tuhan. Dengan demikian, posisi manusia dalam faham ini tidak memiliki kebebasan dan inisiatif sendiri, tetapi terikat pada kehendak mutlak tuhan. Oleh karean itu, aliran jabariyah ini menganut faham yang menyebutkan bahwa manusia tidak mempunyai kemerdekaan dalam menentukan

24

Page 28: Makalah ilmu kalam

kehendak dan perbuatannya. Manusia dalam faham ini betul melakukan perbuatan, tetapi perbuatannya itu dalam keadaan terpaksa.

b) Sejarah Timbul dan Perkembangan JabariyahBibit faham jabariyah telah muncul sejak awal periode

islam. Namun, jabariyah sebagai suatu pola fikir atau aliran yang dianut, dipelajari dan dikembangkan, baru terjadi pada masa pemerintahan Daulah Bani Umayah, yakni oleh kedua tokoh ini Ja’d bin Dirham dan Jahm bin Shafwan. Pendapat lain sekitar kemunculan aliran jabariyah, ada yang mengatakan bahwa kemunculannya diakibatkan oleh pengaruh pemikiran asing, yaitu pemikiran agama Yahudi bermadzhab Qurra dan agama kristen bermadzhab Yakobit. Namun, tanpa pengaruh asingitu faham al-jabar akan muncul juga dikalangan umat islam. Didalam Al-Qur’an terdapat ayat-ayat yang dapat menimbulkan faham ini, yaitu : Surat as-Shaffat ayat 96 :

“Allah lah yang menciptakan kamu apa yang kamu kerjakan”

Surat al-Insan ayat 30 :

“Dan kamu tidak menghendaki (menempuh jalan itu) kecuali dikehendaki Allah”

Surat al-An’am ayat 111:

“Mereka sebenarnya tidak percaya sekiranya Allah tidak menghendaki”

Surat al-Anfal ayat 17 :

“Bukan kamu yang melempar ketika kamu melempar (musuh), tetapi Allah lah yang melempar”

Surat al-Hadid ayat 22 :

25

Page 29: Makalah ilmu kalam

“Tiada suatu bencana pun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauhul Mahfuzh) sebelum kami menciptakannya”

c) Tokoh-Tokoh Jabriyah dan Doktrin-doktrinnya1. Jahm bin Shofwan

Nama lengkap Abu Mahrus Jaham bin Shafwan. Pendapat Jahm bin Shofwan yang berkaitan dengan persoalan teologi :

Manusia tidak mampu untuk berbuat apa-apa. Surga dan neraka tidak kekal, tidak ada yang kekal selain

Tuhan Iman adalah ma’rifat atau membenarkan dalam hati Kalam Tuhan adalah makhluk.

2. Ja’d bin Dirham Adalah seorang Maulana Bani Hakim. Doktrin secara umum sama dengan pemikiran Jahm. Al-Ghuraby menjelaskan sebagai berikut : Al-Qur’an itu adalah makhluk. Allah tidak mempunyai sifat yang serupa dengan makhluk Manusia terpaksa oleh Allah dalam segala-galanya

3. An-Najjar

Nama lengkapnya Husain bin Muhammad an-Najjar (wafat 230 H). Diantara pendapat-pendapatnya adalah :

Tuhan menciptakan segala perbuatan manusia, tetapi manusia mengambil bagian atau peran dalam mewujudkan perbuatan itu

Tuhan itu tidak dapat dilihat di akhirat4. Adh-Dhirar

Nama lengkapnya Dhirar bin Amr. Pendapatnya :

Manusia mempunyai bagian dalam perwujudan perbuatannya dan tidak semata-mata dipaksa dalam melakukan perbuatannya

Tuhan dapat dilihat di akhirat dengan indera keenam

26

Page 30: Makalah ilmu kalam

d) Sekte-sekte Jabariyah1. Jahmiyah

Adalah pengikut jahm bin Shafwan dan mereka adalah penganut determinisme murni. Doktrin nya ialah :

Haram, menerapkan sifat makhluk kepada Allah SWT Allah mempunyai ilmu dan ilmunya ini tidak kekal dan

tidak bertempat Jika seseorang telah mengetahui tentang Allah, tetapi pada

lahiriyahnya dia menolak-Nya, maka penolakan ini membuat dia menjadi kafir dan hilang pengetahuannya

2. Najjariyah

Pengikut Husain bin Muhammad an-Najjar. Doktrin :

Menolak sifat-sifat Allah SWT, yakni mengetahui, berkuasa berkehendak, hidup, mendengar dan melihat

3. Dhirariyah

Adalah pengikut Dhirar bin Amr dan Hafsh al-Fard. Doktrin :

Sepakat menolak sifat-sifat Allah SWT yang positif

g. Qadariyah a) Pengertian Qadariyah

Berasal dari bahasa arab, dari kata qadara yang berarti kemampuan dan kekuatan. Secara terminologi, Qadariyah adalah suatu aliran yang percaya bahwa setiap tindakan manusia tidak terintervensi oleh tuhan. Menurut aliran ini, tiap-tiap hamba Allah SWT adalah pencipta bagi segala perbuatannya, dia dapat berbuat segala sesuatu atau meninggalkannya atas kehendak sendiri. Golongan ini disebut Qadariyah karena mereka meniadakan kadar Allah SWT dan menetapkannya pada manusia serta menjadikan segala perbuatan manusia tergantung pada kehendak dan kekuasaan manusia sendiri.

Menurut Harun Nasution, pendapat kaum Qadariyah yaitu manusia mempunyai kemerdekaan dan kebebasan dalm menentukan perjalanan hidupnya. Manusia mempunyai qudrah (kekuatan) untuk melaksanakan kehendaknya dan bukan berasal dari pengertian bahwa manusia terpaksa tunduk pada qadar tuhan. Faham ini sering disebut

27

Page 31: Makalah ilmu kalam

dengan nama free will dan free act (bebas untuk berkehendak dan berbuat).

b) Sejarah Timbul dan Perkembangan Qadariyah

Orang yang mula-mula mengembangkan faham ini adalah orang Irak yang semula beragamaNasrani, kemudian masuk Islam dan akhirnya menjadi Nasrani lagi. Dari orang inilah dikatakan Ma’bad dan Ghailan ad-Dimasyqi mengambil faham ini. Orang Irak yang dimaksud Muhammad Ibn al Auzai, adalah susan.

Faham Qadariyah ini pun dalam perkembangannya tak jauh berbeda dengan faham Jabariyah. Untuk selanjutnya, faham Qadariyah dianut oleh kaum Mu’tazilah. Banyak ayat Al-qur’an yang sangat mendukung adanya faham ini sehingga cukup menjadi landasan yang kuat. Diantara ayat Al-Qur’an tersebut dll.

Surat al-kahfi ayat 29

“Dan katakanlah, kebenaran itu datangnya dari tuhamnu, siapa yang ingin berimaan hendaklah ia beriman dan barang siapa yang ingin (kafir) biarlah ia kafir ”

Surat Fushilat ayat 40

“Perbuatan apa yang kamu hendaki, sesungguhnya Dia Maha Melihat apa yang kamu kerjakan”

Surat Al-Rad ayat 11

“Sesungguhnya Allah tidak akan merubah keadaan suatu kaum, sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri”

c) Doktrin-Doktrin Qadariyah5. Manusia berkuasa atas perbuatan-perbuatanNya

28

Page 32: Makalah ilmu kalam

6. Dalam memperkuat keyakinan, Qadariyah menggunakan dalil aqli dan naqli (Al-Qur’an dan Hadis)

d) Sekte-Sekte QadariyahQadariyah terbagi menjadi 3 golongan, yaitu :

1. Qadariyah Musyrikah

Adalah mereka yang mengetahui qadha dan qadar serta mengetahui bahwa hal itu selaras dengan perintah dan larangan.

2. Qadariyah Majusiyah

Adalah mereka yang menjadikan Allah berserikat dalam penciptaan-penciptaan-Nya.

3. Qadariyah Iblisiyah

Adalah mereka yang membenarkan bahwa Allah merupakan sumber terjadinya 2 perkara, akan tetapi menurut mereka hal ini saling berlawanan. Merekalah orang-orang yang membantah Allah sebagaimana disebutkan dalam hadits.

29

Page 33: Makalah ilmu kalam

30

BAB 3

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Faham-faham ajaran islam banyak tersebar di berbagai negara, terutama di Indonesia. Kita sebagai muslim pun harus mengerti dan tahu seperti apa faham-faham ajaran islam agar kita sebagai umat islam tidak keliru antara faham yang satu dengan faham yang lain.

Karena hal ini sangat berkaitan dengan Aqidah, berarti cara pandang kita pun harus sangat selektif. Apalagi pada dewasa ini, banyak sekali bermunculan faham atau aliran lain yang melenceng dari ajaran islam yang sesungguhnya. Dari uraian di atas bahwa banyak paham-paham dalam Islam namun semuanya masuk neraka kecuali satu, yaitu orang yang berpegang teguh pada i’tiqad Rasul dan i’tiqad para sahabat Rasul yaitu Ahlussunnah Wal-Jama’ah.

3.1 Saran Faham-faham ajaran islam ini adalah salah satu materi yang

dianggap penting. Karena masalah ini sangat erat hubungannya dengan Aqidah kita. Kita harus selalu selektif dalam menerima setiap apa-apa yang berhubungan dengan aqidah. Karena tidak menutup kemungkinan jika banyak faham-faham di luar sana yang melenceng dari ajaran islam yang sebenarnya.

Makalah ini, penulis sadari masih sangat banyak kekurangan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat konstruktif dari para pembaca agar penulis dapat memperbaiki kekurangan-kekurangan makalah ini untuk kedepannya. Terimakasih penulis ucapkan kepada orang tua, teman-teman dan semua pihak yang telah mendukung sehingga makalah yang berjudul pendidikan akhlak ini dapat di selesaikan.

Demikianlah makalah ini, jika ada hal yang tidak berkenan di hati para pembaca, penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya. Mudah-mudahan makalah ini dapat memberikan manfaat khususnya untuk penulis dan umumnya untuk kita semua.

Page 34: Makalah ilmu kalam

DAFTAR PUSTAKA

1. Drs. Hamdani,MA. Ilmu Kalam, Bandung : Sega Arsy.2. Abdul Rozak & Rosihon Anwar.2007.Ilmu Kalam. Cet. III,

Bandung : Pustaka setia.3. Abuddin Nata. 1998. Ilmu Kalam, Filsafat dan Tasawuf, Jakarta :

PT. Raja Grafindo Persada. 4. Abu al-Hasan Ali Ismail al-Asy’ari. 1950. Maqalat al-Islamiyin wa

Ikhtilaf al-Mushallin. Kairo : Maktabah al-Nahdah5. Abu Mansur al-Baghdadi. 1930, Al-Farq bain al-Firaq. Kairo :

Maktabah Subeih6. Ahmad Amin, 1942. Fajr al-Islam. Kairo : Maktabah an-Nahdhah

al-Mistiyah